Edisi Kesatu
Cetakan pertama, Juni 2016
Cetakan kedua, November 2016
372.1
Daftar Isi
Kegiatan Belajar 2:
Gaya, Tipe, Model dan Pendekatan Kepemimpinan .......................... 1.21
Latihan …………………………………………............................... 1.49
Rangkuman …………………………………..................................... 1.50
Tes Formatif 2 .................................................................................... 1.51
Kegiatan Belajar 3:
Teori-Teori Dasar Kepemimpinan ..................................................... 1.52
Latihan …………………………………………............................... 1.66
Rangkuman …………………………………..................................... 1.67
Tes Formatif 3 .................................................................................... 1.68
Kegiatan Belajar 2:
Kepemimpinan Pendidikan Pusat, Daerah, dan Sekolah ................... 2.15
Latihan ............................................................................................... 2.41
iv
Kegiatan Belajar 2:
Syarat, Ciri, dan Kompetensi/Keterampilan Pemimpin Pendidikan 3.30
Latihan ............................................................................................... 3.42
Rangkuman ........................................................................................ 3.43
Tes Formatif 2 .................................................................................... 3.43
Kegiatan Belajar 2:
Studi Kasus Kepemimpinan Pendidikan di Sekolah .......................... 4.10
v
Kegiatan Belajar 3:
Kepemimpinan Pendidikan Luar Sekolah .......................................... 4.24
Latihan …………………………………………............................... 4.31
Rangkuman ………………………………….................................... 4.32
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 4.32
Kegiatan Belajar 2:
Fungsi-Fungsi Manajemen ................................................................. 5.15
Latihan .............................................................................................. 5.39
Rangkuman ........................................................................................ 5.40
Tes Formatif 2 ................................................................................... 5.41
Kegiatan Belajar 3:
Perkembangan Pemikiran Manajemen .............................................. 5.42
Latihan .............................................................................................. 5.60
Rangkuman ........................................................................................ 5.61
Tes Formatif 3 .................................................................................... 5.61
Kegiatan Belajar 2:
Fungsi Manajemen Pendidikan .......................................................... 6.13
Latihan ............................................................................................... 6.20
Rangkuman ......................................................................................... 6.21
Tes Formatif 2 .................................................................................... 6.21
Kegiatan Belajar 3:
Objek Kajian Manajemen Pendidikan ............................................... 6.22
Latihan ............................................................................................... 6.28
Rangkuman ......................................................................................... 6.28
Tes Formatif 3 .................................................................................... 6.28
Kegiatan Belajar 2:
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan ............................................ 7.35
Latihan ............................................................................................... 7.57
Rangkuman ......................................................................................... 7.58
Tes Formatif 2 .................................................................................... 7.59
Kegiatan Belajar 2:
Standar Nasional Pendidikan (SNP) .................................................. 8.35
Latihan …………………………………………............................... 8.45
Rangkuman ......................................................................................... 8.46
Tes Formatif 2 .................................................................................... 8.46
Kegiatan Belajar 3:
Manajemen Mutu ............................................................................... 8.48
Latihan …………………………………………............................... 8.78
Rangkuman ......................................................................................... 8.78
Tes Formatif 3 .................................................................................... 8.79
Kegiatan Belajar 2:
Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan .................................. 9.9
Latihan .............................................................................................. 9.15
Rangkuman ......................................................................................... 9.15
Tes Formatif ....................................................................................... 9.16
Kegiatan Belajar 2:
Etika Profesi Pendidik dan Kependidikan ......................................... 9.17
Latihan .............................................................................................. 9.26
viii
Tiap modul terdiri dari 2 (dua) atau 3(tiga) kegiatan belajar yang dapat
Anda pelajari secara mandiri berupa teori dan konsep disertai contoh-contoh
dan penerapan kasus kepemimpinan dan manajemen pendidikan. Selain itu,
Anda diberikan latihan untuk lebih memantapkan pemahaman dan aplikasi
dan rangkuman sebagai acuan dari rangkuman yang Anda buat sendiri.
Kerjakan tes formatif untuk mengevaluasi capaian kemampuan yang
diharapkan berdasarkan rambu-rambu jawaban yang disediakan sebagai
umpan balik pada materi yang perlu dikuasai.
xi
PEN D A HU L UA N
S ebelum Anda diajak memahami materi yang akan disajikan dalam modul
ini, ada baiknya berdoa terlebih dahulu menurut kepercayaan masing-
masing. Selanjutnya apakah yang dapat Anda pikirkan tentang suatu
kepemimpinan?
Secara sekilas dan sederhana kepemimpinan adalah kapabilitas
memimpin yang dimiliki oleh pimpinan. Anda tidak salah jika mengajukan
jawaban demikian. Karena pada dasarnya secara teoretik Kepemimpinan
dapat dilihat dari pengertian sempit dan luas, tinjauan ini memberikan efek
proporsi terhadap kekuasaan yang dimilikinya.
Kepemimpinan secara umum berarti kemampuan dan kesiapan yang
dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi, mendorong, mengajak,
menuntun, menggerakkan, mengarahkan, dan bila perlu memaksa orang lain
atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat
sesuatu yang dapat membantu tercapainya tujuan tertentu yang telah
ditetapkan. Ketika pendekatan kepemimpinan dilihat secara sempit maka
proporsi kekuasaan yang dimilikinya dapat dipersepsikan lebih kecil ketika
kita melihat pengertian kepemimpinan tersebut dalam pengertian luas. Baik
dalam konsepsi formal maupun informal bahwa kadar kekuasaan akan sangat
bergantung pula proporsinya kepada cara pandang kita terhadap
kepemimpinan.
Kali ini Anda diharapkan dapat memahami konsep dasar kepemimpinan.
Kompetensi Umum
Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat memahami dan
menjelaskan mengenai konsep dasar kepemimpinan, menjelaskan dan
memahami gaya, tipe, model serta pendekatan kepemimpinan, dan teori
terbentuknya kepemimpinan.
1.2 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
Kompetensi Khusus
Adapun kompetensi khusus yang diharapkan dapat Anda capai setelah
mempelajari modul ini di antaranya:
1. Menjelaskan pengertian kepemimpinan, fungsi kepemimpinan, prinsip
kepemimpinan, unsur-unsur kepemimpinan, dan strategi pimpinan dalam
mempengaruhi orang.
2. Menjelaskan tentang gaya, tipe, dan model kepemimpinan.
3. Menjelaskan tentang teori-teori dasar kepemimpinan yang dipandang
dari teori sifat, teori perilaku dan teori situasi.
MPDR5301/MODUL 1 1.3
Kegiatan Belajar 1
A. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Dari pengertian luas ini kita dapat melihat bahwa pengaruh adalah
komponen utama yang harus dimiliki seseorang yang dikatakan sebagai
pemimpin. Komponen selanjutnya adalah kepatuhan orang-orang yang
dikenai pengaruh tersebut baik kepatuhan itu karena mengakui atas
kepemimpinannya atau tidak rela terhadap apa yang mengenainya.
1.4 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
banyak di kaji namun hal yang sulit untuk dipahami. Hal senada dikatakan
pula oleh DeePree, (1989) bahwa kepemimpinan adalah sebuah subjek yang
tidak mudah untuk dijelaskan.
Selanjutnya Horner (1997) mengatakan bahwa dalam banyak kasus,
kepemimpinan dipandang sebagai sebuah proses, namun banyak juga teori
atau hasil penelitian yang memandang kepemimpinan sebagai kemampuan
yang dimiliki seseorang untuk memahami. Meskipun kepemimpinan sulit
untuk dimengerti tapi pendapat dari beberapa pakar berikut akan membantu
kita memahami arti dari kepemimpinan di antaranya:
Robbins (2009) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah proses
memimpin sebuah kelompok dan mempengaruhi suatu kelompok ke arah
pencapaian tujuan. Hal senada dikemukakan oleh McShane (2008) yang
mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi
orang lain dan pimpinan tersebut menyediakan ruang/lingkungan bagi
mereka untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok. Kedua pakar ini
fokus pada kepemimpinan dalam konteks kelompok/organisasi.
Selanjutnya Gibson (2003) menekankan pada upaya menggunakan
berbagai jenis pengaruh yang bukan paksaan untuk memotivasi anggota
organisasi untuk mencapai tujuan tertentu dalam hal ini konteks
kepemimpinan yang dikemukakan juga kelompok/organisasi tapi
menambahkan unsur motivasi yang memperjelas bahwa upaya yang
dilakukan pemimpin bukan bersifat paksaan. Sedangkan Certo (2009)
mengemukakan kepemimpinan dalam konteks yang lebih luas yakni bahwa
kepemimpinan adalah proses mengarahkan perilaku orang lain untuk
mencapai beberapa tujuan.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli dapat dikatakan bahwa pendapat
mereka pada dasarnya mengarah kepada makna yang sama yakni
menyangkut unsur proses terkait mempengaruhi, mengarahkan, memotivasi
dan mengarah pada suatu tujuan yang akan dicapai.
Kepemimpinan selain dipandang sebagai proses, kepemimpinan juga
kadang dipandang sebagai kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
memahami, di mana Schein (2010) memandang tentang kepemimpinan
sebagai kemampuan untuk melangkah keluar dari budaya artinya
kepemimpinan adalah seseorang yang selalu memulai proses perubahan dan
lebih adaptif. Hal senada dikemukakan oleh House (1999), di mana beliau
memandang kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi,
memotivasi dan memungkinkan orang lain mau memberikan kontribusi pada
pencapaian tujuan organisasi.
MPDR5301/MODUL 1 1.7
B. FUNGSI-FUNGSI KEPEMIMPINAN
1. Fungsi Perencanaan
Fungsi Perencanaan, yaitu seorang pemimpin perlu membuat
perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi dan bagi diri sendiri selaku
penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi. Menurut Aynul (2009)
diuraikan bahwa manfaat-manfaat tersebut antara lain: (1) Perencanaan
merupakan hasil pemikiran dan analisa situasi dalam pekerjaan untuk
memutuskan apa yang akan dilakukan; (b) Perencanaan berarti pemikiran
jauh ke depan disertai keputusan-keputusan yang berdasarkan atas fakta-fakta
yang diketahui; (c) Perencanaan berarti proyeksi atau penempatan diri ke
situasi pekerjaan yang akan dilakukan dan tujuan atau target yang akan
dicapai.
Perencanaan meliputi dua hal, yaitu : (1) Perencanaan tidak tertulis yang
akan digunakan dalam jangka pendek, pada keadaan darurat, dan kegiatan
yang bersifat terus menerus; (2) Perencanaan tertulis yang akan digunakan
untuk menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan atas dasar jangka
panjang dan menentukan prosedur-prosedur yang diperlukan.
4. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa
meneliti kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka
hambatan-hambatan dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga
semua kegiatan kembali berlangsung menurut rel yang telah ditetapkan
dalam rencana.
oleh anak buah sebab mereka merasa bahwa hasil jerih payahnya
diperhatikan dan dihargai oleh pemimpinnya. Di lain pihak, seorang
pemimpin harus berani dan mampu mengambil tindakan terhadap anak
buahnya yang menyeleweng, yang malas dan yang telah berbuat salah
sehingga merugikan organisasi, dengan jalan memberi celaan, teguran, dan
hukuman yang setimpal dengan kesalahannya.
Berbeda dengan uraian di atas, berikut merupakan fungsi kepemimpinan
menurut Nawawi (1995) yang mengungkapkan bahwa secara operasional
dapat dibedakan menjadi lima terkait fungsi pokok kepemimpinan:
a. Fungsi instruktif
Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin
sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaannya pada
orang-orang yang dipimpin. Pemimpin sebagai komunikator merupakan
pihak yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan
perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan, dan melaporkan
hasilnya) dan di mana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat
diwujudkan secara efektif.
b. Fungsi konsultatif
Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi dua arah, meskipun
pelaksanaannya sangat tergantung pada pihak pemimpin. Pada tahap pertama
dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan bahan
pertimbangan, yang mengharuskannya berkomunikasi dengan orang-orang
yang dipimpinnya. Konsultasi itu dapat dilakukannya secara terbatas hanya
dengan orang-orang tertentu saja, yang dinilainya mempunyai berbagai bahan
informasi yang diperlukannya dalam menetapkan keputusan.
c. Fungsi partisipasi
Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dan bersifat dua arah, tetapi juga
berwujud pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara pemimpin
dengan sesama orang yang dipimpin. Dalam menjalankan fungsi ini
pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam
keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap
anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi
dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai
dengan posisi/jabatan masing-masing.
1.12 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
d. Fungsi delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang
membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa
persetujuan dari pimpinan. Fungsi ini mengharuskan pemimpin memilah-
milah tugas pokok organisasinya dan mengevaluasi yang dapat dan tidak
dapat dilimpahkan pada orang-orang yang dipercayainya. Fungsi delegasi
pada dasarnya memberi kepercayaan. Pemimpin harus bersedia dan dapat
mempercayai orang-orang lain, sesuai dengan posisi/jabatannya, apabila
diberi/mendapat pelimpahan wewenang.
e. Fungsi pengendalian
Fungsi ini cenderung bersifat komunikasi satu arah , meskipun tidak
mustahil untuk dilakukan dengan cara komunikasi dua arah. Fungsi
pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses mampu
mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang
efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara
maksimal sehubungan dengan itu berarti fungsi pengendalian dapat
diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan
pengawasan.
Selanjutnya terkait dengan fungsi pimpinan, pemimpin juga memiliki
peranan sebagai berikut:
1) Membantu menciptakan iklim sosial yang baik.
2) Membantu kelompok untuk mengorganisasikan diri.
3) Membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja.
4) Mengambil tanggung jawab untuk menetapkan keputusan bersama
dengan kelompok.
5) Memberi kesempatan pada kelompok untuk belajar dari pengalaman.
Mot
ivat
Empathy ion
Self-E
st eem
Decision
Making Commitment
Interpersonal
Awareness
Gambar 1.1
Prinsip-prinsip Kepemimpinan
d. Sinergi
Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis
perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya.
Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak.
Menurut The New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah
satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja
secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap
orang atasan, staf, teman sekerja.
D. UNSUR-UNSUR KEPEMIMPINAN
LingkunganLuar Organisasi
Pimpinan dan
sifat yang dimiliki
Situasi kondisi Situasi kondisi
dalam dalam
organisasi
Pengikut Pengikut
Gambar 1.2
Unsur-unsur Kepemimpinan
1.16 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
1. Adanya Kepemimpinan
Pemimpin itu sendiri adalah unsur utama kepemimpinan yang akan
menjadi pendorong dan atau mempengaruhi seseorang atau sekelompok
orang lain, sehingga tercipta hubungan kerja yang serasi dan menguntungkan
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Adanya Pengikut
Unsur kedua kepemimpinan adalah adanya pengikut, yakni seorang atau
sekelompok orang yang mendapat dorongan atau pengaruh sehingga bersedia
dan dapat melakukan berbagai aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
Gambar 1.3
Kepemimpinan Tiga Dimensi Redin
MPDR5301/MODUL 1 1.23
Dalam gambar tiga dimensi di atas, terdapat tiga dimensi yaitu dimensi
tidak efektif, dimensi gaya dasar, dan dimensi efektif. Dengan kombinasi
tersebut diperoleh delapan gaya kepemimpinan, empat yang efektif dan
empat yang kurang efektif
B. TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN
5. Kepemimpinan Tradisional
Secara sederhana kepemimpinan tradisional dapat diartikan sebagai
suatu kepemimpinan yang lahir di tengah-tengah masyarakat yang baru
tumbuh. Kepemimpinan ini akan muncul sebagai suatu jawaban dari kondisi
objektif yang di alami oleh masyarakat ketika suatu persoalan hidup dan
kehidupan mereka dalam mengalami kemandegan. Dalam konteks ini corak
kepemimpinan yang akan berkembang adalah dalam bentuk feodal, karena
siapa yang berani tampil ke depan, mempertahankan dan bahkan mewariskan
kepada keturunannya. Kepemimpinan tipe ini berusaha untuk menyalurkan
pemikiran dan tindakan pengikutnya ke arah mengagumkan beberapa
kelompok.
MPDR5301/MODUL 1 1.25
7. Kepemimpinan Rasional
Kepemimpinan dalam suatu organisasi hanya akan efektif, jika
kepemimpinannya itu dapat diterima oleh pengikutnya. Oleh sebab itu,
kepemimpinan harus diimbangi dengan nilai-nilai rasionalitas yang secara
timbal balik diakui dan dibenarkan, baik oleh sang pemimpin maupun
pengikutnya.
Salah satu bagian penting dari tugas pemimpin adalah pengembangan
sumber daya manusia atau orang-orang yang dipimpin.
8. Kepemimpinan Kolektif
Pengertian kolektif adalah bersama, jadi tipologi kepemimpinan yang
kolektif bermakna bahwa kepemimpinan tidak dijalankan oleh orang seorang
dalam kapasitas jabatan apa saja. Tetapi yang menonjol adalah kebersamaan,
baik dalam memberikan penilaian terhadap hasil usaha dan pengawasan.
1.26 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
C. MODEL-MODEL KEPEMIMPINAN
1. Kepemimpinan Transformational
Model kepemimpinan transformasional merupakan model yang relatif
baru dalam studi-studi kepemimpinan. Model ini dianggap sebagai model
yang terbaik dalam menjelaskan karakteristik pemimpin. Konsep
kepemimpinan transformasional mengintegrasikan ide-ide yang
dikembangkan dalam pendekatan watak, gaya dan kontingensi. Burns
berpendapat transformational leadership as a process where leader and
followers engange in a mutual process of raising ane another to higer levels
of morality and motivation (Wijaya, 2005, hlm. 122).
Burns (1978) dalam Wijaya (2005) merupakan salah satu penggagas
yang secara eksplisit mendefinisikan kepemimpinan transformasional.
Menurutnya, untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang model
kepemimpinan transformasional, model ini perlu dipertentangkan dengan
model kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan transaksional didasarkan
pada otoritas birokrasi dan legitimasi di dalam organisasi. Pemimpin
transaksional pada hakikatnya menekankan bahwa seorang pemimpin perlu
menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya untuk mencapai
tujuan organisasi. Di samping itu, pemimpin transaksional cenderung
memfokuskan diri pada penyelesaian tugas-tugas organisasi. Untuk
memotivasi agar bawahan melakukan tanggung jawab mereka, para
pemimpin transaksional sangat mengandalkan pada sistem pemberian
penghargaan dan hukuman kepada bawahannya. Sebaliknya, Burns
menyatakan bahwa model kepemimpinan transformasional pada hakikatnya
menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk
melakukan tanggung jawab mereka lebih dari yang mereka harapkan.
Pemimpin transformasional harus mampu mendefinisikan,
mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan
MPDR5301/MODUL 1 1.27
Gambar 1.4
Model Kepemimpinan Transformasional
2. Kepemimpinan Situasional
Model kepemimpinan situasional ketiga dikembangkan oleh Hersey dan
Blanchard. Robbins dan Judge (2007) menyatakan bahwa pada dasarnya
pendekatan kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard
mengidentifikasi empat perilaku kepemimpinan yang khusus dari sangat
direktif, partisipatif, supportif sampai laissez-faire. Perilaku mana yang
paling efektif tergantung pada kemampuan dan kesiapan pengikut.
Sedangkan kesiapan dalam konteks ini adalah merujuk pada sampai dimana
pengikut memiliki kemampuan dan kesediaan untuk menyelesaikan tugas
tertentu.
Situational leadership model (SLM) memberi penekanan lebih pada
pengikut dan tingkat kematangan mereka. Para pemimpin harus bisa menilai
dengan tepat atau menilai secara intuitif tingkat kematangan pengikut mereka
dan menggunakan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat
kematangan tersebut. Kesiapan di sini didefinisikan sebagai kemampuan dan
kesediaan seorang pengukut untuk mengambil tanggung jawab perilaku
mereka.
Ada dua tipe kesiapan yang dipandang penting: pekerjaan dan
psikologis. Seorang yang memiliki kesiapan kerja tinggi memiliki
pengetahuan dan kemampuan melakukan tugas mereka tanpa perlu arahan
dari manajer. Seorang yang tingkat kesiapan psikologis yang tinggi memiliki
tingkat motivasi diri dan keinginan untuk melakukan kerja berkualitas tinggi.
Orang ini juga tidak membutuhkan supervisi.
Hersey and Blanchard menggunakan penelitian OSU (Ohio State
University) untuk kemudian mengembangkan 4 gaya kepemimpinan yang
bisa dipakai oleh para pemimpin, antara lain: (1) Telling – menyuruh,
pemimpin menetapkan peran yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas
1.40 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
High
Leader Behavior
RelationshipBehavior (SupportiveBehavior)
S3 S2
Share ideas Explain
and facilitate decisions
in decision and
making provide
opportunity
for
clarificationt
S4 S1
Turn over Provide
responsibility specific
for decisions instructions
and and closely
implementation supevise
performance
Follower Readiness
Moderate Moderate Moderate
R4 R4 R4 R4
Able and Able but Unable but Unable and
Willing Unwilling Willing Unwilling
or or or or
Confident Insecure Confident Insecure
Follower Leader
directed directed
Gambar 1.5
Tingkat Kematangan Kepemimpinan Situasional
3. Kepemimpinan Visioner
Visionary Leadership muncul sebagai respons dari statement “the only
thing of permanent is change” yang menuntut pemimpin memiliki
kemampuan dalam menentukan arah masa depan melalui visi. Visi
merupakan idealisasi pemikiran pemimpin tentang masa depan organisasi
yang shared dengan stakeholders dan merupakan kekuatan kunci bagi
perubahan organisasi yang menciptakan budaya yang maju dan antisipatif
terhadap persaingan global. Benis dan Nanus (1997:19) mendefinisikan Visi
sebagai: “Something that articulates a view of a realistic, credible, attractive
future for the organization, a cobndition that is beter in some important ways
than what now exists”.
Secara umum dapat kita katakan bahwa visi adalah suatu gambaran
mengenai masa depan yang kita inginkan bersama. Visionary Leadership
didasarkan pada tuntutan perubahan zaman yang meminta dikembangkannya
secara intensif peran pendidikan dalam menciptakan sumber daya manusia
yang handal bagi pembangunan, sehingga orientasi visi diarahkan pada
mewujudkan nilai comparative dan kompetitif peserta didik sebagai pusat
perbaikan dan pengembangan sekolah.
Visi adalah gambaran mental suatu organisasi secara nyata dan yang
diinginkan di masa depan. Memiliki visi sendiri dalam pimpinan, tentu saja
tidak. Visi dalam kepemimpinan yang efektif adalah membentuk komitmen
dengan pihak-pihak terkait untuk bersama menggenggam visi, kemudian
memastikan bentuk strategi, rencana, dan aksi mewujudkan visi tersebut
dalam suatu organisasi. Dalam hal ini, nilai merupakan hal penting yang
melekat pada perilaku dan tindakan pimpinan (Bennis and Nanus dalam
Caldwell and Spinks, 1988, hlm. 160).
Kepemimpinan visioner adalah kemampuan pemimpin dalam mencipta,
merumuskan, mengkomunikasikan/mensosialisasikan/mentransformasikan
dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari
dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial di antara anggota organisasi dan
stakeholders yang diyakini sebagai cita-cita organisasi di masa depan yang
harus diraih atau diwujudkan melalui komitmen semua personil.
Agar menjadi pemimpin yang visioner, maka seseorang harus : (a)
Memahami Konsep Visi. Visi adalah idealisasi pemikiran tentang masa
depan organisasi yang merupakan kekuatan kunci bagi perubahan organisasi
yang menciptakan budaya dan perilaku organisasi yang maju dan antisipatif
terhadap persaingan global sebagai tantangan zaman.
MPDR5301/MODUL 1 1.43
Gambar 1.6
Perilaku Kepemimpinan Visioner
visioner juga harus memiliki prinsip dengan ciri-ciri sebagai berikut: a) selalu
belajar terus menerus, b) berorientasi pada pelayanan, c) memancarkan
energi positif, d) mempercayai orang lain, e) hidup seimbang, f) melihat
hidup sebagai petualang, g) sinergistik, h) selalu berlatih untuk
memperbaharui diri agar mampu mencapai prestasi yang tinggi.
Dalam konteks pendidikan, kepemimpinan visioner harus dapat
mengantisipasi berbagai macam tuntutan di era global ini. Pertama, sekolah
diharapkan dapat menyelenggarakan program yang lebih humanis. Humanis
dalam hal ini adalah memberi peluang yang lebih besar bagi masyarakat
untuk dapat memperoleh manfaat dari penyelenggaraan pendidikan, jaminan
mutu pendidikan, menjawab kebutuhan masyarakat, dan biaya pendidikan
yang sepadan. Kedua, persaingan tenaga kerja yang mengglobal, dalam
mengantisipasi hal ini dunia pendidikan harus mampu menjamin peserta
didiknya di berbagai bidang profesi untuk dapat memperoleh sertifikat
profesi sebagai syarat untuk memperoleh hak kerja sesuai dengan kompetensi
kepakaran yang dipelajarinya di bidang pendidikan.
Visi yang dimiliki kepala sekolah mungkin adalah mimpi yang
diekspresikan pada sekolah yang akan dijadikan pusat pembelajaran
komunitas, dimana setiap siswa datang ke sekolah dengan perasaan nyaman
dan bahagia dan mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku,
termasuk keterampilan dasar, dan dimana para orang tua dan anggota sekolah
lainnya dapat memperluas program untuk improvisasi dan memenuhi tujuan
mereka (Caldwell & Spinks, 1988, hlm. 160)
Selanjutnya pendidikan harus mampu menyiapkan hasil didik yang
kompetennya dinilai tidak saja atas dasar pengetahuan dan keterampilan,
tetapi juga penguasaan sikap dan semangat kerja, kemampuan
berkomunikasi, interpersonal, kepemimpinan, kerja sama antar tim, analisis
permasalahan, dan pemecahan masalah, disiplin, fleksibilitas kerja, dan
bekerja dalam berbagai situasi budaya. Keempat, kurikulum sebagai
pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan harus dapat menjaga keserasian
antara program yang diselenggarakan dengan aspirasi masyarakat dan negara.
Yang terakhir, penyelenggaraan pendidikan tinggi diharapkan mampu
menampung politisasi pendidikan, kebutuhan belajar sepanjang hayat,
internasionalisasi pendidikan tinggi dalam makna reconvergent phase of
education.
1.46 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
Gambar 1.7
Power – Influence Approach
2. Trait Aproach
Gambar 1.8
Trait Approach
3. Behavior Approach
Gambar 1.9
Behaviour Approach
4. Situational Approach
Effectiveness Criteria
Leader Behavior
Situational Variables
Gambar 1.10
Situasional Approach
5. Determinants of Behavior
Situational
Variables
Gambar 1.11
Determinants of Behavior
Perilaku pimpinan itu terdiri dari tampilan secara fisik, keterampilan dan
sikap, ketiga komponen tersebut dipengaruhi oleh situasi dan efektivitas
pengaruh dipengaruhi oleh situasi serta seberapa tinggi penampilan,
keterampilan dan sikap maksimal dimiliki oleh pimpinan.
Personal power itu tidak akan berarti untuk dapat menjelaskan bahwa
kepemimpinan yang dijalankan efektif dalam mempengaruhi orang lain.
Personal behavior pimpinan dan keterampilan dalam mempengaruhi
harus terangkum di dalamnya bila kita menginginkan kelanjutan bagaimana
pimpinan mempengaruhi orang lain.
Kekuasaan personal dari pimpinan sangat bergantung kepada
kemampuan/keterampilan dari pimpinan.
Perilaku pimpinan dalam pengaruh, mengarahkan pada cara yang
digunakan dalam pengaruh dapat dijelaskan pada alur berikut:
MPDR5301/MODUL 1 1.49
Posisi
Kekuasaan
Gambar 1.12
Perilaku Pimpinan
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Kegiatan Belajar 3
A. TEORI SIFAT
Teori sifat ini menekankan pada faktor genetik, asumsi yang digunakan
adalah bahwa keberhasilan seorang pemimpin sangat ditentukan oleh sifat-
sifat khusus yang dimilikinya yang melekat sejak lahir. Horner (1997)
mengatakan bahwa penelitian tentang kepemimpinan dimulai oleh Bernard
pada tahun 1926 yang menemukan bahwa kepemimpinan dapat dijelaskan
oleh kualitas internal/sifat yang dibawa manusia sejak lahir. Teori ini
merupakan sebuah pandangan yang mengatakan bahwa seseorang dianggap,
diposisikan dan dipilih sebagai pemimpin berdasarkan sifat khusus yang
dimiliki oleh individu tersebut. Sifat khusus inilah yang membuat seorang
pemimpin berbeda dengan orang lain. Inti teori sifat ini adalah bahwa
pemimpin dilahirkan bukan dibuat dan bukan rekayasa.
MPDR5301/MODUL 1 1.53
10. Kreativitas, seorang pemimpin harus kreatif dalam artian selalu memiliki
ide-ide yang bagus agar mampu berbagai situasi yang sulit sekalipun.
11. Fleksibilitas, seorang pemimpin harus fleksibel luwes dan tidak kaku
namun tetap harus memiliki ketegasan.
B. TEORI PERILAKU
Gambar 1.13
Manajerial Grid
Gambar 1.14
Teori Getzels dan Guba
Gambar 1.15
Variabel Situasional Fiedler dan Gaya Kepemimpinan
Kombinasi dari tiga variabel kontrol situasi akan berdampak pada gaya
kepemimpinan seperti apa yang paling sesuai. Pertama, seorang supervisor
yang berpengalaman dan terlatih dengan baik yang berada pada suatu
perusahaan akan sangat didukung oleh para bawahannya dan memiliki
wewenang penuh untuk merekrut dan memecat bawahannya. Pemimpin ini
akan memiliki control situasi yang tinggi dan akan bekerja pada situasi I,II
dan III (tingkat kontrol situasi pada situasi II, III tentunya akan sedikit lebih
rendah daripada situasi I). sebaliknya, pemimpin yang memiliki control
situasi rendah biasanya tidak disukai oleh bawahannya. Fiedler‟s
beranggapan bahwa pemimpin tersebut harus berperilaku directive untuk
menjaga kebersamaan kelompok kerja.
MPDR5301/MODUL 1 1.59
Seperti teori situasional yang lain, path goal theory juga mengatakan
bahwa pemimpin akan sukses jika mereka mampu menyesuaikan perilaku
mereka dengan situasi yang mereka hadapi. Misalnya kepemimpinan direktif
akan cocok jika karyawan kurang memiliki pengalaman dan pengetahuan
tentang pekerjaan, serta jika pekerjaan tidak terstruktur dan kompleks.
Gambar 1.16
Model Kepemimpinan Situasional
yang berbeda (Avolio & Bass, 2002). Hal senada dikemukakan Luthans
(2005) bahwa kepemimpinan yang efektif adalah gabungan antara
transaksional dan transformasional. Dengan pemahaman ini maka dalam
penelitian ini, dimensi yang digunakan untuk mengukur kepemimpinan
adalah gabungan antara transaksional dan transformasional, yakni idealized
influenced, individual consideration, inspirational motivation, intellectual
stimulation, management by exception, contingent reward dan ditambahkan
dengan dimensi nontransactional passive behavior.
E. TEORI IMPLISIT
1. Attributing Control
Setiap orang memiliki keinginan untuk memberikan atribusi pada setiap
kejadian yang dialami agar mereka mampu mengkontrol kejadian yang sama
di masa yang akan datang. Kesalahan mendasar dari pengatribusian sering
kali disebabkan karena sebagian besar orang cenderung memberi atribut pada
orang lain dengan hanya melihat motivasi dan kemampuan mereka secara
individu daripada mempertimbangkan faktor situasi yang ada. Dalam konteks
kepemimpinan karyawan percaya bahwa setiap kejadian disebabkan karena
motivasi dan kemampuan dari pemimpin bukan karena faktor lingkungan.
2. Stereotyping Leadership
Streotype sangat dipengaruhi oleh harapan tentang bagaimana pemimpin
yang efektif seharusnya bertindak, sehingga sering kali karyawan menilai
keefektifan seorang pemimpin hanya berdasarkan penampilan dan tindakan
mereka bukan berdasarkan hasil nyata dari tindakan mereka tersebut.
F. TEORI KHARISMATIK
G. KEPEMIMPINAN SUBSTITUS
Gambar 1.7
Some Examples of Leadership Substitutes and Neutralizers.
Pada gambar terlihat bahwa akan sulit bagi seorang pemimpin yang
memiliki gaya task oriented jika para bawahan telah memiliki pengalaman,
keahlian dan pelatihan yang baik begitu pula jika pekerjaan telah terstruktur
dengan baik. Beberapa contoh dari neutralizes dalam gambar di atas
menunjukkan apabila pemimpin memiliki posisi kekuatan yang rendah,
pengaruh kepemimpinannya akan sangat rendah, walaupun sebenarnya
penstrukturan kerja dan dukungan pemimpin sebenarnya masih dibutuhkan.
Atau, bila secara fisik seorang pemimpin terpisah dari bawahannya, gaya task
oriented dan supportive juga akan memiliki pengaruh yang rendah walaupun
sebenarnya masih dibutuhkan (Schermerhorn R.John et.al. 2010).
1.66 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
1. Servant Leadership
Kepemimpinan ini menyiratkan bahwa para pemimpin sebenarnya
memimpin dengan melayani orang lain, para karyawan, pelanggan dan
masyarakat dengan karakteristik meliputi mendengarkan, empati,
memulihkan, kesadaran, persuasi, konseptualisasi, memandang ke depan,
tanggung jawab, komitmen terhadap pertumbuhan orang lain, dan
membangun masyarakat (Kreitner & Kinichi, 2006)
2. Enterpreneur Leadership
Model kepemimpinan ini menjelaskan keefektifan seorang pemimpin
didasarkan pada sikap dan keyakinan bahwa pemimpin juga merupakan
karyawan sehingga pemimpin bertindak dan memposisikan diri mereka
sebagai individu yang memegang peran penting bagi kelangsungan
organisasi. Mereka selalu yakin bahwa segala tindakannya akan
menguntungkan serta mereka juga tidak pernah memandang remeh kesalahan
sekecil apapun yang mereka lakukan.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
Atas kerja keras dan usahanya dalam mendorong kermajuan prestasi siswa
dan sekolah yang dipimpinnya, Sumiati terpilih menjadi kepala sekolah
teladan Kota Depok tahun 2013.
"Saya sangat bersyukur, Berkat kerja keras dan kesungguhan dalam berusaha,
akhirnya kami membuahkan hasil. Saya juga mengucapkan terima kasih
MPDR5301/MODUL 1 1.69
kepada segenap pengurus Yayasan Dian Didaktika, para guru dan karyawan
atas dukungan serta doa sehingga berhasil menjadi juara" imbuh Sumiati
yang sebelumnya juga terpilih sebagai kepala sekolah teladan tingkat
Kecamatan Cinere.
Ibu tiga anak itu mengatakan, ia mengawali karir sebagai guru pada tahun
1999 di Sekolah Dasar Al-Muhajirin Depok 1. Kemudian akhir tahun 1999,
ia pindah mengajar di SDI Dian Didaktika. Perempuan kelahiran Jakarta, 28
Agustus 1972 ini pun mengajar di kelas 2 dan kelas 3 sebagai guru kelas dan
di kelas 6 sebagai guru mata pelajaran IPA. Ia pun senantiasa mengantarkan
siswanya bersiap menempuh UN.
Di kalangan sesama guru, Sumiati dikenal sebagai sosok yang senang belajar,
kreatif visioner, berani, tegas tetapi sekaligus rendah hati dan bersahabat.
Hubungan yang baik dengan para guru, kedekatan dengan siswa, dukungan
dan kepercayaan dari Yayasan Dian Didaktika serta orangtua siswa jadi
modal besar baginya untuk mendulang prestasi.
"Lingkungan sekolah tempat saya mengajar sangat kondusif. Hal ini yang
mendukung saya untuk terus memberikan layanan pembelajaran terbaik bagi
para siswa untuk mendapatkan prestasi," paparnya
Setelah berhasil menjadi juara 1 sebagai kepala sekolah teladan tingkat kota
Depok, Sumiati mewakili Kota Depok mengikuti kompetisi kepala sekolah
teladan tingkat Propinsi Jawa Barat. Sumiati berhasil meraih peringkat ke-5
dari 26 peserta tingkat kabupaten/kota di Jawa Barat.
Berikut tips yang diberikan Sumiati dalam mengajar dan mengemban tugas
sebagai kepala sekolah :
a. Kreatif menciptakan lingkungan sekolah maupun kelas sehat dan
nyaman bagi siswa untuk belajar dan mengembangkan potensinya
dengan optimal.
b. Disiplin dan tertib dalam manajemen kelas maupun sekolah
c. Terus belajar menciptakan inovasi dalam proses pembelajaran di kelas
sehingga para siswa termotivasi untuk berprestasi.
d. Menularkan semangat, memfasilitasi dan memberi teladan kepada para
guru untuk meningkatkan kompetensinya sehingga dapat terus
meningkatkan mutu dan kemajuan sekolah.
Sumber: Sumiati Kepala Sekolah Teladan Kota Depok. (2014, Januari).
Warta Kota Depok. Diambil dari http://www.diandidaktika.sch.id/dd-info/62-
teachers-corner/209-sumiati-kepala-sekolah-teladan-kota-depok
Tes Formatif 1
Bahwa pimpinan yang berprinsip memegang elemen kunci prinsip suatu
kepemimpinan yang tercermin dalam perilaku sebagai berikut:
1) Belajar seumur hidup
2) Berorientasi pada pelayanan
3) Membawa energi positif
a. Percaya pada orang lain
b. Keseimbangan dalam kehidupan
c. Melihat kehidupan sebagai tantangan
d. Sinergi
e. Latihan mengembangkan diri sendiri
Tes Formatif 2
Kombinasi gaya kepemimpinan manajerial grid dan tipe Kepemimpinan
demokratis. Selanjutnya Kepemimpinan transformasional, karena selalu ada
ide-ide baru dan kreatif untuk pembaruan organisasi pada arah perkembangan
dan kemajuan.
Tes Formatif 3
Apabila mengacu pada boks berita di atas, maka perspektif
kepemimpinan kepala sekolah tersebut sehingga dapat membawa sekolah
pada puncak prestasi memat perspektif sifat, perspektif transformasional, dan
hal ini dapat dilihat dan sesuai dengan pendapat McShane (2008)
menyebutkan beberapa sifat khusus yang membuat seseorang menjadi
pemimpin adalah drive, motivasi memimpin, integritas, kepercayaan diri,
kecerdasan, pengetahuan bisnis dan kecerdasan emosional. Mari simak
klasifikasinya
1) Kreatif menciptakan lingkungan sekolah maupun kelas sehat dan
nyaman bagi siswa untuk belajar dan mengembangkan potensinya
dengan optimal. (perspektif trasnformasional)
2) Disiplin dan tertib dalam manajemen kelas maupun sekolah (perspektif
sifat bawaan)
1.72 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
Daftar Pustaka
Avolio, B.J., B.M. Bass, B.M., & Jung, D.I. 1999. Re-Examining the
Components of Transformational and Transactional Leadership Using
the Multifactor Leadership Questionnaire. Journal of Occupational and
Organizational Psychology, 72, 441-462.
Caldwell, B. & Spinks, J. 1988. The Self Managing School. UK and USA:
The Falmer Press.
Hater, J.J. & Bass, B.M. 1988. Superiors‟ Evaluation and Subordinates‟of
Transformational and Transactional Leadership. Journal of Apllied
Psychology. 73(4)
House, R.J. 1999. Path Goal Theory of Leadership ; Lessons, Legacy and a
Reformulated Theory. Leadership Quarterly. Vol. 7 pp.323-52
Robbins, S., & Mary, Coulter. 2009. Management, Tenth Edition. New
Jersey: Pearson Education, Prentice Hall.
Sashkin, M., & Sashkin, M. 2003. Leadership that matters: The critical
factors for making a difference in people’s lives and
organizations’ success. San Francisco: Berrett-Koehler Publishers.
Rujukan Internet:
Fajri, I. 2013. Kepemimpinan. [web log post]. Diambil dari
Fajhttp://ijifajri.blogspot.com/2013/04/kepemimpinan.html
Sumiati Kepala Sekolah Teladan Kota Depok. 2014, Januari. Warta Kota
Depok. Diambil dari http://www.diandidaktika.sch.id/dd-info/62-
teachers-corner/209-sumiati-kepala-sekolah-teladan-kota-depok
Modul 2
PEN D A HU L UA N
Kompetensi Umum
Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat mengidentifikasi,
mengkaji, memahami dan menjelaskan mengenai konsep dasar
kepemimpinan pendidikan dan kepemimpinan pendidikan di tingkat Pusat,
Daerah, dan Sekolah.
Kompetensi Khusus
Adapun kompetensi khusus yang diharapkan dapat Anda capai setelah
mempelajari modul ini di antaranya:
2.2 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
Kegiatan Belajar 1
2. Indoktrinasi
Kurikulum yang ada dipandang sebagai indoktrinasi atau
mentranmisikan ilmu pengetahuan secara paksa.
Penyusunan kurikulum silih berganti dan berubah hal ini
menggambarkan betapa kuku kekuasaan menancap begitu kuat, sebelum
segala sesuatunya memperoleh penampakan hasil yang memuaskan. Ketika
suatu kurikulum ditetapkan maka tidak ada kebebasan dari lembaga
pendidikan untuk berkreasi menyusun kurikulumnya sendiri.
2.4 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
4. Integrasi Sosial
Ada anggapan bahwa integritas sosial hanya dapat diciptakan melalui
kekuasaan pemerintah. Integritas sosial ternyata tidak dapat diciptakan
dengan pemaksaan kekuasaan dari atas.
Pendidikan dari dulu hingga akhir dewasa ini masih dipandang sebagai
suatu kegiatan yang akan menyelamatkan kelangsungan hidup manusia.
Pendidikan dalam sebuah negara adalah bagian dari tanggung jawab
penyelenggara negara, sehingga maju mundurnya suatu negara sangat
ditentukan oleh mampu atau tidaknya negara tersebut menyelenggarakannya.
Pendidikan adalah hak setiap manusia, karena berinteraksi adalah hakekat
kehidupan manusia sehingga pendidikan terjadi karena sebuah interaksi.
Interaksi dalam pendidikan bisa terjadi dalam konteks kelembagaan dan
juga perseorangan. Interaksi secara perseorangan sering disebut dengan
pembelajaran, di mana seseorang kepada orang lain berupaya untuk
memberikan sesuatu yang diminta oleh orang lain itu dan di mana orang yang
menyampaikannya memiliki kelebihan dalam ilmu dan pengetahuan (situasi
belajar mengajar antara guru dan siswa di dalam ruangan kelas). Interaksi
secara kelembagaan menggambarkan bahwa pendidikan sudah merupakan
kegiatan yang diatur dan merupakan tanggung jawab sebuah lembaga yang
menaungi semua kegiatan yang ada di dalamnya.
Pemaknaan kelembagaan dalam penyelenggaraan pendidikan muncul
dalam kondisi masyarakat serba sekolah di suatu negara. Kemunculannya
tidak hanya secara evolusi alami akan tetapi tuntutan karena interaksi antar
masyarakat dan antar negara. Pengkondisian ini yang menyebabkan banyak
kepentingan di dalam penyelenggaraannya. Kepentingan dalam pengelolaan
MPDR5301/MODUL 2 2.5
Dalam konteks sekolah, kepala sekolah memiliki tugas dan fungsi yang
telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun
2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah. Tahukah
Anda siapa itu kepala sekolah? Ya, dalam Pasal 1 pada peraturan tersebut
disebutkan bahwa Kepala Sekolah adalah guru yang diberi tugas tambahan
untuk memimpin sekolah sesuai jenis pendidikan yang dipimpinnya. Sejalan
dengan pengertian di atas, kepala sekolah tentunya memiliki tugas tambahan,
sehingga tidak semua orang dapat menjadi pimpinan di sekolah, sebabnya
tugas tambahan tersebut menjadi tanggung jawab yang besar bagi kepala
sekolah untuk memimpin sekolah menjadi lebih maju dengan tetap mengacu
pada standar nasional pendidikan.
Sebagai guru yang memiliki tugas tambahan, kepala sekolah tetap saja
bertanggung jawab dalam menciptakan situasi belajar mengajar melalui
pengelolaan sehingga guru-guru dapat mengajar dan siswa dapat belajar
dengan baik. Artinya berdasarkan uraian tersebut bahwa dalam menjalankan
fungsinya tersebut, kepala sekolah bertanggung jawab ganda yaitu
melaksanakan administrasi sekolah sehingga tercipta situasi belajar mengajar
yang baik, dan melaksanakan supervisi sehingga kemampuan-kemampuan
guru meningkat dalam membimbing pertumbuhan siswa-siswanya.
Sebagai pimpinan pendidikan, kepala sekolah menghadapi tantangan
yang berat, untuk itu ia harus memiliki persiapan yang memadai, karena
banyaknya tanggung jawab maka kepala sekolah memerlukan tenaga
2.8 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
Kepemimpinan Pendidikan
Gambar 2.1
Peran Pemimpin Pendidikan
Tabel 2.1
Peran Kepala Sekolah Dalam Dimensi
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
Gambar 2.1
Struktur Organisasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
1. Sekretaris Jenderal
Dalam urusan pendidikan, Sekretariat Jenderal mempunyai tugas
menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dalam
Permen No. 14 Tahun 2015 tersebut, Sekretariat Jenderal menyelenggarakan
fungsi:
a. koordinasi kegiatan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
b. koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
c. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi
ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama,
hubungan masyarakat, arsip, dan dokumentasi Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan;
MPDR5301/MODUL 2 2.19
6. Inspektorat Jenderal
Inspektorat Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan
intern di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21,
Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di lingkungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
b. pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;
c. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri;
d. penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan;
e. pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal; dan
f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
9. Staf Ahli
Staf Ahli berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Menteri dan secara administratif dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal.
Staf Ahli Bidang Inovasi dan Daya Saing mempunyai tugas memberikan
rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada Menteri terkait dengan bidang
inovasi dan daya saing.
Staf Ahli Bidang Hubungan Pusat dan Daerah mempunyai tugas
memberikan rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada Menteri terkait
dengan bidang hubungan pusat dan daerah. (3) Staf Ahli Bidang
Pembangunan Karakter mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap
isu-isu strategis kepada Menteri terkait dengan bidang pembangunan
karakter.
2.24 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
Wakil Ketua Komisi X dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Sohibul Iman
mengatakan, rencana pemerintah tersebut agar langsung diterjemahkan ke
dalam politik anggaran. DPR, kata dia, akan melakukan proses sebagaimana
yang diamanatkan oleh konstitusi. “Kemendikbud RI perlu menyiapkan
skenario kebutuhan anggaran secara matang yang tercermin dalam anggaran
pada program terkait,” katanya. (***)
Sumber: http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/siaranpers/4307
Apa yang dapat Anda temukan dari petikan uraian di atas jika dikaitkan
dengan standar nasional pendidikan? Langkah yang diambil pemerintah
berdasarkan siaran pers di atas yaitu:
a. Peningkatan daya tampung sebagai upaya mendorong program wajib
belajar 12 tahun.
b. Penyediaan sarana prasarana karena jumlah rombongan belajar akan
bertambah.
Apabila merujuk pada poin penting di atas, maka Anda akan melihat
relevansi dari upaya yang dilakukan oleh pemerintah tersebut dengan
peningkatan standar nasional yaitu standar sarana dan prasarana dan standar
pengelolaan pendidikan yang diwujudkan dalam perencanaan program
meningkatkan daya tampung sekolah.
Gambar 2.3
Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kota Bandung
Keterangan:
Fungsi yang terkait
Tempat kerja praktek
Bagian yang terdapat di instansi
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Bandung (disdikkota.bandung.go.id)
2.28 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
h. Bagian Umum
Tugas bagian umum adalah menerima surat-surat, membuat surat tugas,
membuat surat keputusan dan membuat nota dinas.
2. Kepemimpinan di UPTD
Dengan Peraturan Walikota ini dibentuk UPT TK/SD pada Dinas, yang
terdiri atas :
a. UPT TK/SD Gunung Puyuh, dengan wilayah kerja meliputi Kecamatan
Gunung Puyuh;
b. UPT TK/SD Cikole, dengan wilayah kerja meliputi Kecamatan Cikole;
c. UPT TK/SD Citamiang, dengan wilayah kerja meliputi Kecamatan
Citamiang;
d. UPT TK/SD Warudoyong, dengan wilayah kerja meliputi Kecamatan
Warudoyong;
e. UPT TK/SD Baros, dengan wilayah kerja meliputi Kecamatan Baros;
f. UPT TK/SD Cibeureum, dengan wilayah kerja meliputi Kecamatan
Cibeureum; dan
g. UPT TK/SD Lembursitu, dengan wilayah kerja meliputi Kecamatan
Lembursitu.
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
3. Pengawas Pendidikan
Pengawas merupakan elemen yang tidak terpisahkan berlangsungnya
proses penyelenggaraan pendidikan. Dalam proses pendidikan, tugas pokok
pengawas sekolah/satuan pendidikan adalah melakukan penilaian dan
pembinaan dengan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi
akademik maupun supervisi manajerial. Berdasarkan tugas pokok dan fungsi
di atas minimal ada tiga kegiatan yang harus dilaksanakan pengawas yakni:
a. Melakukan pembinaan pengembangan kualitas sekolah, kinerja kepala
sekolah, kinerja guru, dan kinerja seluruh staf sekolah,
b. Melakukan evaluasi dan monitoring pelaksanaan program sekolah
beserta pengembangannya,
c. Melakukan penilaian terhadap proses dan hasil program pengembangan
sekolah secara kolaboratif dengan stakeholder sekolah.
Tabel 2.2
Matriks Tugas Pokok Pengawas
Pengawasan Manajerial
Pengawasan Akademik
Rincian Tugas (Administrasi dan Manajemen
(Teknis Pendidikan/ Pembelajaran)
Sekolah)
Inspecting/ Pelaksanaan kurikulum mata Pelaksanaan kurikulum sekolah
Pengawasan pelajaran Penyelenggaraan administrasi
Proses pembelajaran/ praktikum/ sekolah
studi lapangan Kinerja kepala sekolah dan staf
Kegiatan ekstra kurikuler sekolah
Penggunaan media, alat bantu dan Kemajuan pelaksanaan
sumber belajar pendidikan di sekolah
Kemajuan belajar siswa Kerja sama sekolah dengan
Lingkungan belajar masyarakat
Advising/ Menasehati guru dalam Kepala sekolah di dalam
Menasehati pembelajaran/bimbingan yang efektif mengelola pendidikan
Guru dalam meningkatkan Kepala sekolah dalam
kompetensi profesional melaksanakan inovasi pendidikan
Guru dalam melaksanakan penilaian Kepala sekolah dalam
proses dan hasil belajar peningkatan kemampuan
Guru dalam melaksanakan penelitian profesional kepala sekolah
tindakan kelas Menasehati staf sekolah dalam
Guru dalam meningkatkan melaksanakan tugas administrasi
kompetensi pribadi, sosial dan sekolah
pedagogik Kepala sekolah dan staf dalam
kesejahteraan sekolah
Monitoring/ Ketahanan pembelajaran Penyelenggaraan kurikulum
Memantau Pelaksanaan ujian mata pelajaran Administrasi sekolah
Standar mutu hasil belajar siswa Manajemen sekolah
Pengembangan profesi guru Kemajuan sekolah
Pengadaan dan pemanfaatan Pengembangan SDM sekolah
sumber-sumber belajar Penyelenggaraan ujian sekolah
Penyelenggaraan penerimaan
siswa baru
Coordinating/ Pelaksanaan inovasi pembelajaran Mengkoordinir peningkatan mutu
mengkoordinir Pengadaan sumber-sumber belajar SDM sekolah
Kegiatan peningkatan kemampuan Penyelenggaraan inovasi di
profesi guru sekolah
Mengkoordinir akreditasi sekolah
Mengkoordinir kegiatan sumber
daya pendidikan
Reporting Kinerja guru dalam melaksanakan Kinerja kepala sekolah
pembelajaran Kinerja staf sekolah
Kemajuan belajar siswa Standar mutu pendidikan
Pelaksanaan tugas kepengawasan Inovasi pendidikan
akademik
Sumber: Nana Sudjana (2006)
2.36 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
Sumber: http://news.metrotvnews.com/read/2015/03/11/369703/kasus-
ups-polda-metro-periksa-mantan-kepala-dinas-pendidikan-dki
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Tes Formatif 1
Fenomena yang kemungkinan akan terjadi jika pimpinan tidak
menerapkan asas asas pendidikan.
a. Menghasilkan lulusan yang buruk dan tidak berkompeten.
b. Muncul ketegangan dan konflik dalam internal organisasi.
c. Potensi internal personel tidak akan berkembang.
d. In efektif dan inefisien dalam organisasi/keos/kacau.
e. Kesejahteraan dan kebahagiaan tidak merata.
Tes Formatif 2
a. Permasalahan pendidikan yang terjadi berkenaan dengan kepemimpinan
pendidikan pusat, di antaranya : 1) pemerataan pendidikan, hal ini
berkenaan dengan kesempatan dalam pendidikan, 2) mutu pendidikan,
hal ini berkenaan dengan belum tercapainya taraf mutu yang diharapkan,
ketercapaian mutu telah terstandarkan dalam standar nasional pendidikan
(PP No. 19 Tahun 2005), dan untuk mencapai standar tersebut,
pemerintah melalui kementerian pendidikan nasional mengeluarkan
pemenuhan standar pelayanan minimum (SPM) dalam Permendiknas
No.23 tahun 2013. 3) efisiensi pendidikan, hal ini berkenaan dengan
pengelolaan pendidikan. 4) Relevansi pendidikan, masalah ini timbul
karena tidak sesuainya sistem pendidikan dengan pembangunan nasional
setara kebutuhan perorangan, keluarga, dan masyarakat, baik dalam
jangka pendek, maupun dalam jangka panjang.
b. untuk memecahkan permasalahan tersebut, dapat menggunakan analisis
SWOT, ataupun dengan menganalisis solusi melalui pemenuhan
pembangunan pendidikan untuk wajib belajar 12 tahun, untuk
memecahkan masalah mutu, maka diperlukan penilaian pemenuhan
mutu secara berkala, melalui penghitungan standar pelayanan minimum.
Sedangkan untuk memecahkan masalah efisiensi, pemanfaatan sumber
daya dengan baik merupakan salah satu cara, dan untuk relevansi
pendidikan sendiri, permasalahan dapat dipecahkan dengan menganalisis
kebutuhan masyarakat dan pembangunan nasional untuk kemudian dapat
diwujudkan dalam kurikulum, kurikulum yang relevan dengan
kebutuhan.
2.44 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
Daftar Pustaka
Alamsyah, Y. 2014. Fungsi dan Posisi Guru dalam Proses Belajar dan
Mengajar (PMB). Diambil dari:
http://stitattaqwa.blogspot.co.id/2014/07/fungsi-dan-posisi-guru-dalam-
proses.html.
Law, & Glover. 2000. Educational Leadership & Learning. New York:
Dryden Press.
Nilai Personal
Kepemimpinan Pendidikan
Dr. Asep Suryana., M.Pd.
PEN D A HU L UA N
Kompetensi Umum
Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat memahami dan
menjelaskan mengenai nilai-nilai personal (personal values) seorang
pemimpin termasuk dalam konteks sekolah juga peran kepemimpinan
tersebut dalam wujud kepemimpinan yang efektif.
3.2 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
Kompetensi Khusus
Adapun kompetensi khusus yang diharapkan dapat Anda capai setelah
mempelajari modul ini di antaranya dapat menjelaskan nilai-nilai personal
pada diri seorang pimpinan, termasuk pemimpin pendidikan juga perannya
bagi pendidikan, syarat, ciri dan keterampilan yang harus dimiliki pemimpin
pendidikan.
MPDR5301/MODUL 3 3.3
Kegiatan Belajar 1
1. Nilai-nilai Personal
a. Kejujuran perkataan
Nilai pertama yang harus dimiliki yaitu honest atau jujur artinya
terhormat atau menjadi terhormat, juga dapat diartikan tidak pernah
berbohong, sikap tidak menipu, dan tidak pernah melawan hukum. Jujur
dalam perkataan dan perbuatan adalah modal dasar bagi seorang pemimpin,
dalam hal ini kejujuran pemimpin pendidikan dalam perkataan akan menjadi
modal untuk memperoleh dukungan dari bawahannya, berkata apa adanya
tanpa mengurangi atau melebihkan sangat diperlukan. Hal ini membutuhkan
kepercayaan diri dan pengasahan untuk melakukannya.
3.4 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
Banyak sifat lain yang dapat membuat orang sukses menjadi pimpinan
yaitu penerimaan diri, kemauan,peningkatan kemampuan, keberanian,
kegigihan, dukungan anggota, terbuka atas saran dan kritik, koordinasi,
mengembangkan pola-pola komunikasi yang efektif adalah strategi yang
dapat diterapkan untuk meminimalisir ketakutan dan meningkatkan potensi
kemampuan.
d. Penguasaan diri
Kontrol diri akan membuat seseorang bertahan dalam kinerja yang tinggi
sekalipun di bawah tekanan dan halangan. Kontrol diri adalah kemampuan
untuk menjadi emosi di bawah kendali dan memperkecil dampak negatif
ketika mencapai puncaknya.
Penguasaan diri diperlukan oleh pimpinan, karena kekuasaan yang
diimplementasikan secara berlebihan akan merusak harmonisme organisasi.
konflik akan merusak tatanan organisasi karena pertentangan-pertentangan
akan muncul. Akal sehat dan kendali akan hilang tergerus oleh kurangnya
penguasaan diri.
Sumber kegagalan kepala sekolah adalah keegoisan diri yang tidak
terkendali, muncul kemarahan yang biasanya berasal dari anggota sekolah
yang tidak berkesesuaian dengan nilai kepala sekolah. Reaksi yang
berlebihan karena pertentangan nilai akan mematikan kreativitas anggota
serta mengurangi simpati anggota terhadap sikap dan perilaku yang
berlebihan tersebut pada akhirnya akan mengurangi dukungan dalam
pencapaian tujuan organisasi.
Ketenangan dan kejernihan berpikir dibutuhkan untuk memperoleh
penguasaan diri. Penguasaan diri adalah manajemen diri sehingga segala
aktivitas psikomotor tubuh dapat terkendali dengan baik dan sesuai dengan
proporsinya. Perkataan yang tidak baik dan tidak menyenangkan anggota
lainnya akan terkendalikan, karena setiap perkataan dan perbuatan akan
dikembalikan pada kemampuan diri bila menerima perlakuan yang akan
dirasakan oleh anggotanya.
e. Penyesuaian diri
Adaptabilitas adalah kemampuan seseorang untuk fleksibel demi
menyesuaikan suasana hati, melakukan empati dengan orang di sekitarnya.
Lingkungan luar organisasi akan mempengaruhi lingkungan internal
organisasi, oleh karena itu dibutuhkan sebuah mekanisme yang tepat oleh
MPDR5301/MODUL 3 3.7
Harus dipahami bahwa kemampuan tubuh ini bukan orang lain yang
secara tepat dapat mengukurnya akan tetapi ada dalam diri sendiri. manusia
diberikan amanah untuk memeliharanya, menjaga dan merawat diri agar
selalu ada dalam keadaan kesucian, keindahan, keagungan, kemuliaan, dan
kesejahteraan.
i. Memperlihatkan kemampuan
Transformasi ilmu pengetahuan, keterampilan dan budaya dapat terjadi
dalam organisasi bila kepemimpinan didukung oleh kemampuan yang
memadai. Tanpa kemampuan yang memadai apa yang dapat
ditransformasikan dan fasilitasi apa yang diperlukan tidak akan dipahami.
Sangat membahayakan jika pemimpin memiliki sifat complacency yang
tinggi, complacency adalah kepuasan yang dirasakan oleh diri sendiri atas
prestasi yang dicapai dan tidak khawatir dengan situasi yang sedang
dihadapi. Bila ini terjadi, pimpinan puas dengan apa yang dicapainya lama-
kelamaan akan mematikan kreativitas artinya kemauan untuk mencari sesuatu
mematikan kemampuan dan potensi yang dimiliki.
j. Mengemas harapan
Kepribadian kita ditentukan oleh apa yang ingin kita harapkan dari diri
kita sendiri. cara berpikir kita menentukan kualitas kepribadian kita. Anda
tidak akan pernah menjadi seorang yang honorable person, kecuali memang
anda menginginkan untuk mewujudkannya.
Walk to the walk demikian dikatakan banyak orang ketika ingin
memperoleh keberhasilan dengan atau tanpa melalui orang lain. Pencapaian
tujuan sekolah akan tercapai bila kepala sekolah mampu mengemas dan
menyatukan pandangan setiap anggota sekolah yang mengarah sama pada
tujuan yang ingin dicapai. Untuk memperolehnya tidak hanya bisa dengan
perkataan tetapi harus terbukti dalam wujud aksi tindakan nyata.
k. Komunikasi
Komunikasi adalah urat nadi dalam organisasi, tanpa komunikasi
organisasi tidak akan mampu berjalan dengan baik. Komunikasi
memfasilitasi setiap anggota organisasi. oleh karena itu kepala sekolah harus
mampu berkomunikasi dengan anggotanya dalam setiap tingkatan organisasi.
peranan setiap orang dalam organisasi perlu dipahami dengan baik.
Komunikasi lisan yang baik adalah modal bagi kepala sekolah dalam
menjalankan tugas dan fungsinya, komunikasi tidak jalan ketika kemampuan
lisan tidak baik, atau kadang-kadang kebiasaan sehari-hari dalam komunikasi
lisan mendistorsi komunikasi lisan formal di sekolah dan akibatnya pesan
tidak dapat dipahami.
3.10 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
m. Evaluasi diri
Katakan yang sebenarnya jika kita tidak mampu memikul apa yang
dibebankan kepada kita, karena kejujuran adalah modal utama bagi kita
untuk memperbaiki diri. Kekurangan adalah modal besar yang belum bisa
kita ungkap menjadi satu kekuatan yang akan membawa kita pada arah
keberhasilan dalam memimpin. Kadang menyembunyikan kekurangan
menjadi jalan keluar walaupun hanya sementara. Jadi jangan
menyembunyikan kekurangan kita, sebaiknya tegur diri kita sendiri sehingga
mampu memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut. Jangan pernah
menyalahkan orang lain atau menilai salah orang lain karena kesalahan itu
ada pada diri kita sendiri sebagai pimpinan.
Evaluasi diri yang baik adalah segera memperbaiki diri ketika
melakukan kesalahan, segera meminta maaf ketika melakukan kesalahan,
segera merubah perilaku ketika hati orang lain tersakiti.
2. Komitmen
Jika sebelumnya telah dibahas nilai terkait personal pimpinannya.
Selanjutnya berikut uraian komitmen pimpinan dalam organisasi:
c. Profesional
Konsekuensi seorang pimpinan adalah waktu tersita untuk pekerjaan
merupakan bagian dari pekerjaan sebagai kepala sekolah. Sebagai orang yang
profesional citra diri dalam pekerjaan dimanipestasikan dalam kehidupan
keseharian, bekerja dengan baik baru menuntut hak.
Kesalahan yang dilakukan bawahan bukan semata-mata karena
kesalahan bawahan akan tetapi sebagai seorang yang profesional harus
mampu mengevaluasi diri bahwa dimungkinkan kesalahan yang terjadi
karena kesalahannya.
3. Sikap Kerja
Suryana dan Jalaludin (2013) juga menegaskan unsur sikap kerja juga
harus dimiliki oleh seorang pimpinan. Untuk lebih memahaminya, simak
uraian sebagai berikut:
b. Bekerja sama
Tugas pimpinan yang berat adalah ketika harus membangun semangat
kerja dalam diri anggota masing-masing, harmonisasi dalam pekerjaan
terletak pada bagaimana kerja sama dapat terjadi dan dapat dijaga. Memupuk
kerja sama dimulai dengan semangat kebersamaan, dan semangat
kebersamaan beranjak dari satu visi yang sama dalam mencapai tujuan
organisasi.
Dalam kerja sama yang terpenting adalah setiap orang memahami tugas
dan tanggung jawabnya masing-masing, ketika tanggung jawab muncul pada
seseorang dan menyelesaikan pekerjaannya dengan baik maka pimpinan
harus pula menjaga kelangsungan dari semangat tersebut baik dalam diri
anggotanya maupun interaksi dalam pekerjaannya. Ketika kerja sama
menjadi bagian dalam budaya organisasi, maka interaksi dimaksudkan dalam
organisasi adalah tanggung jawab setiap orang yang merupakan pengerucutan
pada tanggung jawab organisasi. oleh karena itu sangat dibutuhkan pimpinan
yang mampu menanamkan rasa tanggung jawab pada setiap orang untuk
melaksanakan tanggung jawab dengan baik.
f. Melakukan inovasi
Inovasi adalah bagian yang tidak boleh lepas dari kinerja organisasi,
karena menemukan dan menggunakan sebuah prosedur, strategi, metode
pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan karakter organisasi akan
mempermudah dalam pencapaian tujuan organisasi.
Bila dalam sebuah organisasi masih dipimpin oleh seorang yang laggard
(orang yang terlambat dalam menerima inovasi), maka seluruh sistem
organisasi akan mengalami stuck dan dinamika akan terhenti pula
pengembangan budaya inovatif dalam organisasi harus dimulai dari dalam
diri setiap anggota, dan stimulasi yang baik datang dari prosedur atau produk-
produk inovatif yang mampu dimunculkan oleh pimpinan.
g. Menyesuaikan diri
Anggota dalam organisasi memiliki karakter dan perilaku yang berbeda
dengan tujuan yang ingin dicapai masing-masing memiliki perbedaan pula.
Oleh karena itu, dalam kerangka pencapaian tujuan organisasi yang lebih
besar pimpinan harus dapat menyesuaikan diri dengan setiap perbedaan
karakter dan perilaku tersebut serta mengakomodasikannya ke dalam perilaku
yang diharapkan oleh organisasi.
MPDR5301/MODUL 3 3.15
4. Disiplin Kerja
c. Manajemen kerja
Kepala sekolah dalam tugasnya sebagai manajer adalah mengatur setiap
aktivitas dalam sekolah, merencanakan dengan baik aktivitas-aktivitas apa
yang harus ada dalam pencapaian tujuan, kemudian mengimplementasikan
rencana tersebut dalam pembagian kerja, penugasan, pengorganisasian,
pengkoordinasian kerja, pengaturan sumber daya, penyiapan alat pengawasan
dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan, dan evaluasi atas setiap pekerjaan.
Jadi seorang pimpinan adalah manajer yang harus memiliki kemampuan
dalam mengelola segenap aktivitas orang lain dalam organisasi secara
bersamaan dan teratur sesuai dengan rencana untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan. Manajemen kerja dibuat untuk mempermudah pelaksanaan
pekerjaan, bukan dibuat untuk mempersulit seseorang atau sekelompok orang
dalam melaksanakan pekerjaannya.
5. Kualitas Kerja
Bagi seorang pimpinan sekolah yang berat dalam hal ini adalah
bagaimana mengembangkan budaya kerja di mana setiap anggota organisasi
berpegang pada prosedur kerja yang ada dan mengarahkan setiap
kemampuannya untuk melakukan pekerjaan yang sesuai dengan prosedur
kerja yang telah ada tersebut.
7. Kemudahan
Berat bagi seorang ketika pekerjaan yang dilakukannya harus dapat
memfasilitasi orang lain dalam melanjutkan pekerjaan, terutama ketika harus
menerima bahwa hasil yang baik diperoleh adalah hasil kerja semua orang.
Pimpinan yang baik adalah orang yang mampu menanamkan jiwa besar
dalam diri anggotanya bahwa keberhasilan itu bukan semata-mata hasil
seseorang dalam organisasi tapi keterkaitan setiap orang. Selanjutnya adalah
bagaimana melestarikan kebiasaan orang untuk bersaing dengan positif
dalam pencapaian hasil kerja.
8. Hubungan Kerja
c. Struktur kerja
Struktur pekerjaan seperti yang telah disinggung di atas menggambarkan
kepada siapa kita bertanggung jawab, dalam struktur pekerjaan juga
menggambarkan dengan siapa kita melakukan pekerjaan, dengan struktur
pekerjaan memungkinkan kita untuk melakukan pekerjaan.
d. Keterkaitan pekerjaan
Dalam pelaksanaan pekerjaan, pekerjaan yang diselesaikan oleh masing-
masing orang dalam organisasi pada hakikatnya berarti seorang pegawai/
pekerja sudah mempermudah pekerjaan bagi pegawai lainnya dan
mendukung serta mempermudah pekerjaan pimpinan organisasi.
9. Tanggung Jawab
Tanggung jawab dalam pekerjaan adalah beban yang diberikan kepada
seseorang untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan fungsi-
fungsinya masing-masing, dengan tanggung jawab yang dapat dijalankan
dengan baik sebenarnya akan memberikan kemungkinan mempermudah
tanggung jawab yang dibebankan kepada orang lain. Ketika tanggung jawab
dapat dipikul dengan baik oleh pimpinan sebenarnya sudah mempermudah
tanggung jawab anggota secara organisasional dan sebaliknya ketika
bawahan dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan baik berarti telah
mempermudah tanggung jawab pimpinannya. Ketika seorang diberi tanggung
jawab untuk menyelesaikan suatu pekerjaan berarti ia diberikan kesempatan
untuk berinteraksi dengan orang lain, karena dalam tanggung jawab tersebut
melekat keterkaitan antar fungsi dalam pelaksanaannya.
11. Harmonisasi
Harmoni adalah menjadi satu dalam setiap elemen untuk mencapai
tujuan. Bergerak bersama-sama dalam menangkal segala tekanan dalam
organisasi sehingga dapat memperoleh hasil yang maksimal. Nilai harmoni
dalam kelompok adalah variasi dari setiap nilai yang ada dalam kelompok
dan menjadi satu dalam nilai organisasi.
12. Relaksasi
Ketenangan pekerjaan diperoleh ketika seseorang sudah terpenuhi
kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar dimiliki oleh setiap orang, oleh
karenanya sebagai pimpinan juga dibutuhkan keterampilan dalam
mengembangkan pola-pola interaksi yang menyentuh sisi manusiawi. Serius
dalam bekerja dibutuhkan tetapi lebih penting adalah merasakan ketenangan
dalam bekerja, ketenangan karena diakui, ketenagan karena kebutuhan
dasarnya terpenuhi, dan ketenangan karena kebutuhan batiniahnya terpenuhi.
a. Struktur pekerjaan
Struktur pekerjaan adalah panduan bagi setiap orang dalam tugas dan
fungsinya atau disebut juga job description. Struktur pekerjaan secara
individual secara formal mengikuti alur struktur berdasarkan deskripsi
pekerjaan organisasi. struktur formal pekerjaan dalam organisasi memiliki
batas masing-masing, akan tetapi pembatasan itu bukan sebagai pemisah
tetapi sebagai pemilah jenis dan bentuk pekerjaan yang dilakukan. Struktur
utama pekerjaan berfungsi sebagai panduan atau pedoman bagi setiap orang
dalam pekerjaannya tentang target dan acuan mekanisme. Oleh karena itu, ke
arah pencapaian tujuan organisasi setiap pekerjaan yang dilakukan mengikuti
dan menyesuaikan dengan alur struktur pekerjaan utama.
Struktur pekerjaan setiap orang dalam organisasi diarahkan kepada satu
tujuan yang sama yaitu tujuan organisasi. perlu ditekankan dalam struktur
utama pekerjaan bahwa struktur pencapaian tujuan organisasi bukan
bergantung kepada kondisi fisik dan psikis seseorang akan tetapi pada
MPDR5301/MODUL 3 3.21
dasarnya besarnya tanggung jawab yang dipikul. Beban kerja yang dipahami
akan mempermudah pelaksanaan pekerjaan karena unsur tanggung jawab
melekat secara utuh.
c. Program kerja
Program kerja adalah kumpulan-kumpulan tugas-tugas utama organisasi
yang strategis dan rutin yang menggambarkan aktivitas atau kegiatan
organisasi yang sudah atau akan dilaksanakan. Dalam program kerja berisi
tugas-tugas yang harus dilakukan, tujuan-tujuan yang ingin dicapai, orang-
orang yang akan melakukan kegiatan, besaran biaya yang dialokasikan, dan
kurun waktu pencapaian tujuan yang harus dicapai.
kepentingan pada kepentingan yang sama. Oleh karena itu, pencapaian tujuan
kepentingan organisasi dapat terwujud melalui pembagian tugas dan
pendelegasian kewenangan secara proporsional dan profesional.
Gambar 3.1
Ranah Keterampilan Pemimpin
b. Technical skill
Kemampuan menerapkan ilmunya ke dalam pelaksanaan/operasional.
Dalam rangka mendayagunakan/memanfaatkan sumber-sumber daya yang
ada. Melaksanakan tindakan yang bersifat operasional. Memikirkan
pemecahan masalah-masalah yang praktis. Makin tinggi tingkatan manajer,
secara relatif semakin berkurang kemampuan teknis.
c. Conceptual skill
Kemampuan di dalam melihat sesuatu secara keseluruhan yang
kemudian dapat merumuskannya, seperti dalam mengambil keputusan,
menentukan kebijakan dan lain-lain. Dalam hubungan ini perlu ditekankan
bahwa seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tidak
melaksanakan sendiri tindakan-tindakan yang bersifat operasional. Lebih
banyak merumuskan konsep-konsep. Keterampilan ini ada juga yang
menyebutnya dengan managerial skill.
MPDR5301/MODUL 3 3.25
Prestasinya banyak. Beliau maju dari tingkat kota, provinsi, hingga akhirnya
nasional. Ada serangkaian tes yang harus beliau lewati untuk menjadi kepala
sekolah berprestasi. Tapi itu tak membuatnya lesu, justru bersemangat,
“Lomba, di sana dapat makanan, ruang ber-AC,” kata Munjid kemudian
diiringi tawa.
Setelah menjadi kepala sekolah berprestasi tahun 2011, tahun ini Munjid
mengajukan diri lagi. Pemilihan kepala sekolah berprestasi hanya setiap 4
tahun sekali. “Sampaikan yang benar saja dari orang lain. Jangan sampaikan
kesalahan orang lain,” begitu prinsip Munjid.
Ia memberi nasihat, kelak kita akan mati. Jika kita membeberkan kesalahan
orang lain, maka orang lain tidak akan suka. Bayangkan, jika banyak orang
3.26 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
telah kita beberkan kesalahannya. Di akhirat, pahala kita akan habis untuk
membayar keberatan orang-orang yang telah kita sakiti. Jadi lebih baik orang
lain tahu kesalahan orang, bukan dari mulut kita.
Serba simpel, begitulah sosok kepala sekolah yang sudah mengajar sejak
tahun 1987. Lakukan hal yang terjangkau. Lakukan hal yang sekiranya bisa
dilakukan.
Kepala sekolah yang rumahnya cukup jauh ini, di Piyungan, punya motivasi
ingin mengubah sekolah menjadi lebih baik dengan menjadi pemimpin.
Karena jika hanya menjadi guru, beliau tidak bisa berbuat banyak. Ide-idenya
hanya sebatas usulan.
Ada pengalaman berkesan beliau dalam dunia pendidikan. Saat itu tahun
2006, Munjid berkesempatan studi banding ke Australia. Beliau melihat di
sana anak-anaknya lebih rapi, tertib, dan disiplin dibanding di sini. Hal itu
ingin beliau terapkan di sekolahnya.
Ada yang unik dari SMAN 8 Yogyakarta. Sekolah yang terkenal memajukan
budaya ber-Bahasa Inggris ini, tidak mengizinkan siswa yang terlambat untuk
mengikuti mata pelajaran pertama. Sebagai gantinya, siswa diminta menulis
alasan keterlambatannya dengan Bahasa Inggris. Setelah itu dipresentasikan,
dan hukuman yang edukatif ini efektif membuat siswa jera.
Kadang hal yang baik perlu dipaksakan agar menjadi kebiasaan, demikian
prinsip Munjid.
Setelah Anda menyimak siaran pers di atas, hal apa yang dapat Anda
analisis? Mari kita bahas bersama. Berdasarkan analisis di atas, dapat kita
ketahui bahwa untuk menjadi seorang pemimpin pendidikan yang baik harus
memenuhi nilai-nilai personal kepemimpinan. Dari uraian di atas
menerangkan bahwa banyak langkah dan upaya yang dilalui oleh kepala
sekolah pada sekolah tersebut sehingga menjadi kepala sekolah yang
berprestasi. Prestasi yang diraih tersebut tidak terlepas dari manajemen kerja
yang diterapkan oleh kepala sekolah. Penerapan terkait nilai personal
kepemimpinan dan manajemen kerja oleh kepala sekolah berprestasi tersebut
tergambar dalam kondisi sebagai berikut:
1. Aktif dalam kegiatan seperti rajin mengikuti diklat, menjadi narasumber,
mengikuti workshop, dan sering mengikuti perlombaan.
2. Mendorong siswa dan guru-gurunya untuk berprestasi.
3. Senantiasa berupaya disiplin.
4. Inovatif dalam menciptakan program-program sekolah.
5. Membudayakan sikap menghormati orang tua.
6. Cerdas dan murah senyum.
7. Menjaga dan menghargai orang lain.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Salah satu bentuk disiplin kerja seorang pimpinan dapat dilihat dari
manajemen kerja yang ia tunjukkan dalam organisasi. Apa makna
manajemen kerja tersebut, dan berikan contohnya dalam konteks
kepemimpinan di sekolah.
Kegiatan Belajar 2
emosi. Orang yang demikian tidak bisa jadi pemimpin sebab seorang
pemimpin harus mampu membuat suasana tenang dan senang. Maka
seorang pemimpin harus mempunyai keseimbangan emosi.
Dimensi
No. Kompetensi
Kompetensi
1 Kepribadian 1.1 Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan
tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak
mulia bagi komunitas di sekolah/ madrasah.
1.2 Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.
1.3 Memiliki keinginan yang kuat dalam
pengembangan diri sebagai kepala sekolah/
madrasah.
1.4 Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsi.
1.5 Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah
dalam pekerjaan sebagai kepala
sekolah/madrasah.
1.6 Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai
pemimpin pendidikan.
Dimensi
No. Kompetensi
Kompetensi
2.10 Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan
pendidikan nasional.
2.11 Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai
dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel,
transparan, dan efisien.
2.12 Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam
mendukung pencapaian tujuan sekolah/madrasah.
2.13 Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah
dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan
kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah.
2.14 Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah
dalam mendukung penyusunan program dan
pengambilan keputusan.
2.15 Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi
peningkatan pembelajaran dan manajemen
sekolah/madrasah.
2.16 Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan program kegiatan sekolah/madrasah
dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan
tindak lanjutnya.
3 Kewirausahaan 3.1 Menciptakan inovasi yang berguna bagi
pengembangan sekolah/madrasah.
3.2 Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan
sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar
yang efektif.
3.3 Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai
pemimpin sekolah/madrasah.
3.4 Pantang menyerah dan selalu mencari solusi
terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi
sekolah/madrasah.
3.5 Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola
kegiatan produksi/jasa sekolah/ madrasah sebagai
sumber belajar peserta didik.
4 Supervisi 4.1 Merencanakan program supervisi akademik dalam
rangka peningkatan profesionalisme guru.
4.2 Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru
dengan menggunakan pendekatan dan teknik
supervisi yang tepat.
4.3 Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap
guru dalam rangka peningkatan profesionalisme
guru.
MPDR5301/MODUL 3 3.35
Dimensi
No. Kompetensi
Kompetensi
5 Sosial 5.1 Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan
sekolah/madrasah.
1. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa
menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, mengevaluasi kinerja dan
mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan
teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru
akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati nasihat/ucapan/
perintahnya) dan “ditiru” (di contoh sikap dan perilakunya). Kepribadian
guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik.
Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis. Sehingga
dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan
cerminan dari kepribadian seseorang, selama hal tersebut dilakukan dengan
penuh kesadaran. Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan
meningkatkan citra diri dan kepribadian seseorang.
Sebagai seorang model guru harus memiliki kompetensi yang
berhubungan dengan pengembangan kepribadian (personal competencies), di
antaranya: (1) kemampuan yang berhubungan dengan pengalaman ajaran
agama sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya; (2) kemampuan
untuk menghormati dan menghargai antar umat beragama; (3) kemampuan
untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan, dan sistem nilai yang berlaku
di masyarakat; (4) mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru
3.36 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
misalnya sopan santun dan tata karma dan; (5) bersikap demokratis dan
terbuka terhadap pembaruan dan kritik.
Darajat dalam Syah (2000, hlm. 225-226) menegaskan bahwa
kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan
pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau
penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang
masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami keguncangan
jiwa (tingkat menengah).
Gumelar dan Dahyat (2002, hlm. 127) merujuk pada pendapat Asian
Institute for Teacher Education, mengemukakan kompetensi pribadi meliputi
(1) pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama, (2)
pengetahuan tentang budaya dan tradisi, (3) pengetahuan tentang inti
demokrasi, (4) pengetahuan tentang estetika, (5) memiliki apresiasi dan
kesadaran sosial, (6) memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan
pekerjaan, (7) setia terhadap harkat dan martabat manusia.
Arikunto (1993, hlm. 239) mengemukakan kompetensi personal
mengharuskan guru memiliki kepribadian yang mantap sehingga menjadi
sumber inspirasi bagi subyek didik, dan patut diteladani oleh siswa.
Berdasarkan uraian di atas, kompetensi kepribadian guru tercermin dari
indikator (1) sikap, dan (2) keteladanan.
2. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi : pemahaman
wawasan landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik,
pemahaman kurikulum atau silabus, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi hasil belajar,
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimiliki.
Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik”. Depdiknas (2004, hlm. 9) menyebut kompetensi
ini dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran.”
“Kompetensi Menyusun Rencana Pembelajaran” menurut Joni (1984,
hlm. 12), adalah kemampuan merencanakan program belajar mengajar
mencakup kemampuan:
a. merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran.
MPDR5301/MODUL 3 3.37
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat, berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik dan
masyarakat sekitar.
Surya (2003, hlm. 138) mengemukakan kompetensi sosial adalah
kemampuan yang diperlukan oleh seseorang agar berhasil dalam
berhubungan dengan orang lain. Dalam kompetensi sosial ini termasuk
keterampilan dalam interaksi sosial dan melaksanakan tanggung jawab sosial.
Gumelar dan Dahyat (2002, hlm. 127) merujuk pada pendapat Asian
Institute for Teacher Education, menjelaskan kompetensi sosial guru adalah
salah satu daya atau kemampuan guru untuk mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk mendidik,
membimbing masyarakat dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan
datang.
Arikunto (1993, hlm. 239) mengemukakan kompetensi sosial
mengharuskan guru memiliki kemampuan komunikasi sosial baik dengan
peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, pegawai tata usaha, bahkan
dengan anggota masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, kompetensi sosial guru tercermin melalui
indikator (1) interaksi guru dengan siswa, (2) interaksi guru dengan kepala
3.38 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
sekolah, (3) interaksi guru dengan rekan kerja, (4) interaksi guru dengan
orang tua siswa, dan (5) interaksi guru dengan masyarakat.
4. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai
materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang memungkinkan peserta
didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan standar nasional
pendidikan. Adapun ruang lingkup kompetensi profesional meliputi:
a. Menerapkan landasan kependidikan baik fisiologi, sosiologi dan
sebagainya,
b. Menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik.
c. Mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawab.
d. Menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi.
e. Mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran.
f. Mengorganisasikan program pembelajaran,
g. Melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.
h. Menumbuhkan potensi peserta didik.
Gumelar dan Dahyat (2002, hlm. 127) merujuk pada pendapat Asian
Institute for Teacher Education, mengemukakan kompetensi profesional guru
mencakup kemampuan dalam hal:
a. mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan baik filosofis,
psikologis
b. mengerti dan menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat
perkembangan perilaku peserta didik
c. mampu menangani mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan
kepadanya
d. mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai
e. mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta fasilitas
belajar lain
f. mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pengajaran
g. mampu melaksanakan evaluasi belajar
h. mampu menumbuhkan motivasi peserta didik.
global, karena guru memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan
informasi-informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan juga
membentuk sikap dan jiwa yang mampu bertahan dalam era hiperkompetisi.
Tugas guru adalah membantu peserta didik agar mampu melakukan
adaptasi terhadap berbagai tantangan kehidupan serta desakan yang
berkembang dalam dirinya. Pemberdayaan peserta didik melalui
keterampilan dan fungsi guru ini meliputi aspek-aspek kepribadian terutama
aspek intelektual, sosial, emosional, dan keterampilan.
kelompok yang dirasakan pengikut ataupun observer dari luar (4) kesuksesan
karier seorang pemimpin.
Dari dua pendapat di atas saja sudah terlihat perbedaan yang sangat jelas
di mana Kouzes dan Posner (2010) menekankan pada perilaku pemimpin dan
cenderung pada proses sedangkan Yukl (2010) lebih menekankan pada hasil
akhir.
Selanjutnya menurut Gerungan (2004) terdapat empat syarat yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin yang berhasil, yaitu sebagai berikut:
3. Keseimbangan Emosional
Seseorang yang emosinya tidak stabil, jangankan akan menjadi
pemimpin untuk orang lain, menenangkan diri sendiri saja tidak mampu.
Seseorang pemimpin harus dapat menciptakan rasa tenang dan aman kepada
mereka yang dipimpinnya. Hal ini hanya mungkin dilakukan apabila dia
sendiri bersikap tenang dan aman, karena memiliki keseimbangan
emosional.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Tes Formatif 1
Manajemen kerja merupakan upaya untuk mengelola segenap aktivitas orang
lain dalam organisasi secara bersamaan dan teratur sesuai dengan rencana
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Contohnya dalam kepemimpinan,
kepala sekolah membagi tugas pokok dan fungsi sebagai tambahan dari tugas
pokok dan fungsi utama sebagai guru dengan menunjuk wakil kepala
sekolah. Contoh lain dalam manajemen kerja adanya wakil manajemen mutu
(WMM), di mana tugas pokok dan fungsi telah ditentukan.
Tes Formatif 2
Syarat sebagai manajer tentu harus memenuhi standar yang telah ditentukan.
Di Indonesia sendiri telah memiliki standar nasional pendidikan yang
tertuangkan dalam PP RI Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar nasional
Pendidikan. Standar proses yang berkenaan dengan proses belajar mengajar
mengacu pada standar lama yakni Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 dan
Standar mengenai Pendidik dan Tenaga Pendidik. Penjabaran mengenai guru
tertuang dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007. Sejauh ini guru sebagai
manajer pendidikan di kelas hampir telah memenuhi standar tersebut, salah
satu contoh yang dapat dijadikan pengukuran yaitu dengan adanya sertifikasi
cukup menggambarkan ketercapaian standar yang dibebankan pada pendidik
(guru) selaku manajer di kelas.
3.46 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
Daftar Pustaka
Joni, T.R. 1984. Pedoman Umum Alat Penilaian Kemampuan Guru. Jakarta:
Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud.
PEN D A HU L UA N
P ada modul sebelumnya Anda telah diajak untuk memahami tentang nilai-
nilai personal kepemimpinan, masih ingatkah Anda nilai-nilai apa saja
secara garis besar yang melekat pada kepemimpinan, terutama
kepemimpinan pendidikan? ya, di antaranya 1. Nilai-nilai Personal, 2.
Komitmen, 3. Sikap Kerja. Karakter selanjutnya adalah Disiplin Kerja, terdiri
atas a) Menggunakan Pedoman kerja, b) Mengikuti Prosedur Kerja,
c) Manajemen Kerja, d) Alokasi Waktu Kerja. Sedangkan Kualitas Kerja,
terdiri atas: a) Kesesuaian Prosedur Kerja, b) Kejelasan Langkah Kerja,
c) Kesesuaian dengan Rencana, d) Kerapihan Hasil Kerja. Karakter
selanjutnya tentang Kepuasan Hasil yang dicapai, Kemudahan, Hubungan
Kerja (a. Tugas Pokok dan Fungsi, b. Struktur Kerja, c. Keterkaitan
Pekerjaan). Selanjutnya pemimpin juga harus memiliki nilai tanggung jawab,
Semangat Kekeluargaan, Harmonisasi, Relaksasi, Pencapaian Tujuan (a.
Struktur Pekerjaan, b. Pedoman Pelaksanaan Pekerjaan, c. Program Kerja, d.
Pembagian Tugas dan Tanggung jawab, e. Strategi Pelaksanaan
Pekerjaan).Yang terakhir pimpinan setidaknya harus memiliki nilai
Kreativitas Pelaksanaan Pekerjaan, Kesesuaian Hasil Pekerjaan, Kerapihan
dalam Pekerjaan, dan Prioritas dalam Pekerjaan
Pada modul kali ini, Anda akan diajak untuk menelusuri kasus dan
kajian tentang kepemimpinan pendidikan pada dinas pendidikan kabupaten/
kota, kepemimpinan kepala sekolah pada lembaga pendidikan umum, dan
kepemimpinan pada pendidikan luar sekolah.
4.2 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
Kompetensi Umum
Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat mengidentifikasi,
mengkaji, memahami dan menjelaskan mengenai kasus atau kajian
kepemimpinan pendidikan dalam konteks dinas pendidikan, sekolah, dan
pendidikan luar sekolah.
Kompetensi Khusus
Adapun kompetensi khusus yang diharapkan dapat Anda capai setelah
mempelajari modul ini di antaranya dapat mengkaji poin-poin penting dalam
implementasi kepemimpinan pendidikan dalam konteks dinas pendidikan,
sekolah, dan pendidikan luar sekolah, menganalisis permasalahan yang
terjadi juga masukan/saran sebagai alternatif pemecahan seputar masalah
pendidikan.
MPDR5301/MODUL 4 4.3
Kegiatan Belajar 1
A. TEMUAN KASUS
1. Dimensi Mengarahkan
Kepemimpinan merupakan lokomotif organisasi, lebih dari itu,
kepemimpinan dan peranan pemimpin menentukan kelahiran, pertumbuhan
dan kedewasaan serta kematian organisasi. Dalam pengamatan dan
wawancara dengan informan, bahwa kepala dinas dalam mengarahkan tugas
dan tanggung jawab Pegawai Negeri Sipil dalam menjawab kebutuhan
masyarakat, ketepatannya baik. Dalam pengamatan ditemukan bahwa
dimensi kepemimpinan diartikan sebagai proses mempengaruhi dan
mengarahkan berbagai tugas yang berhubungan dengan aktivitas anggota
kelompok. Kepemimpinan juga diartikan sebagai kemampuan mempengaruhi
berbagai strategi dan tujuan, kemampuan mempengaruhi komitmen dan
ketaatan terhadap tugas untuk mencapai tujuan bersama, dan kemampuan
mempengaruhi kelompok agar mengidentifikasi, memelihara dan
mengembangkan budaya organisasi. Kondisi ini ternyata sudah dilakukan
oleh kepala dinas dalam memaksimalkan keberhasilan organisasi.
4.4 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
2. Dimensi Melatih
Temuan selanjutnya yakni berkaitan dengan dimensi melatih dari kepala
dinas, atau tanggapan pegawai terhadap kejelasan pimpinan dalam
menerangkan perintah. Sebagian besar pegawai dinas Pendidikan pemuda
dan Olahraga Kabupaten Minahasa Selatan yang ditemui menyatakan bahwa
kejelasan pimpinan dalam menerangkan perintah atau instruksi terhadap
pegawainya dirasakan jelas. Pegawai merasa apa yang telah disebutkan
dalam pembagian kerja atau tupoksi sesuai dengan apa yang mereka
kerjakan. Meski demikian beberapa di antaranya yang menyatakan bahwa
pimpinan masih kurang teliti dalam menerangkan perintahnya sehingga
masih ada pegawai yang beranggapan kejelasan pimpinan dalam
menerangkan perintah masih kurang jelas. Misalnya, pimpinan kadang dalam
memberikan perintah untuk melaksanakan tugas kepada bawahannya hanya
menerangkan yang dianggap penting saja tidak sesuai dengan tupoksi dan
pembagian kerja.
MPDR5301/MODUL 4 4.5
3. Dimensi Mendukung
Sesuai dengan temuan di lapangan bahwa tanggapan pegawai mengenai
tingkat kejelasan pimpinan dalam memberikan instruksi mayoritas informan
menyatakan sudah jelas. Sementara informan lainnya menyatakan bahwa
kejelasan dalam memberikan instruksi masih kurang. Dalam pengamatan
ditemukan bahwa Pegawai dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Minahasa Selatan mayoritas beranggapan bahwa instruksi kepada
pegawai bertujuan agar tidak terjadi perbedaan persepsi antara pimpinan dan
pegawai, sehingga tujuan dinas dapat tercapai, instruksi yang diberikan
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta dengan pembagian kerja. Kondisi
ini mengindikasikan bahwa pegawai sudah menangkap instruksi yang
diberikan oleh pimpinan. Temuan lainnya adalah tanggapan pegawai
mengenai tingkat keterlibatan pimpinan dalam memecahkan masalah
bersama didapatkan informasi bahwa pimpinan terlibat dalam memecahkan
masalah bersama Pegawai dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Minahasa Selatan.
Dalam pengamatan gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pimpinan
dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Minahasa Selatan
memberikan kebebasan pada pegawai untuk memberikan ide, namun untuk
proses keputusannya berada di tangan pimpinan.
Keterlibatan pimpinan dalam pembuatan keputusan sebenarnya harus
selalu ada agar keputusan yang dibuat benar-benar sesuai dengan kebutuhan
organisasi. Jawaban di atas menunjukkan kalau pimpinan dinas tidak
menggunakan kekuasaan untuk mendominasi, jadi selalu memberikan ruang
bagi pegawai untuk menyampaikan pendapatnya manakala ada persoalan
organisasi. Dalam rangkuman jawaban yang dinyatakan informan bahwa
posisi pegawai sangatlah penting, jadi bukan hanya sebagai hiasan yang
berada di dinas pendidikan dan olahraga.
4. Dimensi Mendelegasikan
Temuan selanjutnya berkaitan dengan tanggapan pegawai mengenai
tingkat ketepatan pimpinan dalam mendelegasikan tanggung jawab. Dari
hasil wawancara ditemukan bahwa mayoritas pegawai mengatakan pimpinan
sangat tepat dalam mendelegasikan tanggung jawab kepada pegawai.
Menyangkut kepercayaan pimpinan terhadap pegawai sebagian besar
pegawai memberikan jawaban bahwa pimpinan memiliki rasa percaya
kepada pegawai dan tingkat kepercayaan pimpinan terhadap pegawai bisa
4.6 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
B. PEMBAHASAN KASUS
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Surat edaran yang telah di tanda tangani Herry dengan nomor 425/789-
Set.Umum itu diberikan kepada semua kepala sekolah di semua tingkat, dari
sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, di Depok. Isinya memuat tiga
hal pokok, yakni siswa dilarang merayakan Valentine di sekolah, meminta
orang tua mengawasi anaknya masing-masing, dan meminta siswa agar
berkegiatan sesuai dengan nilai budaya Indonesia. “Jangan sampai anak-anak
muda kita terjerumus ke dalam kegiatan negatif,” tegas Herry.
MPDR5301/MODUL 4 4.9
Kegiatan Belajar 2
diberikan dari level pemerintah pusat kepada level sekolah. Malen, Ogawa,
dan Kranz (1990) mengkonseptualisasikan MBS sebagai perubahan atau
pergantian struktur pemerintah, dari bentuk desentralisasi yang
mengidentifikasi sekolah pribadi sebagai unit utama perubahan dan merubah
distribusi yang dalam kewenangan mengambil keputusan sebagai sekolah
melalui improvisasi yang distimulus dan ditopang (Felipe Barrera et.al,
2009).
Sekedar untuk pengetahuan kepada Anda, bahwa di beberapa negara,
manajemen berbasis sekolah (school based management) dikemukakan
dengan beberapa istilah, antara lain site based management, delegated
management, community based management, school otonomy atau local
management of school. Meskipun sebutannya berbeda, tetapi sasarannya
sama, yaitu memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk mengelola
sekolah secara mandiri. Pada prinsipnya, sekolah memperoleh kewenangan
(authority), kewajiban (responsibility) dan tanggung jawab (accountability)
dalam pengelolaan sekolah. Melalui manajemen berbasis sekolah tersebut
diharapkan bisa memberikan layanan pendidikan yang menyeluruh dan
tanggap terhadap kebutuhan masyarakat.
Secara umum, tujuan manajemen berbasis sekolah (school based
management) ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, kualitas dan
pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi diperoleh melalui beberapa
cara, antara lain melalui keleluasaan mengelola sumber daya atau
penyederhanaan birokrasi. Peningkatan kualitas dilakukan melalui
peningkatan partisipasi orang tua siswa terhadap sekolah, fleksibilitas
pengelolaan sekolah dan peningkatan profesionalisme personil sekolah.
Sedangkan peningkatan pemerataan pendidikan diperoleh melalui
peningkatan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah.
Selanjutnya secara khusus, manajemen berbasis sekolah diarahkan untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Dalam panduan pengelolaan sekolah,
manajemen berbasis sekolah ditekankan pada manajemen peningkatan mutu
berbasis sekolah (school based quality improvement). Manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah pada dasarnya merupakan proses
manajemen sekolah yang diarahkan untuk peningkatan mutu pendidikan
melalui pelaksanaan otonomi sekolah mulai dari perencanaan, pelaksanaan
sampai dengan evaluasi sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sekolah dengan
melibatkan semua stakeholder sekolah. Dengan kata lain, manajemen
4.12 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
A. TEMUAN
B. PEMBAHASAN
Dari uraian di atas dapat kita analisis bahwa walaupun MBS merupakan
konsep yang sudah lama dikenal dalam dunia pendidikan, tetapi pada wajah
pendidikan di Indonesia belum secara murni dilaksanakan di sekolah, hal ini
disebabkan oleh arogansi wajah otonomi. Kepemimpinan Kepala SMA
Negeri 3 Singkawang. Kepala sekolah merupakan guru yang memiliki
kompetensi tinggi dan diberi tanggung jawab sebagai pemimpin di satuan
pendidikan tertentu. Pada tanggung jawab seorang pemimpin dalam hal ini
kepala sekolah melekat keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin kependidikan seperti dikemukakan oleh Tim Dosen
Administrasi Pendidikan UPI Bandung (2012, hlm. 125). Keterampilan-
keterampilan tersebut adalah: 1) keterampilan dalam memimpin, 2)
keterampilan dalam hubungan insani, 3) keterampilan dalam proses
kelompok, 4) keterampilan dalam administrasi personil, dan 5) keterampilan
dalam menilai. Pada akhirnya dalam diri seorang pemimpin melekat tuntutan
kompetensi-kompetensi yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007, yakni kompetensi
kewirausahaan, kompetensi supervisi, kompetensi manajerial, kompetensi
sosial dan kompetensi kepribadian.
Kepala Sekolah SMAN 3 Singkawang memiliki keterampilan seperti
yang disebutkan di atas. Keterampilan dalam memimpin tampak dalam
pertemuan-pertemuan rutin yang dilaksanakan di berbagai kesempatan baik
dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi kegiatan. Membagi dan
menyerahkan tanggung jawab juga dilakukan dalam berbagai kegiatan dan
kesempatan, misalnya dalam rapat pembagian tugas mengajar. Pemberdayaan
wakil kepala sekolah secara maksimal sesuai dengan bidang yang ditangani
(kesiswaan, sarana prasarana, kurikulum, dan hubungan masyarakat) bukti
bahwa pekerjaan tidak ditangani sendiri. Keterampilan dalam hubungan
insani yang ada dalam diri kepala sekolah terungkap dalam sikap saling
menghargai. Sikap penghargaan ditunjukkan oleh kepala sekolah dengan
perlakuan yang wajar dan penuh sikap hormat kepada bawahan. Pada waktu-
waktu tertentu bahkan setiap hari beliau menyempatkan diri untuk bergabung
bersama-sama guru di ruang guru atau dengan staf tata usaha di ruang tata
usaha. Kesempatan itu digunakan untuk sekedar menyapa, minum atau baca
koran bersama. Ada keakraban dalam kekerabatan yang dibangun oleh kepala
sekolah. Beliau merupakan pribadi yang luwes. Untuk keterampilan menilai,
MPDR5301/MODUL 4 4.19
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Kegiatan Belajar 3
1. Kekuatan
a. Realisasi program PKBM juga didukung oleh tutor yang
berpengalaman dan sesuai dengan keilmuan yang dimilikinya.
b. Adanya dukungan dana operasional yang ditujukan kepada warga
belajar dan pengelola PKBM, baik dana dari pemerintah pusat
maupun pemerintah Kabupaten, dukungan Diknas provinsi melalui
Sub Dinas Pendidikan Luar Sekolah, dukungan Dinas Pendidikan
Kabupaten Kubu Raya melalui Sub Dinas Pendidikan Luar Sekolah
Kabupaten Kubu Raya dan Kasi Pendidikan Luar Sekolah, Penilik
Dikmas, dukungan dari Tenaga Lapangan Dikmas (LTD),
kecamatan, dan ketua LPM, Kepala Sekolah dasar dan usaha-usaha
kecil di lingkungan masyarakat.
d. Memiliki jumlah tutor yang lengkap dengan kualifikasi pendidikan
sesuai dengan kebutuhan program yang akan dilaksanakan oleh
PKBM Aprila.
e. Manajemen dalam pengelolaan kelembagaan PKBM yang sudah
mapan sehingga mampu mengelola program dengan sebaik-baiknya.
f. Semangat kerja dan didukung dengan jiwa pengabdian yang tinggi,
pengelola memiliki pengalaman di bidang PLS, mau belajar dan
bersedia menerima masukan, diperkuat melalui pemberian pelatihan
bagi pengelola PKBM dan adanya program kerja jelas. Semua faktor
ini menjadi kata kunci dan penentu keberhasilan program PKBM.
g. Terdapat keterampilan yang dipelajari warga belajar dan dapat
dijadikan bekal sebagai kecakapan hidup seperti pembuatan batako,
jahit menjahit, kerajinan dan kue-kue.
h. Program PKBM juga akan semakin sukses karena peminat program
KF, kejar Paket A, dan B, program KWD dan PAUD cukup besar.
2. Kelemahan
a. Ketua PKBM masih kurang berpengalaman dan begitu terlibat
dalam banyak kegiatan teknis seperti menjadi tutor, mengundang
warga Kejar, menggerakkan dan memotivasi terus menerus,
sehingga upaya pendekatan PKBM kepada tokoh-tokoh dan
4.28 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
3. Peluang
a. Pengembangan program secara berkelanjutan masih terbuka luas
karena sasaran program masih cukup banyak seperti program
PAUD, KF, Kejar Paket A, B dan C, program Magang dan KWD
serta berbagai kursus.
b. Dukungan potensi tutor dan dana operasional bagi PKBM yang
masih tersedia.
c. Potensi dukungan pemerintah pusat semakin besar termasuk
pemerintah Kabupaten, kecamatan, kelurahan, ketua LPM, tokoh
masyarakat dan dunia usaha.
4. Ancaman
a. Kinerja pengelola PKBM ke depan di prediksi menurun karena
pemerintah yang mengelola bidang pendidikan luar sekolah tidak
lagi menyediakan insentif bagi pengelola PKBM.
b. Pelaksanaan program KF akan terkendala karena adanya tuntutan
ekonomi peserta KF, juga sebagai kepala rumah tangga sehingga
waktu belajar mereka kurang mendapat perhatian sebagai akibat
kesibukan mencari nafkah, budaya belajar di lingkungan peserta KF
yang kurang mendukung dan tidak mudah mencari tempat belajar.
c. Pandangan miring dari lingkungan masyarakat sekitar yang
menganggap pendidikan di PKBM sebagai pendidikan kelas dua
yang ijazah lulusannya sekedar ”ijazah-ijazahan” dari yang bernama
”sekolah-sekolahan
MPDR5301/MODUL 4 4.31
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
Tes Formatif 1
1) Gaya kepemimpinan dapat dilihat dari empat dimensi yaitu
mengarahkan, melatih, mendukung, dan mendelegasikan.
2) Dalam dimensi mengarahkan kepemimpinan diartikan sebagai
kemampuan mempengaruhi berbagai strategi dan tujuan.
3) Dalam dimensi mengarahkan kepemimpinan diartikan kemampuan
mempengaruhi komitmen dan ketaatan terhadap tugas untuk mencapai
tujuan bersama.
4) Dalam dimensi mengarahkan kepemimpinan diartikan kemampuan
mempengaruhi kelompok agar mengidentifikasi, memelihara dan
mengembangkan budaya organisasi.
5) Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan, pelaksanaan,
penilaian dan pengawasan proses serta hasil pembelajaran untuk
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
6) Proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan.
Tes Formatif 2
1) Implementasi MBS pada saat ini sudah memenuhi standar pendidikan
secara nasional.
2) Tiga karakteristik kunci manajemen berbasis sekolah, yaitu:
a. kekuasaan dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan
peningkatan mutu pendidikan didesentralisasikan ke stakeholder
sekolah.
b. domain manajemen peningkatan mutu pendidikan yang
didesentralisasikan mencakup keseluruhan aspek peningkatan mutu
pendidikan, baik keuangan, kepegawaian, sarana prasarana,
penerimaan siswa baru, dan kurikulum.
c. domain peningkatan mutu pendidikan didesentralisasikan ke
sekolah, namun diperlukan adanya sejumlah regulasi yang mengatur
fungsi kontrol pusat terhadap keseluruhan pelaksanaan kewenangan
dan tanggung jawab sekolah.
4.34 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
Tes Formatif 3
Jawaban disesuaikan dengan pemahaman dan analisis Anda sesuai dengan
lokasi yang Anda teliti.
MPDR5301/MODUL 4 4.35
Daftar Pustaka
PEN D A HU L UA N
S ebelum membuka bahasan materi pada modul ini tentang konsep dasar
manajemen, marilah kita mengawalinya dengan berdoa sesuai dengan
kepercayaan masing-masing.
Selanjutnya bahasan mengenai manajemen dalam konsepsi luas sebagai
langkah pengelolaan yang dilakukan oleh seorang manajer/pimpinan
organisasi. Manajemen yang berkaitan dengan organisasi tidak terlepas dari
tiga hal di antaranya 1) mengelola orang-orang, 2) pengambilan keputusan,
dan 3) proses mengorganisasi dan memakai sumber daya untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
Dalam modul ini Anda akan diajak memahami mengenai konsep dasar
manajemen dilihat dari beberapa sudut pandang yang dikemukakan oleh
beberapa ahli. Dalam bab ini anda diharapkan dapat memahami mengenai
konsep dasar manajemen yang diungkapkan oleh para ahli serta mampu
untuk mengimplementasikannya dalam kehidupan ataupun pekerjaan sehari-
hari.
Kompetensi Umum
Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat memahami dan
menjelaskan tentang konsep dasar manajemen, fungsi manajemen, dan
pemikiran terkini tentang teori manajemen.
Kompetensi Khusus
Adapun kompetensi khusus yang diharapkan dapat Anda capai setelah
mempelajari modul ini di antaranya:
1. Menjelaskan tentang pengertian atau konsep dasar tentang manajemen.
5.2 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
Kegiatan Belajar 1
A. PENGERTIAN MANAJEMEN
dan sumber daya lainnya. Rumus manajemen menurut Terry ini lebih dikenal
dengan singkatan POAC.
Sedangkan manajemen menurut Stoner manajemen diartikan sebagai
proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan upaya
(usaha-usaha) anggota organisasi dan menggunakan semua daya organisasi
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Lie manajemen adalah ilmu dan seni perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengawasan sumber
daya manusia dan alam, terutama sumber daya manusia untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
Griffin mengungkapkan bahwa manajemen adalah sebuah proses
pengorganisasian, pengkoordinasian, perencanaan, dan pengontrolan sumber
daya agar dapat mencapai sasaran (goals) secara efisien dan efektif. Efisien
ialah di mana sebuah tugas yang ada telah dilaksanakan secara terorganisir,
benar dan sesuai dengan schedule, sementara efektif sendiri berarti bahwa
sebuah tujuan mampu dicapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Apabila merujuk pada uraian Griffin tersebut dapat disimpulkan bahwa
manajemen adalah suatu rangkaian aktivitas (termasuk perencanaan dan
pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian) yang diarahkan pada berbagai sumber daya organisasi
(manusia, finansial, fisik, dan informasi) untuk mencapai tujuan organisasi
secara efektif dan efisien. Definisi ini dapat diilustrasikan seperti yang dapat
dilihat pada Gambar 5.1
Gambar 5.1
Manajemen dalam Organisasi
MPDR5301/MODUL 5 5.5
Jika Anda mahasiswa merujuk pada gambar di atas, maka dapat Anda
analisis pengertian tentang manajemen tersebut memuat empat aspek penting
dari manajemen, di antaranya perencanaan dan pengambilan keputusan,
pengorganisasian, pengendalian, dan kepemimpinan. Sedangkan lebih
mendalam jika kita menelusur tiap konsep manajemen yang diungkapkan
para ahli, dapat kita temukan makna sebagai berikut:
1. Adanya seseorang atau sekelompok orang yang mengarahkan segala
aktivitas.
2. Adanya tujuan yang ingin dicapai, yaitu tujuan organisasi tersebut.
3. Adanya proses untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Adanya aktivitas-aktivitas yang dilakukan dengan menggunakan
pendekatan-pendekatan, teknik-teknik, dan berbagai sumber daya yang
ada (manusia, dana, peralatan, dan perlengkapan atau sarana, serta
informasi untuk mencapai tujuan tersebut dengan efektif dan efisien.
b. Political management
Suatu bentuk manajemen di mana kedudukan-kedudukan penting dan
pokok dalam organisasi dipegang oleh mereka yang mempunyai hubungan-
hubungan politik berdasarkan atas loyalitas pada suatu partai politik tertentu.
5.6 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
c. Profesional management
Kedudukan yang strategis dan penting diserahkan kepada mereka yang
telah memberikan bukti akan kecakapannya, kapasitas, kesanggupan,
keahlian atau dengan perkataan lain atas dasar jasa dan hasil yang mereka
berikan kepada perusahaan.
Sederhananya dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa manajemen berarti bekerja dengan orang-orang untuk
mencapai tujuan organisasi melalui fungsi-fungsi perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan personalia, pengarahan dan kepemimpinan,
dan pengawasan.
artinya bahwa memberi perhatian dan perlakuan dengan proporsi yang relatif
sama kepada sub-sub sistemnya, yang berarti bahwa tidak mungkin seorang
pimpinan mengelola suatu hal tidak memperhatikan seluruh komponen.
C. PENDEKATAN-PENDEKATAN MANAJEMEN
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Manajemen sebagai suatu alat yang dikendalikan oleh seorang pimpinan atau
yang biasa disebut dengan manajer. Dalam mengelola organisasi sudah
sepatutnya manajer menguasai dan memahami cara mengelola suatu
organisasi agar berjalan sesuai dengan rencana dan harapan, namun di
lapangan sering ditemukan bahwa kekacauan atau kemunduran suatu
organisasi banyak diakibatkan oleh tindakan seorang manajer. Menurut
analisis Anda sebab apa yang mendasari pengelolaan organisasi tidak
berjalan dengan baik jika dilihat dari proses atau aktivitas manajemen? apa
yang dapat dilakukan oleh manajer dalam perannya selaku pimpinan dalam
membawa organisasi pada pencapaian tujuan organisasi?
Seperti telah diketahui bahwa hakikat manajemen tidak tidak terlepas dari
pengelolaan sumber daya menuju pencapaian tujuan dan terdapat pada setiap
unit kerja suatu organisasi. Bagaimana menurut analisis Anda bahwa suatu
5.14 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
Kegiatan Belajar 2
Fungsi-Fungsi Manajemen
A. FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN
Namun saat ini, lima fungsi tersebut telah diringkas sedetail mungkin
oleh Fayol yaitu:
a. Planning atau perencanaan
Menurutnya perencanaan merupakan pemilihan atau penetapan
tujuan-tujuan organisasi dan penentuan strategi kebijaksanaan
proyek program prosedur metode sistem anggaran dan standar yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
b. Organizing atau pengorganisasian, yang terdiri atas tahapan:
1) Penentuan sumber daya-sumber daya dan kegiatan-kegiatan
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi.
5.16 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
b. Organizing (Pengorganisasian)
Dalam konteks sekolah, pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan
pembagian tugas-tugas pada orang yang terlibat dalam kerja sama di
sekolah. yang perlu diketahui dalam kegiatan pengorganisasian menentukan
siapa yang akan melaksanakan tugas sesuai prinsip pengorganisasian.
Sehingga pengorganisasian dapat disebut sebagai keseluruhan proses
memilih orang-orang serta mengalokasikannya sarana dan prasarana untuk
menunjang tugas orang-orang itu dalam organisasi dan mengatur mekanisme
kerjanya sehingga dapat menjamin pencapaian tujuan.
Efisiensi dalam pengorganisasian adalah pengakuan terhadap sekolah-
sekolah pada penggunaan waktu dan uang dan sumber daya yang terbatas
dalam mencapai tujuan, yaitu alat yang diperlukan, pengalokasian waktu,
dana dan sumber daya sekolah.
seterusnya. Sementara itu ada tiga tipe program pengembangan staf yang
terdiri dari: presupervisory programs, middle management programs dan
executive development programs.
d. Directing (Pengarahan)
Pengarahan adalah penjelasan, petunjuk, serta pertimbangan dan
bimbingan terdapat para petugas yang terlibat, baik secara struktural maupun
fungsional agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar, dengan
pengarahan staf yang telah diangkat dan dipercayakan melaksanakan tugas
di bidangnya masing-masing tidak menyimpang dari garis program yang
telah ditentukan.
Dalam pelaksanaannya pengarahan ini sering kali dilakukan bersamaan
dengan controlling sambil mengawasi, manajer sering kali memberi petunjuk
atau bimbingan bagaimana seharusnya pekerjaan dikerjakan.
Jika pengarahan yang disampaikan manajer sesuai dengan kemauan dan
kemampuan dari staf, maka staf pun akan termotivasi untuk memberdayakan
potensinya dalam melaksanakan kegiatannya.
Fungsi pengarahan melibatkan pembimbingan dan supervisi oleh
pimpinan terhadap usaha-usaha bawahan dalam rangka pencapaian sasaran-
sasaran organisasi. Dalam kaitannya dengan fungsi ini, ilmu-ilmu perilaku
telah memberikan sumbangan besar dalam bidang-bidang motivasi dan
komunikasi.
e. Coordinating (Koordinasi)
Coordinating atau pengkoordinasian merupakan satu dari beberapa
fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi
kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan dengan jalan
menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan
sehingga terdapat kerja sama yang terarah dalam upaya mencapai tujuan
organisasi. Koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan
memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masing-masing
dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang
semestinya di antara para anggota itu sendiri.
Pengkoordinasian merupakan suatu aktivitas manajer membawa orang-
orang yang terlibat organisasi ke dalam suasana kerja sama yang harmonis.
MPDR5301/MODUL 5 5.21
f. Reporting (Pelaporan)
Dengan pelaporan dimaksudkan sebagai fungsi yang berkaitan dengan
pemberian informasi kepada manajer, sehingga yang bersangkutan dapat
mengikuti perkembangan dan kemajuan kerja. Jalur pelaporan dapat bersifat
vertikal, tetapi dapat juga bersifat horizontal. Pentingnya pelaporan terlihat
dalam kaitannya dengan konsep sistem informasi manajemen, yang
merupakan hal penting dalam pembuatan keputusan oleh manajer.
Segala kegiatan organisasi pendidikan mulai dari perencanaan hingga
pengawasan, bahkan pemberian umpan balik tidak memiliki arti jika tidak
direkam secara baik. Melalui pencatatan-pencatatan yang benar dan tepat.
semua proses dan atau kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam
organisasi formal, seperti lembaga pendidikan, pada umumnya selalu
dipertanggung jawabkan. Pertanggung jawaban ini tidak dapat dilakukan jika
tidak didukung dengan data-data tentang apa yang telah, sedang, dan akan
dilakukan dalam organisasi tersebut, data-data tersebut dapat diperoleh bila
dilakukan pencatatan dan pengdokumentasian yang baik.
Fungsi ini memegang peranan penting dalam mensukseskan kegiatan
manajemen pendidikan. Fungsi ini umumnya lebih banyak ditangani oleh
bagian ketatausahaan. Hasil catatan ini akan digunakan manajer untuk
membuat laporan tentang apa telah, sedang dan akan dilakukan dalam upaya
pencapaian tujuan pendidikan. Fungsi recording dan reporting ini akan
berhasil jika tata kearsipan dapat dikelola secara efektif dan efisien.
5.22 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
Dari ketujuh fungsi di atas kita dapat menambahkan satu item lagi yakni:
h. Controlling (Pengawasan)
Proses pengawasan mencatat perkembangan ke arah tujuan dan
memungkinkan manajer mendeteksi penyimpangan dari perencanaan tepat
pada waktunya untuk mengambil tindakan korektif sebelum terlambat.
Melalui pengawasan yang efektif, roda organisasi, implementasi
rencana, kebijakan, dan upaya pengendalian mutu dapat dilaksanakan dengan
lebih baik.
Penampilan pengawasan mengindikasikan bahwa secara langsung
berhubungan dengan strategi sekolah (seperti input siswa, mutu pengelola,
mutu lulusan, resep masyarakat, dan seterusnya). Mungkin bisa menyediakan
sinyal peringatan awal dari perjalanan panjang yang efektif. Pengawasan
strategi sekolah sering disebut “pengawasan strategi”. Sebab fokusnya pada
kegiatan yang dilakukan sekolah untuk mencapai tujuan strategi, sehingga
MPDR5301/MODUL 5 5.23
a. Staffing
Staffing adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian
perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai
segala hal yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang
lebih tinggi.
b. Planning
Berbagai batasan tentang planning dari yang sangat sederhana sampai
dengan yang sangat rumit. Misalnya yang sederhana saja merumuskan bahwa
perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu
hasil yang diinginkan. Pembatasan yang terakhir merumuskan perencanaan
merupakan penetapan jawaban kepada enam pertanyaan berikut:
MPDR5301/MODUL 5 5.25
c. Organizing
Organizing atau pengorganisasian adalah kumpulan dua orang atau
lebih yang bekerja sama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran
spesifik atau sejumlah sasaran.
d. Controlling
Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah
salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu
mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan
ke jalan yang benar dengan maksud dengan tujuan yang telah digariskan
semula.
e. Directing / Commanding
Directing atau Commanding adalah fungsi manajemen yang
berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau
instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar
tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan
yang telah ditetapkan semula.
f. Coordinating
Coordinating atau pengkoordinasian merupakan salah satu fungsi
manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan,
percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan,
menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja
sama yang terarah dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
a. Planning
Penetapan sejumlah pekerjaan yang akan dilaksanakan kemudian.
Perencanaan merupakan aktivitas untuk memilih dan menghubungkan fakta
serta aktivitas membuat rencana mengenai kegiatan-kegiatan apa yang akan
dilakukan di masa depan. Maka seorang manajer dituntut untuk dapat
membuat rencana terlebih dahulu tentang kegiatan yang akan dilakukan.
Proses perencanaan sangat penting dilaksanakan sebagai pedoman atau
pegangan dalam pengerjaan aktivitas selanjutnya.
Adapun beberapa aktivitas perencanaan adalah peramalan,
pengembangan tujuan-tujuan, pengembangan strategi-strategi, pemrograman,
penjadwalan, penganggaran, pengembangan kebijakan-kebijakan, dan
pengembangan prosedur-prosedur.
b. Organizing
Pengorganisasian adalah usaha yang dilakukan untuk menciptakan
hubungan kerja antar personal dalam organisasi dengan cara mengelompokan
orang-orang beserta penetapan tugas-tugas, fungsi-fungsi, wewenang, dan
tanggung jawab masing-masing agar tercapainya tujuan bersama melalui
aktivitas-aktivitas yang berdaya dan berhasil guna karena dilakukan secara
efektif dan efisien.
c. Staffing
Penyusunan kepegawaian pada suatu organisasi dari awal masa
penerimaan, seleksi, orientasi, pelatihan dan pengembangan karier hingga
menggerakkan pegawai agar setiap tenaga kerja yang ada memberikan dan
melaksanakan suatu kegiatan yang menguntungkan organisasi.
d. Directing
Fungsi directing atau sering dikenal dengan leading adalah satu kegiatan
yang berhubungan dengan pemberian perintah dan saran agar para bawahan
dapat mengerjakan tugas yang dikehendaki manajer. Kegiatannya meliputi
mengambil keputusan, mengadakan komunikasi antara manajer dan bawahan
agar ada rasa saling pengertian, memberikan semangat, motivasi ataupun
dorongan kepada bawahan dalam melaksanakan tugasnya, memilih orang-
orang yang mempunyai kemampuan untuk bergabung dalam kelompoknya,
dan memperbaiki pengetahuan serta sikap bawahan agar terampil dalam
mengerjakan pekerjaan.
MPDR5301/MODUL 5 5.27
e. Controlling
Melalui aktivitas pengendalian, manajer harus mengevaluasi dan menilai
pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan bawahannya untuk mengetahui apakah
pekerjaan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau tidak.
Pengendalian tidaklah bermaksud untuk mencari kesalahan bawahan. Namun
pengendalian dilakukan bertujuan untuk mencari penyimpangan yang terjadi
sehingga dapat dilakukan perbaikan ke arah yang lebih baik.
Gambar 5.3
Tindakan Manajer dalam Proses Manajemen
membuat keputusan mengenai arah yang akan dituju, tindakan yang akan
diambil, sumber daya yang akan diolah dan teknik atau metode yang dipilih
untuk digunakan. Perencanaan mengarahkan tujuan organisasi dan
menetapkan prosedur terbaik untuk mencapainya. Prosedur itu dapat berupa
pengaturan sumber daya dan penetapan teknik atau metode. Perencanaan
menjadi pegangan setiap pimpinan dan pelaksana untuk dilaksanakan.
Dengan demikian, melalui perencanaan dapat dipersatukan kesamaan
pandangan, sikap dan teknis tindakan dalam pelaksanaan di lapangan.
Anda dapat mengetahui bahwa terdapat empat tahapan dalam
perencanaan,yaitu:
1) Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan.
2) Merumuskan tujuan saat ini.
3) Mengidentifikasikan segala peluang dan hambatan.
4) Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk memecahkan
suatu masalah tertentu.
Agar tujuan tersebut tercapai, maka akan lebih baik jika tindakan kontrol
dilakukan sebelum terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga lebih
bersifat mencegah dibandingkan dengan tindakan kontrol sesudah terjadi
penyimpangan. Pengawasan senada dengan pengendalian, sebab untuk
mengendalikan suatu kegiatan terlebih dahulu mendapatkan informasi dari
hasil pengawasan.
Pengendalian adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas
sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan. Proses pengendalian
dapat melibatkan beberapa elemen yaitu: (1) menetapkan standar kinerja, (2)
mengukur kinerja, (3) membandingkan unjuk kerja dengan standar yang telah
ditetapkan, (4) mengambil tindakan korektif saat terdekteksi penyimpangan.
Pengendalian dalam institusi pendidikan dimaksudkan untuk membuat
institusi tersebut berjalan sesuai dengan jalur yang telah ditetapkan dan
sampai kepada tujuan secara efektif dan efisien. Tindakan menuju tujuan
dimonitor, diawasi dan dinilai adalah agar tidak menyimpang atau keluar
jalur. Apabila hal ini terjadi harus dilakukan upaya mengembalikan pada arah
semula. Dari hasil evaluasi dapat dijadikan informasi yang harus menjamin
bahwa aktivitas yang menyimpang tidak terulang kembali.
Dalam prosesnya pengendalian dapat melibatkan beberapa elemen,
yaitu:
1) Menetapkan standar kinerja.
2) Mengukur kinerja.
3) Membandingkan unjuk kerja dengan standar yang telah ditetapkan.
4) Mengambil tindakan korektif saat terdeteksi penyimpangan
5.34 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Kegiatan Belajar 3
faktor ekonomi dan faktor fisiologi (fisik). Maksudnya adalah para karyawan
akan bekerja dengan baik jika mereka digaji dengan baik, dan gerak tubuh
dalam bekerja juga diatur secara baik. Pada tahun 1911, Taylor
memformulasikan ide-idenya dalam “The principles of Scientific
Management” (prinsip-prinsip manajemen ilmiah) yang termuat dalam Bahan
Ajar Mata kuliah Dasar-dasar Manajemen (Nurhizrah, 2008), prinsip-prinsip
ini adalah sebagai berikut:
1. Tugas harian yang jelas. Manajemen harus merumuskan tugas-tugas
harian yang jelas bagi setiap karyawan. Melalui rumusan tugas harian
yang jelas ini, para karyawan dapat bekerja dengan baik karena mereka
tahu apa yang harus dikerjakannya setiap hari.
2. Pemilihan karyawan dan pengembangan kemampuannya. Manajemen
harus secara saintifik memilih karyawan, dan kemudian melatih,
mengajari, dan mengembangkan kemampuan mereka dalam bekerja.
3. Kondisi-kondisi standar untuk bekerja. Manajemen harus menyediakan
kondisi-kondisi standar untuk bekerja. Para karyawan harus diberikan
kondisi-kondisi kerja serta alat -alat kerja yang telah distandardisasikan
agar mereka dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan pasti. Misalnya
para juru ketik; mereka akan bekerja dengan baik jika tersedia ruangan,
meja, kursi, mesin tik, dan peralatan kantor lainnya yang memadai.
4. Upah yang tinggi bagi karyawan yang berhasil. Manajemen harus
memberikan gaji/upah tinggi bagi karyawan yang sukses dalam
melaksanakan tugasnya. Dengan bayaran yang tinggi ini diharapkan
mereka akan lebih produktif lagi.
5. Pemberian sanksi bagi karyawan yang gagal. Manajemen harus
memberikan sanksi kepada karyawan yang gagal dalam melaksanakan
tugas-tugasnya, yaitu dengan mengurangi upah/gajinya. Dengan adanya
pengurangan gaji diharapkan dapat memacu karyawan untuk lebih
serius, lebih giat, dan lebih berhati hati dalam melaksanakan pekerjaan.
6. Expertise dalam melakukan pekerjaan. Manajemen harus
mempekerjakan orang-orang yang ahli dalam bidangnya (Expertise).
Demi keberhasilan organisasi, tugas-tugas harus dikerjakan oleh ahlinya.
Orang yang ahli akan bisa mengerjakan pekerjaan tersebut dengan baik.
7. Pengaturan gerak tangan dalam bekerja. Manajemen harus mengatur
gerak tangan dalam bekerja. Agar pekerjaan dapat lebih efisien, gerak
tangan harus diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan gerak-gerak
yang konstan.
MPDR5301/MODUL 5 5.45
Teori klasik ini terdapat tiga aliran yaitu teori birokrasi, teori
administratif klasik, dan manajemen Ilmiah.
1. Teori Birokrasi
Teori dikemukakan menjelaskan menekankan pada struktur dalam suatu
organisasi yang dikemukan secara jelas. Weber mengemukakan karakteristik-
karakteristik birokrasi, yaitu:
a. Pembagian kerja yang jelas;
b. Hierarki wewenang yang dirumuskan secara baik;
c. Program rasional dalam pencapaian
d. Sistem prosedur bagi penanganan situasi kerja;
e. Sistem aturan yang mencakup hak- hak dan kewajiban- kewajiban posisi
para pemegang jabatan;
f. Hubungan- hubungan antar pribadi yang sifatnya „impersonal’.
2. Manajemen Ilmiah
Menurut pendapat Babbege bahwa penerapan prinsip ilmiah dalam
pekerjaan dapat meningkatkan produktivitas kerja individu serta menekan
biaya menjadi semakin rendah. Keterampilan tertentu dapat dilatih dalam diri
individu untuk dapat bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang menjadi
tugasnya.
Selanjutnya Bapak manajemen ilmiah dengan karyanya “scientific
management” yaitu Taylor mengembangkan empat prinsip dasar yang
diambil dari yaitu:
a. Mengembangkan metode yang sesuai atas dasar ilmu pengetahuan
tentang kerja yang ilmiah dan benar
b. Seleksi secara bagi karyawan yang bersifat ilmiah, agar para karyawan
dapat menjalankan pekerjaannya dengan baik sesuai dengan
spesialisasinya
c. Keseimbangan antara pembagian kerja dan tanggung jawab karyawan
dan manajer
d. Kerja sama yang harmonis antara manajemen dan para karyawan
3. Teori Administrasi
Jika pendekatan scientific management berangkat dari individu-individu
karyawan, yaitu memfokuskan pada bagaimana agar para karyawan dapat
bekerja secara efisien dalam suatu organisasi; sedangkan administrative
5.46 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
management berangkat dari para manajer, yaitu memfokuskan pada apa saja
yang harus dilakukan oleh para manajer agar organisasi yang dipimpinnya
berhasil dalam mencapai tujuan. Dengan kata lain, administrative
management memfokuskan pada bagaimana mengelola organisasi secara
keseluruhan agar efektif dan efisien. Meskipun fokus pendekatan scientific
dan administrative management berbeda, namun keduanya saling
komplementer (melengkapi). Tokoh administrative management ini adalah
Henri Fayol (1841-1925), Lyndall Urwick (1891-1983), Max Weber (1864-
1920), dan Chester Barnard (1886-1961). Apa saja yang harus dilakukan
oleh manajer, menurut para ahli, adalah melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen seperti yang telah dijelaskan di atas. Dalam menerapkan
pendekatan administrative management, ada beberapa prinsip yang harus
dilakukan manajer. Prinsip-prinsip tersebut yang termuat dalam Bahan Ajar
Matakuliah Dasar-dasar Manajemen (Nurhizrah, 2008) adalah sebagai
berikut:
a. Prinsip “Division of labour”
Bagi para manajer, membagi pekerjaan atau memecah suatu tugas
(division of labour) adalah esensial. Dengan dipecahnya tugas suatu
organisasi ke dalam bagian-bagian atau unit-unit maka akan lebih
terspesialisasi tugas-tugas tersebut sehingga makin efektif dan efisien
karyawan dalam melaksanakan tugas itu.
perlu dibantu dalam menghadapi manusia, melalui antar lain ilmu sosiologi
dan psikologi.
Menurut McGregor yang termuat dalam Bahan Ajar Matakuliah Dasar-
dasar Manajemen (Nurhizrah, 2008) bahwa kebutuhan sosial dan aktualisasi
dari individu terdapat dua kategori yaitu X dan Y. Adapun tokoh- tokoh yang
memandang hubungan individu dalam organisasi atau yang lebih dikelas
dengan perilaku organisasi, ialah Abraham Maslow, Frederick Herzberg, dan
Edgar Schein.
Aliran perilaku organisasi menganut prinsip bahwa:
1. Pandangan mengenai organisasi adalah satu keseluruhan;
2. Motivasi karyawan yang dapat meningkatkan komitmen individu dalam
pencapaian tujuan organisasi;
3. Manajemen tidak dapat dipandang sebagai suatu proses teknis secara
ketat (peranan, prosedur dan prinsip).
Secara lebih mendetail, Anda dapat memahami aliran perilaku ini dari
beberapa pendapat tokoh berikut dalam Bahan ajar Evolusi Teori Manajemen
oleh Firmansyah (2012):
Satu hal yang menarik dari hasil percobaan Mayo dengan kawan-kawan
adalah rangsangan uang tidak menyebabkan membaiknya produktivitas.
Mereka menyatakan dalam meningkatkan produktivitas adalah satu karena
sikap yang dimiliki karyawan yang merasa manajer ataupun atasannya
memberikan perhatian yang cukup terhadap kesejahteraan mereka yang
dikenal dengan sebutan "Hawthorne effect", Selain itu, juga ditemukan
pengaruh kehidupan lingkungan sosial dalam kelompok yang lebih informal
lebih besar pengaruhnya terhadap produktivitas. Mayo beryakinan terhadap
MPDR5301/MODUL 5 5.55
4. McGregor
Teori “Y” tentang perilaku manusia. Menurut McGregor, pada Teori X,
manajer melihat para karyawan sebagai orang-orang yang malas dan tidak
bertanggung jawab. Dalam melaksanakan pekerjaan, mereka memerlukan
pengawasan secara terus menerus, dan juga memerlukan eksternal motivasi
untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan Teori Y, menurut McGregor,
manajer melihat para karyawan sebagai orang orang yang mau bekerja,
bertanggung jawab, punya inisiatif, dan dapat mengontrol dirinya sendiri.
Orang -orang ini tidak memerlukan pengawasan yang ketat dan eksternal
motivasi dalam bekerja.
a. Chrys Argris. Ia merekomendasikan otonomi yang lebih luas dan
pekerjaan yang lebih baik bagi para pekerja.
b. Rensist Likert, yang menekankan nilai partisipasi dalam manajemen.
E. PENDEKATAN TERINTEGRASI
masukan seperti guru -guru atau karyawan, murid-murid, biaya, dan sumber
daya lainnya dari lingkungan; yang kemudian variabel-variabel input ini
melakukan proses transformasi untuk menghasilkan murid-murid yang cerdas
dan berpendidikan.
Pendekatan klasik di dalam organisasi mengabaikan pengaruh kebutuhan
individu dan interaksi sosial; sedangkan pendekatan hubungan antar manusia
dan perilaku organisasi mengabaikan struktur formal dalam organisasi; maka
kedua pendekatan ini mempunyai keterbatasan dan tidak lengkap. Menurut
pendekatan terintegrasi, aspek formal dan informal, serta aspek struktur dan
orang-orang adalah sangat penting di dalam memahami organisasi. Oleh
karena itu pendekatan terintegrasi mencoba memfusikan pendekatan-
pendekatan klasik, humanistik, dan perilaku organisasi, dan menambah
proposisi-proposisi lain yang ditarik dari psikologi, sosiologi, ilmu politik,
dan ilmu ekonomi.
Pokok dari pendekatan terintegrasi ini adalah Chester I. Barnard dan
Herbert Simon. Barnard (1938) yang termuat dalam Bahan Ajar Matakuliah
Dasar-dasar Manajemen (Nurhizrah, 2008) memberikan kontribusi yang
banyak terhadap pendekatan terintegrasi dari hasil analisisnya tentang
kehidupan organisasional. Hasil analisisnya itu ditulis dalam buku yang
berjudul “Functions of the Executive” (1938). Buku memberikan suatu teori
yang komprehensif tentang tingkah lakerja sama dalam organisasi formal.
Barnard merangkum kontribukaryanya dalam konsep-konsep struktural dan
konsep-konsep dinamik. Konsep-konsep struktural yang paling penting
adalah:
1. individual,
2. sistem kooperatif,
3. struktur formal organisasi,
4. kompleksitas struktur formal organisasi, dan
5. informal organisasi.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
Tes Formatif 1
Sebab suatu organisasi tidak efektif pengelolaannya bisa ditimbulkan
oleh tipe sumber daya yang diambil untuk mengisi posisi penting dalam
hierarki/ kedudukan organisasi, di antaranya Patrimonial Management dan
Political Management. Pimpinan yang mengambil orang dari kalangan
keluarga ataupun elit politik untuk diikutsertakan dalam pengelolaan
organisasi kemungkinan tidak akan memberikan kontribusi besar, sebab
SDM yang diambil bisa saja tidak memenuhi kriteria dan kecakapan sesuai
dengan posisi yang akan diduduki. Yang bisa dilakukan adalah mengambil
orang-orang yang memiliki kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan yang
sesuai dengan posisi pekerjaan yang akan diduduki.
Agar pengelolaan efektif dan efisien tentunya tidak lepas dari peran
pimpinan, namun inputan penting menuju hal itu adalah SDM (lihat pada
Kegiatan Belajar 1).
Tes Formatif 2
Desain proses manajemen di sekolah dengan mempertimbangkan hal-hal
berikut:
1) Penyusunan rencana melalui musyawarah yang melibatkan semua
komponen sekolah (komite sekolah, urusan tata usaha, dan para guru)
yang kemudian memberikan kepercayaan kepada tim untuk menyusun
dan ditetapkan pada rapat komite sekolah.
2) Pelaksanaan pengorganisasian yang ditetapkan sekolah adalah didukung
manajemen sekolah yang berusaha membagi tugas kepada bidang dan
personil guru serta memberikan delegasi wewenang, melaksanakan
kegiatan sesuai program yang disepakati.
3) Pengawasan yang dilaksanakan kepala sekolah sebagai proses
pemantauan pada seluruh aspek dan personel sekolah bahkan pada
lingkungan sekolah dengan maksud agar semua pekerjaan yang sedang
dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya.
4) Proses evaluasi dilaksanakan melalui kegiatan sistem evaluasi terhadap
pelaksanaan program yang telah direncanakan sebelumnya dengan cara
membuat laporan, dan supervisi kepala sekolah ke dalam kelas-kelas.
Lebih jelasnya lihat KB 2
MPDR5301/MODUL 5 5.63
Tes Formatif 3
Lihat KB 3
Pendekatan terintegrasi lebih fleksibel dan masih dapat diterapkan pada
konteks masa kini. Faktor-faktor eksternal seperti: persaingan, sumber daya,
dan tekanan politik sangat berpengaruh terhadap cara kerja di dalam
organisasi. Pandangan kontijensi dalam pendekatan ini mengatakan bahwa
teori universal tidak dapat diterapkan ke dalam seluruh organisasi karena
setiap organisasi adalah unik. Pandangan kontijensi mengatakan bahwa
perilaku manajerial yang sesuai untuk suatu situasi sangat tergantung pada
situasi dan kondisi yang unik dari organisasi tersebut.
Pendekatan ini mempertimbangkan faktor internal dan eksternal yang
memiliki hubungan kausalitas.
5.64 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
Daftar Pustaka
Gustri. 2011. Teori Organisasi Klasik, Teori Organisasi Neoklasik, dan Teori
Organisasi Modern. Diambil dari:
http://gustriphenomg3.blogspot.com/2011/03/teori-organisasi-klasik-
teori.html
http://digilib.unimed.ac.id/577/1/Penerapan%20fungsi%20manajemen%
20di%20sekolah.pdf
PEN D A HU L UA N
P ada Modul 6 kali ini, kita akan membahas konsep dasar manajemen
pendidikan. Setelah pada Modul 5 sebelumnya telah dipelajari terkait
dengan konsep dasar manajemen secara umum, fungsi-fungsi manajemen
serta perkembangan pemikiran manajemen saat ini. Dalam modul ini
pembahasan konsep manajemen akan lebih difokuskan pada bidang
pendidikan.
Pada prinsipnya, konsep manajemen pendidikan sama seperti konsep
manajemen yang telah dipelajari. Dalam bidang pendidikan, kita akan
membahas bagaimana konsep pengelolaan atau manajemen bisa diterapkan
dalam ranah pendidikan. Di samping itu, Anda akan diajak untuk
mempelajari lebih lanjut mengenai urgensi manajemen pendidikan,
implementasi fungsi-fungsi manajemen dalam bidang pendidikan, serta apa
saja objek kajian manajemen pendidikan.
Dalam modul ini Anda diharapkan dapat memahami mengenai konsep
dasar manajemen pendidikan. Kemudian, Anda diharapkan mampu
mengimplementasikannya dalam kehidupan ataupun pekerjaan sehari-hari.
Kompetensi Umum
Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat memahami dan
menjelaskan tentang konsep dasar manajemen pendidikan.
Kompetensi Khusus
Adapun kompetensi khusus yang diharapkan dapat Anda capai setelah
mempelajari modul ini di antaranya:
1. Menjelaskan tentang konsep dasar manajemen pendidikan.
2. Menjelaskan fungsi-fungsi manajemen pendidikan.
3. Menjelaskan objek kajian dalam manajemen pendidikan.
6.2 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
Kegiatan Belajar 1
Terlepas dari setuju atau tidak setiap dari kita sebagian besar memiliki
pandangan bahwa pendidikan merupakan pilar penting dalam roda kehidupan
yang dijalani oleh manusia. Oleh sebab demikian pendidikan merupakan
pondasi pengetahuan, pemahaman, dan memberi makna manusia dalam
bertindak. Lebih mendalam ada yang berpendapat bahwa pendidikan
merupakan agen perubahan, yang artinya secara sistemik pendidikan dapat
membuka jalan dari yang tidak mampu menjadi mampu, dari yang tidak
paham menjadi paham, dan hal lainnya dalam konotasi positif.
Merujuk pada judul yaitu konsep dasar manajemen pendidikan,
mengingatkan kepada Anda mengenai konsep manajemen yaitu Secara
etimologis, kata manajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari asal kata
manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata ini
digabung menjadi kata kerja managere yang artinya menangani. Managere
diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage
(mengelola), dengan kata benda management, dan manager untuk orang yang
melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke
dalam Bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.
Secara terminologi, manajemen adalah rangkaian segala kegiatan yang
menunjuk kepada usaha kerja sama antara dua orang atau lebih untuk
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan agar efektif dan efisien.
Untuk lebih memudahkan pemahaman Anda tentang pengertian
manajemen pendidikan, berikut uraian pendidikan yang dipaparkan oleh para
ahli.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
memberikan pengertian bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Selanjutnya menurut Brubecker dalam Tim Dosen Administrasi
Pendidikan (2010, hlm.86) menerangkan bahwa pendidikan merupakan
MPDR5301/MODUL 6 6.3
1. Peserta Didik
Posisi peserta didik dalam pendidikan berperan sebagai subjek, yang
berhak menerima bimbingan dari seorang pendidik. Adanya peserta didik
berpengaruh penting bagi proses pendidikan, karena tanpa adanya subjek
yang akan menerima dari pendidikan itu maka tidak akan terjadi proses
6.10 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
pendidikan. Adapun beberapa hal yang harus dipahami oleh seorang pendidik
dari setiap individu (peserta didik).
a. Individu yang memiliki potensi baik secara fisik maupun psikis yang
menjadikan peserta didik tersebut berbeda dari yang lain (unik);
b. Individu yang sedang berkembang;
c. Individu yang masih perlu untuk diberikan bimbingan secara personal
dan perlakuan manusiawi;
d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
2. Pendidik
Orang yang membimbing atau yang memberikan dari pendidikan itu
yakni seorang pendidik. Pendidik berperan menjalankan proses pendidikan
terhadap peserta didik. Selain itu pendidik juga adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta
didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sebab
itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua, guru,
pemimpin program pembelajaran, latihan, dan masyarakat.
3. Interaksi Edukatif
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara
peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan.
Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses
berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode, serta alat-alat
pendidikan. Adanya interaksi peserta didik dengan pendidik menjadikan
proses pendidikan dengan baik.
4. Tujuan Pendidikan
Dalam proses pendidikan yang diberikan pendidik dengan subjek peserta
didik harus mengetahui sebelumnya apa yang menjadi dasar tujuan dari
pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai
yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan
memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan
pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan
pendidikan. Tujuan pendidikan ini harus jelas, ke arah mana bimbingan atau
proses pendidikan ini ditujukan.
MPDR5301/MODUL 6 6.11
7. Lingkungan Pendidikan
Perlu adanya tempat di mana proses pendidikan ini dilangsungkan,
seperti halnya dalam pendidikan formal bahwa pendidikan berlangsung di
lingkungan sekolah. Lingkungan pendidikan biasanya disebut tri pusat
pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. (Tirtarahardja & La Sulo,
2005).
LAT IH A N
3) Untuk dapat menjawab soal nomor 3, 4, dan 5 ikuti petunjuk pada nomor
1 atau 2. Kemudian temukan intisarinya dan kemukakan jawaban dengan
menggunakan bahasa Anda.
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
A. FUNGSI PERENCANAAN
2. Implementasi
Pembuatan kebijakan, yang melibatkan identifikasi tujuan dan pedoman
melalui mana tujuan mereka adalah untuk dicapai, menyediakan kerangka
kerja untuk perencanaan dan penganggaran. Penyusunan rencana dan
program anggaran oleh kepala sekolah dan staf, dan pertimbangan berikutnya
dan persetujuan program oleh kelompok kebijakan, menyediakan satu set
rencana pendidikan untuk membimbing bekerja di masa depan.
MPDR5301/MODUL 6 6.19
3. Pengawasan
Pengawasan program dapat digambarkan sebagai aktivitas bekerja
bersama dengan guru untuk memastikan bahwa kegiatan yang terjadi di
dalam program ini adalah sesuai dengan pedoman luas program dan rencana
dan diarahkan pencapaian tujuan program. Memberikan dukungan
melibatkan memasok sumber yang berkaitan dengan bahan, peralatan,
perjalanan dan jasa. Hal ini dapat dicapai dengan mengantisipasi kebutuhan,
memilih bahan yang tepat dan memesan untuk memastikan pasokan pada saat
diperlukan. Ini mengikuti bahwa pasokan bahan harus dipantau melalui
akuntansi, inventory control dan audit.
Pengembangan staf merupakan bagian penting dari program
memfasilitasi dan memastikan keberhasilan mereka. Manajemen Sekolah
Terpadu terus berubah dengan perubahan konsekuen untuk program. Sering
kali perubahan program ini mungkin tidak terang-terangan dramatis, tetapi
perubahan penekanan dan perubahan beberapa aspek program harus dibuat.
Terlepas dari tingkat perubahan, masih diperlukan untuk memastikan bahwa
staf pelaksana program benar-benar menyadari perubahan dan telah
memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk mengakomodasi
ide-ide baru ketika mereka memberikan kegiatan pembelajaran yang relevan
untuk siswa. Ini hanya dapat dicapai dengan membuat pengembangan staf
secara fundamental sebagai bagian dari pelaksanaan program.
Dengan pemahaman ini fasilitasi Program sebagai aspek pelaksanaan,
ditujukan untuk mengeksplorasi peran fasilitasi dari peserta dalam
Manajemen Sekolah Terpadu. Meskipun belajar dan mengajar adalah aspek
yang paling penting dari pelaksanaan, tetapi harus diingat bahwa kegiatan ini
tidak mungkin berhasil kecuali tepat didukung dan difasilitasi.
6.20 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
4. Evaluasi
Dalam Manajemen Sekolah Terpadu, penetapan tujuan dan pembuatan
kebijakan, sehingga dalam laporan tujuan dan pedoman, menyediakan
kerangka kerja bagi perencanaan dan penganggaran. Rencana pendidikan
diproduksi dan terkait alokasi sumber daya memungkinkan belajar dan
mengajar sesuai dengan maksud dari kelompok kebijakan. Oleh karena itu,
evaluasi program, berdasarkan tujuan dan kebijakan, dilakukan untuk
menyelesaikan siklus manajemen dan untuk memberikan informasi yang
menjadi dasar kebijakan baru atau melakukan modifikasi kebijakan atau
praktik yang ada.
Evaluasi adalah pengumpulan informasi untuk tujuan membuat penilaian
dan kemudian membuat keputusan itu. Dalam Manajemen Sekolah Terpadu,
dua jenis evaluasi harus terjadi selama atau setelah pelaksanaan rencana
Program. Satu adalah evaluasi pembelajaran, di mana informasi dikumpulkan
untuk membentuk penilaian tentang kemajuan atau prestasi siswa. Lain
adalah evaluasi program, ketika informasi dikumpulkan untuk membentuk
penilaian tentang sejauh mana kemajuan menuju tujuan telah dibuat,
kebutuhan telah puas dan kebijakan telah dilaksanakan. Informasi yang
dikumpulkan dalam evaluasi pembelajaran dapat digunakan dalam evaluasi
program.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Kegiatan Belajar 3
A. MAN
Man atau manusia adalah unsur terpenting yang perlu dikelola dalam
manajemen pendidikan, pengelolaan yang biasa dilakukan misalnya dengan
mengorganisasikan manusia dengan melihat apa yang menjadi keahlian orang
tersebut.
Mengapa manusia merupakan unsur terpenting? Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Tjutju (2008) bahwa Sumber daya manusia merupakan aset
organisasi yang sangat vital, karena itu peran dan fungsinya tidak bisa
digantikan oleh sumber daya lainnya. Betapapun modern teknologi yang
digunakan, atau seberapa banyak dana yang disiapkan, namun tanpa sumber
daya manusia yang profesional semuanya menjadi tidak bermakna
(Tjutju,2008). Lebih jauh dikemukakan bahwa eksistensi sumber daya
manusia dalam kondisi lingkungan yang terus berubah tidak dapat
dipungkiri, oleh karena itu, dituntut kemampuan beradaptasi yang tinggi agar
mereka tidak tergilas oleh perubahan itu sendiri. Sumber daya manusia dalam
organisasi harus senantiasa berorientasi terhadap visi, misi, tujuan dan
sasaran organisasi di mana dia berada di dalamnya (Tjutju, 2008).
Komponen manusia dalam ruang lingkup manajemen sekolah misalnya
terdiri atas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, peserta didik, dalam
jenjang perguruan tinggi bahkan terdapat orang-orang yang bergerak dalam
bidang kebijakan atau yang bergerak dalam bidang penjaminan mutu.
Sekedar menambah informasi untuk Anda, referensi berikut yang
diungkapkan oleh (Mintzberg, dalam Robbins, 1994: 304) dalam Tim Dosen
Jurusan Administrasi Pendidikan (2010, hlm.75-76) mengungkapkan lima
elemen umum dalam organisasi sebagai berikut:
MPDR5301/MODUL 6 6.23
Gambar 6.1
Elemen-elemen Dasar Organisasi
B. MONEY
Gambar 6.2
Rekapitulasi Keuangan Sekolah
C. MATERIALS
Materials atau bahan materi merupakan aspek yang tidak kalah penting
dalam manajemen pendidikan, melalui pengelolaan material maka bisa
terbentuk kurikulum yang berisi panduan dasar untuk mentransfer ilmu dari
guru ke siswa.
Apa yang dapat Anda pikirkan tentang objek materi di sekolah? Tiada
lain adalah kurikulum yang dijabarkan dalam bentuk nyata panduan dalam
kegiatan pembelajaran. Panduan tersebut baik sebagai pegangan untuk guru
maupun untuk siswa.
Material atau materi dalam pembelajaran adalah substansi atau inti dari
proses belajar mengajar. Substansi inilah yang disampaikan kepada siswa
atau peserta didik. Materi yang dimaksud berupa bahan ajar atau materi
pelajaran dalam bentuk rpp, silabus, buku, modul, diktat, handout, panduan
dan sebagainya adalah panduan yang dipersiapkan guru untuk memulai
proses pembelajaran.
D. METHOD
E. MACHINES
F. MARKET
Market atau pasar adalah salah satu kunci yang menentukan sekolah atau
lembaga pendidikan tersebut menjadi lembaga pendidikan yang besar atau
kecil, pasar yang dimaksud adalah masyarakat secara luas, sasaran yang
dituju adalah masyarakat yang berniat menyekolahkan putra putri mereka.
G. MINUTES
Minutes atau waktu perlu dikelola dengan baik karena waktu belajar
peserta didik di sekolah sangat terbatas, sehingga perlu pengelolaan yang
baik supaya waktu belajar mengajar menjadi lebih efisien. Waktu yang
dibutuhkan dalam menyampaikan pembelajaran harus benar-benar tepat dan
disesuaikan dengan bobot atau substansi bahan ajar yang dibutuhkan.
Sejalan dengan uraian di atas, diperlukan keahlian tertentu dalam
mengolah objek kajian manajemen tersebut di atas agar dapat mencapai
sasaran dan tujuannya. Berikut adalah keahlian manajemen menurut Katz
(1970), meliputi:
1. Technical skill (keterampilan teknik)
2. Human skill (keterampilan mengelola manusiawi)
3. Conceptual skill (keterampilan konsep)
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
Tes Formatif 1
Manajemen yang sesuai atau sejalan dengan kebutuhan pendidikan masa
kini dan masa mendatang yakni manajemen sistem pendidikan yang
merupakan perpaduan dari tata nilai, struktur dan proses yang efektif dan
efisien dengan mengendalikan sumber daya yang ada dalam mencapai dan
mewujudkan tujuan nasional, dengan adanya kegiatan perumusan;
pengendalian pelaksanaan; dan pengawasan serta menilai kebijakan-
kebijakan yang ada untuk mencapai tujuan nasional. Dari berbagai kebutuhan
dan tuntutan pendidikan saat ini dan di masa yang akan datang dengan
konsep pembangunan nasional, perlu adanya penataan kembali seperti
ketersediaannya tenaga- tenaga yang terampil dengan jumlah sesuai dengan
kebutuhan. Selain itu, untuk memenuhi tuntutan tersebut dapat dilakukan
dengan adanya pengkonsepan secara continue mengenai sistem pendidikan,
adanya diklat, dan perencanaan manajemen pendidikan nasional.
Tes Formatif 2
Masalah yang ada pada fungsi pendidikan menurut saya ada pada tahap
pelaksanaan. Perencanaan yang telah dirumuskan dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan belum sepenuhnya dapat terealisasi, seperti halnya
pendidikan yang masih belum sepenuhnya merata secara nasional hingga ke
pelosok dan pedalaman, kalaupun ada sulit untuk terjangkau. Solusi dari
permasalahan ini yakni dengan adanya kerja sama pada seluruh pihak
mengenai akan pentingnya pendidikan bagi generasi anak bangsa agar dapat
mencetak generasi- generasi muda yang cerdas dan terampil, sehingga tujuan
pendidikan yang telah dirumuskan tercapai. Selain itu, keseimbangan atau
persamaan pelayanan pendidikan dari pihak pusat bagi seluruh warga
Indonesia.
Tes Formatif 3
1. Man
Masalah yang berkaitan dengan unsur manusia dalam konteks
pendidikan, misalnya seperti rendahnya profesionalisme tenaga pendidik
dan tenaga kependidikan, tidak meratanya persebaran tenaga pendidik
dan tenaga kependidikan, dan lainnya.
MPDR5301/MODUL 6 6.31
2. Money
Masalah yang berkaitan dengan unsur uang dalam konteks pendidikan di
antaranya, kucuran dana BOS yang jumlahnya kerap kali berkurang
karena disunat oleh oknum yang tidak berkepentingan.
3. Materials
Materi untuk pembelajaran yang tidak dibuat atau direncanakan oleh
guru dapat mengakibatkan pembelajaran tidak terarah, dll.
4. Method
Pendekatan yang digunakan guru dalam mengajar masih terkesan
tradisional, jarang yang memanfaatkan lingkungan sekitar atau kondisi
kekinian sebagai materi pembelajaran.
5. Machines
Sarana prasarana pendidikan yang masih belum memadai, seperti
bangunan sekolah yang kurang layak pakai, tidak tersedianya
laboratorium, dll.
6. Market
Pemasaran pendidikan yang terkesan memiliki program-program yang
sangat bagus tapi kenyataannya tidak sesuai dengan ketika awal
dipromosikan, atau sekolah kurang proaktif dalam mempromosikan
karena hambatan media, dll.
7. Minutes
Waktu untuk kegiatan belajar mengajar yang tidak memadai atau
berkurang karena di korupsi oleh guru dll.
Anda dapat menambahkan contoh lain untuk memperkaya wawasan
anda sesuai dengan permasalahan yang Anda amati.
6.32 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
Daftar Pustaka
PEN D A HU L UA N
Kompetensi Umum
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat memahami
dan mampu memberikan contoh tentang apa saja yang menjadi ruang lingkup
dan substansi manajemen pendidikan.
Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa dapat memahami
dan memberikan contoh tentang ruang lingkup manajemen pendidikan baik
di lingkungan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah maupun di
Kementerian Agama, dan memahami substansi manajemen pendidikan.
MPDR5301/MODUL 7 7.3
Kegiatan Belajar 1
A. PENDIDIKAN DASAR
Hak untuk mendapatkan pendidikan adalah salah satu hak asasi manusia yang
tercantum dalam BAB XA tentang Hak Asasi Manusia. Dan juga merupakan
salah satu hak dasar warga negara (citizen’s right) pada BAB XIII tentang
Pendidikan dan Kebudayaan dalam UUD 1945 setelah amandemen
Pasal 28C ayat (1) menyatakan “Setiap orang berhak mengembangkan diri
melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya,
demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia.”
Hak-hak dasar itu adalah akibat logis dari dasar negara Pancasila yang dianut
oleh bangsa Indonesia.
Maknanya.
Pasal 31 ayat (1) di atas segera diikuti oleh Pasal 31 ayat (2) yang
menyatakan “Setiap warganegara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.”
MPDR5301/MODUL 7 7.7
UUD 1945 menegaskan hanya ada satu sistem pendidikan nasional untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Satu sistem pendidikan nasional diperlukan
agar bangsa Indonesia yang amat majemuk itu dapat terus mengembangkan
persatuan kebangsaan yang menghormati kemajemukan dan kesetaraan
sesuai dengan sasanti “bhinneka tunggal ika.”
Jika ketentuan UUD 1945 itu dicermati maka mengikuti pendidikan adalah
hak asasi bagi setiap orang dan bagi warga negara Indonesia mengikuti
pendidikan dasar adalah kewajiban. Menghalangi dan atau melarang anak
Indonesia bersekolah adalah perbuatan melanggar hukum tertinggi (UUD
1945) dan ada sanksinya.
Drs. Jakob Tobing, M.P.A. adalah Presiden Institut Leimena dan Ketua PAH
I BP-MPR, Amandemen UUD 45 (1999-2004).
Sumber: Tobing, J. (2013). Kenali Hak dan Tanggungjawab Anda Hak
mendapat Pendidikan. Institut Leimena: Suara Warga, 011,2013.
Diambil dari http://www.leimena.org/id/page/v/750/kenali-hak-
dan-tanggung-jawab-anda-hak-untuk-mendapat-pendidikan-4
7.8 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
2) Historis
Dalam perjalanan pendidikan di Indonesia, setidaknya terdapat tiga
tokoh pendidikan yang mewarnai pendidikan di negara ini. Mohamad
Syafei yang mendirikan Indonesisch Nedrlands School/ Kayutanan di
Sumatra Barat (1926) yang memiliki konsep; mendidik anak-anak agar
dapat berdiri sendiri atas usaha sendiri dengan jiwa yang merdeka karena
sekolah Hindia Belanda hanya menyiapkan anak-anak menjadi pegawai
mereka saja. Selanjutnya Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa
di Yogjakarta (1922) melahirkan falsafah “Tut Wuri Handayani”
(mengikuti sambil mempengaruhi) Mengikuti, namun maknanya ialah
mengikuti perkembangan sang anak dengan penuh perhatian
berdasarkan cinta kasih & tanpa pamrih, tanpa keinginan menguasai &
memaksa, & makna Handayani ialah mempengaruhi dalam arti
merangsang, memupuk, membimbing, memberi teladan agar sang anak
mengembangkan pribadi masing-masing melalui disiplin pribadi”. Dari
pemuka agama K. H. Ahmad Dahlan (1912) yang mendirikan Oganisasi
Islam di Yogjakarta memiliki cita-cta untuk mewujudkan orang muslim
yang berakhlak mulia cakap, percaya kepada diri sendiri, berguna
masyarakat dan negara.
3) Filosofis
Selanjutnya penyelenggaraan pendidikan juga berdasarkan filosofis.
Filsafat adalah cara berpikir yang sedalam-dalamnya, yakni sampai
akarnya tentang hakikat sesuatu. Filsafat pendidikan terdiri dari filsafat
tradisionalis yaitu esensialis, parenialis, dan filsafat tradisionalis yaitu
progresivis, eksistensialis, dan rekontuksionis. Parenialis menghendaki
agar pendidikan kembali kepada jiwa yang menguasai abad pertengahan,
karena ia telah merupakan jiwa yang menuntun manusia hingga dapat
dimengerti adanya tata kehidupan yang telah ditentukan secara rasional.
Essentialis menghendaki pendidikan yang berpendidikan atas nilai-nilai
yang tinggi, yang hakiki kedudukannya dalam kebudayaan. Nilai-nilai
ini hendaklah yang sampai kepada manusia melalui sivilisasi dan yang
telah teruji oleh waktu. Tugas pendidikan adalah perantara atau
pembawa nilai-nilai yang ada dalam gudang di luar ke dalam jiwa
peserta didik, sehingga perlu dilatih agar mempunyai kemampuan
absorbi (penerapan) yang tinggi. Progressivism menghendaki pendidikan
yang pada hakikatnya progresif, tujuan pendidikan hendaknya diartikan
MPDR5301/MODUL 7 7.13
4) Antropologis
Selanjutnya menurut Spindler (1963) dalam Nasution (2004)
menegaskan bahwa Antropologi pendidikan mencoba mengungkapkan
proses-proses transmisi budaya atau pewarisan pengetahuan melalui
proses enkulturasi dan sosialisasi. berpendirian bahwa kontribusi utama
yang bisa diberikan antropologi terhadap pendidikan adalah
menghimpun sejumlah pengetahuan empiris yang sudah diverifikasikan
dengan menganalisa aspek-aspek proses pendidikan yang berbeda-beda
dalam lingkungan sosial budayanya.
yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta
didik dan guru, serta papan tulis;
c. Di setiap SMP dan MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang
dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik
dan minimal satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan
eksperimen peserta didik;
d. Di setiap SD/MI dan SMP/MTs tersedia satu ruang guru yang
dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala
sekolah dan staf kependidikan lainnya; dan di setiap SMP/MTs
tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru;
e. Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta
didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan, dan
untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan;
f. Di setiap SMP/MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata
pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia satu orang guru untuk
setiap rumpun mata pelajaran;
g. Di setiap SD/MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi
kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang
telah memiliki sertifikat pendidik;
h. Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1
atau D-IV sebanyak 70% dan separuh di antaranya (35% dari
keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah
khusus masing-masing sebanyak 40% dan 20%;
i. Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1
atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik masing-masing satu
orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan
Bahasa Inggris;
j. Di setiap Kabupaten/Kota semua kepala SD/MI berkualifikasi
akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik;
k. Di setiap kabupaten/kota semua kepala SMP/MTs berkualifikasi
akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik;
l. Di setiap kabupaten/kota semua pengawas sekolah dan madrasah
memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki
sertifikat pendidik;
m. Pemerintah kabupaten/kota memiliki rencana dan melaksanakan
kegiatan untuk membantu satuan pendidikan dalam
mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif;
dan
MPDR5301/MODUL 7 7.21
SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat terdiri atas 6 (enam) tingkatan
kelas, yaitu kelas 1 (satu), kelas 2 (dua), kelas 3 (tiga), kelas 4 (empat), kelas
5 (lima), dan kelas 6 (enam). Sementara itu SMP, MTs, atau bentuk lain yang
sederajat terdiri atas 3 (tiga) tingkatan kelas, yaitu kelas 7 (tujuh), kelas 8
(delapan), dan kelas 9 (sembilan).
Peserta didik pada SD/MI atau bentuk lain yang sederajat paling rendah
berusia 6 (enam) tahun. Pengecualian terhadap ketentuan pada ayat (1) dapat
dilakukan atas dasar rekomendasi tertulis dari psikolog profesional. Dalam
hal tidak ada psikolog profesional, rekomendasi dapat dilakukan oleh dewan
guru satuan pendidikan yang bersangkutan, sampai dengan batas daya
tampungnya.
Ketentuan terkait dengan usia peserta didik SD/MI atau bentuk lain yang
sederajat wajib menerima warga negara berusia 7 (tujuh) tahun sampai
dengan 12 (dua belas) tahun sebagai peserta didik sampai dengan batas daya
tampungnya. Penerimaan peserta didik kelas 1 (satu) SD/MI atau bentuk lain
yang sederajat tidak didasarkan pada hasil tes kemampuan membaca,
menulis, dan berhitung, atau bentuk tes lain. SD/MI atau bentuk lain yang
sederajat wajib menyediakan akses bagi peserta didik berkelainan.
Dalam hal jumlah calon peserta didik melebihi daya tampung satuan
pendidikan, maka pemilihan peserta didik pada SD/MI berdasarkan pada usia
7.24 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
calon peserta didik dengan prioritas dari yang paling tua. Jika usia calon
peserta didik sama, maka penentuan peserta didik didasarkan pada jarak
tempat tinggal calon peserta didik yang paling dekat dengan satuan
pendidikan. Jika usia dan/atau jarak tempat tinggal calon peserta didik
dengan satuan pendidikan sama, maka peserta didik yang mendaftar lebih
awal diprioritaskan.
Peserta didik pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat sudah
menyelesaikan pendidikannya pada SD, MI, Paket A, atau bentuk lain yang
sederajat. SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat wajib menerima warga
negara berusia 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun
sebagai peserta didik sampai dengan batas daya tampungnya. SMP/MTs atau
bentuk lain yang sederajat wajib menyediakan akses bagi peserta didik
berkelainan.
SD/MI dan SMP/MTs yang memiliki jumlah calon peserta didik
melebihi daya tampung wajib melaporkan kelebihan calon peserta didik
tersebut kepada pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan. Pemerintah
kabupaten/kota wajib menyalurkan kelebihan calon peserta didik pada satuan
pendidikan dasar lain.
Peserta didik jalur nonformal dan informal dapat diterima di SD, MI,
atau bentuk lain yang sederajat tidak pada awal kelas 1 (satu) setelah lulus tes
kelayakan dan penempatan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan
formal yang bersangkutan. Peserta didik jalur nonformal dan informal dapat
diterima di SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat sejak awal kelas 7
(tujuh) setelah lulus ujian kesetaraan Paket A. Peserta didik jalur nonformal
dan informal dapat diterima di SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat
tidak pada awal kelas 7 (tujuh) setelah memenuhi persyaratan:
a. lulus ujian kesetaraan Paket A; dan
b. lulus tes kelayakan dan penempatan yang diselenggarakan oleh satuan
pendidikan formal yang bersangkutan.
SD, MI, SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat memberikan
bantuan penyesuaian akademik, sosial, dan/atau mental yang diperlukan oleh
peserta didik berkelainan dan peserta didik pindahan dari satuan pendidikan
formal lain atau jalur pendidikan lain. Menteri dapat membatalkan keputusan
satuan pendidikan tentang pemenuhan persyaratan pada pendidikan
nonformal apabila setelah dilakukan pemeriksaan oleh Inspektorat Jenderal
Kementerian atas instruksi Menteri terbukti bahwa keputusan tersebut
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan, tidak benar, dan/atau
tidak jujur.
Penerimaan peserta didik pada satuan pendidikan dasar dilakukan secara
objektif, transparan, dan akuntabel. Penerimaan peserta didik pada satuan
pendidikan dasar dilakukan tanpa diskriminasi kecuali bagi satuan
pendidikan yang secara khusus dirancang untuk melayani peserta didik dari
kelompok gender atau agama tertentu. Keputusan penerimaan calon peserta
didik menjadi peserta didik dilakukan secara mandiri oleh rapat dewan guru
yang dipimpin oleh kepala satuan pendidikan.
Seleksi penerimaan peserta didik baru di kelas 7 (tujuh) pada satuan
pendidikan dasar setingkat SMP didasarkan pada hasil ujian akhir sekolah
berstandar nasional, kecuali bagi peserta didik. Di samping memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), satuan pendidikan dapat
melakukan tes bakat skolastik untuk seleksi penerimaan peserta didik baru di
kelas 7 (tujuh).
Satuan pendidikan dasar dapat menerima peserta didik pindahan dari
satuan pendidikan dasar lain. Satuan pendidikan dapat menetapkan tata cara
7.26 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
C. PENDIDIKAN MENENGAH
a. Karakteristik Siswa
Karakteristik Siswa Pendidikan Menengah Anak pada usia SMA/Remaja
berada pada masa transisi atau peralihan. Masa ini sering juga disebut dengan
masa puber. Anak pada masa ini tengah mengalami proses peralihan dari
masa anak-anak menuju masa dewasa sehingga dibilang anak-anak sudah
tidak pantas lagi namun dibilang dewasa pun belum tepat. Syafei (2006)
menyebut karakteristik dari siswa usia remaja sebagai berikut:
MPDR5301/MODUL 7 7.27
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
2. Standar Proses
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan, hal ini sebagaimana yang dicantumkan dalam
PPRI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 1
ayat 6. Cakupan dalam Standar Proses adalah sebagai berikut:
(1) Perencanaan Proses Pembelajaran, (2) Pelaksanaan proses pembelajaran,
(3) Penilaian hasil pembelajaran dan (4) Pengawasan proses pembelajaran.
MPDR5301/MODUL 7 7.37
1. Manajemen Kurikulum
Pada dasarnya Anda dapat menafsirkan manajemen kurikulum sebagai
langkah pengelolaan dalam mencapai tujuan kurikulum pendidikan. Tetapi
tahukah Anda apa dan seperti apa kurikulum itu? Kurikulum dapat dipandang
secara luas maupun sempit. Secara luas, kurikulum dipandang sebagai suatu
sistem meliputi visi, misi, sasaran, dan tujuan sekolah yang digambarkan
MPDR5301/MODUL 7 7.43
dalam suatu desain, sedangkan kurikulum dalam arti sempit yaitu berupa
bahan ajar pembelajaran atau silabus dan atau mata pelajaran yang berlaku di
sekolah. Dalam hal ini pembelajaran merupakan kurikulum yang nyata.
Kurikulum merupakan pengalaman belajar yang terorganisasi dalam
bentuk tertentu di bawah bimbingan dan pengawasan sekolah. Sedangkan
pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan guru untuk
membimbing dan mengarahkan siswa agar terjadi tindakan yang memperoleh
pengalaman belajar. Kurikulum merupakan program pembelajaran sedangkan
pembelajaran merupakan cara bagaimana mempersiapkan pengalaman
belajar bagi siswa. Hal tersebut sejalan dengan pengertian terkait manajemen
kurikulum bahwa manajemen kurikulum mempunyai pengertian adalah
segenap proses usaha bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan
pembelajaran dengan titik erat pada usaha meningkatkan kualitas interaksi
belajar mengajar.
Manajemen kurikulum, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan
dan evaluasi kegiatan tentang pendataan mata pelajaran/mata kuliah yang
diajarkan/dipasarkan, waktu jam yang tersedia, jumlah guru beserta
pembagian jam pelajaran, jumlah kelas, penjadwalan, kegiatan belajar-
mengajar, buku-buku yang dibutuhkan, program semester, evaluasi, program
tahunan, kalender pendidikan, perubahan kurikulum maupun inovasi-inovasi
dalam pengembangan kurikulum.
Dalam pelaksanaannya, manajemen kurikulum harus memperhatikan
beberapa hal prinsip sebagai berikut:
a. Produktivitas, melalui pelaksanaan kegiatan kurikulum dapat diperoleh
hasil yang sesuai dengan tujuan kurikulum.
b. Demokratisasi, bahwa dalam melaksanakan manajemen kurikulum
menempatkan semua personil pendidikan sesuai dengan peran dan
fungsinya masing-masing.
c. Kooperatif, adanya kesamaan visi dan misi semua personil, sehingga
terjalin kerja sama yang kuat dalam melaksanakan manajemen
kurikulum.
d. Efektivitas dan efisiensi, bahwa dalam melaksanakan manajemen
kurikulum pertimbangan akan waktu, tenaga, dan biaya dapat dikelola
sesuai dengan kebutuhan yang mendukung dalam pencapaian tujuan
kurikulum.
7.44 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
orang tua adalah sebagai pedoman untuk membimbing, melatih dan mendidik
anaknya dalam belajar di rumah. Fungsi kurikulum bagi masyarakat adalah
sebagai pedoman dan acuan kepada instansi terkait untuk membantu bagi
terselenggaranya proses kegiatan pembelajaran di sekolah. Sedangkan fungsi
kurikulum bagi siswa adalah sebagai pedoman untuk belajar demi masa
depannya yang disesuaikan dengan karakter bangsa Indonesia dan
perkembangan teknologi dan pengetahuan.
e. Manajemen humas
Pendidikan yang maju dan berkualitas tidak terlepas dari dukungan dan
partisipasi masyarakat secara luas, sehingga organisasi yang seperti inilah
yang terus memegang kepercayaan masyarakat dan terus berkembang
sebagai upaya dalam menjawab tantangan global.
Manajemen hubungan dengan masyarakat, meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kegiatan hubungan
masyarakat, misalnya pendataan alamat kantor/orang yang dianggap perlu,
hasil kerja sama, program-program humas.
Adapun tujuan dari hubungan antara sekolah dan masyarakat
berdasarkan observasi Yadin dkk (2012), memperoleh hasil di antaranya:
1) Meningkatkan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan peserta didik
2) Berperan dalam memahami kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang
sekaligus menjadi desakan
3) Mengembangkan program-program ke arah yang lebih maju dan agar
dapat dirasakan langsung oleh masyarakat sebagai pengguna jasa
pendidikan.
3) Tersedia tenaga ahli, terampil dan alat sarana serta dana yang memadai.
4) Kondisi organisasi sekolah yang memungkinkan untuk meningkatkan
kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat.
5) adapun manfaat dari diadakannya hubungan sekolah dengan masyarakat,
yaitu: menambah simpati masyarakat yang dapat membantu
meningkatkan kepopuleran sekolahan yang bersangkutan, serta
dukungan masyarakat secara spiritual maupun secara material.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Tes Formatif 1
Capaian angka partisipasi kasar (APK) di jenjang SD dan SMP (baca:
pendidikan dasar), rata-rata nasional telah tercapai, tapi jika ditelusuri lebih
jauh di tingkat kabupaten/kota, masih ada sekitar 25 kabupaten/ kota yang
APK-nya masih di bawah 75%.
Program Pelayanan Pendidikan oleh Pemerintah Pusat
a. Program afirmasi pada kabupaten-kabupaten yang APK-nya masih di
bawah rata-rata nasional, terutama di daerah 3T (terluar, tertinggal,
terpencil) dengan tidak hanya memikirkan pada capaian semata, tapi
juga pada upaya peningkatan kualitas, dengan berpedoman pada
pemenuhan standar pelayanan umum secara bertahap.
b. Penyediaan bantuan terutama bagi peserta didik kurang mampu, agar
tidak putus sekolah dan pembangunan unit sekolah baru (USB),
pembangunan ruang kelas baru (RKB), serta program rehabilitasi
sekolah, menjadi titik perhatian, di samping upaya membangun budaya
dan pola pikir di sebagian masyarakat yang masih menganggap sekolah
hanya sekadar menghabiskan biaya, tanpa jaminan memperoleh
lapangan kerja.
c. Pengiriman guru ke daerah 3T
d. Beasiswa Bidikmisi
e. Bantuan keuangan melalui Bantuan Operasional Sekolah
f. Kartu Indonesia Pintar
g. Meningkatkan rata lama sekolah penduduk berusia 15 tahun ke atas, dari
7,92 tahun pada awal tahun 2011 menjadi 12 tahun pada tahun 2019.
h. Menurunkan buta aksara penduduk berusia 15 tahun menjadi 2,90 persen
selama lima tahun.
i. Menurunkan ketimpangan partisipasi dan kualitas pelayanan pendidikan
antarwilayah, gender, sosial, dan ekonomi antarsatuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat.
j. meningkatkan kesejahteraan guru, dosen, dan tenaga honorer.
Referensi Rujukan:
http://nasional.sindonews.com/read/879416/18/pendidikan-dalam-visi-misi-
capres-cawapres-1404372100
MPDR5301/MODUL 7 7.61
http://nasional.tempo.co/read/news/2014/05/02/078574826/janji-jokowi-di-
hari-pendidikan-nasional
Tes Formatif 2
Jawaban disesuaikan dengan pandangan dari mahasiswa terkait permasalahan
manajemen pendidikan yang paling bermasalah yang terjadi di wilayahnya
masing-masing. Temukan masalahnya, sebab dan solusinya.
7.62 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
Daftar Pustaka
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Urusan Wajib dan Urusan
Pilihan.
Saylor, J.G., Alexander, W.M. & Lewis, A.J. 1974. Curriculum planning for
better teaching and learning. New York: Holt Rinehart and Winston.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan: Bagian 4 Pendidikan Lintas Bidang. Bandung: PT Imperial
Bhakti Utama.
Tobing, J. (011, 2013). Kenali Hak dan Tanggung Jawab Anda Hak
mendapat Pendidikan. Institut Leimena, Diambil dari
http://www.leimena.org/id/page/v/750/kenali-hak-dan-tanggung-jawab-
anda-hak-untuk-mendapat-pendidikan-4
Manajemen Peningkatan
Mutu Pendidikan
Dr. Taufani. C. Kurniatun., M.Si.
PEN D A HU L UA N
Kompetensi Umum
Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat memahami
Standar pelayanan Minimal dalam penerapan manajemen pendidikan,
Standar Nasional Pendidikan, dan memahami serta menjelaskan tentang
konsep Manajemen Mutu sebagai implementasi manajemen pendidikan di
Indonesia.
Kompetensi Khusus
Adapun kompetensi khusus yang diharapkan dapat Anda capai setelah
mempelajari model ini di antaranya:
1. Memahami regulasi dan implementasi terkait Standar Pelayanan
Minimal Pendidikan Indonesia.
2. Memahami regulasi dan implementasi tentang Standar Nasional
Pendidikan Indonesia.
3. Memahami Implementasi Manajemen Mutu pada pendidikan di
Indonesia.
MPDR5301/MODUL 8 8.3
Kegiatan Belajar 1
SPM Pendidikan menyatakan secara tegas dan rinci berbagai hal yang
harus disediakan dan dilakukan oleh dinas pendidikan, dan sekolah/madrasah
terkait dengan upaya yang pasti bahwa pembelajaran bisa berjalan dengan
baik.
SPM tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan tahapan menuju
pencapaian Standar Nasional Pendidikan (SNP). Dengan ditetapkannya SPM
Bidang Pendidikan Dasar maka setiap daerah perlu menyusun perencanaan
program/kegiatan untuk mencapai SPM.
Selanjutnya secara umum agar upaya pencapaian Standar Pelayanan
Minimal dapat dicapai dengan baik, maka dalam pelaksanaanya harus
berpegang pada prinsip yang telah ditentukan. Adapun prinsip- prinsip
Standar Pelayanan Minimal menurut Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun
2005 Bab III Pasal 3 yaitu:
1. SPM disusun sebagai alat Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk
menjamin akses dan mutu layanan dasar kepada masyarakat secara
merata dalam rangga penyelenggaraan urusan wajib;
MPDR5301/MODUL 8 8.5
Tabel 8.1
Indikator SPM Pendidikan Dasar
3. Ruang Kelas
Jumlah Ruang Kelas yang :
No Kelas Rusak Rusak Rusak Jumlah
Baik
Ringan Sedang Berat
1 Kelas 1 0
2 Kelas 2 0
3 Kelas 3 0
4 Kelas 4 0
5 Kelas 5 0
6 Kelas 6 0
Jumlah 0 0 0 0 0
8.10 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
Rombel
No Kelas Jumlah
A B C D E F
1 Kelas 1 0
2 Kelas 2 0
3 Kelas 3 0
4 Kelas 4 0
5 Kelas 5 0
6 Kelas 6 0
Jumlah 0
b. Kursi Siswa
Jumlah Kapasitas Kursi dalam Kondisi yang Baik untuk Siswa di Kelas
menurut Ruang Kelas (Kapasitas Kursi dalam kondisi baik = jumlah Kursi
dalam kondisi baik yang dapat dipakai siswa pada satu waktu)*
Rombel
No Kelas Jumlah
A B C D E F
1 Kelas 1 0
2 Kelas 2 0
3 Kelas 3 0
4 Kelas 4 0
5 Kelas 5 0
6 Kelas 6 0
Jumlah 0
)* Meja yang besar (dipakai 2 anak) maka dihitung 2, sedangkan
Kursi/Bangku (dipakai 2 anak) dihitung 2, Kursi/ bangku yang dihitung
adalah bangku yang mempunyai sandaran.
MPDR5301/MODUL 8 8.11
c. Meja Guru
Jumlah Meja dalam Kondisi yang Baik untuk Guru di Kelas menurut
Ruang Kelas
Rombel
No Kelas Jumlah
A B C D E F
1 Kelas 1 0
2 Kelas 2 0
3 Kelas 3 0
4 Kelas 4 0
5 Kelas 5 0
6 Kelas 6 0
Jumlah 0
d. Papan tulis
Jumlah Papan Tulis dalam kondisi baik
Rombel
No Kelas Jumlah
A B C D E F
1 Kelas 1 0
2 Kelas 2 0
3 Kelas 3 0
4 Kelas 4 0
5 Kelas 5 0
6 Kelas 6 0
Jumlah 0
Berkualifikasi
akademik S1/D-IV
Memiliki Sertifikat Jumlah Guru
No Status Guru atau lebih belum
Pendidik Kelas
memilik Sertifikat
Pendidik
1 Guru Tetap PNS 0
2 Guru Yayasan 0
3 Guru Tidak Tetap 0
Jumlah 0 0 0
Keterangan :
1 Jumlah Kunjungan isikan dengan angka berapa kali pengawas
berkunjung di sekolah
2 Durasi Kunjungan isikan dengan angka berapa jam Pengawas
berkunjung d sekolah
a. Apakah ada kunjungan setiap bulan tahun lalu? (lihat
tabel di atas) Ya = 1, Tidak = 0
b. Apakah semua kunjungan sama atau lebih dari tiga jam
? (lihat tabel di atas) Ya = 1, Tidak = 0
8.14 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
11. Rata-rata jam kerja (60 menit) setiap guru tetap, setiap minggu
pada semester lalu (termasuk jam mengajar, menyiapkan, recana
pembelajaran, memeriksa hasil evaluasi, dll.)
a. Jumlah guru tetap yang bekerja sama dengan atau lebih
Guru
dari 37,5 jam per minggu
b. Jumlah guru tetap yang bekerja kurang dari
Guru
37,5 jam per minggu
13. Jumlah jam proses pembelajaran tatap muka (35 menit) rata-rata
setiap kelas per minggu:
a. Kelas 1 Jam per minggu
b. Kelas 2 Jam per minggu
c. Kelas 3 Jam per minggu
d. Kelas 4 Jam per minggu
e. Kelas 5 Jam per minggu
f. Kelas 6 Jam per minggu
MPDR5301/MODUL 8
Selanjutnya berikut ini Anda dapat melihat contoh cara menganalisis capaian standar pelayanan minimal pada
pendidikan dasar yang tertuang dalam kuesioner berikut:
Jumlah guru s1
Jumlah rombel
Jumlah ruang
Jumlah ruang
Jumlah siswa
Jumlah kursi
Jumlah guru
Jumlah guru
sertifikasi
kelas
guru
Sekolah Dasar (SD) Analisis Rekomendasi
SEQ. NO.
SAMPLE MASTER SCHOOL
NAME
1 294 SD A 212 6 4 210 115 6 4 3 0 ketercapaian untuk
SPM dilihat dari memenuhi
data bahwa untuk ketercapaian
ketercapaian per tersebut maka
rombel yaitu baru pendidik atau
17, 14 persen. guru harus
Dan66,6 persen melanjutkan
untuk kualifikasi sekolah ke
pendidik S1. perguruan
Sedangkan untuk tinggi agar
jumlah guru yang memenuhi
bersertifikasi kualifikasi, dan
yaitu 50 persen. kepala sekolah
Untuk tiap harus
kelas/rombel satu membantu
guru telah guru, dengan
terpenuhi yaitu memberikan
100 persen. oleh infor beasiswa,
8.17
karena itu atau
8.18 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
8.18
Jumlah buku (set)
Jumlah guru s1
Jumlah rombel
Jumlah ruang
Jumlah ruang
Jumlah siswa
Jumlah kursi
Jumlah guru
Jumlah guru
sertifikasi
kelas
guru
Sekolah Dasar (SD) Analisis Rekomendasi
MPDR5301/MODUL 8
Jumlah buku (set)
Jumlah guru s1
Jumlah rombel
Jumlah ruang
Jumlah ruang
Jumlah siswa
Jumlah kursi
Jumlah guru
Jumlah guru
sertifikasi
kelas
guru
Sekolah Dasar (SD) Analisis Rekomendasi
8.19
yang
8.20 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
8.20
Jumlah buku (set)
Jumlah guru s1
Jumlah rombel
Jumlah ruang
Jumlah ruang
Jumlah siswa
Jumlah kursi
Jumlah guru
Jumlah guru
sertifikasi
kelas
guru
Sekolah Dasar (SD) Analisis Rekomendasi
bersertifikasi
yaitu 50 persen.
Belum
MPDR5301/MODUL 8
Jumlah buku (set)
Jumlah guru s1
Jumlah rombel
Jumlah ruang
Jumlah ruang
Jumlah siswa
Jumlah kursi
Jumlah guru
Jumlah guru
sertifikasi
kelas
guru
Sekolah Dasar (SD) Analisis Rekomendasi
yaitu 50 persen.
Belum memenuhi
SPM
sepenuhnya.
7 226 SD G 200 6 6 180 200 6 4 1 1 ketercapaian
kualifikasi guru
untuk S1 yaitu
66,6 persen dan
untuk guru yang
telah
bersertifikasi
yaitu
8 117 SD H 214 6 6 214 214 5 4 1 0 ketercapaian
kualifikasi guru
untuk S1 yaitu 80
persen dan guru
yang telah
sertifikasi 20
persen, maka
sekolah ini belum
memenuhi SPM
untuk sertifikasi
pendidik.
9 277 SD I 215 6 6 202 215 5 2 1 0 ketercapaian
8.21
kualifikasi guru
8.22 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
8.22
Jumlah buku (set)
Jumlah guru s1
Jumlah rombel
Jumlah ruang
Jumlah ruang
Jumlah siswa
Jumlah kursi
Jumlah guru
Jumlah guru
sertifikasi
kelas
guru
Sekolah Dasar (SD) Analisis Rekomendasi
untuk S1 yaitu 40
persen, dan
untuk guru yang
MPDR5301/MODUL 8
Jumlah buku (set)
Jumlah guru s1
Jumlah rombel
Jumlah ruang
Jumlah ruang
Jumlah siswa
Jumlah kursi
Jumlah guru
Jumlah guru
sertifikasi
kelas
guru
Sekolah Dasar (SD) Analisis Rekomendasi
8.23
bersertifikasi
hanya 8,3
8.24 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
8.24
Jumlah buku (set)
Jumlah guru s1
Jumlah rombel
Jumlah ruang
Jumlah ruang
Jumlah siswa
Jumlah kursi
Jumlah guru
Jumlah guru
sertifikasi
kelas
guru
Sekolah Dasar (SD) Analisis Rekomendasi
persen, sehingga
untuk
ketercapaian dua
g. 100 persen siswa memiliki buku pelajaran yang lengkap setiap mata
pelajaran;
h. Jumlah siswa SMA/MA per kelas antara 30 – 40 siswa;
i. 90 persen dari siswa yang mengikuti uji sampel mutu standar nasional
mencapai nilai “memuaskan” dalam mata pelajaran bahasa Inggris,
Geografi, Matematika Dasar untuk kelas I dan II;
j. 25 persen dari lulusan SMA/ MA melanjutkan ke perguruan tinggi yang
ter-akreditasi.
Gambar 8.1
Capaian SPM pada 12 SD Negeri di Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya
8.30 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
kunjungan kurang serta tidak sama yakni 3 jam. Untuk sekolah yang
telah mendapatkan kunjungan secara rutin setiap bulan dengan
kunjungan selama 3 jam bahkan lebih yakni SDN Sukadami. Untuk
capaian dari IP.4 ini yakni sekitar 75%.
g. Capaian IP.15 mengenai set buku teks sesuai dengan jumlah peserta
didik pada setiap sekolah yang dimiliki oleh 12 SDN di Kecamatan
Mangkubumi ini baru mencapai sekitar 8,3%. Sekolah yang telah
memenuhi IP.15 yakni SDN III Cipari.
h. Capaian IP.17 mengenai alat peraga IPA yakni sekitar 51,39%, dengan
sekolah yang telah memiliki alat peraga IPA lengkap dan merupakan
sekolah berprestasi bidang IPA yakni SDN Cibanjaran.
i. Capaian IP.18 mengenai buku referensi dan pengayaan yang dimiliki
sekolah baru mencapai 29,75%
j. Capaian IP.19 mengenai jumlah jam kerja guru sekitar 37,5 jam per
minggu hanya ada satu sekolah yakni SDN I Mangkubumi, dengan
capaian sekitar 8,3%.
k. Capaian IP.27 mengenai manajemen berbasis sekolah yang terdiri dari
rencana kerja tahunan, laporan tahunan, dan komite sekolah yakni
97,22%, bahwa satu sekolah yakni SDN I Mangkubumi belum memiliki
RKT.
Selain dari hasil capaian pada setiap indikator, dan masih terdapat pula
indikator yang belum terpenuhi. Pada 12 Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan
Mangkubumi ini yaitu persentase tertinggi ada pada SDN Cibanjaran dan
skor terendah ada pada SDN I Mangkubumi dan SDN I Cipari, berikut data
persentase hasil pencapaian 20 indikator pada 12 SDN di Kecamatan
Mangkumi Kota Tasikmalaya ini pada tabel di bawah ini:
Tabel 8.2
Presentase Capaian 20 Indikator pada 12 SDN di Kecamatan Mangkubumi
Kota Tasikmalaya
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
berkreasi dan berekreasi, dan sumber belajar lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi.
6. Standar Pengelolaan mendefinisikan terkait standar yang mengatur
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar
tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
7. Standar Pembiayaan yaitu standar yang mengatur komponen dan
besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu
tahun.
8. Standar Penilaian merupakan standar yang mengatur mekanisme,
prosedur, dan instrumen penilaian prestasi belajar peserta didik.
Selain standar isi yang hasilnya masih di bawah standar minimal yang
telah ditetapkan, demikian juga dengan implementasi standar proses pada
Sekolah Dasar di Kota Jambi yang masih berada di bawah standar minimal
yaitu sebesar 63.63%. Pencapaian persentase implementasi standar proses
yang terdapat di SD Kota Jambi sebesar 63.63% dengan rincian aspek
perencanaan sebesar 66%, pelaksanaan 70%, dan aspek pengawasan sebesar
55.9% di mana pencapaian ini paling rendah dibandingkan dengan aspek
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Baik standar isi dan standar proses
mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan hasil UASBN, baik
sebelum maupun sesudah dikontrol oleh usia, pengalaman mengajar, dan
penghasilan guru.
Nilai koefisien korelasi antara standar isi dan hasil UASBN mengalami
kenaikan apabila dikontrol oleh oleh usia, pengalaman mengajar guru, dan
penghasilan secara serentak. Hal ini juga terjadi dengan nilai koefisien
korelasi antara standar proses terhadap UASBN mengalami kenaikan apabila
dikendalikan oleh variabel usia, pengalaman mengajar, dan penghasilan
secara serentak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila standar
isi dan standar proses diimplementasikan dengan baik, maka hasil belajar
siswa (UASBN) akan meningkat.
Standar isi berpengaruh lebih besar bila dibandingkan dengan standar
proses. Hal ini dapat dilihat dari nilai standar isi (beta 0.411, dan standar
proses (beta 0.261).
Kerangka dasar dan struktur kurikulum merupakan aspek dari standar isi.
Pemahaman kurikulum yang baik dengan diikuti dengan penerapan yang
maksimal dapat menyebabkan hasil evaluasi belajar siswa meningkat. Di
samping itu, omplementasi kalender pendidikan dan beban belajar yang baik
juga akan mendukung implementasi kurikulum. Sederhananya dalam aspek
standar isi harus saling terkait sehingga menghasilkan hasil pembelajaran
yang optimal.
Standar proses juga merupakan hal penting untuk meningkatkan hasil
evaluasi belajar siswa (UASBN). Standar proses pendidikan tidak terlepas
dari kinerja guru dalam melaksanakan manajemen pembelajaran seperti guru
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi
pembelajaran. Hal ini akan berjalan baik apabila guru memahami kurikulum
sehingga dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
pembelajaran dapat berjalan optimal.
8.40 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
dasar yang lebih merata, sehingga tidak terdapat kesenjangan yang berarti
antara sekolah di daerah pedesaan dan perkotaan. Dinas Pendidikan
memberikan akses yang lebih besar kepada sekolah-sekolah dasar sebagai
sekolah rintisan standar nasional, yang dapat menjadi rujukan bagi sekolah-
sekolah di sekitarnya, guna meningkatkan mutu dan layanan di bidang
pendidikan.
Pemenuhan kualifikasi berdasarkan standar input belum secara
menyeluruh dilaksanakan secara optimal. Dari segi kurikulum, belum seluruh
sekolah rintisan SN memiliki dokumen kurikulum lengkap, yaitu standar
kompetensi, tujuan, KTSP, Silabus, RPP, dan bahan ajar. Di samping itu juga
belum terbentuk tim khusus dalam pengembang kurikulum yang anggota-
anggotanya mampu merefleksikan kelompok-kelompok keahlian yang terkait
dengan setiap mata pelajaran.
Pemenuhan kualifikasi guru, permasalahan yang masih dihadapi di
antaranya, jumlah dan kualifikasi sesuai dengan kebutuhan, berdasarkan
kemampuan yang dimiliki oleh guru sesuai dengan mata pelajaran yang
diampu. Belum semua sekolah memiliki jumlah guru mencapai 50% guru
yang telah memiliki sertifikasi profesi sebagai guru dan memiliki
kesanggupan kerja yang tinggi dan mampu menggunakan ICT sederhana.
Belum semua sekolah rintisan Standar Nasional Rincian memiliki
kelengkapan sarana dan prasarana sekolah sesuai standar sarana prasarana
SDSN, terbukti bahwa sekolah yang sudah ditetapkan sebagai sekolah
rintisan SDSN berupaya untuk melengkapi sarana dan prasarana sekolah
sesuai standar yang ditetapkan.
Sekolah selain memerlukan pendidik juga memerlukan tenaga
kependidikan yang bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan
pada satuan pendidikan. Tenaga kependidikan meliputi pengelola satuan
pendidikan, pengawas, peneliti, pengembang, pustakawan, laboran, dan
teknisi sumber belajar. Secara umum, tenaga kependidikan bertugas
melaksanakan perencanaan, pembimbingan, pengelolaan, pengawasan,
pelayanan teknis dan kepustakaan, penelitian dan pengembangan hal-hal
praktis yang diperlukan untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran.
Mengingat pentingnya peran tenaga kependidikan bagi pengembangan
sekolah, maka sekolah harus memiliki tenaga kependidikan yang cukup
dengan kualifikasi/kemampuan yang memadai, tingkat relevansi yang tinggi,
dan kinerja yang tinggi. Dalam melaksanakan tugasnya tenaga kependidikan
MPDR5301/MODUL 8 8.43
Ujian Akhir Sekolah Bertaraf Nasional (UASBN), akan tetapi harus juga
mengukur kemampuan berpikir ganda, seperti berpikir kritis, kreatif,
mengukur prestasi belajar berupa nalar, eksploratif, diskoveri, dan berpikir
sistem. Kedua, hasil belajar harus juga mengukur kemampuan daya kalbu,
yang pada dasarnya adalah mengukur kualitas batiniyah/karakter manusia,
seperti misalnya iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kasih
sayang, kejujuran, kesopanan, toleransi, tanggung jawab, keberanian moral,
komitmen, disiplin diri, dan estetika. Ketiga, hasil belajar harus juga
mengukur daya fisik, yang meliputi keterampilan olahraga (atletik, sepak
bola, badminton), kesehatan (daya tahan, bebas penyakit), dan kesenian
(musik, visual, teater, dan kriya). Sehingga tidak cukup jika hasil belajar
hanya diukur dengan hasil tes berupa nilai akhir UASBN. Sementara itu
outcome merupakan dampak jangka panjang dari output/hasil belajar, baik
dampak bagi tamatan maupun bagi masyarakat. Idealnya, hasil belajar selalu
terkait erat dengan outcome. Sekolah yang memenuhi standar nasional adalah
sekolah yang mampu mempersiapkan dan memberikan kesempatan/akses
kepada tamatannya untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi dan dapat mengembangkan diri dalam kehidupan.
Berdasarkan hasil penelitian, hal yang masih menjadi kendala dalam
pelaksanaan SDSN di Kabupaten Purbalingga, yaitu pencapaian nilai UAS
yang dari seluruh sekolah yang ditetapkan sebagai sekolah rintisan Standar
Nasional yang justru lebih rendah dari nilai UAS yang diperoleh Siswa dari
sekolah yang tidak ditetapkan sebagai sekolah rintisan Standar Nasional di
Kabupaten Purbalingga. Selain itu belum seluruh sekolah yang menjadi
rintisan standar nasional mampu menghasilkan output/hasil belajar yang
memadai dalam prestasi akademik dan prestasi non-akademik (olah raga,
kesenian, keagamaan, keterampilan kejuruan). Sekolah belum menggunakan
alat evaluasi yang relevan untuk mengukur hasil belajar ganda (prestasi
akademik dan prestasi non-akademik).
Humphries et al, (2010) dalam penelitian yang berjudul “Elementary
Physical Education and the National Standards” memiliki tujuan untuk
menjelaskan bagaimana ragam aktivitas termasuk kebiasaan lama yang masih
disukai, dapat membantu para siswa mencapai tujuan standar nasional
pendidikan yaitu menjadi tenaga yang terdidik. Penelitian yang dilakukan
telah memperoleh hasil penilaian melalui standar, memberikan penjelasan
pada setiap standar membantu pemahaman pada setiap pembahasan tentang
standar nasional pendidikan. Proses identifikasi dan perbandingan akan
MPDR5301/MODUL 8 8.45
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Buatlah analisis capaian SNP Sarana dan Prasarana terkait ruang kelas, lahan
dan ruang laboratorium IPA jika diketahui jumlah adalah 628 siswa/siswi.
Berdasarkan hasil analisis tersebut buatlah rekomendasi bagi SMP XYZ
tersebut.
Kegiatan Belajar 3
Manajemen Mutu
A. SEJARAH ISO
2008
2000
Perubahan Signifikan
1994
Gambar 8.1
Perubahan ISO 9000
ISO 9000 pertama kali dibuat pada tahun 1987, nama dari standar ini
adalah ISO 9000 :1987.
Menekankan pada kesesuaian dengan prosedur proses pembuatan dan
tidak melihat dari keseluruhan manajemen
ISO 9000:1987 memiliki struktur yang sama dengan standar Inggris BS
5750, dengan 3 „model‟ sistem manajemen mutu yang dibedakan
berdasarkan ruang lingkup aktivitas sebuah organisasi sebagai berikut:
1. ISO 9001:1987 Model untuk jaminan mutu di perusahaan yang
memiliki ruang lingkup desain, pengembangan, produksi, instalasi,
dan pelayanan yang meliputi pembuatan produk baru;
2. ISO 9002:1987 Model untuk jaminan mutu di perusahaan yang
memiliki ruang lingkup produksi, instalasi, dan pelayanan yang
tidak membuat produk baru;
3. ISO 9003:1987 Model untuk jaminan mutu di perusahaan yang
memiliki ruang lingkup hanya pada inspeksi akhir dan pengujian
akhir produk tanpa peduli bagaimana produk tersebut dibuat.
ISO 9000:1987 sangat dipengaruhi oleh standar militer yang disesuaikan
dengan kebutuhan industri. Sebagai dampaknya, pada versi ini sangat
menekankan pada kesesuaian dengan prosedur alih-alih proses
manajemen secara keseluruhan.
8.50 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
B. ISO 9001:2008
4. Prosedur Kerja
Prosedur kerja adalah dokumen yang berisi panduan pelaksanaan suatu
pekerjaan. Prosedur kerja yang baik seharusnya memenuhi ketentuan berikut:
MPDR5301/MODUL 8 8.53
Jika kita baca standar ISO 9001, maka jelas bahwa prosedur kerja yang
wajib dimiliki oleh setiap organisasi yang ingin menerapkan ISO 9001 hanya
ada enam prosedur saja, yaitu:
a. Prosedur pengendalian dokumen;
b. Prosedur pengendalian rekaman mutu;
c. Prosedur pengendalian layanan pendidikan yang tidak sesuai (Non-
Conforming Product);
d. Prosedur internal audit;
e. Prosedur tindakan perbaikan;
f. Prosedur tindakan pencegahan.
5. Instruksi Kerja
Instruksi kerja ISO 9001 dibuat untuk menjelaskan langkah-langkah
kegiatan yang lebih detail daripada prosedur kerja atau bisa jadi menjelaskan
detail kegiatan untuk tiap tahapan kegiatan yang disebutkan di prosedur
kerja. Instruksi kerja hanyalah dokumen untuk membantu memahami
prosedur kerja ISO 9001 dengan baik. Tidak ada ketentuan dari ISO 9001
untuk membuat instruksi kerja.
8.54 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
6. Rekaman Mutu
Rekaman mutu adalah dokumen yang dapat menunjukkan bukti
dilaksanakannya suatu pekerjaan. Rekaman mutu dapat berupa formulir
(form), foto, video, atau rekaman data komputer (softcopy). Namun lazimnya
adalah berupa form.
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa sistem dokumentasi di atas
diperlukan untuk menjamin bahwa penerapan sistem manajemen
mutu berlangsung secara terarah, terkendali, dan terukur. Oleh karena itu,
diperlukan adanya suatu komitmen dari para personil manajemen maupun
pegawai yang ada di dalamnya untuk menjalankan prosedur-prosedur
tersebut.
Kebijakan mutu ini harus dipahami dan dimengerti oleh setiap personil
sekolah. Semua unit kerja mendapat tugas menyusun dokumen sesuai dengan
tugas dan fungsi masing-masing dan harus berpedoman pada persyaratan
yang diberikan dalam sistem manajemen mutu.
Selanjutnya diambil dari http://mipa.ub.ac.id/wp-content/uploads/
2013/04/ Klausul-ISO-9001-2008.pdf (2013), diuraikan terdapat beberapa
persayaratan yang harus dipenuhi dalam rangka penerapan SMM ISO 9000:
2008 yang secara umum meliputi: 1) Sistem Manajemen Mutu, 2)
Persyaratan umum, 3) Persyaratan dokumentasi, 4) tanggung jawab
manajemen, 5) komitmen manajemen, 6) fokus pada pelanggan, 7) kebijakan
mutu, 8) perencanaan mutu, 9) tanggung jawab, wewenang, dan komunikasi,
10) tinjauan manajemen, 11) pengelolaan sumber daya, 12) penyediaan
sumber daya, 13) sumber daya manusia, 14) prasarana, 15) lingkungan kerja,
16) realisasi produk, 17) proses yang berkaitan dengan pelanggan, 18) desain
dan pengembangan, 19) pembelian, 20) produksi dan penyediaan jasa, 21)
pengukuran, analisis dan perbaikan.
Balai diklat Pekerjaan Umum mempunyai tiga Sub Bagian yaitu seksi
Penyelenggaraan, seksi Program dan Penyelenggaraan serta Tata Usaha.
Balai diklat Pekerjaan Umum mulai menerapkan ISO pada tanggal 22
Februari 2011 dengan lembaga sertifikat dari IKRCS (Indah Karya Register
Certification Service). Kebijakan mutu balai diklat Pekerjaan Umum adalah
“seluruh jajaran balai diklat Pekerjaan Umum wilayah II Bandung, melalui
MPDR5301/MODUL 8 8.55
MPDR5301/MODUL 8
Tabel 8.3
Hasil Rapat Tinjauan Manajemen PU Wilayah Bandung II
8.57
diklat tsb. Untuk keluhan
8.58 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
8.58
No Permasalahan Rencana Tindak Lanjut
Permasalahan jawab waktu lanjut
pelanggan, disediakan buku
khusus untuk mencatat
keluahan pelanggan dan
penanganannya juga
tercatat dalam buku tsb
4 Kinerja proses dan Hasil pemantauan proses Membuat sesuai dokumen Masing-masing 3 bulan Dilakukan
kesesuaian produk dan produk harus ada dalam SMM pengelola perbaikan
MPDR5301/MODUL 8
Adapun tahapan proses pelaksanaan Rapat Tinjauan Manajemen mengikuti bagan alir (flow chart) berikut ini:
Gambar 8.3
Tahapan Pelaksanaan Rapat Tinjauan Manajemen
8.59
8.60 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
8.60
Selanjutnya uraian terkait bagan di atas dijelaskan dalam tabel berikut ini:
Tabel 8.3
Flowchart Pelaksanaan RTM
Seluruh Unit
No Kegiatan Kepala Balai MR Jenis Dokumen
kerja
MPDR5301/MODUL 8
6. Persetujuan formulir tdk ya Formulir risalah RTM yang
risalah RTM telah disetujui
8.61
8.62 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
8.62
2. Evaluasi Sasaran Mutu
Tindak lanjut perbaikan dan ketercapaian sasaran mutu, hasil dari Tindak lanjut RTM ditampilkan sebagai berikut:
Tabel 8.3
Sasaran Mutu Balai PU Wilayah II Bandung
Progres
No Sasaran Mutu Tindak Lanjut Penanggung jawab
ketercapaian
0 Sasaran Mutu Balai adalah :
MPDR5301/MODUL 8
Progres
No Sasaran Mutu Tindak Lanjut Penanggung jawab
ketercapaian
1.3 Terlaksananya penataan file Biodata Pegawai 100% Penataan biodata dilanjutkan th Subag TU
sebanyak 50% dari jumlah Pegawai pada akhir 2011 s/d semua biodata pegawai
tahun 2010 selasai 100%
1.4 Terlaksananya penyiapan program data base kartu 0% Dilakukan evaluasi sumber daya Subag TU & seksi
induk Pegawai pada akhir tahun tahun 2010 untuk melaksanakan kegiatan ini program & Evaluasi
1.5 Terlaksananya pengiriman daftar hadir Pegawai 100% Dipertahankan Subag TU
kepada Bagian Tata Usaha Pusdiklat PU paling
lambat setiap tanggal 5selama tahun 2010
1.6 Pelaksanaan laporan pertanggung jawaban atas 100% Dipertahankan Subag TU
penggunaan barang/Kekayaan milik negara (BMN)
yang dikelola oleh Balai Dilat PU Wilayah Bandung
paling lambat setiap tanggal 10
2 SASARAN MUTU SEKSI PROGRAM DAN
EVALUASI
2.1 Terlaksananya penyusunan program kegiatan tahun 10% Melanjutkan penyusunan RMP Seksi dan program
2011 pada akhir tahun 2010 dimana, draft Kerangka dan waktu penyelesaiannya dan evaluasi
Acuan dan RMP pelaksanaan kegiatannya sudah dimundur menjadi akhir Maret
tersedia paling lambat pada akhir Februari 2010 2010 mengingat keterbatasan
tenaga sebagai konseptor
2.2 Kerangka acuan dan RMP pelaksanaan kegiatan 100% Tetap dipertahankan sasaran ini Seksi program dan
tahun 2011 sudah tersedia dan disahkan sebelum kegiatan lainnya (Terbatas hanya Evaluasi
kegiatan dilaksanakan RMP keg yang akan dilaksanakan
bulan Feb 2011)
2.3 Terlaksananya penyusunan laporan pelaksanaan 100% Dipertahankan Seksi program dan
kegiatan dan penyampaiannya selambat-lambatnya Evaluasi
8.63
14 hari setelah kegiatan akhir
8.64 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
8.64
Progres
No Sasaran Mutu Tindak Lanjut Penanggung jawab
ketercapaian
2.4 Terlaksananya penyusunan laporan evaluasi 100% Dipertahankan Seksi program dan
program balai tahun 2010 dan pendistribusiannya Evaluasi
pada akhir Desember 2010
2.5 Terlaksananya penyusunan program kegiatan tahun 30% Melanjutkan penyusunan Draft Seksi program dan
2011 pada akhir tahun 2010dimana, draft kerangka RMP, waktunya di perpanjang Evaluasi
acuan dan RMP pelaksanaan kegiatannya sudah sampai dengan akhir Maret 2011
MPDR5301/MODUL 8
Progres
No Sasaran Mutu Tindak Lanjut Penanggung jawab
ketercapaian
4 SASARAN MUTU PENGELOLA SISTEM TH 2010
4.1 Terlaksananya kegiatan Audit Mutu Internal dan 50% Pelaksanaan RTM dilaksanakan MR
Rapat Tinjauan Manajemen (RTM) masing-masing pada tahun 2011 sebanyak 3 kali.
satu kali selama tahun 2010 Diprogramkan dilaksanakan bulan
Februari, Juli dan Desember
4.2 Terlaksananya pertemuan bulanan sistem 100% Tahun 2011, MR menyiapkan MR
manajemen mutu selama tahun 2010 rencana kerja penerapan dan
pemeliharaan SMM
4.3 Terlaksananya penyusunan laporan kinerja 100% Tetap dipertahankan untuk tahun MR
penerapan SMM ISO 9001:2008 pada akhir tahun 2011
2010
4.4 Tersedianya informasi tentang penerapan SMM 0% Petugas pengelola Web Site MR
setiap tiga bulan sekali untuk dimuat dalam Web segera berkonsultasi dengan MR
site Balai Diklat PU Wilayah II Bandung untuk menyusun informasi terkait
dengan penerapan SMM di Balai
diklat PU Wilayah II
8.65
8.66 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
1. Kepemimpinan
Terdapat 13 aspek yang perlu dimiliki oleh seorang pimpinan dalam
manajemen mutu terpadu yaitu:
a. Pimpinan mendasarkan keputusan pada data, bukan hanya pada
spekulasi dan pendapat saja.
b. Pimpinan merupakan pelatih dan fasilitator bagi setiap bawahan.
c. Pimpinan harus secara aktif terlibat dalam pemecahan masalah yang
dihadapi oleh bawahan.
d. Pimpinan harus bisa membangun komitmen yang menjamin bahwa
setiap orang memahami misi, visi, nilai dan target organisasi yang jelas.
e. Pimpinan mampu membangun dan memelihara kepercayaan.
f. Pimpinan mampu menghargai usaha hasil bawahan.
g. Aktif mengadakan kaderisasi melalui pendidikan dan pelatihan yang
terprogram.
h. Berorientasi baik pada pelanggan internal maupun eksternal.
i. Pandai menilai situasi dan kemampuan orang lain secara tepat.
j. Dapat menciptakan suasana kerja yang sangat menyenangkan.
k. Mau mendengar dan menyadari kesalahan.
l. Berusaha memperbaiki sistem dan banyak berimprovisasi.
m. Bersedia belajar kapan saja dan dimana saja.
MPDR5301/MODUL 8 8.71
3. Struktur Pendukung
Manajer membutuhkan dukungan untuk melakukan perubahan yang
dianggap perlu melaksanakan strategi pencapaian mutu. Dukungan semacam
ini mungkin diperoleh dari luar, tetapi akan lebih baik kalau diperoleh dari
dalam organisasi itu sendiri.
4. Komunikasi
Komunikasi yang ideal yang dapat dilakukan pimpinan dalam rangkan
perubahan menuju mutu dapat dilakukan melalui pertemuan pribadi dengan
karyawan untuk menyampaikan informasi, memberikan pengarahan, dan
menjawab pertanyaan dari setiap karyawan.
6. Pengukuran
Penggunaan data hasil pengukuran menjadi sangat penting dalam
menetapkan proses manajemen mutu. Pengumpulan data pelanggan
memberikan suatu tujuan dan penilaian kinerja yang realistis serta dengan
berguna di dalam memotivasi setiap karyawan mengetahui persoalan yang
sebenarnya.
Pada dasarnya manajemen mutu terpadu dalam konteks pendidikan
menurut Schargel (1994) dalam Syafarudin (2002: 35) menyatakan bahwa
manajemen mutu terpadu pendidikan dipahami sebagai suatu proses yang
melibatkan pemusatan pada pencapaian kepuasan harapan pelanggan
pendidikan, perbaikan terus menerus, pembagian tanggung jawab,
pengurangan pekerjaan tersisa dan pengerjaan kembali.
8.72 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
Benang merah yang dapat diambil dari hal terkait dengan manajemen
mutu terpadu dalam konteks pendidikan yang terpenting adalah melibatkan
semua pihak di antaranya jajaran di lingkungan penyelenggara sistem
(Kementrian dan Dinas), para pengawas, kepala sekolah, guru-guru dan staf
sekolah lainnya yang terkait bahkan melibatkan peran stakeholders/
masyarakat.
Saudara Mahasiswa, jika Anda telah disuguhkan materi berkaitan dengan
implementasi manajemen mutu ISO pada lembaga pendidikan dan pelatihan
lengkap dengan alur flowchartnya. Akan lebih baik jika Anda memahami
dengan jelas terkait penerapan manajemen mutu terpadu yang
diimplementasikan pada sekolah. Simaklah uraian hasil penelitian berikut:
Pada hasil penelitian yang berjudul “Implementasi Manajemen Mutu
Terpadu (MMT) di SD Negeri 03 Muara Pawan Kabupaten Ketapang”
menunjukkan bahwa Perencanaan program pelayanan pendidikan yang
berorientasi pada perbaikan berkelanjutan di SD Negeri 03 Kecamatan Muara
Pawan, sebagai berikut: 1) menyusun program yang dibahas bersama tim
pengembang sekolah (TPS) dan tenaga pendidik, 2) memperbaharui program
MPDR5301/MODUL 8 8.73
agar memperbaiki cara atau proses mengajarnya agar lebih baik dan lebih
bermutu.
Temuan yang berhubungan dengan upaya sekolah mengatasi kendala
dalam implementasi MMT terutama dalam meningkatkan mutu tenaga
pendidik di SD Negeri 03 Kecamatan Muara Pawan, sebagai berikut: 1)
menciptakan tutor sebaya di kalangan tenaga pendidik, 2) memberikan
pembinaan atau pengarahan langsung face to face kepada tenaga pendidik,
dan 3) melakukan evaluasi dan supervisi pembelajaran.
Dalam konteks sekolah, berkaitan dengan hasil penelitian di atas, seperti
diketahui bahwa terdapat empat pilar yang hal menerapkan manajemen mutu
terpadu, di antaranya 1) Fokus pada pelanggan, 2) perbaikan berkelanjutan,
3)pembagian tanggung jawab dengan para pegawai, 4) kepemimpinan kepala
sekolah yang efektif.
Di atas telah disajikan kepada Anda terkait dengan implementasi
manajemen mutu terpadu pada jenjang pendidikan dasar, selanjutnya berikut
akan disajikan terkait dengan implementasi manajemen mutu ISO 9001:
2008 pada jenjang pendidikan menengah. Simak hasil penelitian berikut yang
berjudul “Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 pada
Pendidikan Vokasional (Studi Kasus SMK Negeri 2 Metro).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi SMM ISO 9001:
2008 melalui delapan prinsip manajemen mutu di SMK Negeri 2 Metro
berjalan secara simultan dan terintegrasi dengan klausul SMM ISO 9001:
2008. Kendala implementasi SMM ISO 9001 : 2008 di SMK Negeri 2 Metro
menyangkut perubahan sikap, mental, perilaku seluruh unsur yang ada di
sekolah, rendahnya self-initiative, sense of quality dan sense of
rensponsibility. Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 di
SMK Negeri 2 Metro berdampak pada efektivitas pengelola pendidikan yang
bermutu ditandai dengan angka keterserapan lulusan yang tinggi, angka
kelulusan 100 persen tiap tahun, iklim kerja baik, dewan guru kondusif, dan
kepuasan pelanggan eksternal terhadap lulusan, sehingga memenuhi
customer satisfaction.
Hasil penelitian secara rinci untuk melihat implementasi SMM ISO
9001 : 2008 di SMK Negeri 2 Metro sesuai dengan 8 prinsip manajemen
mutu, dapat dijelaskan pada pembahasan berikut :
Pelanggan adalah kunci untuk meraih keuntungan bagi organisasi
sekolah. Kelangsungan hidup organisasi sangat ditentukan bagaimana
pandangan pelanggan organisasi tersebut. Oleh karena itu, organisasi harus
MPDR5301/MODUL 8 8.75
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
Tes Formatif 1
Dalam rangka mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan daya saing
ekonomi regional dan global terkait dengan dana hibah Standar Pelayanan
Minimal, maka penting bagi sekolah untuk merancang rumusan analisis
SWOT dalam konteks pendidikan melalui SPM tersebut.
Strenght Weakness
a. Program Wajib Belajar 9 th a. Profesionalisme pendidik
b. Kuantitas SDM memadai dan tendik
c. Otonomi Daerah b. Kurang Memadainya
d. Potensi Keunggulan Daerah sarana prasarana
c. Masalah akreditasi
d. IPM rata-rata rendah
Opportunity Threat
Sumber daya besar MEA – ekonomi pasar bebas
MAYARAKAT EKONOMI
ASEAN pada 2015
Tes Formatif 2
Ruang kelas:
Kondisi yang seharusnya: 628 × 2m²= 1256m²
Kondisi Eksisting: 1.859m² : 628=2,96m²/siswa
Lahan:
Kondisi yang seharusnya: 11,9 × 628= 7473,2 m²
Kondisi Eksisting: 25.000m²
Laboratorium IPA:
Kondisi yang seharusnya: 628 × 2,4m²=1507,2m²
Kondisi eksisting : 165m² : 628 = 0,26/siswa
8.82 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
Kondisi
Aspek Kondisi Seharusnya Capaian
Eksisting
Ruang Kelas 1256m² 1859m² Sudah Tercapai
Lahan 7.975m² 25.000m² Sudah Tercapai
Laboratorium IPA 1507,2m² 165m² Belum Tercapai
SMPN XYZ hanya memenuhi 2 aspek dari 3 aspek, capaian SNP Sarana dan
Prasarananya yakni pada ruang kelas dan lahan, sedangkan untuk
laboratorium IPA belum memenuhi SNP yang seharusnya. Untuk persentase
capaian SNP Sarana dan Prasarana pada ketiga aspek itu yaitu:
2
100% 66, 67%
3
SMP XYZ baru memenuhi sekitar 66,67% SNP khususnya pada 3 aspek
Sarana dan Prasarana.
Tes Formatif 3
MPDR5301/MODUL 8 8.83
Daftar Pustaka
Bagir, H. 1995. Era Baru Manjemen Etis; Kumpulan Surat dari Harvard.
Bandung: Mizan.
Solihin, A. 2015. Pengertian dan Konsep TQM Total Quality.. Diambil dari:
http://visiuniversal.blogspot.com/2015/04/pengertian-dan-konsep-tqm-
total-quality.html.
PEN D A HU L UA N
Kompetensi Umum
Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat memahami dan
menjelaskan tentang makna, jenis, ciri-ciri, syarat profesi, dan etika profesi
pendidik dan kependidikan.
Kompetensi Khusus
Adapun kompetensi khusus yang diharapkan dapat Anda capai setelah
mempelajari modul ini di antaranya:
1. Mempelajari dan memahami tentang makna profesi.
2. Mempelajari dan memahami tentang ciri-ciri dan syarat profesi.
3. Memahami makan dan jenis tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
4. Memahami ciri guru profesional
5. Mempelajari dan memahami tentang etika profesi pendidik dan
kependidikan.
9.2 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
Kegiatan Belajar 1
A. PENGERTIAN PROFESI
Selain profesi, Kita akan lihat beberapa kata yang berhubungan dengan
profesi yaitu:
Profesional adalah hal yang berhubungan dengan pekerjaan, keahlian
khusus, (Rugaiyah, & Sismiati, 2011, hlm. 7) atau mengacu kepada sifat atau
sebutan untuk orang yang menyandang suatu profesi (Alma, 2009, hlm. 135)
dan mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya (Barnawi, &
Arifin, 2012, hlm. 110). Berdasarkan pengertian dari ahli tersebut, dapat Kita
simpulkan bahwa profesional merupakan sebutan untuk orang yang
menyandang suatu profesi.
Profesionalisme merupakan suatu kelakuan, tujuan, nilai atau kualitas
yang mencirikan profesi (Rugaiyah, & Sismiati, 2011, hlm. 7) atau
berhubungan dengan paham, kesepakatan dan keyakinan berupa tindakan
serta komitmen dalam meningkatkan kualitas kerja sesuai profesinya (Alma,
2009, 135).
Profesionalitas merujuk kepada produk, kadar (Alma, 2009, hlm. 135),
serta kemampuan untuk bertindak secara profesional (Barnawi, & Arifin,
2012, hlm. 110).
Profesionalisasi berarti suatu proses (Alma, 2009, hlm. 136) yaitu
proses untuk meningkatkan kualifikasi dan kemampuan anggota profesi
dalam mencapai standar yang ditentukan.
C. PENGERTIAN ETIKA
Kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti karakter,
watak, kesusilaan, atau adat (Saondi & Suherman, 2010, hlm. 89). Etika
dapat berbentuk aturan tertulis yang dibuat berdasarkan prinsip moral
biasanya menjadi acuan pengukur tindakan individu atau kelompok apakah
berada di jalur yang salah atau benar, buruk atau baik, dan dijadikan alat
untuk menghakimi tindakan tersebut.
Etika memberi arahan dan panduan dalam menjalani kehidupan,
membantu manusia dalam mengambil tindakan secara tepat dan benar dan
etika menuntun manusia untuk berprilaku baik dan benar. Berdasarkan uraian
tersebut, Saondi & Suherman (2010, hlm. 91) membagi etika menjadi dua
jenis yaitu:
1. Etika deskriptif, merupakan etika yang melihat secara kritis dan rasional
sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia sebagai
sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagi dasar
untuk mengambil keputusan / dalam bertindak.
MPDR5301/MODUL 9 9.5
Setiap pekerjaan yang tergolong profesi wajib memiliki kode etik seperti
dokter, wartawan, guru, notaris, dan pekerjaan lainnya yang tergolong profesi
harus memiliki kode etik. Berikut ini Kita lihat definisi kode etik menurut
beberapa ahli yang dituliskan oleh Rugaiyah & Sismiati (2013, hlm. 13)
yaitu:
1. Menurut Sonny Keraf, kode etik merupakan kaidah moral yang berlaku
khusus untuk orang-orang profesional di bidang tersebut
2. Menurut Prof. Dr. R. Soebakti, S.H. “kode etik suatu profesi berupa
norma-norma yang harus diindahkan oleh orang-orang yang
menjalankan tugas profesi tersebut”.
Kode etik profesi merupakan pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan
dalam melaksanakan tugas. Kode etik profesi mengatur tingkah laku moral
suatu kelompok khusus melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan
dapat dipegang teguh oleh kelompok tersebut. Berikut akan Kita lihat peran
dan prinsip yang membangun kode etik profesi
1. Nilai-nilai etika tidak hanya milik satu atau dua orang saja, tetapi milik
setiap kelompok yang dengan nilai tersebut setiap kelompok diharapkan
dapat mengatur kehidupan bersama.
2. Menjadi pegangan dan landasan untuk setiap anggota profesi dalam
pergaulan dengan sesama, dengan masyarakat dan dalam melaksanakan
kerja.
3. Sebagai pengendali dan pemerata profesi untuk kesejahteraan
masyarakat. Dengan adanya etika profesi, maka akan dapat dikendalikan
bahwa profesi yang dijalankan tidak hanya untuk kalangan menengah
atas, tetapi juga untuk menengah bawah, misalnya adalah dalam
mengatur standar nilai jasa, pengabdian masyarakat, dan kegiatan sosial
suatu profesi.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Setelah Anda mempelajari tentang konsep dasar profesi dan etika, maka
kerjakanlah soal cerita berikut ini untuk memperdalam pemahaman Anda
terkait materi tersebut.
Kegiatan Belajar 2
A. TENAGA PENDIDIK
1. Pengertian Pendidik
Menurut Dri Atmaka (2004:17) pendidik adalah orang dewasa yang
bertanggung jawab memberikan pertolongan kepada anak didik dalam
perkembangan baik jasmani maupun rohaninya. Agar tercapai tingkat
kedewasaan mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai makhluk
tuhan, makhluk sosial dan makhluk individu yang mandiri.
Tenaga pendidik berdasarkan UU No 20 Th. 2003 tentang SISDIKNAS
Pasal 1 Ayat 6 menyatakan bahwa “pendidik adalah tenaga kependidikan
yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, tutor,
instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya,
serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”. Poin penting yang
bisa Kita ambil tentang tenaga pendidik berdasarkan UU Sisdiknas di atas
adalah tenaga kependidikan yang berhubungan langsung dengan proses
belajar mengajar yaitu: guru, dosen, konselor, pamong belajar, tutor,
instruktur, fasilitator.
Suherman, 2010, hlm. 113, Danim, 2011, hlm. 108) profesi guru
dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme. Bakat merupakan
bawaan dari lahir dan anugerah Allah Swt, yang membuat seseorang
menjalankan profesi dengan mudah tanpa beban. Minat merujuk pada
pilihan hidup, minat dan bakat apabila ada pada diri seseorang dalam
menjalani profesi akan menjadi hobi (Barnawi & Arifin, 2012, hlm. 37).
Selanjutnya panggilan jiwa merupakan minat yang dilandasi dari hati
nurani yang kuat untuk suatu tujuan mulia. Selanjutnya idealisme
merujuk pada pelaksanaan suatu profesi berdasarkan standar yang telah
ditetapkan baik dari segi norma, etika, maupun peraturan.
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan dan akhlak mulia. Seorang profesional akan mengembangkan
dan meningkatkan kemampuan diri secara terus menerus dalam segala
hal, baik yang berhubungan dengan keilmuan, pemahaman, pelaksanaan
profesinya. Guru profesional tentunya akan terus berusaha
mengembangkan kemampuan dan pemahaman sesuai bidang ilmunya,
memperluas wawasan, menjalin hubungan baik dengan sesama guru,
siswa, dan orang tua. Serta guru profesional akan senantiasa menjaga
etika dan wibawa, pola tingkah laku di mana saja berada, di dunia nyata
maupun di dunia maya (social media) karena guru itu di gugu dan ditiru.
c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas. Salah satu syarat profesi adalah memiliki keahlian
di bidang tertentu, guru yang profesional salah satunya adalah guru yang
memiliki latar belakang akademik yang sesuai dengan materi atau mata
pelajaran yang diajar.
d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
Kompetensi yang dimiliki merupakan syarat mutlak seorang profesional.
Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah kompetensi pedagogik,
kepribadian, dan sosial.
e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
Seorang guru profesional akan bertanggung jawab dengan bidang ilmu
yang diajarkan dan bertanggung jawab terhadap pemahaman dan kondisi
siswanya.
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.
Seorang yang profesional dalam menjalankan profesinya, berhak
mendapat penghasilan yang layak atas kinerjanya (Barnawi & Arifin,
MPDR5301/MODUL 9 9.11
2012, hlm. 38) karena telah melaksanakan pekerjaan sesuai standar dan
tanggung jawab di setiap tindakan.
g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dan belajar sepanjang hayat. Seorang profesional akan
menanamkan prinsip belajar sepanjang hayat agar dapat
mengembangkan keilmuannya. Pengembangan profesi dapat melalui
pelatihan, studi lanjut.
h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan. Perlindungan hukum akan membuat para profesional
yakin, nyaman dan tenang dalam menjalankan tugasnya.
i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-
hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Organisasi
profesi merupakan salah satu tempat untuk mengembangkan diri dan
pengetahuan. Guru yang aktif dalam organisasi profesi akan mudah
untuk mendapatkan informasi, mendapat perlindungan, dan
beraktualisasi diri. Contoh organisasi profesi untuk guru adalah PGRI.
Menyikapi hal tersebut di atas, maka ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru yaitu: 1) peningkatan
kualifikasi dan persyaratan jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi tenaga
pengajar; 2) program sertifikasi; 3) optimalisasi fungsi dan peran KKG
(Kelompok Kerja Guru), PKG (Pusat Kegiatan Guru), MGMP (Musyawarah
Guru Mata Pelajaran) agar intensitas diskusi dan belajar guru meningkat; 3)
aktif mengikuti penataran-penataran pendidikan; 4) memperluas kesempatan
agar guru-guru dapat ikut serta dalam seminar pendidikan yang sesuai dengan
minat dan bidang studi yang dipegang; 5) mengembangkan cara belajar
kelompok guru bidang studi; 6) melengkapi sarana dan prasarana untuk
pengembangan potensi guru seperti pengadaan bahan bacaan untuk guru
khususnya yang sesuai dengan bidang studi masing-masing, memberi
kesempatan kepada guru untuk membuat bahan ajar sendiri, melengkapi
media pembelajaran sesuai dengan yang dibutuhkan guru, meningkatkan
kemampuan teknologi guru-guru (Pantiwati, Supriadi, Pidarta, dalam Saondi
& Suherman, 2010, hlm. 29).
Ciri guru profesional adalah sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
b. Memberi arahan tugas dengan jelas.
c. Membina bawahan dengan memberikan kesempatan untuk maju dan
berkembang serta mengalokasikan sumber daya manusia dalam
mengantisipasi hal yang terjadi di kemudian hari.
d. Mampu menyelesaikan tugas tepat waktu dan tuntas.
e. Memberi laporan secara akurat dan objektif.
f. Terbuka terhadap saran dan kritik.
g. Selalu berusaha meningkatkan kemampuan dan keterampilan.
h. Proaktif mengikuti perkembangan bidang yang berhubungan dengan
keilmuan.
i. Proaktif mengajukan usulan yang kreatif dan konstruktif.
j. Bertanggung jawab terhadap aset sekolah dan menggunakannya secara
profesional.
k. Selalu mengevaluasi semua tugas yang dilaksanakan untuk
pengembangan selanjutnya
MPDR5301/MODUL 9 9.13
B. TENAGA KEPENDIDIKAN
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Kegiatan Belajar 3
Sebagaimana yang Kita pelajari pada kegiatan belajar I, bahwa kode etik
secara umum diatur oleh organisasi profesi. Salah satu organisasi profesi
untuk tenaga pendidik (guru) adalah PGRI.
Kode Etik Guru Indonesia ditetapkan dalam suatu kongres yang dihadiri
oleh seluruh utusan cabang dan pengurus daerah PGRI dari seluruh penjuru
tanah air, pertama dalam Kongres XIII di Jakarta tahun 1973 dan kemudian
disempurnakan dalam kongres PGRI XX tahun 2008 di Palembang (Rugaiah
& Sismiati, 2013, hlm. 16) . Berikut ini adalah salinan kode etik guru
tersebut:
Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa, dan negara, serta kemanusiaan pada
umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada Undang-
Undang Dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab
itu, guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya sesuai dengan
profesinya, maka guru harus menjunjung tinggi kode etik sebagai berikut:
1. Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi.
2. Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu
pendidikan dan bidang studi yang diajarkan.
3. Guru terus-menerus meningkatkan kompetensinya.
4. Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas profesionalnya dan bertanggung jawab atas
konsekuensinya.
5. Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggung jawab,
inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional
lainnya.
6. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang
akan merendahkan martabat profesionalnya.
7. Guru tidak boleh menerima janji, pemberian dan pujian yang dapat
mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan profesionalnya.
9.18 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
Salah satu kasus yang berkaitan dengan etika profesi guru adalah kasus
kekerasan yang pernah dialami oleh salah satu murid atau siswa di SMPN 3
Mojokerto yang dilakukan oleh oknum guru bahasa inggris yang berinisial
WS dan kemudian dilaporkan ke pihak kepolisian oleh orang tua Roby
(korban). Akibat dari kekerasaan yang dilakukan WS, tubuh korban
menderita memar-memar karena pukulan yang dialaminya. Menurut seorang
teman korban yang juga sebagai saksi pada saat peristiwa itu.
Pagi itu, si Korban lagi berlari-lari di teras sekolah dengan beberapa
rekannya dan menyebabkan suara gaduh dan bising sehingga WS yang lagi
mengajar merasa terganggu dengan hiruk pikuk anak-anak ini, kemudian dia
keluar kelas dan serta merta memanggil si Korban untuk diberi peringatan
akan tetapi si korban tidak menyahut karena takut pada WS entah karena
tersinggung WS memanggil korban dengan nada tinggi dan ketika korban
datang menghampiri terjadilah peristiwa kekerasaan itu, korban ditendang
beberapa kali pada bagian tubuhnya dan mengalami memar oleh karena itu
orang tua korban mengadukan peristiwa ini kepada pihak kepolisian.
Sumber: Academia. (-). Identifikasi Kasus kepribadian dan Etika Profesi
Guru. Academia. Diambil dari
https://www.academia.edu/9966965/Identifikasi_Kasus_Kepribadian_Dan_E
tika_Profesi_Guru. doi: 9966965.
9.24 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
Akibat yang muncul dari kasus kepribadian dan etika terhadap profesi
guru adalah sebagai berikut:
1. Mengaburkan fungsi guru sebagai sosok panutan atau teladan yang baik
terhadap anak didik.
2. Adanya sikap sinis dan tidak percaya dari masyarakat terhadap profesi
guru karena dianggap tidak bisa membuat anak didik menjadi lebih baik.
3. Mengaburkan profesi Guru sebagai pembimbing atau orang tua kedua
buat anak didik
4. Dengan adanya kasus etika profesi guru maka profesi seorang guru di
mata masyarakat semakin rendah.
LAT IH A N
1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan kode etik pendidik dan tenaga
kependidikan!
2) Bagaimana menurut pandangan anda terkait pelaksanaan kode etik
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di Indonesia, apakah sudah
sesuai?
3) Bagaimana menurut pandangan anda terkait dengan permasalahan yang
marak terjadi terkait dengan kode etik tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan? Lalu, apa solusinya.
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
Setiap jawaban yang Anda jelaskan, kaitkan dengan Kode Etik Guru
yang telah Kita bahas sebelumnya.
Tes Formatif 1
1) Penentuan apakah pekerjaan Pak Amin sebagai kusir delman dapat
disebut sebagai profesi mengacu kepada pengertian profesi pada
halaman 9.2. dan Anda dapat memberikan pendapat beserta alasan
ditinjau dari ciri dan syarat profesi pada halaman 9.3 .
2) Anda dapat menjelaskan peranan etika dalam suatu profesi, dan apa
dampak yang akan timbul jika profesi tidak memiliki etika/ kode etik
mengacu pada halaman 9.5.
Tes Formatif 2
Tes Formatif 3
1) Sikap sebagai wali kelas mengacu pada Kode Etik Guru dalam Kongres
XIII di Jakarta tahun 1973 dan kemudian disempurnakan dalam kongres
PGRI XX tahun 2008 halaman 9.17 dan 9.18.
2) Menyikapi penjelasan dan permintaan ibunya Amira mengacu pada kode
etik PGRI tahun 1974 halaman 9.18 s/d 9.21
3) Menyikapi bawaan ibunya Amira mengacu pada Kode Etik Guru
halaman 9.17 dan 9.18 dan juga Kode Etik PGRI tahun 1974 hal 9.18 s/d
921.
9.30 Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar
Daftar Pustaka
Atmaka, D. (2004).
Lubis, S. 2013. Tujuan dan Manfaat Kode Etik Profesi Hukum. diambil dari
http://blograhmawatysasak.blogspot.com/2013/05/tujuan-dan-manfaat-
kode-etik-profesi.html.
Saondi, O. & Suherman, Ar. 2010. Etika Profesi Keguruan. Bandung: Refika
Aditama.