masih kurang dipahami seperti tajuk rencana, pojok dan lainnya. Isi media massa yang dimaksud
disini adalah bentuk-bentuk penyajian informasi atau berita, yang terkait dengan aktivitas
jurnalistik, baik yang terdapat di media cetak, media elektronik, atau media online (Yunus,
2010:34).
Pada abad ke-19 antara news dan views sejalan, banyak famplet dan selebaran
menyampaikan opini yang diiringi informasi. Begitupun pada saat pertama surat kabar muncul,
opini dan fakta saling bercampur. Perubahan terjadi saat sirkulasi membesar, ada kebutuhan akan
pendidikan publik, dan permintaan informasi mulai mendesak. Para redaktur pun mengonsep news
harus bersih dari opini (Santana, 2005:49).
Menurut Haris Sumadiria dalam buku Menulis Artikel dan Tajuk Rencana (2005:2)
mengatakan, halaman-halaman dalam surat kabar atau media massa secara umum isinya dapat
digolongkan ke dalam tiga kelompok besar. Kelompok pertama adalah berita (news), kelompok
dua yaitu
opini (views), dan kelompok ketiga adalah iklan (advertising).
a. Berita (news)
Berita menjadi unsur terpenting di dalam subuah media massa. Tidak ada aktivitas
jurnalistik tanpa berita. Berita menempati 90% dari isi media massa baik media cetak, media
elektronik, atau media online sekalipun (Yusuf, 2010: 45).
Haris Sumadiria (2005:64) mengutip dari dari berbagai tokoh tentang definisi bertia
sebagai berikut:
Definisi berita sendiri banyak sekali dikemukakan oleh para pakar, diantaranya Paul De Massenner
dalam buku Here’s The News: Unesco Associate, berita atau news adalah sebuah informasi yang
penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar. Doug Newsom dan James A.
Wollert dalam Media Writing: News for the Mass Media, mengemukakan definisi sederhana
tentang berita yaitu apa saja yang ingin dan perlu diketahui orang atau lebih luas lagi oleh
masyarakat.
Opini atau pendapat bisa ditulis oleh siapa saja, namun untuk redaktur biasanya akan
menulis opini dalam bentuk Tajuk Rencana atau Editorial. Sedangkan untuk masyarakat, opini
bisa ditulis dalam bentuk Artikel, Kolom, atau Surat Pembaca. Karena opini ditulis dalam rangka
pendapat subjektif (Abdurahman, 38-39).
Ada beberapa hal yang menunjang adanya opini, Septiawan Santana (2005:49-50)
mengutip dari DeWitt C. Reddick, yaitu:
Para redaktur ingin berbagi pendapat soal-soal kemasyarakatan. Mereka ubah pencarian berita
menjadi terbuka. Para pembuat berita peristiwa-peristiwa yang menyertainya semua diungkap.
Keterbukaan ini membuat terang perbedaan opini dengan berita. Jika informasi itu bukan berita,
mereka sebut opini. Sejak itu dipakailaih halaman opini. Tajuk Rencana menjadi voice of the
newspaper. Tulisan kolumis menjadi petunjuk. Surat Pembaca merefleksikan persoalan
masyarakat. Para penulis artikel mengetengahkan pendapatnya mengenai satu persoalan.
Tujuan opini sendiri sebagai saluran masyarakat mengenai ide atau pandangan, dan untuk
halaman opini di sebuah surat kabar menjadi forum dialog. Selain itu, tujuan opini yaitu sebagai
pengkajian masalah-masalah nasional, regional, maupun mondial, yang berdimensi politik, sosial,
ekonomi, kebudayaan, dan bahkan filsafat. Di ruang opini tersebut akan menjadi saluran perbedaan
pendapat dan aspirasi masyarakat, dan persoalan-persoalan masyarakat (Santana, 2005:49).
Opini menjadi sangat penting bagi isi media massa baik cetak, elektronik, maupun online.
Karena setiap media membutuhkan views seperti yang dikatakan oleh Jakob Oetama (1987:211-
215): Kompas menyediakan halam opini, yang terdiri dari Tajuk Rencana, Artikel, Kolom, dan
Surat Pembaca. Ketiganya berisi opini yang dimaksud untuk membedakan dengan halaman-
halaman news.
c. Iklan (Advertising )
Periklanan telah ada sejak tahun 5000 SM oleh orang-orang Neolithic yang mengiklankan
dagangannya berupa papan, pangan, dan sandang untuk di ditawarkan kepada orang lain. Sejarah
periklanan tersebut diketahui dari beberapa catatan tertulis dan kerajinan tangan.
Sampai saat ini periklanan terus marak di belahan dunia, bahkan sebagian besar media
massa di dunia menggantungkan pendapatan dari bidang periklanan, sedangkan untuk televisi di
Indonesia iklan menjadi satu-satunya untuk menghidupi seluruh kegiatan sehari-hari, oleh karena
itu televisi di Indonesia setiap beberapa menit sekali iklan akan bermunculan.
Abdurahman mengatakan dalam bukunya yang berjudul Kiat Sukses Menjadi Jurnalis
(2007: 37), iklan merupakan ‘nyawa’ bagi pembisnis media. Tanpa iklan mustahil penerbitan bisa
langgeng. Untuk pendapatan iklan yang banyak, terlebih dahulu media tersebut isinya harus
diterima oleh para pelanggannya, dan sudah memiliki oplah/tiras yang signifikan.
Menurut Stanley Schindler mengatakan periklanan merupakan salah satu jenis
teknik komunikasi massa dengan membayar ruangan atau waktu yang disediakan media massa
tersebut untuk menyiarkan informasi tentang barang atau jasa yang ditawarkan oleh si pesang iklan
(produsen atau penjual barang maupun jasa). Pendek kata, periklanan adalah salah satu metode
untuk memperkenalkan barang, jasa, atau gagasan kepada publik (Suhandang, 2005: 14-15).
Sedangkan menurut David Aeker yang dikutip oleh Kustadi Suhandang dalam buku
Periklanan: Manajemen, Kiat dan Strategi (2005:14) mengatakan:
Periklanan merupakan proses atau kegiatan komunikasi yang melibatkan pihak-pihak sponsor
(pemasang iklan), media massa, dan agen periklanan (biro iklan). Ciri utama dari kegiatan
dimaksud adalah pembayaran yang dilakukan para pemasang iklan, melalui biro iklan atau
langsung, kepada media massa terkait atas dimuat atau disiarkannya penawaran barang atau jasa
yang dihasilkan si pemasang iklan (pengiklan) tersebut.
Fungsi iklan merupakan jembatan antara fungsi perusahaan dan fungsi redaksional. Fungsi
iklan dapat dikatakan sebagai fungsi marketing dalam bisnis media massa yang bertugas untuk
mencari pendapatan melalui pemasangan iklan. Fungsi iklan tersebut memiliki kontribusi besar
terhadap keberlanjutan dan eksistensi suatu media massa, di samping dapat menetukan tiras atau
jumlah penerbitan media cetak yang sesuai dengan pasar (Yunus, 2010:120-121).
Dengan demikian periklanan (advertising) dapat dikatakan sebagai salah satu isi media
massa karena keterkaitan periklanan dengan media massa. Begitu pula dengan penerbitan iklan
berkaitan erat dengan media massa menjadikan sebagai salah satu bentuk komunikasi massa.
Daftar Pustaka
Buku dan Skripsi
1. Latar Belakang
Di era globalisasi perkembangan media massa sangatlah pesat. Baik itu media massa cetak
seperti koran, majalah dan tabloid maupun media elektronik seperti televisi, Radio dan Internet.
Saat ini kehidupan masyarakat di seluruh Dunia, bahkan masyarakat Indonesia pun tidak lepas
dari yang namanya akses Informasi dan komunikasi dari media massa. Karena sudah menjadi
kebutuhan yang harus terpenuhi dalam kehidupan sosial bermasyarakat untuk mengakses
informasi baik seputar lingkungan masyarakat sekitar, keadaan Negara maupun mancanegara.
DeFleur dan Rokeach (1989: 265-269) menyatakan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan
untuk mengkonseptualisasikan sebuah peristiwa atau keadaan oleh seseorang merupakan usaha
untuk mengkonstruksi realitas, demikian halnya dengan upaya para pekerja media ketika
berusaha untuk menampilkan suatu realitas tertentu dalam medianya. Unsur utama dan penting
yang dipakai dalam konstruksi realitas adalah bahasa, baik bahasa verbal (kata-kata tertulis atau
lisan) maupun bahasa non verbal, seperti gambar, foto, gerak-gerik, grafik, angka dan tabel.
Namun dalam proses penyampaian Informasi melalui media massa itu tidak sepenuhnya berjalan
semestinya ataupun sesuai dengan fakta dan keadaan yang ada. Karena ada faktor yang
mempengaruhi isi media massa tersebut. Selain faktor bahasa verbal dan non verbal ada juga
lima faktor yang mempengaruhi isi media. Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese (1996),
dalam Mediating The Message: Theories of Influences on Mass Media Content, menyusun
berbagai faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam ruang pemberitaan Mereka
mengidentifikasikan ada lima faktor yang mempengaruhi kebijakan redaksi dalam menentukan
isi media. Diantaranya adalah Faktor Individual, Rutinitas Media, Organisasi, Ekstra Media dan
Ideologi.
1. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini penulis akan menyampaikan beberapa rumusan masalah yang akan
dibahas, diantaranya adalah :
1. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Leksikon Komunikasi, media massa adalah “sarana penyampai pesan yang berhubungan
langsung dengan masyarakat luas misalnya radio, televisi, dan surat kabar”.
Menurut Cangara, media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dari komunikator kepada khalayak, sedangkan pengertian media massa sendiri alat yang
digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-
alat komunikasi seperti surat kabar, film, radio dan televisi.
Media adalah bentuk jamak dari medium yang berarti tengah atau perantara. Massa berasal dari
bahasa Inggris yaitu mass yang berarti kelompok atau kumpulan. Dengan demikian, pengertian
media massa adalah perantara atau alat-alat yang digunakan oleh massa dalam
hubungannya satu sama lain (Soehadi, 1978:38).
Media Massa adalah sarana komunikasi massa dimana proses penyampaian pesan, gagasan, atau
informasi kepada orang banyak (publik) secara serentak.
Media Massa menerima informasi dan berita dari berbagai sumber. Disini berita akan masuk ke
Gate Keeper (redaksi) ,untuk menyeleksi pemberitaan yang layak untuk dimuat.
Karakteristik Isi Pesan Media Massa (koran, majalah, radio, tv dan film) antara lain :
Novalti : Sesuatu yang baru . “Sesuatu yang baru” merupakan unsur yang terpenting bagi
suatu pesan media massa
Jarak : Dekat atau jauh. Jarak terjadinya suatu peristiwa dengan tempat publikasinya
peristiwa mempunyai arti penting. Khalayak akan tertarik untuk mengetahui hal-hal yang
berhubungan langsung dengan kehidupan dan lingkungannya.
Popularitas : Peliputan tentang tokoh organisasi/ kelompok ,tempat dan waktu yang
penting dan terkenal akan menjadi berita besar dan menarik perhatian khalayak.
Pertentangan : Konflik. Hal-hal yang mengungkapkan pertentangan,baik dalam bentuk
kekerasan atau menyangkut perbedaan pendapat dan nilai biasanya disukai oleh
khalayak.
Komedi : Humor. Manusia pada dasarnya tertarik pada hal yang lucu dan menyenangkan.
Oleh karena itu,bentuk penyampaian pesan yang lucu disukai khalayak.
Seks dan keindahan : Salah satu sifat manusia adalah menyenangi unsur seks dan
kecantikan atau keindahan sehingga unsur tersebut bersifat universal,dan menarik minat
khalayak. Maka,media massa seringkali mengangkat kedua unsur tersebut kedalam
tulisannya.
Emosi : Hal-hal yang berkaitan menyentuh kebutuhan dasar (basic needs) seringkali
menimbulkan emosi dan simpati khalayak.
Nostalgia : Menunjukkan pada hal yang mengungkapkan pengalaman di masa lalu.
Human Interest : Setiap orang pada dasarnya ingin mengetahui segala peristiwa yang
menyangkut kehidupan orang lain. Hal ini sering diangkat media massa melalui tulisan
biografi,bibliografi,berita,feature dan acara deskriptif lainnya.
Dalam menyajikan realitas sosial, media memiliki bahasa tersendiri, bahasa yang terdiri atas
seperangkat tanda tidak pernah membawa makna tunggal di dalamnya. Berita dalam media
selalu memiliki ideologi dominan yang terbentuk melalui tanda tersebut, artinya jika kita gali
lebih dalam, teks media membawa kepentingan-kepentingan yang lebih luas dan kompleks. Oleh
karenanya, harus diakui bahwa apa yang dimuat media massa tidak terlepas dari berbagai
kepentingan atau kekuatan yang dibelakangnya. Media juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan
sekitarnya, termasuk kecenderungan opini yang berkembang dan ideologi yang berkembang di
masyarakat.
DeFleur dan Rokeach (1989: 265-269) menyatakan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan
untuk mengkonseptualisasikan sebuah peristiwa atau keadaan oleh seseorang merupakan usaha
untuk mengkonstruksi realitas, demikian halnya dengan upaya para pekerja media ketika
berusaha untuk menampilkan suatu realitas tertentu dalam medianya. Unsur utama dan penting
yang dipakai dalam konstruksi realitas adalah bahasa, baik bahasa verbal (kata-kata tertulis atau
lisan) maupun bahasa non verbal, seperti gambar, foto, gerak-gerik, grafik, angka dan tabel.
Bahasa bukanlah sesuatu yang netral, tetapi mengandung makna. Sebagai alat untuk
mempresentasikan realitas, melalui pilihan kata-kata dan cara penyajiannya, bahasa juga dapat
menciptakan realitas dan menentukan corak dari realitas yang ditampilkannya, sekaligus
menentukan makna yang muncul darinya. Bahasa dapat memberikan aksen tertentu terhadap
suatu peristiwa atau tindakan tertentu, dengan cara mempertajam, memperlembut, melecehkan,
membelokkan atau mengaburkan peristiwa atau tindakan tersebut. Walaupun kegiatan jurnalistik
menggunakan bahasa dalam memproduksi berita. Namun, bagi media bahasa bukan hanya
sekedar alat komunikasi untuk menggambarkan realitas, namun juga menentukan gambaran atau
citra tertentu yang hendak ditanamkan kepada publik (Sobur, 2001:89). Berger dan Luckman
(dalam Littlejohn, 1999) menyatakan bahwa ada serangkaian cara untuk memahami objek.
Bahasa yang kita gunakan adalah salah satu cara untuk memahami objek dan untuk memberikan
label terhadap suatu objek agar dapat dibedakan dengan objek lainnya.
Sebagai contoh, ketika Surat Kabar menyajikan berita tentang kondisi perempuan di Indonesia,
bahasa yang digunakan masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai kapitalisme dan nilai atau
aturan di masyarakat yang didominasi pandangan patriarkis. Media menentukan realitas
perempuan melalui berbagai cara, yaitu pemakaian kata-kata yang terpilih untuk tujuan tertentu,
melakukan pembingkaian (framing) berita, dan mempergunakan simbol-simbol agar
menimbulkan citra tertentu ketika diterima khalayak serta menentukan apakah isu tersebut
penting atau tidak penting.
Selain aspek penggunaan bahasa yang dianggap turut mempengaruhi adanya perbedaan dalam
penyajian suatu realitas, perbedaan dan kecenderungan tertentu setiap media dalam
memproduksi isi media dipengaruhi oleh beberapa faktor mulai dari sikap pribadi dan konsepsi
peran para pekerja media, rutinitas pekerjaan media, struktur dan budaya organisasi media,
hubungan antara media dengan institusi sosial lainnya serta kekuatan ideologi dan budaya yang
luas. Pamela Shoemaker dan Stephen D. Reese menyebut pengaruh-pengaruh hierarchy of
influence yang merupakan lapisan-lapisan yang melingkupi institusi media tersebut (Shoemaker
dan Resse, 1996).
Masyarakat memandang berita sebagai sebuah fakta di lapangan yang kemudian disajikan apa
adanya oleh media. Hal ini menyebabkan masayarakat merasa terkejut saat menyaksikan apa
yang ditayangkan di media ternyata tidak sama dengan apa yang mereka saksikan. Dengan kata
lain, apa yang ditampilkan media sudah melalui berbagai proses sehingga hasilnya tidak utuh
lagi seperti fakta. Memang, tidak semua fakta bisa ditampilkan utuh dalam berita, tapi paling
tidak campur tangan atau rekayasanya tidak terlalu menyimpang dari kondisi yang
sesungguhnya. Dengan demikian, masyarakat harus menyadari berbagai pengaruh yang dihadapi
media dalam menyampaikan sebuah berita.
Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese (1996), dalam Mediating The Message: Theories of
Influences on Mass Media Content, menyusun berbagai faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan dalam ruang pemberitaan. Mereka mengidentifikasikan ada lima faktor yang
mempengaruhi kebijakan redaksi dalam menentukan isi media (bandingkan dengan McQuail,
1987), sebagai berikut:
1. Faktor Individual
Faktor ini berhubungan dengan latar belakang profesional dari pengelola media. Level individual
melihat bagaimana pengaruh aspek-aspek personal dari pengelola media mempengaruhi
pemberitaan yang akan ditampilkan kepada khalayak. Latar belakang individu seperti jenis
kelamin, umur, atau agama, dan sedikit banyak mempengaruhi apa yang ditampilkan media.
Latar belakang pendidikan, atau kecenderungan orientasi pada partai politik sedikit banyak bisa
mempengaruhi profesionalisme dalam pemberitaan media.
Faktor individu-individu pekerja media juga turut mempengaruhi produksi isi media. Sejumlah
faktor individual seperti karakteristik dari pekerja, latar belakang personal dan profesional atau
pengalaman individual, juga nilai-nilai serta kepercayaan serta etika yang mereka anut juga turut
mempengaruhi isi media.
2. Rutinitas Media
Faktor rutinitas institusi media juga akan mempengaruhi isi media, bahkan Shoemaker dan
Reese mengatakan bahwa rutinitas mempunyai dampak yang besar terhadap isi media, karena
rutinitas adalah lingkungan sesungguhnya dari pekerja media dan tidak dapat dipisahkan dengan
pekerja media dalam melakukan pekerjaan mereka. Rutinitas diibaratkan dua sisi mata uang bagi
media, disatu sisi rutinitas meringankan pekerjaan media karena akan menjamin kelancaran roda
organisasi media dan efisiensi, tetapi disisi lain dia merupakan penghambat atau penghalang bagi
individu pekerja media dalam melaksanakan tugas karena adanya keterbatasan dalam pilihan
dan keleluasaan penulisan dan pemuatan berita. Rutinitas dalam media biasanya berkaitan
dengan kegiatan seleksi yang dilakukan oleh wartawan yang menjalankan fungsinya sebagai
gatekeeper (penjaga gawang). Tugas gatekeeper adalah memilih sedemikian banyak berita yang
masuk untuk dibuat pada halaman tertentu. Hal lain yang juga mempengaruhi adalah adanya
deadline dan rintangan waktu yang lain, keterbatasan space untuk menyajikan berita, struktur
piramida terbalik dalam penulisan berita dan kepercayaan reporter pada sumber-sumber resmi
dalam suatu berita.
Jenis media pun mempengaruhi rutinitas sebuah media yang pada akhirnya berpengaruh pada isi
dari media. Contoh yang paling menonjol adalah perbedaan antara media cetak dengan media
penyiaran seperti televisi. Para pencari berita media cetak lebih bebas dalam memberikan warna
pada pemberitaannya. Ini dikarenakan media cetak terbit sekali sehari dan tidak ada tuntutan
untuk memberitakan sebuah berita secara langsung. Sedangkan reporter televisi lebih terpaku
dalam memberitakan sebuah berita. Biasanya seorang reporter memberitakan langsung dari
tempat kejadian dan hanya bersifat melaporkan.
3. Organisasi
Level organisasi berhubungan dengan struktur organisasi yang secara hipotetik mempengaruhi
pemberitaan. Pengelola media dan wartawan bukan orang tunggal yang ada dalam organisasi
berita, ia sebaliknya hanya bagian kecil dari organisasi media itu . Masing-masing komponen
dalam organisasi media bisa jadi mempunyai kepentingan sendiri-sendiri. Di dalam organisasi
media, misalnya, selain bagian redaksi ada juga bagian pemasaran, bagian iklan, bagian sirkulasi,
bagian umum, dan seterusnya. Masing-masing bagian tersebut tidak selalu sejalan. Mereka
mempunyai tujuan dan target masing-masing, sekaligus strategi yang berbeda untuk
mewujudkan target tersebut. Bagian redaksi misalnya menginginkan agar berita tertentu yang
disajikan, tetapi bagian sirkulasi menginginkan agar berita lain yang ditonjolkan karena terbukti
dapat menaikkan penjualan. Setiap organisasi berita, selain mempunyai banyak elemen juga
mempunyai tujuan dan filosofi organisasi sendiri, berbagai elemen tersebut mempengaruhi
bagaimana seharusnya wartawan bersikap, dan bagaimana juga seharusnya peristiwa disajikan
dalam berita.
4. Ekstra Media
Level ini berhubungan dengan faktor lingkungan di luar media. Meskipun berada di luar
organisasi media, hal-hal di luar organisasi media ini sedikit banyak dalam banyak kasus
mempengaruhi pemberitaan media. Ada beberapa faktor yang termasuk dalam lingkungan di luar
media:
Sumber berita. Sumber berita di sini dipandang bukanlah sebagai pihak yang netral
yang memberikan informasi apa adanya, ia juga mempunyai kepentingan untuk
mempengaruhi media dengan berbagai alasan: memenangkan opini publik, atau memberi
citra tertentu kepada khalayak, dan seterusnya. Sebagai pihak yang mempunyai
kepentingan, sumber berita tentu memberlakukan politik pemberitaan. Ia akan
memberikan informasi yang sekiranya baik bagi dirinya, dan mengembargo informasi
yang tidak baik bagi dirinya. Kepentingan sumber berita ini sering kali tidak disadari oleh
media.
Sumber penghasilan media, berupa iklan, bisa juga berupa pelanggan/pembeli media.
Media harus survive, dan untuk bertahan hidup kadangkala media harus berkompromi
dengan sumber daya yang menghidupi mereka. Misalnya media tertentu tidak
memberitakan kasus tertentu yang berhubungan dengan pengiklan. Pihak pengiklan juga
mempunyai strategi untuk memaksakan versinya pada media. Ia tentu saja ingin
kepentingannya dipenuhi, itu dilakukan di antaranya dengan cara memaksa media
mengembargo berita yang buruk bagi mereka. Pelanggan dalam banyak hal juga ikut
mewarnai pemberitaan media. Tema tertentu yang menarik dan terbukti mendongkrak
penjualan, akan terus-menerus diliput oleh media. Media tidak akan menyia-nyiakan
momentum peristiwa yang disenangi oleh khalayak.
Pihak eksternal seperti pemerintah dan lingkungan bisnis. Pengaruh ini sangat
ditentukan oleh corak dari masing-masing lingkungan eksternal media (baca teori
normatif komunikasi massa, dan teori makro). Dalam negara yang otoriter misalnya,
pengaruh pemerintah menjadi faktor yang dominan dalam menentukan berita apa yang
disajikan. Keadaan ini tentu saja berbeda di negara yang demokratis dan menganut
liberalisme. Campur tangan negara praktis tidak ada, justru pengaruh yang besar terletak
pada lingkungan pasar dan bisnis.
5. Ideologi
Diartikan sebagai kerangka berpikir atau kerangka referensi tertentu yang dipakai oleh individu
untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya. Berbeda dengan elemen
sebelumnya yang tampak konkret, level ideologi ini abstrak. Ia berhubungan dengan konsepsi
atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas. Raymond William (dalam eriyanto, 2001)
mengklasifikasikan penggunaan ideologi tersebut dalam tiga ranah.
Sebuah sistem kepercayaan yang dimiliki oleh kelompok atau kelas tertentu. Definisi ini
terutama dipakai oleh kalangan psikologi yang melihat ideologi sebagai seperangkat
sikap yang dibentuk dan diorganisasikan dalam bentuk yang koheren. Sebagai misal,
seseorang mungkin mempunyai seperangkat sikap tertentu mengenai demontrasi buruh.
Ia percaya bahwa buruh yang berdemontrasi mengganggu kelangsungan produksi. Oleh
karenanya, demontrasi tidak boleh ada, karena hanya akan menyusahkan orang lain,
membuat keresahan, menggangu kemacetan lalulintas, dan membuat persahaan
mengalami kerugian besar. Jika bisa memprediksikan sikap seseorang semacam itu, kita
dapat mengatakan bahwa orang itu mempunyai ideologi kapitalis atau borjuis. Meskipun
ideologi disini terlihat sebagai sikap seseorang, tetapi ideologi di sini tidak dipahami
sebagai sesuatu yang ada dalam diri individu sendiri, melainkan diterima dari
masyarakat.
Sebuah sistem kepercayaan yang dibuat –ide palsu atau kesadaran palsu- yang biasa
dilawankan dengan pengetahuan ilmiah. Ideologi dalam pengertian ini adalah
seperangkat kategori yang dibuat dan kesadaran palsu dimana kelompok yang berkuasa
atau dominan menggunakannya untuk mendominasi kelompok lain. Karena kelompok
yang dominan mengontrol kelompok lain dengan menggunakan perangkat ideologi yang
disebarkan ke dalam masyarakat, akan membuat kelompok yang didominasi melihat
hubungan itu nampak natural, dan diterima sebagai kebenaran. Di sini, ideologi
disebarkan lewat berbagai instrumen dari pendidikan, politik sampai media massa.
Proses umum produksi makna dan ide. Ideologi disini adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan produksi makna.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Media Massa adalah sarana komunikasi massa dimana proses penyampaian pesan, gagasan, atau
informasi kepada orang banyak (publik) secara serentak. Media Massa menerima informasi dan
berita dari berbagai sumber. Disini berita akan masuk ke Gate Keeper (redaksi) ,untuk
menyeleksi pemberitaan yang layak untuk dimuat.
Faktor Individual
Faktor ini berhubungan dengan latar belakang profesional dari pengelola media.
Rutinitas Media
rutinitas adalah lingkungan sesungguhnya dari pekerja media dan tidak dapat dipisahkan dengan
pekerja media dalam melakukan pekerjaan mereka.
Organisasi
Level organisasi berhubungan dengan struktur organisasi yang secara hipotetik mempengaruhi
pemberitaan. Pengelola media dan wartawan bukan orang tunggal yang ada dalam organisasi
berita, ia sebaliknya hanya bagian kecil dari organisasi media itu.
Ektra Media
Sumber berita. Sumber berita di sini dipandang bukanlah sebagai pihak yang netral
yang memberikan informasi apa adanya, ia juga mempunyai kepentingan untuk
mempengaruhi media dengan berbagai alasan: memenangkan opini publik, atau memberi
citra tertentu kepada khalayak, dan seterusnya.
Sumber penghasilan media, berupa iklan, bisa juga berupa pelanggan/pembeli media.
Pihak eksternal seperti pemerintah dan lingkungan bisnis. Pengaruh ini sangat
ditentukan oleh corak dari masing-masing lingkungan eksternal media (baca teori
normatif komunikasi massa, dan teori makro).
Ideologi
diartikan sebagai kerangka berpikir atau kerangka referensi tertentu yang dipakai oleh individu
untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya.
Daftar Pustaka
Buku
Eriyanto, 2001, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKiS.
Shoemaker & Reese, 1996, Mediating the Message: Theories of Influences on Mass Media
Content, USA:Longman.
Internet
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/skom4314/materi3.htm
http://husnun.wordpress.com/2011/05/18/kuliah-media-dan-masyarakat-faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-isi-media/
http://libradee.blogspot.com/2011/12/pesan-media-massa-media-massa-menerima.html