KELOMPOK 2
NAMA ANGGOTA
Astu Widodo 201503049
Bimo Setiajie 201503058
Handini 201503071
Ibrahim Falahi 201503064
I Ketut Darmayasa 201503052
Rida Juanda 201503055
Wisnu Wahyu Hardjanto 201503041
Yosia Kurnia Nugroho 201503062
Definisi Fenomenologi
Fenomenologi adalah studi tentang Phenomenon. Kata ini berasal dari bahasa Yunani
Phainein berarti menunjukkan. Dari kata ini timbul kata Pheinomenon berarti yang muncul
dalam kesadaran manusia. Dalam fenomenologi, ditetapkan bahwa setiap gambaran pikir
dalam pikiran sadar manusia, menunjukkan pada suatu hal keadaan yang disebut intentional
(berdasarkan niat atau keinginan).Secara harfiah, fenomenologi atau fenomenalisme adalah
aliran atau faham yang menganggap bahwa fenomenalisme adalah sumber pengetahuan dan
kebenaran. Fenomenalisme juga adalah suatu metode pemikiran. Fenomenologi merupakan
sebuah aliran. Yang berpendapat bahwa, hasrat yang kuat untuk mengerti yang sebenarnya
dapat dicapai melalui pengamatan terhadap fenomena atau pertemuan kita dengan realita.
Karenanya, sesuatu yang terdapat dalam diri kita akan merangsang alat inderawi yang
kemudian diterima oleh akal (otak) dalam bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis
dengan jalan penalaran. Penalaran inilah yang dapat membuat manusia mampu berpikir
secara kritis.Fenomenologi merupakan kajian tentang bagaimana manusia sebagai subyek
memaknai obyek-obyek di sekitarnya. Ketika berbicara tentang makna dan pemaknaan yang
dilakukan, maka hermeneutik terlibat di dalamnya. Pada intinya, bahwa aliran fenomenologi
mempunyai pandangan bahwa pengetahuan yang kita ketahui sekarang ini merupakan
pengetahuan yang kita ketahui sebelumnya melalui hal-hal yang pernah kita lihat, rasa,
dengar oleh alat indera kita. Fenomenologi merupakan suatu pengetahuan tentang kesadaran
murni yang dialami manusia. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa
fenomenologi berarti ilmu tentang fenomenon-fenomenon apa saja yang nampak. Sebuah
pendekatan filsafat yang berpusat pada analisi terhadap gejala yang menampakkan diri pada
kesadaran kita.
Tokoh-tokoh Fenomenologi
Beberapa tokoh yang melahirkan aliran fenomenologi antara lain adalah:
a. Edmund Husserl (1859-1938)
Edmund Husserl merupakan tokoh aliran filsafat fenomenologi dan pencetus aliran ini
dari bangsa Jerman. Husserl memulai karirnya sebagai seorang ahli matematika,
kemudian pindah ke bidang filsafat. Ia beranggapan bahwa filsafat merupakan tugas
moral yang suci. Anggapan ini tumbuh ketika ia mencetuskan pendekatan filsafati
tentang phenomenologi. Menurut Husserl, fenomenologi merupakan dunia di mana
kita hidup. Kita dapat menganggap sepi objek apapun tetapi kita bisa menganggap
sepi kesadaran kita. Kajian tentang dunia yang kita hayati serta pengalaman kita yang
langsung tentang dunia tersebut merupakan pusat perhatian fenomenologi. Menurut
Husserl, fenomenologi memberikan pengetahuan yang perlu dan essensial tentang apa
yang ada. Benda dapat dilukiskan menurut kesadaran di mana ia ditemukan. Jadi
dalam hal ini fenomenologi dijelaskan sebagai kembali kepada benda, karena benda
adalah merupakan objek yang langsung dalam bentuknya yang murni. Menurut
Husserl, memahami fenomenologi sebagai suatu metode dan ajaran filsafat. Sebagai
metode, Husserl membentangkan langkah-langkah yang harus diambil agar sampai
pada fenomeno yang murni. Untuk melakukan itu, harus dimulai dengan subjek
(manusia) serta kesadarannya dan berusaha untuk kembali pada kesadaran murni.
Sedangkan sebagai filsafat, fenomenologi memberikan pengetahuan yang perlu dan
essensial tentang apa yang ada. Dengan kata lain, fenomenologi harus dikembalikan
kembali objek tersebut. Metode fenomenologi menurut Husserl, menekankan satu hal
penting yaitu, penundaan keputusan. Penundaan keputusan harus ditunda (epoche)
atau dikurung (bracketing) untuk memahami fenomena. Pengetahuan yang kita miliki
tentang fenomena itu harus kita tinggalkan atau lepaskan dulu, agar fenomena itu
dapat menampakkan dirinya sendiri.
Untuk memahami filsafat Husserl ada beberapa kata kunci yang perlu diketahui,
diantaranya adalah:
-
Kesadaran adalah sesuatu yang intensional (terbuka dan terarah pada subjek)
Substansi adalah kongkret yang menggambarkan isi dan stuktur kenyataan dan
sekaligus bisa terjangkau.
Usaha untuk mencapai segala sesuatu itu harus melalui reduksi atau
Namun, menurut para pengikut fenomenologi suatu fenomena tidak selalu harus dapat
diamati dengan indera. Sebab, fenomena dapat juga dilihat atau ditilik secara ruhani
tanpa melewati indera, fenomena tidak perlu suatu peristiwa.
b. Martin Heidegger (1889 1976)
Martin Heidegger merupakan salah seorang murid Husserl yang memutuskan untuk terus
mempelajari filsafat Husserl setelah dia membaca karya llusser. Yang berjudul logical
Investigations. Martin Heidegger lahir di Baden, Jerman. Ia memperoleh gelar Doktor di
bidang filsafat dari universitas Freiburg tempat ia belajar dan menjadi asisten Husserl.
Menurut Heidgger, benda yang konkrit harus ditingkatkan, sehingga manusia itu terbuka
terhadap keseluruhan wujud. Dengan menemukan watak dinamis, manusia dapat
diselamatkan dari kekacauan dan frustasi yang mengancamnya seseorang harus hidup
secara otentik sebagai suatu anggota dari kelompok yang hanya tergoda oleh benda-benda
serta urusan hidup sehari-hari. Manusia harus memuatkan perhatiannya kepada kebenaran
yang dapat dia ungkapkan dan hayati dalam kehidupan .
Fenomenologi Heidegger adalah suatu ontologi menyangkut kenyataan. Fenomenologi
Heidegger berusaha memaknai Ada sebagai sebuah fenomen yang utama dari kesadaran
manusia. Kedua, dengan memahami fenomenologi Heidegger kita diarahkan untuk
memahami karyanya yang cukup sulit dipahami, yaitu tentang Ada dan Waktu. Ketiga,
sebagai seorang filsuf eksistensialis dan fenomenolog, Heidegger mengajak manusia
untuk kritis dan jeli dalam memaknai pengalaman sehari-hari, khususnya berkaitan
dengan begitu banyak penampakan yang mirip dan yang kerap menipu penglihatan
manusia.
c. Maurice Merleau-Ponty (1908 1961)
Maurice Merleau-Ponty lahir di Perancis dan meninggal di negeri itu pada tahun
1961. Dasar cara berpikir Maurice adalah ambiguitas; kalau ia berbicara tentang
badan, dia berbicara pula tentang roh dan sebaliknya. Ia beranggapan bahwa badan
bukanlah hal yang diraba, dilihat atau dipegang. Hal ini adalah menurut anatomi dan
filosofi. Badan adalah suatu misteri yang dilihat dan melihat, meraba dan diraba
Pertama hanya meneliti atau mengulangi penelitian tentang apa yang telah
dikatakan orang tentang realita
Kedua hanya memperhatikan segi-segi luar dari pengalaman tanpa menyebutnyebut realitas sama sekali.
Fakta ilmiah, yaitu yang mulai melepas diri dari penerapan inderawi yang langsung
dan semakin abstrak.
Fakta fenomenologis, merupakan isi intuitif yang merupakan hakikat dari pengalaman
langsung.
e. Peter L. Berger
Menurut Peter L. Berger cara kerja Fenomenologi memaknai sebuah objek yang
berupa ide, nilai, budaya dan norma yang dilihat sebagai pusat organisasi yang
mensosialisasikan maknanya pada masing-masing anggotanya. Cara kerjanya dibagi
atas 3 bagian : Eksternalisasi, yaitu individu mempengaruhi masyarakat karena ia
bagian dari masyarakat itu sendiri. Objektifitas, yaitu proses dimana orang-orang
dapat menangkap dan memahami realitas, individu memaknakan kembali nilai dalam
kelompoknya. Internalisasi, yaitu masyarakat mempengaruhi individu di dalamnya.
Peresapan kembali realitas tersebut oleh manusia dan mentransformasikannya sekali
lagi dari struktur dunia objektif ke dalam struktur-struktur kesadarn subjektif. Fase
eksternalisasi dan objektifasi merupakan pembentukan masyarakat yang disebut
sebagai sosialisasi primer, yaitu saat dimana seseorang berusaha mendapatkan dan
membangun tempatnya dalam masyarakat.
totalitas dari pengelaman dia sendiri. Kelima, dunia intersubyektif dicirikan terjadinya
komunikasi dan tindakan sosial. Keenam, adanya perspektif waktu dalam masyarakat.
Dalam the life wolrd ini terjadi dialektika yang memperjelas konsep dunia budaya
dan kebudayaan. Selain itu pada konsep ini Schutz juga menekankan adanya stock
of knowledge yang memfokuskan pada pengetahuan yang kita miliki atau dimiliki
seseorang. stock of knowledge terdiri dari knowledge of skills dan useful knowledge.
stock of knowledge sebenarnya merujuk pada
intensity (intensitas), dan duration (waktu). Schutz juga sangat menaruh perhatian
pada dunia keseharian dan fokusnya hubungan antara dunia keseharian itu dengan
ilmu (science), khususnya ilmu sosial.
Menurut Sri Rejeki (2011) dalam bukunya Fenomenologi : Metode penelitian untuk
memahami pengalaman komunikasi , Ciri ciri penelitian fenomenologi yaitu :
1. Fokus pada sesuatu yang nampak, kembali kepada yang sebenarnya (esensi),
keluar dari rutinitas dan keluar dari apan yang diyakini sebagai kebenaran dan
kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari
2. Fenomenologi tertarik dengan keseluruhan, dengan mengamati entitas dari
berbagai sudut pandang dan perspektif, sampai didapat pandangan esensi dari
pengalaman atau fenomena yang diamati
3. Fenomenologi mencari makna dan hakikat dari penampakan dengan intuisi dan
refleksi dalam tindakan sadar melalui pengalaman. Makna ini yang pada akhirnya
membawa kepada ide, konsep, penilaian dan pemahaman yang hakiki.
4. Fenomenologi
mendeskripsikan
pengalaman,
bukan
menjelaskan
atau
6. Interaktsi dari subjek dan objek. Persepsi peneliti akan sebanding dengan apa yang
dilihatnya. Pengalaman akan suatu tindakan akan membuat objek menjadi subjek
dan subjek menjadi objek.
7. Investigasi yang dilakukan dalam kerangka intersubjektif, realitas adalah satu
bagian dari proses secara keseluruhan.
Data yang diperoleh dengan in-depth interview dapat dianalisis proses analisis data dengan
Interpretative Phenomenological Analysis sebagaiman ditulis oleh Smith (2009: 79-107).
Tahap-tahap Interpretative Phenomenological Analysis yang dilaksanakan sebagai berikut: 1)
Reading and re-reading; 2) Initial noting; 3) Developing Emergent themes; 4) Searching for
connections across emergent themes; 5) Moving the next cases; and 6) Looking for patterns
across cases. Masing-masing tahap analisis diuraikan sebagai berikut:
membuat sikap yang lebih familier terhadap transkrip data. Selain itu tahap ini juga memulai
mengidentifikasi secara spesifik cara-cara partisipan mengatakan tentang sesuatu, memahami
dan memikirkan mengenai isu-isu. Tahap 1 dan 2 ini melebur, dalam praktiknya dimulai
dengan membuat catatan pada transkrip. Peneliti memulai aktifitas dengan membaca,
kemudian membuat catatan eksploratori atau catatan umum yang dapat ditambahkan dengan
membaca berikutnya. Analisis ini hampir sama dengan analisis tekstual bebas. Di sini tidak
ada aturan apakah dikomentari atau tanpa persyaratan seperti membagi teks kedalam unit-unit
makna dan memberikan komentar-komentar pada masing-masing unit. Analisis ini dilakukan
dengan tujuan untuk menghasilkan seperangkat catatan dan komentar yang komprehensif dan
mendetail mengenai data. Beberapa bagian dari interviu mengandung data penelitian lebih
banyak dari pada yang lain dan akan lebih banyak makna dan komentar yang diberikan. Jadi
pada tahap ini peneliti mulai memberikan komentar dengan menduga pada apa yang ada pada
teks.
hubungan, proses, tempat, peristiwa, nilai dan prinsip-prinsip dan makna dari difusi kebijakan
gender bagi partisipan. Dari sini kemudian dikembangkan dan disamping itu peneliti akan
menemukan lebih banyak catatan interpretatif yang membantu untuk memahami bagaimana
dan mengapa partisipan tertarik dengan kebijakan gnder mainstreaming . Deskripsi yang
peneliti kembangkan melalui initial notes ini menjadi deskripsi inti dari komentar-komentar
yang jelas merupakan fokus dari fenomenologi dan sangat dekat dengan makna eksplisit
partisipant. Dalam hal ini termasuk melihat bahasa yang mereka gunakan, memikirkan
konteks dari ketertarikan mereka (dalam dunia kehidupan mereka), dan mengidentifukasi
konsep-konsep abstrak yang dapat membantu peneliti membuat kesadaran adanya pola-pola
makna dalam keterangan partisipan.
Komentar
deskriptif difokuskan pada penggambaran isi/content dari apa yang dikatakan oleh participant
dan subjek dari perkataan dalam transkrip. Komentar bahasa difokuskan pada catatan
eksploratori yang memperhatikan pada penggunaan bahasa yang spesifik oleh participant.
Peneliti fokus pada isi dan dan makna dari bahasa yang disampaikan. Komentar konseptual
ini lebih interpretative difokuskan pada level yang konseptual. Koding yang konseptual ini
menggunakan bentuk bentuk yang interogatif (mempertanyakan).
Dalam pelaksanaannya peneliti akan menggunakan catatan berikut untuk melakukan analisis
dalam tahap analisis ini, beberapa tema mungkin akan dibuang. Analisis ini tergantung pada
keseluruhan dari pertanyaan penelitian dan ruang lingkup penelitian.Mencari makna dari
sketsa tema-tema yang muncul dan saling bersesuaian dan menghasilkan struktur yang
memberikan pada peneliti hal-hal yang penting dari semua data dan aspek-aspek yang
menarik dan penting dari keterangan-keterangan partisipan. Hubungan-hubungan atau
koneksi-koneksi yang mungkin muncul dalam Interpretative Pheno-menology Analysis
selama proses analisis meliputi: Abstraction, Subsumtion, Polarization, Contextualization,
Numeration, dan Function.
5.Moving the next cases
Tahap analisis 1- 4 dilakukan pada setiap satu kasus/partisipan. Jika satu kasus selesai dan
dituliskan hasil analisisnya maka tahap selanjutnya berpindah pada kasus atau partisipan
berikutnya hingga selesai semua kasus. Langkah ini dilakukan pada semua transkrip
partisipan, dengan cara mengulang proses yang sama.
6. Looking for patterns across cases
Tahap akhir merupakan tahap keenam dalam analisis ini adalah mencari pola-pola yang
muncul antar kasus/partisipan. Apakah hubungan yang terjadi antar kasus, dan bagaimana
tema-tema yang ditemukan dalam kasus-kasus yang lain memandu peneliti melakukan
penggambaran dan pelabelan kembali pada tema-tema. Pada tahap ini dibuat master table
dari tema-tema untuk satu kasus atau kelompok kasus dalam sebuah institusi/ organisasi
ABSTRAK
Realitas Komunitas AyahASI : Ekspresi Trend Social Media dan gaya Hidup Masyarakat
Urban (Studi Fenomenologi Identitas diri AyahASI)
AyahASI adalah sebuah komunitas yang berupaya mengkampanyekan pentingnya ASI dan
perah ayah dalam proses menyusui. Di Indonesia supporting group ASI umumnya diinisiasi
oleh kaum perempuan, seperti sudah menjadi stereotipe bahwa menyusui dan pengurusan
anak adalah hanya menjadi urusan perempuan. Hal tersebut dikarenakan adanya system
patiarkir dan bias gender yang telah di tanamkan dalam pola asuh sejak kecil pada
Masalah penelitian
Konsep AyahASI bagi sebagian besar masyarakat Indonesia masih sangat awam karena
adanya stereotip bahwa menyusui adalah hanya menjadi urusan perempuan. Bagi sebagian
orang yang belum mendapatkan informasi mengenai komunitas ini masih menganggap
komunitas ini sebagai komunitas bapak - bapak yang aneh dan kurang kerjaan. Namun bagi
mereka yang telah mengetahui komunitas ini melalui berbagai kampanye media sosial,
mereka cenderung mengidolakan bahkan menganggap komunitas ini sebagai gambarah ayan
ideal khususnya bagi para perempuan. Seperti apa sesungguhnya realitas sosial dari
komunitas AyahASI berdasarkan pemaknaan subjektif
1. Mengetahui identitas diri AyahASI, motive serta konsep diri yang dirasakan,
dipahami dan dialami oleh komunitas AyahASI sehubungan dengan keterlibatan
mereka dalam interaksi dan komunikasi kelompok didalam komunitas AyahASI.
2. Mengetahui bagaiamana makna realitas sosial dari komunitas AyahASI dalam
pandangan subjektif AyahASI berdasarkan identitas diri mereka sebagai AyahASi
yang terbentuk melalui interaksi dan komunikasi kelompok didalam komunitas
AyahASI.
3. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan realitas AyahASI melalui pemaknaan
sadar para Ayah berdasarkan identitas diri mereka sebagai ayahASI didalam
komunitas AyahASI
Metode Penelitian :
Sejalan dengan paradigma konstruktivisme pendekatan kualitatif yang bersifat interpretif,
maka fenomenologi adalah cara membangun pemahaman tentang realitas. Dimana
pemahaman dibangun dari sudut pandang para aktor sosial yang mengalami perisitiwa dalam
kehidupannya. Dalam mencapai pemahaman ada aktifitas interpretasi atau pemaknaan.
Pemahaman yang dicapai dalam tataran personal merupakan konstuksi personal realitas.
Tugas peneliti kemudian adalah melakukan deskripsi struktural guna mendapatkan konstruksi
sosial relitas. Dalam konteks ini ada upaya intersubjektifitas yang didapatkan peneliti melalui
interaksi dengan aktor yang diteliti.
Daftar Pustaka
Syamsul Arifin, Fenomenologi Agama, Pasuruan: PT.GAROEDA BUANA INDAH, 1996
Ali Maksum, Pengantar filsafat; dari Masa klasik hingga Postmodern, (Yogyakarta: ARRUZZ MEDIA, 2011), 368
Ardianto, Elvinaro & Bambang Q.Anees. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
Ardianto, Elvinaro. 2010. Metodologi Penelitian untuk Publik Relation Kuantitatif dan
Kualitatif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Kuswarno, Engkus. 2009. Fenomenologi (fenomena pengemis kota bandung). Bandung:
Widya Padjadjaran.
Littlejohn, Stephen W & Karen A.Foss. 2009. Teori Komunikasi (Theories of Human
Communication). Jakarta: Salemba Humanika.
Burhan bungin. 2011. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan
Ilmu Sosial Lainnya.
Nina W Syam. 2012. Sosiologi sebagai Akar ilmu Komunikasi
Cresswell .
Engkus Kuswanto.2009. Metodologi penelitian komuikasi fenomenologi Konsepsi, Pedoman
dan Contoh penelitiannya.
Website
https://www.google.co.id/
https://id.wikipedia.org/wiki/
http://ichapastia.blogspot.co.id/2011/11/fenomenologi-sosial-dari-alfred-schutz.html
https://ambilgratis.com/2013/10/31/teori-fenomenologi-edmund-husserl/
http://kolomsosiologi.blogspot.co.id/2013/06/fenomenologi-jean-paul-sartre-edmund.html