Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERSEPSI INTERPERSONAL

Dosen Pembimbing :
Erica Albertina

Disusun oleh :
Akhmad Faisal Ramadhani
Alif Azzamaltaf
Javierd Akbar
Ricchard Ngawi

FAKULTAS INDUSTRI KREATIF


DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
TELKOM UNIVERSITY
BAB I

PENDAHULUAN

Semenjak Manusia dilahirkan Komunikasi adalah ilmu dan anugrah Tuhan Yang Maha
Kuasa, kita mulai mengenal dan memahami sekeliling kita, beradaptasi, memaknai setiap hakekat.
Menuangkan gagasan dalam sebuah susunan komunikasi dan Bahasa. Komunikasi adalah sebuah
transaksi yang sangat purba. Dan masih kita pakai hingga sekarng.

Manusia adalah “zoon politicon” saling membutuhkan satu sama lainnya, yang sering kita
sebut sebagai makhluk sosial. Keberadaan kelompok atau individu lain adalah kepastian dan
keharusan, kita tidak bisa hidup sendiri didunia ini. Bahkan Tarzan pun tak bisa. Kita tak hanya
membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidup kita seperti makan dan pakaian, tetapi
kita juga memerlukan orang lain untuk saling berinteraksi dan berkomunikasi.

Komunikasi pun menurut beberapa ahli dibedakan menjadi beberapa kelompok salah satunya
yaitu komunikasi Interpersonal atau Komunikasi Antar pribadi yang melibatkan 2 atau 3 orang saja.
Memang hal itu pun masih sederhana bila untuk membahas komunikasi interpersonal, namun ketika
kita kaitkan antara Komunikasi Interpersonal dengan Persepsi Interpersonal maka kita akan melihat
bagaimana luas pembahasan 2 atau 3 orang saja.

Pada kesempatan ini Penyusun akan memaparkan persepsi interpersonal dan kaitannya
terhadap komunikasi. Faktor-faktor yang mempengaruhnya juga kendala dan manfaat membahasnya.

Dan semoga makalah ini memberikan masukan positif bagi pembacanya pada umumnya, dan
penyusun pada khususnya.

Penyusun

Bandung, 17 April 2019


BAB II

PEMBAHASAAN

Didalam komunikasi interpersonal sering kali kita menciptakan persepsi terhadap


person/individu yang kita aja berkomunikasi, menilai seseorang yang baru kita kenal, belum kita
kenal, atau bahkan yang telah kita kenal lama adalah suatu keniscayaan, terkadang persepsi itu tepat,
atau bahkan melenceng. Namun itu lah sifat dari manusia. Manusia yang satu dan manusia yang lain
selalu ingin saling mengenal. Maka persepsilah yang akan banyak membantu kita dalam
berkomunikasi interpersonal.

Dalam makalah ini kami akan membahas keterkaitan antara persepsi interpersonal dengan
komunikasi interpersonal. Juga faktor faktor yang mempengaruhinya.

Komunikasi adalah pertukaran lambang lambang yang transaksional dan harus diterjemahkan
kedalam sebuah makna. Baik lambang lambang verbal atau non-verbal. Pemaknaan itu pula yang
akan memberikan persepsi terhadap suatu personal.

Dalam kaitannya Komunikasi Interpersonal atau komunikas Antar Pribadi sangat berkaitan
dengan Persepsi Interpersonal. Antara kedua hal itu saling berhubungan dan tidak bisa kita pisahkan.
Ketika kita sedang melakukan Komunikasi interpersonal secara bersamaan pula kita melakukan
persepsi terhadap komunikan yang kita aja berkomunikasi.

II.I. Persepsi Interpersonal

Persepsi Interpersonal didefinisikan sebagai "memberikan makna terhadap stimuli inderawi


yang berasal dari seseorang(komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal" (Jalaludin
Rakhmat, 2005) kita pun bisa menyadari bahwa ternyata kita pun hidup dalam persepsi orang lain.
Dan orang lain pun hidup dalam persepsi kita.

Agar tidak mengkaburi antara antara persepsi interpersonal dengan persepsi objek. Jalaludin
Rahmat memberikan empat perbedaan antara persepsi interpersonal dengan persepsi objek :

"Pertama, pada persepsi objek, stimuli ditangkap oleh alat indera kita melalui benda-benda
fisik; gelombang, cahaya, gelombang suara, temperature, dan sebagainya; pada persepsi interpersonal,
stumuli mungkin sampai kepada kita melalui lambang-lambang verbal atau grafis yang disampaikan
fihak ketiga.
Kedua, bila kita menanggapi objek, kita hanya menanggapi sifat-sifat luar obyek itu; kita
tidak meneliti sifat-sifat batiniyah obyek itu. Pada persepsi interpersonal kita mencoba memahami apa
yang tampak pada alat indera kita.

Ketiga, ketika kita mempersepsi objek, objek tidak bereaksi kepada kita; kita pun tidak
memberikan reaksi emosional padanya. Dalam persepsi interpersonal, faktor-faktor personal anda,
dan karakteristik orang yang ditanggapi serta hubungan anda dengan orang tersebut, menyebabkan
persepsi interpersonal sampai cenderung untuk keliru.

Keempat, objek relatif tetap, sedangkan manusia berubah-ubah. Persepsi interpersonal yang
berobjekkan manusia kemudian menjadi mudah salah." (Jalaludin Rachmat, 2005:81-82).

II.II. Pengaruh Faktor-faktor Situasional pada Persepsi Interpersonal

Dalam mempersepsi seseorang kita dapat melihatnya dari faktor faktor Situasional. Yaitu
situasi yang bisa kita amati saat kita berjumpa dengan orang lain. Dimana kita cenderung secara
spontan telah memberi makna terhadap faktor faktor tersebut, yang antara lain adalah Deskripsi
Verbal, Petunjuk kinesik, Petunjuk Wajah, dan Petunjuk Artifaktual.

II.II.I. Deskripsi Verbal

Bahasa adalah anugrah Tuhan, bahasa telah menuntun kita untuk lebih tepat
mempersepsi. Karena Bahasa adalah kesepakatan. Bahasa memiliki arti dan makna, kita dapat
membaca makalah ini dan memahaminya karena kita telah mengerti, dan memahami makna
dari bahasa bahasa Tulisan ini. Kita tidak bisa mengartikan kata Aku lapar sebagai aku telah
makan. Itulah mengapa Deskripsi Verbal berada pada faktor situasional pertama dalam
mempersepsi orang lain.

Menurut eksperimen Solomon E. Asch, bahwa kata yang disebutkan pertama akan
mengarahkan penilaian selanjutnya. Pengaruh kata pertama ini kemudian terkenal sebagai
primacy effect. Menurut teori Asch, ada kata-kata tertentu yang mengarahkan seluruh
penilaian kita tentang orang lain. Jika kata tersebut berada ditengah rangkaian kata maka
disebut central organizing trait.(dalam Jalaludin Rakhmat,2005)

Contoh, Kata Sang dan Si yang dihubungkan dengan kata Raja, makna yang ter
stimulus pada kata Sang Raja akan berbeda dengan makna yang terstimulus pada kata Si Raja.
Sang akan kita maknai sebagai sesuatu Agung dan baik, sedangkan Si akan kita maknai
sebagai sesuatu yang kecil, bahkan terkadang buruk. Dari pemaknaan itu kita akan lebih
mudah memadupadankan kata kata berikutnya, Sang Raja yang adil, dan bijaksana. Lalu
bagaimana dengan Si, Si Raja yang korup, jahat, kejam dan bertangan besi.

Dari bahasa pun kita akan menciptakan pengaruh personal pada persepsi
Interpersonal. "Bahasa bukan hanya membagi pengalaman, Tetapi juga membentuk
pengalaman itu sendiri" (Lee Whorf dalam Hafied Cangara 2003:105) coba seberapa banyak
pengalaman kita yang terbentuk karena bahasa ?.

II.II.II. Petunjuk Prokesemik/Proxemiks

Proksemik adalah studi tentang penggunaan jarak daam menyamaikan pesan; istilah
ini dilahirkan oleh antroplog intercultural Edward T. Hall

"Postur dan jarak tubuh, menurut Hall, adalah reaksi yang tidak disengaja ketika ada
fluktuasi pada kerja panca indera, seperti perubahan yang tidak kasat mata pada suara dan
nada bicara seseorang. Jarak sosial antar manusia dapat dipercaya berhubungan dengan jarak
fisik, yang terdiri dari jarak intim dan jarak personal, kemudian dibagi lagi sebagai berikut:

Jarak intim ketika berpelukan, berpegangan atau berbisik

Bentuk dekat - kurang dari 15 cm

Bentuk jauh - 15 sampai 45 cm

Jarak personal ketika berinteraksi antar teman akrab

Bentuk dekat - 45 sampai 75 cm

Bentuk jauh - 75 sampai 120 cm

Jarak sosial ketika bertemu dengan kenalan

Bentuk dekat - 1.2 sampai 2.1 m

Bentuk jauh - 2.1 sampai 3.6 m

Jarak publik ketika berhubungan dengan masyarakat

Bentuk dekat - 3.6 sampai 7.5 m


Bentuk jauh - 7.5 m lebih" (dalam Wikipedia)

Ketika kita merasa "GR"(gede rasa) saat lawan jenis menggandeng/saling


bergandengan tangan dengan kita ketika menyebrang jalan yang ramai. Dan terbesit dalam
pikiran kita bahwa dia sangat perhatian dan sayang pada kita? Kejadian seperti ini adalah
contoh yang menggambarkan Faktor Situasional Proksemik yang mempengaruhi persepsi kita
terhadap orang lain. Mungkin hal yang berbeda akan kita rasakan bila lawan jenis kita justru
berada lebih dari 1 meter dari kita saat menyebrang jalan meski ia adalah pacar yang sangat
anda sayang.

II.II.III. Petunjuk Kinesik (Kinesic Cues)

Petunjuk kinesik adalah persepsi yang didasarkan kepada gerakan orang lain yang
ditunjukkan kepada kita. Beberapa penelitian membuktikan bahwa persepsi yang cermat
tentang sifat-sifat dari pengamatan petunjuk kinesik. Begitu pentingnya petunjuk kinesik,
sehingga apabila petunjuk-petunjuk lalin (seperti ucapan) bertentangan dengan petunjuk
kinesik, orang mempercayai yang terakhir. Mengapa? Karena petunjuk kinesik adalah yang
paling sukar untuk dikendalikan secara sadar oleh orang yang menjadi stimuli (selanjutnya
disebut persona stimuli-orang yang dipersepsi;lawan dari persona penanggap) (Jalaludin
Rahmat, 2005)

Hafied Cangara (2003:110) mengatakan Kinesik ialah kode non-verbal yang


ditunjukkan oleh gerakan-gerakan badan. Yang dibedakan menjadi lima macam :

 Emblems, ialah isyarat yang punya arti langsung pada simbol yang dibuat oleh gerakan
badan. Contoh, acung jempol berarti yang terbaik untuk orang Indonesia
 Illustrator, ialah isyarat yang dibuat dengan gerakan-gerakan badan untuk menjelaskan
sesuatu, misalnya membuka telapak tangan kebawah setinggi pinggul untuk menunjukkan
objek yang dimaksud pendek.
 Affect displays, ialah isarat yang terjadi karena adanya dorongan emosional sehinggat
berpengaruh pada ekspresi muka, misalnya tertawa, menangis, tersenyum dan sebagainya.
 Regulators, ialah gerakan-gerakan tubuh yang terjadi pada daerah kepala, menggaruk
garuk kepala tanda bingung, mengangguk tanda setuju, dan menggeleng tanda menolak.
 Adaptory, ialah gerakan badan yang dilakukan sebagai tanda kejengkelan. Misalanya
meggerutu, mengepalkan tinju, membunyikan sendi sendi tangan.
Selain gerakan badan yang dilakukan oleh kepala dan tangan, juga gerakan gerakan
kaki bisa memberi isyarat seperti halnya posisi duduk, berkacak pinggang dan sebagainya.

II.II.IV. Petunjuk Wajah

Dale G. Leather mengatakan "Wajah sudah lama menjadi sumber informasi dalam
komunikasi interpersonal. Inilah alat yang sangat penting dalam menyampaikan makna.
Dalam beberapa detik ungkapan wajah dapat menggerakkan kita ke puncak keputusan. Kita
menelaah wajah rekan dan sahabat kita untuk perubahan-perubahan halus dan nuansa makna
dan mereka,pada gilirannya, menelaah kita."( dalam Jalaludin Rahmat, 2005:87)

Bahkan di zaman teknologi telekomunikasi seperti sekarang ini, dimana komunikasi


interpersonal juga dapat dilakukan dari jarak jauh. kita telah memiliki dan mengenal beberapa
petunjuk wajah didalam teks-teks SMS atau chating seperti kode : ) yang menunjukkan
senyum, bahagia, senang :( yang menunjukkan kesedihan, coba perhatikan lagi kode
emosional seperti : D , : p, : o , ^_^ , 0_o , >_< dan masih banyak lagi kode kode lainnya yang
menggambarkan petunjuk wajah si komunikator. Benar kata Leather wajah sangat penting
dalam menyampaikan makna.

Mata yang merupakan subsistem dari sistem wajah pun memliki peran yang besar
dalam menimbulkan persepsi. "mata adalah alat komuniksi yang paling berarti dalam
memberi isyarat tanpa kata......bahkan ada yang menilai gerakan mata adalah pencerminan isi
hati seseorang ".(Hafield Cangara 2003:112)

Walaupun petunjuk fasial(wajah) dapat mengungkapkan emosi, tidak semua orang


mempersepsi emosi itu dengan cermat. Ada yang sangat sensitive pada wajah, ada yang tidak.
Ini tergantung pada kepekaan komunikan dalam menerima stimulus dari petunjuk wajah
komunikator.

II.II.V. Petunjuk Paralingustik

Menurut Jalaludi Rahmat (2005:87)Paralinguistik ialah cara orang mengucapkan


lambang-lambang verbal. Jadi, jika petunjuk verbal menunjukkan apa yang diucapkan,
petunjuk paralinguistik mencerminkan bagaimana mengucapkannya. Ini meliputi tinggi-
rendahnya suara, tempo bicara, gaya verbal (dialek), dan interaksi (perilaku ketika melakukan
komunikasi atau obrolan).

Misalnya ketika seseorang anak mengatakan pada Ayahnya Aku ingin pergi kerumah
teman malam ini dengan terbatah batah. Itu menunjukkan kegugupan, dan bisa saja ayahnya
justru berpersepsi anaknya telah berusaha membohonginya. Dan Suara keras Ayahnya
mengatakan Hey, kamu bohong ya ? itu menunjukkan kemarahan ayah.

Namun suatu kesalahan sering sekali terjadi bila komunikasi berlangsung dari etnik
berbeda atau yang berlatar belakang berbeda. Misalnya contoh Anak dan Ayah tadi.
Bagaimana bila ternyata mereka berasal dari etnik Batak dan anaknya memang gagap ?
Penafsiran pun akan berbeda bila kita yang berasal dari etnik lain dan tidak mengetahui apa
yang sebenarnya terjadi pada anak dan ayah tersebut.

II.II.VI Petunjuk Artifaktual

"Pakaian dan gaya tidak membentuk kepribadian seseorang namun ketika kepribadian
seseorang terbentuk kedua hal tersebut sangat menunjang penampilannya"(Henry Ward
Beecher dalam Henry Russell:2006) kata kata Beecher tersebut mungkin ada benarnya.
Terkadang orang akan mempersepsi kita dari cara berpakaian dan bergaya. Mungkin hal
seperti ini pula yang menimbulkan suatu manner tertentu dalam berbagai macam adat
kebudayaan.

"Petunjuk artifaktual meliputi segala macam penampilan (appearance) sejak potongan


tubuh, kosmetik yang dipakai, baju, pangkat, badge, dan atribut-atribut lainnya. Petunjuk
verbal juga mempunyai peran. Yang dimaksud dengan petunjuk verbal disini adalah isi
komunikasi persona stimuli, bukan cara. Misalnya, orang yang menggunakan pilihan kata-
kata yang tepat, mengorganisasikan pesan secara sistematis, mengungkapkan pikiran yang
dalam dan komprehensif, akan menimbulkan kesan bahwa orang itu cerdas dan terpelajar."
(Jalaludin Rahmat,2005:88)

Namun Kecenderungan kita beranggapan orang cantik akan memiliki sifat yang
periang atau yang berparas jelek memiliki sifat penyedih.itu dinamakan halo effect.

II.III. Pengaruh Faktor-faktor Personal pada Persepsi interpersonal


Kecermatan persepsi interpersonal bukan hanya berpengarah pada komunikasi interpersonal,
tetapi juga pada hubungan interpersonal. Kualitas komunikasi interpersonal kita akan lebih didukung
dengan kecermatan persepsi.

Pada bagian ini kita justru tidak membahas tentang proses persepsi itu sendiri malainkan
faktor-faktor personal yang mempengaruhi kecermatan persepsi. Faktor faktor personal seperti
Pengalaman, Motivasi dan Kepribadian.

II.III.I. Pengalaman

Pengalaman tidak selalu lewat proses belajar formal. Pengalaman kita bertambah juga
melalui rangkaian peristiwa yang pernah kita hadapi.(Jalaludin Rahmat,2005:89) Penglaman
sangat mempengaruhi kecermatan persepsi, terkadang pengalaman sangat membantu tapi
pengalaman pula kerap kali yang membuat kita terbelenggu dalam mempersepsi. Contoh
seorang ibu lebih berpengalaman mempersepsi anaknya ketimbang seorang bapak. Karena
seorang ibu lah yang lebih mengenal/pengalaman mendidik anaknya. Ketika anaknya
berbohong pun sang ibu akan segera tahu hanya dengan memperhatikan bahasa non-verbal
anak tersebut.

Ary Ginanjar Agustian(2001:62) mengatakan "Bebaskan diri Anda dari pengalaman


yang membelenggu pikiran, dan berpikirlah merdeka" . terkadang kita menjadikan
pengalaman sebagai post of percept. Misalnya, munculnya lagu "Tidak semua laki laki milik
Basofi yang seolah menceritakan seorang gadis yang berulang kali gagal dalam hubungan
cintanya. Lalu memberikan kesan kepada setiap laki laki itu jahat" pada sub selanjutnya kita
akan membahas tentang pembentukan kesan. Pengalamanhidup dan kejadian-kejadian yang
dialami seseorang berperan dalam menciptakan pemikiran atau pradigma dalam dirinya.
Seringkali pradigma itu dijadikan "kaca mata" dan tolak ukur bagi dirinya, juga dalam
menilai lingkungan disekitarnya. Hal tersebutakan membatasi cakrawala berpikir seseorang,
karena ia akan menilai segalanya berdasarkan "frame" berpikrinya sendiri, atau melihat
berdasarkan bayangan ciptaanya sendiri, bukan melihat sesuatu secara riil dan obyektif.(Ary
Ginanjar Agustian, 2001:61).
II.III.II Motivasi

Motivasi lebih menstimulus kita untuk melakukan respon, misalnya ketika kita lelah
kita akan lebih memilih untuk beristirahat.

Motivasi yang sering mempengaruhi persepsi interpersonal adalah kebutuhan untuk


mempercayai "dunia yang adil" artinya kita mempercayai dunia ini telah diatur secara adil
(Jalaludin Rahmat, 2005:90).

II.III.III. Kepribadian

Secara kasar definisi Kepribadian adalah susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang
menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap tiap individu
manusia(Koentjaraningra, 2009:83) kepribadian komunikator dan komunikan sangat
mempengaruhi persepsi yang ada.

Dalam psikoanalisis dikenal proyeksi, sebagai salah satu cara pertahanan ego.
Proyeksi adalah mengeksternalisasikan pengalaman subjektif secara tidak sadar. Orang
melempar perasaan bersalahnya pada orang lain. Maling teriak maling adalah contoh tipikal
dari proyeksi. Pada persepsi interpersonal, orang mengenakan pada orang lain sifat-sifat yang
ada pada dirinya, yang tidak disenanginya. Sudah jelas, orang yang banyak melakukan
proyeksi akan tidak cermat menanggapi persona stimuli, bahkan mengaburkan gambaran
sebenarnya. Sebaliknya, orang yang menerima dirinya apa adanya, orang yang tidak dibebani
perasaan bersalah, cenderung menafsirkan orang lain lebih cermat. Begitu pula orang yang
tenang, mudah bergaul dan ramah cenderung memberikan penilaian posoitif pada orang lain.
Ini disebut leniency effect (Basson dan Maslow dalam Jalaludin Rahmat, 2005:91).

II.IV. Proses Pembentukan Kesan

Kesan yang muncul akan membawa kita menentukan persepsi. Juga sebaliknya persepsi juga
akan membuat kita memberikan kesan terhadap orang lain.
Komunikasi yang nyaman muncul dari persepsi dan kesan yang positif. Bertemu dengan
orang yang sudah kita takuti, sudah kita segani cenderung akan membuat kita tidak nyaman saat
berkomunikasi.

Proses pembentukan kesan menurut jalaludin rahmat (2005) terdiri dari Stereotyping,
Imlplicit Personal Theory dan Atribusi.

II.IV.I. Stereotyping

Stereotipe adalah pendapat atau prasangka mengenai orang-orang dari kelompok


tertentu, dimana pendapat tersebut hanya didasarkan bahwa orang-orang tersebut termasuk
dalam kelompok tertentu tersebut. Stereotipe dapat berupa prasangka positif dan negatif,
Sebagian orang menganggap segala bentuk stereotipe negatif. Stereotipe jarang sekali akurat,
biasanya hanya memiliki sedikit dasar yang benar, atau bahkan sepenuhnya dikarang-karang
(wikipedia).

Stereotyping ini juga menjalaskan terjadinya primacy effect dan halo effect yang
sudah kita jelaskan dimuka. Primacy effect secara sederhana menunjukkan bahwa kesan
pertama amat menentukan; karena kesan itulah yang menentukan kategori. Begitu pula, halo
effect. Persona stimuli yang sudah kita senangi telah mempunyai kategori tertentu yang
positif, dan pada kategori itu sudah disimpan semua sifat yang baik(Jalaludin Rahmat ,
2005:92).

II.IV.II. Implicit Personality Theory

Memberikan kategori berarti membuat konsep. Konsep "makanan" mengelompokkan


donat, pisang, nasi, dan biscuit dalam kategori yang sama. Konsep "bersahabat" meliputi
konsep-konsep ramah, suka menolong, toleran, tidak mencemooh dan sebagainya. Disini kita
mempunya asumsi bahwa orang ramah pasti suka menolong, toleran, dan tidak akan
mencemooh kita. Setiap orang mempunyai konsepsi tersendiri tentang sifat-sifat apa yang
berkaitan dengan sifat-sifat apa. Konsepsi ini merupakan teori yang dipergunakan orang
ketika membuat kesan tentang orang lain. Teori ini tidak pernah dinyatakan, kerena itu
disebut implicit personality theory. Dalam kehidupan sehari-hari, kita semua psikolog, amatir,
lengkap dengan berbagi teori kepribadian. Suatu hari anda menemukan pembantu anda
sedang bersembahyang, anda menduga ia pasti jujur, saleh, bermoral tinggi. Teori anda belum
tentu benar, sebab ada pengunjung masjid atau gereja yang tidak saleh dan tidak bermoral.
(Jalaludin Rahmat ,2005 :93).

II.IV.III. Atribusi

Jalaludin Rahmat(2005:93-97) memaparkan lebih luas mengenai atribusi, Atribusi


adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada
perilakunya yang tampak (Baron dan Byrne).

Fritz Heider (1958) adalah yang pertama menelaah atribusi kausalitas. Menurut
Heider, bila kita mengamati perilaku sosial, pertama-tama kita menentukan dahulu apa yang
menyebabkannya; factor situasional atau personal; dalam teori atribusi lazim disebut
kausalitas eksternal dan kausalitas internal (Jones dan Nisbett, 1972).

Bagaimana kita mengetahui bahwa perilaku orang lain disebabkan factor internal, dan
bukan factor eksternal? Menurut Jones dan Nisbett, kita dapat memahami motif persona
stimuli dengan memperhatikan dua hal. Pertama, kita memfokuskan perhatian pada perilaku
yang hanya memungkinkan satu atau sedikit penyebab. Kedua, kita memusatkan perhatian
pada perilaku yang menyimpang dari pola perilaku yang biasa.

Menurut teori atribusi dari Harold Kelly (1972), kita menyimpulkan kausalitas
internal atau eksternal dengan memperhatikan tiga hal: konsensus, -apakah orang lain
bertindak sama seperti penanggap; konsistensi – apakah penanggap bertindak yang sama pada
situasi lain; dan kekhasan (distinctiveness) –apakah orang itu bertindak yang sama pada
situasi lain, atau hanya pada situasi ini saja. Menurut teori Kelly, bila ketiga hal itu sangat
tinggi, orang akan melakukan atribusi kausalitas eksternal.

Sekarang bagaimana kita dapat menyimpulkan bahwa persona stimuli jujur atau
munafik (atribusi kejujuran-attribution of honesty)? Menurut Robert A. Baron dan Donn
Byrne (1979:70-71), kita akan memperhatikan dua hal: (1) sejauh mana pernyataan orang itu
menyimpang dari pendapat yang popular dan diterima orang, (2) sejauh mana orang itu
memperoleh keuntungan dari kita dengan pernyataan itu.
II.V. Proses Pengolahan Kesan

Kecermatan persepsi interpersonal dimudahkan oleh petunjuk-petunjuk verbal dan non


verbal, dan dipersulit oleh factor-faktor personal penangkap. Kesulitan persepsi juga timbul karena
persona stimuli berusaha menampilkan petunjuk-petunjuk tertentu untuk menimbulkan kesan tertentu
pada diri penangkap. Erving Goffman menyebut proses ini pengelolaan kesan (Impression
management).

Peralatan lengkap yang kita gunakan untuk menampilkan diri ini disebut front. Front terdiri
dari panggung (setting), penampilan (appearance), dan gaya bertingkah laku (manner). Panggung
adalah rangkaian peralatan ruang dan benda yang kita gunakan. Penampilan berarti menggunakan
petunjuk artifaktual. Gaya bertingkah laku menunjukkan cara kita berjalan, duduk, berbicara,
memandang, dan sebagainya.

II.VI. Pengaruh Persepsi Interpersonal pada komunikasi Interpersonal

Perilaku kita dalam komunikasi interpersonal amat bergantung pada persepsi interpersonal.
Berdasarkan beberapa pengertian, dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses
komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih secara langsung (tatap muka) dan terjadi timbal
balik secara langsung pula baik secara verbal maupun non-verbal. Karena perspsi yang keliru,
seringkali terjadi kegagalan dalam komunikasi. Kegagalan komunikasi dapat diperbaiki bila orang
menyadari bahwa persepsinya mungkin salah. Komunikasi interpersonal kita akan menjadi lebih baik
bila kita mengetahui bahwa persepsi kita bersifat subjektif dan cenderung keliru. Kita jarang meneliti
kembali persepsi kita. Akibat lain dari persepsi kita yang tidak cermat ialah mendistorsi pesan yang
tidak sesuai dengan persepsi kita. Persepsi kita tentang orang lain cenderung stabil, sedangkan
persepsi stimuli adalah manusia yang selalu berubah. Adanya kesenjangan antara persepsi dengan
realitas sebenarnya mengakibatkan bukan saja perhatian selektif, tetapi juga penafsiran pesan yang
keliru.
BAB III

PEMBAHASAN POSTER

Anda mungkin juga menyukai