"#$%&'($)*(!$#+,#&($*!
!
-&.*/*.*#!0/*1*2*0!.&#*$!.&0*#$(.&!4$)"'!)&1"("'!+*1*.!0*)&3,'$!
-',+"0!!"#$%&'$()*+(*'!&))&(,&-'.&1*1"$!()'*)&3$!.$-+%'!+-/&*$(,!2*#3!
.!"#*0*#!)0"-*'1$%!'+2.&-*$)$(,''
5()"+$!.&#*$!$01*#!1$#&!4$#+!*1".#$!.$#$!+'*.*!*+*!*-*!+*#!6$#)*!+$!
0*1*#3*#!.*/*($(7*!"#$%&'($)*(!$#+,#&($*8!
!
!
!
.*0*1*/!#,#!(&.$#*'!
!
!
!
3"()$!'*/*2"!1*'*(*)$!
99:;:9<;9=!
!
!
!
!
!
4*0"1)*(!$1."!(,($*1!+*#!$1."!-,1$)$0!
$1."!0,."#$0*($!
+&-,0!
+&(&.>&'!<:9?!
!
"#$%&'($)*(!$#+,#&($*!
!
-&.*/*.*#!0/*1*2*0!.&#*$!.&0*#$(.&!4$)"'!)&1"("'!+*1*.!0*)&3,'$!
-',+"0!!"#$%&'$()*+(*'!&))&(,&-'.&1*1"$!()'*)&3$!.$-+%'!+-/&*$(,!2*#3!
.!"#*0*#!)0"-*'1$%!'+2.&-*$)$(,''
5()"+$!.&#*$!$01*#!1$#&!4$#+!*1".#$!.$#$!+'*.*!*+*!*-*!+*#!6$#)*!+$!
0*1*#3*#!.*/*($(7*!"#$%&'($)*(!$#+,#&($*8!
!
!
!
.*0*1*/!#,#!(&.$#*'!
!"#$%&#'()*+#,#"()#-#.()#/%()0#1#/(%'/%&(2*23*14-*.(,*-#1()#1$#'#(5-2%(642%'"&#)"(
(
(
!
3"()$!'*/*2"!1*'*(*)$!
99:;:9<;9=!
!
!
!
!
4*0"1)*(!$1."!(,($*1!+*#!$1."!-,1$)$0!
$1."!0,."#$0*($!
+&-,0!
+&(&.>&'!<:9?!
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan
dengan benar.
NPM : 1106012615
Tanda Tangan:
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
INDONESIA)
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Yang menyatakan
( G u s t fLarasati)
menyatakan bahwa naskah ringkas ini telah diperiksa dan disetujui untuk (pilih salah satu dengan memberi
tanda silang):
o Data yang digunakan untuk penulisan berasal dari instansi tertentu yang bersifat
konfidensial.
o Akan ditunda publikasinya mengingat akan atau sedang dalam proses pengajuan HakPatenlHak
Cipta hingga tahun .
o Akan dipresentasikan sebagai makalah pada Seminar Nasional yaitu:
(Dr. M.HumJ
Pembimbing KaJYa IImiah
Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia
gusti.12j@gmail.com
Abstrak
Mobile Instant Messaging (MIM) merupakan layanan instant messaging yang dapat diakses melalui telepon
genggam. MIM di Indonesia mulai menggunakan viral marketing dalam memasarkan produknya. Iklan Line
Find Alumni Mini Drama AADC memperkenalkan format baru dalam menjalankan viral marketing yaitu
dengan short film advertising. Short film advertisng menfokuskan pada alur cerita dan kadang-kadang produk
tersebut bahkan tidak disebutkan. (Binia, 2012).
Makalah ini digunakan untuk mengetahui pemahaman terhadap mekanisme fitur telusur yang terdapat dalam
katagori produk Mobile Instant Mesaging melalui short film advertising LINE Find Alumni Mini Drama AADC
dalam Viral marketing. Metode yang digunakan adalah wawancara dengan dua informan. Dalam makalah ini
ditemukan bahwa Pemahaman yang didapat oleh khalayak dalam short film advertising tidak selalu sesuai
dengan pemahaman yang mereka bagikan dalam sosial media dalam menunjang kegiatan viral marketing.
Kata Kunci: Pemahaman, Mobile Instant Mesaging, Short film advertising, Viral marketing, Content Message
Abstract
Mobile Instant Messaging (MIM) is an instant messaging service that can be accessed through mobile phones.
MIM in Indonesia began to use viral marketing in marketing their products. Line Ads Find Alumni Mini Drama
This paper is used to determine the comprehension of the mechanism of search feature that contained in the
Mobile Instant Messaging product category through short film advertising LINE Find Alumni Mini Drama
AADC in viral marketing. The method used is an interview with two informants. This paper found that the
audience comprehension in a short advertising films do not necessarily correspond with the comprehension that
they share in social media supporting the activities of viral marketing.
Keywords: Comprehension, Mobile Instant Messaging, Short film advertising, Viral marketing, Content
Message
Iklan telah berubah selama beberapa tahun terakhir. Internet, sebagai media iklan,
menghadirkan kemungkinan mengintegrasikan viral marketing, antara lain dengan
menggunakan viral video film pendek, dalam kampanye iklannya. Saat ini, dengan semua
iklan yang ada, semua merek harus inovatif untuk stand out dan membedakan diri dari merek
lain untuk menciptakan brand awareness dan brand atittude. Short film advertising bisa
menjadi salah satu alat untuk mencapai tujuan tersebut . Dengan menjadi bagian dari
kampanye viral marketing. Penggunaan Viral marketing umumnya digunakan untuk
meningkatkan awareness dari konsumen secara masal dan cepat. Viral marketing, jauh lebih
efektif dibandingkan dengan word-of-mouth tradisional dimana penetrasi dan kecepatan
penyampaian pesan lebih cepat (Helm, 2000). Jenis komunikasi yang seperti ini dapat
menjangkau khalayak yang lebih luas secara bertahap dan dapat memaksimalkan
jangkauannya tidak hanya di wilayah mereka tetapi bahkan dalam skala nasional dan global
(Helm, 2000).
Short film advertising "bisa membuat gebrakan sesaat dalam promosi dan distribusi merek
dan produk perusahaan" (Dobele , Lindgreen , Beverland , Vanhemme & Wijk , 2007).
Selanjutnya bagaimanakan sebuah buzz terbentuk? Dalam iklan film pendek, cerita yang
dibuat mencakup visual dari merek atau perusahaan sampai batas tertentu. Berbeda dengan
iklan televisi, pemirsa dari film pendek dapat memutuskan pada kenyamanan mereka sendiri
kapan dan apa yang harus ditonton, Golan dan Zaidner (2008 ). Dalam hal ini berarti bahwa
film pendek harus dapat memunculkan sisi menarik dan menghibur, sehingga penonton akan
terus mengikuti iklan tersebut. Namun, ditonton bukan satu-satunya tujuan viral marketing.
Mobile Instant Messaging (MIM) merupakan layanan instant messaging yang dapat diakses
melalui telepon genggam. Di Indonesia terdapat 5 brand yang paling banyak popular dalam
katagori produk MIM, yaitu LINE, WhatsApp, WeChat, Kakaotalk, dan Blackberry
Messanger. Dikutip dari www.nielsen.com menurut Ac Nielsen 79% konsumen di Indonesia
menggunakan BBM untuk mengobrol, disusul dengan aplikasi WhatsApp (57%) dan LINE
(30%).
gambar 1.1. Grafik peningkatan pencarian di google dengan menggunakan keyword line
Gambar 1.2. Penggunaan keyword yang berhubungan dengan kata line pada google.com.
(http://www.google.com/trends/explore#q=line&cmpt=q)
Permasalahan
Dalam Katagori produk MIM pemasaran yang dilakukan cenderung menggunakan media
yang konvensional dimana pesan yang dikemas dalam iklan mudah dipahami. Dalam
penggunaan strategi viral marketing, pemahaman terhadap isi pesan dalam sebuah iklan akan
menjadi salah satu faktor penting dalam berjalannya kegiatan viral tersebut. Dalam short film
advertising LINE Find Alumni Mini Drama AADC yang berdurasi lebih dari satu menit dan
berbentuk mini drama, dapat menimbulkan kerancuan terhadap pesan yang diberikan ataupun
dapat membuat pesan seolah tenggelam dengan cerita yang ditawarkan. Apakah Anda
teringat dengan masa-masa SMA Anda? Ada sesuatu yang menarik menganai pengalaman
menemukan kembali teman-teman lama, orang-orang yang Anda belum melihat selama
bertahun-tahun. Pesan itulah yang ingin disampaikan oleh iklan LINE Find Alumni Mini
Drama AADC dimana LINE menawarkan fitur baru dalam menjalin relasi lama yaitu fitur
LINE Find Alumni. Penulis memiliki concern untuk membahas pemahaman khalayak pada
iklan short film advertising mengenai pemahaman mereka mengenai mekanisme fitur telusur
dalam iklan tersebut, Bagaimana pemahaman khalayak terhadap pesan yang terdapat dalam
Tujuan penelitian
Makalah ini digunakan untuk mengetahui pemahaman terhadap mekanisme fitur telusur yang
terdapat dalam katagori produk Mobile Instant Mesaging melalui short film advertising LINE
Find Alumni Mini Drama AADC dalam Viral marketing.
M anfaat Penelitian
Secara akademis makalah ini akan memberikan kontribusi dalam penulisan mengenai
penggunaan strategi viral marketing dalam pemasaran produk dalam katagori MIM, dan
memberikan pengetahuan tentang bagaimana pemahaman khalayak mengenai fitur telusur
dalam viral marketing yang berbentuk short film advertising
Secara praktis makalah ini dapat menjadi pertimbangan dalam menjalankan strategi viral
marketing dengan menggunakan viral video short film advertising bagi produk dalam
katagori MIM dalam memasarkan produknya melalui strategi pemasaran viral marketing.
Landasan teoritis digunakan untuk menjelaskan teori dan konsep yang digunakan untuk
menjelaskan kasus yang dibahas dalam makalah ini oleh penulis yaitu pemahaman khalayak
terhadap isi pesan yang terdapat dalam iklan LINE Find Alumni.
Dikutip dari www.webopedia.com mobile messaging adalah layanan pada telepon mobile
memungkinkan pengguna untuk menggunakan versi khusus dari instant messaging melalui
perangkat mobile mereka, daripada PC desktop.
Mobile messaging merupakan bagian integral dari layanan yang menawarkan nilai tambah
dalam industri mobile. Mobile messaging tidak hanya berarti mengirim pesan teks, namun
mobile messaging memiliki lingkup yang lebih luas seperti Instant Messaging (IM),
Multimedia Messaging Service (MMS), Mobile Messaging (MM), Short Messaging Service
(SMS), Unified Messaging (UM), Enhanced Messaging Service (EMS), E-mail, dll Short
Messaging Service (SMS) adalah protokol komunikasi nirkabel sangat populer. (Khurana,
Ashok; Chaudhary, Vikas, 2010).
Pemahaman
3HPDKDPDQ GDODP EDKDVD LQJJULV FRPSUHKHQVLRQ adalah kegiatan atau keadaan untuk
memahami atau mendapatkan pengertian, juga diartiakan sebagai kapasitas atau kemampuan
untuk mengerti secara mendalam atas suatu hal. Pemahaman juga dapat berarti
XQGHUVWDQGLQJ \DEJ EHUDUWL DGDODK LQWHUSUHWDVL GDQ NHPDPSXDQ PHQJHWDKXL VHVXDWX KDO
Dalam hal tersebut apa yang diketahui dan dipahami oleh satu orang berbeda dengan yang
lain. (Kathine, 2006)
Dalam makalah ini konteks yang akan dibahas adalah pemahaman khalayak pada mekanisme
fitur telusur yang terdapat dalam iklan LINE Find Alumni Mini Drama AADC, dimana
pemahaman merupakan entry point dalam mengidentifikasi faktor penting dalam viral
marketing.
Konsep pemahaman digunakan untuk memahami mekanisme fitur telusur yang terdapat
dalam iklan LINE Find Alumni Mini Drama AADC yang berbentuk short film advertising.
Short film advertising memiliki kekuatan pada ceritanya, film-film pendek menciptakan
pengalaman sinematik yang biasanya mencakup visual dari produk atau merek sampai batas
tertentu tetapi tidak seperti dalam iklan televisi dan iklan cetak. Fokus dalam film pendek
adalah pada alur cerita dan kadang-kadang produk tersebut bahkan tidak diberi nama. (Binia,
2012).
Short film advertising merupakan salah satu cara dalam memasarkan produk dimana dalam
makalah ini short film advertising berbentuk viral video yang diunggah di dalam situs
youtube, sehingga memudahkan terjadi kegiatan viral marketing
Viral marketing
Viral marketing mencakup sejumlah domain pemasaran. Kaikati dan Kaikati (2004),
misalnya, mengkategorikan viral marketing sebagai teknik pemasaran siluman. Sementara
pemasaran siluman adalah proposisi baru-baru ini dalam pemasaran, viral marketing
berkaitan dengan iklan (Phelps, et al., 2004, Porter & Golan, 2006) dan merek (Dobele, et al.,
2005, Moore, 2003) elemen pemasaran tradisional. Dari aliran pemasaran baru yang muncul,
viral marketing tegas diposisikan dalam domain e-marketing. Viral marketing membuat
informasi melewati antar individu tanpa keterlibatan sumber pesan asli, dan menyebarkannya
seperti virus. Welker (2002, p.7) mengatakan bahwa viral marketing tidak lebih dari
"penafsiran baru dari paradigma tua dari word of mouth", yang melalui penggunaan Internet
untuk menyebarkan pesan jelas merupakan konsep baru yang tidak akan mungkin tanpa
difusi luas teknologi informasi dan komunikasi.
Paradigma yang digunakan pada makalah ini adalah konstruktivis dengan model penelitian
kualitatif dan pendekatan studi kasus. Pendekatan studi kasus adalah studi yang
mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang
mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu
dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu.
Makalah ini bersifat eksploratif karena menggunakan beberapa teori dan literatur tentang
fenomena yang menarik, yaitu viral marketing LINE Find Alumni Mini Drama AADC.
Objek dalam penulisan makalah ini adalah pendekatan studi kasus sesuai dan telah
diterapkan, dikombinasikan dengan analisis data sekunder yang masih ada (Yin, 1984).
Pendekatan seperti membatasi analisis dan pembahasan penulis pada pemahaman khalayak
mengenai isi pesan yang terdapat dalam iklan LINE Find Alumni Mini Drama AADC serta
mengenyampingkan pembahasan tentang stategi pemasaran dan konten iklan.
Dalam makalah ini, penulis memilih mahasiswa sebagai khalayak. Mahasiswa dipilih karena
dianggap memiliki paparan yang tinggi terhadap iklan LINE Find Alumni Mini Drama
AADC yang ditayangkan secara viral melalui media internet, dan juga sebagai pengguna
LINE.
x Pemilihan informan
Pemilihan informan digunakan untuk mendapatkan data primer. Pemilihan informan
dilakukan dengan menggunakan beberarapa katagori berdasarkan:
Mahasiswa
Perempuan dan laki laki
Mempunyai akses yang tinggi terhadap internet
Aktif di Social Media
Pernah menonton Iklan Line Find Alumni Mini Drama AADC
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Wawancara merupakan alat
rechecking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang telah diperoleh
sebelumnya. Terdapat tiga jenis wawancara, yaitu: wawancara bebas, wawancara terpimpin,
dan wawancara bebas terpimpin (Sugiyono, 2008: 233). Dalam makalah ini penulis
menggunakan wawancara bebas dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi
juga mengingat akan data apa saja yang akan dikumpulan.
Teknik Analisis data yang digunakan adalah analisis tematik. Analisis tematik adalah cara
mengidentifikasi tema-tema yang terpola dalam suatu fenomena. Tema-tema ini dapat
diidentifikasi, dikodekan secara induktif (data driven) dari data kualitatif mentah (transkrip
wawancara, biografi, rekaman video, dan sebagainya) maupun secara deduktif (theory
driven) berdasarkan teori maupun hasil penelitian terdahulu (Boyatzis, 1998).
Analisis tematik adalah cara mengidentifikasi tema-tema yang terpola dalam suatu fenomena.
Tema-tema ini dapat diidentifikasi, dikodekan secara induktif (data driven) dari data
kualitatif mentah (transkrip wawancara, biografi, rekaman video, dan sebagainya) maupun
secara deduktif (theory driven) berdasarkan teori maupun hasil penelitian terdahulu
(Boyatzis, 1998).
Pemahaman khalayak mengenai pesan dalam iklan LINE Find Alumni Mini drama AADC
dilihat dari konten pesan dalam iklan tersebut. Terdapat empat poin dalam konten pesan
dalam penggunaan short film advertising dalam viral maketing yaitu, adanya unsur pesan
yang imaginatif, adanya unsur fun dan intrigue, adanya kemudahan dalam memahami pesan
dan adanya engage antara khalayak dengan brand. Dalam pembahasan akan dikaitkan dengan
jawaban yang telah didapatkan dari informan.
Informan dua adalah mahasiswa Universitas Indonesia, mengaskes internet lebih dari 2,5 jam
dalam sehari, aktif di sosial media twitter. Informan telah menonton iklan LINE Find Alumni
Mini drama AADC sebanyak tiga kali melalui situs youtube.
Informan sebagai internet savvy terlihat dari sumber mereka saat pertama kali mengetahui
iklan LINE Find Alumni Mini Drama AADC terlihat dari sosial media yang digunakan saat
pertama kali mereka mengetahui tentang iklan tersebut informan menggunakan social media
meskipun menggunakan channel yang berbeda, yaitu twitter dan ask.fm.
Secara konten, pemahaman dalam unsur imaginatif tidak ditemukan dalam informan dimana
kedua informan tidak merasa mereka menggunakan imaginasi mereka dalam mengikuti iklan
LINE Find Alumni Mini drama AADC tersebut, mereka cenderung mengikuti iklan tersebut
secara alur dan menunggu akhir dari cerita tersebut tanpa menggunakan imaginasi mereka
saat mereka menonton iklan tersebut. Mereka merasa pesan alur dari cerita terebut tidak perlu
untuk diimajinasikan lagi.
Menurut informan 1 :
Engga ada imaginasi apa-apa sih, ikut aja setiap menitnya jalan, engga pakai tebak-
tebakan ending-Q\DVHSHUWLDSD
Menurut informan 2:
Enggak, tungguin aja sampai kelarEDUXRRKJLWXXX
Secara pemahaman dalam unsure fun dan intrik, informan juga tidak merasa iklan tersebut
adalah iklan yang fun, mereka lebih merasakan bahwa iklan tersebut adalah iklan yang
Menurut informan 1:
Menurut informan 2:
JXHJUHJHWDQVDDWQRQWRQQ\DSHQDVDUDQDMD.
Secara easy of use, iklan ini dirasa mudah untuk dipahami oleh para informan, kedua
informan menjawab dengan
Menurut informan 1:
*DPSDQJ sih intinya Find Alumni lah, cuma gue merasa bahwa iklan ini agak ga
guna, soalnya lebih terlihat seperti product placement dibandingkan dengan iklan, porsi
AADCnya besar banget jadi pesannya overshadowed.
Menurut informan 2:
*ampang lah, orang cuma ngasih tau fitur dan kegunaan LINE doing.
Dari kuedua informan tersebut terlihat bahwa keduanya memahami pesan yang sama
mengenai short film LINE Find Alumni Mini Drama AADC yaitu mengenai mekanisme fitur
telusur. Kedua informan tersebut juga tidak merasa kesulitan dalam memahami pesan yang
ada meskipun short film ini memfokuskan pada alur cerita AADC.
Secara engage iklan ini belum mampu untuk menimbulakan engagement dari khalayak
kepada brand, dalam konsep yang digunakan engangement terjadi anatara penerima pesan
dan pengirim pesan dalam hal ini khalayak dan LINE sebagai pengirim pesan, dimana para
informan lebih merasa ter- engage kepada AADC dibandingkan dengan LINE. Mereka
membagikan informasi menganai iklan tersebut dengan menggunakan konten AADC bukan
menggunakan fitur telusur. Hal tersebut dapat dilihat lagi dari
Menurut informan 1:
Menurut informan 2:
Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa fokus dalam film pendek adalah pada alur
cerita dan kadang-kadang produk tersebut bahkan tidak diberi nama. (Binia, 2012) seperti
dalam short film LINE Find Alumni Mini Drama AADC yang memfokuskan pada kisah
AADC, meskipun short film tersebut memiliki banyak layer dan dalam pengemasan pesannya
namun informan tetap memahami tantang short film advertising tersebuthal ini diperkuat
dengan penyataan informan satu dimana ia merasa pesannya overshadowed namun ia tetap
memahami pesan tersebut. Informan tetap memahami mengenai pesan utama dari short film
terebut adalah pengenalan LINE Find Alumni, namun meskipun informan memahami
mekanisme fitur telusur dalam short film Line Find Alumni Mini Drama AADC hal tersebut
tetap dapat menimbulkan kerancuan dalam proses penyebaran pesan dalam mendukung
kegiatan viral marketing, seperti dalam hasil jawaban informan yang dapat disimpulkan
bahwa pemahaman yang didapatkan oleh informan dalam short film advertising
menimbulkan keinginan untuk berbagi atau menciptakan viral marketing, namun apa yang
dibagikan oleh informan tidak sesuai dengan apa yang dipahaminya. Informan memahami
iklan tersebut sebagai pengenalan dari mekanisme fitur telusur Find Alumni namun Informan
membagikan informasi mengenai alur cerita AADC.
x
' !"#$%$#$&'($&)'*+'!"#$%'&'($#)*
!"#$%$#$&'#"&)"&$+'!"1$-*2()+*
#3'%$-(!(./' +#$,%-(./0'
x Khalayak dapat memahami makanisme fitur telusur pada short film advertising LINE
Find Alumni AADC meskipun short film tersebut memfokuskan pada alur ceritanya.
x Viral marketing terjadi berdasarkan adanya pemahaman mengenai pesan dalam short
film.
x Pemahaman yang didapat oleh khalayak dalam short film advertising tidak selalu
sesuai dengan pemahaman yang mereka bagikan.
Buku:
Powell, H., Hardy, J., Hawkin, S.,& MacRury, I. (2009). The Advertising Handbook (Media
Practice). (3 ed). Routledge.
Artikel jurnal:
Grifoni, Patrizia D'Andrea, Alessia; Ferri, Fernando. (2013). An Integrated Framework for
On-line Viral Marketing Campaign Planning. International Business Research, 22-30.
Online jurnal:
Woerndl, M., Papagiannidis, S., Bourlakis, M.,& Li, F. (2008). Internet-induced Marketing
Techniques: Critical Factor in Viral Marketing Campaign.
Trusov, M., Bucklin, R.E., & Pauwels K. Effect of Word-of-Mouth Versus Traditional
Marketing: Finding from an Internet Social Networking Site. Journal of Marketing Vol.73.
Diakses pada 5 Desember 2014 melalui
http://bear.warrington.ufl.edu/weitz/mar7786/Articles/Trusov%20et%20al%202009%20socia
l%20network.pdf
Aghdaie, S., Fathollah, A,. Sanayei, A,. Etebari, M. (2012) Evaluation of the Consumers'
Trust Effect on Viral Marketing Acceptance Based on the Technology Acceptance Model.
International Journal of Marketing Studies, 79-94. Diakses pada 5 Desember melalui
http://search.proquest.com/docview/1321118685/A460AD8682644D58PQ/7?accountid=172
42
Tesis
Kohlepp, B. (2012) . Short Film Advertising. Does Traditional Advertising Theory Still
Apply?. Disertasi Doktoral Pasca Sarjana Aarhus University. Diakses pada 10 Desember
melalui http://pure.au.dk/portal/files/47800191/Master_Thesis_Short_Film_Advertising.pdf
Ayu, KDH., (2006). Pemahaman Khalayak Terhadap Hak, Kewajiban, dan Tanggung Jawab
Berperan Serta Dalam Penyiaran Televisi Nasional. Disertasi doktorel, Program Pasca
Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta