Anda di halaman 1dari 6

“MERAH PUTIH”: LINGKUNGAN BELAJAR KREATIF PENGUATAN

PROFIL PELAJAR PANCASILA

Oleh:
XXX
Satuan Pendidikan SMPN Satu Atap Besakih
Subtema: Peran Lingkungan dalam Mewujudkan Pelajar Pancasila

Belajar merupakan sebuah aktivitas yang kompleks, karena belajar adalah


serangkaian proses yang mendorong pelajar untuk mengetahui sesuatu yang
sebelumnya tidak mereka ketahui, dari tidak bisa menjadi bisa. Belajar yang
kompleks tentunya membutuhkan lingkungan pendukung aktivitas belajar agar
tujuan belajar dapat dicapai dengan maksimal. Proses belajar tidak akan terjadi
dengan baik ketika pelajar tidak fokus dan situasi lingkungan belajar tidak
kondusif, oleh sebab itu lingkungan belajar menjadi salah satu aspek penting
dalam pembelajaran. Lingkungan belajar yang dimiliki pelajar pada umumnya
terdiri dari lingkungan di dalam sekolah dan lingkungan di luar sekolah. Pelajar
menghabiskan sebagian besar waktunya di luar sekolah, baik di masyarakat atau
keluarga, sehingga lingkungan di luar sekolah juga memiliki peran yang
signifikan dalam mewujudkan aktivitas belajar bagi siswa.
Dewasa ini, pelajar memiliki karakteristik yang berbeda dengan pelajar
pada zaman era generasi X, karena mayoritas pelajar adalah generasi Z yang
tumbuh seiring dengan berkembangnya teknologi digital. Pelajar saat ini
cenderung mudah terdistraksi oleh hal-hal yang sebenarnya tidak penting bagi
aktivitas belajar mereka. Penggunaan teknologi seperti gadget dan aktivitas
bermain yang berlebihan cenderung menjadi alasan terdistraksinya pelajar dari
kewajiban utama mereka yaitu belajar. Masalah lain muncul pada pelajar yang
memiliki kondisi ekonomi sulit atau pra sejahtera, yang menyebabkan
terganggunya kewajiban dan hak anak-anak untuk belajar. Kondisi ini tentunya
disebabkan karena kurangnya lingkungan belajar yang layak untuk pelajar baik
fisik maupun non fisik sebagai penunjang aktivitas belajar.

1
Kondisi beragam dari pelajar menyebabkan seringkali mereka kesulitan
dalam menemukan atmosfer dan lingkungan belajar yang baik. Hal ini berdampak
terhadap kemampuan pelajar secara umum karena terganggunya aktivitas belajar
menunjukkan pembangunan pengetahuan dalam diri mereka tidak terjadi dengan
baik. “Merah Putih”, sebuah nama yang digunakan oleh komunitas belajar untuk
mewadahi anak-anak SD, SMP dan SMA dengan kondisi pra sejahtera belajar dan
berliterasi. Kelas belajar merah putih adalah sebuah komunitas belajar di luar
sekolah terletak di Dusun Pemuteran, Desa Pempatan Kecamatan Rendang. Kelas
belajar merah putih hadir di Dusun Pemuteran pada awalnya didukung oleh
komunitas sosial Kakak Asuh Bali (KKB) untuk membantu anak-anak yang
hampir putus sekolah agar dapat menuntaskan wajib belajar. Seiring dengan
berjalannya waktu, komunitas pendukung kelas belajar merah putih berkembang
hingga saat ini memiliki beberapa donatur tetap yaitu Bali Food Bank (BFB),
Satupadu, serta relawan-relawan lainnya yang turut mencurahkan perhatiannya
terhadap dunia pendidikan dan anak-anak.
Kelas belajar merah putih telah berjalan kurang lebih 8 tahun, saat ini
kelas belajar merah putih memiliki anak asuh sejumlah kurang lebih 100 anak dari
keluarga kurang mampu, serta kelas belajar terbuka untuk anak-anak yang ingin
belajar secara mandiri. Komunitas pendukung kelas belajar merah putih juga
memberikan fasilitas guru pendamping kepada anak-anak khusus pada bidang
membaca, manulis dan menghitung (calistung), kelas komputer, dan kelas Bahasa
inggris. Kelas belajar merah putih dapat dikunjungi oleh anak-anak kapan saja
diwaktu sore sepulang sekolah dan pada hari minggu pagi. Hadirnya kelas belajar
merah putih ditengah tengah masyarakat diharapkan dapat memberikan dampak
positif bagi dunia pendidikan serta psikologis anak-anak pra sejahtera untuk tetap
memiliki harapan bahwa pendidikan dapat memberikan mereka peluang untuk
keluar dari zona kemiskinan.
Fenomena Minimnya Lingkungan Belajar
Fenomena yang terjadi pada anak-anak atau pelajar saat ini adalah
kecanduan gawai atau gadget yang menyebabkan mereka kehilangan kontrol diri
dan waktu. Kondisi ini menyebabkan pelajar melupakan tugas utama mereka
sebagai pelajar dan menghabiskan waktu hanya untuk menikmati kesenangan

2
semata. Dikutip dari kominfo.go.id (2023) bahwa kecanduan gawai pada anak-
anak telah terjadi setidaknya selama lima tahun terakhir yang menyebabkan anak-
anak memiliki kepribadian ekstrim baik tertutup ataupun justru menjadi agresif.
Kemajuan teknologi digital memang bagaikan mata pisau yang memberikan
berbagai kemudahan namun di sisi lain justru menjebak generasi muda untuk
menjadi pengguna yang konsumtif dan adiktif.
Fenomena berbeda terjadi pada pelajar dengan kondisi ekonomi menengah
kebawah, yang mana meskipun mereka tidak memiliki gadget yang dapat
mendistraksi dirinya, namun lingkungan belajar justru tidak ada karena anak-anak
harus bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka.
Dikutip dari savethechildren.or.id (2022) akan ada tambahan 9 juta anak yang
berisiko menjadi pekerja anak pada 2022. Di Indonesia, berdasarkan data Survei
Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada Agustus 2020, diketahui 3.36 juta anak
Indonesia bekerja dan 1.17 juta anak di antaranya adalah pekerja anak. Data
tersebut menunjukkan gambaran bahwa pelajar di Indonesia secara umum belum
sepenuhnya dapat mencicipi hak mendasar mereka yaitu mendapat pendidikan
yang layak. Kondisi ini menyebabkan pelajar hanya dapat mengandalkan waktu di
sekolah saja untuk dapat merasakan situasi belajar, padahal waktu mereka di
sekolah tidak seberapa jika dibandingkan dengan waktu yang dimiliki di rumah.
Kelas Belajar Merah Putih Sebagai Wadah Penguatan Profil Pelajar
Pancasila
Kelas belajar merah putih, adalah salah satu contoh Gerakan positif yang
dapat dilakukan oleh masyarakat melalui berbagai komunitas untuk memberikan
dampak bagi lingkungan sekitarnya. Kehadiran “Merah Putih” tentunya dapat
memberikan anak-anak atau pelajar waktu tambahan untuk melakukan kegiatan
belajar dengan fokus dan terarah. Tentunya kelas belajar ini tidak memindahkan
atmosfer sekolah kedalam kegiatannya, melainkan memberikan ruang bagi pelajar
untuk dapat mengeksplorasi diri melalui kegiatan belajar kreatif serta
menumbuhkan semangat literasi pada diri mereka. Tidak dapat dipungkiri bahwa
sekolah bukanlah satu-satunya wadah bagi pelajar untuk melakukan aktivitas
belajar, ataupun pembangunan karakter diri. Terlebih dengan ditetapkannya
kurikulum merdeka belajar, pemerintah ingin mewujudkan profil pelajar Pancasila

3
(P3) kepada pelajar di Indonesia. Profil Pelajar Pancasila adalah upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya pelajar di Indonesia
dengan mengedepankan pembangunan karakter pada diri pelajar (Rachmawati et
al., 2022).
Dimensi dari penguatan P3 terdiri dari 1) beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, 2) berkebinekaan glogal, 3)
bergotong royong, 4) kreatif, 5) mandiri dan 6) bernalar kritis (Rachmawati et al.,
2022). Seluruh dimensi dari P3 tersebut adalah bentuk dari karakter unggul yang
harus ditanamkan kepada diri pelajar di Indonesia. Namun, tantangan yang berat
harus dihadapi dalam mewujudkan penguatan P3, utamanya bagi pelajar yang
mengalami gejala kecanduan gawai dan pelajar yang minim lingkungan belajar
pendukung diluar sekolah. Kelas belajar merah putih dapat menjadi contoh positif
bahwa lingkungan belajar dapat didukung oleh masyarakat melalui berbagai cara,
sehingga tidak hanya sekolah tetapi masyarakat juga bersinergi untuk memberikan
penguatan terhadap P3 yang sedang menjadi prioritas dunia pendidikan.
Sekolah merupakan wadah utama pemberian atmosfer belajar pada diri
pelajar, namun lingkungan rumah dan masyarakat turut serta dalam membentuk
karakter pelajar, oleh karena itu pembentukan lingkungan belajar kreatif seperti
“Merah Putih” adalah contoh nyata yang dapat dilakukan masyarakat untuk
mendorong keberhasilan cita-cita pendidikan bangsa. Jika kelas belajar merah
putih dapat dimiliki oleh setidaknya beberapa wilayah-wilayah marjinal di
Indonesia, maka penguatan P3 terhadap anak-anak pra sejahtera akan lebih mudah
dilakukan, karena melalui kelas belajar tersebut pelajar atau anak-anak dapat
memiliki alternatif penggunaan waktu luang yang lebih bermanfaat daripada
mereka hanya bermain gawai ataupun tidak melakukan apa-apa.
Kelas belajar merah putih memiliki beberapa kegiatan yang dikemas
secara kreatif, secara tidak langsung kegiatan-kegiatan tersebut dapat menguatkan
profil pelajar Pancasila pada pelajar. Sebagai contoh, kegiatan yang diikuti oleh
lebih dari 100 orang anak tersebut dilakukan sedemikian rupa, terdapat aktivitas
bermain, belajar serta berdiskusi yang didampingi oleh relawan-relawan sehingga
akan membangun atmosfer yang nyaman bagi pelajar. Pelajar dapat meningkatkan
rasa syukur mereka pada Tuhan Yang Maha Esa atas berbagai karunia yang

4
diterima meskipun dalam segala keterbatasan yang ada, mereka dapat merasakan
tumbuhnya nilai-nilai gotong royong, toleransi antar sesama dan kreatifitas yang
dapat mereka asah melalui fasilitas yang diberikan oleh relawan.
Penutup
Pada akhirnya, “Merah Putih” adalah sebuah role model bagi masyarakat
untuk melakukan kegiatan yang membantu kemajuan dunia pendidikan di
Indonesia. Keberadaan kelas belajar merah putih diharapkan dapat mendorong
kesadaran dari masyarakat bahwa penting bagi anak-anak atau pelajar memiliki
suasana dan kesempatan belajar yang lebih baik. “Merah Putuh” juga diharapkan
dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi dunia pendidikan, meskipun saat
ini kelas belajar hanya dimiliki oleh beberapa daerah di Bali, namun
keberadaannya yang semakin aktif diharapkan dapat memberikan dampak bagi
anak-anak atau pelajar khususnya dalam upaya penguatan P3.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Artikel Ilmiah:


Rachmawati, N., Marini, A., Nafiah, M., & Nurasiah, I. (2022). Projek Penguatan
Profil Pelajar Pancasila dalam Impelementasi Kurikulum Prototipe di
Sekolah Penggerak Jenjang Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(3), 3613-
3625.

Sumber Internet:
https://www.kominfo.go.id/content/detail/13547/kecanduan-gawai-ancam-anak-
anak/0/sorotan_media, diakses 5 Februari 2023.
https://savethechildren.or.id/siaran-pers/menuju-indonesia-bebas-pekerja-anak-
2022-save-the-children-dorong-pemerintah-intervensi-seluruh-ekosistem-
pemenuhan-hak-anak#:~:text=Jakarta%2C%2015 %20Juni%202022 .&text
=Diperkirakan%2C%20akan%20ada%20tambahan%209,di%20antaranya
%20adalah%20pekerja%20anak. Diakses 5 Februari 2023.

5
6

Anda mungkin juga menyukai