PROPOSAL
Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk diajukan dan dipertahankan
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetehui,
KetuaProgram Studi
Bimbingan Konseling
HALAMAN SAMPUL..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL............................................................................................ iv
DAFTAR GRAFIK.......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vi
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 5
C. Tujuan Penlitian.................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 5
BAB II LANDASAN TEORITIK.................................................................... 7
A. Konsep Dasar Kedisiplinan Siswa........................................................ 7
1. Pengertian Kedisiplinan siswa........................................................ 7
2. Tujuan Kedisiplinan........................................................................ 8
3. Manfaat Kedisiplinan ..................................................................... 9
4. Aspek-Aspek Kedisiplinan............................................................. 10
5. Unsur-Unsur Kedisiplinan.............................................................. 10
6. Faktor-Faktor yang Mmempengaruhi Kedisiplinan....................... 11
B. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok................................................... 12
1. Pengertian Bimbingan Kelompok................................................... 12
2. Tujuan Bimbingan Kelompok........................................................ 13
3. Fungsi Bimbingan Kelompok ....................................................... 14
4. Asas-Asas Bimbingan Kelompok.................................................. 14
5. Tahap-Tahap Bimbingan Kelompok............................................. 15
C. Konseling Konseling Teknik Behavior Contract ................................ 21
1. Pengertian Behavior Contract....................................................... 21
2. Tujuan Behavior Contract............................................................. 22
3. Komponen-Komponen Behavior Contract ................................... 23
4. Syarat-Syarat dalam Memantapkan Kontrak Perilaku................... 23
5. Prinsip Dasar Behavior Contract................................................... 24
6. Langkah-Langkah Teknik Behavior Contract.............................. 24
7. Kelebihan Dan Kekurangan Behavior Contract............................ 26
D. Hasil Penelitian Terdahulu................................................................... 26
E. Kerangka Berpikir................................................................................ 27
F. Hipotesisi Penelitian............................................................................. 29
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 30
A. Pendekatan Dan Desain Penelitian....................................................... 30
1. Pendekatan Penelitian..................................................................... 30
2. Desain Penelitian............................................................................ 30
B. Tempat Dan Waktu Penelitian.............................................................. 30
1. Tempat Penelitian........................................................................... 30
2. Waktu Penelitian............................................................................. 31
C. Populasi Dan Sampel Penelitian........................................................... 31
1. Populasi........................................................................................... 31
2. Sampel............................................................................................ 31
D. Definisi Operasional Variabel.............................................................. 32
1. Pengertian Bimbingan Kelompok Melalui Behavior Contract...... 32
2. Pengertian Kedisiplinan.................................................................. 33
E. Teknik Pengumpulan Data................................................................... 33
1. Pengembangan Instrumen............................................................... 33
2. Uji Instrumen.................................................................................. 34
F. Teknk Analisis Data............................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 37
LAMPIRAN..................................................................................................... 39
DAFTAR TABEL
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan
pelaksanaan penelitian ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui kondisi awal kedisiplinan siswa kelas XI MAN 1
Buton!
2. Untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan kelompok melalui teknik
behavior contract untuk meningkatkan kedisiplinan siswa kelas XI MAN
1 Buton!
3. Untuk mengetahui Seberapa efektifkah pelaksanaan bimbingan kelompok
melalui teknik behavior contract untuk meningkatkan kedisiplinan siswa
kelas XI MAN 1 Buton!
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberi sumbangan bagi ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang
pendidikan dan pengajaran
b. Mengembangkan teori-teori yang berkaitan dengan penerimaan diri siswa
serta teknik khusus dalambidang bimbingan dan konseling.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru BK
Penelitian ini membantu dalam pelaksanaan bimbingan kelompok
melalui teknik behavior contract untuk meningkatkan kedisiplinan yang
dapat memudahkan siswa untuk lebih memahami lingkungannya, baik
lingkungan fisik maupun sosial.
b. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak sekolah dalam
mengatasi masalah-masalah yang dialami siswa khususnya masalah
kedisiplinan siswa kelas XI MAN 1 Buton.
c. Bagi peneliti Selanjutnya
Penelitian dapat meningkatkan kemampuan diri di bidang penelitian dan
sebagai usaha untuk memperluas pengetahuan mengenai bimbingan dan
konseling.
BAB II
LANDASAN TEORITIK
A. Konsep Dasar Kedisiplinan Siswa
1. Pengertian Kedisiplinan Siswa
Kedisiplinan merupakan suatu sikap yang tegas berwibawa dalam
bertindak untuk mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan.
Kedisiplinan berasal dari kata disiplin. Istilah disiplin berasal dari bahasa
latin “Disciplina” yang menunjuk pada kegiatan belajar mengajar. Disiplin
berasal dari akar kata “Disciple” yang berarti belajar. Istilah bahasa inggris
lainnya, berarti tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan
diri, kendali diri, latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan
sesuatu sebagai kemampuan mental atau karakter moral, hukuman yang
diberikan untuk melatih atau memperbaiki, kumpulan atau sistem
peraturan-peraturan bagi tingkah laku. Emile Durkheim (Thomas Lickona,
2013).
Disiplin berasal dari kata yang sama dengan “disciple”, yakni
seorang yang belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang
pemimpin. Orang tua atau guru merupakan pemimpin dan anak merupakan
murid yang belajar dari mereka cara hidup yang menuju kehidupan yang
berguna dan bahagia. Jadi disiplin merupakan cara masyarakat
mengajarkan anak perilaku moral yang disetujui kelompok. Elizabeth B.
Hurlock (2012).
Menurut Tu’u (Dewi Puspitaningrum, 2014) menjelaskan bahwa
membudayakan disiplin dalam kehidupan sekolah pada peserta didik dapat
memberikan dampak yang positif bagi kehidupan peserta didik di luar
sekolah. Disiplin yang baik dapat menghasilkan kehidupan yang teratur,
sebab disiplin dapat mengatur perilaku dan menjadi unsur yang
fundamental dari moralitas. Unsur fundamental tersebut akan berpengaruh
pada kemajuan pembangunan, martabat dan mengantarkan pada
kesejahteraan bangsa.
Menurut Oteng Sutisna (2013) istilah disiplin itu banyak
mengandung beberapa arti good’s Distinari of Education menjelaskan
disiplin sebagai berikut: (a) proses atau hasil pengarahan atau
pengendalian keinginan, dorongan atau kepentingan demi suatu cita-cita
atau untuk mencapai tindakan yang lebih efektif; (b) pencarian suatu cara
bertindak yang terpilih secara gigih, aktif yang diarahkan sendiri,
sekalipun menghadapi rintangan;7 (c) pengendalian perilaku peserta didik
dengan langsung dan otoriter melalui hukuman atau hadiah; dan (d)
pengekangan setiap dorongan, sering melalui cara tidak enak.
Sedangkan disiplin sekolah menurut Dewi Puspitaningrum, (2014)
adalah keadaan karakteristik dan jenis keadaan serba teratur pada suatu
sekolah tertentu atau cara dengan nama keadaan teratur itu diperoleh, atau
pemeliharaan kondisi yang membantu kepada pencapaian efisiensi fungsi-
fungsi sekolah.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa kedisplinan merupakan persesuaian antara sikap,
tingkah laku dan perbuatan seseorang dengan suatu peraturan yang sedang
diberlakukan. Sebab itulah guna mewujudkan disiplin dalam diri siswa
diperlukan adanya peraturan atau tata tertib dalam kegiatan belajar
mengajar di sekolah. Dengan adanya peraturan tersebut, setiap sikap
tindakan yang mencerminkan kedisiplinan dapat dilaksanakan dengan baik
dan benar.
2. Tujuan Kedisiplinan
Penanaman dan penerapan sikap disiplin pada pendidikan tidak
dimunculkan sebagai suatu tindakan atau pembatasan kebebasan peserta
didik dalam melakukan perbuatan sekehendaknya, akan tetapi hal itu tidak
lebih sebagai tindakan pengarahan kepada sikap yang bertanggung jawab
dan mempunyai cara hidup yang baik dan teratur sehingga peserta didik
tidak merasakan bahwa disiplin merupakan beban, tetapi disiplin
merupakan suatu kebutuhan bagi dirinya dalam menjalankan tugas sehari-
hari. Adapun tujuan disiplin menurut Charles, S, (2013). adalah: (a) tujuan
jangka pendek yaitu supaya anak terlatih dan terkontrol dengan ajaran
yang pantas; (b) tujuan jangka panjang yaitu untuk mengembangkan dan
pengendalian diri anak tanpa pengaruh pengendalian dari luar.
Tujuan dari seluruh disiplin ialah membentuk perilaku sedemikian
rupa hingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok
budaya, tempat individu itu diidentifikasikan. Karena tidak ada pola
budaya tunggal, tidak ada pula satu falsafah pendidikan anak yang
menyeluruh untuk mempengaruhi cara menanamkan disiplin. Elizabeth
B.Hurlock (2012).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa kedisiplinan memiliki tujuan diantaranya adalah
mengarahkan anak untuk belajar halhal bagi persiapan masa dewasa dan
agar anak terlatih dengan ajaran yang pantas, selain itu terdapat tujuan
jangka panjang yaitu, mengembangkan dan mengendalikan diri anak
terhadap pengaruh pengendalian dari luar.
3. Manfaat Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan suatu yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. disiplin harus kepada anak sejak awal agar anak
mempunyai kebiasaan-kebiasaan berperilaku yang baik dan tertib yang
akan sangat berguna dalam mendukung perkembangan aspek-aspek
lainnya dan untuk kehidupannya kelar. Soetjiningsih (Dewi
Puspitaningrum, 2014) menambahkan manfaat disiplin adalah antara lain:
(a) anak merasa aman karena ia tahu mana yang boleh dan mana yang
tidak boleh dilakukannya; (b) membantu anak menghindari perasaan
bersalah dan malu akibat perbuatan salah; (c) memungkinkan anak hidup
menurut standar yang disetujui kelompok sosil; (d) merasa disayang dan
diterima karena dalam proses disiplin anak medapat pujian bila melakukan
hal baik; dan (e) membantu anak dalam mengembangkan hati nuraninya.
Menurut Elizabeth B. Hurlock, (2012) disiplin sangat perlu untuk
perkembangan anak karena ia memenuhi kebutuhan tertentu. Dengan
demikian disiplin memperbesar kebahagiaan dan penyesuaian pribadi dan
sosial anak.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa kedisiplinan merupakan suatu sikap yang harus
ditanamkan kepada anak sedini mungkin agar anak terbiasa melakukan
perbuatan yang baik dan sesuai dengan standar lingkungan sosialnya
disiplin juga memiliki banyak manfaat bagi perkembangan anak
diantaranya melatih anak agar bertanggung jawab dalam segala
kegiatannya.
4. Aspek-aspek Kedisiplinan
Menurut Moenir, (2013:96) aspek-aspek yang dapat digunakan
untuk mengukur tingkat kedisiplinan siswa yaitu ada 2 aspek yakni
disiplin waktu dan disiplin perbuatan, yaitu:
a). Disiplin Waktu, meliputi :
1) Tepat waktu dalam belajar, mencakup datang dan pulang sekolah
tepat waktu, mulai dari selesai belajar di rumah dan di sekolah
tepat waktu
2) Tidak meninggalkan kelas/membolos saat pelajaran berlangsung
3) Menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan.
b). Disiplin Perbuatan, meliputi :
1) Patuh dan tidak menentang peraturan yang berlaku di sekolah
2) Tidak malas belajar
3) Tidak menyuruh orang lain bekerja demi dirinya
4) tidak membuat keributan, dan tidak mengganggu orang lain yang
sedang belajar.
5. Unsur-Unsur Kedisiplinan
Unsur pokok disiplin menurut Elizabeth B Hurlock (2012) yaitu:
a. Peraturan sebagai pedoman perilaku
Peraturan merupakan pola tingkah laku. Pola tersebut dapat
ditetapkan oleh orang tua, guru, atau teman bermain. Peraturan digunakan
untuk membentuk perilaku individu, peraturan memperkenalkan individu
pada perilaku yang disetujui lingkungan sekitar. Seperti pada sekolah
peserta didik diperkenalkan perilaku disiplin yang harus ditetapkan
dilingkungan sekolah, sehingga nantinya akan membuat peserta didik
terbiasa dalam disiplin.
b. Konsistensi dalam peraturan tersebut dan dalam cara yang digunakan
mengajarkan dan memaksakannya.
Konsistensi merupakan tingkat keseragaman atau stabilitas. Harus
ada konsistensi terhadap peraturan yang digunakan dalam pedoman
perilaku, konsistensi dalam peraturan ini diajarkan dan dipaksakan, seperti
dalam hukuman yang diberikan kepada peserta didik yang berperilaku
tidak sesuai dengan standar, dan dalam penghargaan bagi mereka yang
menyesuaikan.
c. Hukuman untuk pelanggaran peraturan
Hukuman berasal dari kata kerja latin, punire yang berarti
menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan,
pelawanan, atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan. Hukuman
dapat menghalangi terulangnya tindakan yang tidak diinginkan, hukuman
juga dapat digunakan untuk mendidik, dalam hal ini agar individu dapat
mengetahui perbuatan mana yang baik untuk dilakukan dan perbuatan
yang tidak baik dilakukan (perbuatan yang melanggar peraturan).
d. Penghargaan untuk perilaku yang baik yang sejalan dengan peraturan
yang berlaku
Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-
kata pujian, senyuman dan tepukan di punggung. Penghargaan akan
diterima setelah individu dapat menyelesaikan kewajibannya
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Sekolah
Menurut Elizabeth B Hurlock (2012) dalam melaksanakan suatu
kegiatan seringkali terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik itu
berupa pendukung ataupun kendala yang menghambat kelancaran atau
keberhasilan tujuan kegiatan tersebut. Pada dasarnya yang mempengaruhi
kedisiplinan yaitu:
a. Dorongan yang datang dari dalam diri manusia, yaitu dikarenakan
adanya pengetahuan, kesadaran, dan keinginan pada diri peserta didik
untuk berbuat disiplin
b. Dorongan yang datangnya dari luar yaitu karena adanya perintah,
larangan, pengawasan, pujian, ancaman, hukuman dan sebagainya.
Jadi kedisiplinan akan terbentuk jika faktor yang mendukung peserta
didik yang ada pada diri peserta didik yaitu pengetahuan, kesadaran dan
keinginan untuk berbuat disiplin dan faktor yang berada di luar peserta
didik yaitu lingkungan peserta didik dan adanya perintah dari orang tua
maupun guru bisa berkolaborasi atau bekerjasama dalam membentuk
kedisiplinan peserta didik, pembiasaan kedisiplinan yang di mulai dari
dalam diri peserta didik dan pembinaan disiplin guru dan wali murid yang
bekerjasama mengontrol tingkah laku peserta didik juga adanya koordinasi
dan komunikasi yang baik antara kepala sekolah dan guru sangatlah
penting demi kelancaran dan pembentukan kedisiplinan peserta didik.
B. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok
1. Pengertian Bimbingan Kelompok
Menurut Dewa Ketut Sukardi, (2012) layanan Bimbingan
kelompok adalah layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah
peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari
narasumber tertentu dari pembimbing atau konselor yang berguna untuk
menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai
pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam
mengambil keputusan. Gazda dalam Prayitno & Erman Amti, (2013)
mengemukakan bahwa bimbingan kelompok di sekolah merupakan
kegiatan informasi kepada sekelompok peserta didik untuk membantu
mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Bimbingan
kelompok diselenggarakan untuk memberikan informasi yang bersifat
personal, vokasional, dan sosial.
Menurut Rifda El Fiah (2015) dalam buku “ Dasar-Dasar
Bimbingan dan Konseling” mengatakan bimbingan kelompok merupakan
bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok.
Bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian informasi atau pun
aktivitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan,
pribadi, dan sosial.
Sedangkan Amdan Sarjun (2016) dalam buku “Panduan
Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah
Menengah Atas” mengatakan bimbingan kelompok adalah bantuan kepada
kelompok kecil yang terdiri atas 2-10 peserta didik/konseli agar mereka
mampu melakukan pencegahan masalah pemeliharaan nilai-nilai, dan
pembangunan keterampilan-keterampilan hidup yang dibutuhkan.
Bimbingan kelompok harus dirancang sebelumnya dan harus sesuai
dengan kebutuhan nyata anggota kelompok.
Menurut Prayitno &Erman Amti, (2013) Bimbingan kelompok
adalah memanfaatkan dinamika untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan
dan konseling, bimbingan kelompok lebih menekankan suatu upaya
bimbingan kepada individu melalui kelompok. indikator bimbingan
kelompok yaitu:
a. Mampu berbicara didepan orang
b. Mampu mengeluarkan pendapat ide, saran, tanggapan, perasaan, dan
lain sebagainya
c. Bertanggung jawab atas apa yang dikemukakan
d. Mampu mengendalikan diri dan menahan emosi
e. Dapat bertenggang rasa
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok adalah suatu layanan
yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui
dinamika kelompok memperoleh bahan dari narasumber atau membahas
secara bersama-sama suatu topik yang berguna untuk perkembangan
peserta didik baik secara individual maupun kelompok.
2. Tujuan Bimbingan Kelompok
Menurut Prayitno & Erman Amti, (2013) tujuan dalam bimbingan
kelompok terdapat tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari
layanan bimbingan kelompok adalah berkembangnya sosialisasi peserta
didik, khususnya kemampuan komunikasi, anggota kelompok, dan untuk
mengentaskan masalah peserta didik dengan memanfaatkan dinamika
kelompok. Sedangkan secara khusus bimbingan kelompok bertujuan
untuk:
a. Melatih untuk mengemukakan pendapat di hadapan anggotanya
b. Melatih peserta didik dapat bersikap terbuka di dalam kelompok
c. Melatih peserta didik untuk dapat membina keakraban bersama anggota
dalam kelompok khususnya dan teman di luar kelompok pada
umumnya
d. Melatih peserta didik untuk dapat mengendalikan diri dalam kegiatan
kelompok
e. Melatih peserta didik untuk dapat bersikap tenggang rasa dan
bertoleransi dengan orang lain.
f. Melatih peserta didik untuk menjalin hubungan interpersonal dalam
situasi kelompok dan dapat menumbuhkan daya kreatif peserta didik.
Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk meningkatkan
peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan bagi
narasumber (terutama guru pembimbing) yang bermanfaat untuk
kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai peserta didik,
anggota keluarga dan masyarakat. Bahan yang dimaksudkan dapat juga
dipergunakan sebagai acuan untuk mengambil keputusan. Abu Bakar M.
Luddin, (2012).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa tujuan layanan bimbingan kelompok adalah
pengembangan diri individu agar dapat berlatih berbicara, menanggapi,
memberi dan menerima pendapat orang lain, dan dapat mengembangkan
potensi diri serta dapat berinteraksi terhadap lingkunganya.
3. Fungsi Layanan Bimbigan Kelompok
Menurut Yusran Adam, (2013) Fungsi layanan bimbingan
kelompok diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Memberi kesempatan yang luas untuk berpendapat dan memberikan
tanggapan tentang berbagai hal yang terjadi di lingkungan sekitar
b. Memberikan pemahaman yang efektif, objektif, tepat, dan cukup luas
tentang berbagai hal yang tentang apa yang mereka bicarakan.
c. Menimbulkan sikap yang positif terhadap keadaan sendiri dan
lingkungan mereka yang berhubungan dengan hal-hal yang mereka
bicarakan dalam kelompok
d. Menyusun program-program kegiatan untuk mewujudkan penolakan
terhadap sesuatu hal yang buruk dan memberikan dukungan terhadap
sesuatu hal yang baik. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang nyata
dan langsung untuk membuahkan hasil sebagaimana apa yang mereka
programkan semula.
4. Asas-Asas Bimbingan Kelompok
Menurut Abu Bakar M. Luddin, (2012) dalam pelaksanaan
kegiatan bimbingan kelompok terdapat asas-asas yang diperlukan untuk
memperlancar kegiatan bimbingan kelompok sehingga mencapai tujuan
yang diharapkan, asas-asas tersebut yaitu:
a. Asas Kerahasiaan, yaitu para anggota harus menyimpan dan
merahasiakan informasi apa yang dibahas dalam kelompok, terutama
hal-hal yang tidak layak diketahui orang lain
b. Asas Keterbukaan, yaitu para anggota bebas dan terbuka
mengemukakan pendapat, ide, saran, tentang apa saja yang dirasakan
dan dipikirkannya tanpa adanya rasa malu dan ragu-ragu
b. Asas Kesukarelaan, yaitu semua anggota dapat menampilkan diri
secara spontan tanpa malu atau dipaksa oleh teman lain atau
pemimpin kelompok
c. Asas Kenormatifan, yaitu semua yang dibicarakan dalam kelompok
tidak boleh bertentangan dengan norma-norma dan kebiasaan yang
berlaku.
5. Tahap-Tahap Bimbingan Kelompok
Pada pelaksanaan eksperimen bimbingan kelompok ini mengacu
pada tahap-tahap bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh Prayitno &
Erman Amti, (2013) ada beberapa pakar bimbingan kelompok yang
meliputi empat tahap yang sebelumnya diawali dengan tahap permulaan
atau tahap awal untuk mempersiapkan anggota kelompok. Tahap-tahap
tersebut yaitu tahap pembentukkan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan
tahap pengakhiran.
1) Tahap Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan dan penjajakan, dimana
para peserta diharapkan dapat lebih terbuka menyampaikan harapan
keinginan dan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh masing-masing
anggota. Penampilan pemimpin kelompok pada tahap ini hendaknya
benar-benar bisa meyakinkan anggota kelompok sebagai orang yang
bisa dan bersedia membantu anggota kelompok mencapai tujuan yang
diharapkan.
Dalam memulai pembentukan kelompok perlu adanya
perencanaan yang matang. Oleh karena itu keberhasilan kelompok
yang dibentuk tidak terlepas dari perencanaan dan pelaksanaan
konseling kelompok itu sendiri. Berbagai ahli telah mengenali tahap-
tahap perkembangan itu. Mereka memakai istilah yang kadang-kadang
berbeda namun pada dasarnya mempunyai isi yang sama.
Bimbingan Kelompok
Kedisiplinan Kedisiplinan
Dengan Teknik
Rendah Behavior Contract Meningkat
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pernyataan. Sugiyono (2012). Dikatakan sementara, karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum berdasarkan pada
fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis
juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah
penelitian, belum jawaban empirik.
Berdasarkan pendapat di atas, maka yang menjadi hipotesis dalam
penelitian ini adalah bimbingan kelompok melalaui teknik behavior contract
efektif dalam meningkatkan kedispilinan siswa kelas XI MAN 1 Buton.
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Waktu Penelitian
30
Waktu penelitian ini peneliti akan melaksanakan pada bulan
Januari sampai Februaari 2023. dalam penelitian ini peneliti
mendeskripsikan atau memberikan gambaran hasil penelitian sesuai data
lapangan.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi menurut Sugiyono adalah wilayah generalisasi yang
terdiri dari atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian dapat disimpulkan
sebagai subyek penelitian yang mengenai dapat diperoleh dari data yang
dipermasalahkan. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas
X1 MAN 1 Buton yang terdiri 3 kelas dengan jumlah 65 orang siswa.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat rincian tabel di bawah:
Tabel 3.2. Populasi Penelitian
No Kelas Total
1. VIII, 1 22
2. VIII, 2 23
3. VIII, 3 20
∑ Siswa 65
2. Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2012: 118) “sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Pemilihan
sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive.
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu (Sugiyono, 2012: 124). Menurut Arikunto (2012: 183) “ sampel
bertujuan atau sampling purposive dilakukan dengan cara mengambil
subyek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan
atas adanya tujuan tertentu. Pemilihan sampling purposive dikarenakan
adanya syarat-syarat tertentu peneliti dalam menentukkan sampel.
Pengambilan sampel dengan teknik sampling puropsive ini cukup baik
karena sesuai dengan pertimbangan penelitian sendiri sehingga dapat
mewakili populasi.
D. Definisi Operasional Variabel
1. Pengertian Bimbingan Kelompok Melalui Teknik Behavior Contract
Layanan bimbingan kelompok melalui teknik behavior contract
adalah kegiatan sekelompok yang di lakukan siswa kelas XI MAN 1 Buton
dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang dapat dapat melatih siswa
untuk mengubah tingkah lakunya yang maladaptif menjadi adaptif,
melatih kemandirian berperilaku sehingga siswa dapat mengubah
kebiasaan berperilaku kurangnya kedisiplinan, dan dapat meningkatkan
kemampuan dan keterampilan siswa sehingga mampu berperilaku secara
tepat. Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan bimbingan kelompok teknik
behavior contract sebagai berikut:
a. Tahap Pembentukan
Pada tahap pembentukan peneliti membina hubungan baik (rapport)
terlebih dahulu seperti menanyakan kabar atau keadaan anggota
kelompok, kemudian peneliti membuka kegiatan bimbingan kelompok
dengan memberi “salam”, peneliti memimpin doa, Kemudian Peneliti
menjelaskan “pengertian, tujuan, asas, dan cara pelaksanaan
bimbingan kelompok dan kemudian dilanjutkan dengan kesepakatan
waktu bimbingan kelompok kepada seluruh anggota.
b. Tahap Peralihan/Transisi
Pada tahap ini peneliti mengarahkan siswa untuk menjelaskan kembali
tentang bimbingan kelompok kepada para anggota kelompok,
Menanyakan kesiapan anggota kelompok untuk kegiatan lebih lanjut
dan Memberi contoh topik yang akan dibahas (topik tugas atau bebas).
c. Tahap Kegiatan
Pada tahap ini peneliti mengarahkan untuk membuat kontrak perilaku
tentang kedisiplinan siswa sebelum memasuki tahap inti layanan.
Kemudian peneliti menjelaskan topik yang akan di bahas bersama
anggota kelompok dan masing-masing kelompok mengungkapkan
pendapatnya terkait topik yang di bahas.
d. Tahap Pengakhiran
Pada tahapan ini peneliti menyimpulkan dari pokok bahasan yang
telah dibahas, peneliti juga mengajukan beberapa pertanyaan kepada
anggota kelompok mengenai pemahaman baru, sikap, dan perasaan
dan selanjutnya peneliti menutup kegiatan dengan doa dan ucapan
terima kasih.
2. Pengertian Kedisiplinan
Kedisiplinan dalam penelitian ini adalah suatu sikap yang harus
dipatuhi siswa kelas XI MAN 1 Buton, dengan disiplin siswa mampu
memahami serta mengetahui tindakan yang dilanggar maupun tidak
dilanggar, agar dapat tercipta suatu keteraturan di sekolah yang dapat
menunjang kegiatan pembelajan. Yang di ukur melalui aspek-aspek
kedisiplinan antara lain:1) disiplin waktu dengan indikator; tepat waktu
dalam belajar, tidak meninggalkan kelas/membolos saat pelajaran
berlangsung. 2). Disiplin perbuatan dengan indikator; patut dan tidak
menentang peraturan di sekolah, tidak malas belajar, tidak menyuruh
orang lain bekerja demi dirinya, dan tidak membuat keributan dan
menganggu orang lain yang sedang belajar.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Pengembangan Instrumen
Skala memiliki karakteristik khusus yang dapat membedakan dari
berbagai bentuk alat dalam pengumpulan data. Skala merupakan daftar
pernyataan yang harus dijawab atau diisi oleh subyek yang mengacu pada
indikator kedisiplinan yang bertujuan untuk memancing respon atau
jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan diri yang biasanya tidak
disadari oleh responden yang bersangkutan. Asumsi dasar menggunakan
metode pengukuran skala adalah subyek merupakan orang yang paling
tahu dirinya sendiri, sehingga semua jawaban subyek yang diberikan
kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya, serta ada kesamaan
antar interpretasi antara subyek dan peneliti.
Skala yang akan digunakan merupakan skala model likert. Skala
likert di gunakan untuk menukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian
fenomena sosial ini telah di tetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang
selanjutnya di sebut sebagai variabel penelitian.dan variabel yang akan di
ukur di jabarkan menjadi indikator variabel yang di sajikan sebagai titik
tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan.
Skala yang digunakan dalam teknik penelitian ini yaitu, skala
kecenderungan menyontek. Skala disusun dengan empat alternatif jawaban
yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), dan STS (Sangat
Tidak Sesuai). Tahapan pengumpulan data dilakukan dengan meminta
subyek penelitian memberikan respon jawaban pada skala. Hasil dari
jawaban subyek dilakukan penyekoran untuk item favourable
(mendukung) jawaban SS diberi skor 4, S diberi skor 3, TS diberi skor 2,
dan STS diberi skor 1 dan jika yang dipilih siswa unfavourable
(mendukung) jawaban SS diberi skor 1, S diberi skor 2, TS diberi skor 3,
dan STS diberi skor 4. ( Sugiyono, 2015: 92-93).
Tabel 3.3
Distribusi Nomor Item Sebelum dilakukan Uji Validasi Instrumen
Kedisiplinan Siswa
Aspek Indikator Nomor Item Total
F UF
Tepat waktu dalam 2,4,6 1,3,5,7 7
Disiplin belajar
Waktu Tidak meninggalkan 8,11,13,15,17,18 9,10,12,14,16, 12
kelas/membolos saat 19
pelajaran berlangsung
Menyelesaikan tugas 20,22,23,26 21,24,25 7
sesuai waktu yang di
tetapkan
Patut dan tidak 27,30,33,35,36 28,29,31,32,34 11
menentag peraturan ,37
Disiplin sekolah
Perbuatan tidak malas belajar 38,40,42,44,46,48 39,41,43,45,47 11
Tidak menyuruh orang 49,52,53 50,51,54,55,56 12
lain bekerja demi ,57,58,59,60
dirinya
Tidak membuat 61,64,66 62,63,65 6
keributan dan
menganggu orang
lainyang sedang belajar
Jumlah 30 36 66
2. Uji Instrumen
a. Uji Validitas
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
validitas isi (content validity), yaitu sejauh mana isi tes
mencerminkaan ciri atribut yang hendak diukur (Azwar, 2012).
Validitas ini akan diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan
bantuan professional judgment, yaitu dengan cara meminta
pertimbangan kepada ahli untuk mengetahui sejauh mana item-item
telah mencerminkan apa yang diukur. Proses seleksi item seleksi item
dilakukan sebagai langkah berikutnya untuk mendapatkan item-item
yang valid.
Azwar (2012) menyatakan bahwa sebagai kriteria pemilihan
aitem berdasar korelasi item total, biasanya digunakan batasan rix>
0,30. Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya
pembedanya dianggap memuaskan. Item yang memiliki harga rix
kurang dari 0,30 dapat diinterpretasikan sebagai item yang memiliki
daya diskriminasi rendah.
Menurut Azwar (2012) apabila item yang memiliki daya
diskriminasi sama dengan atau lebih besar daripada 0,30 jumlahnya
melebihi jumlah item yang direncanakan untuk dijadikan skala, maka
kita dapat memilih item-item yang memiliki indeks daya diskriminasi
tertinggi. Sebaliknya, apabila jumlah aitem yang lolos ternyata masih
tidak mencukupi jumlah yang diinginkan kita dapat
mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria 0,30 –
menjadi 0,25 misalnya- sehingga jumlah item yang diinginkan dapat
tercapai, namun menurunkan batas kriteria rix dibawah 0,25 sangat
tidak disarankan. Data uji instrumen penelitian selanjutnya dianalisis
menggunakan komputer program SPSS 16. 0 for windows.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen
tersebut sudah baik, (Arikunto, 2012:78). Reliabilitas berkenaan dengan
ketepatan hasil pengukuran. Suatu instrumen memiliki tingkat
reliabilitas yang memadai, jika instrument tersebut digunakan untuk
mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau relative
sama.
Reliabilitas adalah sesuatu instrument cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen
tersebut sudah baik, (Arikunto, 2012:78). Reliabilitas berkenaan dengan
ketepatan hasil pengukuran. Suatu instrumen memiliki tingkat
reliabilitas yang memadai, jika instrumen tersebut digunakan untuk
mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau relative
sama/ dikatakan instrumen di gunakan jika hasil reliabilitasnya ≥0.80.
Uji reliabilitas menggunakan rumus cronbach’s alpha (α ¿ . Namun,
secara operasional proses uji reliabilitas dilakukan dengan
menggunakan program komputer statistik product and service solution
(SPSS) 16.0 for windows.
F. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul dengan lengkap, maka tahap berikutnya adalah
menganalisis data.dengan menggunakan analisis uji wilcoxon. pada uji
wilcoxon ini di gunakan untuk membandingkan hasil pre-test dan post-test
siswa yang di berikan treatment untuk di ditingkatkan kedisiplinan siswa.
Pernyataan dan teknik ini jika nilai signifikansi atau Asymp. Sig (2-tailed) <
0.05, maka hipotesis diterima, namun jika nilai signifikansi atau Asymp.
Sig(2-tailed) > 0.05 maka hipotesis ditolak. analisis data dalam penelitian ini
menggunakan bantuan SPSS 16.00 for windows.
DAFTAR PUSTAKA
Charles, S, 2012. Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, (Jakarta: Mitra
Utama).
Desti Ulani, dkk, (2018) Penerapan Tata Tertib Sekolah dalam Mengatasi
Pelanggaran Siswa di MTs Negeri Sungai Pinyuh, (Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Vol 7 No 1 Tahun.
Gantina, Komalasari, dkk. 2016. Teori dan Praktik Konseling. Jakarta: Indeks.
Prayitno & Erman Amti, 2013. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:
Rineka Cipta).