Anda di halaman 1dari 15

PENGANTAR JURNALISTIK

MATERI PEMBAHSAN

1. BERITA
2. NON BERITA

KELOMPOK III

SRI WAHYUNI

ELMA FITRI HANDAYANI

AHMAD TEGUH

MUHAMMAD HIDAYATURRAHMAN

DOSEN PENGAMPU

SUCI SHINTA LESTARI S.Sos,M.I.K

FAKULTAS TEKNIK PRODI ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ABDURAB

PEKANBARU RIAU

2020/2021
BAB V
BERITA
A. Apa Itu Berita
Berita (news) adalah sajian utama sebuah media massa di samping views
(opini). Mencari bahan berita kemudian menyusunnya merupakan tugas pokok
wartawan dan bagian redaksi sebuah penerbitan pers (media massa). (Romli,
2014)
Tidak ada rumusan tunggal mengenai pengertian berita. Bahkan, “News
is difficult to define, because it involves many variabel factors,” kata Earl
English dan Clrarence Hach. Berita sulit didefinisikan, sebab ia mencakup
banyak faktor variabel. “Berita lebih mudah dikenali daripada diberi
batasannya,” menurut Irving Resenthall dan Marton Yarmen. (Romli, 2014)
Namun demikian, banyak pakar komunikasi yang mencoba merumuskan
definisi- definisi berita, dengan penekanan yang berbeda terhadap unsurunsur
yang dikandung oleh sebuah berita. Nothclife misalnya, menekankan pengertian
berita pada unsur “keanehan” atau “ketidaklaziman” sehingga mampu menarik
perhatian dan rasa ingin tahu (curiosity). Ia mengatakan, “jika seekor anjing
menggigit orang itu bukanlah berita. Tetapi jika orang menggigit anjing itulah
berita” (If a dog bites a man, it is not news. But if man bites a dog is news).
(Romli, 2014)
Kita boleh sepakat serta tidak sepakat terhadap pandangan Nothclife
tersebut. Karena jika yang digigit anjing itu adalah orang terkenal misalnya artis
populer atau seorang kepala negara, maka berita tersebut merupakan berita
yang menarik. Kesimpulannya adalah “kita menerima penekanan bahwa berita
yang baik dan yang layak dicari antara lain adalah yang mengandung unsur
“keanehan” itu sendiri. Sehingga berita yang kita buat bisa dibaca orang lain”.
(Romli, 2014)
Micthel V. Charnley mengemukakan pengertian berita yang lebih lengkap
dan untuk keperluan praktis yang layak kita jadikan acuan. Ia mengatakan
“Berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual,
penting, dan menarik bagi sebagian besar pembaca, serta menyangkut
kepentingan mereka”. (Arikonto, 2011)
B. Nilai dan Struktur Berita
Nilai-nilai berita (news values) atau nilai-nilai jurnalistik. (Romli, 2014)
1. Cepat, yakni aktual atau ketepatan waktu. Dalam unsur ini terkandung
makna harfiah berita (news). “Tulisan jurnalistik,” kata Al Hester,
“adalah tulisan yang memberi pembaca pemahaman atau informasi
yang tidak ia ketahui sebelumnya.”
2. Nyata (faktual), yakni informasi tentang sebuah fakta (fact), bukan
fiksi atau karangan. Fakta dalam dunia jurnalistik terdiri dari kejadian
nyata (real event), pendapat (opinion), dan pernyataan (statement)
sumber berita. Dalam unsur ini terkandung pula pengertian sebuah
berita harus merupakan informasi tentang sesuatu dengan keadaan
sebenarnya atau laporan mengenai fakta sebagaimana adanya.
“Seorang wartawan harus menulis apa yang benar saja,” ujar M.L.
Stein (1993), seraya mengingatkan “jangan sekali-kali ia mengubah
fakta untuk memuaskan hati seseorang atau suatu golongan. Jika
sumber anda dapat dipercaya itulah yang paling penting.”
3. Penting, artinya menyangkut kepentingan orang banyak. Misalnya
peristiwa yang akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat secara
luas, atau dinilai perlu untuk diketahui dan diinformasikan kepada
orang banyak seperti kebijakan baru pemerintah, kenaikan harga, dan
sebagainya.
4. Menarik, artinya mengundang orang untuk membaca berita yang kita
tulis. Berita yang biasanya menarik perhatian pembaca, disamping
yang aktual dan faktual serta menyangkut kepentingan orang banyak
juga berita yang bersifat menghibur (lucu), mengandung keganjilan
atau keanehan, atau berita “human interest” (menyentuh emosi,
menggugah perasaan). (Romli, 2014)
Secara ringkas dapat diambil kesimpulan bahwa berita merupakan laporan
peristiwa yang telah memenuhi keempat unsur tersebut, karena tidak semua
peristiwa yang terjadi layak dilaporkan atau diinformasikan. Dengan demikian
seorang wartawan hendaknya mampu membedakan mana peristiwa yang
mempunyai nilai berita dan mana yang tidak mengandung unsur-unsur nilai
berita. (Romli, 2014)
Struktur teks berita adalah sebagai berikut:
a. Orientasi berita Berisi mengenai pembuka dari suatu peristiwa yang
diberitakan. Biasanya terdapat penjelasan singkat mengenai berita tersebut.
b. Peristiwa Berisi mengenai jalannya kejadian dari awal sampai akhir yang
didasari pada peristiwa yang terjadi dan di jelaskan berdasarkan fakta dari
lapangan.
c. Sumber berita Berisi mengenai sumber didapatnya berita tersebut. Biasanya
berita yang ditambahkan sumber dituliskan pada media cetak seperti koran,
tapi tidak jarang media elektronik juga mencantaumkan sumber berita
terutama di internet.
C. Jenis Jenis Berita
Dalam berbagai literatur, berita dapat dikasifikasikan menjadi tiga bagian
yaitu Hard News, Soft News, dan Indepth News.
a. Hard News (Berita Berat)
Hardnews merupakan berita mengenai peristiwa yang dianggap
penting bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok, maupun
organisasi. Secara penggolongan hardnews merupakan kategori berita
langsung yang sama halnya dengan straightnews dan spotnews.
Aktualitas merupakan sebuah bagian penting dalam berita langsun
termasuk masih mencakup pengetahuan dan juga temuan-temuan
terbaru. Selain itu pada hardnews sendiri masih mudah untuk
memperoleh data atau informasi dikarenakan informasi tersebut masih
baru dan transparan.
b. Soft News (Berita Ringan)
Softnews seringkali disebut sebagai berita feature, yaitu berita yang
tidak terikat dengan aktualitas namun memiliki sebuah daya tarik bagi
pemirsa atau khalayak. Berita bertipe ini seringkali menitikberatkan
pada hal-hal yang membuat takjub atau membuat khalayak terheran-
heran. Williamson menyertakan beberapa unsur yang dimiliki feature,
yakni Kreativitas (Creativity), Subjektivitas (Subjectivity), Informatif
(Informativeness), Menghibur (Entertainment), Tidak Dibatasi Waktu
(Unperishable). Kreatifitas menunjukkan pelaporan feature sebagai
upaya mengkreasikan sudut pandang dari penulis berdasarkan riset
terhadap fakta. Subjektivitas memungkinkan menggunakan sudut
pandang orang pertama dengan emosi campur nalar sebagai cara
melaporkan fakta. Informatif menyirat materi pelaporan tentang hal-hal
yang ringan namun berguna. Menghibur merupakan upaya untuk
membuat pemirsa atau pembaca dapat larut dalam suasana yang
digambarkan pada berita. Dan tidak dibatasi waktu yang berarti feature
tidak akan lapuk dimakan deadline karena topik yang dibahas secara
mendalam.
c. Indepth News (Berita Mendalam)
Berita mendalam merupakan berita yang memfokuskan pada
peristiwa/fakta atau pendapat yang memiliki nilai berita. Berita
mendalam menempatkan sebuah fakta atau pendapat dalam suatu mata
rantai sebuah laporan pemberitaan dan merefleksikan masalah dalam
konteks yang lebih luas lagi. Jenis berita yang tergolong dalam berita
mendalam yakni berita komprehensif, berita interpretatif dan berita
investigatif. Khusus untuk berita interpretatif dan berita investigatif
biasanya diangkat berdasarkan sebuah peristiwa atau masalah yang
menjadi kontoversi (Akhadiah, 1988).
d. Straigt news adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa.
e. Comprehensive news adalah laporan tentang fakta yang bersifat
menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek.
f. Interpretatif report adalah memfokuskan sebuah isu, masalah,atau
peristiwa-peristiwa kontroversial.
g. Feature adalah menyajikan fakta untuk menarik minat pembaca, dalam
feature lebih diutamakan gaya (style) daripada informasi yang disajikan.
h. Investigative news adalah berita yang memusatkan pada sejumlah
masalah dan kontroversi, dalam penulisan berita ini watrawan
melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi.
i. Editorial writing adalah penyajian fakta atau opini yang menafsirkan
berita-berita penting dan mempengaruhi pendapat umum. (Sumadiria,
2008).
D. News Writing
Berita diasumsikan sebagai kumpulan informasi yang memuat tentang
sebuah fakta, jika diditarik dari pengertiannya berita merupakan rangkaian
informasi yang terjadi kemudian disampaikan kepada orang lain ataupun
masyarakat pada umumnya, berita dapat di sampaikan melalui ungkapan lisan
maupun tulisan atau juga melalui media masa baik cetak maupun elektronik.
Djuraid (2009) mengungkapkan bahwa “berita adalah sebuah laporan atau
pemberitahuan mengenai terjadinya sebuah peristiwa atau keadaan yang
bersifat umum dan baru saja terjadi yang disampaikan oleh wartawan di media
massa”. Sementara itu, Charnley dan Neal (Putri, 2020) menuturkan “berita
adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi,
interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus cepat disampaikan
kepada khalayak”.
Atas dasar ingin memberikan informasi secara jelas dan akurat,
pemberitaan dibuat sedemikian rupa sehingga apa yang menjadi isu atau tema
dalam pemberitaan dapat diserap oleh masyarakat luas dengan pemaparan dan
penjelasan yang jelas. Chaer (2010) mengatakan “berita adalah kejadian yang
diulang dengan menggunakan kata-kata. Sering juga ditambah dengan gambar;
atau hanya berupa gambar-gambar saja”. Penjelasan di atas mendefinisikan
bahwa berita merupakan pengulangan kejadian dengan menyebarluaskannya
melalui kata-kata sebagai bahan penjelasan, tidak hanya itu bawasannya berita
dipaparkan dengan menyertakan gambar-gambar sebagai pelengkap yang
bersinergi dengan kejadian.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa berita
merupakan bentuk informasi yang nyata terjadi kemudia dikemas dalam bentuk
media elektronik maupun cetak sehingga informasi tersebut dapat disaksikan
dan diketahui oleh masyarakat luas, sebagaimana hakikatnya bahwa berita
adalah penggulangan kejadian maka penyajiannya pun harus apa adanya tidak
ada yang ditambah atau dikurangkan agar tidak terdapat penafsiran yang salah
oleh masyarakat.
Penulisan berita harus sesuai dengan ketentuan, tentunya sesuai dengan
ilmu-ilmu jurnalistik sehingga berita yang di munculkan ka ranah publik
mengandung informasi yang jelas. Sumadiria (2011) berpendapat “berita ditulis
dengan menggunakan teknik melaporkan ( to report) merujuk kepada pola
piramida terbalik (inverted pyramid), dan mengacu kepada rumus 5W + 1H”.
Prinsip penulisan berita yang diutarakan ahli di atas, bahwa paragraf-
paragraf berita harus berpola layaknya piramid menguraikan hal-hal yang
diangap penting sampai ke paragraf terakhir. Berita disusun berdasarkan unsur-
unsur berita yaitu, 5W+1H yang meliputi What (apa), Who (siapa), When
(kapan), Where (dimana), Why, (mengapa), dan how (bagaimana). Berita
ditulis kemudian dikemukakan karena diangap perlu untuk dipublikasikan,
namun harus memuat informasi yang bebar-benar penting dan dapat dipercaya
sebagaimana yang diungkapkan Barus (2011) untuk menilai apakah suatu
kejadian memiliki nilai berita berita atau tidak, dapat dilihat dari unsur-unsur
seperti berikut.
Penting (significance): besaran (magnitute): kebaruan (timeliness):
memuat peristiwa yang baru saja terjadi. Kedekatan (proximity): ketermukaan
(prominence): sentuhan manusiawi (human interest): petunjuk penulisan teks
antara lain: bersifat menyeluruh (comprehensiveness): tertib dan teratur
mengikuti gaya menulis berita; perhatikan ekonomi bahasa tanpa menyalahi
tata bahasa; tepat dalam menggunakan bahasa; usahakan agar gaya menulis
senantiasa hidup, mempunyai makna, dan berdaya imajinasi tinggi.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan, unsur
terpenting dalam penulisan berita dapat dilihat bagaimana penulis menerapkan
konsep 5W+1H yaitu terdiri dari apa pokok bahasan dalam berita yang
dipublikasikan, siapa yang mengalami, kapan kejadiannya, dan menunjukan
letak dimana, mengapa sampai terjadi, dan yang terakhir bagaimana hal tersebut
bisa terjadi. Unsur tersebut harus menjadi satu kesatuan dalam berita, karena
mengingat berita adalah sumber informasi yang dapat dilihat, didengar, dan
dibaca masyarakat banyak. Kemudian pastikan berita yang dijadikan topik
harus baru dan bersifat menyeluruh, dalam artian tidak ditambah dan tidak pula
dikurangi agar terjaga ke asliannya (Karisna, 2020).
E. Analisis Struktur Berita
Dalam ranah studi komunikasi, analisis framing mewakili tradisi yang
mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis
fenomena atau aktivitas komunikasi. Konsep tentang framing atau frame sendiri
bukan murni konsep ilmu komunikasi, akan tetapi dipinjam dari ilmu kognitif
(psikologis). Dalam praktiknya, analisis framing juga membuka peluang bagi
implementasi konsep-konsep sosiologis, politik, dan kultural untuk
menganalisis fenomena komunikasi, sehingga suatu fenomena dapat diapresiasi
dan dianalisis berdasarkan konteks sosiologis, politis, atau kultural yang
melingkupinya (Sudibyo, 1999).
Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah
cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini
mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita
agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk
menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Dengan kata lain,
framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara
pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis
berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa
yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak
dibawa ke mana berita tersebut (Nugroho, Eriyanto, Surdiasis, 1999).
Karenanya, berita menjadi manipulatif dan bertujuan mendominasi keberadaan
subjek sebagai sesuatu yang legitimate, objektif, alamiah, wajar, atau tak
terelakkan (Imawan, 2000).
F. Tipe Tipe Teras Berita
Teras Berita adalah sari dari berita yang merupakan laporan singkat yang
bersifat klimaks dari peristiwa yang dilaporkannya. Untuk memenuhi rasa
ingin tahu pembacanya secara cepat, lead disusun sedemikian rupa sehingga
bisa menjawab pertanyaan hakiki yang selalu timbul dari hati nurani
pembacanya, atau pendengar radio dan penonton televisi, yaitu pertanyaan
yang dirumuskan sebagai 5W + 1H (What, Who, When, Where, Why, dan
How).
Dengan demikian, baik pembaca, pendengar, atau pun penonton akan
segera tahu mengenai persoalan pokok dari peristiwa yang dilaporkannya.
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) menganjurkan sepuluh pedoman
penulisan tentang teras berita sebagaimana dikutip oleh Haris Sumadiria
dalam bukunya Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature,
diantaranya:
1. Teras berita yang menempati alinea atau paragraf pertama harus
mencerminkan pokok terpenting berita. Aline atau paragraf itu dapat
terdiri dari lebih satu kalimat, akan tetapi sebaiknya jangan sampai
melebihi tiga kalimat (Sagala, 2005).
2. Teras berita, dengan mengingat sifat bahasa Indonesia, jangan
mengandung lebih dari 30 dan 45 perkataan. Apabila teras berita itu
singkat, misalnya terdiri dari 25 perkataan atau kurang dari itu, maka
hal itu lebih baik.
3. Teras berita harus ditulis begitu rupa sehingga:
a. Mudah ditangkap dan cepat dimengerti, mudah diucapkan
dengan radio, televisi, dan mudah diingat;
b. Kalimat-kalimatnya singkat, sederhana susunannya,
mengindahkan bahasa baku serta ekonomi bahasa, jadi
menjauhkan kata-kata mubazir;
c. Jelas melaksanakan ketentuan “satu gagasan dalam satu
kalimat”;
d. Tidak mendomplengkan atau memuatkan sekaligus semua unsur
3A dan 3M (apa-siapa-mengapa dan bilaman-dimana-
bagaimana);
e. Dibolehkan memuat lebih dari satu unsur dari 3A dan 3M.
4. Hal-hal yang tidak begitu mendesak, namun berfungsi sebagai
penambah atau pelengkap keterangan, hendaknya dimuat dalam badan
berita.
5. Teras berita sesuai dnegan naluri manusia yang ingin segera tahu apa
yang telah terjadi, sebaiknya mengutamakan unsur “apa”.
6. Teras berita juga dapat dimulai dengan unsur “siapa”, karena hal ini
selalu menarik perhatian manusia. Apalagi kalau “siapa” itu seorang
yang menjadi tokoh di bidang kegiatan dan lapangannya.
7. Teras berita jarang mempergunakan unsur “bilamana” pada permulaan
berita. Sebab unsur waktu jarang merupakan bagian yang menonjol
dalam suatu kejadian.
8. Urutan dalam teras berita sebaiknya unsur tempat dulu, kemudian
disusul oleh unsur waktu.
9. Unsur “bagaimana” dan unsur “mengapa” diuraikan dalam badan
berita. Jadi tidak dalam teras berita.
10. Teras berita dapat dimulai dengan kutipan pernyataan seseorang
(quotation lead) asalkan kutipan itu bukan suatu kalimat yang panjang.
(Kusumaningrat, 2006) Didasarkan pada penekanan atau penonjolan
salah satu unsur 5W + 1H nya lead, Kustadi Suhandang dalam
bukunya Pengantar Jurnalistik, Seputar Organisasi, Produk, dan Kode
Etik, suatu berita disusun dalam enam bentuk yaitu:
a. What Lead, apabila yang ditekankan atau ditonjolkan dalam
uraian lead itu mengenai macam atau bentuk kejadian. Lead
demikian selalu dimulai dengan jawaban terhadap pertanyaan
what dari dari peristiwa yang diberitakannya itu.
b. Who Lead, apabila pokok pembicaraan dalam uraian lead atau
beritanya adalah orang-orang yang terlibat dalam peristiwa yang
diberitakannya. Misalnya orang-orang yang menjadi korban atau
penyebab terjadinya peristiwa itu, atau mereka yang terlibat
dalam penyelesaian peristiwa tersebut. Maka tuturan lead nya
pun dimulai dengan nama orang atau kata ganti orang, atau nama
lembaga, dan halhal yang dianggap melembaga.
c. When Lead, yaitu lead yang disusun untuk menonjolkan waktu
dimana peristiwa yang diberitakan itu terjadi. Sudah barang tentu
penuturannya pun diawali dengan informasi dimana saat-saat
peristiwa itu terjadi.
d. Where Lead, ialah lead yang menonjolkan tempat dimana
peristiwa yang diberitakan itu terjadi. Selanjutnya diikuti oleh
informasi lain yang bisa menjawab pertanyaan unsur-unsur 5W +
1H. e. Why Lead, lebih mementingkan sebab musabab terjadinya
peristiwa yang diberitakannya. Lead tersebut mengawali
tuturannya dengan mengemukakan jawaban atas pertanyaan
“mengapa pertistiwa itu bisa terjadi”. Setelah itu baru informasi
lainnya untuk melengkapi keterangan yang ditutur oleh unsur-
unsur 5W + 1H. f. How Lead, mengawali tuturannya dengan
menjelaskan bagaimana peristiwa yang diberitakan itu bisa
terjadi. Lead ini lebih menonjolkan berlangsungnya dan
kelanjutan dari peristiwa ketimbang jawaban terhadap
pertanyaan unsur-unsur 5W + 1H. (Suhandang, 2002).
G. Body Berita
Berikutnya kita jumpai apa yang disebut body berita. Pada bagian ini,
kita jumpai semua keterangan secara rinci dan dapat melengkapi serta
memperjelas fakta atau data yang disuguhkan dalam lead tadi. Rincian
keterangan atau penjelasan dimaksud adalah hal-hal yang belum terungkapkan
pada lead-nya. Karena tu bagian body ini sering pula disebut “sisa berita”.
Menurut Asep Syamsul M. Romli dalam Jurnalistik Terapan
mengatakan bahwa, yang harus diperhatikan dalam menulis body berita antara
lain konsistensi penggunaan kalimat (aktif, pasif) dan gaya bahasa jurnalistik
yang langsung ke masalah, tidak bertele-tele atau berbunga-bunga, hemat
kata, dan kalimatnya pendek-pendek serta mudah dipahami (Romli, 2005).
Namun demikian keterangan-keterangan itu disajikan dalam bentuk uraian
cerita dengan menggunakan gaya penyajian yang bisa memikat para pembaca
maupun pendengar atau penontonnya. Sebab, walaupun hanya merupakan
“sisa”, penjelasan itu tetap harus bisa diminati khalayak. Karena itu pula harus
disajikan dengan menarik perhatian khalayak.
Adapun kiat untuk bisa menarik perhatian khalayaknya, dikenal
adanya empat cara penyajian body berita sebagaimana diungkapkan oleh
Kustadi Suhandang dalam bukunya Pengantar Jurnalistik, Seputar Organisasi,
Produk, dan Kode Etik, yaitu:
a. Berbentuk Piramid. Body berita dimaksud dalam bentuk untaian cerita
yang dimulai dengan hal-hal yang kurang penting, kemudian meningkat
kepada hal-hal yang penting, dan diakhiri dengan hal yang terpenting atau
klimaks dari peristiwa yang diberitakannya.
b. Berbentuk Kronologis. Body berita dimaksud tampaknya hampir sama
dengan bentuk yang pertama tadi. Bahkan sepintas lalu seperti tidak ada
bedanya sedikit pun. Padahal sesuai dengan istilahnya, kronologis, yang
menjadi dasar konstruksinya adalah rentetan jalannya peristiwa yang
diberitakannya. Jadi bukan kepentingan dari fakta peristiwanya. Seluruh
naskah body berita dibangun dengan diawali oleh paparan dari permulaan
peristiwanya, dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan jalannya
peristiwa itu. Semua dikemukakan secara rinci apa adanya yang terdapat
dan terlibat dalam peristiwa.
c. Bentuk Piramida Terbalik (Inverted Pyramid). Body berita ini merupakan
kebalikan dari bentuk yang pertama. Bentuk body dimaksud dibangun
dengan mendahulukan hal yang sangat penting (klimaks) dari
peristiwanya. Selanjutnya diikuti oleh hal-hal yang penting, dan diakhiri
oleh hal-hal yang kurang penting atau tidak penting.
d. Berbentuk Block Paragraph. Dalam bentuk body berita ini semua bagian
dari peristiwa yang diberitakannya dianggap sama pentingnya. Jadi tidak
diurut berdasarkan derajat kepentingan maupun kronologisnya, melainkan
didasarkan pada apa yang teringat pada benak si penulisnya saja, atau
sesuai dengan terkaitnya masalah berikut dengan masalah yang lebih dulu
dikemukakan. (Suhandang,2004)
1.
BAB VI
NON BERITA
A. Jenis Jenis Non Berita
Non Berita terdiri atas feature, tajuk rencana, pojok dan artikel spesial.
1. Feature
Dalam teori jurnalistik yang dikemukakan oleh Tjahjono Widarmanto
dalam bukunya yang berjudul Pengantar Jurnalistik, bahwa terdapat produk
media massa. Produk tersebut terbagi atas tiga bagian utama, yaitu berita
(news), opini (views), dan iklan (advertising). Berita (news) yaitu situasi
atau peristiwa yang ditulis apa adanya berdasarkan fakta. Setiap fakta
berarti harus objektif, sedangkan opini (views) berarti pandangan penulis.
Oleh karena itu, apapun yang ada dalam views berarti subjektif, begitu
halnya dengan feature (Tjahjono, 2017).
Feature juga disebut sebagai karangan khas yang ditulis dari sudut
pandang penulis. Qorib, (2019) menjelaskan, meskipun berita ini (feature)
termasuk berita ringan (soft news), feature harus tetap ditulis berdasarkan
fakta yang ada. Feature News yaitu tulisan dengan gaya penulisan yang
merupakan gabungan antara bahasa di artikel dengan bahasa sastra,
sehingga cenderung nyaman dibaca. Secara keseluruhan berita jenis apapun
harus tetap ditulis berdasarkan fakta peristiwa aktual, namun materinya
lebih diseleksi yang menekankan segi human interest (Sanjaya, 2008).
2. Tajuk Rencana
Tajuk rencana sebgai terjemahan “editorial” biasanya ditulis oleh
pemimpin redaksi surat kabar bersangkutan. Oleh karena itu, tajuk rencana
ditulis oleh pemimpin redaksi atau wakilnya atau bisa juga oleh wartawan
yang sudah berpengalaman, yang matang dalam pemikiran, arif dalam
menyampaikan penafsiran atau pendapat, dan jelas harus mengerti nilai
berita. Karena ia, harus dapat menjelaskan argumentasinya yang kuat dan
logis mengenai penyebab dan akibat suatu peristiwa serta sebagai pihak
yang harus bertangung jawab atas suatu kejadian, arah kecenderungan
pemikiran yang berkembang di tengah masyarakat.
Tajuk rencana selalu menampilkan warna yang sama. Yakni “kritis”.
Cara penyampaian pendapat dan nadanya bermacam-macam. Terkadang
seperti bernada menggurui, mendakwah, memberi perenungan, teoritis,
menyerang, menyalahkan, menghardik, mencela, menegur, pesimis/sinis,
terkadang sarkastis. Sebaliknya terkadang juga bersifat mendukung,
membujuk, informatif, dan menghibur dengan kata-kata bijak.
Tajuk rencana bahasanya selalu lugas, tidak bertele-tele, ringkas,
padat, serta selalu menyangkut hal yang serius dan kurang harmonis
(Rasyidin, 2007). 
3. Pojok
Pojok juga memanfaatkan elemen humor untuk menyampiakan kritik,
protes, teguran, komentar, dan interprestasi terhadap fakta dengan kalimat
singkat. Pojok sering dimunculkan dalam ungkapan, tamsilan, anekdot,
istilah, atau kata-kata bijak yang kocakwalau singkat, pojok bisa membuat
orang tersendi, terusik, bahakan sangat tersinggung dan sakit hati jika
melampaui batas etika dan moral.
Kolom ditulis oleh orang luar yang secara rutin mengisi ruangan yang
disediakan redaksi, sedangkan pojok biasanya diisi oleh orang dalam
sendiri. Karena gayanya yang di luar kebiasaan atau ke luar akal sehat itu,
tulisan singakt ini ditempatkan di pojok-pojok halamn surat kabar. 
Si pembat pojok juga sebenarnya mempraktikkan teknik ekspoitas.
Hal yang dieksploitasi olehnya ialah “kata”. Kata-kata yang sedikit, namun
bicara sebanyak-banyaknya.
4. Artikel Spesial
Artikel spesial atau khusus ditulis sepenuhnya atas inisiatif para
penulis dari “orang luar”. Banyak juga yang menyebutnya dengan artikel
opini. Artikel ini merupakan sumbangan artikel dengan topik-topik spesial.
Maksudnya adalah spesial bidang keahilan penulisnya.
Artikel spesial ini juga selalu berkaitan dengan berita yang sedang
hangat dibicarakan.Artikel spesial muncul sebagai forum pernyataan
pendapat pikiran mengenai fakta, wacana, postulat, opini, kritik, saluran
aspirasi kaum cendikiawan mengenai berbagai hal. Ditinjau dari segi
penulisan, artikel ini juga sangat argumentatif, teoritis, dan juga berisi
pesan-pesan moral. Tak jarang juga berisifat ilmiah, namun disampaikan
dengan gaya yang sangat popular.
Artikel spesial sepenuhnya melekat pada diri penlisnya. Pnerbit tidak
akan menyembunyikan naam jelas penulinya. Artikel spesial ini jarang
memakai unsur humor, satire dan parodi, walau sebenarnya itu juga
dimungkinkan selama masih dalam batasan yang dimungkinkan dan tidak
berlebihan.
B. Struktur Non Berita
1. Feature
Unsur berita feature adalah judul, intro, tubuh dan penutup.
1) Judul
Judul adalah nama yang dimiliki oleh sebuah informasi yang tengah
disampaikan. Sumadiria menyebutkan bahwa Judul menjadi penting
yang dengan dilihat melalui dua sisi pertama¸ judul yang diberikan
menjadi identitas sebuah karya jurnalistik tidak terkecuali karya
feature. Kedua, judul merupakan kesan pertama yang ditangkap oleh
pembaca atau pendengar atau pemirsa sebelum membaca tulisan
feature tersebut.
2) Intro
Sebelum membahas panjang lebar isi tulisan, intro hal yang juga harus
diperhatikan. Penulis akan menarik minat pembaca agar mau
menyelesaikan bacaannya sampai akhir melalui intro yang menarik.
Tujuan dari intro digunakan untuk memancing rasa ingin tau pembaca.
3) Tubuh (body) feature merupakan bagian selanjutnya setelah
menciptakan intro
Dalam isinya, reporter masih harus merangkai cerita dengan apik
agar tetap mempertahankan daya pikat pembaca untuk meneruskan
bacaannya. Penulisnya bisa menyisipkan dialog atau kutipan agar
menjadi variatif. Tubuh feature berisi tentang penjelasan, proses atau
situasi yang dapat menjawab mengapa dan bagaimana. Menurut
Mappatoto, dalam tubuh feature ditulis selaras dengan yang telah
diarahkan pada intro. Karakteristik tubuh feature dapat dilihat dalam
pola paragrafnya sebagai berikut.
a) Tematik Paragraf tematik memiliki karakteristik yang memberikan
penekanan (emphasis) tertentu pada objek atau subjeknya.
Paragrafnya menjelaskan lebih mendalam menyambung setelah
diuraikan pada intro.
b) Spiral Mengumpamakan spiral yang mengalir ke bawah,
Mappatoto menjelaskan bahwa setiap paragraf merincikan hal
yang dijelaskan dari paragraf sebelumnya. Pola ini menekankan
karakteristik koheren, pada antar paragraf tetap mengandung
keterkaitan satu sama lain.
c) Blok Setiap paragraf memungkinkan untuk membahas pokok-
pokok yang tak sama namun, pada akhirnya akan dibulatkan
menjadi satu kesatuan. Maka pola ini menekankan karakteristik
unity (saling menyatu). Beberapa paragraf yang tak sama tersebut
tidak akan menjadi masalah besar, karena akan menjadi cerita
yang utuh.
4) Penutup
Penutup bertujuan untuk memberi kesan mendalam pada pembaca atas
cerita yang telah disampaikan, memperoleh nilai moral, menggali
pembelajaran di dalamnya. Sehingga penutup sangat dibutuhkan untuk
mengakhiri tulisan feature. Berkaitan dengan itu, Sumadiria telah
membuat lima jenis-jenis penutup.
2. Tajuk Rencana
1) Pernyataan pendapat (tesis)
Berisi sudut pandang penulis terhadap permasalahan yang diangkat.
Berupa pernyataan atau teori yang akan diperkuat oleh argumen.
2) Argumentasi
Bentuk alasan atau bukti yang digunakan untuk memperkuat
pernyataan tesis. Bisa berupa pernyataan umum, data hasil penelitan,
pernyataan para ahli atau fakta-fakta yang dapat dipercaya.
3) Penegasan Ulang Pendapat /Reiteration
Berisi penguatan kembali atas pendapat yang telah ditunjang oleh
fakta-fakta dalam bagian argumentasi.
3. Pojok
Rubrik pojok memiliki ciri-ciri yang hampir sama pada setiap surat
kabar di Indonesia:
a. Pojok berisi dua alinea. Alinea pertama menyajikan suntingan berita
atau peristiwa. Alinea kedua menyajikan opini atau pandangan-
pandangan dari lembaga surat kabar sebagai respons terhadap isi yang
tersaji dalam alinea pertama.
b. Isi yang disajikan baik dalam alinea pertama maupun dalam alinea
kedua, biasanya terangkai dalam kalimat-kalimat pendek.
c. Opini atau pandangan-pandangan dari lembaga surat kabar disajikan
dalam kalimat-kalimat yang bersifat sinis dan humoris. Selain ketiga
ciri itu, ada ciri lain yang melekat dalam pojok, yakni judul rubrik
pojok dan nama penjaga pojok itu sendiri (Suhendra, 1989:38).
4. Artikel Spesial
Artikel adalah tulisan lepas berisi opini seseorang yang mengupas
tuntas suatu masalah tertentu yang sifatnya aktual dim atau kontroversial
dengan tujuan untuk memberitahu (informatif), mempengaruhi dan
meyakinkan (persuasif argumentatif), atau menghibur khalayak pembaca
(rekreatif). Disebut lepas, karena siapa pun pembaca boleh menulis artikel
dengan topik bebas sesuai dengan minat dan keahliannya masing-masing.
Selain itu juga artikel yang ditulis tersebut tidak terikat dengan berita atau
laporan tertentu. Ditulisnya pun boleh kapan saja, dimana saja, dan oleh
siapa saja. Secara umum artikel dapat dibedakan menurut jenis Serta tingkat
kesulitan yang dihadapinya, antara lain: artikel praktis, artikel ringan, artikel
halaman opini, dan artikel analisis ahli.
C. Asal Usul
Perkembangan jurnalistik di Indonesia berawal dari Belanda. Beberapa
pejuang kemerdekaan Indonesia juga memakai kewartawanan untuk alat
perjuangan. Pada era tersebut antara lain Bintang Timoer, Java Bode, Bintang
Barat, Medan Prijaji Terbit.
Dimasa kependudukan Jepan mengambil alih kekuasaan, yang mana setiap
korang dilarang, namun pada akhirnya terdapat lima media yang memperoleh
izin terbit antara lain Sinar Baru, Asia RAja, Suara Asia, Tjahaja dan Sinar
Matahari.
Selepas kemerdekaan Indonesia yang membawa keuntungan untuk
kewartawanan. Pemerintah Indonesia memanfaatkan Radio Republik Indonesia
sebagai media komunikasi.
Menghadapi penyelenggaraan Asian Games IV, pemerintaha memasukkan
proyek televisi. Semenjak tahun 1962 tersebut Televisi Republik Indonesia hadir
dengan teknologi yang layar hitam putih.
Pada era Presiden Soeharto, media massa lebih dibatasi. Seperti pada kasus
Majalah Tempo dan Harian Indonesia Raya adalah dua contoh bukti sensor
dalam kekuasaan Era Soeharto. Kontrol yang dipegang oleh PWI (Departemen
Penerangan dan Persatuan Wartawan Indonesi). Pada saat itu muncul Aliansi
Jurnalis Independen yang melakukan deklarasi diri di Wisma Sirna Galih, Jawa
Barat. Beberapa aktivitasnya berada di sel tahanan.
Sejarah kemerdekaan pers/jurnalis yaitu pada saat Soeharto digantikan oleh
BJ Habibie. Ketika itu banyak media massa yang muncul dan PWI bukan satu-
satunya organisasi profesi. Aktivitas kewartawanan diatur oleh UU Pers No. 40
Tahun 1999 yang dikeluarkan Dewan Pers dan UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002
yang dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Daftar Pustaka

Asep Syamsul M. Romli. (2014). Jurnalistik Online: Panduan Mengelola Media


Online. Bandung. Nuansa Cendikia
Karisna, D. (2020). ANALISIS UNSUR-UNSUR KELENGKAPAN BERITA
DALAM TEKS BERITA SISWA MTS. MUHAMMADIYAH LEBUNG
ITAM. Wahana Didaktika : Jurnal Ilmu Kependidikan, 18(1), 95.
https://doi.org/10.31851/wahanadidaktika.v18i1.4359
Putri, W., & Ratna, E. (2020). KORELASI KETERAMPILAN MENYIMAK TEKS
BERITA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS
BERITA. Pendidikan Bahasa Indonesia, 8(3), 461.
https://doi.org/10.24036/108235-019883
Akhadiah, dkk. (1988). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arikonto, Suharsimi. (2011). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Assegaf, Djafar. (1982). Jurnalistik Masa Kini. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Chaer. (2010). Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Rieneka Cipta
Putra, Masri Sareb. (2006). Teknik Menulis Berita dan Feature. Jakarta: Indeks
Rasyidin, Affan dan Mufti Mubarok. (2007). Quick Jurnalism For Teenagers.
Surabaya: Pustaka Media
Romli, Asep Syamsul. (2000). Jurnalistik Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta: Grafindo Persada
Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana
Sagala. (2005). Makna Pembelajaran. Jakarta: Gramedia Semi, Atar. 1990. Teknik
Penulisan Berita, Feature dan Artikel. Bandung: Angkasa Raya
Setyaningrum, Wulandari. (2011). Rangkuman Materi Bahasa Indonesia SMP/MTs
Kelas VII, VIII, & IX. Jogjakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai