Anda di halaman 1dari 5

Jawaban Bahan Diskusi: (MPDR 5302 Studi Komparatif Pendidikan Dasar di Berbagai Negara)

Izin menanggapi,
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal I ayat 11,
pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi”. Pada pelaksanaannya,
pendidikan formal dilakukan secara resmi, sistematis, dan struktur. Untuk jenis pendidikan
formal meliputi; pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan
khusus.
Pendidikan informal dapat dikatakan merupakan pendidikan yang dilakukan di
keluarga. Bapak Ki Hadjar Dewantara telah merintis konsep pendidikan di keluarga. Keluarga
merupakan tempat pertama dan utama sebagai pusat pendidikan.
Analisis mengenai kualitas pendidikan formal dan informal di Indonesia dapat dilihat
dari berbagai aspek.
1. Pendidikan Formal
Kualitas dari pendidikan formal dapat dilihat dari berbagai aspek:
a. Angka partisipasi
Angka partisipasi anak dalam mengikuti pendidikan formal akan menjadi prestasi
tersendiri. Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) anak
menjadi salah satu indikator dalam laporan pendidikan. Sampai tahun 2021, data APK
mencapai 85, 92 % sedangkan angka APM hanya 78, 41 % (Sumber: Kemdikburistek).
Hsal tersebut tentuk belum maksimal. Maka perlu upaya-upaya ekstra dari berbagai
stakeholder untuk meningkatkan partisipasi sekolah.
b. Lama sekolah
Lamanya anak sekolah pada pendidikan formal menjadi salah satu indikator
keberhasilan. Makin lama anak-anak mengeyam pendidikan pada sekolah formal, maka
dianggap kualitas pendidikan formal lebih baik. Menurut data yang dikeluarkan BPS pada
tahun 2022, rata-rata lama sekolah mencapai 8,69 tahun. Melihat hasil tersebut, tentu dapat
disimpulkan bahwa anak-anak Indonesia rata-rata sekolah sampai kelas 2 SMP sederajat.
Hal tersebut tentu menjadi sebuah masalah yang harus segera ditingkatkan.
c. Mutu lulusan
Mutu lulusan menjadi salah satu aspek yang sangat diperhatikan. Menurut data
dari rapor pendidikan, kemampuan literasi, numerasi dan berpikir tingkat tinggi maasih
menjadi PR. Kemampuan yang dimiliki anak-anak Indonesia masih kalah jauh dibandingan
negara tetangga di ASEAN seperti; Singapura, Malaysia, Thailand. Kenyataan tersebut
berabdning lurus dengan data hasil PISA dan TIMSS yang masih berkutat di peringkat
bawah dengan negara-negara yang berpartisipasi. Permasalahan literasi, numerasi dan
berpikir tingkat tinggi menjadi sebuah masalah dalam upaya memanfaatkan bonus
demografi.
d. Sarana Prasarana
Minimnya sarana dan prasarana pada banyak sekolah yang terjadi di beberapa
daerah, terutama di daerah pelosok, membuat prihatin. Anak-anak merasa tidak didukung
untuk mendapatkah hak pendidikannya. Masih banyak ruangan kelas yang rusak, ambruk,
bocor, dan tidak layak huni. Selain itu, sarana pendukung lainnya seperti media TIK, buku
sumber, media mengajar, alat peraga dan lainnya menambah kesulitan. Pada beberapa
daerah, terutama daerah 3 T (Terdepan, terpencil dan tertinggal), akses jalan serta
pendukung informasi terasa sulit.
e. Jumlah tenaga pendidik
Upaya pemerintah dalam memenuhi rasio pendidik masih kurang. Saat ini banyak
pendidik yang memasuki usia pensiun. Guru tersebut merupakan warisan zaman Inpres
yang fokus kepada pengangkatan. Oleh karena itu, perlu upaya yang lain selain melakukan
pengangkatan PNS dan P3 K, agar anak-anak belajar bersama.
f. Kualitas guru
Kualitas guru belum sepenuhnya merata. Kualifikasi dan sertifikasi guru masih
menjadi masalah. Masih banyak guru yang belum sarjana. Antrian sertifikasi guru dengan
pola dalam jabatan masih terus mengular, karena sulitnya lulus dari pretes. Masi banyak
guru yang belum memanfaatkan teknologi untuk membantu pembelajaran.
g. Kondisi geografis
Kondisi geografis dan topografi sekolah formal berbeda-beda. Ada sekolah yang
berada di daerah 3 T (Terdepan, Terpencil dan Tertinggal),, pegunungan, pedalaman dan
perbatasan. Kenyataan tersebut menjadi sebuah masalah bagi kegiatan belajar mengajar
terutama yang sulit diakses.
h. Persebaran tenaga pendidik
Persebaran pendidik cenderung tidak rata. Banyak pendidik menumpuk di daerah
perkotaan. Sementara di daerah pedesaan atau terpencil kurang. Banyak guru yang
ditugaskan di daerah tersebut seringkali meminta pindah tugas, padahal belum lama.
i. Kolaborasi
Kolaborasi menjadi salah satu aspek penting bagi kemajuan sekolah. Namun, pada
kenyataan di lapangan, banyak peristiwa yang memang miskomunikasi. Sebagai contoh,
banyak masyarakat di berbagai daerah tidak mau berkontribusi kepada sekolah gara-gara
sudah ada BOS. Selain itu, pendidikan anak seakan menjadin tanggung jawab sekolah.
Mereka menganggap sekolah menjadi satu-satunya lembaga pendidikan. Padahal, keluarga,
sekolah, masyarakat, dan pemerintah harus sama-sama berkolaborasi dan beraksi dalam
membentuk komunitas sekolah yang kuat.

2. Pendidikan Informal
Kualitas dari pendidikan formal dapat dilihat dari berbagai aspek:
a. Eksistensi keluarga
Permasalahan eksistensi keluarga menjadi masalah utama. Eksistensi ini tidak
hanya fisik melainkan sosial emosional orang tua terhadap anak. Banyak orang tua hadir
raganya tanpa dilengkapi jiwanya. Akhirnya anak merasa sendiri tanpa kehadiran orang
tua. Orang tua jarang bercengkrama, bermain, mendampingi atau bahkan membimbing dan
mengajarkan hal yang baik. Berbagai alasan muncul, misalnya; sibuk kerja, badan dan
pikiran lelah, tidak peka atau bahkan tidak mau melakukannya.
b. Keluarga tidak utuh
Banyak keluarga yang tidak utuh karena kematian, cerai, dan ditinggalkan tanpa
kabar. Hal tersebut ikut mempengaruhi pendidikan bagi anaknya. Anak tidak mendapatkan
pendidikan yang cukup.
c. Ilmu dan pengetahuan orang tua
Banyak orang tua yang tidak cukup dan cakap dalam memberikan pendidikan
pada anaknya. Pendidikan bukan menjadi satu-satunya yang dapat dijadikan alasan. Ada
beberapa contoh keluarga di negara ini yang berhasil mendidik anaknya meskipun hanya
lulusan sekolah dasar. Artinya ilmu yang didapatkan berasal dari pengalaman dan praktik
baik orang lain.

d. Gempuran teknologi informasi dan komunikasi


Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang cepat menjadi sebuah
masalah besar bagi perkembangan anak. Perkembangan anak menjadi lebih cepat bahkan
lebih tua disbanding keadaan seharusnya. Keadaan tersebut menjadi sebuah masalah.
Perilaku, disiplin, dan adab menjadi tidak diperhatikan.
e. Orang tua kurang memberikan teladan
Teladan lebih baik dari seribu arahan. Jika orang tua jarang memberikan teladan
tentu menjadi sebuah masalah bagi anaknya. Anak akan sulit berperilaku baik. Malahan
perilaku negatif dikhawatirkan masuk.
f. Pengawasan orang tua lemah
Orang menjadi orang yang paling bertanggung jawab bagi perkembangan dan
pendidikan anak di rumah. Jika anak cenderung “liar”, bebas atau tanpa pengawasan, maka
besar kemungkinan terdegradasi kepada hal-hal yang tidak baik.
g. Egoisme antar keluarga
Ketidakpedulian keluarga di masyarakat menjadi hal yang nyata terjadi. Banyak
keluarga di masyarakat tidak peduli dengan hal yang sedang terjadi di lingkungan. Mereka
beranggapan bahwa permasalahan orang lain bukan masalahnya. Padahal, kolaborasi dan
komitmen warga masyarakat dalam membentuk keluarga yang kuat menjadi sebuah
keharusan.

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka perlu adanya peningkatan dalam


berbagai hal, diantaranya; penguatan kapasitas diri keluarga, peningkatan kerja sama antar
warga, selalu aktif dalam kegiatan yang positif, memanfaatkan berbagai hal untuk hal yang
baik, misalnya teknologi informasi dan komunikasi.

Demikian tanggapan saya, terima kasih.

Daftar Referensi
Herman, Tatang, dkk. 2022. BMP MPDR 5302: Studi Komparatif Pendidikan Dasar di Berbagai
Negara. Jakarta: Universitas Terbuka

Syaadah, Raudatus., dkk. 2022. Pendidikan Formal, Pendidikan Non Formal, dan Pendidikan
Informal . Pema: Jurnal Pendidikan dan Pengabdian kepada Masyarakat. Vol. 2, No. 2, 2022.

https://apkapm.data.kemdikbud.go.id/index.php/cberanda/apkapmsekolah?
kode_wilayah=000000&tahun=2022, diakses tanggal 1 Oktober 2023.

https://dataindonesia.id/ragam/detail/ratarata-lama-sekolah-di-indonesia-capai-869-tahun-
pada-2022, diakses tanggal 1 Oktober 2023

Anda mungkin juga menyukai