Anda di halaman 1dari 23

[4]

BERITA
______________________________

DALAM ilmu jurnalistik, produk pers terbagi atas 3 (tiga) bagian besar, yakni : 1) berita; 2) opini; dan
3) iklan. Berita merupakan salahsatu bagian terpenting yang disajikan oleh media massa. Bahkan, produk
pers satu ini mendominasi setiap penerbitan media massa. Untuk memeroleh berita, pihak manajemen pers
atau lembaga suatu media menugaskan seseorang yang lazim disebut wartawan, pewarta, reporter atau
jurnalis.
Sebelum menulis berita, seorang wartawan harus melakukan kegiatan peliputan terlebih dahulu,
mulai dari pengamatan terhadap suatu peristiwa atau kejadian di masyarakat, sampai kepada proses
wawancara dengan narasumber yang berkaitan dengan peristiwa tersebut.
Dalam melakukan kegiatan peliputan berita, seorang wartawan harus menjunjung tinggi asas
faktualitas terhadap beritanya, agar berita yang dipublikasikan kepada khalayak merupakan sebuah fakta
akan peristiwa yang benar-benar terjadi, bukan hasil rekaan apalagi rekayasa belaka.
Berita itu sendiri secara maknawi merupakan suatu laporan tentang fakta atau pendapat orang yang
menarik dan atau penting bagi khalayak yang terikat oleh waktu. Artinya, bahwa suatu berita harus disajikan
selekas-lekasnya. Penulisan berita yang dilakukan oleh wartawan selain harus berpedoman pada kaidah-
kaidah jurnalistik, juga harus menjunjung tinggi nilai obyektivitas dan integritas atas berita tersebut.
Pasalnya, jika dua aspek tersebut tidak menjadi parameter seorang wartawan dalam menulis
beritanya, maka yang terjadi adalah pemutarbalikkan fakta yang berujung pada pembohongan publik.
Karenanya, seorang wartawan harus bertanggungjawab atas berita yang disiarkannya tersebut, baik secara
sosial kepada masyarakat maupun secara moral terhadap Tuhan YME.

4.1 Pengertian Berita


Secara etimologi, berita yang dalam bahasa Inggrisnya ”News” berasal dari bahasa latin ”Novus” atau
”Nova” yang artinya ”baru” (Muis, 1996). Berita atau News adalah segala hal atau peristiwa nyata yang telah
terjadi, sedang terjadi, maupun akan terjadi, serta mengenai sesuatu hal yang menjadi pemikiran (opini)
orang atau seseorang.
Sedangkan dalam bahasa Sansakerta, berita diartikan "Vrit" yang berarti “ada” yang mengandung
makna ”kejadian”. Kemudian istilah tersebut dikembangkan ke dalam bahasa Inggrisnya menjadi "Write"
yang berarti menulis aau kegiatan yang berhubungan dengan tulisan.
Namun, ada juga yang menyebutnya "Vritta" yang berarti "kejadian" atau "yang terjadi". Sementara
lidah orang Indonesia menyebutnya ”berita”. Berita, dalam kamus bahasa Indonesia diartikan, laporan
kejadian/peristiwa yang hangat.
Sementara oleh para praktisinya (wartawan) berita dianalogikan sebagai singkatan dari North (Utara)
– East (Timur) – West (Barat) – South (selatan). Filosofinya, berita adalah kumpulan kejadian atau peristiwa
yang berasal dari empat penjuru mata angin, yang bermakna dari berbagai penjuru dunia.
Selain itu, berita juga diartikan sebagai kata kata jamak dari “New” atau baru. Jadi, berita
merupakan penyiaran atau pekabarkan mengenai hal-hal atau peristiwa yang baru atau aktual.
Berita merupakan hasil dari proses rekonstruksi tertulis dari realitas sosial yang diambil dari
kehidupan masyarakat luas. Karenanya, penulisan berita lebih merupakan pekerjaan merekonstruksi realitas
sosial ketimbang gambaran dari realitas itu sendiri. Kendati begitu, kegiatan merekonstruksi yang dilakukan
oleh wartawan terhadap realitas sosial tersebut tidak akan dapat dilakukan secara komprehensif.
Arti kata, seorang pewarta tidak akan sanggup merekonstruksi suatu realitas sosial sesuai dengan
apa yang terjadi. Asumsinya, jika realitas sosial memiliki empat sudut, maka yang dapat direkonstruksi

65
(diungkapkan) hanya dua sudut saja. Setiap berita merupakan peristiwa, namun tidak semua peristiwa
bernilai berita atau dapat menjadi berita.
Suatu peristiwa dikatakan berita jika sudah disiarkan oleh media massa. Karenanya, selektivitas
terhadap suatu peristiwa menjadi hak prerogatif wartawan itu sendiri. Ia dapat menentukan apakah suatu
peristiwa layak menjadi berita atau tidak berdasarkan nilai kelayakan suatu berita.
Lebih jelasnya mengenai berita, berikut sejumlah pengertian berita yang dikemukakan oleh para
pakar, praktisi dan teoritisi Ilmu Komunikasi dan Jurnalistik, antara lain :

Berita adalah,

“Laporan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi, yang ingin diketahui oleh umum. dengan sifat-
sifat aktual, terjadi di lingkungan pembaca, mengenai tokoh terkemuka, akibat peristiwa tersebut
berpengaruh terhadap pembaca,”
Nancy Nasution,

”Laporan mengenai suatu peristiwa atau kejadian yang terbaru (aktual); laporan mengenai fakta-
fakta yang aktual, menarik perhatian, dinilai penting, atau luar biasa,”
Kris Budiman,

“Laporan tentang fakta atau ide yang termasa ( baru ), yang dipilih oleh staff redaksi suatu harian
untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca. Entah karena luar biasa, entah karena pentingnya,
atau akibatnya, entah pula karena ia mencakup segi – segi human interest seperti humor, emosi dan
ketegangan,”
Dja’far H Assegaf,

“Laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memilki nilai penting, menarik bagi sebagian
khalayak, masih baru dan dipublikasikan melalui media massa periodik,”
J.B. Wahyudi,

“Suatu laporan kejadian yang ditimbulkan sebagai bahan yang menarik perhatian publik media
massa,”
Amak Syarifuddin,

“Adalah segala sesuatu yang terkait waktu dan menarik perhatian banyak orang dan berita terbaik
adalah hal-hal yang paling menarik yang menarik sebanyak mungkin orang (untuk membacanya),”
Willard Grosvenor Bleyer,

“Suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik perhatian sebagian besar dari pembaca,”
Dean M. Lyle Spencer,

”Suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta yang mempunyai arti penting dan baru
terjadi, yang dapat menarik perhatian pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut,”
William S Maulsby,

”Laporan pertama dari kejadian yang penting yang dapat menarik perhatian umum,”
Eric C. Hepwood,

“News is the timely repaort of facts or opinion of either interest or importance, or both, to a
considerable number of people --Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang
mengandung hal yang menarik minat atau penting, atau kedua-duanya, bagi sejumlah besar penduduk--,”

66
Mitchel V. Charn,

”Suatu informasi yang lebih menekankan dari segi ”keanehan” atau ”ketidaklaziman” sehingga
mampu mencuri perhatyian serta memancing keingintahuan (curiosity) pembaca,”
Nothclife,

“Adalah informasi yang “merangsang”, dengan informasi itu orang biasa dapat merasa puas dan
bergairah,”
Chilton R. Bush,

”Laporan tentang fakta atau pendapat orang yang terikat oleh waktu, yang menarik dan/atau
penting bagi sejumlah orang tertentu,”
Charnley,

Merujuk pengertian berita yang diungkapkan sejumlah tokoh dan pakar komunikasi maupun
jurnalistik di atas, maka berita dapat diartikan sebagai suatu peristiwa atau informasi yang faktual, nyata
serta aktual yang disajikan oleh reporter atau wartawan dalam media massa, baik media cetak, seperti surat
kabar, tabloid, majalah, dan buletin, maupun media elektronik, seperti siaran radio, siaran televisi, dan media
online atau internet.

4.2 Konsep Berita


Dikalangan jurnalis ada istilah yang berkaitan dengan berita yang mengandung makna “nyeleneh”,
namun sampai saat ini masih menjadi literatur jurnalistik. Pameo yang dikemukakan Lord Northchliffe,
seorang teoritisi jurnalistik dari Inggris tersebut berbunyi, “If a dog bites a man that’s not news. But, if a man
bites a dog that’s news --Kalau anjing menggigit manusia itu bukanlah berita. Tapi kalau manusia yang
menggigit anjing itu baru namanya berita--”
Definisi tersebut selain mengundang kontroversi dan kontra dari para pakar, baik akademisi maupun
para praktisi jurnalistik, belakangan definisi tersebut juga dianggap kurang “mengena” terhadap pengertian
berita yang sesungguhnya, mengingat suatu berita tidak hanya merupakan kejadian yang nyata terjadi,
namun juga merupakan kejadian yang akan terjadi serta apa yang menjadi pemikiran orang.
Berita merupakan sebuah hasil pelaporan, namun berbeda dengan laporan lain pada umumnya,
seperti laporan hasil penelitian, atau laporan kepala negara, karena berita memiliki ciri hakiki, yakni sangat
cepat (timely) serta mengandung public interest atau berkaitan dengan kepentingan umum.
Sekaitan dengan hal tersebut, Frank Luther Mott (1989) dalam bukunya ”New Survey of Journalism”
membagi berita dalam delapan (8) konsep, yakni :

1. Berita Sebagai Laporan Tercepat (News As Timely Report)


Konsep dasar berita menitikberatkan pada aspek kecepatan (timely). Sekarang ini dengan
perkembangan teknologi yang semakin canggih, kecepatan adalah sesuatu yang sangat penting. Namun,
sesuatu yang tidak bisa ditulis dengan cepat atau tidak terlalu baru dapat disiasati dengan memberikan
laporan yang lebih mendalam (in depth report) sehingga terkesan lebih baru.

2. Berita Sebagai Rekaman (News As Record)


Berita yang tercetak dalam media massa cetak merupakan rekaman sebagai bahan dokumentasi.
Sering kali media massa mencatat hal-hal yang bersejarah, berharga, dan bernilai tinggi bagi kemanusiaan
serta kebudayaan. Semua itu dengan adanya media massa cetak bisa didokumentasikan. Misalnya New York
Times yang memeroleh Pulitzer Prizes sebagai penghargaan atas pemuatan berita-berita yang bersifat
dokumenter.

67
3. Berita Sebagai Fakta Objektif (News As Objective/Acts)
Disebut sebagai fakta objektif karena berita merupakan suatu fakta dan objektif. Karenanya sebuah
laporan berita harus jujur dalam mengungkapkan fakta apa adanya dan haruslah objektif yakni berafiliasi
pada salah satu pihak. Sebagai media yang ditujukan untuk publik maka media massa haruslah memenuhi
ketentuan umum termasuk memenuhi standar kode etik jumalistik di dalamnya.

4. Berita Sebagai Sensasi (News As Sensation)


Terkadang berita memiliki sisi subjektivitas sebagai upaya mengejutkan (shocks) dan menggetarkan
atau mengharukan (thrills) bagi pembaca. Subjectivitas tersebut biasanya terdapat dalam pemberitaan yang
serius mengenai kejadian-kejadian tertentu, misalnya tentang skandal seks pejabat, atau gosip yang dapat
memberikan sensasi.

5. Berita Sebagai Interpretasi (News As Interpretation)


Dalam suatu kehidupan yang kompleks seperti menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, budaya
dan ilmu pengetahuan, suatu fakta perlu dijelaskan agar pembaca mengerti. Publik perlu diberi penjelasan
tentang latar belakang, sebab-akibat, situasi serta hubungannya dengan hal-hal lain, mengapa sesuatu itu
terjadi berdasarkan interpretasi atau pemahaman wartawan.
Kepiawaian seorang wartawan dalam menyajikan berita adalah hal yang penting sehingga tidak
menimbulkan salah tafsir dan salah pengertian (prejudice) bagi pembacanya. Karenanya, untuk menggali dan
meyakinkan pembacanya diperlukan kepandaian dan kejujuran wartawan yang bersangkutan.

6. Berita Sebagai Minat Insani (News As Human Interest)


Dalam hal ini, menariknya berita bukan karena pentingnya peristiwa yang dilaporkan, tetapi karena
sifatnya yang menyentuh perasaan insani (manusia), menimbulkan perasaan terharu, prihatin, senang dan
lain sebagainya. Misalnya penemuan seorang anak yang telah hilang terpisah dari orang tuanya, atau
kehidupan binatang langka yang terancam punah dan lain sebagainya.

7. Berita Sebagai Ramalan (News As Prediction)


Wartawan berita cenderung menaruh perhatian kepada masa depan dari masa kini dan masa lalu.
Karena minat pembaca terutama terletak pada masa depan. Pada umumnya yang diharapkan dari berita,
selain merupakan informasi mengenai kejadian terkini, juga ramalan (to prediction) yang masuk akal
(intelligent forecast) mengenai masa depan.
Misalnya kompensasi kenaikan BBM untuk pendidikan atau bagaimana nasib pendidikan di masa
yang akan datang? Hal demikian disajikan ke dalam suatu berita yang menarik, misalnya dengan mengaitkan
pembicaraan menteri pendidikan ketika menyampaikan tentang program pendidikan masa depan.

8. Berita Sebagai Gambar (News As Picture)


Selain berita disampaikan dalam bentuk kata-kata, berita juga dapat disampaikan dalam bentuk
gambar. Jika diamati, banyak media massa, terutama surat kabar atau majalah yang halamannya penuh
dengan gambar-gambar. Ilustrasi gambar dalam media massa selain bisa menghibur, juga biasanya lebih
lugas, jujur dan apa adanya. Biasanya gambar bisa lebih menjelaskan fakta objektif daripada kata-kata,
karena kata-kata memang mempunyai keterbatasan dalam menjangkau peristiwa.
Sebagai contoh, berita tentang penggundulan hutan, kebakaran atau demonstrasi massa. Biasanya
akan lebih jelas dan mudah dimengerti jika disertai gambar. Wartawan yang khusus mengirimkan gambar-
gambar berkaitan dengan objek atau peristiwa lebih dikenal dengan sebutan wartawan foto.

4.3 Jenis-Jenis Berita


Dalam menulis berita, seorang pewarta atau jurnalis dapat menentukan sendiri jenis berita yang
dikehendakinya. Masing-masing dari jenis berita tersebut memiliki karakteristik tersendiri dan penentuan
jenis berita biasanya tergantung dari konteks peristiwa yang akan disirakan atau disajikan tersebut.

68
Secara holistik, berita yang tertuang pada media massa, baik cetak maupun elektronik pada
umumnya terbagi atas 1) Straight News; 2) Depth Reporting News; 3) Investigative News; 4) Interpertative
News; 5) Opinion News; dan 6) Feature.

1. Straight News
Adalah berita langsung, dalam arti apa adanya. Straight News atau sering juga disebut Spot News
merupakan jenis berita yang paling banyak digunakan oleh para wartawan dalam menulis berita di media
massa, terutama surat kabar harian (daily newspaper). Ciri penulisan berita ini adalah ditulis apa adanya
berdasarkan fakta atas kejadian yang diberitakan tersebut, tidak berbelit belit dan mengutamakan nilai
aktualitas.
Karenanya, kejadian atau peristiwa yang sudah lama terjadi dan lampau akan diindahkan oleh berita
jenis ini. Contoh berita jenis Straight News di antaranya, peristiwa kecelakaan lalu lintas, demonstrasi massa,
peristiwa kebakaran atau berita kejadian lainnya.
Sifat utama dari Straight News adalah beritanya lugas, singkat dan langsung ke pokok persoalan
dengan dukungan fakta-fakta yang akurat, namun tanpa mengabaikan kelengkapan data dan obyektivitas.
Berita jenis ini harus memenuhi unsur 5W+1H secara ketat dan harus cepat-cepat disiarkan atau
dipublikasikan, karena terlambat sedikit maka berita akan dianggap basi. Adapun berita yang sejenis dengan
bentuk straight news di antaranya matter of fact new, action news, dan quote news.
 Matter of fact news, adalah berita yang hanya mengemukakan fakta utama yang terlibat dalam
suatu peristiwa itu saja. Berita langsung jenis ini ditulis cenderung pendek, terdiri atas dua atau
tiga alinea.
 Action news, adalah berita yang mengemukakan serta mengisahkan perbuatan atau tindakan
yang terlibat dalam peristiwa itu.
 Quote news, adalah berita yang disertai dengan mengemukakan kutipan dari apa yang diucapkan
oleh para pelaku yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Misalnya berita tentang kegiatan
pejabat seperti presiden dan jajarannya, berita bencana alam, berita seminar, berita bedah buku,
berita rapat dewan komisi, berita kriminalitas, dan lain sebagainya.

2. Depth Reporting News


Adalah suatu berita mendalam yang dikembangkan melalui pendalaman hal-hal yang ada di bawah
suatu permukaan. Dalam penulisannya, seorang wartawan perlu menghimpun informasi, data dan fakta-
fakta mengenai peristiwa sebagai informasi tambahan untuk melengkapi berita yang ditulisnya.
Misalnya penulisan berita mendalam tentang pemilihan calon presiden, reporter perlu memasukkan
pidato calon presiden yang telah disampaikannya beberapa waktu lalu. Begitu juga halnya penulisan berita
dengan objek lain, reporter perlu mengumpulkan data-data, fakta-fakta di lapangan, sehingga diperoleh
informasi yang memadai serta relevan dengan berita yang ditulisnya. Dengan demikian hasil tulisannya tidak
terkesan sebagai opini penulisnya, melainkan berdasarkan fakta apa adanya di lapangan.

3. Investigation News
Merupakan berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan wartawan dari
berbagai sumber. Ciri khas dari berita jenis ini terletak paa pencarian fakta tersembunyi dengan cara
menelusuri jejak dari peristiwa dan akar pendapat yang sudah diketahui atau fakta dipermukaan. Dengan
demikian, sifat penulisannya lebih banyak membandingkan antara fakta di permukaan dengan fakta
tersembunyi yang berhasil di dapat.
Adapun tujuan dari penyelidikan tersebut adalah untuk memeroleh sejumlah fakta dan keterangan
tentang ‘sesuatu’ yang sengaja disembunyikan oleh pihak tertentu. Melalui penyelidikan dapat diperoleh
fakta dan data yang tersembunyi agar tujuan penyelesaian dapat tercapai.
Berita jenis ini biasanya memusatkan pada permasalahan yang kontroversi, dan berita ini diturunkan
untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi terkait dengan kepentingan banyak pihak,

69
misalnya masalah penyalahgunaan jabatan, penyelewengan dana bantuan, korupsi, polusi dan lain
sebagainya.
Untuk menurunkan berita ini, wartawan atau penulis melakukan penyelidikan atau investigasi dalam
mengungkapkan peristiwa yang sebenarnya terjadi sehingga beritanya dapat membantu menjelaskan kepada
masyarakat dan dapat membantu menyelesaikan suatu permasalahan yang terjadi.

4. Interpretative News
Adalah berita yang dikembangkan dengan opini atau pendapat wartawan atau penulisnya. Prinsip
berita jenis ini lebih mengutamakan kedalaman bahasa fakta dan atau pendapat, termasuk di dalamnya latar
belakang serta fakta atau pendapat dari pihak lain yang relevan.
Berita interpretatif biasanya memfokuskan pada sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa yang
bersifat kontroversial. Namun demikian, fokus laporan beritanya masih tetap menyampaikan tentang fakta
yang ada dan bukan opini. Dalam jenis berita ini, wartawan atau penulis dituntut untuk dapat melakukan
analisis dan menjelaskan persoalan yang terjadi dengan jelas.
Berita jenis ini sangat tergantung pada pertimbangan nilai (value) dan fakta yang ada. Wartawan
yang menulis berita ini pada umumnya mencoba menerangkan berbagai peristiwa publik melalui penggalian
informasi yang diperoleh langsung dari para narasumber.
Laporan interpretatif biasanya dipusatkan untuk menjawab pertanyaan “mengapa", misalnya
mengapa kenaikan BBM diprotes rakyat? mengapa calon presiden harus yang tegas? dan lain sebagainya.
Untuk dapat menurunkan berita jenis ini, wartawan biasanya mencari alasan-alasan dengan menggali
informasi dari para narasumber yang terpercaya.

5. Opinion News
Adalah suatu berita mengenai pendapat dari para n, ahli, pejabat dan atau akademisi terhadap suatu
peristiwa atau hal yang menjadi perhatian khalayak. Wartawan dapat menulis berita ini setelah terjadi suatu
peristiwa.
Dengan demikian, berita jenis ini dapat dikatakan sebagai berita penguat atas berita yang
sebelumnya sudah ada. Misalnya, berita tentang banyaknya pesawat terbang yang jatuh kemudian
ditindaklanjuti dengan berita opini dari ahli Alutsista mengenai faktor-faktor penyebab jatuhnya pesawat
tersebut.

6. Feature News
Dilihat dari karakternya, feature termasuk ke dalam jenis soft news, yakni jenis berita yang memiliki
ciri pelaporan khas. Kendati ”khas”, namun tulisan feature tetap berpijak pada fakta dan data yang diperoleh
melalui proses jurnalistik. Dengan demikian, maka feature dapat diartikan sebagai berita khas kreatif yang
berpijak pada jurnalistik sastra tentang suatu situasi, keadaan, atau aspek kehidupan, dengan tujuan untuk
memberikan informasi sekaligus menghibur khalayak.
Jadi, jika dalam penulisan berita ”keras” yang diutamakan ialah pengaturan fakta-fakta, maka dalam
penulisan feature, yang dipakai adalah teknik ‘’mengisahkan sebuah cerita’’. Penulis feature pada hakikatnya
adalah seorang yang berkisah. Penulis melukis gambar dengan kata-kata, ia menghidupkan imajinasi
pembaca sehingga menggiring pembaca untuk masuk ke dalam ceritanya. Semua pihak sepakat, bahwa
feature merupakan bentuk dari jurnalisme sastra, yakni suatu bentuk karya jurnalistik yang menggabungkan
unsur-unsur jurnalisme dengan unsur-unsur sastrawi.

6.1 Pengertian Feature


Kendati belum ada kesepahaman di antara para akademisi maupun praktisi di bidang ilmu Jurnalistik
mengenai apa itu feature? Namun secara sederhana feature dapat diartikan sebagai “artikel kreatif” atau
”berita khas” yang menjadi salahsatu bentuk dari berita yang disajikan di media massa. Bahkan, saat ini
tulisan feature mendapat tempat tersendiri di media massa. Dengan adanya feature, media massa menjadi
lebih "hidup”.

70
Lebih jelasnya tentang apa itu feature? Berikut beberapa definisi feature yang dikemukakan oleh
sejumlah ahli, praktisi maupun akademisi di bidang ilmu Jurnalistik.

Feature adalah :

”Suatu tulisan kreatif, terikat pada dasar-dasar jurnalistik dan ragam sastra yang dapat
mengabaikan segala aktualitas; mengajikan kebenaran objektif akan tetapi kadang-kadang subjektif;
cenderung mengutamakan segi human interest; terutama bersifat ringan, menghibur, menenangkan;
merangsang dan menimbulkan rasa emosional; mengundang imajinasi pembaca; memberi; menambah dan
meningkatkan informasi; tentang keadaan atau peristiwa, masalah, gejala, proses, aspek-aspek kehidupan,
termasuk juga latar belakang,”
Riyono Pratikno,

“Karangan lengkap non-fiksi bukan berita lempang dalam media massa yang tidak menentu
panjangnya, dipaparkan secara hidup sebagai pengungkapan daya kreativitas, kadang-kadang dengan
sentuhan subjektivitas pengarang (penulis) terhadap peristiwa atau situasi, aspek kehidupan dengan tekanan
pada daya pikat manusiawi untuk tujuan memberitahu, menghibur, mendidik dan meyakinkan pembaca,”
Andi Baso Mappatoto,

“Secara umum adalah suatu daftar panjang tentang pelbagai bahan mulai dari komik sampai tulisan
yang disebut kolom, yang tidak digolongkan pada berita lempang dan secara khusus adalah tulisan yang
semata-mata berdasarkan daya pikat manusiawi (human interest) yang tidak terlalu terikat pada tulisan
baku yang kaku seperti yang diberlakukan dalam berita lempang,”
Jullian Haris,

“Karangan khas yang tidak tunduk pada teknis penulisan dan penyajian fakta-fakta seperti yang
disyaratkan berita dan sifatnya ringan memberikan hiburan,”
Assegaf,
“Karangan yang melukiskan suatu pernyataan dengan terinci sehingga apa yang dilaporkan hidup dan
tergambar dalam imajinasi pembaca,”
KBBI,

“Tulisan di media massa di luar berita, biasanya berisi tulisan ringan, tulisan berat, tajuk rencana,
tulisan sketsa, laporan pandangan mata dan sebagainya. Sedangkan dalam arti adalah tulisan yang sifatnya
bisa menghibur, mendidik, memberi informasi dan sebagainya aspek kehidupan dengan gaya yang
bervariasi,”
Umar Nur Zain,

“Adalah artikel yang kreatif/ kadang-kadang subjektif yang dirancang terutama untuk menghibur
dan memberitahu pembaca tentang suatu peristiwa, kejadian atau situasi atau aspek kehidupan seseorang,”
Daniel R. Williamson,

“Suatu artikel atau karangan yang lebih ringan atau lebih umum tentang daya pikat manusiawi atau
gaya hidup daripada berita lempang yang ditulis dari peristiwa yang masih hangat,”
Richard Weiner.

6.2 Unsur-Unsur Feature


Dikemukakan Riyono Pratikno (1984) dalam bukunya “Kreatif Menulis Feature” sedikitnya ada enam
(6) unsur dalam penulisan feature, di antaranya :

71
 Kreativitas
Tidak seperti penulisan berita biasa, penulisan feature memungkinkan wartawan atau penulis untuk
“menciptakan” sebuah cerita atau “mengkreasi” cerita. Karenanya, dalam menulis feature, seorang
wartawan tidak dibatasi dalam penggunaan bahasa. Namun sebaliknya, ia bebas mengekplorasi bahasa
untuk dituangkan ke dalam tulisan featurenya.
Selain itu, dalam menulis feature, wartawan dapat memasukkan unsur hiperbolis (dramatisasi kata)
secara wajar ke dalam isi tulisannya tersebut. Maksud wajar di sini adalah, hiperbolisme harus tetap berada
pada koridor empirisme serta berpegang pada data dan fakta yang sebenarnya, bukan hasil rekayasa apalagi
pemutarbalikkan fakta.

 Paduan Jurnalistik dan Sastrawi


Salahsatu karakteristik yang membedakan feature dengan berita adalah adanya sentuhan sastra
pada feature, sedangkan berita cenderung “steril” dari hal tersebut. Karenanya, untuk menulis feature,
selain dituntut kemampuan jurnalistik, penguasaan tentang bahasa sastra juga menjadi hal yang mutlak.
Jika dianalogikan, antara jurnalistik dan sastra sebagai sebuah lingkaran yang saling bersinggungan
atau tumpang tindih, dan feature adalah satu luasan tempat tumpang tindih kedua lingkaran tersebut.
Semakin luas daerah tumpang tindihnya, maka semakin tinggi nilai feature tersebut. Namun
sebaliknya, semakin sempit daerah tumpang tindih itu, maka nilai bobot dari feature itu sendiri semakin
rendah.

Gambar 4.1
Skema Feature

Berita Feature Sastra

Adanya sentuhan sastra ini memungkinkan gaya penulisan feature cenerung mirip dengan gaya
penulisan karangan fiksi sehingga menjadi enak untuk dibaca, layaknya membaca cerita pendek atau novel.

 Mengabaikan Segi Aktualitas


Berita mudah sekali “punah”, sehingga unsur berita yang semuanya penting luluh dalam waktu saat
itu. Tetapi. Feature bisa disimpan berhari-hari, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan dan bertahun-
tahun. Oleh karena itu, tidak seperti pada berita, tekanan deadline atau tenggat waktu dari redaksi jarang
terjadi pada penulisan feature, sehingga wartawan memiliki keleluasaan untuk mengeksplorasi tulisannya
tersebut karena memiliki cukup waktu untuk mengadakan riset secara cermat, agar nantinya dapat
menghasilkan sebuah karya feature yang bermutu dan berkualitas.

 Subjektivitas
Walaupun tetap masih mematuhi penulisan berita atau dasar-dasar jurnalistik. Dengan kata lain
objektivitas harus tetap dijaga, namun kadang-kadang suatu feature dapat bersifat subjektif dimana
penulisannya mengambil “point of view” orang pertama. Dengan kata lain, feature ditulis dalam bentuk
“aku” sehingga mnemungkinkan wartawan atau penulis memasukkan emosi dan pikirannya sendiri.
Subjektivitas feature juga tampak dari kedekatannya dengan unsur sastra. Tulisan feature perjalanan
misalnya atau feature minat insani (human interest) akan mengurangi fakta dengan pencampuran gaya

72
penulisan fiksi. Dalam teori penulisan kreatif modern, memadukan unsur fakta dan unsur fiksi (daya imajinasi
penulis) memang bukan suatu hal yang salah, dan ini sering dilakukan oleh para penulis barat.
Subjektivitas dalam penulisan feature juga dapat diartikan sebagai pengungkapan perasaan dan
pikiran sesuai dengan nilai-nilai atau konsep seseorang. Apapun yang diungkapkan merupakan subjektivitas
seseorang yang dipengaruhi oleh insting, impulsi, emosi, pikiran, budaya serta lingkungan interaksi atau
pergaulan hidupnya yang kemudian melahirkan pola tingkah laku subjektivitas yang berbeda.

 Minat Insani (Human Interest)


Pada umumnya feature selalu mengandung segi human interest atau selalu ada human touch
(sentuhan manusiawi). Sehubungan dengan human interest atau minat insani ini, yang penting bagi suatu
tulisan feature adalah ia ditulis secara ringan sehingga cenderung menghibur dan menyenangkan.
Hal ini dimaksudkan sebagai variasi atau imbangan terhadap berita-berita “berat” atau artikel yang
termuat dalam halaman-halaman surat kabar. Suatu berita yang dibuat ke dalam bentuk feature bisa sesuatu
yang menyenangkan atau menggembirakan, namun bisa juga sesuatu yang menyedihkan atau menyakitkan
terkait suatu peristiwa yang sangat berat dan sulit. Tetapi, penyajiannya dalam bentuk feature cenderung
suatu bentuk yang menyenangkan atau menyegarkan.

 Informatif
Ciri lain dari penulisan Feature yakni dapat memberikan informasi lebih lengkap kepada masyarakat,
terutama mengenai suatu situasi, peristiwa atau aspek kehidupan yang biasanya ditinggalkan dalam berita
“berat”. Tulisan dalam bentuk feature biasanya lebih mendalam sehingga mampu memberikan gambaran
lebih detail tentang peristiwa atau suatu permasalahan.
Dalam mengungkap kondisi sosial, feature biasanya lebih menggugah dan memunculkan empati dan
rasa haru pembacanya. Selain itu, feature juga bisa menggelitik hati nurani pembaca. Informasi yang
disampaikan melalui feature biasanya informasi yang dapat menyentuh rasa kemanusiaan pembacanya,
sehingga pembaca terpengaruh untuk melakukan perubahan konstruktif.
Memberikan informasi juga berarti menambah informasi, misalnya apabila pengetahuan pembaca
mengenai suatu masalah atau peristiwa sudah ada sebelum mereka membaca feature tersebut, maka feature
tersebut bersifat menambah serta memperkuat dan menyakinkan informasi atau pengetahuan pembaca
tersebut.

 Menghibur
Tulisan dalam bentuk feature biasanya bersifat menghibur karena pembaca dalam memahaminya
cenderung menggunakan emosi daripada pikirannya. Hal ini berbeda dengan berita keras (hard news) yang
dipahami pada umumnya melalui pikiran.
Dalam setiap kasus, sasaran utama feature adalah bagaimana menghibur pembaca dan memberikan
kepadanya hal-hal yang baru dan segar. Untuk menyentuh emosi pembaca, gaya penulisan feature ditulis
dengan gaya yang menghibur. Adanya feature inilah isi media massa tidak terasa "kering", sehingga pembaca
tidak bosan pembaca media massa tersebut.
Sifat menghibur ini menjadi penting karena hiburan merupakan kebutuhan dasar seseorang yang
perlu dipenuhi melalui bacaan yang disajikan oleh media massa. Karenanya, bagi media cetak, feature
menjadi alat penting bagi surat kabar atau majalah untuk bersaing dengan media elektronik. Laporan berita
menjadi penuh warna dan kaya akan nilai estetika.

6.3 Jenis-Jenis Feature


Menurut Wosseley and Campbell dalam Winoto (1960) dan Pratikno (1934) sedikitnya terdapat
enam (6) jenis feature, di antaranya :
 Feature Minat Insani (Human Interest Feature)
Salah satu ciri khas utama dari jenis feature ini adalah bahwa feature human interest mengandung
banyak unsur-unsur kemanusiaan atau sarat dengan sentuhan manusiawi.

73
Unsur-unsur atau segi inilah yang menjadi aspek utama agar cerita yang disajikan dapat menyentuh
rasa manusiawi pembaca, misalnya keharuan, kegembiraan, kesedihan, kebencian, iri hati, kejengkelan,
simpati, cinta dan kasih sayang, dan amarah. Nilai cerita ini ditentukan oleh syarat aktualitas atau waktu
(timely).

 Feature Sejarah (Hystorical Feature)


Feature sejarah memperingati tanggal-tanggal dari peristiwa penting, seperti proklamasi
kemerdekaan, pemboman Hiroshima atau pembunuhan jenderal-jenderal revolusi. Koran juga sering
menerbitkan feature peringatan 100 tahun lahir atau meninggalnya seorang tokoh.
Kisah feature sejarah juga bisa terikat pada peristiwa-peristiawa mutakhir yang mem-bangkitkan
minat dalam topik mereka. Jika musibah gunung api terjadi, koran sering memuat peristiwa serupa di masa
lalu.
Feature sejarah juga sering melukiskan landmark (monumen/gedung) terkenal, pionir, fi-losof,
fasilitas hiburan dan medis, perubahan dalam komposisi rasial, pola perumahan, makanan, industri, agama
dan kemakmuran.
Setiap kota atau sekolah memiliki peristiwa menarik dalam sejarahnya. Seorang penulis feature yang
bagus akan mengkaji lebih tentang peristiwa-peristiwa itu, mungkin dengan dokumen historis atau dengan
mewawancara orang-orang yang terlibat dalam peristiwa-peristiwa bersejarah.

 Feature Biografi (Biografical Feature)


Profil mengungkap manusia yang menarik, misalnya tentang seseorang yang secara dramatik
mencapai karir yang istimewa dan sukses atau menjadi terkenal karena kepribadian mereka yang penuh
warna.
Agar efektif, profil seperti ini harus lebih dari sekadar daftar pencapaian dan tanggal-tang-gal penting
dari kehidupan si individu. Profil harus bisa mengungkap karakter manusia itu. Untuk memperoleh informasi
yang dibutuhkan, penulis feature tentang pribadi seperti ini seringkali harus mengamati subyek mereka
ketika bekerja; mengunjungi rumah mereka dan mewawancara teman-teman, kerabat dan kawan bisnis
mereka.
Profil yang komplit sebaiknya disertai kutipan-kutipan si subyek yang bisa meng-gambarkan dengan
pas karakternya. Profil yang baik juga semestinya bisa memberikan kesan kepada pembacanya bahwa
mereka telah bertemu dan berbicara dengan sang tokoh. Banyak sumber yang diwawancara mungkin secara
terbuka berani mengejutkan Anda dengan mengungkap rahasia pribadi atau anekdot tentang si subyek. Tapi,
banyak sumber lebih suka meminta agar identitasnya dirahasiakan. Informasi sumber-sumber itu penting
untuk memberikan balans dalam penggambaran si tokoh.

 Feature Perjalanan (Travelogue Feature)


Feature petualangan melukiskan pengalaman-pengalaman istimewa dan mencengangkan —
mungkin pengalaman seseorang yang selamat dari sebuah kecelakaan pesawat ter-bang, mendaki gunung,
berlayar keliling dunia, pengalaman ikut dalam peperangan.
Dalam feature jenis ini, kutipan dan deskripsi sangat penting. Setelah bencana, misalnya, penulis
feature sering menggunakan saksi hidup untuk merekontruksikan peristiwa itu sendiri. Banyak penulis
feature jenis ini memulai tulisannya dengan aksi momen yang paling menarik dan paling dramatis.

 Feature Petunjuk Praktis (Explanatory and How-To-Do-It Feature)


Feature ini berkisah kepada pembacanya bagaimana melakukan sesuatu hal: bagaimana membeli
rumah, menemukan pekerjaan, bertanam di kebun, mereparasi mobil atau mem-pererat tali perkawinan.
Kisah seperti ini seringkali lebih pendek ketimbang jenis feature lain dan lebih sulit dalam
penulisannya. Reporter yang belum berpengalaman akan cenderung menceramahi atau mendikte pembaca
— memberikan opini mereka sendiri — bukannya mewawancara sumber dan memberikan saran faktual.

74
 Feature Ilmiah (Scientific Feature)
Hasil-hasil penelitian dan perkembangan ilmu pengetahuan selalu dapat menarik minat pembaca.
Feature-feature tentang ilmu pnegetahuan (popular) sebetulnya dapatmenjembatani kesenjangan
(jurangpemsaih, gap) antara para ilmuwan dengan amsyarakat awam. Karena melalui feature berbagai hasil
penelitian ilmiah atau berbagai penemuan baru yang sangat berguna bagi kehidupan umat manusia dapat
dihidangkan dalam bentuk tulisan yang ringan dans ederhana, mudah dimengerti oleh orang awam.

2.4 Lead Feature


Dibanding berita lurus, tulisan jenis feature konon kabarnya paling banyak disukai wartawan untuk
menulisnya. Untuk membuat lead bagi jenis tulisan feature, ada beberapa contoh lead yang biasa digunakan
banyak wartawan, di antaranya :

 Lead Ringkasan
Lead ini hampir mirip dengan berita biasa, bedanya, yang ditulis adalah inti ceritanya. Banyak
wartawan yang menulis lead gaya ini karena gampang, misalnya :
Usia tua bukan halangan bagi Mak Emin untuk tetap bertahan jualan gado-gado di kantin sekolah
kita. Ia, dengan semangat tinggi bertekad menghidupi anaknya agar bisa sekolah seperti yang lain. Dan
seterusnya…..

 Lead Bercerita
Lead ini menciptakan suatu suasana dan membenamkan pembaca seperti ikut jadi tokohnya.
Misalnya :
Anak berseragam putih-abu itu menenteng balok kayu. Sorot matanya tajam bagai elang mengincar
mangsanya. Sejurus kemudian ia memberi komando teman-temannya untuk segera menyerang lawannya
dari sekolah lain. Tawuran pun tak bisa dihindari lagi. Warga sekitar kejadian, yang kebanyakan ibu-ibu
berteriak histeris menyaksikan aksi brutalis para pelajar itu …

 Lead Deskriptif
Lead ini menceritakan gambaran kepada pembaca tentang suatu tokoh atau suatu kejadian. Penulis
yang hendak menulis profil seseorang, biasanya suka sekali membuat lead seperti ini, misalnya :
Sesekali wanita tua itu mengelap keringatnya yang mengucur dengan ujung kebayanya, ia terus
mengulek bumbu pecel. Sementara anak-anak sekolah sibuk berebutan membeli gorengan di kantin sekolah
itu. Meski banyak anak yang suka curang dengan tidak membayar dagangannya, mak Emin tak pernah ambil
pusing, “Mungkin dia tidak punya uang,” ucapnya suatu saat….. dst….

 Lead Pertanyaan
Lead ini menantang rasa ingin tahu pembaca, asal dipergunakan dengan tepat dan pertanyaannya
wajar saja. Lead begini sebaiknya satu alinea dan satu kalimat, dan kalimat berikutnya sudah alinea baru.
Misalnya :
Untuk apa mereka berjihad ke Irak? Memang ada yang sinis dengan dibukanya pendaftaran relawan
untuk berjihad ke Irak, menyusul invasi AS dan sekutunya ke negeri seribu satu malam itu 20 Maret lalu.
Bahkan pemerintah pun menanggapi dingin rencana tersebut bahkan ada yang pejabat yang mengatakan
“konyol” terhadap rencana tersebut…dst….

 Lead Menuding
Lead ini berusaha berkomunikasi langsung dengan pembaca dan ciri-cirinya adalah ada kata “Anda”
atau “Saudara” (bisa juga Kamu). Pembaca sengaja dibawa untuk menjadi bagian cerita, walau pembaca itu
tidak terlibat pada persoalan. Misalnya :
Kamu jangan bangga dulu punya HP oke. Meski kemana-mana nenteng ponsel yang fiturnya
seabrek, boleh jadi kamu buta tentang telgam ini dst….

75
 Lead Nyentrik
Lead ini nyentrik, ekstrim, bisa berbentuk puisi atau sepotong kata-kata pendek. Hanya baik jika
seluruh cerita bergaya lincah dan hidup cara penyajiannya, misalnya :
Hancurkan Amerika!
Tangkap Bush!
Bush Teroris!
Tegakkan Khilafah
Hancurkan Demokrasi!
Teriakan itu bersahut-sahutan dari ribuan pendemo di depan Kedubes AS dalam unjuk rasa
menentang invasi AS dan sekutunya ke Irak …. dst….

 Lead Kutipan
Lead ini bisa menarik jika kutipannya harus memusatkan diri pada inti cerita berikutnya. Dan tidak
klise. Misalnya :
“Saya akan terus berjuang sampai titik darah yang penghabisan. Lebih baik mati daripada
menanggung derita karena dijajah Israel,” kata seorang pemuda Palestina dengan lantangnya saat
membakar bendera Israel di Tepi Barat dalam sebuah demonstrasi yang digelar ratusan pejuang Palestina
itu… dan seterusnya.

 Lead Gabungan
Ini adalah gabungan dari beberapa jenis lead tadi. Misalnya :
“Saya tak pernah merasa gentar menghadapi serbuan AS dan sekutunya” kata Saddam Husein
dalam pidato yang berapi-api itu. Ia tetap tersenyum cerah dan melambai-lambaikan tangannya di hadapan
ribuan rakyat Irak di sela-sela pidatonya itu….

4.4 Nilai Berita


Seorang jurnalis, reporter atau pewarta/wartawan akan dinilai oleh publik bukan dari
personalitasnya, namun dari karya jurnalistik atau berita yang dihasilkannya. Semakin berkualitas berita yang
ia sajikan/siarkan maka akan semakin meningkat kredibilitasnya.
Sebuah berita dikatakan berkualitas, menurut Mitchell V. Charnley (1963) dalam bukunya
”Reporting” harus memenuhi sejumlah syarat, di antaranya :
 Berita Itu Harus Akurat (News Is Accurate)
 Berita Itu Harus Seimbang (News Is Balance)
 Berita Itu Harus Objektif (News Is Objective)
 Berita Itu Harus Singkat dan Jelas (News Is Concise and Clear)
 Berita Itu Harus Baru (News Is Recent)
Selain itu, sebuah berita juga harus mengandung nilai berita (news value) di samping tentu saja
mengandung nilai faktualitas dan aktualitas serta mengandung kaidah-kiadah jurnalistik, yakni memenuhi
unsur 5W + 1H (Who, What, Why, When, Where, dan How).
Pada tataran praktis, sebuah berita akan menarik perhatian publik jika berita tersebut mengandung
nilai humanis (human interest) serta menyangkut kepentingan khalayak ramai (public interest). Selain
mengandung sisi humanis, publik juga akan tertarik dengan berita yang ”bombastis” dan heboh. Namun,
berita yang bombastis namun bohong hanya akan merendahkan pewarta itu sendiri, baik secara personal
maupun terhadap profesi kejurnalistikannya, bahkan akan berimplikasi pada media tempat ia bernaung.
Nothclife, seorang pakar komunikasi mempertegas hal tersebut, ia berasumsi, suatu berita yang
bernilai adalah sesuatu yang mengandung "keanehan" atau "ketidaklaziman", sehingga menarik perhatian
serta mengundang keingintahuan (curiosity) pembaca atau pemirsa.
Selain itu, nilai berita juga sangat terkait dengan kebaruan (novelity), keaktualan (actuality) serta
kepentingan publik. Misalnya berita tentang kenaikan bahan bakar minyak (BBM), bencana alam, busung

76
lapar, intrik politik, gejolak ekonomi, kebakaran, serta penemuan-penemuan dalam bidang IPTEK dan lain
sebagainya.
Bila peristiwa merupakan kejadian faktual yang sangat objektif, maka berita merupakan peristiwa
yang telah diolah melalui bahasa-bahasa tertentu, dan disampaikan oleh pihak tertentu kepada pihak-pihak
lain yang memerlukan atau siap untuk menerimanya.
Adanya proses penyampaian oleh pihak-pihak tertentu dan melalui bahasa-bahasa tertentu itulah
yang pada akhirnya mengakibatkan suatu berita tidak pernah seratus persen objektif. Ia akan sangat
dipengaruhi oleh subjektivitas penulisnya, mulai dari subjektivitas persepsi sampai subjektivitas ideologi.
Misalnya, jika pers barat menyebut pejuang Hammas Palestina sebagai teroris, sebaliknya, Majalah
Sabili menyebut posisi Amerika Serikat di Irak sebagai agresor, dan sebagainya. Dengan kata lain, suatu
peristiwa akan mengalami "deviasi" ketika diubah menjadi berita.
Karenanya, seorang pewarta harus memerhatikan kualitas berita terutama berita yang menjunjung
tinggi nilai integritas, dan sanggup menimbulkan efek, baik dalam tataran kognitif, konatif maupun
behaviour.
Lebih lanjut dan lebih jelasnya lagi tentang nilai suatu berita, Brian S Brooks, George Kennedy, Darly
R. Moen dan Don Ranly dalam bukunya ”News Reporting and Editing” yang dikutip AS. Haris Sumadiria (2005)
mengungkapkan ada 11 (sebelas) nilai berita (news value), antara lain :

1. Keluarbiasaan (Unusualness)
Dalam pandangan jumalistik berita adalah sesuatu yang luar biasa (unusualness). Di dunia ini begitu
banyak sesuatu yang luar biasa, seperti pesawat terbang yang jatuh berkeping-keping dan menelan ratusan
korban, kebakaran hutan, gunung meletus, kerusuhan massa, serta penemuan benda-benda kuno.
Semuanya itu adalah berita-berita yang luar biasa.
Kalangan praktisi jumalistik mengungkapkan, semakin besar peristiwa itu terjadi maka semakin besar
pula nilai berita yang akan ditimbulkannya. Menurut Haris Sumadiria (2005), nilai berita luar biasa itu paling
tidak dapat dilihat dari sejumlah aspek, antara lain, lokasi peristiwa, waktu peristiwa itu terjadi, dampak yang
ditimbulkannya, baik dalam bentuk nyawa maupun harta, serta kemungkinan terjadi perubahan aktivitas
masyarakat pasca peristiwa atau kejadian tersebut.

2. Kebaruan (Newsness)
Berita adalah sesuatu yang terbaru. Presiden yang baru dilantik adalah berita, bupati yang baru
diangkat adalah berita, artis yang cerai adalah berita, grup band yang meluncurkan single album adalah
berita, perusahaan yang baru launching produk adalah berita, pun dengan pejabat yang baru masuk penjara
karena korupsi merupakan berita. Pokoknya segala sesuatu yang baru terjadi di masyarakat dapat dijadikan
berita atau mempunyai nilai berita.

3. Akibat (Impact)
Berita adalah sesuatu yang memiliki akibat atau dampak (efek). Suatu peristiwa atau hal tidak jarang
menimbulkan dampak, terutama dampak dalam kehidupan masyarakat. Seperti misalnya kenaikan Bahan
Bakar Minyak (BBM) yang berdampak pada naiknya harga-harga kebutuhan pokok, kenaikan tarif jalan tol
yang berdampak pada naiknya ongkos bis, konversi minyak tanah ke gas yang berdampak pada langkanya
minyak tanah di tengah masyarakat, dan lain sebagainya.
Semua itu berdampak pada kehidupan masyarakat secara luas. Semakin besar dampak yang
ditimbulkannya, semakin besar pula nilai berita yang dikandungnya.

4. Aktual (Actual)
Berita adalah peristiwa yang sedang aktual atau terjadi. Keaktualan berita biasanya sangat terkait
dengan waktu (timely). Secara sederhana aktual berarti menunjuk pada peristiwa yang baru atau yang
sedang terjadi. Sesuai dengan pengertian jumalistik, media massa memuat atau menyajikan berita-berita

77
aktual yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan demikian, berita adalah apa yang terjadi hari ini.
Semakin aktual suatu berita maka semakin tinggi pula nilai beritanya.
Dalam pandangan jurnalistik, aktualitas terbagi atas tiga kategori, yakni, aktualitas kalender,
aktualitas waktu dan aktualitas masalah. Aktual kalender, yaitu nilai keaktualan berkaitan dengan waktu
yang ada pada kalender. Hal ini biasanya berkaitan dengan hari-hari besar, seperti hari besar nasional, hari
besar keagamaan, hari besar perayaan dan lain sebagainya. Bahkan, media massa sering memuat tulisan-
tulisan yang bersifat aktual sesuai dengan peringatan hari besar tersebut.
Aktualitas waktu, adalah nilai keaktualan berita yang berkaitan erat dengan waktu terjadinya.
Asumsinya, waktu hari ini akan lebih aktual daripada waktu esok hari. Misalnya bencana alam yang terjadi
hari ini akan lebih aktual diberitakan besok daripada lusa.
Aktualitas masalah, adalah suatu masalah akan tetap mengandung nilai aktual jika belum ditemukan
jalan keluarnya. Misalnya kasus korupsi akan tetap aktual selama persidangannya masih berjalan atau vonis
belum dijatuhkan terahdap si terdakwa, atau kasus pembunuhan akan tetap aktual selagi pelakunya belum
ditangkap, dan lain sebagainya.
Dengan demikian, kendati masalah itu sebenarnya sudah kadaluwarsa (out of date) tetapi tetap
mengandung nilai berita jika pengungkapannya belum terselesaikan.

5. Kedekatan (Proximity)
Kedekatan adalah berkaitan dengan jauh dekatnya peristiwa itu dengan kehidupan masyarakat atau
khalayak. Secara umum kedekatan berita itu dapat terbagi atas kedekatan geografis dan kedekatan
psikologis.
Kedekatan geografis yaitu kedekatan yang merujuk pada letak geografis atau tempat kejadian
dimana peristiwa itu terjadi. Semakin dekat peristiwa itu dengan khalayak, maka akan semakin menarik
untuk dibaca. Misalnya kejadian Tsunami di Aceh, akan lebih menarik perhatian masyarakat Pulau Sumatera
daripada masyarakat yang berada di pulau Papua.
Karenanya sekarang ini media massa, baik media nasional maupun internasional banyak mengangkat
koresponden atau kontributor untuk ditempatkan di daerah-daerah pelosok guna memasok berita sesuai
dengan kebutuhan media massa yang bersangkutan.
Sedangkan Kedekatan psikologis terkait dengan kedekatan kebutuhan, ideologi, pikiran, perasaan
serta kejiwaan seseorang dengan suatu objek peristiwa yang diberitakan. Misalnya berita tentang agresi
Israel terhadap Palestina. Kendati secara geografis sangat jauh letaknya dengan Indonesia, namun itu
menjadi perhatian warga Indonesia karena kedekatan ideologis.

6. Informasi (Information)
Informasi merupakan hal penting yang sangat dibutuhkan masyarakat. Bahkan, seiring era informasi
yang saat ini tengah bergulir, maka kebutuhan informasi telah menjadi kebutuhan primer bagi setiap insan
manusia. Bahkan menurut Wilbur Schramm, informasi merupakan segala sesuatu yang dapat menghilangkan
ketidakpastian. Karenanya, setiap informasi yang bermanfaat bagi khalayak sangat diperlukan oleh media
massa.
Setiap hari media massa membutuhkan ribuan informasi untuk memenuhi lembaran-lembaran
medianya. Tentu media massa tersebut membutuhkan segudang informasi baru setiap harinya. Sehingga
informasi itu perlu digali dan diproduksi oleh para wartawannya. Dengan demikian, kebutuhan media massa
dapat terpenuhi dalam penyebaran informasi.

7. Konflik (Conflict)
Berita adalah konflik (news is conflict). Segala sesuatu yang mengandung konflik merupakan sumber
berita yang tak pernah kering. Misalnya, Kasus luapan Lumpur Lapindo Brantas di Sidoarjo Jawa Timur akan
tetap menjadi berita yang menarik selama lumpur tersebut belum berhenti meluap dari perut bumi.
Karenanya, berita akan terus bergulir selagi masih ada konflik. Di negara- negara dunia ketiga,
termasuk di Indonesia, wartawan banyak menghabiskan waktunya untuk meliput berita-berita tentang

78
konflik, seperti konflik antarsuku, konflik aparat dengan rakyat, atau konflik mahasiswa dan pejabat. Selama
konflik belum terselesaikan, selama itu pula berita tetap diperlukan.

8. Orang Penting (Public Figure)


Berita berkaitan dengan orang-orang penting (news is about people). Orang-orang penting seperti
pejabat, artis, orang-orang terkenal, dan selebritis adalah figur publik. Dari namanya, perilakunya, hingga
kehidupan pribadinya semua memiliki daya pikat untuk diberitakan.
Kehidupan keluarga Kerajaan Inggris misalnya, akan tetap menjadi sumber berita yang menarik. Di
mana pun mereka berada, di situlah berita hadir. Misalnya ketika Putri Diana menyantuni panti asuhan,
Pangeran Charles bermain golf, atau ketika Ratu Elizabeth melakukan kunjungan kenegaraan.
Semua itu menarik untuk diberitakan dan tentu saja laku keras di pasaran. Dalam ilmu jurnalistik ada
istilah yang menyebutkan bahwa nama menciptakan berita (names makes news).

9. Ketertarikan Manusiawi (Human interest)


Suatu peristiwa terkadang dapat menimbulkan efek emosi yang berarti pada diri khalayak. Berita
yang demikian merupakan berita yang dapat menimbulkan ketertarikan manusiawi (human interest). Dalam
ilmu jumalistik kisah-kisah human interest tersebut dikelompokkan ke dalam berita ringan (soft news).
Berita yang bersifat humanis tersebut dapat mempermainkan gejolak emosi dan rasa empati
pembaca atau pemirsa. Bahkan perasaan khalayak dapat terbadai karenanya. Misalnya kisah penyiksaan
TKW Indonesia di negeri orang, kisah orang yang dipasung selama puluhan tahun, kisah penderita penyakit
aneh yang harus bertahan hidup dari cemoohan dan celaan masyarakat sekitar, atau kisah seorang anak Aceh
yang selamat dari bencana Tsunami padahal ia terapung-apung selama sebulan lamanya di lautan lepas.

10. Kejutan (Surprising)


Sesuatu yang mengejutkan merupakan suatu berita (news is surprising). Kejutan biasanya datangnya
secara tiba-tiba atau tanpa disengaja. Misalnya keberhasilan pelajar Indonesia yang menjuarai olimpiade
fisika dunia, atau keberhasilan Susi Susanti menjuarai Olimpiade Atlanta.
Kejutan bisa merujuk pada ucapan maupun perbuatan. Kejutan juga dapat melekat pada benda,
alam, manusia, binatang, dan lain-lain. Misalnya ratusan unggas mendadak mati akibat virus flu burung, bayi
kembar sembilan yang lahir dengan selamat, kisah dukun cilik yang mampu menyembuhkan berbagai
penyakit hanya dengan sebuah batu, atau semburan lumpur panas Lapindo yang mengubur puluhan desa di
Kabupaten Sidoarjo.

11. Seks (Sex)


Dalam dunia jurnalistik seks juga berarti berita (news is sex). Sepanjang peradaban manusia segala
sesuatu yang berbau seks akan tetap digemari, karena seks merupakan kebutuhan dasar (basic need) bagi
kehidupan umat manusia, dan sudah menjadi kodratnya manusia menyukai hal tersebut.
Karena itu, berita berkaitan dengan seks, misalnya berita tentang tindakan susila, perselingkuhan
pejabat, pelecehan seksual dan sebagainya akan tetap diburu dan menjadi perhatian publik. Dalam menulis
berita tentang seks, seorang wartawan dituntut untuk lebih hati-hati dalam menuliskannya.
Ia harus mampu mengungkapkan sanksi moral yang tegas dalam beritanya sehingga tidak sekedar
mendramatisasi berita yang berbau seks tersebut, namun ada semacam efek jera bagi si pelakunya. Hal ini
bertujuan agar pembaca, selain senang dan merasa terhibur juga mendapatkan pelajaran berhagra
sebagaimana fungsi media massa yang sebenarnya, yakni mendidik.

4.5 Unsur-Unsur Berita


Suatu berita dikatakan baik dan dapat diterima sekaligus dipahami oleh publik jika mengandung
sejumlah unsur berita yang terangkum dalam rumus 5W + 1H, What (Apa), Who (Siapa), When (Kapan),
Where (Dimana), Why (Kenapa), dan How (Bagaimana).

79
1 What
Pertanyaan ’apa’ tidak selalu menggambarkan akibat dari sesuatu tindakan atau peristiwa, namun
adakalanya pertanyaan tersebut merupakan penyebab dari suatu kejadian. Peristiwa bisa berarti peristiwa
yang berkaitan dengan fenomena alam atau problematika kehidupan manusia, seperti masalah sosial,
ekonomi, politik, budaya, kemiskinan, susila, maupun korupsi, dan lain sebagainya.
2 Who
Pertanyaan ’siapa’ berarti siapa yang menjadi pelaku dalam peristiwa tersebut. Unsur siapa selalu
menarik perhatian khalayak. Siapa berarti mengacu kepada seseorang (manusia) yang dijadikan obyek atau
sumber berita. Seseorang tersebut bisa atas nama individu atau secara personal atau atas nama peranan
yang diembannya, misalnya presiden, pejabat, artis, politisi, dan lain sebagainya.
Unsur ’siapa’ harus dijelaskan dengan menunjukkan ciri-cirinya, seperti nama, umur, pekerjaan,
alamat serta atribut lainnya seperti gelar pendidikan, pangkat atau jabatan. Singkat kata, unsur ’siapa’ selalu
menarik perhatian khalayak, apalagi manusia yang menjadi objek berita itu adalah seorang yang kompeten
serta memiliki kafabilitas di bidangnya.
3 When
Unsur waktu yang merupakan jawaban atas pertanyaan kapan terjadi harus benar-benar
diperhatikan oleh jurnalis. Unsur ’kapan’ Ini berkaitan dengan waktu peristiwa itu terjadi, mungkin detik,
jam, hari, tanggal, tahun, dan seterusnya. Pasalnya, waktu sangat berkaitan dengan aktualitas berita itu
sendiri.
Selain itu, unsur waktu akan mempunyai nilai penting jika bertepatan dengan waktu yang sudah
menjadi milik umum. Misalnya menantu seorang presiden yang melahirkan bayinya tepat pada hari
Proklamasi Kemerdekaan. Nilai beritanya akan naik saat di waktu yang bersamaan sang presiden memberi
pidato resmi dalam rangka ulang tahun negaranya.
4 Where
Pertanyaan ‘dimana’ terkait lokasi atau tempat suatu kejadian atau peristiwa berlangsung. Nama
tempat harus digambarkan secara gamblang, yakni dengan menggambarkan ciri-cirinya. Nama tempat ini
perlu dijelaskan, sebab kasus yang sama bisa pula terjadi di tempat lain.
Unsur tempat ini ada yang bersifat umum, seperti bandara, terminal, pasar, ataupun stasiun. Namun
bisa juga tempat yang bersifat khusus, seperti rumah, markas, kantor dan lain sebagainya, atau tempat yang
merujuk pada geografis, seperti Bandung, Cianjur dan Sukabumi.
5 Why
Jawaban atas pertanyaan ‘mengapa’ merupakan kelanjutan dari pertanyaan ‘apa’. Kekayaan sebuah
berita atas fakta yang dikumpulkan wartawan biasanya ditemukan atas jawaban pertanyaan ’mengapa’ ini.
Karenanya, pertanyaan atas unsur berita ini, harus dapat menjelaskan latar belakang dari suatu peristiwa
atau kejadian yang dijadikan objek berita tersebut.
Pertanyaan ’mengapa’ berkaitan dengan alasan atau mencari penyebab suatu peristiwa. Misalnya
peristiwa kecelakaan bis yang masuk ke jurang di kawasan puncak Cipanas Cianjur yang menewaskan 12
orang penumpangnya akibat sopir mengantuk.
Dalam berita ini, supir yang mengantuk adalah penyebab terjadinya kecelakaan tersebut bukan
penyebab lain, misalnya badan jalan yang rusak, jalanan licin akibat hujan deras atau karena rem yang
mendadak blong.
6 How
Pertanyaan ‘bagaimana’ harus dapat menggambarkan keadaan atau proses dan suasana atas sebuah
peristiwa yang terjadi. Fakta-fakta yang terkait dengan proses terjadinya suatu peristiwa tersebut harus
dicatat. Pertanyaan ‘How’ berarti bagaimana peristiwa itu terjadi.
Biasanya wartawan menyampaikan tentang suatu peristiwa berikut prosesnya, bahkan juga disertai
bagaimana cara menanggulangi peristiwa itu. Misalnya berita tentang luapan lumpur panas di Porong,
Sidoarjo. Dikarenakan kesalahan teknis dalam eksplorasi gas bumi, maka dalam menulis beritanya, wartawan
harus mampu menggambarkan jalannya peristiwa tersebut.

80
4.6 Struktur Berita
Sebuah berita merupakan rekonstruksi dari suatu peristiwa yang disusun dan ditulis secara
sistematis. Dipahami tidaknya informasi mengenai suatu peristiwa (berita) oleh khalayak tergantung
seberapa cakap wartawan dalam menulis runtutan kejadiannya.
Suatu berita dikatakan “berhasil” jika khalayak atau pembaca paham dan mengerti terhadap berita
yang dibacanya. Sebaliknya, jika pembaca menyernyitkan dahi dalam artian tidak mengerti setelah membaca
berita, berarti berita yang ditulis telah gagal memenuhi kebutuhan informasi khalayak.
Karenanya, seorang wartawan harus memerhatikan unsur-unsur serta struktur dari berita itu sendiri.
Selain harus memenuhi unsur 5W + 1H, wartawan juga harus mematuhi struktur berita.
Penggunaan struktur berita tergantung dari jenis berita yang dibuat, berita jenis straight news
misalnya, biasa ditulis dalam bentuk struktur piramida terbalik (the Inverted Pyramid Style of Reporting),
yaitu hal-hal yang penting ditulis paling awal, kemudian hal-hal yang kurang penting ditulis akhir.
Anatomi atau struktur berita kebanyakan mengacu kepada sistem Piramida Terbalik (Inverted
Pyramid). Dalam ilmu jumalistik teknik piramida terbalik adalah sistem penulisan di mana isi berita disusun
berdasarkan nilai terpenting yang diprioritaskan atau ditulis terlebih dahulu. Adapun tujuan dari teknik
penulisan piramida terbalik adalah untuk memudahkan khalayak pembaca bergegas, dengan cepat dapat
mengetahui tentang apa yang terjadi dalam berita.
Selain itu, juga untuk mempermudah kerja editor jika kemungkinan harus memotong bagian yang
tidak penting dari penulisan berita itu tersebut tanpa mengurangi makna berita yang disampaikannya.
Semua itu dilakukan mengingat keterbatasan ruang dan tempat dalam media massa tersebut.
Sementara berita jenis soft news atau news feature ditulis dengan gaya yang tidak kaku atau tidak
ketat memegang prinsip piramida terrbalik tersebut. Hal-hal yang penting bisa saja ditulis di bagian awal,
namun juga tidak mutlak, yang terpenting harus tetap menarik untuk dibaca.

Gambar 4.2
Anatomi Berita (Piramida Terbalik)

Sumber : Haris Sumadiria; 2008.90

Keterangan :
 Judul berita (head line), merupakan identitas berita.
 Titi mangsa (date line), berkaitan dengan kapan berita itu dibuat.

81
 Pembuka berita (lead), yaitu kalimat pembuka pada paragraf pertama yang memuat fakta atau
informasi ternenting dari keseluruhan berita yang kita sampaikan.
 Perangkai (bridge), adalah kata-kata penghubung antara teras berita dengan tubuh berita.
 Tubuh (body), yaitu kalimat-kalimat, paragraf-paragraf yang merupakan kelanjutan dari teras
berita.
 Kaki berita (leg), yaitu bagian akhir dari penulisan berita. Untuk lebih jelasnya, tentang bagian dari
masing-masing anatomi berita tersebut di atas, dapat kita baca pada teknik menulis berita berikut
ini.

4.7 Teknik Menulis Berita


Sebelum berita muncul di media, baik cetak maupun elektronik ada tiga tahapan utama yang harus
dilewati terlebih dahulu, yakni News Gathering (pengumpulan berita), News Writing (Penulisan Berita), dan
News Editing (Pengeditan/penyuntingan berita).
Pada umumnya berita dapat ditulis dengan teknik deskripsi, narasi dan eksposisi. Deskripsi yaitu
teknik penulisan berita dengan pola penuturan yang menggambarkan sesuatu yang diberitakannya. Dengan
teknik ini wartawan seolah-olah terlibat langsung dalam kejadian tersebut.
Sementara teknik narasi yaitu teknik penulisan berita dengan pola tutur berdasarkan cerita dari
orang lain. Biasanya ditulis dengan kalimat-kalimat langsung dari narasumber yang dikutip dari hasil
wawancara. Dalam hal ini perlu keterampilan mengubah kalimat langsung dari narasumber menjadi kalimat
berita untuk disampaikan kepada orang lain.
Sedangkan teknik Eksposisi, yaitu teknik penulisan berita yang disertai dengan kiasan-kiasan tertentu
dari penulisnya. Hal ini digunakan terutama untuk memeroleh efek yang lebih menarik. Biasanya teknik ini
digunakan dalam penulisan berita jenis laporan khas (feature).
Baik teknik deskripsi, narasi, maupun eksposisi, dalam penulisannya tidak terlepas dari unsur 5W+ 1H
(What, Who, When, Where, Why, dan How). Keenam unsur berita tersebut mutlak ada dalam setiap berita
kendati penempatannya tidak harus selalu berurutan. Hal ini diperlukan agar informasi yang disampaikan
kepada khalayak lengkap dan khalayak tidak mengalami kebingungan karena kekurangan informasi yang
diberitakan.

4.7.1 Teknik Menulis Judul Berita (Head Line)


Dalam sebuah berita, judul merupakan identitas berita. Sehebat apa pun berita, tanpa judul ibarat
orang tanpa kepala. Selain itu, judul merupakan alat pemikat dan daya tarik bagi pembaca atau pemirsa.
Menurut teori jumalistik, penulisan judul haruslah mencerminkan pokok berita yang dimaksud. Biasanya,
judul diambil dari paragrap pertama berita. Dengan adanya judul berita, khalayak dapat segera tahu isi dan
materi kejadian yang diberitakannya.
Biasanya judul ditulis dengan grafika atau tipe huruf yang berbeda dengan isi berita. Dengan
demikian, judul akan segera dapat menarik perhatian pembaca. Sifat pembaca dari media massa pada
umumnya manusia modern. Dja'far H. Assegaf mengatakan, manusia modern selalu bergegas dan terburu-
buru, maka tidak heran jika banyak pembaca media massa yang hanya membaca judul beritanya saja.
Pembaca dengan karakter demikian dijuluki head line reader (pembaca judulnya saja).
Menurut Paryati Sudarman (2008) mengutip AA. Haris Sumadiria dalam bukunya “Menulis di Media
Massa”, judul berita yang baik paling tidak memenuhi persyaratan sebagai berikut :

 Provokatif
Judul yang disajikan harus mampu membakar emosi khalayak. Adanya judul yang demikian
diharapkan khalayak mudah terbakar emosinya dan segera tergoda untuk membacanya.
Sifat provokatif ini sangat strategis karena yang menjadi sasaran adalah psikologis pembaca. Dalam
dunia marketing judul provokatif tak ubahnya iklan yang sangat penting guna membujuk khalayak membeli
produknya.
Contoh judul provokatif : Australia Provokasi RI (Tribun Jabar; 25 Maret 2006, hlm. 1)

82
 Singkat dan Padat
Judul berita jangan bertele-tele namun harus dibuat singkat namun padat. Judul harus langsung
kepada pokok persoalan yang diberitakannya (to the point). Karenanya, pilihan kata harus yang tegas, lugas,
terfokus, menukik dan langsung pada intisari berita.
Dalam pemberitaan pers, judul yang singkat dan padat sangat diperlukan. Hal ini dilakukan karena
dua alasan, yakni ruang pada halaman media massa yang terbatas, dan waktu serta situasi yang dimiliki
pembaca pun terbatas. Secara teknis, judul berita yang baik tidak lebih dari 4 sampai 7 karakter kata.
Contoh judul singkat dan padat : Warga Tuntut Jalan ke TPA Diperbaiki (Pikiran Rakyat, 10 Juni 2006,
hlm. 13).

 Relevan
Relevan artinya berkaitan erat atau sesuai dengan pokok pesan penting yang disampaikan dalam
berita. Judul tidak menyimpang dari teras berita dan judul yang baik memang harus diambil dari teras berita
(lead). Setiap jurnalis dituntut untuk bisa membuat judul yang relevan dengan isi berita yang
disampaikannya. Jika tidak demikian, maka ia dianggap tidak mengetahui ruh serta tradisi luhur karya
jumalistik. Naskah yang judulnya tidak relevan bisa diabaikan bahkan berakhir ke tong sampah.
Oleh karena itu, setiap jurnalis dituntut untuk mampu dan terampil membuat judul berita yang siap
saji (pressclaar) sehingga beritanya layak muat sehingga hanya sedikit mendapat campur tangan redaksional.
Seorang wartawan profesional biasanya piawai memilih diksi, baik kata maupun kalimat yang tepat dalam
membuat judul, sehingga judul yang telah dibuat tidak akan ditulis ulang (rewriter) oleh pihak lain, misalnya
oleh desk atau redaktur.
Contoh judul relevan : Yogya Mulai Menggeliat (Pikiran Rakyat; 1 Juni 2006, hlm. 1) -- dalam judul
ini menggambarkan isi berita berkaitan dengan mulai bangkitnya masyarakat Yogyakarta pasca gempa bumi
27 Mei 2007 --

 Fungsional
Fungsional artinya setiap kata yang terdapat pada judul bersifat mandiri, berdiri sendiri, tidak
tergantung kepada kata yang lain, serta memiliki arti yang jelas dan tegas. Sekalipun demikian jika digabung
kata-kata yang mandiri itu tetap melahirkan satu kesatuan pengertian makna yang utuh, tidak saling menolak
apalagi menjadi asing.
Contoh judul fungsional : Lava Meluncur ke Lima Jalur (Media Indonesia; 1 Juni 2006, him. 1) -- Lava
bisa berdiri sendiri. Lima dan jalur pun demikian. Namun setelah membentuk kalimat, masing-masing kata
tersebut menjadi fungsional, terutama untuk menjelaskan tentang lava yang mengarah ke lima jalur.

 Formal
Berbeda dengan judul pada artikel atau cerpen, judul berita harus bersifat formal. Formal dalam
artian resmi berdasarkan kaidah bahasa Indonesia. Karenanya, judul berita harus menghindari kalimat basa-
basi (eufemisme) yang tidak prinsip. Karena berita merupakan fakta apa adanya (das Sein) dan bukan fakta
seharusnya (das Sollen).
Dalam berita judul tidak boleh muncul kesan sesuatu yang lembut atau feminim yang banyak
mengandung unsur perasaan. Tetapi judul berita harus "macho", tegas namun formal. Ketegasan bisa
dicapai apabila pewarta mengetahui persis tentang berita yang dibuatnya, dan berita itu memang benar-
benar terjadi.
Contoh judul formal : Bupati Cirebon Mencopot Kepala Dinas Kesehatan (Pikiran Rakyat; 10 Juni
2006, hlm. 24)

 Representatif
Representatif berarti judul berita yang dibuat mewakili dan mencerminkan teras dan isi berita. Jika
merujuk pada logika dan kaidah ilmiah, judul berita mengandung dua variabel, variabel bebas (independent
variable) dan variabel terikat (dependent variable).

83
Contoh judul representatif : Ketika Sepak Bola Menjadi Bahasa Universal (Republika, 15 Juni, hlm. 1)

 Merujuk Pada Tata Bahasa Baku


Bahasa baku adalah bahasa yang mengacu pada standar umum atau kaidah umum. Tata bahasa
Indonesia yang baku mengacu kepada Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Dengan bahasa yang baku pembaca
tidak mempresentasikan sendiri tentang makna judul yang terkandung di dalamnya. Selain itu, dengan
bahasa yang baku, pembaca juga tidak terpancing emosi negatifnya. Bahasa menunjukkan bangsa, bahasa
juga menunjukkan harga diri (prestise). Berbagai media-media besar sering kali membuat judul-judul yang
inteiek dan terkesan profesional.
Contoh judul dengan tata bahasa baku : Super Deal Mendongkrak Popularitas (Republika, 12 Juni
2006, hlm. 18)

 Spesifik
Spesifik berarti khusus dan tidak melebar. Dalam membuat judul berita, kata-kata yang digunakan
adalah kata-kata yang khusus, karena kata-kata yang melebar dapat mengaburkan makna yang ada di
dalamnya. Kata-kata yang semakin khusus, maka makna yang terkandungnya semakin jelas dan tepat.
Misalnya untuk kata buah, kata buah masih bersifat umum. Buah yang lebih khusus ada buah
alpukat, buah jambu, buah belimbing, buah durian, dan lain-lain. Begitu juga misalnya ketika pewarta
menyebutkan penyakit. Penyakit secara khusus memiliki jenis dan klaster yang berbeda-beda, misalnya ada
penyakit dalam, flu, demam, demam berdarah, reumatik, flu burung, hipertensi dan lain sebagainya.
Contoh judul spesifik : Kluster Flu Burung Terjadi di Pamulang (Pikiran Rakyat, 3 Juni 2006, hlm. 1)

4.7.2 Teknik Menulis Teras Berita (Lead)


Lead alias teras berita adalah sebuah tulisan pembuka yang menjadi titik penting bagi pembaca.
Teras berita (lead) yaitu kalimat pembuka berupa paragraf pertama yang memuat fakta atau informasi
terpenting dari keseluruhan berita yang kita sampaikan. Menurut para ahli, teras berita atau kalimat
pembuka yang baik harus mencerminkan keseluruhan dari isi berita.
Lead yang menarik akan langsung merangsang khalayak untuk terus membaca isi beritanya.
Sebaliknya, kalau lead kurang menarik, pembaca dijamin tidak akan tuntas membaca berita tersebut.
Mereka merasa cukup membaca sebatas judul, atau satu kalimat atau alinea di depan yang tak menarik itu.
Karenanya, pemilihan lead harus mendapat perhatian agar tulisan yang dibuat mampu menggoda khalayak
untuk melanjutkan bacaannya.
Berdasarkan ketentuan dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), sedikitnya ada 10 (sepuluh)
pedoman dalam menulis teras berita yang baik, antara lain :
 Teras berita yang menempati alinea atau paragraf pertama harus mencerminkan pokok
terpenting berita. Alinea atau paragraf pertama itu terdiri atas satu kalimat, dan sebaiknya tidak
melebihi dari tiga kalimat.
 Hal-hal yang tidak begitu mendesak namun berfungsi sebagai penambahan atau pelengkap
keterangan hendaknya dimuat dalam badan berita.
 Teras berita harus ditulis dengan baik agar (a) mudah ditangkap dan cepat dimengerti serta
mudah diucapkan; (b) kalimat-kalimatnya singkat, sederhana susunannya, dengan mengindahkan
bahasa baku serta ekonomis, jadi menjauhkan kata-kata mubazir; (c) jelas melaksanakan
ketentuan satu gagasan dalam satu kalimat; (d) tidak mendoplengkan atau memuatkan sekaligus
unsur 3A (Apa, siApa, mengapA) dan 3 M (bilaMana, diMana, dan bagaiMana), (e) dibolehkan
memuat lebih dari satu unsur 3A dan 3M.
 Teras berita tidak mengandung lebih dari 30 s/d 45 kata. Apabila teras berita singkat, kurang dari
ketentuan itu, maka jauh lebih baik.
 Teras berita sesuai dengan naluri manusia yang ingin segera tahu apa yang telah terjadi.
Karenanya, harus mengutamakan unsur apa yang lebih disukai jika dimuat diteras berita.

84
 Teras berita juga dapat dimulai dengan unsur siapa, karena ini juga menarik perhatian pembaca.
Apalagi kalau siapa itu seorang tokoh yang populis. Namun demikan, jika unsur siapa dianggap
tidak begitu penting (menonjol), sebaiknya tidak dipakai dalam permulaan berita.
 Teras berita jarang menggunakan unsur bilamana. Unsur waktu hanya dipakai sebagai permulaan
teras berita jika memang unsur itu bermakna khusus dalam berita yang disampaikan.
 Urutan unsur dalam teras berita sebaiknya menggunakan unsur tempat terlebih dahulu, baru
kemudian disusul oleh unsur waktu.
 Unsur bagaimana dan unsur mengapa diuraikan dalam badan berita, jadi tidak dalam teras berita.
 Teras berita dapat dimulai dengan kutipan pernyataan seseorang (quotation lead) asalkan kutipan
itu bukan suatu kalimat yang panjang. Dalam alinea berikutnya hendaknya segera ditulis nama
orang itu dan tempat serta kesempatannya dalam membuat pernyataan.

1. Fungsi Teras Berita (Lead)


Dalam teori jurnalistik teras berita merupakan paragraf pertama yang memuat fakta atau informasi
yang paling penting dari keseluruhan berita yang disajikan. Teras berita (lead) tersebut mempunyai beberapa
fungsi, antara lain :

 Atraktif
Atraktif berarti teras berita yang ditulis mampu membangkitkan perhatian dan minat khalayak
terhadap topik persoalan atau peristiwa yang diberitakan. Fungsi utama teras berita adalah membangkitkan
psikologi khalayak.
Dengan adanya teras berita yang atraktif, khalayak pembaca yang sedang mengantuk sekalipun
diharapkan dapat terjaga dan membuka matanya lebar-lebar. Dengan demikian, khalayak pembaca tetap
aktif membaca beritanya.

 Introduktif
Introduktif berarti teras berita yang ditulis dapat mengantarkan pokok persoalan yang sedang
dikupas dengan tegas dan jelas, sehingga pembaca dapat memaknai dan merumuskannya dengan mudah.

 Korelatif
Korelatif berarti kalimat dan paragraf pertama yang kita tulis dalam teras berita, dapat membuka
jalan bagi kemunculan kalimat paragraf kedua dan seterusnya. Teras berita sebagai pembuka bertugas
sebagai penghubung dari satu bagian ke bagian yang lain, dari bagian perangkai (bridge) dan bagian tubuh
(body) sehingga saling berkesinambungan.

 Kredibilitas
Kredibilitas adalah kemampuan lead dalam meyakinkan pembaca. Kredibilitas jumalis atau wartawan
dan juga penulis tercermin pada kredibilitas lead yang dibuatnya. Karenanya, teras berita (lead) akan
menunjukkan kepada pembaca mengenai tingkat pengetahuan, keahlian, dan bidang pengalaman yang
dimiliki oleh jurnalis. Selain itu juga mencerminkan kredibilitas media yang memuat berita yang ditulisnya
tersebut.

4.7.3 Teknik Menulis Tubuh Berita (Body)


Tubuh berita merupakan kelanjutan dari teras berita. Dalam menulis tubuh berita yang terpenting
adalah penguasaan gaya penulisan serta upaya untuk mempertahankan kesatuan dalam berita yang
ditulisnya tersebut (unity in news style).
Selain itu, kesatuan gagasan di dalam penulisan berita juga perlu dipertahankan. Dalam penulisan
berita yang terpenting adalah memaparkan materi dan kalimat yang relevan. Dalam menulis berita, bahasa
yang digunakan tentulah merupakan bahasa jurnalistik.

85
Sebagai salah satu ciri dari bahasa jumalistik adalah lugas (to the point), tidak berbunga-bunga dan
tidak bertele-tele. Menurut Dja'far H. Aseggaf, dalam mengikuti gaya penulisan berita, yang terpenting
adalah laporan haruslah bersifat menyeluruh, tertib dan teratur. Termasuk di dalamnya tepat menggunakan
bahasa dan tata bahasanya, serta memerhatikan ekonomi kata atau penghematan kata.
Gaya penulisan dalam memaparkan isi berita harus apa adanya dan hidup sehingga memiliki makna
yang imajinatif dan mudah dipahami oleh pembaca. Ketentuan ini menggambarkan bahwa gaya dan teknik
penulisan berita dianggap sebagai sesuatu yang apa adanya, lebih dialami dan dapat disimak secara
mendalam.
Dengan ketekunan dan keinginan menulis berita, serta penuh variasi dan kaya dalam gaya,
wartawan atau penulis dapat memahami teknik dan gaya penulisan berita yang lebih baik, sehingga berita
yang disajikan untuk khalayak adalah berita yang memiliki nilai dan berkualitas.

4.7.4 Teknik Menulis Kaki Berita (Leg)


Kaki berita (leg) merupakan bagian akhir dari penulisan berita. Biasanya pada kaki berita (leg) diikuti
dengan siapa penulis berita tersebut. Penulis berita lepas (freelance) biasanya namanya dicantumkan
dengan jelas, misalnya Didin.
Namun, jika penulis berita adalah wartawan tetap, leg ditulis cukup dengan nama inisial, misalnya
dalam Pikiran Rakyat, ditulis dengan inisial (A-234, Kompasditulis dengan (BEN), (ITA), (ART), Republika
ditulis dengan atf/one, dan lain-lain. Antara media massa yang satu dengan lainnya memang memiliki gaya
penulisan kaki (leg) yang berbeda-beda.

4.8 Teknik Mencari Berita


Proses menulis berita tidak terlepas dari adanya peristiwa atau fakta di lapangan. Fakta yaitu
kenyataan peristiwa atau keadaan yang benar-benar terjadi. Dalam teori jumalistik awal pencarian fakta di
lapangan ini disebut dengan istilah "news gathering".
Seorang jurnalis (penulis berita) harus mampu menangkap peristiwa-peristiwa yang ada di
sekitarnya. Sebagaimana sifat dari berita yang mengutamakan kecepatan (dead line), maka dalam menulis
berita seorang wartawan berpacu dengan waktu.
Jika waktunya telah habis berarti berita sudah tidak aktual lagi alias basi. Untuk berita langsung,
terutama media massa harian, biasanya memberikan waktu lima jam untuk peliputan suatu peristiwa berita.
Jika peristiwa terjadi pukul 07.00 WIB, paling tidak wartawan sudah punya draf kasar berita (out line) pada
pukul 12.00 WIB.
Mencari berita adalah tindakan secara aktif yang dilakukan oleh wartawan dengan berbagai cara.
Dalam perolehan berita bisa berarti mencari dan bisa juga bahan berita datang sendiri. Adapun cara atau
teknik seorang wartawan atau jurnalis dalam memeroleh berita dari suatu kejadian atau peristiwa di
lapangan sebagaimana dikemukakan YS Gunadi dan Jhony Herfan (2004) dalam bukunya ”Himpunan Istilah
Komunikasi” terdiri atas :

 Observasi
Secara sederhana observasi merupakan pengamatan terhadap realitas sosial, yakni suatu kegiatan
pengamatan langsung, ada juga pengamatan yang tidak langsung. Seseorang disebut melakukan
pengamatan langsung bila ia menyaksikan sebuah peristiwa dengan mata kepalanya sendiri. Pengamatan ini
bisa dilakukan dalam waktu yang pendek dan panjang.
Pendek artinya, setelah melihat sebuah peristiwa dan mencatat seperlunya, seseorang meninggalkan
tempat kejadian untu menulis laporan, misalnya, peristiwa kecelakaan lalu lintas. Sedangkan panjang berarti
seseorang berada di tempat kejadian dalam waktu yang lama. Bahkan ia menulis laporan dari tempat
kejadian. Contoh, peristiwa bencana alam.
Seseorang disebut melakukan pengamatan tidak langsung bila ia tidak menyaksikan peristiwa yang
terjadi, melainkan mendapat keterangan dari orang lain yang menyaksikan peristiwa itu. Misalnya, peristiwa
penemuan mayat suami-istri di sebuah rumah. Si Pulan mendapat informasi bahwa di jalan Kamonesan No.

86
12 ditemukan mayat sepasang suami-istri. Ia bergegas ke daerah itu. Sesampai di sana, ia masih melihat
sepasang mayat tersebut. Kalau ia kemudian mendapatkan data tentang siapa yang meninggal dunia, kapan
dan kenapa meninggal dunia, data itu merupakan hasil dri pengamatan tidak langsung.
Pengamatan di sini tidak sama persis dengan pengamatan seorang peneliti. Seseorang peneliti
melakukan pengamatan berdasarkan konsep dan hipotesis. Hasilnya, biasanya dilaporkan dengan disertai
pemecahan masalah ala mereka. Sedangkan seorang pekerja pers melakukan pengamatan untuk melaporkan
kejadian sebuah peristiwa apa adanya.

 Wawancara
Wawancara berita merupakan faktor penting dari proses penulisan berita. Wawancara berita (news
interview) dilakukan untuk mengumpulkan bahan-bahan pembuatan berita, serta menggali informasi
penting, menarik dan benar, sehingga beritanya pun benar.
Seperti ditegaskan oleh Haris Sumadiria (2005) bahwa wawancara berita merupakan alat utama
dalam proses pengumpulan bahan berita (interview are basic tool of news gathering).
Dengan wawancara berita (news interview) wartawan atau penulis dapat menggali informasi
sebanyak-banyaknya dan sedalam-dalamnya dari sumber berita atau narasumber sehingga informasi yang
diperoleh akurat, tepat dan benar. Untuk mendapatkan hal yang demikian, tetap penting melakukan check
and richeck. Dengan demikian berita yang disampaikan kepada masyarakat pun benar. Lebih lengkapnya
tentang wawancara berita akan dipaparkan pada bab terpisah.

 Konferensi Pers
Pernyataan yang disampaikan seseorang yang mewakili sebuah lembaga mengenai kegiatannya
kepada para wartawan. Biasanya menyangkut citra lembaga, peristiwa yang sangat penting dan bersifat
insidental. Tetapi, tidak jarang bersifat periodik, seperti konferensi pers Menteri Luar Negeri, yang
berlangsung seminggu sekali.
Pada setiap konferensi pers, setiap wartawan memiliki hak yang sama untuk mengajukan pertanyaan
kepada orang yang memberikan konferensi pers. Umumnya, lalu lintas informasi dalam konferensi pers
dilakukan lewat dialog langsung.
Tetapi ada juga konferensi pers yang menggunakan informasi tertulis yang dibagikan kepada para
wartawan. Untuk melengkapi informasi tersebut, para wartawan diberi kesempatan untuk bertanya.

 Press Release
Bisa diartikan sebagai siaran pers yang dikeluarkan oleh satu lembaga, satu organisasi atau seorang
individu secara tertulis untuk para wartawan. Ia mewakili kepentingan lembaga, organisasi atau individu.
Itulah sebabnya media massa cetak yang besar, seperti Kompas tidak mau memuat siaran pers ini.
Lagipula tidak ada keharusan bagi wartawan untuk memuat siaran pers ini, juga tidak ada
kesempatan bagi para wartawan untuk bertanya kepada pihak yang mengeluarkan siaran pers tentang siaran
pers. Inilah yang membedakannya dengan konferensi pers. Tegasnya, pada press release tidak ada tanya
jawab dengan wartawan dan narasumber., sedangkan pada konferensi pers ada.

 Cover Up
Adalah serangkaian wawancara yang dilakukan wartawan terhadap beberapa pihak. Hal itu
dimaksudkan untuk menyusun laporan yang dilengkapi dengan kaibat-akibat dan penagruh yang mungkin
timbul dari suatu masalah atau kejadian aktual. Laporan yang dihasilkan lebih dari sekedar berita lurus atau
berita spot.

87

Anda mungkin juga menyukai