Anda di halaman 1dari 14

ANDRE YURIS

Search
SKIP TO CONTENT

 PROFILE
 

 TRAVELING
 

 GRAFIS DESIGN
 

 FOTOGRAFI
 

 SOSIAL BUDAYA
 
 BUKU & FILM
ARTIKEL

MATERI DASAR JURNALISTIK


JANUARY 3, 2009 ANDRE YURIS 3 COMMENTS

1. Pengertian Jurnalistik
Definisi jurnalistik sangat banyak, namun pada hakekatnya sama. Para Pakar,
praktis, tokoh komuniikasi atau tokoh jurnalistik mendefinisikan berbeda-beda.
Secara harfiah, jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau hal-ihwal
pemberitaan. Kata dasarnya “jurnal” (journal), artinya laporan atau catatan, atau
“jour” dalam bahasa Prancis yang berarti “hari” (day) atau “catatan harian” (diary)
atau dalam bahasa Belanda journalistiek artinya penyiaran catatan harian.
            Istilah jurnalistik erat kaitannya dengan istilah pers dan komunikasi
massa.. Dalam komunkasi massa, jurnalistik mempunyai fungsi sebagai
pengelolaan laporan harian yang menarik minat khalayak, mulai dari peliputan
sampai penyebarannya kepada masyarakat mengenai apa saja yang terjadi di
dunia. Apapun yang terjadi baik peristiwa factual (fact) atau pendapat seseorang
(opini), untuk menjadi sebuah berita kepada khalayak.
            Jurnalistik merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau
pelaopran setiap hari. Jadi jurnalistik bukan pers, bukan media massa. Menurut
kamus, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan
menulis surat kabar, majalah, atau berkala lainnya.

2. Ruang Lingkup Jurnalistik


Secara garis besar ruang lingkup jurnalistik ke dalam dua bagian, yaitu : news dan
views. (
News dapat dibagi menjadi menjadi dua bagian besar, yaitu :
1. Stainght news, yang terdiri dari :
a. Matter of fact news
b. Interpretative report
c. Reportage
2. Feature news, yang terdiri dari :
a. Human interest features
b. Historical features
c. Biographical and persomality features
d. Travel features
e. Scientifict features
Views dapat dibagi kedalam beberapa bagian yaitu :
1. Editorial
2. Special article
3. Colomum
4. Feature article
3. Sejarah Jurnalistik
Jurnalistik pada mulanya hanya berkaitan dengan pengalolahan informasi rapat
dan sidang senat romawi yang ditempelkan pada selembar kertas dipusat kota
(Forum Romanum). Namanya Acta Diurna yang sampai sekarang diakui sebagai
produk jurnalistik pertama dan ada pada zaman Romawi Kuno ketika kaisar Julius
Caesar berkuasa.
Dalam sejarah Romawi kuno, para ahli sejarah negara Romawi pada permulaan
berdirinya kerajaan Romawi (Imam Agung) mencatat segala kejadian penting
yang diketahuinya pada annals (papan tulis yang digantungkan di serambi
rumahnya). Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberitahuan bagi setiap
orang yang lewat dan memerlukannya.
            Pengumuman sejenis itu dilanjutkan oleh Julius Caesar pada zaman
kejayaannya. Caesar mengumumkan hasil persidangan senat, berita tentang
kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perlu
disampaikan dan diketahui rakyatnya, dengan jalan menuliskannya pada papan
pengumuman berupa papan tulis pada masa itu. (60 SM) dikenal dengan acta
diurna dan diletakkan di Forum Romanum (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh
umum. Terhadap isi acta diurna tersebut setiap orang boleh membacanya, bahkan
juga boleh mengutipnya untuk kemudian disebarluaskan dan dikabarkan ke tempat
lain.
Asal kata jurnalistik yang dianggap betul adalah “Journal” atau “Du jour”
(bhs.Prancis) yang berarti hari, di mana segala berita atau warta sehari itu termuat
dalam lembaran tercetak. Karena kemajuan teknologi dan ditemukannya
pencetakan surat kabar dengan system silinder (rotasi), maka istilah “pers
muncul”, sehingga orang lalu mensenadakan istilah “jurnalistik” dengan “pers”.    
Sejarah yang pasti tentang jurnalistik tidak begitu jelas sumbernya, namun yang
pasti jurnaliatik pada dasarnya sama yaitu diartikan sebagai laporan.
            Seiring kemajuan teknologi informasi maka yang bermula dari laporan
harian maka tercetak manjadi surat kabar harian. Dari media cetak berkembang ke
media elektronik, dari kemajuan elektronik terciptalah media informasi berupa
radio. Tidak cukup dengan radio yang hanya berupa suara muncul pula terobosan
baru berupa media audio visual yaitu TV (televisi). Media informasi tidak puas
hanya dengan televisi, lahirlah berupa internet, sebagai jaringan yang bebas dan
tidak terbatas. Dan sekarang dengan perkembangan teknologi telah melahirkan
banyak media (multimedia).
Berita
            Dalam jurnalistik, begitu banyak pengertian berita. Masing-masing orang
memberikan definisi berita berdasarkan sudut pandang sendiri-sendiri dalam
merumuskannya. Dalam buku Reporting, Mitchell V. Charnley menuliskan
beberapa definisi berita:  menurut Willard Grosvenor Bleyer,   “Berita adalah
segala sesuatu yang terkait waktu dan menarik perhatian banyak orang dan berita
terbaik adalah hal-hal yang paling menarik yang menarik sebanyak mungkin orang
(untuk membacanya).        Menurut Chilton R. Bush, berita adalah informasi yang
“merangsang”, dengan informasi itu orang biasa dapat merasa puas dan bergairah.
Sementara Charnley sendiri menyebutkan bahwa berita adalah laporan tentang
fakta atau pendapat orang yang terikat oleh waktu, yang menarik dan/atau penting
bagi sejumlah orang tertentu.
            Dari sekian definisi atau batasan tentang berita itu, pada prinsipnya ada
beberapa unsur penting yang harus diperhatikan dari definisi tersebut al:
   1. Laporan
   2. Kejadian/peristiwa/pendapat yang menarik dan penting
   3. Disajikan secepat mungkin (terikat oleh waktu)
Dalam jurnalistik juga dikenal jenis berita menurut penyajiannya. Pertama,
Straight News (sering juga disebut hard news), yakni laporan kejadian-kejadian
terbaru yang mengandung unsur penting dan menarik, tanpa mengandung
pendapat-pendapat penulis berita. Straight news harus ringkas, singkat dalam
pelaporannya, namun tetap nggak mengabaikan kelengkapan data dan
obyektivitas.
            Kedua, Soft News (sering disebut juga feature), yakni berita-berita yang
menyangkut kemanusiaan serta menarik banyak orang termasuk kisah-ksiah
jenaka, lust (menyangkut nafsu birahi manusia), keanehan (oddity).
 Menulis berita
Selain rumus /kaidah 5W+H (What, Who, Where, When, Why plus How, ada
beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam penulisan berita:
Informasi. Informasi adalah batu-bata/ bahan mentah/row material penyusun
berita. Tanpa informasi kita tidak bisa menulis berita itu dengan baik. Punya
informasi tapi tidak lengkap akan kewalahan menulis berita.
Siginifikansi. Berita yang disampaikan harus memiliki dampak penting dan
bermanfaat bagi pembaca berita.
Fokus. Berita yang bagus belum tentu panjang, tapi berita yang bagus adalah
berita mendapatkan pont of view/ angle yang tepat, tegas dan fokus. “Less is
more,” kata Hemingway.
Konteks. Tulisan yang efektif mampu meletakkan informasi pada perspektif yang
tepat sehingga pembaca tahu dari mana kisah berawal dan ke mana mengalir, serta
seberapa jauh dampaknya.
Wajah. Jurnalisme itu menyajikan gagasan dan peristiwa; tren sosial, penemuan
ilmiah, opini hukum, perkembangan ekonomi, krisis internasional, tragedi
kemanusiaan, dinamika agama, dsb. Tulisan yang disajikan itu berupaya
mengenalkan pembaca kepada orang-orang yang menciptakan gagasan dan
menggerakkan peristiwa. Atau menghadirkan orang-orang yang terpengaruh oleh
gagasan dan peristiwa itu.
Lokasi/Tempat. Seorang penulis berita harus punya “sense of place” supaya
tulisan jadi lebih hidup. Misalnya aja kamu gambarkan tentang suasana jalannya
pertandingan sepakbola yang menegangkan saat kedua klub itu bermain hidup-
mati untuk mengejar gelar juara atau menghindari jurang degdradasi.
Suara. Tulisan akan mudah diingat jika mampu menciptakan ilusi tutur atau
seorang penulis tengah bertutur kepada seorang pembacanya. Jadi, gunakan
kalimat aktif. Bila perlu berbau percakapan.    
Anekdot dan Kutipan. Anekdot adalah kepingan kisah singkat antara satu hingga
lima alinea—“cerita dalam cerita”yang umumnya menggunakan teknik dasar
penulisan fiksi; narasi, karakterisasi, dialog, suasana. Ini dimaksudkan untuk
mengajak pembaca melihat cerita dalam detil visual yang kuat.
 Nilai berita
            Nilai berita adalah seperangkat kriteria untuk menilai apakah sebuah
kejadian cukup penting untuk diliput. Ada sejumlah faktor yang membuat sebuah
kejadian memiliki nilai berita. 7 di antaranya adalah:
Kedekatan (proximity). Ada dua hal tentang kedekatan. Pertama dekat secara fisik
dan kedua, kedekatan secara emosional. Orang cenderung tertarik bila membaca
berita yang peristiwa atau kejadiannya dekat dengan wilayahnya dan juga perasaan
emosional berdasarkan ikatan tertentu.
Ketenaran (prominence). Orang terkenal memang sering menjadi berita. Seperti
kata ungkapan Barat, Name makes news. Bintang film, sinetron, penyanyi, politisi
ternama seringkali muncul di koran dan juga televisi.
Aktualitas (timeliness). Berita, khususnya straight news, haruslah berupa laporan
kejadian yang baru-baru ini terjadi atau peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di
masa depan.
Dampak (impact). Sebuah kejadian yang memiliki dampak pada masyarakat luas
memiliki nilai berita yang tinggi. Semakin besar dampak tersebut bagi masyarakat,
semakin tinggi pula nilai beritanya.
Keluarbiasaan (magnitude). Sebenarnya hampir sama dengan dampak, namun
magnitude di sini menyangkut sejumlah orang besar, prestasi besar, kehancuran
yang besar, kemenangan besar, dan segala sesuatu yang besar.
Konflik (conflict). Berita tentang adanya bentrokan, baik secara fisik maupun
nonfisik, selalu menarik. Misalnya bentrokan antar manusia, manusia dengan
binatang, antar kelompok, bangsa, etnik, agama, kepercayaan, perang dsb.
Keanehan (oddity). Sesuatu yang tidak lazim (unusual) mengundang perhatian
orang di sekitarnya. Orang yang berdandan esktrentrik, orang yang bergaya hidup
nggak umum, memiliki ukuran fisik yang beda denga yang lain pada umumnya,
dsb cenderung jadi berita yang bernilai tinggi.
Daya tarik berita (News interest).
Beberapa topik yang mengandung daya tarik berita di antaranya adalah: self-
interest,
uang, seks, perjuangan, pahwalan dan keterkenalan, suspence (mencekam), human
interest, kejadian (perayaan) dengan lingkup besar, kontes, penemuan baru, hal
yang tidak biasa, kejahatan, dsb.
 Sumber informasi untuk bahan berita
Ada beberapa sumber perolehan berita:
Staf surat kabar, yaitu personal yang bekerja pada redaktur surat kabar tertentu,
berkantor di redkasi surat kabar tersebut.
Koresponden, yaitu wartawan yang bekerja untuk media atau kantor berita tertentu
dan tidak berkantor di kantor redaksi.
Kantor berita (news agencies), yakni lembaga yang khusus berita-berita dalam dan
luar negeri serta beraneka jenisnya untuk kemudian dijual ke berbagai media
massa.
Features Syndicates, yaitu lembaga yang khusus “menjual” kepada penerbit.
Kalangan publisitas, yaitu orang-orang atau kelompok yang bekerja
mempopulerkan orang-orang atau peristiwa.
Volunteer staff, yaitu orang-orang awam atau bukan kalangan pers yang akan
memberi informasi berharga tentang gejala dan kejadian yang bisa diangkat
sebagai berita.
Syarat sumber berita
            Sebuah tulisan jurnalistik haruslah bersumber dari fakta, bukan opini atau
asumsi penulis. Oleh karena itu, harus ada sumber berita yang jelas dan dapat
dipercaya.
Ada beberapa syarat sumber berita:
Layak dipercaya, meski kelihatan mudah, tapi wartawan yang belum
berpengalaman akan kejeblos mewawancarai sumber yang diragukan kebenaran
omongannya. Seorang wartawan kudu jeli dan kritis ketika mengamati peristiwa
atau kejadian dan siapa saja yang terlibat di dalamnya.
Berwenang, artinya orang yang punya kekuasaan dan tanggung jawab terhadap
masalah yang sedang kita garap. Kenapa ini penting? Pertama, agar tercapai
keseimbangan penulisan berita yang balance (seimbang) dan both-sided coverage
(liputan yang menyajikan keterangan dua pihak yang bertolak-belakang sehingga
fair atau adil). Kedua, agar tulisan atau laporan bisa aman.
Kompeten, artinya sumber berita tersebut layak untuk dimintai keterangannya.
Orang yang berkaitan langsung dengan peristiwa, yaitu sumber berita yang
memiliki hubungan, terpengaruh atau mempengaruhi peristiwa tersebut.
Demikian sekilas tentang dasar-dasar jurnalistik, khususnya yang berkaitan
dengan sebuah pemberitaan. Masih banyak unsur lainnya dalam jurnalistik seperti
manajemen media massa, jenis-jenis tulisan di media massa, termasuk tentang
kode etik jurnalistik. Bisa dibahas pada kesempatan lain, atau bisa juga mencari
informasi sendiri. Semoga saja ilmu yang meski masih sedikit ini menjadi
tambahan wawasan. Tapi intinya, jangan pernah merasa puas mendapatkan sedikit
ilmu.

Teknik Menulis Berita

Menulis adalah pekerjaan seni. Pelukis terkenal Sudjojono pernah ditanya seseorang,
“Bagaimana Anda melukis?” Sudjojono malah balik bertanya, “Apakah saudara punya
buku panduan naik sepeda?” Begitulah. Menulis berita pun tak jauh beda dengan
pekerjaan melukis. Namun, karena berita menyajikan fakta-fakta, ada kaidah-kaidah
tertentu yang tak boleh ditinggalkan seorang wartawan.
Berbeda dengan atrikel/opini yang sifat beritanya lebih analisis, berita tidak boleh
beropin. Dan waktu juga menjadi perhatian lainnya. Berita majalah berbentuk feature
berita sehingga sifanya tidak tergantung waktu. Sedangkan koran yang terbit harian sifat
beritanya pun terbatas oleh waktu. Esok harinya, sudah ada berita baru sebagai
perkembangan berita sebelumnya. Apalagi media dotcom yang melaporkan
perkembangan dari jam ke jam bahkan dari menit ke menit. Di sini hanya akan dibatasi
menulis berita keras.
Judul
Judul berita sebisa mungkin dibuat dengan kalimat pendek, tapi bisa menggambarkan isi
berita secara keseluruhan. Pemberian judul ini menjadi penentu apakah pembaca akan
tertarik membaca berita yang ditulis atau tidak.
Menggunakan kalimat aktif agar daya dorongnya lebih kuat. Seorang penulis novel
terkenal, Stephen King, pernah mencemooh penulis yang menggunakan kalimat aktif.
“Kalimat pasif itu aman,” kata King. Mungkin benar, tapi memberi judul berita bukan
soal aman atau tidak aman. Judul aktif akan lebih menggugah. Bandingkan misalnya
judul “Suami Istri Ditabrak Truk di Jalan Tol” dengan “Truk Tronton Tabrak Suami Istri
di Jalan Tol”. Judul kedua, rasanya, lebih hidup dan kuat. Namun pemberian judul aktif
tidak baku. Ada judul berita yang lebih kuat dengan kalimat pasif. Biasanya si subyek
berita termasuk orang terkenal.
Lead
Selain judul, lead bisa menjadi penentu seorang pembaca akan melanjutkan bacaannya
atau tidak. Sehingga beberapa buku panduan menulis berita menyebut lebih dari 10 lead
yang bisa dipakai dalam sebuah berita. Namun, hal yang tak boleh dilupakan dalam
menulis lead adalah unsur 5W + 1H (Apa/What, Di mana/Where, Kapan/When,
Mengapa/Why, Siapa/Who dan Bagaimana/How) . Pembaca yang sibuk, tentu tidak akan
lama-lama membaca berita. Pembaca akan segera tahu apa berita yang ditulis wartawan
hanya dengan membaca lead. Tentu saja, jika pembaca masih tertarik dengan berita itu, ia
akan melanjutkan bacaannya sampai akhir. Dan tugas wartawan terus memancing
pembaca agar membaca berita sampai tuntas.
Lead terkait dengan peg atau biasa disebut pelatuk berita. Seorang reporter ketika
ditugaskan meliput peristiwa harus sudah tahu “pelatuk” apa yang akan dibuat sebelum
menulis berita. Pelatuk berbeda dengan sudut berita. Ada satu contoh. Misalkan seorang
reporter ditugaskan meliput banjir yang merendam ratusan rumah dan warga mengungsi.
Yang disebut sudut berita adalah peristiwa banjir itu sendiri, sedangkan peg adalah warga
yang mengungsi. Mana yang menarik dijadikan lead? Anda bisa memilih sendiri.
Membuat lead soal mengungsi mungkin lebih menarik dibanding banjir itu sendiri.
Karena ini menyangkut manusia yang secara langsung akan berhubungan dengan
pembaca. Berita lebih menyentuh jika mengambil lead ini. Manusia, secara lahiriah,
senang menggunjingkan manusia lain.

Badan Berita

Penentuan lead ini juga membantu reporter menginventarisasi bahan-bahan berita.


Sehingga penulisan berita menjadi terarah dan tidak keluar dari lead. Inilah yang disebut
badan berita. Ada hukum lain selain soal unsur pada poin 1 tadi, yakni piramida terbalik.
Semakin ke bawah, detail-detail berita semakin tidak penting. Sehingga ini akan
membantu editor memotong berita jika space tidak cukup tanpa kehilangan pentingnya
berita itu sendiri.
Untuk lebih mudahnya, susun berita yang berawal dari lead itu secara kronologis.
Sehingga pembaca bisa mengikuti seolah-olah berita itu suatu cerita. Teknik ini juga akan
membantu reporter memberikan premis penghubung antar paragraf. Hal ini penting,
karena berita yang melompat-lompat, selain mengurangi kejelasan, juga mengurangi
kenyamanan membaca.
Cek dan ricek bahan yang sudah didapat. Dalam berita, akurasi menjadi hal yang sangat
penting. Jangan sungkan untuk menanyakan langsung ke nara sumber soal namanya,
umur, pendidikan dan lain-lain. Bila perlu kita tulis di secarik kertas lalu sodorkan ke
hadapannya apakah benar seperti yang ditulis atau tidak. Akurasi juga menyangkut fakta-
fakta. Kuncinya selalu cek-ricek-triple cek.
Bahasa
Bahasa menjadi elemen yang penting dalam berita. Bayangkan bahwa pembaca itu
berasal dari beragam strata. Bahasa yang digunakan untuk berita hendaknya bahasa
percakapan. Hilangkan kata bersayap, berkabut bahkan klise. Jika narasumber
memberikan keterangan dengan kalimat-kalimat klise, seorang reporter yang baik akan
menerjemahkan perkataan narasumber itu dengan kalimat-kalimat sederhana.
Menulis lead yang bicara. Untuk mengujinya, bacalah lead atau berita tersebut keras-
keras. Jika sebelum titik, nafas sudah habis, berarti berita yang dibuat tidak bicara,
melelahkan dan tidak enak dibaca. Ada buku panduan yang menyebut satu paragraf
dalam sebuah berita paling panjang dua-tiga kalimat yang memuat 20-30 kata. Untuk
menyiasatinya cobalah menulis sambil diucapkan.
Berita yang bagus adalah berita yang seolah-olah bisa didengar. Prinsipnya sederhana,
makin sederhana makin baik. Seringkali reporter terpancing menuliskan berita dengan
peristiwa sebelumnya jika berita itu terus berlanjut, sehingga kalimat jadi panjang. Untuk
menghindarinya, jangan memulai tulisan dengan anak kalimat atau keterangan. Agar
jelas, segera tampilkan nilai beritanya.
Menghidari kata sifat. Menulis berita dengan kata sifat cenderung menggurui pembaca.
Pakailah kata kerja. Menulis berita adalah menyusun fakta-fakta. Kata “memilukan”,
misalnya, tidak lagi menggugah pembaca dibanding menampilkan fakta-fakta dengan
kata kerja dan contoh-contoh. Tangis perempuan itu memilukan hati, misalnya. Pembaca
tidak tahu seperti apa tangis yang memilukan hati itu. Menuliskan fakta-fakta yang
dilakukan si perempuan saat menangis lebih bisa menggambarkan bagaimana perempuan
itu menangis. Misalnya, rambutnya acak-acakan, suaranya melengking, mukanya
memerah dan lain-lain. “Don’t Tell, But Show!”
Menuliskan angka-angka. Pembaca kadang tidak memerlukan detail angka-angka. Kasus
korupsi seringkali melibatkan angka desimal. Jumlah Rp 904.775.500, lebih baik ditulis
“lebih dari Rp 904 juta atau lebih dari Rp 900 juta”

Ekstrak

1.Jangan pernah menganggap pembaca sudah tahu berita yang ditulis. Dalam menulis
berita seorang reporter harus menganggap pembaca belum tahu peristiwa itu, meski
peristiwanya terus berlanjut dan sudah berlangsung lama. Tapi juga jangan menganggap
enteng pembaca, sehingga timbul kesan menggurui. Menuliskan ekstrak peristiwa
sebelumnya dalam berita dengan perkembangan terbaru menjadi penting.
2.Panduan ini tidak mutlak untuk menulis berita. Masih banyak hal yang belum
dijelaskan dalam makalah ini. Hal paling baik bisa menulis berita yang enak dibaca
adalah mencobanya. Jadi, selamat mencoba. (Disarikan dari berbagai Sumber).

Referensi:
1. Simbolon, Parakitri T., 1997. Vademekum Wartawan. Jakarta. Kepustakaan Populer
Gramedia
2. Hadad, Toriq dan Bambang Bujono (Ed)., 1997. Seandainya Saya Wartawan Tempo.
Jakarta. Institut Studi Arus Informasi dan Yayasan Alumni Tempo.*
Advertisements
RATE THIS:

 
 
 
 
 
 
1 VOTE
SOSCIALSITE

 Share

RELATED
Harapan pada Dewan PersIn "ARTIKEL"
KRAENG”: SEBUAH LEGITIMASI YANG HILANGIn "MANGGARAI"
Estetika dan Mitos Perempuan dalam IklanIn "ARTIKEL"
ARTIKELCOMMUNICATION SCIENCE

Post navigation
PREVIOUS POSTHantu itu bernama Sumpah PemudaNEXT POSTPerwajahan dalam Perspektif
Komunikasi
3 THOUGHTS ON “MATERI DASAR JURNALISTIK”
1. Pingback: 2010 in review « ANDRE YURIS

2. novacossta
FEBRUARY 23, 2011 AT 4:49 AM

terima kasih atas infonya.. sangat berguna skali….


REPLY

3. yos
JUNE 23, 2011 AT 3:20 AM

IJIN COPY…TKS
REPLY

LEAVE A REPLY

DOKUMENTASI
DOKUMENTASI                                                                                                   

AGENDA

M T W T F S S

« Sep   Apr »

  1 2 3 4

5 6 7 8 9 10 11

12 13 14 15 16 17 18

19 20 21 22 23 24 25

26 27 28 29 30 31  

JANUARY 2009

NERA BASE

Surabaya

FOLLOW ME ON TWITTER

COMMENTS

ANDRE YURIS on STUDI ANALISIS


WACANA KRITIS

ANDRE YURIS on #NERAROUND :
PANTAI WEDHI IREN…

Flores 0.63 Ruteng P… on Profil singkat


Kampung Ruteng…

dea on Berkenalan dengan Analisis isi…

Agus anting on Gunung Welirang, Siksaan


bagi…

Agus anting on Gunung Welirang, Siksaan


bagi…

Agus anting on Gunung Welirang, Siksaan


bagi…
ANDRE YURIS on Berkenalan dengan
Analisis isi…

MY FACEBOOK
 PHOTO GALLERY

This gallery contains 12 photos.


#NERAROUND : PANTAI WEDHI IRENG & GUBIT MAS BLITAR
MARCH 27, 2015 ANDRE YURIS 1 COMMENT
This gallery contains 23 photos.
BERSAMA TEMAN-TEMAN
JUNE 12, 2013 ANDRE YURIS LEAVE A COMMENT

MORE GALLERIES →

"MENJAGA INGATAN DAN NALAR"

TOP POSTS & PAGES

Berkenalan dengan Analisis isi (content analysis) *

Gunung Welirang, Siksaan bagi Pendaki

Materi Dasar Jurnalistik

WACANA DAN IDEOLOGI

GALERI FOTO : MENUJU PUNCAK KERINCI

Perwajahan dalam Perspektif Komunikasi

STUDI ANALISIS WACANA KRITIS

Download Kumpulan Dokumen ASG (ppt)

KRAENG”: SEBUAH LEGITIMASI YANG HILANG

Bola Demokrasi (ditulis Rm Sindhunata untuk Gus Dur)


LAMPIRAN
PINTU MASUK

SEARCH

Search for:
TOP RATE
POSTS | PAGES | COMMENTS
ALL | TODAY | THIS WEEK | THIS MONTH
 Anti intellectuals di Kalangan Tentara
5/5 (1 vote)
 Preman Bela Negara*
5/5 (1 vote)
 Memoar Benedict Anderson
5/5 (1 vote)
 Kuasa Puasa*
5/5 (2 votes)
BLOG STATS

 202,633 hits
KOMUNITAS

 ANDRE YURIS
 FIAN ROGER
 FREE WEB HOSTING
 KOMKEP SURABAYA
 NERA HKY SURABAYA
 SANGGAR SENDANG
 UNIQLY RUTENG
MASS MEDIA

 KOMPAS CETAK
 KORAN TEMPO

Anda mungkin juga menyukai