Anda di halaman 1dari 27

Jurnalistik

Informasi seputar Ilmu Jurnalistik

Rabu, 03 Juli 2013

Makalah Jurnalistik

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Berita merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan di zaman sekarang ini. Hampir
setiap hari kita mendapatkan berita-berita dari berbagai media massa, mulai dari surat kabar,
radio, televisi sampai internet.

Oleh karena itu, materi tentang pengertian dan macam-macam berita perlu dibahas agar kita
sebagai penikmat berita dapat mengolah berita dan menganalisis berita yang kita dapat
dengan baik. Sehingga kita dapat mengetahui jenis berita apa saja yang telah kita terima.

B.     RUMUSAN MASALAH

 Rumusan masalah adalah kumpulan beberapa pokok bahasan dalam sebuah makalah, maka
dari itu berikut ini adalah beberapa masalah yang akan dibahas.

1. Pengertian Berita

2. Macam-macam Berita

3. Sejarah Jurnalistik dan Munculnya Bahasa Jurnalistik?

4.Pengertian Bahasa Jurnalistik?

5.Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik?

6.Penyebab Terjadinya Penyimpangan pada Bahasa Jurnalistik?


C.    MANFAAT

Adapun manfaat dari makalah ini yaitu

1.      Pembaca dapat mengetahui pengertian dari berita

2.      Pembaca  dapat mengetahui macam-macam berita

3.      Pembaca  dapat mengelompokkan berita berita yang ada sesuai jenisnya

D.    TUJUAN

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :

1.      Untuk mengetahui apa itu berita

2.      Untuk mengetahui macam-macam berita

BAB II

PEMBAHASAN

A.   Definisi Berita

         Berita ialah laporan terkini tentang fakta atau pendapat yang penting atau menarik bagi
khalayak dan disebarluaskan melalui media massa.Sebuah contoh klasik,“seekor anjing
menggigit manusia, itu biasa, tetapi manusia menggigit seekor anjing itu, itu baru berita.

         Walaupun contoh di atas terkesan mengada ada namun makna penting dari contoh di
atas ialah suatu fakta yang biasa-biasa saja atau sesuatu yang sudah lumrah terjadi kurang
menarik perhatian orang pembaca, penonton atau pendengar.

         Ada pula sebuah pernyataan sederhana yaitu, sebuah berita sudah pasti sebuah
informasi, tetapi sebuah informasi belum tentu sebuah berita. Hal itu karena informasi baru
dapat dikatakan berita apabila informasi itu memiliki unsur-unsur yang mempunyai ‘Nilai
Berita’ atau nilai jurnalistik dan disebarluaskan kepada khalayak.
Sesungguhnya berita adalah hasil rekonstruksi tertulis dari realitas sosial yang terdapat dalam
kehidupan. Itulah sebabnya ada orang yang beranggapan bahwa penulisan berita lebih
merupakan pekerjaan merekonstruksikan realitas sosial ketimbang gambaran dari realitas itu
sendiri.

W.J.S. Purwadarminta berpendapat bahwa berita adalah laporan tentang satu kejadian yang
terbaru. Berita juga dapat didefinisikan sebagai informasi baru tentang kejadian yang baru,
penting, dan bermakna, yang berpengaruh pada para pendengarnya serta relevan dan layak
dinikmati oleh mereka (Helena, 2007: 25).

Sementara itu menurut Masri (2008: 58), berita adalah:

1.      Suatu peristiwa atau kejadian yang tidak lazim (luar biasa)

2.      Peristiwa yang biasa, namun dilakukan atau dialami orang yang tidak biasa

3.      Suatu peristiwa yang tampak paradoksal (bertentangan)

4.      Hal biasa, namun tidak mencelikkan mata banyak orang

5.      Sesuatu yang penting

6.      Sesuatu yang genting

7.      Sesuatu yang menyentak

8.      sesuatu yang menyenangkan

9.      sesuatu yang membahayakan

10.  sesuatu tragedi yang menyentuh rasa kemanusiaan

11.  dan lain-lain yang dianggap perlu diketahui, yang menarik, dan berkaitan dengan
kepentingan pembaca.

Jadi dapat dikatakan bahwa tidak semua yang tertulis dalam surat kabar atau majalah bisa
disebut sebagai berita. Iklan dan resep masakan tidak bisa disebut berita, yang disebut berita
adalah laporan tentang sebuah peristiwa. Dengan perkataan lain, sebuah peristiwa tidak akan
pernah menjadi berita bila peristiwa tersebut tidak dilaporkan.

Dari beberapa definisi atau batasan tentang berita itu, pada prinsipnya ada beberapa unsur
penting yang harus diperhatikan dari definisi tersebut, yakni:

1.      Laporan

2.       Kejadian/peristiwa/pendapat yang menarik dan penting

3.      Disajikan secepat mungkin (terikat oleh waktu)


B.     Nilai Berita (Ukuran Layak Berita)

        Setiap berita yang ada di hapadan seorang wartawan mempunyai kadar layak berita yang
berbeda, tergantung seberapa banyak dari syarat–syarat berikut ini yang bisa di penuhi.

a.       Arti penting, yaitu kejadian yang mempunyai kemungkinan memengaruhi kehidupan


orang banyak

b.      Besarnya sesuatu atau kuantitas, yaitu, kejadian yang menyangkut angka–angka yang
berarti bagi kehidupan orang banyak, atau kejadian yang dapat mempunyai akibat yang dapat
di jumlahkan bentuk angka yang menarik bagi pembaca.

c.       Tepat waktu, yaitu yaitu yang menyangkut hal  -hal yang baru saja terjadi atau baru
saja di temukan.

d.      Kedekatan, yaitu kejadian dekat dengan pembaca, baik dekat secara geografis maupun
dekat secara emosional.

e.       Ketenaran, yaitu kejadian yang menyangkut tokoh atau hal – hal yang terkenal atau
dikenal oleh pembaca (public figure)

f.       Segi manusiawi (human inters), yaitu kejadian yang menyentuh perasaan


pembaca  (mengharukan), atau kejadian yang menyangkut orang biasa dan situasi luar biasa,
atau orang besar (terkenal) dalam situasi biasa.

g.      Objektif: berdasarkan fakta, tidak memihak.

h.      Aktual: terbaru, belum “basi”.

i.        Luar biasa: besar, aneh, janggal, tidak umum.

j.       Jarak: familiaritas, kedekatan (geografis, kultural, psikologis).

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakana bahwa nilai suatu berita di tentukan oleh
beberapa komponen, yaitu minat (self interest), uang (money), seks, pertentangan, (conflict), 
minat insane (human interst), ketegangan (suspense), kemashuran (fame), Keindahan
(beauty), umur  (age), dan kejahatan (crime).

C.    Bagian Berita

Secara umum, berita mempunyai bagian-bagian dalam susunannya yaitu:

1.      Headline.
Biasa disebut judul. Sering juga dilengkapi dengan anak judul. Ia berguna untuk: (1)
menolong pembaca agar segera mengetahui peristiwa yang akan diberitakan; (2)
menonjolkan satu berita dengan dukungan teknik grafika.
2.      Deadline.
Ada yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan tanggal kejadian. Ada pula
yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan tanggal kejadian. Tujuannya adalah
untuk menunjukkan tempat kejadian dan inisial media.

3.      Lead.
Lazim disebut teras berita. Biasanya ditulis pada paragraph pertama sebuah berita. Ia
merupakan unsur yang paling penting dari sebuah berita, yang menentukan apakah isi berita
akan dibaca atau tidak. Ia merupakan sari pati sebuah berita, yang melukiskan seluruh berita
secara singkat.

4.      Body.
Atau tubuh berita. Isinya menceritakan peristiwa yang dilaporkan dengan bahasa yang
singkat, padat, dan jelas. Dengan demikian body merupakan perkembangan berita.

D.    Jenis Berita

 Dalam jurnalistik juga dikenal jenis berita menurut penyajiannya, yaitu:

1.      Straight News (sering juga disebut hard news), yakni laporan kejadian-kejadian terbaru
yang mengandung unsur penting dan menarik, tanpa mengandung pendapat-pendapat penulis
berita. Straight news harus ringkas, singkat dalam pelaporannya, namun
tetap tidak mengabaikan kelengkapan data dan objektivitas.

2.      Soft News (sering disebut juga feature), yakni berita-berita yang menyangkut


kemanusiaan serta menarik banyak orang termasuk kisah-ksiah jenaka, lust (menyangkut
nafsu birahi manusia), keanehan (oddity).

3.      Feature (berita kisah), yakni berita yang disajikan dalam bentuk yang


menarik, menggunakan pelacak latar belakang suatu peristiwa dan dituturkan dengan gaya
bahasa yang menyentuh perasaan.

4.      Reportase, yakni Jenis laporan ini merupakan laporan kejadian (berdasarkan pengamat


dan sumber tulisan), serta mengutamakan rasa keingintahuan pembaca.

Berdasarkan sifat kejadian. Terdapat empat jenis berita, yaitu:

·         Berita yang sudah diduga akan terjadi. Misalnya: wawancara seorang wartawan dengan
Goenawan Mohamad yang tampil dalam sebuah seminar.

·         Berita tentang peristiwa yang terjadi mendadak sontak. Misalnya: peristiwa kebakaran
kantor sentral telepon.
·         Berita tentang gabungan peristiwa terduga dan tidak terduga. Misalnya: peristiwa
percobaan pembunuhan kepala negara pada acara peringatan Maulid Nabi Muhammad
SAW  (Basuki 1983:5).

Jenis-jenis berita yang dikenal di dunia jurnalistik

1.      Berita Lugas/berita langsung/hard news/stright news

Menurut Deddy (2005: 40) hard news adalah berita tentang peristiwa yang dianggap penting
bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok maupun organisasi. Berita tersebut
misalnya tentang mulai diberlakukannya sesuatu kebijakan baru pemerintah. Ini tentu saja
menyangkut hajat orang banyak sehingga orang ingin mengetahuinya. Karena itu harus
segera diberitakan

Jadi, maksud dari hard news atau berita langsung adalah berita yang penulisanya lugas,
langsung, apa perlunya  (straig news, hard news, atau spot news ). Prinsip penulisanya
adalah piramida terbalik. Mahksudnya, hal-hal yang  terpenting disajikan pada pokok berita
( lead ), sedangkan bagian lainya pada bagian uraian (body) dengan urutan makin lama makin
kurang penting

Jenis berita yang terpusat pada peristiwa normalnya berbentuk berita lugas (hard news/stright
news). Dalam jurnalisme laporan berita lugas mencoba untuk menyampaikan informasi
berupa peristiwa sebagaimana nampaknya. Seperti juga seorang yang menyampaikan pesan
kepada orang lain dengan bercerita, wartawan pun menyampaikan pesan dan gagasannya
kepada audience-nya dalam bentuk sebuah cerita yang mereka sebut “news story”. Praktik
jurnalisme yang menginformasikan (sesuatu yang penting) dan jurnalisme yang menceritakan
(sesuatu kisah yang menarik).

Jack Hart, dalam A Writer’s Coach, mengatakan bahwa tujuan utama Anda adalah
menyampaikan informasi, anda mungkin akan menulis sebuah laporan. Sebuah laporan hanya
mencatat penemuan-penemuan penelitian seseorang. Laporan biasanya disusun menurut
topik. Mereka memulai dengan semacam pandangan umum (overview) yang kemudian
dilanjutkan, secara metodik, dengan topik A, topik B, dan seterusnya.

Pada awal laporan wartawan mulai dengan pernyataan yang meringkas penemuan-penemuan
meraka, yang dikenal sebagai lead ringaksan – summary lead. Dari sini mereka langsung
masuk dalam paragaraf topik di bawahnya. Mereka kemudian menyusunnya dalam urutan
kepentingan yang makin menurun. Gaya ini disebut bottom line. Struktur ini memudahkan
bagi editor untuk memangkas dari dasar, sehingga bisa membuang informasi yang tidak
penting dahulu. Karena informasi yang paling penting berada di atas dan menyempit ke
bawah dimana terdapat informasi yang paling tidak penting, maka wartawan menyebut
bentuk laporan ini “piramida terbalik.”

Bentuk laporan ini sangat cocok untuk diterapkan pada suatu peristiwa besar yang pecah,
seperti pecah perang antara dua negara, bom bunuh diri, gunung meletus, tsunami,
pembunuhan, dan sebagainya. Wartawan ingin secepatnya melaporkan ini kepada pembaca.
Pada awal laporan sudah terdapat sari atau inti (ringkasan) dari kejadian yang segera dapat
ditangkap oleh pembaca. Tinggal terserah kepada pembaca sejauh mana ia ingin membaca
elaborasi detail ke bawah. Dalam berita lugas ini tidak diterapkan naratif, tidak ada gaya
bercerita. Tujuan utamanya adalah untuk menarik perhatian pembaca secepatnya pada berita
tersebut.

Ada kalanya berita lugas ini berisi kejadian-kejadian rutin seperti kegiatan pemerintah,
politik, ekonomi, pangadilan, dan lainnya, yang isinya tidak begitu menarik bagi pembaca.
Berita rutin yang disajikan setiap hari ini oleh pembaca sering disebut sebagai berita yang
membosankan – dull news.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Straight News merupakan berita langsung, apa adanya, ditulis
secara singkat dan lugas. Sebagian besar halaman depan surat kabar berisi berita jenis
ini.  Yang termasuk jenis berita Straight News adalah Hard News: yakni berita yang memiliki
nilai lebih dari segi aktualitas dan kepentingan atau amat penting segera diketahui pembaca.
Berisi informasi peristiwa khusus (special event) yang terjadi secara tiba-tiba.

Contohnya: 1998-2007 Bersama PKS Melayani Bangsa

                                                                 

2.     Berita Ringan (soft news/berita halus)

Berita ringan adalah berita yang tidak mengutamakan pentingnya kejadian atau hangatnya
berita, tetapi segi manusiawinya (human inters).  Human inters adalah kejadian yang adapat
memberikan sentuhan perasaaan bagi pembaca kejadian yang menyangkut orang biasa atau
orang besar dalam situasi biasa. Penulisannya menggunakan susunan piramida tegak dan
biasanya kronologis.

Menurut Deddy (2005: 4), soft news (berita ringan) seringkali juga disebut


dengan feature yaitu berita yang tidak terikat aktualitas namun memiliki daya tarik bagi
pembaca atau pemirsanya. Berita-berita semacam ini seringkali menitikberatkan pada hal-hal
yang dapat menakjubkan atau mengherankan pemirsa atau pembaca. Ia juga dapat
menimbulkan kekhawatiran bahkan ketakutan atau mungkin juga simpati, misalnya tentang
lahirnya hewan langka di kebun binatang, anjing menggigit majikan, atau masyarakat kecil
mendapat lotre milyaran rupiah

Berbeda dengan berita yang terpusat pada peristiwa, jenis berita yang berdasarakan pada
proses lazimnya berbentuk berita halus atau soft news.Soft news sendiri adalah
pengembangan dari hard news. Berita-berita rutin yang bila dilihat sepintas tidak menarik
terkadang ada yang penting, atau setidaknya bisa dikembangkan menjadi cerita yang
menarik. Hal ini tergantung dari ketajaman atau penciuman berita seorang wartawan atau
editor. Misalnya penandatangan perjanjian perdagangan antara dua negara. Kejadian formal
yang berlangsung beberapa menit ini mungkin tidak menarik. Tetapi bagi wartawan yang
kreatif dan skeptis ia bisa melihat hal menarik, misalnya dibelakang upacara formal tersebut
ada berbagai permasalahan yang terkait dengan hubungan perdagangan antara kedua negara
tersebut. Dia akan menggali hal-hal yang menarik yang bisa disajikan lugas tetapi sudah
diperhalus (soft news) dalam bentuk cerita.

Bila sebuah laporan (report) disusun terutama untuk menyampaikan informasi, maka sebuah
cerita (story) disusun terutama untuk memproduksi pengalaman. Untuk alasan ini maka
elemen struktur dasarnya bukanlah topik, tetapi adegan (the scene). Anda akan menemukan
konstruksi paling murni pada naskah film yang secara eksplisit menyusun tulisan dalam
penggambaran action atau descriptionof action. Tujuan dari konstruksi berdasar adegan
adalah untuk menarik pembaca ke dalam cerita sehingga mereka bisa mengalami
sendiri. Audience membaca jalan cerita melalui serangkaian adegan untuk nilai hiburannya.
Karena prosesnya adalah melalui pengalaman (experience), maka bisa memiliki dampak
emosional yang sangat kuat pada pembacanya. Wartawan mengenal tulisan semacam ini
sebagai bentuk berita halus (soft news), yang menggunakan teknik naratif untuk
menghasilkan cerita yang dramatis.

Selain kedua bentuk dasar penulisan di atas, banyak lahir bentuk hybrid dari para penulis
yang imajinatif yang mengeksplorasi pemutasian tanpa ada habisnya. Poin terpenting yaitu
penulis yang efektif akan berfikir dahulu tentang apa yang akan mereka tulis, dan kemudian
baru memilih bentuk yang paling cocok untuk tulisannya itu.         

Charnley memperjelas perbedaan antara berita yang ditulis dengan cara matter – of – fact,
secara faktual saja dengan  berita interpretatif. Ia menjelaskan jika berita interpretatif ditulis
dengan dibubuhi interpertasi di dalamnya seperti seorang analisis, maka dalam reportase
interpretatif seorang reporter tidak hanya menghitung tetapi mencoba menjelaskan mengapa
sesuatu itu terjadi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Soft News nilai beritanya di bawah Hard News dan lebih
merupakan berita pendukung.

Contohnya:    Posko Banjir PKS Petogokan, Dua Kali Tenggelam, Empat Kali Pindah
Tempat.

3.      Berita Kisah (Feature)

        Berita kisah menggunakan pelacak latar belakang suatu peristiwa dan dituturkan dengan
gaya bahasa yang menyentuh perasaan, dengan penyajian yang indah dan menarik pembaca,
serta mengembangkan unsur-unsur menarik pada alur kisah (plot) sehingga tak jarang muncul
sudut pandang penulisnya sendiri.

4.      Reportase

Jenis laporan ini merupakan laporan kejadian (berdasarkan pengamat dan sumber tulisan),
serta mengutamakan rasa keingintahuan pembaca. Reportase diharapkan mampu memberikan
fakta, data, atau informasi selengkap-lengkapnya yang dicari dan dapat melalui pengamat,
wawancara, dan penelitian serta ditulis dengan gaya penulisan yang luwes.
Gaya penulisan reportase hampir sama dengan berita kisah. Hanya saja dalam reportase, data
sangat di tonjolkan, bahkan dengan pengungkapan latar belakang masalah samapai ke
pemikiran berikutnya. Tugas reporter yaitu melakukan tugas reportase dan mengumpulkan
bahan–bahan sesuai dengan perencana isi berita di koran atau majalah (termasuk majalah
dinding).

Salah satu contoh berita dalam jenis ropertase yang menarik adalah berita eksklusif, artinya
sesuai peristiwa yang jarang terjadi.  Jenis berita dapat juga dipilah–pilah berdasarkan segi
pembidangnya, yaitu berita politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan, atau
dalam ragam berita daerah atau lokal, nasional, regional, dan internasional.

Jenis-jenis berita yang serupa dengan reportase adalah sebagai berikut.

a.      Berita Interpretatif

Dalam berita interpretatif seorang wartawan harus berfikir layakanya ilmuan yang akan
meneliti sebuah permasalahan. Wartawan harus memiliki kesimpulan atau kecurigaan awal
tentang sebuah peristiwa. Kita mesti skeptis terhadap sebuah peristiwa. Peristiwa pasti terkait
dengan sesuatu yang lebih besar dan penting. Dari kecurigaan tersebut wartawan
mengumpulkan informasi sebagai bahan pembuktian. Informasi tersebut adalah hasil
wawancara dengan narasumber, data-data, maupun pengamatan indrawi si wartawan. Setelah
itu, informasi yang terhimpun disusun dalam sebuah berita.

Jika informasi yang tersusun sejalan dengan kecurigaan wartawan makaberarti


interpretasinya terbukti. Jika tidak terbukti maka pembuktian wartawan tersebut bisa
menerangkan dan memperjelas sebuah permasalahan. Layaknya penelitian ilmiah, dalam
berita interpretasi juga tidak dikenal salah atau benar. Tugas wartawan hanya menyajikan
infomasi, setelah itu pembacalah yang berhak untuk menyimpulkan. Untuk lebih jelasnya
anda perhatikan contoh berukut.

Berita interpretatif menjelaskan fakta yang saling bertentangan. Sebagai contoh semisal


pemerintah berencana mengurangi subsidi bahan bakar dengan menaikan harganya sebesar
20% bulan depan. Menurut nalar wajar tarif semua angkutan yang menggunakan bahan bakar
juga akan naik. Orang akan membatasi kegiatannya bepergian yang tidak perlu. Apa
pengaruhnya terhadap harga-harga produk yang mesin produksinya menggunakan bahan
bakar solar? Sudah tentu harga barang-barang produksi pabrik juga akan mengalami
kenaikan.

Tetapi bukti kenyataanya tidak demikian. Perusahaan angkutan kota ditetapkan oleh para
pemerintah daerah untuk tidak menaikkan tarif. Alasannya, kenaikan harga bahan bakar ini
tidak menyebabkan perusahaan-perusahaan angkutan menderita kerugian dan karenanya tidak
ada alasan untuk menaikan jumlah setoran dari para pengemudi kendaraannya. Demikian
pula harga-harga produk buatan pabrik ternyata juga tidak mengalami kenaikan. Bahkan, ada
beberapa produk yang harganya turun.

Dihadapkan pada fakta-fakata yang saling bertentangan ini, maka wartawan pun berada
dalam posisi menulis sebuah berita interpretatif yang memaparkan keadaan ini terhadap
khalayak. Kenaikan harga bahan bakar ternyata tidak berpengaruh terhadap barang-barang
maupun tarif angkutan. Mengapa kejadian itu seperti tidak diperkirakan?

Berdasarkan fakta-fakta yang berhasil dihimpun, seorang wartawan harus mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang timbul di kepala setiap orang: Apa itu artinya reportase
interpretatif juga seringakali menjawab pertanyaan: Bagaimana hal tersebut bisa terjadi?
Mungkin sang wartawan terus juga menulis untuk menunjukan betapa perbaikan ekonomi
dalam masyarakat tidak terpengaruh oleh kenaikan bahan bakar minyak tersebut.

Sebagain besar berita interpretatif tampaknya memang seperti penjelasan saja. Berita-berita
interpretatif seakan-akan sederhana. Padahal, reporternya sudah menghabiskan waktu berjam-
jam untuk mempelajari dan menganalisis sebelum ia menuliskannya dalam bentuk akhir.
Sang reporter membuat dua rancangan berita, konsep awal, dan revisi-revisinya ditulis
kembali untuk membuat interpretasinya itu mudah dimengerti.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Interpretative News adalah berita yang dikembangkan dengan
pendapat atau penelitian penulisnya/reporter.

Contohnya:  KH. Ali, Pimpinan Madina Al Ikhlas: "Masih Adakah PKS di Hati Warga
Jakarta?"

b.      Berita Investigasi (Indept News)

Investigative reporting atau Investigasi News merupakan kegiatan peliputan untuk mencari,


menemukan, dan menyampaikan fakta-fakta adanya pelanggaran, kesalahan, penyimpangan,
atau kejhatan yang merugikan kepentingan umum dan masyarakat.

“Investigative reporting adalah pekerjaan membuka pintu dan mulut yang tertutup rapat,”
kata ahli komunikasi William Rivers.

Investigative reporting atau berita investigasi bertujuan mulia, yaitu memenuhi hak


masyarakat untuk mengetahui (people right to know) dari apa yang dirahasiakan oleh pihak-
pihak lain yang merugikan kepentingan umum.

Wartawan investigasi dituntut agar mampu melihat celah pelanggaran, menelusurinya dengan
energi reportase yang besar, membuat hipotesis, menganalisis, dan pada akhirnya menuliskan
laporannya. Jurnalisme investigasi ada ketika terjadi penyimpangan dalam suatu tatanan
masyarakat. Pers punya peranan sangat penting untuk dapat menginformasikan peristiwa
yang menyimpang itu. Tidak berhenti sampai titik ini, pers juga bisa melangkah jauh
mengusut kesalahan, menemukan kebenaran, dan mengadakan perubahan.

c.       Depth News (Berita Mendalam)

Depth news disebut berita mendalam karena laporan yang hendak diberitakannya memiliki
nilai berita yang berat, baik dari segi fakta, penggalian data, dan dampaknya kepada
masyarakat umum. Disebut berita mendalam, juga karena proses penggalian datanya
memerlukan perencanaan, persiapan matang, dan analisa yang mendalam. Ada beberapa
karakter depth news, yaitu:

1.      Unsur berita yang ditekankan adalah why (mengapa peristiwa terjadi) dan how
( bagaimana peristiwa itu terjadi. Terkadang so what? (apa yang akan terjadi kemudian)
dipakai untuk mendekatkan berita pada kebenaran prediksi lebih lanjut dari suatu peristiwa
yang tengah terjadi.

2.      Deskripsi berita analitis dan mengungkapkan banyak fakta penting sebagai pendukung.

3.      Struktur berita yang digunakan adalah balok tegak. Karenanya, di setiap bagian berita
(dari kepala berita, tubuh berita, hingga kaki berita) mengandung inti peristiwa. Sehingga,
membaca sebagian paragraf saja tidak dapat memahami atau mendapatkan informasi secara
utuh. Karenanya, seluruh bagian berita depth news merupakan satu kesatuan utuh.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa depth news adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat
mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual.

Jenis-jenis berita lainnya:

·         Opinion news, yaitu berita tentang pendapat seseorang terhadap peristiwa yang sedang


terjadi, biasanya pendapat para cendekiawan, sarjana, ahli, atau pejabat, mengenai suatu hal,
peristiwa, kondisi poleksosbudhankam, dan sebagainya.Contoh berita Opinion news: PKS
Protes Besaran Kenaikan BBM

·         Process – Centered News

Berita ini merupakan jenis berita yang berdasarkan pada proses (process – centered news)
yang disajikan dengan interpretasi tentang kondisi dan situasi dalam masyarakat yang
dihubungkan dalam konteks yang luas dan melampaui waktu. Berita semacam ini muncul di
halaman opini berupa editorial, artikel, dan surat pembaca. Sedang di halaman lain berupa
komentar, laporan khusus, atau tulisan feature lainnya seperti banyak dimuat di koran
minggu. Meski, kali ini kita fokuskan terlebih dahulu pada pembahasan laporan khusus yang
berbentuk interpretatif.

Editor kerap menugaskan wartawan untuk membedah suatu masalah dan menyajikannya
dengan penjelasan-penjelasan yang berada di bawah permukaan – beneath-the surface
– peristiwa itu sendiri. Dalam liputan yang berdasarkan proses ini, diharapkan wartawan tidak
jatuh ke dalam jebakan peristiwa – event trap. Ia tidak menunggu sampai peristiwa itu
“pecah”. Konsep tersebutlah yang mendasari process – centered news. 

Tidak jauh berbeda dari jenis-jenis berita di atas, Masduki (2004: 16) menyatakan bahwa ada
dua jenis berita, yaitu:

1.      Berita Tulis

Berita tulis adalah berita radio yang telah di tulis ulang dan melalui proses penyuntingan dari
sumber aslinya, baik berupa hasil reportase maupun kutipan dari media massa lain sebelum
diudarakan oleh penyiar. Bentuk berita ini sering disebut dengan ad Libs (ad Libitum) sebab
penyampain laporan itu menghendaki adanya penuturan secara bebas, spontan, improvisasi
tinggi tanpa mengurangi substansi informasi yang disampaikan. Beberapa istilah lain untuk
berita tulis yaitu:

a.            Spot news, berita pendek yang memberikan informasi kejadian secara cepat.

b.           Spot press atau news break, yang disajikan setiap jam bahkan 15 menit.

Kedua jenis berita di atas lebih dikenal dalam jurnalisme televisi.

2.      Berita Sisipan

Berita sisipan yaitu berita yang menyertakan sisipan pernyataan asli narasumber (actuality
voice) di sela-sela teks yang disampaikan penyair atau reporter.

E.     Contoh-contoh berita

1.      stright news/ berita langsung

EVAKUASI TERHAMBAT MEDAN

BANDUNG, KOMPAS – Evakuasi korban tanah longsor di Perkebunan Teh Dewata, Desa
Tenjolaya, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, terhambat medan berat
berupa jalan menanjak berliku-liku dan berbatu.

Pukul 16.00, Rabu (24/2), evakuasi terpaksa dihentikan karena khawatir longsor susulan akan
terjadi setelah hujan deras kembali mengguyur kawasan perkebunan tersebut.

…………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………

2.     Berita Ringan (soft news/berita halus)

Bello Maasaba, pria asal Nigeria, menjadikan menikah sebagai pekerjaan tetapnya. Pria
berusio 87 tahun itu memiliki 107 istri. Hampir setiap tahun, pria tersebut melangsungkan
pernikahan. Dari 107 istrinya itu, dia mendapatkon 185 anak. Motivasi Bello menikah
dengan banyak perempuan itu bukan dilandasi hasrat seksual atau menambah keturunan,
tapi dari tuhan.peria yang bekerja sebagai tabib di negeria itu mengaku bahwa setiap ia
akan menikah, sebelumnya mendapat semacam wahyu dari tuhan. (“tunggu dulu’. Pikiran
rakyat 2011).
3.      Berita Feature

SI MATA BIRU

Oleh : Herman RN

“Jika jalan-jalan ke Aceh Barat, jangan lupa singgah sejenak di Lamno Jaya. Di sana dapat
kita lihat dara Portugis, si dara Barat yang biru mata.”Kurang lebih seperti itu terjemahan
sebait lagu Sabirin Lamno yang diberinya judul Dara Portugis. Lagu itu dikumpulkan dalam
sebuah kaset yang diluncurkan oleh Kasgarecord. Oleh karena lagu itu pula, keberadaan dara
Portugis di Lamno, Aceh Jaya (dulu masih bergabung dengan Aceh Besar) menjadi makin
populer, baik di masyarakat Aceh maupun Indonesia. Bahkan, orang asing yang datang
pascatsunami ke Aceh juga bertanya tentang keberadaan keturunan Eropa itu di Aceh Jaya.
Apalagi, setelah mengetahui Aceh Jaya adalah daerah terparah kena imbas ie beuna atau
tsunami.

Sebelum menelusuri lebih lanjut jejak si mata biru, kita mengingat dulu sejarah Aceh. Seperti
halnya bangsa lain yang mendatangi Aceh, Portugis bertujuan menjalin kerja sama di bidang
rempah-rempah. Ketika itu Aceh memang terkenal dengan kekayaan rempah-rempahnya.
Namun, lambat-laun negeri berjulukan ‘Seramoe Makkah’ ini jadi jajahan. Lantas, apa yang
dapat kita petik dari peninggalan sejarah jajahan tersebut setelah Aceh merdeka?

Sebelum sampai ke jawaban pertanyaan itu, tanpa bermaksud mengungkit perih, duka-lara,
dan dendam yang tercerabut-berpagut hingga kini, saya mencoba memaparkan sebuah sifat
keacehan yang dimiliki orang Aceh hingga kini. Karakteristik keacehan itu kerap disematkan
pada narit maja Aceh. Salah satunya, sipeut ureueng Aceh hanjeut teupeh. Meunyo teupèh, bu
leubèh hana meuteumè rasa; meunyo hana teupèh, padé bijèh jeut tarasa. Apabila di-
Indonesiakan, lebih kurang memiliki makna orang Aceh tidak boleh disinggung (hatinya).
Kalau tersinggung, nasi basi pun tak diberikan; kalau tidak disinggung, bibit padi pun boleh
dimakan.

Mungkin, karena sifat itulah, orang Aceh gampang dijajah, karena orang Aceh begitu mudah
akrab dengan orang asing saat hatinya sudah disentuh lembut. Bermula menyentuh dengan
sangat lembut hati orang Aceh, bangsa-bangsa pendatang mencoba menjalin ikatan kerja
sama perdagangan dengan bangsa Aceh. Kemudian, orang Aceh yang sudah tersentuh
hatinya, dengan gampang dan gamblang menyerahkan yang dia punya kepada bangsa
pendatang tadi. Saat itu, tanpa disadari Aceh telah dijajah. Maka, ketika telah sadar dirinya
dijajah, orang Aceh yang lebih senang menyebut dirinya ureung Aceh akan bangkit dengan
segala daya dan upaya. Saat seperti inilah, keacehan itu timbul kembali, yakni daripada hidup
di bawah kaki penjajah-meski diberi pangkat dan harta berlimpah-lebih baik mati bersimbah
darah atau mati berkalang tanah. Hal ini juga dinukilkan dalam narit maja Aceh: daripada
juléng göt buta; daripada capiek göt patah, daripada singèt göt rhô meubalék (daripada
juling lebih baik buta, daripada pincang lebih baik patah, daripada miring lebih baik tumpah
semua). Yang lebih tegas lagi, daripada na göt hana (daripada ada, lebih baik tidak ada).
Maka dari itu, perjuangan dengan gencar melawan penjajah dilakukan ureueng Aceh hingga
akhirnya penjajah lari pulang tunggang-langgang ke asalnya, mengakui keperkasaan Aceh.
Lantas, setelah penjajah itu pulang ke asalnya, apa yang tersisa dari sebuah peninggalannya?

Sebut saja salah satu penjajah Aceh adalah bangsa Portugis. Menurut catatan sejarah, bangsa
Eropa itu menjajah Aceh terutama di pantai barat Aceh, tepatnya Lamno.

Seperti bangsa Eropa penjajah lainnya (Belanda dan Inggris), Portugis juga memainkan
taktiknya dengan mencoba merebut hati orang Aceh. Pembauran kedua etnis ini pun terjadi.
Orang Aceh ada yang dinikahi oleh orang Portugis, lalu mempunyai keturunan. Setelah
Portugis berhasil dikalahkan Aceh hingga kembali ke asalnya, yakni Eropa, keturunan
Portugis itu ada yang tertinggal di Aceh. Kendati ada orang Aceh yang dinikahi oleh bangsa
Barat itu atas nama cinta, istri dan keturunannya tetap ditinggalkan di Aceh. Peninggalan
inilah yang membuat Lamno atau disebut juga dengan Nanggroe Daya, terkenal dengan si
mata biru atau dara Portugis. Tak ayal, sebagian orang berpendapat, jika ingin melihat bangsa
Barat turunan, datang saja ke Lamno, di samping ada pantai dan pemandangan yang indah di
situ.

Umumnya, orang-orang mata biru ini sangat mirip dengan orang Eropa. Bukan hanya
matanya yang biru, kulitnya juga putih serupa kulit orang Barat.

Seiring waktu yang terus berjalan, perkawinan antarsuku semakin meluas. Keturunan si mata
biru pun menikah dengan orang Aceh dari daerah lain dan mungkin dengan bukan orang
Aceh. Pertanyaannya sekarang, masihkah ada keturunan Portugis tersebut di Aceh?

Beberapa waktu lalu, saya dan teman saya, Erwin, pergi ke Lamno, ke tempat keturunan
Portugis itu menetap. Di sana, saya mencoba mengamati sekeliling, baik orang yang melintas
maupun yang duduk di rumah atau di warung kopi. Heran! Tiga puluh menit menelusuri
Lamno, belum saya temukan juga si mata biru.

Imeum mukim Lamno, Teungku Tantawi, yang saya temui di sebuah warung kopi, menunjuk
sebuah rumah. “Rumah itu ada mata birunya,” kata Tantawi.

Saya menoleh ke arah yang ditunjuk. Di serambi depan rumah itu terlihat empat orang anak
kecil. Kalau boleh ditaksir, usia mereka masih Balita (di bawah lima tahun). “Lihat saja
keempat anak itu. Yang nomor dua dan nomor tiga berkulit putih, rambutnya juga
seperti bule. Matanya biru. Sementara anak tertua dan terbungsu, persis seperti keturunan
Aceh asli kan?” tutur Tantawi.

Menurut lelaki 70 tahun itu, keturunan mata biru di Lamno banyak hilang saat musibah
tsunami. Pasalnya, tempat tinggal mereka persis di tepi laut. Di samping itu, perkawinan
antara keturunan mata biru dengan orang-orang pendatang semisal orang Aceh dari daerah
lain, juga menjadi salah satu penyebab keturunan Portugis ini berkurang.

Tempat-tempat yang banyak dihuni komunitas mata biru, seperti daerah Kuala Onga, Kuala
Daya, Lambeuso, dan Keuluang, merupakan tempat yang disebutkan oleh Tantawi sebagai
kawasan imbas tsunami paling parah.
“Nyan ke nyan nyang tinggai, ka hana asli lé. Kadang-kadang na aneuk mata biru, ôkjih
itam. Leuh nyan, na cit nyang hi ureueng Aceh mamandum rupajih (Itulah yang tersisa, sudah
tidak asli lagi. Terkadang ada anak yang matanya biru, rambutnya hitam, ada pula yang mirip
orang Aceh semua wajahnya),” katanya.

“Saya ingat, ada satu orang yang tinggal di Minisaweu. Di sana ada seorang lelaki tua yang
kerap disapa Haji Tet, satu lagi di Lamme. Hanya itu yang tersisa. Ya, itu yang saya ketahui,”
ujar Tantawi. “Lainnya, habis diambil tsunami.”

Hampir senada dengan Tantawi, camat Lamno, Jaddal Husaini, menuturkan bahwa keturunan
bangsa Eropa itu sebelum tsunami dapat ditemui di beberapa wilayah, yakni desa Lambeuso,
Alue Mie, Jeumarem, Janggot, Ujong Uloh, Kuala Ongan, dan Mukhan. Namun, setelah
tsunami, kata Jaddal, keturunan itu mulai sulit ditemukan. Kendati demikian, katanya, pihak
kecamatan tidak tinggal diam demi menjaga dan melindungi mereka. Jaddal mulai melakukan
pendataan penduduk pascatsunami. Hanya saja, menurut Husaini, sulit melakukan pendataan
terhadap si mata biru.

“Masalahnya adalah ketika kita masuk ke kampung-kampung tempat keturunan Portugis itu,
mereka lari. Entah mengapa mereka selalu menghindar saat hendak didata,” tutur Husaini,
setengah bertanya.

Selepas berbincang-bincang dengan Jaddal, saya dan Erwin kembali melanjutkan perjalanan.
Matahari nyaris tepat di atas kepala kala itu.

Kami menyusuri jalan setapak dengan berjalan kaki. Dari kejauhan terlihat
sebuah jambô (gubuk). Kami mendekatinya. Jambo itu berarsitek kayu, beratap daun rumbia.
Dindingnya hanya setinggi lutut. Tak ayal, menikmati secangkir kopi Aceh sembari dibelai
semilir dari lautan pantai Barat menjadi sebuah kenyamanan, apalagi di hari terik.

Di warung kopi kecil itu ada sekitar delapan orang, tiga di antaranya saya taksir sudah uzur.
Kepada bapak-bapak itu saya bertanya tentang keberadaan si mata biru. Jawabannya persis
sama seperti apa yang sudah dikatakan imeum mukim dan camat. “Kurang tahu, nyaris hilang
setelah tsunami,” itulah jawaban mereka.

Saat kami sedang asyik menikmati angin lembut siang itu sambil berbincang ringan, dari
kejauhan terlihat seorang lelaki jangkung mendekat.

“Sama dia saja kalian tanya kalau memang mau mendapatkan informasi lebih banyak tentang
keturunan Portugis,” kata Saleh, salah seorang pengunjung warung tersebut.

Saya memperhatikan dengan seksama lelaki yang ditunjuk Saleh. Semakin lama, lelaki itu
semakin mendekat. Agaknya dia juga hendak singgah di warung ini.

Dia kemudian duduk dengan menghadap ke arah laut. Namanya Jamaluddin. Dia mengatakan
memiliki tinggi badan 185 sentimeter. Umurnya belum terlalu tua, “Baru empat puluhan,”
katanya, sembari tersenyum.
Bagian hitam matanya terlihat kebiru-biruan, sedangkan yang bagian putihnya terlihat agak
coklat. Sekilas dia seperti Jose Maurinho, mantan Manajer Klub kaya di Inggris, Chelsea.
Sungguh, kulitnya yang putih kemerah-merahan memperlihatkan dengan jelas bulu-bulu di
tangan Jamaluddin. Entah karena kulitnya yang putih itu, dia disapa akrab dengan sebutan
“Bang Puteh”.

Bang Puteh adalah salah seorang keturunan Portugis. Kendati dia merupakan keturunan
bangsa Eropa itu, dia mengaku tidak tahu benar tentang silsilah keluarganya. Dia juga tak
hapal kebiasaan Portugis.

“Saya hanya memegang adat-istiadat Aceh sebagai pegangan saya di sini,” ucapnya.

Bang Puteh juga mengatakan bahwa tidak semua anaknya memiliki ciri sama. Kata dia, dua
mirip orang Aceh asli, dua di antaranya mirip bangsa Portugis.

“Hal ini sama saja dengan empat orang anak yang kalian katakan sudah melihatnya di Desa
Leupe. Anak saya, Rauzatul Jannah, enam tahun, dan Nurul Khamiran yang masih 2,5 tahun,
sangat mirip dengan orang Barat. Tapi, dua lagi, yang tertuanya, sangat kental dengan
karakter orang Aceh pada umumnya,” ujar Bang Puteh.

Dari Bang Puteh, saya mengetahui bahwa keturunan Portugis yang lari saat didata seperti
kata camat tadi sebenarnya bukan karena takut. “Mereka hanya malu. Masalah malu, tidak
jelas, apakah karena mereka tidak mirip dengan orang Aceh kebanyakan atau karena apa,”
kata Bang Puteh, menggeleng-gelengkan kepalanya.

Saya teringat komentar seorang mahasiswa di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Syiah Kuala, yang saya jumpai belum lama ini. “Orang-orang keturunan Portugis
itu terkesan hanya mau bergaul dengan dia dia aja. Itu makanya susah menelusuri tentang
mereka,” kata Farah Fitriah, mahasiswa angkatan 2006 di Jurusan Bahasa Indonesia itu, saat
saya tanya tentang mata biru di kampungnya.

Lain Farah, lain pula pendapat Teungku M. Yahya Wahab. Dia adalah salah seorang Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Aceh Jaya. Saya bertemu dengan Yahya saat dia
mengunjungi pengungsi koran tsunami di Lamno tahun 2005 lalu. Yahya juga asal Lamno.

“Dara Portugis di Lamno pada umumnya berparas cantik. Namun, mereka pemalu. Jika
bertemu dengan orang di luar komunitas mereka, apalagi yang belum mereka kenal sama
sekali, mereka cenderung sembunyi.”

Menurut Yahya, karena sifat pemalu itulah membuat mereka terkesan eksklusif. Hal ini pula,
kata dia, yang menyebabkan komunitas Portugis di Lamno itu lebih senang menikah dengan
sesama komunitas mereka. “Namun, belakangan sudah ada juga di antara mereka yang mau
dipersunting orang luar,” lanjut Yahya.***. *)
4.      Berita Reportase: Berita Ekonomi

Pasar Tradisional Vs. Pasar Modern

Liputan.com, Jakarta: seratusan pedagang pasar tradisional Ciledug berunjuk rasa manolak
keberadaan carrefour di kawasan pasar tradisional Ciledug, Kabupaten Tangerang, Banten.

Alasannya, keberadaan carrefour akan mematikan omset mereka. Para pedagang menuding


pemerintah daerah setempat telah mengkhianati padagang tradisional dengan menerbitkan
surat izin pengoperasian Carrefour Ciledug. Menurut para pedagang, jarak pasar tradisional
dengan Carrefour kurang dari 20 m sehingga mengancam omset pedagang. Unjuk rasa
ratusan pedagang tradisional pasar Ciledug ini mendapat pengamanan ketat dari aparat
kepolisian dan Satuan Keamanan Central Bisnis Dagang Ciledug. Akibat aksi ini lalu lintas di
Jalan Hos Cokroaminato Ciledug sempat macet total (Jum/Tim Liputan 6 SCTV).

A.Sejarah Jurnalistik dan Munculnya Bahasa Jurnalistik

Dalam masyarakat ada sebagian pihak yang bertanya apakah memang ada bahasa jurnalistik
itu? Untuk apa bahasa jurnalistik? Biasanya, mereka yang bertanya seperti itu tergolong yang
punya kepedulian terhadap seluk beluk berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Selebihnya,
masyarakat pada umumnya mengabaikan perbedaan antara bahasa jurnalistik dengan bahasa
pasar yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Manusia pada era konvergensi media massa ini, tidak mungkin melakukan pengembangan
diri dan masyarakat tanpa mengakses berita, fakta, ilustrasi, gagasan, dan informasi dari
berbagai media komunikasi massa baik secara tradisional maupun media massa kontemporer 
(Santana K., 2005: 152).

Bermula dari abad ke-19 setelah manusia melakukan revolusi industri, mereka
menyempurnakan berbagai teknologi untuk membantu kehidupan mereka. Antara pabrik
dengan pertanian pun disambungkan. Manusia tidak lagi hanya melakukan komunikasi
antarpribadi dan kelompok. Teknologi komunikasi mempertemukan manusia melalui industri
telepon, surat kabar, majalah, fotografi, radio, film, televisi, komputer dan satelit serta
internet. Manusia kini berada dalam abad informasi.
Bagaimana media massa mentransmisikan informasi dan edukasi? Bagaimana media massa
menjalankan fungsinya sebagai pelaku kontrol sosial, pewaris nilai kebudayaan, penafsir
berita dan penyedia hiburan? Bahkan Marshall McLuhan mengkosmologikan era global
village, kampung global. Media membuat jutaan orang bisa “melihat dunia” secara langsung
dan serentak.

Semua itu ditumbuhkan oleh para pekerja media. Pekerjaan mereka, yang kian jadi profesi,
menciptakan pesan yang kian efektif. Dari suara elektronis yang semakin human, sampai
halaman cetak dan huruf-huruf billboard elektronis, semuanya mengakumulasi. Ini hasil trial
and error pekerja dan akdemisi ketika mengembangkan proses komunikasi massa. Mereka
meneliti unsur-unsur pesan, individu pengirim, khalayak dan berbagai efek komunikasi
massa.

Pekerja media menata pesan massal dengan memanfaatkan ruang dan waktu teknologi media.
Suara-suara elektronis “human” memproses terpaan sampai ke bunyi mendesis dalam satuan
waktu siaran. Kata-kata cetak disusun hingga mengajak keaktifan masyarakat ke ruang-ruang
imaji sosial. Sistematika pesan dikalkulasi sampai ke rincian efek “titik dan koma”, bukan
hanya semata-mata gramatika bahasa. Pesan ditata supaya memiliki daya pikat selera massa
di berbagai ruang pengalaman dan referensi sosial.

Pers (baca: pekerja media) menjadi sebuah proses mediasi antara masyarakat dengan “dunia”.
Pers diproses oleh jurnalisme untuk memiliki daya persuasi. Jurnalisme memrosesnya
melalui tata cara mencari dan menyebarkan informasi. Jurnalisme selalu mengembangkan
teknik prliputan dan pendistribusian pesan yang sesuai dengan kultur masyarakat. Pada
proses pengembangannya, perancangan informasi mendorong kelahiran fenomena bahasa
pers.

Bahasa pers menjadi satu alat. Bahasa, di dalam kehidupan jurnalistik, tidak lagi sekadar
sarana penghantar  pesan melainkan menjadi daya dorong lain. Dalam perkembangannya,
memengaruhi kegiatan pers sampai ke tingkat pengepingan realitas peristiwa berita. Tata nilai
dan norma bahasa jurnalistik menjadi kelembagaan bahasa yang unik, dan bila dipolakan,
menginduksi wacana masyarakat ketika menempatkan perspektif atas realitas.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga terbitan Departemen Pendidikan Nasional,
(Balai Pustaka Jakarta, 2005), dalam Petunjuk Pemakaian Kamus halaman xxv antara lain
menyatakan ragam menurut pokok pembicaraan. Di situ diuraikan bahwa ada empat macam
ragam yakni ragam bahasa undang-undang, ragam bahasa jurnalistik, ragam bahasa ilmiah,
dan ragam bahasa sastra. Jadi memang ada bahasa jurnalistik sebagai salah satu ragam
Bahasa Indonesia berdasarkan pokok pembicaraanya seperti bahasa ilmiah dan bahasa sastra.

Bahasa jurnalistik sebagai salah satu variasi Bahasa Indonesia tampak jelas kegunaanya bagi
masyarakat yang mendengarkan informasi dari radio setiap hari, membaca berita koran,
tabloid dan majalah setiap jam, menyaksikan tayangan televisi yang melaporkan berbagai
peristiwa yang terjadi di berbagai belahan bumi. Semua berita dan laporan itu disajikan dalam
bahasa yang mudah dipahami oleh khalayak, mereka seolah-olah diajak untuk menyaksikan
berbagai peristiwa secara langsung. Dengan demikian bahasa jurnalistik itu menjadi bagian
tak terpisahkan dalam karya jurnalistik.

Sebelum lebih jauh masuk pada pengertian bahasa jurnalistik, perlu dijelaskan terlebih dahulu
hakekat dari jurnalistik, karena selama ini beredar pendapat di tengah masyarakat bahwa
jurnalistik adalah konsep penulisan berita semata. Pendapat ini tentu saja keliru. Sebab,
seperti disebut Richard Weiner, jurnalistik adalah keseluruhan proses pengumpulan fakta,
penulisan, penyuntingan dan penyiaran berita (Weiner 1990:247).

Pendapat keliru itu jika ditelusuri secara historis bukanlah tanpa dasar, karena pada sejarah
awal lahirnya jurnalistik  bermula pada masa Kekaisaran Romawi Kuno ketika Julius Caesar
(100-44 SM) berkuasa. Dia memerintahkan agar hasil sidang dan kegiatan para anggota senat
setiap hari diumumkan pada papan pengumuman yang disebut “Acta Diurna”. Dari kata
“Acta Diurna” inilah secara harfiah kata jurnalistik berasal yakni kata “diurnal” dalam
Bahasa Latin berarti harian atau setiap hari. (Onong U. Effendy, 1996: 124). Sejak saat itu
dikenal para diurnarii yang bekerja membuat catatan-catatan hasil rapat dari papan Acta
Diurna itu setiap hari untuk para tuan tanah dan para hartawan. Jadi di masa Romawi Kuno
pada sejarah lahirnya  jurnalistik merupakan kegiatan menyiarkan berita yang bersifat
informatif semata-mata.

Kagiatan penyebaran informasi melalui tulis menulis semakin meluas pada masa peradaban
Mesir, ketika masyarakatnya menemukan tehnik pembuatan kertas dari serat tumbuhan yang
bernama Phapyrus. Setelah itu penyebaran informasi tertulis maju sangat pesat sejak mesin
cetak ditemukan oleh Gutternberg.

Surat kabar cetak pertama terbit dan beredar di Cina dengan nama “King Pau” sejak tahun
911 M dan pada tahun 1351 M Kaisar Quang Soo telah mengedarkan surat kabar itu secara
teratur seminggu sekali. Sedangkan pelopor surat kabar sebagai media berita pertama yang
bernama “Gazetta” lahir di Venesia, Negara Italia pada tahun 1536 M. Saat itu Republik
Venesia sedang perang melawan Sultan Sulaiman. Pada awalnya surat kabar ini ditulis tangan
dan para pedagang penukar uang di Rialto menulisnya dan menjualnya dengan murah, tapi
kemudian surat kabar ini dicetak.

Surat kabar cetak yang pertama kali terbit teratur setiap hari adalah Oxford Gazzete di Inggris
pada tahun 1665 M. Surat kabar ini kemudian berganti nama menjadi London Gazzette dan
ketika Henry Muddiman menjadi editornya untuk pertama sekali dia telah menggunakan
istilah “newspaper”. Istilah inilah yang dipergunakan oleh semua orang sampai sekarang.

Di Amerika Serikat ilmu persuratkabaran mulai berkembang sejak tahun 1690 M dengan
istilah journalism dan saat itu telah terbit surat kabar dalam bentuk yang modern, Publick
Occurences Both Foreign and Domestick, di Boston yang dimotori oleh Benjamin Harris
(Brend D Ruben, 1992: 22).

Pada abad ke-17 John Milton memimpin perjuangan kebebasan menyatakan pendapat di
Inggris yang terkenal dengan Areopagitica, A Defence of Unlicenced Printing. Sejak saat itu
jurnalistik bukan saja menyiarkan berita (to inform), tetapi juga mempengaruhi pemerintah
dan masyarakat (to influence). Perjuangan John Milton kemudian diikuti oleh John Erskine
pada abad ke-18 dengan karyanya yang berjudul “The Right of Man”. Pada abad ke-18 ini
pula lahir sistem pers liberal mengantikan sistem pers otoriter.

Di Universitas Bazel, Swiss jurnalistik untuk pertama kali dikaji secara akademis oleh Karl
Bucher (1847 – 1930) dan Max Weber (1864 – 1920) dengan nama Zeitungskunde pada
tahun 1884 M. Sedangkan di Amerika mulai dibuka School of Journalism di Columbia
University pada tahun   1912 M/1913 M dengan penggagasnya bernama Joseph Pulitzer
(1847 -  1911).
Sepanjang tahun 1960-an di Amerika Serikat muncul para perintis jurnalisme baru yang
merasa bosan dengan tatakerja jurnalisme lama yang dianggap kaku dan membatasi gerak
wartawan pada tehnik penulisan dan bentuk laporan berita. Mereka melakukan inovasi dalam
penyajian dan peliputan berita yang lebih dalam dan menyeluruh. Pada era jurnalisme baru
saat ini para wartawan dapat berfungsi menciptakan opini public dan meredam konflik yang
terjadi di tengah masyarakat.

B.Pengertian Bahasa Jurnalistik

Bahasa jurnalistik adalah laras atau ragam dalam bahasa Indonesia, seperti juga ada bahasa
hukum atau bahasa niaga. Apakah bahasa jurnalistik itu ?

Prof. F. Wojowasito: bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa sebagai tampak
dalam harian-harian dan majalah-majalah.

Rosihan Anwar : bahasa jurnalistik adalah satu ragam bahasa yang digunakan wartawan yang
memiliki sifat-sifat khas singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas dan menarik.

M. Wonohito (bahasa surat kabar): bahasa jurnalistik adalah suatu jenis bahasa tertulis yang
memiliki sifat-sifatnya dengan bahasa sastra, bahasa ilmu atau bahasa buku pada umumnya.

Kurniawan Junaedhie (Ensiklopedi Pers Indonesia): bahasa jurnalistik adalah Bahasa yang
digunakan oleh penerbitan pers. Bahasa yang mengandung makna informatif, persuasif, dan
yang secara konsensus merupakan kata-kata yang bisa dimengerti secara umum, harus
singkat tapi jelas dan tidak bertele-tele.

Moh. Ngafeman (kamus jurnalistik AZ): bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa
dengan pilihan kosakata yang sederhana agar dapat dipahami oleh segenap lapisan
masyarakat.

Adinegoro: bahasa jurnalistik adalah tiap berita atau cerita harus padat karena itu disajikan
secara mudah difahamkan, terang dan tidak sulit membaca sehingga orang yang membaca
tidak usah berfikir panjang untuk mengetahui apa yang diberitakan itu. Oleh karena kita
dapati dalam kalimat-kalimat ringkas, kata-kata tepat dan ungkapan-ungkapan yang hidup.
Bahasa jurnalistik, berada di tengah antara bahasa ilmu dan bahasa sastra. Bahasa ilmu
biasanya penuh fakta, kering, dan tidak bergaya, sementara bahasa sastranya biasanya
imaginatif dan penuh gaya. Bahasa jurnalistik tetaplah harus bersandarkan pada fakta, tetapi
harus ada gayanya.

Bahasa jurnalistik ditulis dengan mempertimbangkan ruang dan waktu, karena itu unsur
kehematan dan efektivitas sangat penting. Tidak mungkin kita menulis untuk media massa
semau kita dengan tidak memperhitungkan ruangan dan waktu yangtersedia (deadline)
bahasa jurnalistik juga perlu mempertimbangkan pasar (pembaca)

C.Ciri-cirinya Bahasa Jurnalistik

Bahasa jurnalistik merupakan bahasa komunikasi massa sebagai tampak dalam harian-harian
surat kabar dan majalah. Dengan fungsi yang demikian itu bahasa jurnalistik  itu harus jelas
dan mudah dibaca dengan tingkat ukuran intelektual minimal. Menurut JS Badudu (1988)
bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, lugas, menarik,
lancar dan jelas. Sifat-sifat itu harus dimiliki oleh bahasa pers, bahasa jurnalistik, mengingat
surat kabar dibaca oleh semua lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya.

Oleh karena itu beberapa ciri yang harus dimiliki bahasa jurnalistik di antaranya:

1.Singkat

Bahasa jurnalistik harus singkat, artinya bahasa jurnalistik harus menghindari penjelasan
yang panjang-panjang dan bertele-tele.

2.Padat

Bahasa jurnalistik juga harus padat, artinya bahasa jurnalistik yang singkat itu harus sudah
mampu menyampaikan informasi yang selengkap-lengkapnya dan sepadat-padatnya. Semua
informasi yang diperlukan pembaca harus sudah tertampung di dalamnya. Dalam istilah
jurnalistik, artinya ia harus memenuhi syarat 5 W+ 1 H – sudah mampu menjawab
pertanyaan apa (what), siapa (who), di mana (where), kapan (when), mengapa/apa sebabnya
(why), dan bagaimana/apa akibatnya (how).

3.Sederhana

Bahasa jurnalistik yang sederhana, artinya bahasa jurnalistik harus sedapat-dapatnya memilih
kalimat tunggal yang sederhana. Kalimat tersebut bukan kalimat majemuk yang panjang-
panjang, rumit, dan kompleks, apalagi sampai beranak cucu. Kalimat yang efektif, yang
praktis, yang jurnalistis ialah kalimat yang sederrhana dengan pemakaian/pemilihan kata
yang secukupnya saja, tidak berlebihan, dan berbunga-bunga (bombastis).

4.Lugas

Bahasa jurnalistik harus lugas, artinya bahasa jurnalistik itu harus mampu menyampaikan
pengertian atau makna informasi secara langsung, dengan menghindarkan bahasa yang
berbunga-bunga (bombastis).

5.Menarik

Bahasa jurnalistik harus menarik, artinya bahasa jurnalistik selalu memakai kata-kata yang
masih hidup, tumbuh, dan berkembang, menghindari kata-kata dan ungkapan-ungkapan klise
yang sudah mati. Tuntutan menarik inilah yang membuat bahasa jurnalistik harus selalu
mengikuti perkembangan bahsa yang hidup di tengah-tengah masyarakat, termasuk istilah-
istilah menarik yang baru muncul.

Sedangkan menurut Tubiyono (2011) yang mengutip dari H. Rosihan Anwar dan John
Hohenberg ada 19 ciri bahasa Indonesia jurnalistik yaitu:

1.Sesuai dengan ejaan yang berlaku.

2.Sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku.

3.Tidak menanggalkan prefik me- dan ber- , kecuai dalam judul berita.
4.Menggunakan kalimat pendek, lengkap, dan logis.

5.Tiap alinea terdiri dari 2 atau tiga kalimat dan koherensinya terpelihara.

6.Penggnaan bentuk aktif (kata dan kalimat) lebih diutamakan. Bentuk pasif seperlunya saja.
Kata sifat juga dibatasi penggunaannya.

7.Ungkapan-ungkapan klise seperti: sementara itu, perlu diketahui,di mana, kepada siapa dan
sebagainya dihindari.

8.Kata berlebihan tidak digunakan.

9.Kalimat aktif dan pasif tidak dicampuradukkan dalam satu paragraf.

10.Kata asing dan istilah ilmiah yang sangat teknis tidak digunakan. Kalau terpaksa harus
dijelaskan.

11.Penggunaan singkatan dan akronim dibatasi. Pada pertama kali singkatan dan akronim
digunakan harus diberi penjelasan kepanjangannya.

12.Penggunaan kata yang pendek didahulukan daripada kata yang panjang.

13.Tidak menggunakan kata ganti orang pertama (saya dan kami), berita harus menggunakan
kata ganti orang ketiga.

14.Kutipan ditempatkan pada alinea baru.

15.Tidak memasukkan  pendapat sendiri dalam beita.

16.Berita disajikan dalam bentuk past tense sesuatu yang telah terjadi.

17.Kata hari ini digunakan dalam media elektronik dan harian sore. Sedangkan kata kemarin
digunakan harian pagi hari.
18.Segala sesuatu dijelaskan secara spesifik.

19.Bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikatif, mudah dipahami bagi pembaca

D.Penyebab Terjadinya Penyimpangan pada Bahasa Jurnalistik

Di awal tahun 1980-an terbersit berita bahwa bahasa Indonesia di media massa menyimpang
dari kaidah bahasa Indonesia baku. Roni Wahyono (1995) menemukan kemubaziran bahasa
wartawan di Semarang dan Yogyakarta pada aspek gramatikal (tata bahasa), leksikal
(pemilihan kosakata) dan ortografis (ejaan). Berdasarkan aspek kebahasaan, kesalahan
tertinggi yang dilakukan wartawan terdapat pada aspek gramatikal dan kesalahan terendah
pada aspek ortografi. Berdasarkan jenis berita, berita olahraga memiliki frekuensi kesalahan
tertinggi dan frekuensi kesalahan terendah pada berita kriminal.

Penyebab terjadinya penyimpangan bahasa jurnalistik terhadap kaidah penulisan tata bahasa
baku adalah minimnya penguasaan kosa kata, pengetahuan kebahasaan yang terbatas,
keterbatasan waktu untuk menulis, banyaknya naskah yang dikoreksi, dan tidak tersedianya
redaktur bahasa dalam surat kabar (Dad Murniah, 2007). Pendapat ini juga selaras dengan
pernyataan yang dikeluarkan oleh Lembaga Pers Dr. Soetomo.

“Penyebab wartawan melakukan kesalahan bahasa dari faktor penulis karena minimnya
penguasaan kosa kata, pengetahuan kebahasaan yang terbatas, dan kurang bertanggung jawab
terhadap pemakaian bahasa, karena kebiasaan lupa dan pendidikan yang belum baik. Selain
itu, Persaingan menjadi yang tercepat dalam menyajikan berita, keterbatasan durasi atau
tempat, dan tidak tersedianya redaktur bahasa adalah beberapa penyebab terjadinya kesalahan
penggunaan bahasa di berita media massa. Pimpinan atau pemilik perusahaan pers
seharusnya memberi perhatian serius pada persoalan ini. (lpds, 2009)
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Berita ialah laporan terkini tentang fakta atau pendapat yang penting atau menarik bagi
khalayak dan disebarluaskan melalui media massa.Waktu sangat berarti atau sangat
diperlukan dalam proses penyebaran atau penyampaian berita.Selain waktu Kejadian atau
peristiwa yang menarik juga sangat berita untuk menarik perhatian khalayak ramai untuk
mengetahui tentang berita tersebut.Dan terakhir laporan maksudnya disini bagaimana cara
penyampain atau menampilkan berita tersebut kepada khalayk ramai untuk menarik
ketertarikan khalayak pada berita tersebut.

Dalam jurnalistik juga dikenal jenis berita menurut penyajiannya, yaitu:

1.      Straight News (sering juga disebut hard news), yakni laporan kejadian-kejadian terbaru
yang mengandung unsur penting dan menarik, tanpa mengandung pendapat-pendapat penulis
berita

2.      Soft News (sering disebut juga feature), yakni berita-berita yang menyangkut


kemanusiaan serta menarik banyak orang termasuk kisah-ksiah jenaka, lust (menyangkut
nafsu birahi manusia), keanehan (oddity).

3.      Feature (berita kisah), yakni berita yang disajikan dalam bentuk yang


menarik, menggunakan pelacak latar belakang suatu peristiwa dan dituturkan dengan gaya
bahasa yang menyentuh perasaan.

4.      Reportase, yakni Jenis laporan ini merupakan laporan kejadian (berdasarkan pengamat


dan sumber tulisan), serta mengutamakan rasa keingintahuan pembaca

Diposting oleh Unknown di 01.47 

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke


Pinterest

Tidak ada komentar:


Posting Komentar

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Arsip Blog

►  2016 (7)

▼  2013 (17)

►  September (2)

►  Agustus (4)

▼  Juli (10)

Artikel dan tajuk rencana

teknik penulisan berita

Komunikasi visual

Broadcasting

Rangkuman Buku “Jurnalistik Indonesia"

Makalah Jurnalistik

makalah jurnalistik

Makalah Jurnalistik

makalah jurnalistik

Artikel dan tajuk rencana

►  Juni (1)

Mengenai Saya

Unknown

Lihat profil lengkapku

Tema Kelembutan. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai