Anda di halaman 1dari 26

SMD Memulai Satu Buku Untuk Seribu Buku

BAB I

PERS DAN JURNALISTIK

A. Pengetahuan Tentang Pers Dan Jurnalistik

Secara bahasa, Pers berarti media. Berasal dari bahasa Inggris press yaitu cetak. Apakah
media itu berarti hanya media cetak? Tentunya tidak Pada awal kemunculannya media
memang terbatas hanya pada media cetak. Seiring percepatan teknologi dan informasi,
ragam media ini kemudian meluas. Muncul media clektronik seperti : Audio, audio visual
(pandang-dengar) sampai internet. Jadi pers adalah sarana atau wadah untuk menyiarkan
produk-produk jurnalistik.

Sedangkan jurnalistik merupakan suatu aktifitas dalam menghasilkan berita maupun


opini. Mulai dari perencanaan, peliputan, dan penulisan yang hasilnya disiarkan pada public
atau khalayak pembaca melalui media/pers. Dengan kata lain jurnalistik merupakan proses
aktif untuk melahirkan berita.

Hasil dari proses jurnalistik yang kemudian menjadi teks lalu dimuat di media, berupa
berita maupun opini.

B. Manfaat Pers
1. Menyiarkan informasi, hal ini merupakan fungsi yang pertama dan utama karena
khalayak pembaca memerlukan informasi mengenai berbagai hal di bumi ini.
2. Mendidik (to educate), artinya sebagai sarana pendidikan massa (mass education).
Adapun isi dari media atau hal yang dimuat dalam media mengandung unsur
pengetahuan khalayak pembaca pengetahuannya.
3. Menghibur (to entertaint), khalayak pembaca selain membutuhkan informasi juga
membutuhkan hiburan. Ini juga menyangkut minat insani.
4. Mempengaruhi (control social), tidak dapat dipungkiri dalam kehidupan ini ada
kejanggalan-kejanggalan, baik langsung ataupun tidak langsung, berdampak pada
kehidupan social. Pada fungsi ini media dimungkinkan menjadi control social, yang
karena isi dari media sendiri bersifat mempengaruhi
C. Teori Pers

Fred S. Slebert, Thedorre Peterson dan Wilbur Schamm menyatakan bahwa pers di
dunia saat ini dapat dikatagorikan menjadi: Authorian Pers, social Responbility Pers dan
Soviet Communist Pers.

1
©2023 SEKOLAH KEPENULISAN DARUSSALAM
SMD Memulai Satu Buku Untuk Seribu Buku

Adapun teori Soviet Communist Pers hanyalah perkembangan dari teori authoritarian
Pers. Pada teori itu fungsi pers sebagai media informasi kepada rakyat oleh pihak penguasa
mengenai apa yang mereka inginkan dan apa yang harus didukung rakyat.

Sedangkan teori Sosial Rseponbility merupakan perkembangan dari teori Lebertarian


Pers dan teori ini adalah kebalikan dari teori Authoritarian pers, dimana pers bebas dari
pengaruh pemerintah dan bertindak sebagai Fouth State. Pada teori ini pers menempatkan
posisinya sebagai tanggung jawab sosial

D. Apa Itu Berita?

Secara sederhana berita merupakan laporan seorang wartawan atau jurnalis mengenai
fakta. Karena ada banyak fakta dalam kehidupan atau realitas social, lantas apakah
fakta/realitas merupakan berita? Jawabannya Tidak, Fakta itu akan menjadi berita setelah
dilaporkan oleh seorang wartawan. Karena itu berita merupakan konstruksi dari sebuah
fakta. Lantas seperti apa fakta yang semestinya dilaporkan wartawan lalu menjadi berita?.

Secara teoritis ada banyak sekali ukuran, namun secara umum ukuran itu dibagi dua,
yakni penting dan menarik. Kemudian, seberapa penting dan menarikkah suatu peristiwa itu
yang layak dijadikan berita? Maka untuk mempertimbangkan hal tersebut dibutuhkan nilai-
nilai sebagai pertimbangan untuk menentukan suatu peristiwa itu layak dijadikan berita.
Dalam jurnalistik nilai-nilai tersebut disebut dengan News Value (nilai berita).

E. Objek Berita

Karena berita adalah laporan fakta yang ditulis oleh seorang jurnalis, maka objek
beritanya adalah fakta. Dan fakta dalam jurnalsitik dikenal dalam beberapa kriteria, yaitu:

1. Peristiwa, adalah suatu kejadian yang baru terjadi, artinya kejadian itu hanya sekali
terjadi.
2. Kasus, adalah merupakan kejadian yang tidak selesai setelah peristiwa terjadi.
Maksudnya kejadian tersebut meninggalkan kejadian selanjutnya, peristiwa melahirkan
peristiwa berikutnya. Maka kejadian demi kejadian tersebut disebut dengan kasus.
3. Fenomena, adalah merupakan suatu kasus yang ternyata tidak terjadi hanya pada batas
teritorial tertentu, artinya kasus tersebut sudah mewabah atau terjadi dimana-mana.

2
©2023 SEKOLAH KEPENULISAN DARUSSALAM
SMD Memulai Satu Buku Untuk Seribu Buku

F. Nilai-Nilai Berita (News Value)

Secara umum nilai berita ditentukan oleh 10 komponen. Semakin banyak komponen
tersebut dalam berita maka semakin besar nilai khalayak pembaca terhadap berita tersebut,
secara lebih rinci dapat diringkaskan sebagai berikut:

1. Pengaruh (Magnitude): Seberapa luas pengaruh suatu peristiwa terhadap public atau
masyarakat luas. Ex: Kenaikan Harga BBM, luasnya pengaruh suatu berita bafi
masyarakt menetukan apakah berita tersebut bernilai atau tidak.
2. Bencana (Emergency): Suatu kejadian (musibah) yang dapat menggugah rasa perhatian
setiap orang. Ex: Tsunami Melanda Aceh hingga Ribuan Orang meninggal.
3. Konflik (Conflict): Ancaman terhadap rasa aman yang ditimbulkan manusia. Konflik
antar individu, kelompok maupun Negara tetap akan mengugah perhatian setiap orang.
seseorang yang menjadi Public Figure cukup besar. Ex: Perang, Kericuhan, Perkelahian.
4. Kemasyhuran (Prominence): Peristiwa yang melibatkan Public Figure, Pejabat, Idola
Mayarakat selalu menarik. Semakin terkenal orangnya, semakin bernilai beritanya.
5. Dampak (Impact): Peristiwa yang memiliki dampak langsung dalam kehidupan khalayak
atau masyarakat. Ex: Seberapa banyak orang yang terkena dampak, seberapa luas,
seberapa lama pula dampak yang dirasakan
6. Unik (Unique): Manusia cenderung ingin tahu tentang segala hal yang unik, aneh, dan
lucu. Hal-hal yang belum pernah atau tidak biasa ditemui dalam kehidupan sehari-hari
dan menarik perhatian. Ex: Orang menggigit anjing Bukan Anjing menggigit orang.
7. Baru (Actual): Suatu peristiwa yang baru terjadi akan memancing minat orang untuk
mengetahui hal tersebut. Ex: Peristiwa akan atau sedang berlangsung, sudah terjadi
semenit, sejam, atau maksimal sehari yang lalu.
8. Kontroversial: Suatu peristiwa yang bersifat controversial (Perdebatan) akan menarik
untuk diketahui karena mengandung kejanggalan.
9. Human Interest: Menggambarkan suatu cerita berita yang mengunggah emosi, minat,
motivasi dan simpati Pembaca, karena manusia menyukai suguhan informasi yang
menggesek sisi kemanusiaan. Penganiayaan, Perbudakan, Perjuangan.
10. Viral (Trend): Sesuatu hal yang banyak sering menjadi bahan pembicaraan atau
Booming.

3
©2023 SEKOLAH KEPENULISAN DARUSSALAM
SMD Memulai Satu Buku Untuk Seribu Buku

Namun sering kali ditemui dalam beberapa media yang melaporkan peristiwa yang sama
atau semakna dengan berita-berita diatas . Ini karena perbedaan sudut pandang (angel) yang
diambil wartawan dalam menulis berita.

G. Unsur Berita

Diketahui bahwa berita merupakan hasil rekonstruksi dari fakta (peristiwa) oleh
wartawan, maka diperlukan perangkat untuk merekonstruksi peristiwa tersebut. Berangkat
dari pemikiran bahwa pada umumnya manusia membutuhkan jawaban atas rasa ingin
tahunya dalam enam hal. Maka dari itu materi berita digali melalui enam pokok unsur
tersebut, meliputi apa (what), siapa (who), dimana (where), kapan (when), mengapa (why)
bagaimana (how). kemudian dikenal sebagai 5W + 1H.

H. Sifat Berita
1. Mengarahkan (directive), karena berita ini dapat mempengaruhi khalayak, baik
disengaja atau tidak. Maka berita ini sifatnya mengarahkan
2. Menbangkitkan Perasaan (effectife) melalui berita ini dapat membangkitkan perasaan
public
3. Memberi informasi (Informatife), berita ini harus memberi informasi tentang keadaan
yang terjadi sehingga memberi gambaran jelas dan menjadi pengetahuan public.
I. Kaidah-kaidah Penulisan Berita

Dalam penulisan berita, dalam hal ini menkontruksikan peristiwa (fakta) tidaklah
semena-mena. Penulisan berita didasarkan pada kaidah-kaidah jurnalistik. Kaidah-kaidah
tersebut biasa dikenal dengan konsep ABC (Accuracy, Balance, Clarity)

1. Accuracy (akurasi)

Disebut sebagai pondasi segala macam penulisan bentuk jurnalistik. Apabila penulis
ceroboh dalam hal ini, artinya sama dengan melakukan pembodohan dan membohongi
khalayak pembaca. Untuk menjaga akurasi dalam penulisan berita, bila perlu perhatikan
beberapa hal berikut:

a. Dapatkan berita yang benar


b. Lakukan re-cek terhadap data yang diperoleh
c. Jangan mudah berspekulasi dengan isu atau desas-desus
d. Pastikan semua informasi dan data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan
kewenangan dan keabsahannya.

4
©2023 SEKOLAH KEPENULISAN DARUSSALAM
SMD Memulai Satu Buku Untuk Seribu Buku

2. Balance (Keseimbangan)

Ini juga menjadi kaidah dalam penulisan berita. Sering terjadi sebuah karya jurnalistik
terkesan berat sebelah dengan menguntungkan satu pihak tertentu sekaligus merugikan
pihak lain. Keseimbangan dimungkinkan dengan mengakomodir kedua golongan
(misalnya dalam penulisan berita tentang konflik). Hal demikian dalam jurnalistik
disebut dengan "Both Side Covered"

3. Clarity (Kejelasan)

Factor kejelasan bisa diukur apakah khalayak mengerti isi dan maksud berita yang
disampaikan, bukan jelas dalam konteks teknis, namun lebih condong pada factor topic,
alur pemikiran, kejelasan kalimat, kemudian pemahaman bahasa dan pernyaratan
penulisan lainnya.

J. Struktur atau Susunan Penulisan Berita

Dalam berita terdapat struktur atau susunan berita juga memiliki bagian-bagian. Maka
sebelum mengenal struktur penulisan berita terlebih dulu kita mengenal bagian-bagian
berita. Dimana bagian-bagian tersebut dari Kepala Berita atau Judul (Head News). Topi
Berita, menunjukan lokasi peristiwa dan identitas media (misalnya, Surabay SP) biasanya
digunakan dalam penulisan Straight News, intro diletakkan setelah judul berfungsi sebagai
penjelas judul dan gambaran umum isi berita. Tubuh berita (news body), bisa dikatakan
sebagai isi berita.

Adapun strukrur penulisan berita sebagai berikut:

1. Piramida Terbalik: artinya pokok atau inti berita diletakkan di awal-awal paragraph
(1-2 paragraf) dan bukan berarti paragraph selanjutnya tidak penting. Cuman bukan
merupakan inti berita. Biasanya ini digunakan dalam penulisan straight news.

2. Balok tegak: artinya pokok atau inti berita tidak hanya diletakkan di awal paragraph.
terdapat di awal, tengah, dan akhir paragraph. Biasanya ini digunakan dalam penulisan
depth news (Indepth reporting ataupun investigasi reporting)

5
©2023 SEKOLAH KEPENULISAN DARUSSALAM
SMD Memulai Satu Buku Untuk Seribu Buku

K. Metode Penggalian Data

Dalam membuat berita, data menempati posisi penting karena melalui datalah peristiwa
(fakta) dapat dilaporkan. Data merupakan "mind" (rekaman) dari suatu peristiwa. Dan
penulis (jurnalis) menyajikan konstruksi dari peristiwa/fakta tersebut yang disusun dari
berbagai data. Ada beberapa cara untuk penggalian data tersebut.

Pertama, melalui pengamatan langsung penulis (observasi) untuk mendapatkan data


tentang kejadian. Kedua, melakukan wawancara terhadap seseorang yang terlibat langsung
(sekunder) dalam suatu kejadian Wawancara juga dimaksudkan untuk melakukan Cross
Chek demi akurasi data yang diperoleh melalui pengamatan (observasi). Ketiga, selain dua
perangkat tersebut data juga bisa diperoleh melalui data literary terhadap dokumen-
dokumen dengan suatu fakta kejadian ataupun fenomena (jika dimungkinkan) data demikian
dianggap penting.

1. Obeservasi (pengamatan)

Ini dilakukan pada tahap awal pencarian data tentang sesuatu. Dalam pengamatan
sangat mengandalkan kepekaan indrawi (lihat, dengar, cium, sentuh) dalam mengamati
realitas. Namun dalam pengamatan tersebut seorang observator tidak boleh melakukan
penilaian terhadap realitas yang diamati.

Kegiatan observasi terkait dengan pekerjaan memahami realitas detail-detail kejadian


yang berlangsung. Untuk itu diperlukan upaya memfokuskan pengamatan pada obyek-
obyek yang tengah diamati.

Observasi memerlukan daya amatan yang kritis, luas. Namun tetap tajam dalam
mempelajari rincian obyek yang ada dihadapannya. Untuk mendapatkan pengamatan yang
obyektif, pengamat harus bisa mengontrol emosional dan mampu menjaga jarak dengan
segala rincian obyek yang diamati.

Dalam penggalian data melalui observasi ini sifatnya langsung dan orisinil. Langsung
artinya dalam pengamatannya tidak berdasarkan teori, pikiran, dan pendapat orang lain. Dia
menemukan langsung apa yang hendak dicarinya. Orisinil artinya hasil pengamatannya
merupakan hasil serapan indranya bukan yang dilaporkan oleh orang lain. Dan untuk

6
©2023 SEKOLAH KEPENULISAN DARUSSALAM
SMD Memulai Satu Buku Untuk Seribu Buku

selanjutnya akan dibahas secara lengkap mengenai jenis pengamatan, mulai pengamatan I,
II, III dan IV

Pengamatan I

Tahap ini merupakan langkah untuk memfokuskan kesadaran dan kepekaan


penginderaan pada suatu obyek yang telah ditentukan agar mampu untuk
mendeskripskannya. Hal ini dimaksudkan untuk membedah kesadaran antara obyektifitas
dan subjektifitas, antara fakta dan imajinasi sebagai bagian dari news. Dari sini diusahakan
untuk mampu mendeskripsikan keberadaan benda mati ke dalam bentuk sebuah tulisan.

Maksimalisasi panca indera sangat ditonjolkan untuk memfokuskan kesadaran dan


kepekaan penginderaan secara deskriptif. Dalam pendeskripsian ini harus mengoptimalkan
kemampuan indera dalam meggambarkan sebuah benda tanpa menyebutkan sifat objek.
Sebab jika mengungkapkan sifat pada sebuah objek, maka deskripsi akan bersifat subjektif

Karena itu diperlukan batasan antara objektifitas dan subjektifitas. Objektifitas dapat
berpatokan pada: posisi letak, ukuran, warna, bahan, kedudukan, akurasi, identitas, dan non
justification. Sedangkan subjektifitas dalam pendeskripsian dapat di lihat dari: keadaan,
agak/kemiripan, imajinasi, pendapat pribadi, gaya bahasa yang banyak mengulas,
mengungkapkan sifat, fungsi (normative) dan suasana.

Keduanya dapat dijadikan pisau dalam menganalisa suatu objek. Selanjutnya dari hasil
deskripsi, seorang yang membacanya dapat menyimpulkan sendiri berdasarkan data.

Pengamatan II

Dalam tahap ini deskripsi objek lebih di tingkatkan lagi pada benda bergerak/ hidup.
Dengan prinsip yang tidak jauh berbeda dengan pengamatan I kemampuan indera lebih
dipertajam untuk memperoleh deskripsi yang maksimal. Pembatasan wilayah objektifitas
dan subjektifitas tetap ditekankan, namun disini lebih di kembangkan untuk penentuan fokus
pengamatan pada objek.

Dengan demikian selanjutnya akan lebih mengarahkan deskripsi pada focus benda
(supaya tidak meluas). Pengungkapan kondisi dan suasana lingkungan dapat dimasukkan
dalam pengamatan ini yang berusaha untuk memberikan deskripsi secara utuh (holistic).

7
©2023 SEKOLAH KEPENULISAN DARUSSALAM
SMD Memulai Satu Buku Untuk Seribu Buku

Pengamatan III

Tahap ini akan mengamati sebuah gambar atau foto dari sebuah peristiwa. Praktisnya
adalah berusaha untuk membangun analisis dan deskripsi objektif dari sebuah gambar atau
foto yang dianggap sebagai dunia nyata, sekaligus pengamat diposisikan seolah-olah berada
dalam keadaan tersebut.

Dalam pengamatan ini diupayakan untuk memfokuskan kesadaran dan kepekaan


penginderaan pada peristiwa dunia dalam gambar tersebut. Aktualisasi analisis dapat
dilakukan dengan mengajukan dan menuliskan pernyataan sebanyak-banyaknya tentang
peristiwa yang diamati. Selanjutnya dapat diminta untuk mengajukan dan menuliskan
kemungkinan jawaban atas setiap pertanyaannya.

Focus kesadaran penginderaan benar-benar harus dicurahkan untuk mendapatkan


deskripsi yang detail dan akurat. Hasil pengamtan ini dapat dijadikan tolak ukur sehingga
kekuatan dan kemampuan seseorang jurnalis dalam menganalisa memecahkan persoalan
sekaligus kemudian menuangkannya dalam tulisan. Untuk mempertajam analisa dapat
ditambah dengan perinsip 5 W + 1 H.

Pengamatan IV

Pengamatan ini akan memfokuskan kesadaran dan kepekaan indera pada sebuah
peristiwa nyata untuk kemudian dideskripsikan. Di sini para calon jurnalis dapat menggali
data dengan alat bantu wawancara maupun cara lain yang berkaitan dengan peristiwa
tersebut. Hanya saja titik tekan lebih pada proses pengamatan (indera). Yang kemudian
prinsip 5W+1H dalam tahap ini dapat di aplikasikan secara langsung dan menyeluruh.

Dalam tahap ini sebenarnya dinding pemisah antara subjektifitas dan objektifitas
sangat tipis. Apa yang di anggap objektif oleh seseorang bisa dianggap subjektif oleh orang
lain, begitu pula sebaliknya. Misalnya kita analogikan dengan sebuah pernyataan “agama
itu baik bagi manusia” atau “agama ini tidak baik bagi manusia”. Sehingga kemungkinan
orang akan mengatakan pernyataan pertama benar dan objektif dengan alasan misalnya
banyak orang telah membuktikan kebaikan agama. Tetapi dengan alasan dan bukti berbeda,
orang lain akan membenarkan pernyataan kedua.

8
©2023 SEKOLAH KEPENULISAN DARUSSALAM
SMD Memulai Satu Buku Untuk Seribu Buku

Begitu pula dalam subuah peristiwa, bahwa objektifitas dan subjektifitas pendapat
orang akan bersifat relative, tergantung pada siapa yang mengatakan dan dalam kondisi
bagaimana. Subjektif akan dikatakan objektif apabila dikaitkan dengan pendapat seseorang,
dalam arti bukan pendapat penulis/jurnalis.

2. Wawancara

Wawancara merupakan aktifitas yang dilakukan dalam jurnalistik untuk memperoleh


data. Dalam menggali data tidak mungkin bagi seorang jurnalis hanya mengandalkan hasil
observasi tanpa melakukan wawancara, Karena dengan wawancara bisa memperoleh
kelengkapan data tentang peristiwa atau fenomena. Juga dengan wawancara seorang jurnalis
melakukan cross chek atau res chek dari data yang diperoleh sebelumnya demi akurasi data.

Perlu diperhatikan bahwa wawancara bukanlah proses Tanya jawab “saya bertanya
anda menjawab”, tapi wawancara lebih luas dari proses tanya jawab. Pewawancara dan yang
diwawancarai berbagi pekerjaan "membagun ingatan" tujuan umumnya merekonstruksi
kejadian yang entah baru terjadi atau lampau. Dalam aktifitas ini (wawancara) pewawancara
dan yang diwawancarai akan membangun kembali ingatan-ingatan tersebut.

Kemudian agar lebih mudah dalam berwawancara berikut Teknik Wawancara efektif
agar semua bisa berjalan dengan mudah, Menguasai permasalahan ini penting untuk
menghindari Miss Understanding antara pewawancara dan yang diwawancarai.

• Ajukan pertanyaan yang lebih spesifik, Pertanyaan yang lebih spesifik akan lebih
membantu mempermudah dalam mengarahkan topik pembicaraan
• Jangan menggurui, Karena wawancara bukan proses tanya jawab, tetapi aktifitas
membangun ingatan terhadap peristiwa yang baru terjadi atau telah lampau.

3. Study Literary

Suatu data tidak hanya di peroleh melalui pengamatan dan wawancara tetapi bisa juga
memanfaatkan (melacak) data-data yang terdokumentasikan. Pencarian data-data yang
terdokumentasikan juga sangat dipertimbangkan kebahasaannya (valid) dan dapat
dipertanggung jawabkan, misalnya Keppres, Tap MPR, dan Undang-undang. Tidak
mungkin di dapatkan melalui pengamatan ataupun wawancara. Kebutuhan data yang seperti
itulah sangat memungkinkan dan merupakan keharusan untuk pencarian data yang

9
©2023 SEKOLAH KEPENULISAN DARUSSALAM
SMD Memulai Satu Buku Untuk Seribu Buku

terdokumentasikan. Dan biasanya data-data yang seperti itu validitasnya dapat


dipertanggungjawabkan.

Karena tingkat validitas data itu harus dipertanggungjawabkan, maka dalam


pencariannya seseorang jurnalis harus hati-hati dalam memanfaatkannya, tidak terbatas
pada Keppres, Tap MPR, Undang-undang. Namun hasil dari penelitian, berita di media,
arsip, buku, juga bisa dijadikan sebagai dokumen, tetapi juga harus mempertimbangkan
validitas dari data-data tersebut.

4. Koran atau majalah

Koran atau majalah menyediakan informasi cukup memadai untuk kebutuhan riset
dokumen. Informasi surat kabar cukup layak dijadikan sumber data otentik (terlepas bila
mengandung kesalahan informasi). Riset dokumen yang dilakukan mempelajari terhadap
berbagai pemberitaan dari reportase yang obyektif, teks berita foto (caption), dan tulisan
opini.

Teknik penelusuran data melalui Koran atau majalah ialah:

• Melalui system kartu indeks perpustakaan


• Melalui system kartu indeks yang diterbitkan oleh sindikasi

5. Buku

Pencarian data melalui buku terkait dengan kredibilitas penulisnya, penerbitnya, dan
tahun-tahun revisi penerbitannya. Juga memeriksa keterangan data-data statistic yang
dikutip, apakah dari abstraksi data yang terbaru buku layak dijadikan sumber data, karena
buku biasanya memuat bahasan-bahasan yang mendalam dan cakupan pemahaman yang
luas.

Beberapa referensi buku yang bisa dimanfaatkan antara lain:

• Kamus
• Ensiklopedia
• Biografi/autobiografi
• Tesis/Disertasi
• Jurnal
• Internet

10
©2023 SEKOLAH KEPENULISAN DARUSSALAM
SMD Memulai Satu Buku Untuk Seribu Buku

BAB II

BENTUK PENULISAN BERITA

A. Straight News

Straight news atau sering juga disebut berita langsung merupakan bentuk penulisan
berita yang paling sederhana, hanya dengan menyajikan unsur 4 w (what, who, when,
where) maka tulisan tersebut bisa langsung menjadi berita. Namun bukan berarti straight
news menafikan unsur why dan how. Karena bentuk penyajiannya juga diatur sedemikian
rupa, sehingga khalayak pembaca bisa mengetahui pesan utama yang terkandung dalam
berita itu tanpa perlu membaca seluruh isi berita. Pola penulisan straight news sering dipakai
oleh media-media massa yang punya masa edar harian. Selanjutnya untuk media-media
massa yang terbit berkala banyak memakai pola penulisan feature, depth news (indepht
reporting maupun investigative reporting).

Permasalahnnya sekarang fakta seperti apa yang biasanya ditulis dengan bentuk straight
news. Tidak semua fakta bisa ditulis dengan bentuk straight news, karena straight news
sangat terikat dengan unsur kebaruan (aktualita). Maka suatu fakta itu ditulis dengan bentuk
straight news :

1. Informasi/berita tentang peristiwa dan buku fenomena ataupun kasus. Akhirnya kejadian
yang hanya sekali itu saja terjadi. Bukan kejadian yang terjadi secara berlanjutan.
Misalnya kecelakaan lalu lintas, kejahatan, pergantian pejabat, dsb.

2. informasi atau berita itu penting untuk segera diketahui khalayak.

3. Baru (actual).

B. Depth News

Tulisan ini lazim disebut “laporan mendalam”, di gunakan untuk menuliskan


permasalahan (yang penting dan menarik) secara lebih lengkap, bersifat mendalam dan
analitis, dimensinya lebih luas, yang di jadikan berita biasanya suatu kasus maupun
fenomena. Laporan ini ditulis berdasarkan hasil liputan terencana, dan membutuhkan waktu
panjang. Karena merupakan hasil liputan terencana, maka diperlukan persiapan yang
matang, sehingga dalam penuilsan in-Depth reporting ini membutuhkan out line sebagai
kerangka acuan dalam penggalian data sampai analisa data.

11
©2023 SEKOLAH KEPENULISAN DARUSSALAM
SMD Memulai Satu Buku Untuk Seribu Buku

Dalam Depth news materi penulisan berita penekanannya pada unsur How (bagaimana)
dan Why (mengapa). Dan juga mencari dan memaparkan jawaban How dan Why secara
lebih rinci dan banyak dimensi.

C.Karakteristik Depth News

1. Srukturnya boleh balok tegak.

2. Deskripsinya analitis, banyak mengungkapkan fakta-fakta penting dan pendukung untuk


kejelasan berita

3. Lenggang cerita mengikat (berkesinambungan) antara paragraph sebelum dan sesudahnya

4. Lebih mendalam dalam menguraikan fakta.

D. Pembuatan Perencanaa Liputan (Outline)

Karena pemberitaan dalam model depth news lebih menekankan pada unsur why dan
how, maka dibutuhkan kedalaman dalam mengurai realitas. Supaya dalam penguraian
realitas tidak terjadi pembiasan/pelebaran, dalam artian tetap focus dalam megurai suatu
realitas, maka amat dibutuhkan kerangka (Outline) sebagai acuan dalam menguraikan
realitas tersebut, mulai dari pengumpulan/penggalian data sampai penganalisaan data
sebelum dijadikan tulisan.

Adapun dalam pembuatan Outline, kita tidak kosong terhadap realitas (kasus atau
fenomena) yang akan diurai. Pengetahuan awal tentang fenomena yang akan diurai akan
sangat membantu dalam pembacaan fenomena tersebut. Karena tidak mungkin seluruh
uraian fenomena yang disajikan dalam tulisan, maka dalam outlinenya ditentukan sisi mana
(angle) yang akan diurai dan disajikan secara mendalam.

Sedangkan angle dimaksudkan sebagai penentu batasan-batasan fenomena yang akan


diurai schingga dalam mengurai dan menganalisa Sebuah fenomena tetap terfokus pada
batasan yang telah di rencanakan dan tidak melebar kemana-mana yang hanya akan
menjadikan pembiasan dalam Penguraian dan penganalisaan.

Sebagai kerangka acuan dalam liputan mendalam Out Line juga memuat Perencanaan
(ketentuan) data-data yang akan dicari. Dan untuk data yang di rencanakan melalui
wawancara, ditentukan pula poin-poin pertanyaan (drafting) secara garis besarnya.

12
©2023 SEKOLAH KEPENULISAN DARUSSALAM
SMD Memulai Satu Buku Untuk Seribu Buku

E. Features

Penulisan ini lazim di sebut berita kisah (narasi) atau cerita pendek non fiksi. Dikatakan
non fiksi karena tetap berdasarkan pola fakta. Features juga Sering disebut berita ringan
(soft news) karena gaya penulisannya yang indah memikat, naratif, proasis, imajinatif dan
bahasanya lugas.

Biasanya featuers int mengggunakan suatu peristiwa (realitas social) yang biasanya
tidak terlalu menjadi perhatian public dan isinya lebih menekankan pada sisi human
interest (menarik minat dan perasaan khalayak pembaca) model features dalam penulisan
berita tidak terikat aktualitas.

Namun dalam menulis features dibutuhkan kepekaan dan ketajaman menangkap


fenomena dalam realitas social melalui pengamatan dan wawancara yang mendalam, serta
riset dokumentasi yang cermat.

1. Ragam Features

a) Historikal Features

Menceritakan kejadian-kejadian yang menonjol pada waktu yang telah lewat, tetapi
mesih mempunyai nilai human interest.

b) Dua Profil Features

Mengemukakan pengalaman pribadi seseorang atau kelompok. Khalayak pembaca


bisa mengetahui sepak terjang tokoh tersebut, motivasinya, wawasannya, kerangka
berfikirnya. Dan dikemas seolah-olah ‘kisah pengakuan diri’ dari orang yang
bersangkutan.

c) Adventures Features

Menyajikan kejadian unik dan menarik yang dialami seseorang atau kelompok dalam
perjalanan kesuatu daerah tertentu, baik tentang alam maupun masyarakat.

d) Trend features

Mengungkapkan kisah tentang kehidupan sekelompok anak manusia ataupun


perubahan gaya hidupnya dalam proses transformasi social.

13
©2023 SEKOLAH KEPENULISAN DARUSSALAM
SMD Memulai Satu Buku Untuk Seribu Buku

e) Seasonal Features

Mengisahkan aspek baru dari suatu peristiwa teragenda, seperti saat lebaran, natal,
peringatan hari lahir tokoh nasional dan sebagainya.

f) How-to-do-it Feature

Mengungkapkan bagaimana suatu perbuatan atau kegiatan dilakukan, seperti tulisan


tentang pemanfaatan daun sereh sebagai obat keluarga atau bagaimana cara
menghapuskan virus computer.

g) Explanatori/Backgrounder Feature

Mengisahkan suatu yang terjadi dibalik peristiwa atau penjelasan mengapa hal itu
terjadi, misalkan tentang pemogokan buruh, mengapa pemogokan itu terjadi, sebab
apa yang melatar belakangi pemogokan.

h) Human Interest Feature

Menceritakan tentang kisah hidup anak manusia yang menyentuh perasaan, seperti
seorang mahasiswa yang terus kuliah dengan mengandalkan hasil keringatnya sendiri.
Penulisan ini ditekankan pada tingkah laku hidupnya bukan personanya.

2. Karakteristik Features

a) Teras Berita (Lead) bebas asal tetap menarik

b) Strukturnya bebas tapi tetap ringkas dan terus menarik

c) Bagian akhir tulisan dapat meningalkan pesan pada pembaca, artinya dapat
membuat pembaca tersenyum, tertawa, berdecap, bagian akhir yang demikian
disebut Punch.

d) Lenggang cerita terkesan santai

e) Deskripsi bervariasi, mengungkapkan detail-detail yang menyentuh atau yang


membangkitkan emosi.

14
©2023 SEKOLAH KEPENULISAN DARUSSALAM
SMD Memulai Satu Buku Untuk Seribu Buku

F. Pembuatan Opini, Tajuk Rencana (Editorial), Artikel, Kolom (essai) dan Resensi

Pembuatan antara opini, tajuk rencana, artikel, kolom dan resensi mempunyai
spesifikasi masing-masing yang sangat berbeda. Antara satu tema rubrik tajuk opini pasti
akan berbeda dengan rubrik opini, begitupun yang lainnya. Sehingga dibawah ini akan
dipaparkan spesifikasi masing- masing

1. Opini

Bila berita sebagai hasil konstuksi dari peristiwa (fakta) dan dituntut obyektif
dalam penyajiannya, maka tidak demikian halnya dengan opini. Opini bukan
merupakan konstruksi peristiwa, tetapi lebih pada penilaian terhadap peristiwa
(fakta), jadi terdapat unsur-unsur subyektifitas penulis dalam penyajiannya.
Penulisannya tidak berdasarkan pada 5W+1H sebagaimana berita.

Langkah awal yang harus dilakukan sebelum mengumpulkan bahan dan menulis
opini dalam menentukan tema (problem yang akan diurai). Tema merupakan
bentangan benang-merah dalam benak penulis yang menggambarkan tujuan tulisan,
merupakan gagasan pokok. Tanpa tema tulisan opini tidak akan utuh dan menentu
arahnya. Ada beberapa bentuk penulisan opini dalam jurnalistik; artikel, kolom, esai,
resensi. Beberapa bentuk tulisan tersebut lazimnya merupakan ruang bagi pembaca.

ARTIKEL

BENTUK
PENULISAN KOLOM/
OPINI ESAI
DALAM
JURALISTI ESAI
K
RESENSI

Selain bentuk-bentuk tersebut masih ada penilisan lain yang disebut opini.
Namun, opini ini lebih merupakan pendapat media bersangkutan terhadap realitas
yang berkembang. Salah satunya adalah editorial/tajuk yang merupakan penilaian atau
analisa dari redaksi tentang situasi dan berbagai masalah. Juga ada pojok, ia
merupakan tulisan tanpa sentilan, sindiran terhadap realitas yang ditulis dengan gaya

15
©2023 SEKOLAH KEPENULISAN DARUSSALAM
SMD Memulai Satu Buku Untuk Seribu Buku

satire, lucu, kocak. Dan karikatur juga merupakan penilaian redaksi terhadap realitas,
ia tidak jauh beda dengan pojok, namun diungkapakn melalui gambar/kartun.

Syarat-syarat Opini

- Orisinil

- Faktual, Aktual

- Bersifat ilmiah

- Sistematis

- Mengandung gagasan atau ide

- Menggunakan bahasa yang baik dan benar (Sesuai dengan kaidah bahasa, baik
Indonesia ataupun serapan).

2. Tajuk Rencana (Editorial)

Suatu karya tulis yang merupakan pandangan redaksi terhadap suatu


fakta/realitas, karena merupakan pandangan redaksi bersangkutan dengan penilaian
redaksi. Tajuk rencana memuat fakta dan opini yang disusun secara ringkas dan logis.

Yang perlu diperhatikan dalam membuat tajuk :

1. Judul yang sifatnya meghimbau pembaca


2. Kalimat untuk lead (paragraf awal) tidak terlalu panjang

Tajuk rencana yang baik mengandung keseimbangan antara hasil karya seorang
ilmuan dan seorang seniman. Dengan jiwa ilmuan, dimaksudkan dalam menentukan
dan menganalisa problem bersifat logis, sangat mempertimbangan temuan-temuan
dalam mengurai problem. Dengan semangat seniman, dimaksudkan lebih pada
penyajian hasil analisa dalam bentuk tulisan agar lebih enak dibaca.

3. Artikel

Merupakan karya jurnalistik yang mempunyai karya ilmiah. Ada juga yang
mengatakan artikel merupakan karya ilmiah Kenapa? Dalam artikel susunan
penulisannya seperti halnya karya ilmiah: ada batasan-batasan permasalahan yang
diungkapkan untuk selanjutnya diurai dalam tulisan, juga dimungkinkan ada problem
solfing. Bahasa yang digunakan adalah bahasa-bahasa ilmiah baku, namun tidak kaku.

16
©2023 SEKOLAH KEPENULISAN DARUSSALAM
SMD Memulai Satu Buku Untuk Seribu Buku

Jadi dalam menulis artikel langkah utama adalah menentukan permasalahan yang
akan diurai (tema) Mensistematiskan supaya lebih mudah untuk ditarik benang merah.
Ini perlu diperhatikan dalam menulis artikel.

Tema dalam bahasan artikel bisa berupa apa saja, dari teknologi sampai politik,
dari masalah yang lebih kecil sampai pada masalah yang paling besar.

4. Kolom/ Essai

Sama halnya dengan artikel, menulis kolom diperlukan menentukan


permasalahan yang akan diurai, juga sistematisasi permasalahan untuk ditarik benang
merah. Ini dimaksudkan untuk menjadikan lebih terarah. Dalam penulisannya, kolom
tidak ketat seperti artikel. Bahasa yang digunakan lebih lentur, mudah dipahami,
terkesan santai dalam memaparkan idenya.

Dalam Essai lebih longgar lagi dan tulisannya lebih pendek dari kolom. Biasanya
karakter penulis tercerminkan dalam tulisan Essai kekhasan personal lebih
ditonjolkan. Sama halnya dengan kolom dalam memaparkan idenya terkesan santai,
bahasanya lentur,alur bahasa lebih lugas. Juga seperti halnya dalam penulisan opini
yang lain, ada permasalahan yang diuraikan.

5. Resensi

Resensi merupakan bentuk tulisan dalam hal penggambaran/analisa terhadap


sebuah teks. Teks disini bisa berupa buku, film, teater, maupun lagu. Sebagian
menyebut resensi sama halnya dengan synopsis, penggambaran secara global tentang
teks. Tapi sebenarnya tidak sama, karena dalam resensi ada sedikit sentuhan analisa
penulisan dan seorang resensor harus berlaku subyektif mungkin dalam
menggambarkan atau menganalisa teks

17
©2023 SEKOLAH KEPENULISAN DARUSSALAM
SMD Memulai Satu Buku Untuk Seribu Buku

BAB III

PENULISAN BERITA

A. Membuat Judul

Judul berita memang bukan merupakan hal yang urgen dalam penulisan berita. Tapi
bisa menjadi hal yang vital. Sebelum membaca isi berita pembaca cenderung membaca
judul lebih awal. Ketika judul tidak menarik, maka pembaca enggan untuk membaca isinya.

Maka usahakan dalam membuat judul mudah dimengerti dengan sekali baca, juga
menarik, sehingga mendorong pembaca mengetahui lebih jauh isi berita. Tapi judul yang
menarik belum tentu benar dalam kaidah penulisan judul. Pada dasarnya judul seharusnya
mencerminkan berita. Jadi disamping mencerminkan isi yang menarik, judul perlu kejelasan
asosiatif setiap unsur subjek, objek, dan keterangan.

Selain itu, dalam menuliskan judul juga bisa menggunakan kalimat langsung, artinya
mengutip langsung dari narasumber. Biasanya, suatu pertanyaan itu mengarah subjek yang
melontarkan, untuk menjelaskan subjek (nama-nama narasumber atau sebuah kegiatan)
maka digunakan kickers (pra judul). Atau jika tidak menggunakan kickres, penulisan judul
dalam tanda dua tanda petik.

B. Pembuatan Lead

Lead merupakan paragrhap awal dalam tulisan berita yang berfungsi sebagai kail
senbelum masuk pada uraian dalam berita. Ada beberapa macam lead yang bisa digunakan
dalam menulis berita

1. Lead ringkasan : biasanya dipakai dalam penulisan “berita keras”. Yang di tulis inti
beritanya saja, sedangkan interesting reader diserahkan kepada pembaca, lead ini
digunakan karena adanya persoalan yang kuat dan menarik.

2. Lead bercerita: Ini digemari oleh penulis cerita fiksi karena dapat menarik dan
membenamkan pembaca alur yang mengasikkan. Tekhniknya adalah membiarkan
pembaca menjadi tokoh utama dalam cerita.

3. Lead pertanyaan: Lead ini efektif apabila berhasil menantang pengetahuan pemabaca
dalam mengenal permasalah yang diangkat.

18
©2023 SEKOLAH KEPENULISAN DARUSSALAM
SMD Memulai Satu Buku Untuk Seribu Buku

4. Lead menuding langsung: Biasanya melibatkan langsung pembaca secara pribadi,


rasa ingin tahu mereka sebagai manusia diusik oleh penudingan lead oleh penulis.

5. Lead Penggoda: Mengelabui pembaca dengan acara bergurau. Tujuan utamanya


menarik perhatian pembaca dan menuntunnya supaya pembaca habis cerita yang
ditawarkan.

6. Lead Nyetuk: Lead yang menggunakan puisi, pantun, lagu atau yang lain. Tujuannya
menarik pembaca agar menuntaskan cerita yang kita tawarkan. Gaya lead ini sangat
has dan ekstrim dalam bertingkah.

7. Lead Deskriptif. Menciptakan gambaran dalam pikiran pembaca tentang seorang


tokoh atau suatu kejadian. Lead ini banyak digemari wartawan ketika menulis
feature profil pribadi.

8. Lead Kutipan: Lead yang mengutip perkataan, statement, teori dari orang terkenal

9. Lead Gabungan: Lead yang menggabungkan dua atau lebih macam lead yang sudah
ada. Semisal lead kutipan digabung dengan lead deskriptif.

C. Pembuatan Ending

Untuk menutup ending atau ending story, ada beberapa jenis:

1.Penyegar: penutup yang biasanya diahiri kata-kata yang mengagetkan pembaca dan
seolah-olah terlonjak

2.Klimaks: penutup ini ditemukan pada cerita yang ditulis secara kronologis

3.Tidak ada penyelesaian: penulis mengakhiri cerita dengan memberikan sebuah pertanyaan
pokok yang tak terjawab. Jawaban diserahkan pada pembaca untuk membuat solusi atau
tanggapan tentang permasalahan yang ada.

D. Alur Penulisan

Kita sering membaca sebuah tulisan, tapi setelah selesai kita tidak tahu apa yang
dikatakan dan yang di maksud oleh tulisan tersebut. Dalam kasusu ini, sebagai penulis ia
gagal manyampaikan ide/pikiran pada pembaca. Ada dua kemungkinan kenapa pembaca
tidak memahami tulisan tersebut. Pertama bahasa yang digunakan penulis. Kedua alur
yang tidak terarah. Jika yang terjadi adalah factor kedua maka penulis telah melakukan
kesalahan yang sangat fatal.

19
©2023 SEKOLAH KEPENULISAN DARUSSALAM
SMD Memulai Satu Buku Untuk Seribu Buku

Ada beberapa hal yang dapat di jadikan acuan :

1. Sebab-akibat

2. Akibat-sebab

3. Diskriptif-kronologis

20
©2023 SEKOLAH KEPENULISAN DARUSSALAM
SMD Memulai Satu Buku Untuk Seribu Buku

BAB IV

BAHASA JURNALISTIK

Bahasa jurnalistik sewajarnya didasarkan atas terbatasnya ruang dan waktu. Salah satu
sifat dasar jurnalisme menghendaki kemampuan komunikasi dalam ruang dan waktu yang
realtive terbatas. Dengan demikian dibutuhkan suatu bahasa jurnalistik yang lebih efisien.
Dengan efisien dimaksudkan lebih hemat dan jelas.

Asas hemat dan jelas ini sangat penting buat seorang jurnalistik dalam usaha kearah
efisien dan kejelasan dalam tulisan. Penghematan di arahkan kepada penghematan ruang
dan waktu. Ini bisa dilakukan di dua lapisan, yaitu : unsur kata dan unsur kalimat.

A. Penghematan Bahasa

1. Unsur Kata

a. Beberapa kata indonesia sebenarnya bisa dihemat tanpa mengorbankan tata bahasa
dan jelasnya arti. Misalnya:

• Agar supaya menjadi agar, supaya


• Akan tetapi menjadi tapi
• Apabila menjadi bila
• Sehingga menjadi hingga
• Meskipun menjadi meski
• Walaupun menjadi walau
• Tidak menjadi tak (kecuali diujung kalimat atau berdiri sendiri)

b. kata daripada atau dari pada juga bisa disingkat jadi dari misalnya:

" keadaan lebih baik dari pada zaman sebelum perang", menjadi "keadaan lebih baik
dari sebelum perang", tapi mungkin masih janggal mengatakan: "dari hidup berputih
mata, lebih baik mati berputih tulang"

c. Beberapa kata mempunyai sinonim yang lebih pendek. Misalnya:

Kemudian = lalu

Makin = kian

Terkejut = kaget

21
©2023 SEKOLAH KEPENULISAN DARUSSALAM
SMD Memulai Satu Buku Untuk Seribu Buku

Amat = sangat

Demikian = begitu

Sekarang = kini

Catatan: dua kata yang bersamaan arti belum tentu bersamaan efek, sebab bahasa
bukan hanya soal perasaan. Jadi dalam soal memilih sinonim pendek perlu
mempertimbangkan rasa bahasa.

2. Penghematan Unsur Kalimat

Lebih efektif penghematan kata adalah penghematan melalui struktur kalimat.


Banyak contoh pembuatan kalimat dengan pemborosan kata.

a. Pemakaian kata yang sebenarnya tak perlu, diawal kalimat, misalnya:

- “Adalah merupakan kenyataan, bahwa pencaturan politik internasional berubah-


ubah setiap zaman". (bisa disingkat: "merupakan kenyataan, bahwa.............")
- "Apa yang dikatakan Wijoyo Nitisastro sudah jelas”. (bisa disingkat: " yang
dikatakan Wijoyo Nitisastro").

b. Pemakaian apakah atau apa (mungkin pengaruh bahasa daerah) yang sebenarnya
bisa ditiadakan, misalnya:

- "Apakah Indonesia akan terus tergantung pada bantuan luar negeri". (bisa
disingkat: "akan terus tergantungkah Indonesia").
- "Baik kita lihat, apakah dia dirumah atau tidak?”. (bisa disingkat "baik kita lihat
dia dirumah atau tidak")

c. Pemakaian dari sepadan dengan of (inggris) dalam hubungan milik yang sebenarnya
dapat ditiadakan, misalnya:

- “Dalam hal ini pengertian dari pemerintah diperlukan". (bisa disingkat." dalam
hal ini pengertian pemerintah diperlukan").
- "Sintaksis adalah bagian dari pada tata bahasa". (bisa disingkat sintaksis adalah
bagian tata bahasa").

22
©2023 SEKOLAH KEPENULISAN DARUSSALAM
SMD Memulai Satu Buku Untuk Seribu Buku

d. Pemakaian untuk sepadan dalam to (inggris) sebenarnya dapat ditiadakan,


misalnya:

- "Unisoviet cenderung untuk mengakui hak-hak India ". (bisa disingkat "Unisoviet
cenderung megakui hak-hak India").
- "Pendirian semacam itu mudah untuk dipahami”. (bisa menjadi "pendirian
semacam itu mudah dipahami”).

Catatan: Dalam kalimat: "mereka setuju untuk tidak setuju", kata ‘untuk’ demi
kejelasan dipertahankan.

e. Pemakaian adalah sepadan dengan is atau are (inggris) tak selamanya perlu,
misalnya:

- "kera adalah binatang pemamah biak" (bisa disingkat "kera binatang pemamah
biak").

Catatan: dalam struktur kalimat lama, adalah ditiadakan, tapi kata itu ditambahkan,
misalnya dalam kalimat: "pikir itu pelita hati". Kita bisa memakainya meski lebih baik
dihindari, misalnya kalau kita harus menerjemahkan "man is a better driver than
women", bisa mengacaukan bila disalin:"pria itu pengemudi yang lebih baik dari pada
wanita".

Pembunuhan: akan, telah, sedang. sebagai penunjuk waktu sebenarnya bisa


dihapuskan, kalau ada keterangan waktu, misalnya:

- "presiden besok akan meninjau pabrik ban Goodyear" (bisa disingkat “presiden
besok meninjau pabrik")
- "tadi telah dikatakan.....”(bisa disingkat “tadi dikatakan...")
- "kini Clay sedang sibuk mempersiapkan diri” (bisa disingkat "kini Clay
mempersiapkan diri”)

pembunuhan bahwa sering bisa ditiadakan, misalnya:

- "Gubernur Ali Sedikit membantah desas desus yang mengatakan bahwa ia akan
diganti". (bisa disingkat “Gubernur Ali bahwa ia akan diganti).
- "Tidak diragukan lagi bahwa ialah orangnya yang tepat" (bisa disingkat “tidak
diragukan ialah orang yang tepat").

23
©2023 SEKOLAH KEPENULISAN DARUSSALAM
SMD Memulai Satu Buku Untuk Seribu Buku

Catatan: sebagai ganti bahwa ditaruhkan koma(,), atau pembuka (;). bila perlu. Yang,
sebagai penghubung kata benda dengan kata sifat, kadang juga bisa ditiadakan dalam
konteks kalimat tertentu, misalnya:

- "Indonesia harus menjadi tetangga yang baik dari Australia" (bisa disingkat
"Indonesia harus menjadi tetangga baik dari Australia)
- "kami adalah pewaris yang sah dari kebudayaan tanah jawa" (bisa disingkat, “kami
adalah pewaris sah dari kebudayaan tanah jawa”).

B. Kejelasan Bahasa

Setelah dikemukakan 16 pasal yang merupakan pedoman dasar bagaimana penghematan


dalam menulis, dibawah ini pedoman dasar kejelasan dalam menulis. Menulis secara jelas
membutuhkan perasyarat

1. Penulisan harus memahami betul soal yang mau ditulisnya, bukan pura-pura paham
atau belum yakin benar akan pengetahuan sendiri

2. Penulis harus punya kesadaran tentang pembaca

1. Kejelasan Unsur Kata

a. Berhemat dengan kata-kata asing.

Dewasa ini begitu derasnya arus istilah-istilah asing dalam pers kita. Misalnya:
income percapita, meet the press, steam bath,midnight show. project officer, floating
mass, program-oriented, floor-price. City Hall Upgrading, the best photo of the year,
reshuffle, approach, single, seeded.dan lain lagi. Kata-kata itu sebenarnya bisa
diterjemahkan, tapi dibiarkan begitu saja sementara diketahui bahwa tingkat pelajaran
bahasa inggris sedang merosot, bisa diperhitungkan sebentar lagi pembaca Koran
Indonesia akan terasing dari informasi, mengingat timbulnya jarak bahasa yang kian
melebar. Apalagi jika di ingat rakyat indonesia banyak yang tidak memahami bahasa
inggris .

Sebelum terlambat, ikhtiar menterjemah kata-kata asing yang relative mudah


diterjemah harus segera dimulai. Tapi sementara ini diakui perkembangan bahasa tak
berdiri sendiri melainkan di topang perkembangan sector kebudayaan lain. Maka
sulitlah kita mencari terjemah dari luar module feasibility study, after shafe-lotion.
drive-in, pant-sul dari perbendaharaan kata-kata asing.

24
©2023 SEKOLAH KEPENULISAN DARUSSALAM
SMD Memulai Satu Buku Untuk Seribu Buku

Tehnical know-how, backhand drive, smash, slow motion, enterperneur, boom,


longplay, crash program, buffet dinner, double-breast, dll. Karena pengertian-
pengertian itu tak berasal dari perbendaharaan cultural kita. Walau ikhtiar mencari
salinan Indonesia yang tepat dan enak (misalnya, bell bottom dengan “cutbray”) tetap
perlu.

b. Menghindari sejauh mungkin akronim

Setiap bahasa mempunyai akronim tapi agaknya sejak lima belas tahun yang
kemarin, berbahasa Indonesia bertambah gemar mempergunakan akronim, hingga
sampai hal-hal yang kurang perlu. Akronim mempunyai manfaat menyingkap ucapan
dan penulisan dengan cara dan mudah di ingat. Dalam bahasa Indonesia, yang kata-
katanya bersuku, kata tunggal, dan yang rata-rata dituliskan dengan banyak huruf, dan
kecenderungan membentuk akronim lumrah "Hankam", "Bappenas", "Daswati",
"Humas", memang lebih ringkas dari pertahanan dan keamanan", "Badan Perencana
Pembangunan Nasional", "Daerah Swantara Tingkat”, dan "Hubungan Masyarakat"

Tapi kiranya akan teramat membingungkan kalau kita seenaknya saja membikin
akronim sendiri dan selalu sering disamping itu, perlu diingat ada yang membuat
akronim untuk alat praktis dalam dinas (misalnya yang dilakukan kalangan
ketentaraan) ada yang membaut akronim untuk bergurau, mengejek, dan mencoba
lucu (misalnya dikalangan remaja sehari- hari: (ortu) untuk orang tua), (keruk nasi)
untuk (kerukunan nasional). Tapi ada juga yang membaut akronim atau menciptakan
efek propaganda dalam permusuhan politik, misalkan: (manikebu) untuk ( manifestasi
kebudayaan). (Nikolin) untuk (neo kolonialisme), (cinkom) untuk (cina komunis),
(asu) untuk (Ali Suracman).

Bahasa jurnalistik dari sikap objektif, seharusnya menghindarkan akronim jenis


yang terakhir. Akronim bahas apojok sebaiknya juga dihindarkan dari bahasa
pemberitaan, misalnya (Djagung) untuk (jaksa agung). (Gepeng) untuk (gerakan
penghematan), (sas-sus) untuk (desas desus). Karena akronim bisa menghamburkan
pengertian kata-kata yang diakronimkan.

25
©2023 SEKOLAH KEPENULISAN DARUSSALAM
SMD Memulai Satu Buku Untuk Seribu Buku

2. Kejelasan unsur kalimat

Seperti halnya dalam asas penghematan, asas kejelasan juga lebih efektif jika
dilakukan dalam struktur kalimat Satu-satunya untuk itu ialah dihindarkannya
kalimat-kalimat majemuk yang paling panjang kalimatnya terlebih-lebih lagi jika
kalimat majemuk itu bercucu kalimat.

26
©2023 SEKOLAH KEPENULISAN DARUSSALAM

Anda mungkin juga menyukai