Anda di halaman 1dari 4

PERAN MAHASISWA DALAM MEMAJUKAN PENDIDIKAN DI INDONESIA SAAT

PANDEMI COVID-19

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Disamping itu Jhon Dewey (2003: 69) menjelaskan
bahwa “Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara
intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia”. Sedangkan menurut J.J. Rousseau
(2003: 69) menjelaskan bahawa “Pendidikan merupakan hal yang memberikan kita pembekalan
yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkanya pada masa dewasa”.
Dari pengertian dan pendapat beberapa tokoh diatas dapat disimpulkan bahwasannya pendidikan
merupakan hal yang sangat penting bagi seorang manusia untuk bekalnya menjalani kehidupan.

Pada hakikatnya manusia adalah satu-satunya makhluk yang diberikan akal dan pikiran
oleh Tuhan yang Maha Esa, oleh karena itu wajib bagi kita untuk memelihara dan
mengembangkan akal pikiran yang telah diberikan tuhan ini dengan cara salah satunya adalah
melalui proses pendidikan. Dalam proses pendidikan kita tidak hanya diajarkan mengenai teori-
teori yang telah ditemukan oleh para ilmuwan terdahulu namun juga diajarkan mengenai
bagaimana cara bersikap, cara menjadi pribadi yang baik dan bijaksana serta bertanggung jawab.
Pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak tidak hanya pemerintah saja, salah satu
individu yang diharapkan dapat ikut memajukan pendidikan adalah mahasiswa. Mahasiswa
adalah pembelajar atau siswa dalam satuan tingkatan perguruan tinggi yang dimana memperoleh
sebutan sebagai “agent of change” atau agen pembawa perubahan. Sebutan ini jelas sekali
menggambarkan bahwasannya mahasiswa memiliki peran yang sangat penting dalam pencetusan
sebuah perubahan dikalangan masyarakat dan negara.

Kondisi pandemi covid-19 yang melanda Indonesia sejak temuan kasus pertamanya pada
awal Maret 2020 mengakibatkan seluruh proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan
terpaksa dialihkan dari sistem luar jaringan (luring) menjadi dalam jaringan (daring). Pengalihan
ini tentunya bukan merupakan hal yang mudah, memerlukan proses dan penyesuaian yang
panjang agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. Perubahan sistem mulai dari
pola pengajaran, sistem evaluasi peserta didik, sistem ujian dll adalah beberapa contoh
perubahan yang bisa dirasakan oleh siswa maupun guru. Perubahan sistem ini tentunya juga
menimbulkan permasalahan-permasalahan baru seperti adanya kendala jaringan, kurangnya
sarana pembelajaran yang digunakan siswa untuk mengikuti pembelajaran daring seperti hp atau
laptop, hilangnya motivasi belajar para peserta didik, pengajar yang kesulitan menggunakan
teknologi seperti hp/laptop dikarenakan usia pengajar yang sudah tidak lagi muda, dan masih
banyak lagi. Dalam kondisi seperti ini peran mahasiwa sebagai agent of change sangat
diharapkan untuk dapat memunculkan ide inovasi yang dapat membantu proses pembelajaran
agar tetap berjalan dengan baik meskipun secara daring.

Melihat kenyataan di lapangan sistem pembelajaran daring seperti ini sangat tidak efektif
apabila dibandingkan dengan sistem pembelajaran secara luring selain keterbatasan akses tatap
muka antara siswa dengan guru melainkan juga terbatasnya kendali guru dalam mengkontrol
pembelajaran siswanya. Banyak ditemukan kasus siswa mengalami kesulitan dalam memahami
materi pelajaran yang diberikan oleh guru, karena siswa yang biasanya mendengarkan penjelasan
materi oleh guru secara langsung (tatap muka) lalu sekarang harus memahami materi secara
mandiri, tentu saja ini bukanlah hal yang mudah apalagi bagi para siswa sekolah dasar yang pada
dasarnya masih sangat membutuhkan peran guru secara langsung. Meskipun guru juga sangat
terbuka untuk menerima segala bentuk pertanyaan materi dari siswanya namun tetap saja siswa
masih merasakan kesulitan dalam memahami materi meskipun sudah bertanya pada gurunya.
Kemudian, meskipun ada orang tua yang mendampingi anak belajar di rumah namun tidak
semua orang tua mengerti materi pelajaran anaknya atau bahkan terkadang orang tua nya yang
tidak memiliki waktu untuk mendampingi dan membantu anaknya dalam memahami materi
pelajaran karena kesibukan dalam bekerja atau mengurus hal lain dalam rumah tangga. Apabila
hal ini terjadi secara terus menerus maka kualitas pengetahuan siswa di Indonesia ini akan
menurun, dan dapat dipastikan juga terjadi penurunan kualitas sumber daya manusia.

Hal ini tidak dapat dibiarkan berlangsung semakin lama, mahasiswa sebagai agent of
change dalam hal ini diharapkan dapat memberikan aksi atau ide-ide cemerlang nya yang dapat
membantu berkurangnya kasus seperti ini. Seperti langkah kecil yang dapat dilakukan
mahasiswa adalah dengan membantu mengajari anak-anak yang ada disekitar lingkungan
rumahnya untuk dibantu memahami materi pelajaran yang dirasa sulit, seperti mengajaknya
belajar bersama di rumah setiap sore, mengajarkan anak-anak membaca, menulis dan berhitung.
Hal ini juga termasuk dalam salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian.
Meskipun hal ini terlihat sepele namun ini sangat membantu para siswa dalam memahami materi
pelajaran karena ada bimbingan dari orang yang lebih mengerti. Hal ini juga sebagai bentuk
penerapan ilmu yang telah diperoleh mahasiswa selama menuntut ilmu. Selain dengan
memberikan pengajaran kepada siswa disekitar lingkungan rumah, mahasiswa dapat melakukan
aksi seperti kampanye yang berisi tentang memberikan motivasi belajar kepada anak-anak saat
pembelajaran daring, memberikan treatment-treatment kepada anak-anak agar tidak cepat merasa
bosan saat belajar seperti belajar sambil bermain, lalu memberikan waktu kepada anak-anak
bermain di sela-sela waktu belajar namun tetap menyelipkan unsur edukatif didalam permainan
tersebut.

Pendidikan memanglah tanggung jawab semua pihak, tak terkecuali mahasiswa yang
dimana meskipun mahasiswa ini juga masih dalam posisi menjadi penuntut ilmu, namun
kondisinya berbeda karena mahasiswa dinilai telah layak dan mampu untuk ikut serta
memajukan pendidikan melalui bentuk pengabdian yang sekarang ini dapat dilaksanakan secara
langsung dikarenakan dampak pandemi covid-19 yang memaksa pemerintah untuk mengalihkan
proses pembelajaran menjadi sistem daring. Disini peran mahasiswa sangat dibutuhkan yakni
sebagai pembimbing para peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami materi
pelajaran. Tidak perlu untuk pergi jauh-jauh ke daerah pedalaman untuk membimbing anak-anak
yg mengalami kesulitan memahami materi, cukup dengan menjadi pembimbing dan teman
belajar anak-anak yang ada disekitar lingkungan rumah seorang mahasiswa adalah langkah awal
yang sangat baik dalam ikut serta memajukan pendidikan di Indonesia saat pandemi covid-19
seperti ini.

Anda mungkin juga menyukai