PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
217116
BANDUNG
2021
EFEKTIVITAS PEER GROUP FASILITATOR TERHADAP
Menyetujui,
Pembimbing 1
Pembimbing 2
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa
adanya dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu,
1. Ns. Diwa Agus Sudrajat, S.Kep., M.Kep. selaku Ketua STIKep PPNI Jawa
Barat.
3. Heni Purnama, S.Kep., Ners., MNS selaku pembimbing 1, yang telah banyak
skripsi.
iii
7. Ibunda dan Ayah tercinta (Elis Marlina & Hadiana).
Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini sangat jauh dari kata sempurna
saya sebagai penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Dan semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR BAGAN...............................................................................................viii
DAFTAR TABEL................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................5
D. Manfaat Penelitian........................................................................................5
A. Konsep Bullying...........................................................................................7
1. Definisi Bullying........................................................................................7
2. Jenis-jenis Bullying....................................................................................8
B. Konsep Remaja...........................................................................................14
v
1. Definisi Remaja.......................................................................................14
C. Konsep Fasilitator.......................................................................................19
1. Definisi Fasilitator...................................................................................19
2. Fungsi Fasilitator.....................................................................................19
4. Sikap Fasilitator.......................................................................................22
E. Kerangka Teori...........................................................................................26
A. Jenis Penelitian............................................................................................27
C. Kerangka Konsep........................................................................................27
D. Variabel Penelitian......................................................................................28
E. Definisi Operasional...................................................................................28
vi
G. Prosedur Penelitian / Intervensi..................................................................30
H. Instrumen Penelitian...................................................................................32
J. Analisa Data................................................................................................34
K. Hipotetsis....................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................38
vii
DAFTAR BAGAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menjadi salah satu tempat terjadinya tindakan kekerasan bullying yang dilakukan
oleh sesama pelajar (Ehan, 2016). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Gomez (2016) di Amerika Serikat, terdapat 28% siswa di kelas 6-12 pernah
dan 70% staf di sekolah telah melihat siswa yang melakukan bullying. Sedangkan
angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain yang berada di
responden yang melakukan buliying yaitu usia 13 tahun (8,9%), 14 tahun (16,3%),
15 tahun (8,0%), 16 tahun (19,9%), 17 tahun (17,8), dan 18 tahun (29,2%), jumlah
responden terbanyak yang menjadi pelaku maupun korban berada pada usia 16-18
tahun dan pada usia ini remaja sedang dalam masa menjadi siswa Sekolah
satunya dapat disebabkan oleh pengalaman buruk yang mereka terima dari
1
lingkungan sekolah dan masa lalu yang pernah dialami, pelajar yang pernah
menjadi korban bullying akan merasa tidak aman dan terancam saat berada di
negatif terhadap siswa, adanya teman sebaya atau sering di sebut peer group di
lingkungan sekolah juga dapat memberikan dampak positif, salah satunya untuk
mencegah terjadinya perilaku bullying (Tsiantis et. al, 2013). Menurut Septiyuni
(2014) berdasarkan hasil riset menunjukan bahwa adanya hubungan yang positif
antara peer group dan pencegahan perilaku bullying. Hal ini juga di dukung oleh
riset yang dilakukan oleh Budiarti (2016) yang menunjukan bahwa interaksi dari
peer group mempunyai pengaruh paling tinggi terhadap perilaku bullying pada
siswa.
Istilah peer group menurut Rahmah (2018) adalah suatu kelompok teman
sebaya yang terbentuk dengan seiringnya waktu di lingkungan sekolah atau bisa
juga di lingkungan rumah dengan berdasarkan usia”. Peer group dapat digunakan
untuk mengembangkan komunikasi dan identitas diri pada remaja yang dilakukan
oleh kelompok dengan usia yang relatif sama (Damsar, 2015). Berdasarkan riset
yang dilakukan oleh Septiyuni, dkk (2015) dari hasil penelitiannya menunjukan
bahwa 13% perilaku bullying siswa di sekolah dipengaruhi oleh teman sebaya,
dan 87% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain seperti pola asuh, harga diri,
2
fasilitator, skor intensitas bullying nya menjadi menurun, sedangkan untuk
kelompok kontrol tidak menunjukan adanya penurunan skor. Penelitian lain yang
diskusi kelompok dengan peer group fasilitator, skor niat melakukan tindakan
yang dilakukan oleh Syahputri & Kumara (2015) yang menyebutkan terdapat
perbedaan pengetahuan anti bullying saat pretes dan posttest, hasil riset
memiliki peran yang sangat tinggi untuk terjadi tidaknya prilaku bullying, dan
teman sebaya dapat menjadi fasilitator program anti bullying dengan kriteria,
menyusun visi dan rencana yang memotivasi sebuah kelompok untuk mencapai
tujuan (Hogan, dalam Kanan & Yulianingsih, 2018)”. Menurut Widiastuti, dkk
memberikan fasilitas dan informasi kepada orang lain untuk mengubah perilaku
secara keseluruhan. Selain itu fasilitator merupakan orang yang secara subtantif
3
netral yang mengelola proses kelompok untuk membantu kelompok mencapai
Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana dampak peer group fasilitator dalam
B. Rumusan Masalah
penelitian ini adalah “Bagaimana efektivitas peer group fasilitator dalam perilaku
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas peer group
2. Tujuan Khusus
sesudah intervensi.
4
c. Mengidentifikasi efektivitas peer group fasilitator terhadap perilaku
bullying
D. Manfaat Penelitian
berarti bagi peneliti ataupun bagi objek penelitiannya, Hasil penelitian ini
1. Manfaat Akademik
lingkungan sekolah.
untuk pustaka atau sumber data dan hasil penelitian ini dapat dijadikan
2. Manfaat Praktis
5
b. Bagi Siswa
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Bullying
1. Definisi Bullying
sebagai perilaku agresif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain,
ketidaknyamanan”. Kata bullying sendiri tidak terlepas dari tiga pihak yang
terlibat yaitu pelaku (bullies), korban (victim), dan orang yang berada di
berupafisik atau verbal saat ini terjadi di lingkungan sekolah”. Selain itu Jan
& Husain (2015) juga menyebutkan bahwa “bullying adalah segala macam
menyebarkan desas desus palsu”. Oleh karena itu bullying mewakili bentuk
orang, dimana tingkah laku tersebut menyakiti psikologis dan fisik yang
7
psikologis dengan tujuan membuat korban merasa takut, dan dari tindakan
tersebut dapat mempengaruhi proses belajar, kesehatan fisik dan mental, dan
membuat harga diri rendah sehingga timbul rasa ingin bunuh diri dari
dilakukan oleh seorang individu terhadap individu lain atau kelompok secara
dengan cara kontak fisik, verbal, cyber, maupun sosial yang dapat membuat
dapat mempengaruhi proses belajar dan menimbulkan rasa ingin bunuh diri”.
2. Jenis-jenis Bullying
a. Bullying Fisik
ini merupakan perilaku yang sering terjadi di sekolah, dan sebagian besar
pelaku bullying menggunakan fisik, hal ini diakui oleh korban, sedangkan
b. Bullying Sosial
8
terisolasi sosial, dan harga diri rendah, sehingga mengakibatnya korban
c. Bullying verbal
tindakan yang membuat korban merasa tidak nyaman, terganggu dan tersakiti,
tersebut dapat menyebabkan korban merasa harga diri rendah, depresi, dan
d. Cyber Bullying
memiliki dampak yang buruk bagi korban pengguna media sosial (Utami,
2019).
9
a. Individu
Individu sebagai faktor utama dalam perilaku bullying, hal ini terjadi
oleh dirinnya sendiri (Merrill & Hanson, 2016). Sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Kowalski & Toth (2018) Mengatakan bahwa “seorang
b. Usia
c. Gender
dianggap lemah” (Bevilacqua et al, 2017). Akan tetapi berbeda dengan teori
yang terjadi pada remaja tidak ada kaitannya dengan gender, karena seorang
remaja perempuan atau laki-laki dapat bertindak sebagai pelaku apabila ada
10
tertentu seperti adanya rasa ingin balas dendam, kurangnya perhatian dari
d. Pengalaman Kekerasan
perilaku bullying pada seorang individu, terutama pada remaja yang kurang
2019).
e. Faktor Keluarga
kepribadian seseorang, baik sosial maupun di sekolah, oleh sebab itu keluarga
remaja yang tidak terlibat dalam bullying adalah mereka yang mendapatkan
kasih sayang dan komunikasi tinggi dari kedua orang tuanya (Gomez-Ortiz et
al, 2018).
seseorang dalam tindakan bullying (Fatih et al, 2015). Akan tetapi Merril &
11
menjadi korban ialah remaja yang tidak memiliki teman (Zsila et al, 2018).
Maka dari itu “teman sebaya merupakan salah satu faktor tertinggi yang
dimiliki oleh remaja, karena dengan banyaknya teman peluang untuk menjadi
korban lebih sedikit, begitu pula sebaliknya seseorang yang tidak memiliki
teman peluang untuk menjadi korbanya lebih tinggi (Zsila et al, 2018)”.
g. Faktor sekolah
faktor resiko bagi remaja yang menjadi korban bullying (Olenik Shemes &
Heiman, 2017). Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zsila et
tindakan bullying”. oleh karena itu tingkat sekolah, jenis sekolah, dan kualitas
sekolah memiliki efek yang bagus apabila memenuhi syarat yang ditentukan
12
meningkatkan kesejahteraan fisik, psikis, dan sosial. Oleh karena itu,
bullying, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Melia (2016)
gangguan jiwa yang dilakukan secara fisik dan psikis. Memberikan bantuan
fisik keluarga bagi pasien sakit jiwa, yaitu memberikan obat-obatan dan
mengizinkan pasien dirawat di rumah sakit atau menemui dokter. Pada saat
dalam mencegah anak dari perilaku bullying, hasil penelitian yang telah
hubungan keluarga, antara orang tua, antara orang tua dan anak, dan antara
informa pada orang tua karena peneliti ingin mengetahui proses kekerasan
13
yang dimaksud dengan dukungan adalah persepsi masyarakat tentang potensi
atas kepedulian dan bantuan. Dalam hubungan yang akrab Sesuai dengan
penghargaan atau bantuan yang dirasakan oleh orang atau kelompok lain.
penting untuk mencegah perilaku kekerasan dan mengatasi trauma, hal ini
kepada pasien, keluarga dan masyarakat. Hal ini deberikan perawat dalam
bentuk promotif dan preventif yang nantinya akan dilihat dari segi
penyuluhan dan deteksi dini, sedangkan dalam bentuk kuratif dan rehabilitatif
B. Konsep Remaja
1. Definisi Remaja
dan sosial (Abrori & Qurbaniah, 2017). Sedangkan menurut Sarwono (2011)
14
remaja diartikan masa perubahan, yang ditandain dengan perubahan sikap dan
Suatu peralihan tidak akan tergangu atau berubah oleh apa yang
terjadi sebelumnya, akan tetapi masa transisi ini lebih ke tahap perkembangan
menyimpan bekas terhadap apa yang akan terjadi sekarang dan yang akan
datang untuk mempengaruhi pola prilaku dan sikap baru. Pada masa ini,
remaja bukanlah anak-anak atau orang dewasa, tetapi pada situasi seperti ini
untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan perilaku, nilai, dan
Derajat perubahan sikap dan perilaku pada masa remaja mirip dengan
laju perubahan fisik. Pada masa remaja awal, ketika perubahan fisik terjadi
dengan cepat, maka perubahan perilaku dan sikap juga terjadi dengan cepat.
15
fisik dan psikolosgi yang terjadi. Kedua, minat dan peran yang diinginkan
baru. Terdapat banyak masalah baru bagi remaja awal dan lebih sulit
dipecahkan dari pada masalah sebelumnya, akan tetapi pada fase ini remaja
saat minat dan perilaku berubah, begitu pula dengan nilai. Apa yang dianggap
penting pada masa kanak-kanak, kini pada masa remaja dianggap hampir
ini lebih sulit untuk teratasi baik oleh laki-laki maupun perempuan, hal ini
terjadi oleh dua faktor kehidupan. yang pertama, sepanjang masa kanak-
kanak, masalah yang terjadi sering diselesaikan oleh orang tua dan guru,
menyelesaikan masalah. Dan yang kedua, karena remaja merasa mandiri, oleh
karena itu mereka ingin menyelesaikan masalah sendiri dan menolak bantuan
berharga, akan tetapi banyak diantaranya yang negatif. Hal ini terjadi karena
16
anggapan stereotip budaya yang menganggap bahwa remaja merupakan anak-
anak yang tidak rapi dan anak yang tidak dapat diandalkan seringkali
bertanggung jawab dan tidak bersimpati dengan perilaku remaja yang normal.
Stereotip terkenal juga memengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap
keinginannya sendiri. Remaja akan memandang dirinya sendiri dan orang lain
mestinya, terutama dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistis bukan
marah. Remaja terluka dan kecewa ketika orang lain mengecewakannya, atau
pada saat tujuan yang diinginkannya tidak tidak tercapai. Akan tetapi dengan
berpikir yang rasional, remaja yang lebih tua mulai melihat diri sendiri,
17
f. Masa Remaja Sebagai Ambang Masa Dewasa
kesan bahwa mereka semakin dekat dewasa. Namun, hanya berpakaian dan
berperilaku seperti orang dewasa tidaklah cukup. Oleh karena itu, remaja
seksual. Hal ini terjadi karena remaja mengira perilaku ini akan memberi
Pada tahap ini remaja masih terkejut dengan perubahan yang terjadi
pada fisiknya, selain itu remaja mengembangkan ide-ide baru, cepat tertarik
dengan lawan jenis, dan mudah terangsang dengan cara-cara pornografi, dan
pada tahap ini orang dewasa sulit untuk paham dan dipahami oleh orang
banyak teman mereka merasa bahagia karena sifatnya yang sama, selain itu
18
aktivitas seksual mulai muncul, sehingga remaja mulai mencoba melakukan
Pada tahap ini masa remaja menuju dewasa yang ditandai dengan
adanya Ciri-ciri diri adalah tumbuhnya minat pada fungsi intelektual, diri
mencari peluang untuk bersatu dengan orang lain, dan membentuk identitas
seksual yang tidak akan pernah berubah dengan pengalaman baru, serta
membentuk tembok yang memisahkan orang dari orang lain, Pribadi sendiri
dan publik.
C. Konsep Fasilitator
1. Definisi Fasilitator
fasilitas kepada siswa selama proses mengajar (Jihad, 2013). Sedangkan menurut
seseorang untuk membantu orang lain mencapai tujuan tertentu secara individu
“fasilitator adalah seorang individu yang secara subtantif netral untuk mengelola
maupun kelompok”
19
2. Fungsi Fasilitator
mendukung perdamaian”.
a. Demokrasi
20
pembelajaran, dimana dia menjadi peserta tanpa prasangka, dan selama
b. Tanggung Jawab
telah dibuat, apa yang dilakukan dan bagaimana hal ini mempengaruhi
atas dirinya sendiri, fasilitator harus peka terhadap bagaimana dan sejauh
mana peserta bersedia dan mampu memikul tanggung jawab untuk setiap
c. Kerja sama
Fasilitator dan peserta harus bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama,
d. Kejujuran
hal ini berarti bahwa fasilitator harus jujur kepada peserta dan dirinya
sendiri, karena fasilitator harus mewakili dirinya sendiri secara adil dan
e. Kesamaan Derajat
21
melakukannya, oleh karena itu fasilitator harus menyadari bahwa dia juga
bisa belajar sebanyak mungkin dari para peserta. Pada saat yang sama,
setiap peserta memiliki hak untuk memilih dan memutuskan untuk tidak
4. Sikap Fasilitator
a. Empati
Yaitu merasakan dan menghargai apa yang sedang dialami dan dirasakan
c. Percaya Diri
d. Obyektif
22
e. Menjadi seorang fasilitator tidak boleh merasa dirinya paling ahli,
menggurui, tidak menonjolkan diri sendiri atau ingin terpuji, dan tidak
sebenarnya .
keinginan untuk bersatu dengan masyarakat dan keinginan untuk bersatu dengan
sosial bagi remaja (siswa), kelompok sebaya memegang peranan penting dalam
(Septiyuni, dkk, 2015). Sedangkan menurut “Rahmah (2018) Peer group adalah
usia”. Peer group memegang peran penting dalam proses perkembangan anak,
hal ini dikarenakan teman sebagai sarana belajar untuk memenuhi kebutuhan
23
struktur sosial yang lebih besar, dan selain itu teman sebaya juga memiliki peran
group merupakan kelompok pertemanan yang memiliki nilai-nilai dan gaya hidup
tersendiri, Persahabatan pada usia yang sama sangat penting karena merupakan
beberapa teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa peer group atau teman
sebaya adalah sebuah kelompok sosial yang terbentuk dengan seiringnya waktu
yang memiliki nilai-nilai dan gaya hidup tersendiri dengan usia yang relatif sama.
a. Teman Dekat
b. Teman Kecil
c. Kelompok Besar
Biasanya pada kelompok ini terdiri dari teman kecil dan teman dekat,
dimana pada kelompok ini remaja semakin tertarik untuk berkumpul dan
antara mereka.
24
d. Kelompok Terorganisasi
kebutuhan sosial remaja tanpa kelompok besar. Banyak anak muda yang
bergabung dengan kelompok ini merasa disiplin diri pada usia 16-17 tahun
e. Kelompok Gang
Pada kelompok ini biasanya diisi dengan remaja yang tidak berada dalam
kelompok besar dan merasa tidak puas dengan kelompok yang terorganisir,
dari gang ini biasanya terdiri dari anak-anak dengan jenis kelamin yang
sama.
Pada hal ini tekanan yang diberikan oleh teman sebaya lebih besar, dimana
kebutuhan remaja untuk beradaptasi dengan apa yang dilakukan oleh teman-
disukai.
25
b. Kelompok Teman Sebaya Yang Memberikan Tekanan Bersifat Aktif
Dimana hal tersebut terjadi pada saat sekelompok teman sebaya memaksa
dan menekan kepada individu untuk melakukan hal yang serupa dengannya.
Biasanya teman sebaya yang melakukan hal ini meyakini bahwa prilakunya
26
E. Kerangka Teori
REMAJA
Faktor Bullying
BULLYING
Individu
Keluarga
Peer Group
Sekolah Faktor Peer Group
Sumber ( Sarwono & Hurlock, 2011; Hurlock, 1997; Heni & Suryani,
2019; Pusparita, dkk, 2010; Melia, 2016; Sarasati, dkk, 2019;
yulianingsih, 2018)
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
sebelum menerima intervensi dan post-test melakukan tes akhir setelah diberikan
intervensi.
Rencana penelitian ini akan dilaksanakan di salah satu SMK yang berada
C. Kerangka Konsep
28
Tabel 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Q1 X Q2
Keterangan:
group fasilitator.
D. Variabel Penelitian
E. Definisi Operasional
Skala
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
Peer Kelompok remaja yang SOP
group memiliki usia relatif
Fasilitator sama yang dipercaya
dapat memfasilitasi
dalam mencegah
terjadinya perilaku
bullying pada remaja.
Perilaku Suatu tindakan Kuisioner Pernyataan positif : Continous
Bullying kekerasan baik secara kesadaran Anti- - Sangat sesuai (SS) :5
fisik maupun psikologis Bullying yang - Sesuai (S) : 4
yang dilakukan oleh dikembangkan
29
Skala
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
siswa di sekolah oleh Melati - Ragu-ragu (RR) :3
kepada siswa lainnya. (2020). - Tidak sesuai (TS): 2
- Sangat tidak Sesuai
(SS): 1
Pernyataan negatif :
- Sangat sesuai (SS) =1
- Sesuai (SS) = 2
- Ragu – ragu (RR) = 3
- Tidak sesuai (TS) = 4
- Sangat tidak Sesuai
(STS ) =5
1. Populasi
Rencana populasi dari penelitian ini yaitu siswa siswi kelas 11 dari SMKN 1
2. Sampel
versi 3.1 dengan asumsi uji t, α 0.05, effect size 0.5, power level 0.8.
Sehingga total sampel yang akan direkrut sebanyak 34 siswa dengan kriteria
sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
30
b. Kriteria Eklusi
Siswa/siswi yang tidak dapat masuk sekolah dikarenakan sakit atau izin
1. Tahap Persiapan
tempat penelitian.
memulai penelitian.
Youtube.
bullying.
Bullying:
1) Definisi Bullying
2) Jenis-jenis Bullying
Peer Group
31
Fasilitator
1) Definisi Fasilitator
2) Fungsi Fasilitator
4) Sikap Fasilitator
intervensi.
untuk responden.
32
e. Peneliti akan memberikan materi kepada responden tentang bullying pada
f. Setelah itu pada hari ke 2,3 dan 4 peneliti menayangkan video tentang
g. Setelah itu pada hari ke 2,3 dan 4 fasilitator akan diminta untuk
H. Instrumen Penelitian
oleh Melati (2020). Intrumen ini di gunakan untuk mengukur kesadaran siswa
33
mencegah bullying dan melihat perilaku bullying dengan upaya diri sendiri untuk
adalah “sangat sesuai sampai dengan sangat tidak sesuai”. Terdapat 6 pernyataan
positif (favorable) dan 9 pernyataan negatif (unfavorable). Total skor yang akan
didapatkan 15-75, dengan hasil semakin rendah skor yang didapatkan maka
semakin rendah perilaku bullying pada remaja, begitu pula sebaliknya, semakin
tinggi skor yang didapatkan maka akan semakin tinggi pula perlikau bullying pada
remaja.
1. Uji Validitas
item telah teruji validitasnya yang ditunjukan dengan nilai corrected total
item correlation > 0,3, dan yang mempunyai corrected total item correlation
34
(r) diatas 0,3, item pernyataan yang dapat merepresentasikan variabel
2. Uji Reabilitas
Hasil pengujian yang dilakukan oleh Melati (2020) menemukan bahwa nilai
Cronbach's Alpha lebih besar dari 0,6, oleh karena itu variabel diatas telah
J. Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat pada penelitian ini dilakukan terhadap setiap variabel dari
bullying pretest dan posttest peer group fasilitator pada responden akan
35
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan antar variabel uji statistik
K. Hipotetsis
dari KEPK STIKep PPNI Jabar dan mendapatkan surat perizinan dari sekolah.
Setelah mendapatkan izin etik dan persetujuan dari pihak sekolah maka peneliti
1. Informent Concent
responden.
36
2. Anominity
partisipan mengisi untuk biodata hanya inisial, usia, kelas, dan lain-lain.
3. Veracity
Prinsip dari veracity yaitu memperlihatkan etika jujur. Yang artinya pada
penelitian ini, peneliti memberi informasi yang lengkap kepada partisipan dan
4. Justice
5. Benefience
6. Non-Maleficience
terhadap partisipan, dan penelitian ini tidak akan menimbulkan resiko yang
7. Confidentiality
Peneliti memakai kode inisial untuk kuesioner biodata partisipan dan semua
sehingga peneliti akan menjaga privasi biodata dan jawaban dari partisipan.
37
Dan data dari kuesioner akan disimpan dalam bentuk file arsip (rar) dan akan
38
DAFTAR PUSTAKA
Muhammadiyah Pontianak.
Konseling, 1(1).
Athanasiou, K., Melegkovits, E., Andrie, E. K., Magoulas, C., Tzavara, C. K.,
Gadjah Mada).
39
Bevilacqua, L., Shackleton, N., Hale, D., Allen, E., Bond, L., Christie, D., …
Dewi, H. A., Suryani, S., & Sriati, A. (2020). Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Care, 3(2).
Edu/Direktori/Fip/Jur._Pend._Luar_Biasa/195707121984032-Ehan/Bullyi
ng_Dalam_Pendidikan. Pdf.
Https://Doi.Org/10.1177/0886260514555006
Science, 4(1), 73-84.
40
Garaigordobil, M. (2011). Prevalencia Y Consecuencias Del Cyberbullying: Una
Pencegahan-Terjadinya-Perilaku-Kekerasan-Bullying-Melalui- Program-
Gómez-Ortiz, O., Romera, E. M., Ortega- Ruiz, R., & Del Rey, R. (2018).
Jan, A., & Husain, S. (2015). Bullying in Elementary Schools: Its Causes and
Perilaku Bullying Bagi Anak. Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, 6(1), 23.
41
Kemendikbud. (2019). Modul Teknik Fasilitasi: Sikap Fasilitator. 14, 10.
088626051666097. doi:10.1177/0886260516660975
Kowalski, R. M., & Toth, A. (2018). Cyberbullying Among Youth With And
Studi Pada Pasien Penyakit Jiwa Di Rsj Hb. Sa’anin Padang. Jurnal Ilmu
Merrill, R. M., & Hanson, C. L. (2016). Risk And Protective Factors Associated
3-4.
Palladino, B. E., Nocentini, A., & Menesini, E. (2012). Online And Offline Peer
639.
42
Cyberbullying Pada Siswa Kristen SMP Nasional Makassar. Jurnal
Putri, A. T. K. (2018). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dan Penggunaan Media
Puspasari, YP. Dkk. (2012). Dukungan social teman sebaya dengan kecemasan
Perkembangan. Jakarta
Indonesia).
43
Septiyuni, D. A., Budimansyah, D., & Wilodati, W. (2015). Pengaruh Kelompok
Stuart, G. W., Keliat, B. A., & Pasaribu, J. (2016). Prinsip dan praktik
257.
44
Widiastuti, W., Ani, Y., & Munthe, A. (2020). Penyuluhan Orang Tua Dalam
219-225.
Zsila, Á., Orosz, G., Király, O., Urbán, R., Ujhelyi, A., Jármi, É., … Demetrovics,
Https://Doi. Org/10.1007/S11469-017-9809-0
45
Lampiran 1
Jadwal Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan topik
2. Pembagian
pembimbing
3 Bimbingan
penyusunan proposal
4 Seminar proposal
5 Revisi Proposal
6 Pengurusan
administrasi
7 Pelaksanaan
penelitian dan
bimbingan
8 Penulisan hasil …
penelitian, dan
bimbingan
9 Ujian sidang
46
Lampiran 2
CATATAN BIMBINGAN
pada Remaja
2020
mengganti topik
untuk d bahas
tempat penelitian
47
No Tanggal Catatan Bimbingnan Paraf
6. Lengkapi bab 3.
48
5. Pelajari tentang continous.
bullying.
49
CATATAN BIMBINGAN
pada Remaja
cepat).
4. Cari instrumen.
Paragraf deduktif.
3. Cari fenomena.
paragraf.
2. Lengkapi referensi.
membuat paragraf.
50
jelaskan berdasarkan sumber.
pakai italic.
penulisan citasi.
51
Lampiran 3
Penghitungan Sampel
52
Lampiran 4
Izin Pemakaian Instrumen
53
Lampiran 5
https://youtu.be/spAbvn0Qu4k
https://youtu.be/fruCwaexAVI
https://youtu.be/oN0SrkwvSKQ
54
Lampiran 6
Nama (inisial) :
Umur :
Jenis kelamin :
Kelas :
Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa
Peer Group Fasilitator Terhadap Perilaku Bullying Pada Remaja”, saya tidak
akan menuntut terhadap kemungkinan yang akan terjadi dalam penelitian ini.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa paksaan.
Responden
55
Lampiran 7
Instrumen Penelitian
1. Identitas Subjek
Nama :
Kelas :
Jenis kelamin :
Suku :
Agama :
2. Petunjuk mengerjakan
memberikan tanda chek list pada salah satu jawaban yang sesuai dengan
Keterangan
SS : Sangat sesuai
S : Sesuai
RR : Ragu-ragu
TS : Tidak sesuai
STS: Sangat tidak sesua
56
No Pernyataan Alternatif jawaban
SS S RR TS STS
1 Ketika melihat teman yang jelek
menurut saya, langsung saya
mengejek dia.
2 Ketika saya mendengar teman
mengejek saya, saya langsung
membalasnya.
3 Ketika mengejek teman akan
menjadi kepuasan tersendiri bagi
saya.
4 Saya suka menjelekan dan
memukul teman saat bercanda.
5 Saya menertawakan teman yang
kekurangan secara fisik.
6 Saya terbiasa mengeijai teman
berkebutuhan khusus di sekolah.
7 Ketika ada teman yang kekurangan
secara fisik dan terbelakang mental
saya mengejeknya.
8 Saya tidak mengejek teman yang
kekurangan secara fisik dan mental.
9 Ketika ada teman dibully saya
melerainya.
Saya diam saja ketika melihat
10
teman dibully dalam kelas.
11 Saya memberikan support kepada
teman yang menjadi korban
bullying di sekolah.
57
No Pernyataan Alternatif jawaban
SS S RR TS STS
12 Saya melaporkan tindakan pelaku
bullying kepada orang terdekat
pelaku agar diberikan
13 perhatian. .untuk teman
Saya menasehati tidak melanjutkan
saya yang
pelaku bullying agar tidak
mengulangi melakukan bullying.
14 Saya mendukung dan berbicara
kepada teman saya untuk terus
melakukan bullying.
15 Saya langsung melaporkan
tindakan bullying kepada guru kelas
di sekolah.
58