Skripsi
Diajukan untuk melengkapi
persyaratan mencapai
gelar sarjana
NPM : 201701500304
2021
2
KATA PENGANTAR
Pada kesempatan yang berbahagia ini, Saya panjatkan puji dan syukur ke
hadirat Allah Yang Maha Kuasa dan Kasih Nya memberikan rahmat serta
Proposal Skripsi serta kelulusan Srata Satu (S1) Jurusan Program Studi
PGRI, Jakarta. Shalawat serta salam tak lupa selalu tercurah kepada Nabi besar
kita, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia
hingga Yaumul Akhir. Dalam penelitian ini penulis menyadari masih banyak
berharap bahwa pihak yang berkepentingan dan pihak terkait lain dapat
3. Sri Utami, M.Pd., selaku Penasehat Akademik atau PA kelas S8B yang
ini.
7. Terima Kasih kepada para pihak Rumah Singgah Peka, Bogor Jawa Barat
penelitian.
8. Terima kasih tak terhingga kepada Ibu, Bapak dan keluarga saya tercinta
yang selama ini memberikan do’a, kasih sayang, cinta, perhatian dan
9. Semua partisipan yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini dengan berbagai kritik dan saran nya.
Penulis menyadari bahwa penelitian Tugas Akhir ini jauh dari kata
sempurna yang dimana kesempurnaan hakiki hanya milik Allah SWT namun
penulis tetap berharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi
mencapai hasil yang lebih baik lagi agar dapat bisa mendekati kesempurnaan
dalam penulisan.
Peneliti
5
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….
KATA PENGANTAR………………………………………………….…..….i
DAFTAR ISI…………………………………….……………………………iv
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………....1
A. Latar Belakang…………………………..…………………………………....1
B. Identifikasi Masalah…………………………………………………….........7
C. Pembatasan Masalah………………………………………..………………...8
D. Rumusan Masalah………………………………………………………….....8
E. Tujuan Penelitian…………………………………………………………......9
F. Manfaat Penelitian………………………………………………………........9
a. Manfaat Teoritis………………………………………………....................9
b. Manfaat Praktis………………………………………………………….....9
G. Sistematika Penulisan……………………..………………………………….10
A. Landasan Teori………………………………...……………...……..…...13
I. Teori Perilaku-Kognitif……….………………………………………....13
II. Perilaku……………………………………………………...…….….27
1. Pengertian Perilaku………………………………………………..27
1. Pengertian Efektifitas……………………………………………..40
2. Definisi Kebutuhan………………………………………………..42
C. Kerangka Berpikir…………………………………...…….…..………..54
7
1. Tempat Penelitian………………………………………..……………..60
2. Waktu Penelitian…………………………………………….…………61
B. Tekhnik Penelitian………………………………………………...……….61
1. Populasi Penelitian……………………………………………………..61
2. Sampel Penelitian………………………………………………………63
D. Instrumen Penelitian…………………………………………………….….64
1. Wawancara………………………………………………………..……67
2. Observasi……………………………………………………………….68
3. Dokumentasi…………………………………………………..…...…..69
4. Angket………………………………………………………………….
A. Pengumpulan Data…………………………………………………….…….
B. Pengolahan Data……………………………………………………….……
C. Interpretasi Data……………………………………………………………
D. Hasil Wawancara…………………………………………………………….
E. Hasil Observasi………………………………………………………………
8
F. Hasil Dokumentasi…………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..96
LAMPIRAN……………………………………………………………………………..80
7. Dokumentasi………………………………………………….……………….91
8. Angket………..
9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tahun ini meningkat pesat oleh karena itu dibutuhkan suatu efektifitas kebutuhan
narkoba yang sangat serius diberbagai negara diseluruh dunia tak terkecuali di
sudah lama masuk dan dikenal di Indonesia, hal itu dapat dilihat dari
menjadi suatu masalah yang serius, pada zaman orde baru pemerintah
yaitu zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
Narkotika digolongkan sebagai suatu zat atau bahan yang jika digunakan atau
penyalahgunaan zat atau para pecandu narkoba adalah pemakaian zat di luar
indikasi medik, tanpa petunjuk resep dokter, pemakaian sendiri secara teratur atau
belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional atau biasa disingkat dengan BNN
memproduksi narkoba maka akan dipenjara atau bahkan juga didenda sesuai
Peneliti menyimpulkan bahwa narkotika adalah zat atau obat yang sangat
2009 itu pada dasarnya mempunyai 2 (dua) sisi yaitu sisi humanis kepada para
pecandu narkotika dan sisi yang keras dan tegas kepada bandar, sindikat, dan
pengedar narkotika. Sisi humanis itu dapat dilihat sebagaimana ada pada pasal 54
nomor 25 tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika yang
pengobatan serta perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial serta
tahun 2009 yaitu termasuk ketentuan pidana yang pada intinya dikatakan bahwa
orang yang tanpa hak dan melawan hukum menanam, memelihara, memiliki,
perundang-undangan yang dapat dilihat dari sisi hakim yang seharusnya dapat
memperhatikan pasal-pasal pada UU No. 35 tahun 2009, antara lain dalam pasal
103 UU no. 35 tahun 2009 bahwa hakim yang memeriksa perkara pecandu
12
bagi para pecandu narkotika yang menjalani masa pengobatan dan/atau perawatan
pasal 127 UU no. 35 tahun 2009 bahwa dalam memutuskan perkara, hakim wajib
dan pasal 103. Pasal 54, 55, dan 103 UU no. 35 tahun 2009 lebih mengutamakan
penegak hukum karena dalam hal ini seluruh instansi yang terkait langsung yakni
sangat penting dalam membantu proses penegakan hukum terhadap tindak pidana
Peredaran Gelap Narkotika (P4GN) yang diperkuat lagi oleh Instruksi Presiden
no. 11 tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional P4GN.
Tahun 2014 ditetapkan sebagai tahun penyelamatan bagi para pecandu narkotika.
13
sosial adiksi berbasis program masyarakat didukung oleh beberapa funding atau
penjangkauan atau pendampingan dari luar negeri maupun dari dalam negeri yang
sebagai alihan dana dan data yang akan diperoleh nantinya bermanfaat, dilakukan
program dari Global Fund, USAID, UNODC, Linkages dan lainnya bahwa dana
dalam perubahan perilaku dalam keseharian pecandu dengan terapi yang efektif
untuk mengubah pola pikir negatif ke hal positif, mengubah perilaku, melakukan
berbagai aktifitas fisik dan mental, sesi pemulihan di rehabilitasi sosial, rumah
singgah sementara untuk mereka yang kecanduan secara fisik dan mental, spiritual
pendukung lainnya.
tekhnologi, diperlukan stimulus secara signifikan bahwa pendidikan saat ini, guru
khususnya generasi muda yaitu peserta didik. Bimbingan dan konseling sangat
adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan
14
hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dimana
serangkaian kegiatan berupa bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli dengan
bahwa begitu banyak pembahasan bimbingan dan konseling secara praktek dan
teori dengan kehidupan dan tujuan pecandu narkoba yang sempat kehilangan
arahnya, harus dapat dikembalikan sesuai awalnya yang tentunya diharapkan oleh
personal yang bersangkutan dan keluarganya. Banyak orang tidak tahu cara
bagaimana mereka seharusnya bersikap dan berperilaku dalam hidup bersosial dan
konselor dalam bimbingan dan konseling sebagai seorang yang memiliki kode
etik, menjunjung tinggi azas-azas, paham akan fungsi dan tujuan konseling serta
dihadapi dengan ada nya kasus yang terlibat dalam masalah kecanduan narkoba
atau Gangguan Pengguna Zat yang biasa juga disingkat dengan singkatan GPZ.
15
B. Identifikasi Masalah
pecandu narkoba.
berkelanjutan.
C. Pembatasan Masalah
dengan adanya pembatasan masalah agar tidak bias dan tetap pada jalur
16
pecandu narkoba.
rehabilitasi.
D. Rumusan Masalah
Judul yang diangkat harus adanya kesinambungan satu sama lain yaitu
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
G. Sistematika Penulisan
sebagai berikut:
sistematika penulisan.
pendekatan
data.
BAB II
istilah yang lebih umum dari terapi kognitif dan merupakan salah satu bentuk dari
memenuhi gaya hidup tertentu, dengan cara memodifikasi pola pikir dan perilaku
tertentu. Terapi ini dapat dikatakan suatu pemulihan atau pengobatan terhadap
bahwa dalam kurun waktu 1970 ketika terapi perilaku muncul sebagai kekuatan
besar dalam psikoterapi dan pendidikan dan juga mengalami gerak pertumbuhan
peristiwa subyektif terhadap pikiran dan sikap dalam terapi tersebut, terdapat tiga
20
terapi kognitif.
membantu dalam menangani penderita fobia dalam latar belakang klinis dengan
pasif. Kondisioning operan adalah perilaku operan yang terdiri atas suatu
alat makan. Kawasan ketiga adalah kecenderungan kognitif dalam terapi perilaku.
hal pasti yaitu mengubah perilaku seseorang. Terapi perilaku sebagai proses dari
Kerjasama yang baik maka pelaku klinis atau konselor dan klien mengeksplorasi
behavioral ini dan berperan serta dalam menentukan sasaran. Buku panduan
fisik, mental jika tidak ada nya dukungan dan strategi dari pihak terdekat
Gangguan Penyalahgunaan Zat (GPZ) ini adalah pada saat diterapkan untuk
jika ada nya respon yang lebih adaptif, dapat mengidentifikasi pemicu sugesti atau
yang ada ke dalam pikiran dan pola pikirnya dan berpengaruh pada perasaan serta
tindakan yang dilakukannya. Terapi ini bertujuan untuk dapat menghentikan pola
akan diproses oleh otak. Masalah emosional seringkali menjadi penyebab dari
pemikiran positif dan negatif dari seseorang sehingga terkadang membuat orang
merasa jika pikirannya tersebut adalah hal yang benar. Terapi perilaku-kognitif ini
22
akan mengganti pola pikir negatif terhadap sesuatu yang lebih bermanfaat dan
realistis. Pola pikiran negatif seseorang tersebut akan melalui proses yang
tidak langsung saya belajar untuk mengatasi hal tersebut saya harus menghindari
ketinggian. Cara ini memang efektif namun hanya akan memberikan ketenangan
Manfaat Cognitive Behavior Therapy (CBT) adalah salah satu terapi bicara
ketrampilan yg diperlukan dalam meraih abstinent (stop using drugs) sama sekali
tidak menggunakan hal-hal yang merugikan dirinya dan orang lain serta
yang konstruktif.
membantu klien mengidentifikasi dan memperbaiki kebiasaan akan pola pikir dan
distorsi kognitif yang mempengaruhi mood dan merusak dirinya sendiri yang
dititikberatkan pada masa kini untuk diubah dari negatif menjadi positif dengan
tidak mengabaikan masa lalu klien yang tentunya saja tidak dapat diubah namun
menyusun dan menata kembali masa depan yang diibaratkan puzzle yang hancur
berantakan namun dengan dukungan beberapa pihak seperti niat diri sendiri dan
terdekat, terkasih seperti keluarga, anak, pasangan, teman baik dan lainnya yang
pecandu narkoba.
paling sering dipakai dan sesuai untuk kebanyakan program, telah banyak diteliti
dan dikaji, terstruktur, yang berorientasi pada tujuan dan menekankan pada situasi
terkini agar Orang Dengan Gangguan Pengguna Zat (ODGPZ) dapat menjalankan
keseharian serta flexible dan individual dapat diadaptasi di beragam klien dan
layanannya dikombinasikan.
Landasan atau tinjauan pokok teori yang akan dikaji lebih mendalam
persepsi yang dilakukan oleh seorang pembelajar berlaku pada waktu proses
24
intelektual yang terdiri atas beberapa tahap mulai dari Knowledge (Pengetahuan),
Perilaku yang nampak ini tidak dapat diamati dan diukur apabila tidak
dapat melibatkan proses mental seperti kesadaran, motivasi, keyakinan dan proses
mental di dalam diri yang menjelaskan tentang proses pemikiran dan perbedaan
terhadap kondisi mental serta pengaruh faktor internal dan eksternal dalam
secara normal maka perolehan informasi dan penyimpanan pengetahuan pun akan
bekerja dengan baik pula jika proses kognitif ini bekerja tidak sebagaimana
yang digawangi oleh pendiri terapi perilaku kognitif Aaron T. Beck, MD, lulus
dari Brown University dan Yale Medical School dengan mengembangkan terapi
perilaku kognitif pada awal 1960 ketika ia adalah seorang psikiater di University
afektif dan perilaku individual ditentukan oleh cara dimana penyusunan dunia
seseorang didasarkan pada kognisi (idea verbal) atau gambaran yang ada bagi
alam sadar yang didasarkan pada skema yang dikembangkan dari pengalaman
tentang kognisinya.
25
motivasi, tujuan dan nilai-nilai yang terdapat pada klien untuk kemudian
dimodifikasi dengan kognitif baru yang sifatnya lebih positif. Kesimpulan dari
dan pernyataan diri atau pikiran-pikiranyang negatif yang berasal dari konseli dan
dapat juga digunakan sebagai mengatasi permasalahan yang dialami oleh klien
seperti kecemasan sosial. Klien yang mengalami kecemasan sosial dapat diberikan
pola pikir klien yang semula irasional menjadi lebih rasional dalam berpikir.
mereaksi pengalaman kita. Pikiran otomatis menjembatani situasi dan emosi. Oleh
karena itu, memahami pikiran otomatis konseling sangat penting untuk tujuan
konseling yang bertujuan membantu klien agar dapat menjadi lebih sehat,
pengalaman yang memuaskan dan dapat memenuhi gaya hidup tertentu dengan
cara memodifikasi pola pikir dan perilaku tertentu. Pendekatan kognitif berusaha
membelajarkan klien agar dapat memiliki cara berpikir yang lebih positif dalam
26
kegiatan mengelola dan memonitor pola pikir klien sehingga dapat mengurangi
pikiran negatif dan mengubah isi pikiran agar dapat diperoleh emosi yang lebih
positif.
behavior) adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada
atau tindakan yang dilakukan klien dalam bentuk imbalan (rewards) yang dapat
klasik dari Ivan Pavlov maupun teori pengkondisian operan dari B.F. Skinner.
mempengaruhi perilaku.
pendekatan dalam psikoterapi yaitu cognitive therapy dan behavior therapy atau
terapi kognitif dan terapi perilaku. Terapi kognitif memfokuskan pada pikiran,
dan mengubah kesalahan. Tidak hanya berkaitan dengan positive thinking, tetapi
27
terapi kognitif berkaitan pula dengan happy atau positive thinking. Terapi perilaku
menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, berpikir lebih jelas
Piaget mengatakan bahwa pada saat manusia mempelajari sesuatu yang baru,
sebenarnya telah terjadi dua proses dalam dirinya yaitu proses organisasi
informasi dan proses adaptasi. Piaget mengemukakan empat konsep dasar yaitu
kognitif merupakan aliran terapi utama yang paling muda, dan mungkin muncul
dalam fase paling kreatif dengan ide dan teknik yang terus ditambahkan ke
Pendapat serta pernyataan para ahli dengan begitu banyak teori yang
muncul dengan fenomena baru sesuai perkembangan jaman, pola pikir dan terapi
ilmu kognitif, pada inti nya adalah sama bahwa dari setiap teori yang dituangkan
mengenai konsep perubahan perilaku individu baik dalam proses pola pemikiran,
efikasi diri, pintar dalam menyusun strategi menghadapi masalah dengan tujuan
28
tepat sasaran untuk mengambil keputusan dalam berperilaku wajar dengan nilai,
norma serta normal bermasyarakat sesuai dengan hasil proses belajar dalam
lingkungan sosial.
menyimpang akibat kejadian yang merugikan dirinya baik secara fisik maupun
kepada modifikasi fungsi berpikir, merasa dan bertindak dengan menekankan otak
masalah.
a. Peran Konselor
klien.
dengan baik pula agar klien mengerti arah, maksud dan tujuan
pembicaraan konselor.
1) Analisa Fungsional
dibutuhkan
high-risk situations”
sesi
Jelas bahwa proses konseling dari Cognitive Behavior Therapy itu sendiri
khusus pola perilaku dari konseli. Harapan yang didapatkan dari pendekatan
kognitif yang menyimpang dan sistem kepercayan dari konseli serta membawa
30
perubahan baik dilihat dari segi perubahan emosi dan perilaku kearah yang lebih
B. Perilaku
1. Pengertian Perilaku
stimulus atau rangsangan dari luar. Respon terhadap stimulus tersebut sudah
sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya berarti bahwa
perilaku baru akan terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk
tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu pula. Skinner, seperti yang dikutip
reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar melalui proses
merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus –
Organisme – Respon.
didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang rasional dan
manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar Notoatmodjo
(2003).
peristiwa baik itu negatif atau positif namun dapat dibatasi sebagai keadaan,
situasi dan kondisi jiwa untuk berpendapat, berfikir, bersikap dan lainnya
sedangkan refleksi dari berbagai macam aspek, baik secara fisik maupun non
fisik dapat diartikan sebagai suatu reaksi psikis atau psikologis seseorang
dalam bentuk pasif yaitu tanpa tindakan nyata atau konkrit dan dalam bentuk
aktif, dengan tindakan konkrit karena jika tidak dilakukan dengan serius untuk
pulih akan menimbulkan aspek yang merugikan diri sendiri dan orang-orang
atau tindakan).
sebagai perilaku kriminal yang dimana hal yang membuatnya kecanduan akan
menipu, merampok karena dalam hal ini keluarga atau pihak terdekatnya
sekalipun sudah merasa lelah akan tindak tanduk nya berperilaku yang sudah
berubah pula dari tujuan hidup, nilai hidup serta konsep diri nya. Artwater
menyebutkan bahwa, konsep diri adalah keseluruhan gambar diri yang meliputi
efek stupor atau biasa disebut gejala penurunan kesadaran, serta dapat
dan nilai-nilai yang ada dalam alam bawah sadarnya adalah benar menurut
versi pemikirannya yang namun itu adalah efek dari pemakaian zat tertentu
yang dipakai tersebut hal tersebut dapat dikatakan konsep diri yang merupakan
dan sebagainya. Perilaku ini adalah termasuk salah satu perilaku yang
33
menyimpang yang menyebabkan kecanduan dalam suatu nilai social dan norma
Rifa'i dan Anni (2016:68) adalah suatu perilaku yang mengacu pada suatu
perilakunya menyimpang.
baik secara individual maupun secara berkelompok tidak sesuai dengan nilai
menyimpang adalah semua perilaku manusia yang melanggar aturan, nilai dan
norma dalam suatu kelompok masyarakat karena tidak dapat menyesuaikan diri
primer maupun sekunder, tidak terjadi begitu saja, tetapi berkembang melalui
periode waktu dan juga sebagai hasil dari serangkaian tahapan interaksi yang
perilaku pecandu narkoba adalah suatu pola hidup dan perilaku yang
terdapat hukum tersendiri bagi mereka yang berkuasa dalam melakukan suatu
hal tertentu, tidak berfungsi sebagai masyarakat seperti pada awalnya bahwa
memang tidak ada yang sama dari tiap manusia namun perilaku menyimpang
ini dalam penyalahgunaan narkoba adalah suatu labelling juga yang diberikan
pergaulan yang tidak terkendalilan lagi seperti labelling dengan adanya stigma
dan discrimination akan perilaku itu sendiri dan juga penyakit yang dideritanya
baik secara fisik maupun mental karena yang pada akhirnya perilaku tersebut
yang masuk dalam tubuhnya sebagai salah satu kebutuhan hidup dalam diri dan
Good, terdapat beberapa tahap perubahan perilaku bagi para pecandu narkoba
perubahan termasuk cara orang dengan atau tanpa bantuan orang yang
perilaku mereka.
berpikir, belum ada niatan dalam perubahan, atau justru berpikir tidak
dapat berubah.
bercampurnya perasaan antara rasa ingin atau tidak serta tidak pasti.
melakukannya.
d. Aksi adalah orang dalam tahap aksi telah melangkah namun belum
mempertahankan perubahannya.
merupakan tujuan suatu langkah kearah manusia pada hakekatnya yang hidup
kembali dalam lingkungan sosial dan bermasyarakat dan hidup seutuhnya. Jika
semua model tahapan ini berjalan sesuai prosedur dan proses yang baik serta
terpenuhi sesuai rencana maka proses yang baik tidak akan mengkhianati hasilnya
itu sendiri.
tahapan perubahan perilaku, secara pola pikir sederhana dapat diibaratkan bahwa
tahapan ini bagaikan roda yang berputar namun urutan nya bisa saja melompati
namun tidak harus terjadi. Perjalanan menuju suatu perubahan tidaklah mulus
namun banyak nya keraguan untuk terus berjalan maju mencapai tujuan, mundur
atau justru diam di tempat dalam tahapan perubahan tersebut, ada juga yang tidak
bergerak sama sekali, proses pemikiran yang sangat Panjang dalam penentuan
kearah yang lebih baik dan banyak pertimbangan sebagai alasan tersendiri. Proses
perubahan dipengaruhi oleh tingkat motivasi seseorang yang telah kita ketahui
bahwa motivasi bersifat tidak statis, mudah dapat diubah. Orang sering dapat
bertahan lama pada tahap awal perubahan perilaku dan mereka berjalan melalui
motivasi klien nya untuk berubah pada masa tahap perubahan karena penting
terapi sangatlah penting dari hal terkecil apapun namun pada inti terapi dan
pemulihan pecandu adalah adanya suatu perubahan yang tidaklah selalu mudah
bagi masing-masing orang dikarenakan juga motivasi tiap orang berbeda, non
statis, fluktuatif namun yang sangat penting untuk mengubah gaya atau pola hidup
masuk dalam tahapan yang sudah akut atau pun kronis maka pilihan yang
38
ditawarkan dalam hukum alam yang ada antara lain maka perilaku harus lah
zat yang dapat mengakibatkan kematian atau over dosis tersebut bahkan akan
baik melihat, mendengar dan merasakan pengalaman yang ada di lapangan dan
terdapat kaitan yang sangat erat mengingat apa yang terjadi dalam suatu
penelitian. Jadi, dapat disimpulkan secara garis besar dalam pilihan mayoritas
bagi para pecandu narkoba atau individu yang paling inti adalah hubungan antara
C. Pecandu Narkoba
dan bahan adiktif lain atau narkoba, baik secara fisik maupun psikis.
dalam diri sendiri maka ia akan melakukan berbagai macam cara yang
antara lain:
shabu, obat penenang seperti mogadon, rohypnol, dumolid, lexotan, pil koplo,
Mushroom. Zat adiktif lainnya di sini adalah bahan atau zat bukan narkotika &
(inhalansia) maupun zat pelarut (solven). Sering kali pemakaian rokok dan
alkohol terutama pada kelompok remaja usia 14-20 tahun harus diwaspadai
orang tua karena umumnya pemakaian kedua zat tersebut cenderung menjadi
Cannabis indica. Pada tanaman ini terkandung tiga zat utama yaitu
e. Lsd atau lysergic, acid, trips, tabs termasuk sebagai golongan membuat
f. Kokain memiliki dua jenis atau bentuk antara lain bentuk asam (cocain
hidroklorida) dan bentuk basa (free base). Kokain asam berupa kristal
putih, rasa sedikit pahit dan lebih mudah larut dibanding bentuk basa
bebas yang tidak berbau dan rasanya pahit. Nama jalanannya kadang
disebut koka, coke, happy dust, snow, charlie, srepet, salju, putih
dan benda.
Masa era globalisasi sekarang ini, narkoba bukan lagi suatu masalah yang
melanda per-wilayah atau beberapa kota saja namun sudah menjadi masalah
global atau menjadi masalah dunia. UNODC (United Nations of Drugs and
Crime. 2011. World Drug Report. 2010. New York: United Nations)
terindikasi bahwa 149 sampai dengan 272 juta orang menggunakan zat illegal
setidaknya satu kali dalam sehari pada tahun 2009 pada pecandu atau
pengguna zat dalam tingkatan bermasalah yang dikenali dari jumlah orang
jumlah 11 sampai 29 juta orang yang menyuntik zat selama tahun 2009
sekitar 50% dari jumlah orang yang menyuntik tersebut terinfeksi pula virus
Hepatitis-C.
komponen kritis dari suatu terapi dalam bidang adiksi atau kecanduan. Selama
menjalani terapi harus di observasi dan monitor secara berkala dan terus
secara motorik kasar atau halus seperti penggunaan waktu luang dengan
berolahraga, menulis, tidak berfokus pada satu sisi saja atau tidak hanya
perilaku saja tetapi juga dalam pola pikir atau kognitif seseorang.
Kesimpulan dari peneliti mengenai hal ini adalah bahwa prinsip dasar
efektif yang dapat merubah perilaku dan kognitif pecandu selain terapi CBT
adalah niat diri sendiri, dirangkul dan dukungan dari orang terdekat serta
Kesehatan fisik dan mental sangat penting bagi pecandu narkoba karena
hal yang utama adalah kesehatan fisik agar dapat kembali menjalani
kehidupan normal seperti semula. Tempat tinggal yang aman dan lingkungan
yang sehat, dukungan keluarga, social, kegiatan rekreasi dan dukungan rekan
sebaya juga mempengaruhi perubahan perilaku dan pola pikir pecandu itu
yang tersebut diatas adalah beberapa tahapan pemulihan atas kecanduan agar
pemulihan berjalan sesuai sasaran dan tepat agar menemukan kembali makna
1. Pengertian Efektifitas
Menurut Beni (2016: 69) Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan
atau dapat juga dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output,
kebijakan dan prosedur dari organisasi. Menurut Sondang dalam Othenk (2008:
4), efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam
berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, berjalan sesuai rencana, tepat
sasaran, tujuan tercapai, ketepatan waktu, partisipasi aktif dari anggota. Intinya
adalah proses, rencana, tujuan yang berkaitan erat sesuai dengan susunan strategi
2. Definisi Kebutuhan
manusia butuhkan dan dibagi atas Kebutuhan sosial (social needs), terdiri dari
dan tidak gagal (sense of achievement). Teori kebutuhan manusia secara garis
besarnya oleh Maslow dalam jurnal nursing studies, volume 1, Nomor 1 (2012,
papan yang merupakan kebutuhan primer, kebutuhan akan rasa aman (safety
needs) yaitu kebutuhan akan keamanan jiwa dan harga diri, kebutuhan sosial
(social needs) yaitu kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain dalam
hidup bermasyarakat dan bekerja (sense of belonging) antara lain kebutuhan akan
kebutuhan akan prestise (esteem needs) yaitu suatu kebutuhan akan prestise yang
timbul karena prestasi, tapi ada pula yang berdasarkan kepada keturunan. Prestise
yang timbul karena prestasi adalah sesuatu yang diusahakan, semakin tinggi
prestasi kerja (self actualization) yaitu adalah suatu kebutuhan dengan melihat
perlukan dan wajib terpenuhi akan hal tersebut seperti kebutuhan makan karena
kalau tidak makan akan dapat menimbulkan sebab dan akibat seperti kelaparan
dan jika kelaparan berhari-hari maka tubuh akan menerima akibatnya karena tak
tertahankan secara fisik yang secara tidak langsung berhubungan dengan sebab
akibat jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi baik secara fisik, mental, jiwa,
kesehatan dan sebagainya. Pernenuhan terhadap kebutuhan ini menjadi titik awal
Perilaku berasal dari kata ‘peri’ dan ‘laku’. Peri berarti cara berbuat
Belajar dapat didefinisikan sebagai salah satu proses yang dimana suatu
46
perilaku yang alami (innate behaviour), yaitu perilaku yang dibawa sejak
operan (operant behaviour) yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar.
Perilaku operan atau psikologis inilah yang dominan pada manusia yang dibentuk,
perilaku yang diperoleh, perilaku yang dikendalikan oleh pusat kesadaran atau
otak (kognitif).
narkoba adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya yang sudah
berubah dari bagian diri nya. Reaksi dapat diuraikan bermacam-macam bentuk
yang pada hakekatnya digolongkan menjadi dua, yaitu bentuk pasif (tanpa
tindakan nyata) dan dalam bentuk aktif (tindakan nyata). Proses pembentukan atau
perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari diri
individu itu sendiri, antara lain susunan syaraf pusat, persepsi, motivasi, emosi
dan belajar. Susunan syaraf pusat memegang peranan penting dalam perilaku
respon yang dihasilkan. Perpindahan ini dilakukan oleh susunan syaraf pusat
telah berubah perilaku nya menjadi normal seperti sedia kala menandakan tujuan
hidupnya nya juga sudah berbeda dan berubah sesuai dengan perilakunya yang
pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu
adalah bentuk perilaku yang berdasarkan hak dan kewajiban, kebebasan dan
pengaruh yang kuat dari motif kepentingan yang disadari dari dalam faktor
intrinsik dan kondisi lingkungan dari luar / faktor ekstrinsik atau exciting
condition. Perilaku terbentuk atas pengaruh pendirian, lingkungan luar dari dalam
pecandu narkoba terdapat berbagai macam panduan dari arti tiap tema atau berupa
judul seminar proposal ini dikupas meskipun belum sampai kedalaman kulit ari
atau pecandu narkoba dari masalah hukum yang sudah barang tentu terdapat
kaitan erat dengan beredarnya barang illegal tersebut dan digunakan sampai
terjerat hukum sebagai tahanan ataupun masuk rehabilitasi yang beragam antara
48
lain rehabilitasi religi, jiwa, sosial, mental, dan masih banyak jenis rehabilitasi
lainnya.
Keterbatasan tentang waktu dan wawasan penulis yang kurang maka jelas
bahwa terapi terapi perilaku-kognitif adalah salah satu terapi tolak ukur
atau penyerta, namun hal yang paling pokok adalah terapi perilaku-kognitif ini
tidak dapat berdiri sendiri hanya berdasarkan pola pikir dan perubahan perilaku
namun terapi lain pun dibutuhkan seiring berjalan. Terapi perilaku-kognitif ini di
kombinasikan dengan terapi suatu komunitas didalam suatu kelompok atau yang
terapi perilaku-kognitif karena tidak ada hal yang tidak mungkin karena
kombinasi tersebut pun ada karena suatu terapi perilaku-kognitif yang efektif
pecandu narkoba agar berpikir kembali jika ingin menggunakan lagi dengan
menggunakannya lagi terdapat beberapa pilihan pasti antara lain masuk penjara,
rehabilitasi atau justru dapat kemungkinan meninggal dunia karena Over Dosage
(OD) atau over dosis akibat penggunaannya juga kemungkinan terkena paparan
penyakit jika menggunakan jarum suntik yaitu HIV/AIDS yang dapat menyerang
siapa saja. Tidak ada seorang pun yang dapat menjamin bahwa kekambuhan
seorang pemakai atau pecandu narkoba kambuh lagi (relapse), masa pemulihan
hari demi hari sangatlah berharga bagi mereka mantan pecandu untuk bertahan
49
hidup setiap hari dan merasa bersyukur. Semua itu berdasarkan siapa yang
menghakimi, nilai diri, semua yang dimiliki oleh konselor yang handal dan
menguasai dalam bidang adiksi. Penjabaran konselor sangatlah luas begitu pula
mengenai pecandu narkoba. Terlalu banyak kaitan erat yang melibatkan satu sama
lain.
saat konseling atau pendekatan kepada klien, keluarga dan sistem pendukung
seperti teman atau pasangan yang membedakan rehabilitasi dimana pun hanyalah
tempat, lokasi, program, system, sarana dan prasarana, sesi pelatihan, pembina
atau pelatih program, instruktur pelaksana dan beragam macam variasi yang ada
dalam tiap rehabilitasi tentunya berbeda namun yang terpenting dalam rehabilitasi
apa yang pecandu harapkan saat masuk dalam rehabilitasi bahwa tidak adanya
Berdasarkan jaman modern sekarang ini bahwa tidak ada kekerasan secara
verbal sudah wajar dalam suatu sistem dalam rehabilitasi kecuali saat belum
adanya tekhnologi dan teori hanya sebatas teori namun pada prakteknya di
lapangan tak terpakai, hanya berdasarkan insting. Satu kesalahan dalam program
terapi rehabilitasi baik verbal dan non-verbal meskipun hanya sekali namun hal
tersebut tidak menutup kemungkinan akan menjadi tradisi bahkan kebiasaan yang
tak mudah untuk diubah, menjadi budaya atau kultur rehabilitasi secara terus
50
dalam manajemen atas ataupun konselor yang memberi hukuman tersebut sudah
memberi efek jera kepada pecandu tersebut agar tidak melakukannya lagi, akan
tetapi tidak ada yang tahu isi kepala tiap pecandu, dapatkah ia menerimanya atau
justru saat keluar dari rehabilitasi tersebut akan menjadi boomerang dan balas
dendam karena sakit hati atas pengalaman pembelajaran yang begitu menyiksa
dan akhirnya pun setelah pemulihan dua tahun keluar dari rehabilitasi ia kembali
pecandu pun unik karena tetap pada hakekatnya ia adalah seorang manusia yang
metode rancangan dan isi materi nya jika konselor menguasai. Konselor harus
menguasai hal apapun yang berkaitan dengan makhluk hidup, tidak hanya dalam
soal pembelajaran saja namun secara global atau universal secara keseluruhan.
sebelumnya yang sudah pernah dibuat dan dianggap cukup relevan atau
mempunyai keterkaitan dengan judul dan topik yang akan diteliti yang berguna
data bahwa pembinaan korban narkoba menggunakan: a). Metode pembiasaan, b).
Metode wirid, c). Metode sorogan, d). Metode kebebasan. Tahap pertama yang
di atas, yaitu dengan menemukan masalah yang selama ini dirasakan oleh korban
didampingi oleh orang tuanya atau keluarganya. Pihak pondok pesantren meminta
masalah kepribadian santri tersebut. Setelah semua pertanyaan dijawab oleh santri
yang harus dilakukna oleh santri saat berada dipondok pesantren. Mengacu pada
mendalami ilmu agama yang dimiliki santri. b. Suasana pondok pesantren yang
santri yang tidak mengikuti dan tidak serius dalam mengikuti pembinaan,
kurangnya sarana dan prasarana yang memadai. Penelitian jurnal hisbah (2015)
yang dilakukan oleh Fibriana Miftahus Sa’adah yang sedang mengambil studi
konsentrasi Bimbingan dan Konseling Islam dengan tema Konsep Bimbingan dan
yang meliputi tiga macam yaitu mandi taubat, Shalat, Puasa, dzikir. Rehabilitasi
kejiwaan akibat penyalahgunaan narkoba, hasil yang dicapai dalam rehabilitasi ini
sangat baik dilihat dari tahun 2002-2004 tingkat kesembuhan mencapai 90% ini
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Abdur, tesis (2009) alumnus Program
Pasca Sarjana konsentrasi Pemikiran Islam, Institut Agama Islam Negeri Sunan
Kepung, Kediri, Jawa Timur. Ditempat ini telah diterapkan model psikoterapi
religious dalam proses penyembuhan para pecandu narkoba, dimana pondok ini
pecandu narkoba yang telah berhijrah dari tempat asalnya. Kesembuhan para
53
diri manusia, seperti yang telah diyakini oleh ajaran Terekat Qadiriyah Wa
pada dasarnya merupakan pembawaan sejak lahir yakni potensi beragama yang
cenderung lurus sesuai perjanjian dengan tuhannya saat masih dalam kandungan,
Nafs pada dasarnya merujuk pada sisi kejiwaan manusia yang berpotensi
melakukan perbuatan yang baik dan yang buruk, Qalb Kalbu adalah tempat
doktrin mengenai, kasih sayang, takut dan keimanan sesorang, Ruh adalah
merupakan suatu sistem dari diri manusia yang saling mengenal akan bergabung
dan yang tidak saling mengenal akan saling berselisih, Aql adalah dorongan untuk
sebagai berikut.
narkoba.
maka saya sebagai penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa sangat wajar
dalam berbagai tempat pemulihan bagi pecandu baik di rehabilitasi, panti maupun
rawat jalan maupun rawat inap atau bahkan dalam rumah sendiri akan terdapat
hasil penelitian diatas bahwa persamaan dalam penelitian ini adalah menuju hasil
akhir yaitu pemulihan dari pecandu narkoba tersebut namun perbedaannya adalah
nya pun berbeda yaitu hampir rata-rata menggunakan rehabilitasi sosial atau
religious, rehabilitasi mental dan rehabilitasi jiwa namun metode terapi konseling
pun memiliki pilihan akan metode konseling, kombinasi penggunaan dan pola
pikirnya pun berubah bersamaan dengan fisik, relatif cepat sembuh atau bahkan
ada yang lama proses penyembuhan tergantung zat apa yang digunakan.
Jika saya teliti dan kaji ulang kembali bahwa adanya perbedaan tersebut
dalam bimbingan dan konseling terdapat layanan referral yang dimana jika
adanya ganguan dalam kesehatan jiwa dan mental nya akan dialihtangankan ke
pihak yang lebih profesional dalam bidang nya misalkan dokter, suatu rehabilitasi
yang memiliki sarana dan pra sarana yang sangat lengkap dan serba tersedia
sehingga keluarga tidak perlu merasa cemas meninggalkan anaknya dalam proses
F. Kerangka Berpikir
55
macam faktor yang telah diidentifikasi sebagai persoalan yang penting adalah
definisi dari kerangka berpikir Uma (1992). Perilaku pecandu narkoba tidak
diubah dalam keadaan sebelum individu tersebut menjadi pecandu maka akan
adanya konsekuensi antara hidup dan mati. Efektif atau tidaknya suatu terapi dan
kognitif untuk mengubah perilaku pecandu narkoba adalah beberapa hasil dari
membentuk suatu sikap bentuk perubahan kembali kepada suatu awal yang baru.
Jalur perilaku yang tidak menyimpang agar terbentuk kembali suatu keadaan
dimana mendapatkan hasil yang sesuai dengan kodrat sebagai manusia baik dalam
hasil yang diperoleh di tempat baru maupun kembali kepada masa sebelum ia
mengenal narkoba melalui pergaulan sosial nya yang negatif maka terapi tersebut
efektif untuk dijalankan kepada individu tersebut namun jika sebaliknya, sama
sekali tidak ada niatan atas diri sendiri untuk berubah dan tidak ada dukungan dari
pihak tertentu yang dekat dengan nya maka akan sulit pula ia mendapatkan
keefektifitasan terapi konseling tersebut, baik kognitif atau pun metode terapi
konseling lain nya karena sangatlah penting suatu dorongan atau motivasi
pengalaman yang dijalani merupakan guru yang baik dan bijaksana, tidak terdapat
didalam buku berupa buku teks namun ia rasakan dan alami sendiri. jiwa maupun
mental dan dalam segi religinya maka serta merta secara perlahan dan bertahap ia
56
menjauh dari Tuhan yang selama ini melindungi dan mengasihi nya sebagai umat
singgah peka, Bogor, dapat dibuat skema menurut uraian diatas sebagai berikut:
Variabel X: Variabel Y:
BAB III
57
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
holistic dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu
untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan
dengan fenomena yang diteliti. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
yang akan dihasilkan adalah analisis data kualitatif. Metode yang digunakan
fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa
individu. Fenomenologi dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada
batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji dan peneliti
58
sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka
interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan
tentang apa yang dikatakan oleh partisipan. Creswell (2014: 453), fenomenologi
dunia pengalaman inderawi yang bermakna kepada dunia yang penuh dengan
objek-objek yang bermakna, suatu hal yang semula terjadi dalam kesadaran
sejumlah individu atau sekelompok orang yang berasal dari masalah sosial atau
perlu (esensial), struktur invarian (esensi) atau arti pengalaman yang mendasar
yang tampak dari luar dan hal-hal yang berada dalam kesadaran masing-masing
fenomenologi yang didukung oleh kenyataan bahwa data penelitian ini adalah
data laten yaitu fakta dan data yang nampak di permukaan, termasuk pola perilaku
lingkungan masyarakat sebagai aktor yang diteliti hanyalah suatu fenomena dari
apa yang tersembunyi pada diri klien di mana masih diperlukan pemahaman dan
pengalaman responden atau klien pecandu narkoba dan fokus penelitian melihat
bagaimana pengalaman nya dapat membentuk makna atau tidak nya pada situasi
lingkungan masyarakat atau bahkan sosialisasi setempat yang klien tempati saat
ini.
seseorang dengan cara mengelompokkan isu yang ada dan memberikan makna
atas isu tersebut sesuai pandangan orang tersebut. Pecandu narkoba diharapkan
menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang
ditemui. Dalam arti yang lebih khusus, istilah ini mengacu pada penelitian
pembagian antara subjek dengan objek muncul dan bagaimana sesuatu hal di
B. Pendekatan Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini bertujuan mendapat gambaran dan informasi yang lebih jelas,
(PEKA Halfway House), Jln. Cifor Sindang Barang Jero No. 50 Kp. Pilar I
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian, observasi ini dimulai dari bulan Desember 2020 sampai
C. Tekhnik Penelitian
dengan mengobservasi situasi dan fenomena, keadaan atau kejadian yang terjadi
1. Populasi Penelitian
ditetapkan dalam satuan rancangan penelitian namun lebih tepatnya lagi bahwa
Populasi atau sampel pada pendekatan kualitatif lebih tepat disebut sumber data
Satuan kajian biasa disebutkan oleh (Moleong, 2018) atau populasi adalah
yang kaya dengan kasus untuk studi yang bersifat mendalam Syaodih (2007:101).
penelitian ini terdapat (6) enam orang para pecandu narkoba yang dijadikan
sumber data dalam penelitian, (1) satu orang direktur eksekutif atau program
manager sebagai pemegang kendali suatu tempat, (1) satu orang psikolog dan (1)
satu orang konselor adiksi. Kontribusi dari beberapa orang yang telah disebutkan
relevan dan signifikan berdasarkan informan yang tak tercatat dalam perencanaan.
62
2. Sampel Penelitian
karena pada penelitian non-kualitatif sampel dipilih dari dari suatu populasi
dan bertujuan merinci kekhususan yang ada dalam ramuan konteks yang unik.
Penggalian informasi yang menjadi dasar rancangan dan teori, tidak ada sampel
sesuai dengan ukuran sample yang akan dijadikan sumber data sebenarnya dengan
fenomena terkait dengan upaya para pecandu dalam efektifitas nya suatu
ini berusaha menelaah fenomena sosial dalam suasana yang berlangsung secara
wajar atau alamiah, bukan dalam kondisi terkendali, diatur, teratur atau
laboratories dan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
E. Instrumen Penelitian
dan mencatat apapun yang tidak terdapat di alat perekam. Wawancara berikut
b. Metode apa saja yang dapat dipakai dalam perubahan perilaku pecandu?
catatan, tape recorder, dan tustel (camera). Penyampaian Moleong (2007) bahwa
bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama dalam pengumpulan
perasaan dan nilai-nilai yang dapat terekam dalam ucapan dan perilaku
leluasa dalam mencari informasi dan data yang terperinci dari subjek penelitian
1. Wawancara
jawab lebih dari satu orang dan membahas masalah tertentu, wawancara
semula.
2. Observasi
65
memperoleh data kondisi fisik dan visual. Observasi yang penulis lakukan
harus jelas dengan kenyataan yang ada di lapangan selama beberapa waktu
3. Dokumentasi
hasil rekaman atau data yang terkumpul dari beberapa sumber lain selain
4. Angket
Berbagai sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
menjadi subjek.
sempurna dan dapat dipertanggungjawabkan bahwa data dicatat lebih dulu lalu
langsung jika dalam situasi dan kondisi yang memungkinkan dan dapat dilakukan
dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh pihak terkait di dalamnya.
terbuka, bebas dengan masalah, fokus penelitian dan diarahkan pada pusat
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
2. Observasi
dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan
segi pengertian subjek, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan dan
peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek, sehingga
secara langsung karena pengalaman secara langsung merupakan alat yang ampuh
untuk mengetes suatu kebenaran. Ini dilakukan jika data yang diperoleh kurang
69
sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada
keraguan disaat ada kemungkinan terdapat data yang bias karena hasil wawancara
menentukan data yang akan diolah adanya jarak antara peneliti dan yang
diwawancarai ataupun karena reaksi peneliti yang emosional. Jalan yang terbaik
rumit mungkin terjadi jika peneliti ingin memperhatikan beberapa tingkah laku
sekaligus. Pengamatan dapat menjadi alat yang ampuh untuk situasi-situasi yang
rumit dan untuk perilaku yang kompleks, jika tekhnik komunikasi lainnya tidak
observasi ini, peneliti mencoba melihat secara langsung situasi komunikasi antara
orang tua dan anaknya untuk memahami dan mencari jawaban atas kejadian atau
dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek
penelitian. Observasi ini dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Memudahkan bagi peneliti pula untuk mendapatkan data secara mendalam, sebab
3. Dokumentasi
diperoleh dari teknik dokumentasi adalah berupa foto, gambar, bagan, struktur
yaitu berupa foto kegiatan, data nilai-nilai karakter beberapa orang dengan sasaran
mengumpulkan data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara maka juga
data yang dianggap masih kurang. Cara yang dilakukan adalah dengan mencari
teori atau membaca dokumen dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan
Menurut Moleong (2001: 103) pengertian analisis data adalah suatu proses
dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan rumusan hipotesa
kerja seperti yang disarankan oleh data. Tekhnik analisis yang penulis gunakan
didasarkan pada hubungan antara fakta satu dengan fakta yang lain secara
yang peneliti gunakan adalah teknik analisis interaktif yang merupakan proses
siklus yang bergerak diantara ketiga komponen pokok yaitu reduksi atau seleksi
data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Analisis data terdiri atas pengujian,
Yin (2008) Menurut Patton yang dikutip Moleong (2009) analisis data
satu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Analisis data adalah upaya peneliti
kualitatif untuk meringkas data yang dikumpulkan secara akurat dan dapat
kesimpulan dan verifikasi dengan cara mendiskusikan dan bertanya kepada ahli
Kesimpulan yang didapat akan dipaparkan dalam penyajian deskriptif. Data yang
hingga peneliti menemukan sesuatu yang berkaitan dengan kajian relevan yang
karena semua layanan yang penulis sebutkan mencakup di dalamnya adalah terapi
perilaku-kognitif.
kognitif ditentukan dengan niatan klien sendiri tentunya dengan dukungan orang
untuk pemulihannya baik fisik, mental dan jiwa. Semua berdasarkan perilaku
rumah sakit, rumah sakit jiwa, rumah pribadi dan dimanapun ia berada jika
metode yang didapatkan atau diterapkan tidak efektif maka perilaku pecandu
ada manusia yang sempurna namun setidaknya perilaku yang menyimpang dalam
rehabilitasi apapun, baik dalam bentuk perawatan personal secara fisik dan mental
yaitu menuju pemulihan jangka pendek atau panjang dengan metode substitusi
legal, cara berpikir atau konsep pemikiran manusia untuk dapat belajar dan
merespons suatu hal karena mental merupakan kata lain dari pikiran, sehingga
mengubah perilaku pecandu narkoba yang berlokasi di Rumah Singgah Peka atau
Half-way House, Bogor Jawa Barat adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan
membahas tentang perilaku dan kognitif yang biasa disebut dengan pola pikir atau
mind-set adalah merupakan suatu tantangan bagi saya sendiri untuk menjawab
kapankah hal perubahan perilaku dan pola pikir mereka itu akan terealisasi,
adakah jaminan bahwa perilaku yang diluar dari aturan dan norma dapat
Begitu banyak pertanyaan saya, oleh karena itu saya membuat rancangan
sarjana dengan mengambil tema ini sekaligus menjawab pertanyaan yang ada
dan perilaku dalam merubah perilaku pecandu narkoba, namun kali ini peneliti
karena ternyata bukan hanya yang terlibat dalam kecanduan narkoba saja
memerlukan atau membutuhkan terapi perilaku kognitif ini namun bagi mereka
yang mengalami depresi, stress, frustasi, trauma dan penyakit mental lain dapat
signifikan dan terbukti memperoleh peran tertentu dan proses nya tersendiri.
Terapi ini tidak berdiri sendiri namun didukung dengan teori atau metode lainnya,
hanya saja teori terapi perubahan terapi perilaku-kognitif ini adalah hal yang
utama dan pertama kali digunakan pada saat pendekatan awal dengan klien
dengan menggali informasi, cara berpikir, perilaku nya sebelum dan sesudah ia
memakai apakah ada perbedaan dalam kaitan tersebut. Kinerja metode terapi
perilaku-kognitif itu dapat lebih mumpuni jika disandingkan dengan tekhnik atau
dokter penyakit dalam, ustadz, dan lainnya yang dapat menganalisa atau melihat
kepribadian dan perilaku pecandu itu dalam keseharian saat klien sebelum atau
DAFTAR PUSTAKA
Alterman, A.I.; Gariti, P.; and Mulvaney, F. (2001). Short- and long-term
smoking cessation for three levels of intensity of behavioral treatment.
Psychology of Addictive Behaviors.
Center Team, US. (2001). For Substance Abuse Treatment and Family Therapy.
UNODC.
McLeod, J. (2006). Pengantar Konseling Teori Dan Studi Kasus. Ed.3. Jakarta:
Prenada Media Group.
Prochaska, J., NorPKoss, J., & DiClemente, C. (1994). Changing for good. New
York: William Morrow and Company.
Yin. (2008). Studi Kasus Desain Metode. Penerjemah muzakir. Jakarta: Raja
Grasindo.