Anda di halaman 1dari 4

KENDALA AKSES BELAJAR MENGAJAR DI MASA PANDEMI COVID-19

Oleh: Abdur Rachman


abdurrawkman@gmail.com

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA
2020
Pendidikan merupakan upaya seseorang untuk memahami dan memaknai kurikulum
untuk menciptakan perilaku dan perilaku yang lebih potensial. Dalam hal ini, proses dididik
dan mendidik merupakan perilaku dasar siswa dan guru. Tingkah laku pendidik (guru)
tidak sekedar menyampaikan atau menularkan informasi (ilmu pengetahuan). Namun
tugas pendidik adalah mengembangkan potensi dan membentuk sikap dan perilaku
peserta didik, meliputi akhlak, pengetahuan, keterampilan, dll. Pada saat yang sama,
masyarakat terpelajar (siswa) berperan dalam memahami dan melakukan kehidupan dan
lingkungan sekitarnya yang dipelajari dari proses pendidikan. Dalam hal ini pendidikan
merupakan suatu upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan memiliki potensi.

Salah satunya adalah proses pendidikan pemanusiaan manusia muda melalui


homunisasi dan humanisasi. Seorang pelajar bisa bergerak, berdiri,bersikap dan bertingka
laku sebagai manusia seutuhnya dalam berpendidikan. Manusia harus selalu siap dalam
meningkatkan pengetahuan meskipun banyak kendala yang harus mereka lalui. Seperti
sekarang, proses pendidikan dilakukan secara daring karena disebabkan adanya pandemik
covid 19 yang menyebabkan seluruh mahasiswa harus melakukan proses pembelajaran
secara online. Sebagai proses pendidikan pemanusiaan manusia muda melalui homunisasi
dan humanisasi kita harus tetap melakukan pendidikan sebagaimana pendidikan adalah
kebutuhan kita dan suatu kewajiban yang harus kita jalankan meskipun banyak kendala
seperti kurangnya jaringan dan lain sebagainya. Sekarang ini kita sebagai manusia
berpendidikan tidak boleh putus asa dan tetap dituntut untuk selalu belajar meskipun
pembelajaran dilakukan secara daring.

Oleh karena itu, pendidikan dan pengajaran merupakan dua hal penting yang tidak
dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Jika dilihat sekilas, keduanya nampak sama.
Padahal pendidikan dan pengajaran memiliki perbedaan dan pengertiannya masing-masing.
Pengajaran, yang dalam bahasa Arab merupakan ta’lim khusus yang ditujukan pada akal
manusia. Karena itu, mudah dan lurus ke depan. Sedangkan pendidikan (tarbiah)
merupakan pembinaan manusia yang tidak saja melibatkan masalah fisik dan mental tetapi
juga hati dan nafsu. Karena sesungguhnya yang di didik adalah hati dan nafsu. Karena itu
pendidikan lebih rumit dan susah. Oleh karena itu, kedua hal tersebut harus betul-betul
dipahami sebagai acuan untuk membimbing generasi muda ke depannya. Baik Pendidikan
maupun pengajaran memiliki peran yang penting dalam proses pembinaan dan
pembentukan karakter pribadi, diantaranya taat kepada Tuhan dan menghormati sesama
manusia. Pengajaran adalah proses belajar atau proses menuntut ilmu. Dalam dunia
pendidikan, pengajaran bisa dilakukan oleh dosen, guru, atau ustadz yang sedang
melakukan proses belajar mengajar atau menyampaikan ilmu kepada murid. Hasilnya murid
menjadi pandai, berilmu , dan memiliki pengetahuan. Sedangkan pendidikan adalah proses
mendidik dengan menerapkan nilai-nilai tertentu sesuai tujuan pendidikan yang ingin
dicapai. Seperti di dalam pendidikan terdapat proses pemahaman, penghayatan, penjiwaan,
dan pengamalan. Ilmu yang telah diperoleh dari hasil belajar dapat dihayati hingga tertanam
dalam hati dan tentu saja diharapkan bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
kata lain pendidikan menyangkut tentang akhlak dan budi pekerti.
Dalam pendidikan ada dikenal sistem paradigma lama dan paradigma baru,
paradigma pendidikan adalah salah satu cara memandang dan memahami mengenai
masalah-masalah pendidikan dan mengatasi masalah tersebut. Paradigma lama berubah
menjadi paradigma baru sesuai dengan perkembangan zaman. Peran guru berkembang dari
paradigma lama ke paradigma baru, paradigma lama guru hanya mentransfer pengetahuan
saja, sedangkan diparadigma baru selain sebagai transmiter guru sebagai fasiliator,
motivator, mediator, dll. Jadi sistem paradigma baru ini lebih berkembang yang awalnya
hanya fokus di kelas saat ini fokus ke masyarakat. Dalam paradigma lama guru mengajar
sebagai sumber pengetahuan, komunikasi yang interaksi, dan mekanistik. Sedangkan dalam
paradigma baru guru sebagai panutan dan konsultan, komunikasi yang transaksional dan
lebih bervariatif. Dalam perilaku pebelajar serta evaluasi di paradigma lama dan baru itu
berbeda. Tujuan dari paradigma baru yaitu untuk membangun masyarakat terdidik,
masyarakat yang cerdas dari tujuan ini maka harus diubah sistem pendidikannya. Sedangkan
dalam paradigma lama yang sejak tahun 1950 an pendidikannya tidak memuaskan sebab
peran guru hanya mengajar. Oleh karena itu paradigma lama disebut juga paradigma
tradisional artinya “Guru mengajar”. Muncullah paradigma baru atau disebut paradigma
modern untuk membangkitkan siswa belajar. Ini salah satu cara pandang dalam
menyelesaikan problem dalam pendidikan.

Saat ini, saat terjadi pandemi Covid-19, mahasiswa mengalami beberapa kendala
dalam belajar, seperti akses jaringan yang kurang memadai dan dukungan kuota, Siswa
malas belajar di rumah selama beberapa bulan sehingga membuat mereka bosan dan
kurang fokus dalam belajar. Bagi guru atau Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang
mengatur pendidikan selama pandemi ini, niscaya kendala tersebut menjadi tanggung
jawab yang besar. Tentunya dari segi permasalahan belajar siswa, kita dapat melihat solusi
dan metode untuk mengatasi Kemdikbud, seperti alokasi kuota dengan provider Telkomsel
yang dapat mengakses jaringan secara penuh dalam kondisi atau lokasi geografis apapun.
serta mulailah ada kegiatan guru mendatangi siswanya di rumah (luring) dalam hal ini
mengontrol siswanya belajar di rumah, ini salah satu bentuk perhatian guru dalam
menghadapi pandemi ini. Dalam paradigma baru itu harus guru sebagai fasiliator kepada
siswanya. Paradigma baru tetap dilaksanakan meski kurang efektif karena masa pandemi
yang melanda, tetapi bukan berarti harus diberhentikan sistem pendidikan ini dalam
paradigma baru (modern). Kendala akses belajarnya siswa merupakan solusi yaitu
diberlakukannya paradigma baru. Paradigma baru ini menjadi solusi yang sangat relevan
dengan kondisi saat ini. Paradigma baru dan lama dalam pandemi Covid-19 tetap
diselaraskan dimana peran guru untuk siswa itu harus diperhatikan, karena ketika siswa
belajar dari rumah maka siswa tidak akan memperhatikan penuh pembelajaran itu. Dalam
paradigma baru guru membantu siswa, memberikan penguatan, dll.

Oleh karena itu, dalam mengatasi keterbatasan tersebut diharapkan para guru akan
memberikan berbagai perubahan dalam proses pembelajaran meskipun mereka belajar
secara online.

Meskipun keadaan pembelajaran saat ini berbeda dengan sebelumnya, hal ini
seharusnya tidak mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan hasil yang
dicapai dalam proses pembelajaran yang ditandai dengan perubahan perilaku,
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman peserta didik. Dapat dikatakan apakah hasil
belajar telah berubah dari cuek menjadi tahu. Jika tujuan pembelajaran telah tercapai, itulah
hasil belajarnya.

Hasil belajar di sekolah sedikit berbeda dengan hasil belajar di rumah, saat ini karena
wabah mereka telah belajar di rumah selama beberapa bulan, banyak yang mengatakan
bahwa efek belajar di rumah buruk.

Hanya 30% konten pembelajaran harus online. Oleh karena itu, untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang baik, guru harus memberikan solusi bagi siswa yang mengalami
kendala pembelajaran jarak jauh. Misalnya mengunjungi siswa di rumah atau mengatur
jadwal setiap minggu, yaitu pertemuan yang diadakan di sekolah untuk mengontrol siswa
yang belajar di rumah.

Tentunya setiap kendala ada solusinya, sehingga meskipun proses pembelajaran


tidak di sekolah, guru yang menjadi fasilitator, mediator dan motivator harus mengetahui
perannya.

Hasil belajar di sekolah ada 3 ranah yaitu Kognitif, Psikomotorik dan afektif:

1) Ranah Kognitif

Kognitif yaitu pengetahuan, ketika siswa mampu menjelaskan, mendeskripsikan,


menguraikan, menganalisis, dll dalam indikator-indikator tujuan pembelajaran maka itu
adalah hasil belajar dalam ranah kognitif. Jika dilihat dari pemahamannya, ketika siswa
mampu memahami materi yang telah dipelajari.

2) Ranah Psikomotorik

Psikomotorik yaitu keterampilan, hasil belajar dari siswa adalah ketika ia mampu meniru,
memanipulasi, pengalamiahan, artikulasi jadi ketika siswa mampu memproduksi atau
menciptakan suatu hal maka itu disebut telah berhasil dalam belajar. Jadi psikomotorik ini
penerapannya selalu berkaitan dengan anggota badan dan kompetensi yang dimiliki.

3) Ranah Afektif

Afektif yaitu sikap, perasaan, dan nilai, hasil belajar dalam ranah ini ketika siswa aktif
dalam menjawab pertanyaan dari guru, mengeluarkan pendapat (berpendapat).

Anda mungkin juga menyukai