Anda di halaman 1dari 18

METODE PENELITIAN

MISKONSEPSI ANTARA HIPERBOLA


DENGAN KETIDAKSESUAIAN
DENGAN IKLAN

Disusun oleh :

Akhmad Faisal Ramadhani – 1601164287

AD-40-C

TELKOM UNIVERSITY
FAKULTAS INDUSTRI KREATIF
DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
2019
0
DAFTAR ISI

Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………………………………………….… 1

Abstrak …………………………………………………………………………………………………………………………………... 2

Kata Pengantar …………………………………………………………………………………………………………………….…. 3

Bab I Pendahuluan ……………………………………………………………………………………………………………….…. 4

1.1 Latar Belakang


………………………………………………………………………………………………………..…… 4
1.2 Permasalahan …………………………………………………………………………………………………..
……….… 4
1.2.1 Identifikasi Masalah …………………………………………………………………………………………………….. 4
1.2.2 Rumusan Masalah …………….………………………………………………………….……………………….….…. 5
1.3 Ruang Lingkup………………………..
…………………………………………………………………………….……... 5
1.4 Tujuan Penelitian………………………………………………………………………………………………….
………..5
1.5 Manfaat Penelitian…………………………………………………………………………………………….
………….5
1.6 Metode Penelitian & Metode Pengumpulan
Data…………………………………………………...……5
1.7 Kerangka
Penelitian……………………………………………………………………………………………………….6
1.8 Pembabakan…………………………………………………………………………………………………………
……….6

Bab II Dasar Pemikiran ……………………………………………………………………………………………………………. 7

2.1 Definisi Persuasi ..……………………………………………………….……………………………………..…..…… 7

2.2 Hiperbola ………….……………………….………….……………………………………………………………..…….. 7

2.3 Strategi Di Dalam Iklan Hiperbola ……………………………………………..………………………………….


7

2.4 Faktor Pendorong E-Business …………..………………………………………………………….……..………..


7

1
2.5 Empat Tahap awal E-Business …………………………………………………………..………………..………..
7

Bab III Uraian Data Hasil Survey & Analisis ……………………………….…………………………………….……9

Bab IV Penutup ……………………………………………………………………………………………….………………………15

Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………….…………………….………………… 16

ABSTRAK

Iklan berfungsi sebagai media promosi suatu produk ataupun jasa. Iklan sendiri haruslah
tampil menarik dan mampu membekas di dalam benak masyarakat yang melihat. Salah satu
bentuk iklan yang paling sering diminati adalah iklan dengan penggayaan hiperbola, baik dari
segi visual maupun majasnya, karena biasanya iklan-iklan hiperbola dibalut dengan unsur-unsur
komedi, akan tetapi tidak semua. Namun, masih ada beberapa msayarakat yang masih merasa
dibohongi ataupun ditipu ketika melihat sebuah iklan bergaya hiperbola, jadi masih ada beberapa
masyarakat yang merasa kebingungan dalam menentukan apakah iklan hiperbola merupakan
iklan palsu yang menipu masyarakat atau bukan.

Kata kunci : Iklan, hiperbola, visual, majas, palsu, bohong.

2
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
sebagai tugas akhir dari mata kuliah Metode Penelitian dengan judul “Miskonsepsi Antara Hiperbola
Dengan Ketidaksesuaian Fakta Di Dalam Iklan ”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen Metode
Penelitian kami yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

3
Bandung, 14 Mei 2019

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebuah iklan yang disajikan kepada khalayak ramai tentunya harus menarik dan unik agar
mampu mempersuasi masyarakat, maka dari itu, para pengiklan memutar otak untuk bagaimana
caranya agar mereka mampu menciptakan sebuah iklan yang unik dan mampu melekat di ingatan para
audiens. Adapun aspek-aspek penting yang mampu membuat sebuah iklan itu menjadi menarik
tidaknya adalah dari segi visual, cerita, majas, serta penggayaan iklan itu sendiri. Tentunya penentuan
aspek-aspek tersebut untuk diterapkan ke dalam suatu iklan tertentu telah melalui proses brainstorming.

1.2 Permasalahan
Seiring berjalannya waktu, tentunya iklan semakin berkembang dan semakin kreatif, baik itu
dari segi media-media iklan yang ada pada masa kini ataupun ide-ide dari iklan itu sendiri. Ada
banyak sekali iklan-iklan kreatif yang bermunculan pada saat ini, sebuah iklan dapat dikatakan kreatif
sendiri ada berbagai macam faktor, salah satunya adalah penggayaan visual serta majas yang
digunakan. Penggayaan visual serta majas yang hiperbola dengan dibalut unsur komedi biasanya
menjadi iklan yang mau ditonton oleh audiens. Akan tetapi ada juga iklan yang bergaya hiperbola
tanpa dibalut unsur komedi.
Dengan hadirnya iklan-iklan hiperbola ini, rupanya ada beberapa masyarakat yang merasa
dibohongi ataupun ditipu ketika menyaksikan sebuah iklan bergaya hiperbola, baik dari segi visual
maupun majas yang digunakan. Disini muncul sebuah kebingungan, apakah iklan-iklan hiperbola ini
mentah-mentah hanya diperuntukkan untuk membohongi audiens ? ataukah hanya bagian dari
pemikiran kreatif saja dan bersifat menghibur.

4
1.2.1 Identifikasi Masalah
Dari beberapa uraian yang penulis kemukakan pada bagian latar belakang dan bagian
permasalahan tersebut, penulis dapat merumuskan permasalahannya sebagai berikut :

1. Adanya keresahan masyarakat ketika menyaksikan sebuah iklan bergaya hiperbola yakni merasa
dibohongi oleh iklan bersangkutan.
2. Munculnya suatu kebingungan, apakah iklan hiperbola itu memang ingin menipu audiens atau
hanya semata-mata bersifat menghibur saja.

1.2.2 Rumusan Masalah


Untuk mengkaji dan mengulas tentang miskonsepsi iklan hiperbola, maka diperlukan sub-
pokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga penulis membuat rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa itu Persuasi ?
2. Apa itu hiperbola ?
3. Apakah ada suatu strategi yang terstruktur didalam iklan bergaya hiperbola ?
4. Apakah iklan hiperbola merupakan iklan yang bertujuan membohongi audiens ?

1.3 Ruang Lingkup


Pada penelitian kali ini, pembahasannya berfokus pada :
1. Pencarian kebenaran apakah iklan hiperbola adalah iklan yang memang diperuntukkan untuk
mentah-mentah membohongi masyarakat atau tidak.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dilakukan penelitian ini adalah mencari kebenran serta kejelasan miskonsepsi masyarakat
antara iklan hiperbola dengan iklan yang tidak sesuai secara fakta atau bisa dibilang menipu, agar
kedepannya tidak ada lagi miskonsepsi di dalam benak masyarakat.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaatnya adalah agar masyarakat tidak kebingungan dan tidak merasa dibohongi lagi
kedepannya oleh iklan-iklan bergaya hiperbola.

1.6 Metode Penelitian & Metode Pengumpulan Data


Menggunakan metode kualitatif & kuantitatif, yakni berupa melakukan wawancara kepada pakar
serta membagi-bagikan angket survey kepada masyarakat yang dirasa cocok untuk disuguhi
pertanyaan terkait permasalahan yang ada.

5
1.7 Kerangka Penelitian

TEORI

JAWABAN

MASALAH DATA MASALAH

ANALISA

1.8 Pembabakan
Bab pertama dari skripsi adalah pendahuluan yang memiliki gambaran umum dalam penyusunan
sesuai dengan judul. Penulis menyusun pembabakan dari ringkasan setiap isi dari bab per bab yang
dibagi dalam lima bab yaitu latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan.
Bab kedua merupakan tinjauan pustaka yang memuat landasan teori dan tinjauan penelitian
terdahulu yang melandasi penulisan makalah ini, yakni teori-teori strategi perikalanan.
Bab ketiga merupakan penguraian data yang telah dilakukan selama ini, dari berupa wawancara
hingga pengumpulan data melalui angket survey.
Bab keempat merupakan bagian penutup sekaligus penyampaian kesimpulan dari penulis
terhadap masalah yang sedang diteliti.

6
BAB II

DASAR PEMIKIRAN

2.1 Definisi Persuasi

Persuasi adalah niat sadar dari satu pihak untuk mempengaruhi atau memotivasi pihak
lain agar percaya atau mau melakukan sesuatu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
suatu persuasi antara lain adalah motivasi, pengaruh, keterlibatan, kepercayaan dan
kredibilitas, preferensi dan niat, keyakinan, dan loyalitas.

2.2 Hiperbola

Hiperbola sendiri merupakan suatu tindakan yang berlebihan, hiperbola lebih dikenal
oleh masyarakat umum sebagai majas atau gaya Bahasa.

2.3 Strategi Di Dalam Iklan Bergaya Hiperbola


Didalam iklan bergaya hiperbola sendiri, ada suatu sebutan yang bernama Puffery.
Puffery didefinisikan sebagai “iklan atau representasi sales lainnya, yang memuji-muji barang
yang akan dijual dengan opini subjektif dan berlebihan, samar, dan umumnya tidak
menyatakan fakta spesifik. Karena puffery itu legal, maka persoalan puffery di dalam dunia
periklanan menjadi persoalan etika.

2.4 Apakah Iklan Hiperbola Merupakan Iklan Yang Bertujuan Membohongi


Audiens

7
Faktanya tidak, karena iklan bergaya hiperbola sendiri hanyalah ide kreatif saja dan klaim
samar yang dimana mereka tidak ada melakukan pemalsuan data sama sekali. Jadi iklan
bergaya hiperbola tidak bisa di katakan sebagai iklan palsu yang semata-mata hanya unutk
membohongi audiens saja.

2.5 Teori- Teori


Max Sutherland dan Alice K. Sylvester (2000: 135) dalam bukunya yang berjudul
Advertising And The Mind Of The Consumer mengatakan bahwa setiap pemasang iklan
ingin agar iklannya meraih keberhasilan. Oleh karena itu, mereka melakukan segala macam
cara untuk meraih keberhasilan itu – termasuk berbagai trik tipuan guna mengarahkan
audiens.

Pengiklan mencoba untuk mempersuasi masyarakat untuk membeli suatu produk atau
layanan tertentu melalui berbagai cara atau metode. Perusahaan memberikan pesan menarik
tentang produk mereka, membandingkan produknya dengan produk lain yang sejenis,
menyebutkan fakta tentang produknya, atau membuat klaim yang tidak jelas tentang
produknya yang dimana tidak bisa dibuktikan atau tidak bisa disangkal (Myers, Cynthia.
2009, What Is Puffery In Advertising ? https://smallbusiness.chron.com/puffery-advertising-
24357.html, diakses tanggal 6 Februari 2019).

Hiperbola adalah aspek periklanan di setiap media, dari iklan cetak dan radio hingga
iklan TV dan situs web promosi (Hanks, Geralds. 2013, Examples Of Hyperbole In
Advertising, https://smallbusiness.chron.com/examples-hyperbole-advertising-66083.html,
diakses tanggal 6 Februari 2019).

Pengiklan menggunakan penggayaan hiperbola untuk mendapatkan perhatian masyarakat


dan membuat pesan mereka menjadi teringat di benak mereka (Myers, Cynthia. 2009, What
Is Puffery In Advertising ?, https://smallbusiness.chron.com/puffery-advertising-24357.html,
diakses tanggal 6 Februari 2019).

Iklan palsu terdiri dari pernyataan faktual yang menipu dan secara faktual salah. (Waters,
Erika. 2013, Difference Between False Advertising And Puffery,
https://smallbusiness.chron.com/difference-between-false-advertising-puffery-66945.html,
diakses tanggal 6 Februari 2019).

Sandra Moriarty (2017: 87) di dalam bukunya menyatakan bahwa klaim advertising
dianggap tidak etis jika isinya palsu, menyesatkan, atau menipu. Agar dapat menarik
perhatian audiens, pemasar terkadang membesar-besarkan produk. Advertising palsu
merupakan salah satu jenis yang menyesatkan, adalah pesan yang isinya bohong.

8
BAB III

URAIAN DATA HASIL SURVEY & ANALISIS

Adapun iklan yang dibahas pada makalah penelitian kali ini adalah iklan dari perusahaan BMW
yang dimana di dalam iklan tersebut mereka mempromosikan salah satu produk sepeda motor mereka
yaitu BMW S1000RR.

3.1 Aspek Visual

No Visual Denotasi Konotasi

9
Sebuah teks Trik yang akan
bertuliskan The oldest didemonstrasikan
trick in the world BMW adalah salah
1 muncul. satu trik paling tua di
dunia.

Seorang pria menarik Kecepatan tangan


kain diatas meja tanpa serta kestabilan tangan
menjatuhkan barang- sangat diperhitungkan
2 barang diatasnya. agar trik ini bisa
berhasil.

Sebuah teks BMW akan


bertuliskan Now in mempraktekkan trik
XXXL muncul. ini kedalam skala yang
3 lebih besar.

Terlihat sebuah meja BMW akan


yang Panjang serta mempraktekkan trik
besar penuh dengan ini menggunakan meja
4 barang-barang besar tersebut.
diatasnya.

10
Sebuah motor BMW BMW akan
S1000RR terlihat menggunakan motor
mendekati meja besar buatan mereka untuk
5 tadi melakukan trik ini.

Sebuah tali yang Motor BMW tadi akan


terhubung dengan menarik kain yang ada
kain diatas meja tadi diatas meja dengan
6 diikatkan kepada harapan tanpa
motor BMW tadi. menjatuhkan barang-
barang diatasnya.

Terlihat RPM meter RPM meter yang naik


yang naik turun turun tadi sedikit
karena katup gas yang menunjukkan
7 dibuka tutup oleh si bagaimana kekuatan
pengendara motor akselerasi yang
tadi. tersimpan didalam
mesin BMW S1000 RR.

Motor BMW tadi Akselerasi yang


akhirnya melesat ditunjukkan dari
dengan kencang dan kemampuan motor
8 menarik kain diatas BMW S1000RR
meja tadi. sangatlah kencang.

Terlihat barang- Barang-barang yang


barang yang ada tidak berjatuhan
diatas meja tadi tidak satupun menunjukkan
ada satupun yang bagaimana
9
jatuh. kencangnya akselerasi
motor BMW S1000RR
serta kestabilan motor
walau melesat
kencang sekalipun .

11
3.2 Koresponden Kuisioner

Pria : 23

Rentang Umur : 20 – 22 tahun

Wanita : 7

Rentang Umur : 19 – 21 tahun

Mengetahui BMW :

Pria : 23

Wanita : 7

Apa saja yang diproduksi BMW :

Pria : 3 orang koresponden pria hanya sebatas mengetahui BMW memproduksi mobil saja

20 orang koresponden pria mengetahui bahwa BMW memproduksi mobil dan juga motor

Wanita : 7 koresponden wanita hanya sebatas mengetahui BMW memproduksi mobil saja

Pernah melihat bentuk promosi dari BMW baik itu yang konvensional maupun yang digital :

Pria : 4 orang koresponden pria tidak pernah melihat bentuk promosi dari BMW

19 orang koresponden pria pernah melihat bentuk promosi dari BMW

Wanita : 3 orang koresponden wanita tidak pernah melihat bentuk promosi dari BMW

4 orang koresponden wanita pernah melihat bentuk promosi dari BMW

12
Jenis iklan dari BMW yang pernah dilihat sebelumnya :

Pria : 3 orang koresponden pria hanya pernah melihat iklan konvensional dari BMW

8 orang koresponden pria hanya pernah melihat iklan digital dari BMW

8 orang koresponden pria pernah melihat iklan BMW baik itu konvensional maupun digital

Wanita : 2 orang koresponden wanita hanya pernah melihat iklan digital dari BMW

2 orang koresponden wanita pernah melihat iklan BMW baik itu konvensional maupun digital

Pernah menyaksikan tayangan iklan dari produk BMW S1000RR :

Pria : 7 korespon pria pernah melihat iklan dari produk BMW S1000RR

17 koresponden pria tidak pernah melihat iklan dari produk BMW S1000RR

Wanita : Koresponden wanita tidak ada yang pernah melihat iklan dari produk BMW S1000RR

3.3 Laporan Hasil Wawancara

A. Topik Wawancara

“Miskonsepsi Antara Iklan Hiperbola Dengan Iklan Yang Tidak Sesuai”

B. Waktu dan Tempat Wawancara

Hari / Tanggal : Selasa, 26 FEB 2019

Pukul : 14.30 WIB s/d selesai.

Tempat : Parkiran Fakultas Industri Kreatif Telkom University

13
C. Laporan Hasil Wawancara

Narasumber : Chris Chalik

Pekerjaan : Dosen Advertising

Pewawancara : Akhmad Faisal Ramadhani

Hasil Wawancara

P : Setelah bapak melihat tayangan iklan BMW tadi, kira-kira pesan apa yang sebenernya ingin
disampaikan oleh mereka ?

N : Sebuah iklan haruslah menyampaikan product benefit mereka, maka didalam iklan BMW ini sendiri
pesan yang ingin mereka sampaikan adalah bagaimana kecepatan akselerasi serta stabilitas dari motor
BMW ini sendiri sehingga berhasil mengeksekusi trik tadi. Namun disisi lain, ada sisi emotional benefit
juga yang disampaikan oleh BMW sendiri, seperti yang kita tahu sendiri produk BMW sangat
digandrungi oleh anak muda, maka kecepatan akselerasi yang cepat mampu mewakilkan produk BMW
yang berkarakter dinamis, muda, dan sporty, maka disini merupakan pendekatan emosial mereka untuk
para kawula muda.

P : Menurut bapak, apakah iklan yang berkarakter hiperbola merupakan sebuah iklan yang menyesatkan ?

N : Relatif, menyesatkan atau tidaknya sebuah iklan hiperbola itu kembali lagi ke target audience iklan itu
sendiri, jadi tergantung target pasarnya sendiri bagaimana mereka mempersepsikannya.

P : Menurut bapak, iklan seperti apakah yang bisa dikatakan sebagai suatu iklan yang menyesatkan ?

N : Kita berada di area abu-abu, jadi menyesatkan atau tidaknya suatu iklan itu kembali lagi ke persepsi
kita dan daya nalar publik yang melihat iklan tersebut. Contohnya orang yang sudah terbiasa makan ke
MCD, begitu mereka melihat ukuran asli makanannya berbeda dengan apa yang diiklankan, mereka tidak
akan terkejut, karena sudah terbiasa dengan iklan-iklan yang seperti itu. Lebih tepatnya bukan
menyesatkan, tapi lebih memperkuat penetrasi pesan agar konsumen mau membeli atau menggunakan
suatu produk tertentu.

P : Menurut bapak, apakah iklan yang disajikan oleh BMW tadi menyajikan informasi yang
menyesatkan ?

14
N : Relatif, kembali lagi ke audiensnya siapa. Ada kasus dimana produknya merupakan suatu produk
yang sama, tetapi di tiap negara iklannya berbeda. Hal ini terjadi karena para pengiklan sadar bahwa daya
nalar konsumen di tiap tempat berbeda-beda, maka dari itu mereka harus melakukan riset terlebih dahulu
apakah iklan yang ingin mereka sajikan itu efektif di suatu tempat tertentu. Jadi apabila suatu iklan dari
negara tertentu dibawa ke negara lain, maka bisa jadi iklan tersebut dianggap menyajikan informasi yang
menyesatkan, hal ini sendiri terjadi karena si penerima iklan tersebut sudah bukan target audience mereka
lagi. Jadi semua kembali lagi ke target audiencenya, apabila mereka merasa disesatkan, bisa jadi mereka
bukan target audience dari iklan itu.

P : Menurut bapak, apakah iklan yang menggunakan penggayaan hiperbola itu sah-sah saja ?

N : Sah-sah saja, karena itu selain dipelajari di akademik memang juga terbukti efektif. Bukan hanya di
dunia periklanan, bahkan di cerita-cerita rakyat dan juga dongeng-dongeng juga menggunakan metode
hiperbola, bahkan karya-karya seni juga menggunakan metode ini. Penggunaan metode ini sendiri juga
bertujuan untuk menarik minat orang, minimal atensinya terbangun dulu, untuk urusan seseorang mau
membeli produk tersebut itu urusan belakangan.

P : Apakah sebuah iklan pada dasarnya memang harus mengakali target audiensnya ?

N : Mungkin lebih tepatnya bukan mengakali, akan tetapi menggunakan effort yang lebih, jadi para
pengiklan memang harus benar-benar mengenali karakter dari target audiens mereka, untuk mengenali
karakter target audiens mereka ini sendiri dibutuhkan riset-riset mendalam. Jadi apabila mereka sudah
mengetahui mengetahui bagaimana karakter target audiens mereka, maka para pengiklan tinggal memilih
untuk menyajikan iklan yang seperti apa yang cocok kepada para target audiensnya.

15
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulannya adalah, sebuah iklan hiperbola belum tentu bisa dibilang sebagai iklan
yang menyesatkan ataupun iklan yang berbohong, karena iklan hiperbola sendiri menganut
konsep puffery yang dimana puffery merupakan suatu tindakan melebih-lebihkan akan tetapi tidak
ada melakukan pemalsuan data sama sekali, jadi yang dilakukan puffery hanyalah klaim-klaim
samar saja, dan juga penilaian iklan hiperbola dianggap merupakan iklan yang berbohong adalah
kembali ke persepsi si audiens itu sendiri lagi. Jadi, apabila suatu iklan salah dalam penempatan
target audiens, maka bisa jadi iklan yang bersangkutan dianggap menyesatkan di dalam lingkaran
masyarakat yang bukan target audiens iklan itu dan menyaksikan iklannya. Dan bisa dilihat dari
iklan BMW tadi ternyata masih banyak masyarakat Indonesia yang belum pernah melihat iklan
tersebut, berarti bisa diambil kesimpulan bahwasanya target audiensnya bukanlah orang
Indonesia, bisa jadi di negara lain.

4.2 Saran

Mungkin saran dari penulis adalah kepada para pengiklan, apabila ingin menggunakan
puffery di dalam sebuah iklan, haruslah diperhitungkan terlebih dahulu target audiens yang
bersangkutan, apakah sudah cocok apa belum. Karena pada dasarnya, di Indonesia sendiri masih
banyak sekali masyarakat-masyarakat yang merasa dibohongi oleh iklan-iklan hiperbola, yang
dimana bisa kita ambil kesimpulan bahwasanya belum semua masyarakat Indonesia sudah bisa
mencerna iklan-iklan puffery.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Moriarty, Sandra. 2017. ADVERTISING. Jakarta : Prenada Media

2. Sutherland, Max. 2000. Advertising And The Mind Of The Consumer. Jakarta : PPM

3. Myers, Cynthia. 2009, What Is Puffery In Advertising ? https://smallbusiness.chron.com/puffery-


advertising-24357.html, diakses tanggal 6 Februari 2019

4. Hanks, Geralds. 2013, Examples Of Hyperbole In Advertising,


https://smallbusiness.chron.com/examples-hyperbole-advertising-66083.html, diakses tanggal 6 Februari
2019

5. Myers, Cynthia. 2009, What Is Puffery In Advertising ?, https://smallbusiness.chron.com/puffery-


advertising-24357.html, diakses tanggal 6 Februari 2019

6. https://smallbusiness.chron.com/difference-between-false-advertising-puffery-66945.html, diakses
tanggal 6 Februari 2019

17

Anda mungkin juga menyukai