Anda di halaman 1dari 14

DATA RESPONDEN

NAMA GURU : ARIYANTI, M.Pd.


USIA : 35 TAHUN
NAMA SEKOLAH : SMAN PASIRIAN KAB. LUMAJANG
STATUS GURU : PNS
GURU KELAS : 10, 11 & 12
MENGAMPU MAPEL : EKONOMI
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN : S2 UNIVERSITAS MUHAMADIYAH
MALANG JURUSAN PENDIDIKAN
EKONOMI
TAHUN LULUS S2 : 2016
PENGALAMAN MENGAJAR : 12 TAHUN
SERTIFIKASI : 2 TAHUN

1|Page
A. PENDAHULUAN

Suatu bangsa yang berkembangan erat hubungannya dengan masalah

pendidikan. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak

dapat di pisahkan dari kehidupan manusia, baik dalam keluarga, masyarakat

dan bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan maju di tentukan oleh tingkat

keberhasilan pendidikannya. Oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem

pendidikan yang baik agar mencapai keberhasilan. Seperti kurukulum yang

baik, guru yang mumpuni, dan sarana prasarana pendidikan yang lengkap.

Permasalahan kurikulum yang sering berubah mengakibatkan

pendidik mengalami kebingungan setiap perubahan presiden dan menteri

selalu kurikulum mengalami perubahan. Memang sebuah kurikulum harus

mengikuti perubahan zaman agar tidak usang. Di SMAN Pasirian Kab.

Lumajang telah menerapkan kurikulum sejak tahun 2015. Di SMAN Pasirian

Kab. Lumajang ini hampir semua guru sudah mendapatkan atau ikut

sosialisasi Kurikulum 2013. Baik oleh diknas wilayah dan kabupaten. Namun

pemahaman guru terhadap kurikulum 2013 masih mengalami kebingungan

dikarenakan seringnya berubah kurikulum yang hampir setiap tahun sejak

pertama kali diluncurkan.

B. HASIL WAWANCARA DENGAN GURU EKONOMI

1. Pemahaman guru terhadap teori pendidikan

Teori pendidikan merupakan landasan dan pijakan awal dalam

pengembangan praktik pendidikan, misalnya pengembangan kurikulum,

2|Page
manajemen sekolah dan proses belajar-mengajar. Kurikulum dan

pembelajaran memiliki keterkaitan dengan teori pendidikan atau dalam

penyusunan suatu kurikulum dan rencana pembelajaran ini mengacu pada

teori pendidikan.

Berdasarkan hasil wawancara tentang pemahaman guru

khususnya guru mata pelajaran Ekonomi terhadap teori-teori pendidikan

bisa dikatakan cukup mengetahui hal ini mungkin lulusan S2 pendidikan

ekonomi yang baru lulus. seperti contohnya teori Bahaviorisme dan

Kognitivisme. Ketika saya bertanya “ibu mengetahui pengertiannya”

responden menjawab “Bahaviorisme berhubungan dengan tingkah laku

dan Kognitivisme lebih kepeda proses belajar”. Selanjutnya ketika

menanyakan teori-teori lain responden mengatakan “lupa”. Responden

atau guru mengatakan jarang membaca atau belajar kembali tentang

teori-teori pendidikan dengan alasan tidak ada waktu karena kesibukan.

Guru tersebut mengatakan pernah mendapatkan teori pendidikan ketika

mereka kuliah di jenjang S1 dan S2 dan tidak pernah mempelajarinya.

Banyak teori pendidikan baik itu yang dikembangkan oleh dunia

barat maupun oleh agama islam yaitu Al-Qur’an. Ketika penulis

menanyakan tentang teori pendidikan, guru tersebut menyebutkan teori

konstruktivistik dan kognitifistik namun hanya bisa menjelaskan secara

singkat saja.

Menurut astawa dalam penelitiannya (2017) teori pendidikan

modern ada 4 yaitu:

3|Page
a. Teori Humanisme

Tujuan pendidikan humanistik yaitu membentuk manusia yang

memiliki komitmen humaniter sejati, yakni manusia yang memiliki

kesadaran, kebebasan dan tanggung jawab sebagai mahluk individual

maupun sebagai mahluk sosial.

b. Teori Bahaviorisme

Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat darri

interaksi antara stimulus dan respon. Penganut teori ini setuju premis

dasar perubahan tingkah laku, namun mereka berbeda pendapat

dalam beberapa hal penting.

c. Teori Kognitivisme

Ciri khas kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari

pada hasil belajar. Teori Kognitif menekankan pada ilmu

pengetahuan dibangun dalam diri siswa melalui proses interaksi yang

berkesinambungan dengan lingkungannya. Proses belajar tidak

berjalan terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir,

berkesinambungan dan menyeluruh sebagai satu kesatuan yang utuh

masuk dalam pikiran dan perasaan siswa.

d. Teori Sibernetik

Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu

informasi. Menurut teori ini belajar adalah pengolahan informasi.

Teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang

mementingkan proses. Proses memang penting dalam teori sibernetik,

4|Page
namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses

itu, informasi tersebut yang akan menentukan proses.

e. Teori Konstruktivisme

Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang

bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa

yang dipelajari.

Sedangkan menurut Sholichah (2018:23) dalam jurnalnya teori

pendidikan dalam islam yaitu yang dikenal dengan teori fitrah. Perbedaan

teori fitrah dengan teori yang berkembang dalam dunia pendidikan saat

ini adalah dalam teori fitrah setiap orang membawa fitrah (potensi)

tauhid atau agama kemudian Allah S.W.T. menciptakan telinga untuk

mendengar, mata untuk melihat dan hati sebagai penentu sikap. Potensi

fitrah dan anugerah pendengaran, penglihatan dan hati ini menjadi modal

dasar dalam mengembangkan potensi lain dan beragam. Sehingga jika

seseorang berada dalam keluarga, sekolah dan masyarakat yang

mengembangkan teori fitrah dengan baik, maka akan menghasilkan

manusia yang paripurna atau dalam Al-Qur‟an disebut Ulu al-Albab,

yaitu seseorang yang mempunyai kepribadian yang berpegang teguh

pada tauhid, beribadah dengan khusyu, bersosialisasi dan mencintai

lingkungan serta bertafakur atas penciptaan langit dan bumi.

5|Page
2. Pemahaman guru terhadap model pembelajaran

Pemahaman guru mata pelajaran Ekonomi terhadap model

pembelajaran dapat dikatakan cukup. Mereka mengetahui bahwa model

pembelajaran itu terkait dengan strategi, tehnik dan alat penilaian yang

dipakai dalam pembelajaran. Mereka mengenal model-model

pembelajaran namun jarang menerapkannya dikelas. Dalam satu bab

mungkin satu atau dua kali dalam pemakaian model pembelajaran. Guru

beralasan bahwa bila disetiap topik pembelajaran disisispi model

pembelajaran, maka waktu yang harus disediakan cukup banyak.

Sehingga takutnya nanti materi pelajaran tidak akan habis dalam satu

semester. Hal ini dapat di tarik kesimpulan bahwa guru kurang

memahami tujuan dan teori dari belajar, karena guru hanya berpatokan

pada pencapaian materi bukan dari proses belajarnya.

Guru sendiri menyadari penerapan model pembelajaran ini sangat

baik. Dan membuat siswa sangat antusias dalam mengikuti proses

pembelajaran. Apalagi mata pelajaran ekonomi yang bayak memiliki

topik yang menarik. Guru mengatakan dalam memakai model

pembelajaran guru mengalami kesulitan melakukan penilaian dan

pengamatan, karena model pembelajaran melibatkan smua instrumen

penilaian, maka dirasa sangan menyulitkan oleh guru.

3. Pemahaman guru terhadap metode pembelajaran

Pemahaman guru mata pelajaran Ekonomi terhadap metode

pembelajaran dapat dikatakan baik. Guru mengetahui metode

6|Page
pembelajaran terbagi menjadi 2. Konvensional dan modern. Karena pada

SMAN Pasirian ini Kepala sekolah mewajibkan guru untuk tidak

menggunakan sistem konvensional. Hal ini agar prestasi, motivasi, dan

minat belajar siswa meningkat.

Berdasarkan hasil wawancara guru sering menggunakan metode

pembelajaran talking stik, simulasi, dan diskusi. Guru mengatakan

dengan menggukana metode tersebut sangat cocok digunakan dengan

mata pelajaran ekonomi dan juga imput siswa dari pedesaaan yang harus

ditumbuhkan motivasi dan minatnya belajar khususnya ekonomi.

Dalam bukunya Afandi ddk (2013) macam-macam metode

pembelajaran yaitu:

a. Karyawisata (out door)

b. Talking stik

c. Simulasi

d. Discovery learning

e. Brainstorming

f. Diskusi

g. Pembelajaran luar kelas

Sedangkan menurut M.Alawi al Malik (dalam Asy’ari 2014:200)

bahwa beberapa metode yang digunakan Rasulullah dalam mengajar,

mendidik dan berdakwah anatara lain : Pertama metode bilhikmah,

mauidzah hasanah dan mujadalah; Kedua metode bertanya; Ketiga

metode penyegaran; Keempat metode mengenal kapasitas; Kelima

7|Page
metode mengalihkan realitas indrawi kepada realitas kejiwaan; Keenam

metode peragaan; Ketujuh metode kiasan; Kedelapan metode bertahap;

Kesembilan metode mengapresiasi pertanyaan; Kesepuluh mendekatkan

realitas abstrak dalam bentuk konkret; Kesebelas metode argumentasi;

Keduabelas metode kisah dan cerita; Ketigabelas metode pendekatan

perumpamaan; Keempat belas metode mengarahkan kepada pemikiran

yang bernilai tinggi.

Tidak ada suatu metode yang lebih baik daripada metode yang

lain. Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Ada metode

yang tepat digunakan terhadap peserta didik dalam jumlah besar; ada

pula yang tepat digunakan untuk peserta didik jumlah kecil; ada yang

tepat digunakan di dalam kelas dan ada juga yang tepat digunakan di luar

kelas. Kadang-kadang guru tampil mengajar lebih baik menggunakan

metode ceramah disbanding dengan memberi kebebasan bekerja kepada

peserta didik. Kadang-kadang bahan pelajaran lebih baik disampaikan

dengan kombinasi beberapa metode ketimbang dengan hanya satu

metode. Sehingga tugas guru dalam implementasi kurikulum 2013 adalah

memilih metode yang tepat untuk digunakan dalam menciptakan proses

belajar mengajar yang menghasilkan out put yang memiliki sikap

spiritual, sosial, pengetahuan dan ketrampilan secara utuh sebagai bekal

bagi peserta didik untuk menjalani hidup yang bermartabat di dunia dan

kelak di akherat

8|Page
4. Hal-hal yang dilakukan guru untuk menganalisis kondisi siswa

Pada tahun pelajaran pada semester ganjil guru selalu melakukan

pengenalan dan mencari karakter siswa dengan cara melakukan tanya

jawab dengan siswa baru. Selanjutnya guru ketika memulai proses

pembelajaran selalu melakukan apersepsi seperti memberi salam, berdoa,

bertanya kabar, dan mengapsensi. Hal ini untuk melihat kondisi kesiapan

siswa dalam proses pembelajaran. Dalam hasil wawancara guru selalu

mengelompokkan siswa dalam ke tiga kelompok siswa yaitu rendah,

menengah, dan tinggi hal ini berguna dalam proses pembelajaran untuk

mengidentifikasi dan memperkecil kekurang fahaman siswa dalam

penyerapan pembelajaran.

Dikarenakan di SMAN ini mewajibkan kelas untuk selalu

membuat kelompok. Guru ekonomi tersebut selalu membagi kelompok

tersebut ke dalam kelompok yang adil atau heterogen hal ini untuk

mendukung dan meningkatkan hasil belajar siswa. Dan tentunya

diharapkan siswa yang pintar membantu siswa yang kurang pintar.

5. Pemahaman guru terhadap kurikulum 2013

Di SMAN ini telah meluluskan siswa selama 3 tahun

menggunakan kurikulum 2013. Pemahaman guru tentang kurikulum

2013 dikatakan cukup dimana guru faham tentang KI 1, KI 2, KI 3, dan

KI 4, guru juga menyampaikan keluhan seringnya revisi kurikulum 2013

yang membuat bingung guru. Apalagi buku guru dan siswa untuk mata

9|Page
pelajaran ekonomi yang sulit di dapat. Dan dikarenakan sosialisasi oleh

pemerintah yang minim dan terbatas. Selain itu penatar kurikulum yang

telah disediakan pemerintah juga kurang menguasi masalah khususnya

pengawas pendidikan di Lumajang. Sehingga guru-guru di SMAN

Pasirian Kab. Lumajang belajar sendiri secara otodidak.

6. Masalah-masalah yang dihadapi guru dalam menggunakan

kurikulum 2013

Secara garis besar dari hasil wawancara dengan guru di SMAN

ini khususnya guru ekonomi mengatakan permasalahan dalam

menggunakan kurikulum 2013 adalah:

a. Penilaian. Guru mengatakan dalam kurikulum 2013 penilaian terlalu

banyak khususnya dalam penilaian sikap dan keterampilan yang

harus di nilai per kompetensi dasar. Sehingga untuk mengatasi

permasalahan tersebut guru mengatakan selalu meluangkan waktu

ketika selesai pembelajaran untun melakukan penilaian.

b. Permasalah selanjutnya yaitu ketidak tersediaan buku guru dan buku

siswa yang dikeluarkan oleh pemerintah akibatnya guru mencari

sendiri buku atau membeli ke penerbit.

c. Materi akuntansi yang membutuhkan pemikiran yang lebih diajarkan

di kelas 12. Yang mana kelas dua belas banyak disibukkan untuk

melakukan UN. mengakibatkan kurang waktu pemberian materi.

10 | P a g e
7. Upaya-upaya yang dilakukan guru untuk memperkaya pengetahuan

terkait dengan pembelajaran ekonomi

Upaya yang dilakukan guru mata pelajaran Ekonomi SMAN

Pasirian Kab. Lumajang dalam memperkaya pengetahuan terkait dengan

pembelajaran ekonomi adalah dengan membaca buku-buku ekonomi,

membaca majalah, koran, melihat TV, mengakses internet dan mengikuti

MGMP Sekolah dan Kabupaten. Ketika saya singgung tentang

penggunaan uang TPG, guru menjawab menggunakanyya untuk

keperluan pembelian buku secara pribadi dan untuk keperluan sehari-

hari.

8. Penguasaan guru terhadap materi pembelajaran

Penguasaan guru terhadap materi pembelajaran ekonomi cukup

baik, dilihat dari latar belakang guru yang telah menyelesaikan gelar

magisternya, dan jam terbang mengajarnya 12 tahun dalam mengampu

mata pelajaran ekonomi. Guru ekonomi mengatakan materi yang sangat

dia sukai yaitu akuntansi karena langsung malakukan praktik. Tapi ada

beberapa materi yang kesulitan untuk menyampikan dan memahamkan

ke pada siswa. Salah satunya materi yang bersifat abstrak seperti

Lembaga jasa keuangan dalam perekonomian Indonesia pada kelas 10.

9. Langkah-langkah dalam menyusun silabus dan RPP (perangkat

pemblajaran)

Guru ekonomi pada SMAN Pasirian Kab. Lumajang sudah bisa

menyusunan perangkat pembelajaran. Guru mengatakan kalender

11 | P a g e
pendidikan, Prota, Promes dan KKM dipersiapkan oleh sekolah

sedangkan Silabus, RPP, dan soal di buat sendiri dan juga dari KKM

sekolah dan Kabupaten. Guru mengatakan bahwa untuk pembutan RPP

semester 2 biasanya di lakukan ketika melakukan MGMP pada semester

1 akhirdan juga masa liburan, biasanya kepala sekolah ketika liburan

semester mengumpulkan semua guru untuk membuat RPP secara

bersama-sama dengan mengundang pengawas sekolah untuk

mendapatkan pembinaan. Di sekolah ini juga dilakukan supervisi setiap

semester 2 kali yang mana syarat penilaian supervisi yaitu adanya RPP.

Dikarenakan penulis sendiri adalah guru, maka Penulis dan

responden juga melakukan sharing dalam pembuatan RPP. Adapun

langkah-langlah penyusunan RPP yaitu:

a. Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;

b. Identitas mata pelajaran atau tema/subtema;

c. Kelas/Semester;

d. Materi pokok;

e. Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian

KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam

pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai

(SMA 45 menit)

f. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan

menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur,

yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

12 | P a g e
g. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;

h. Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur

yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan

rumusan indikator ketercapaian kompetensi;

i. Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa mencapai KD

yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dan KD yang akan

dicapai;

j. Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk

menyampaikan materi pelajaran;

k. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam

sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan;

l. Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan

pendahuluan, inti, dan penutup; dan

m. Penilaian hasil pembelajaran.

13 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA.

Astawa, I Nyoman Temon. (2017). Teori-teori dalam dunia pendidikan modern.


Jurnal penjamin mutu. Vol 1, No 1. Hal 67-81.
Sholichah, Aas Siti. (2018). Teori-teori pendidikan dalam al-qur’an. Edukasi
Islam, Jurnal Pendidikan Islam. Vol.07, No. 1. Hal 23-46.
Afandi, Muhamad., Chamalah, Evi., dan Wardani, Oktarina Puspita. (2013).
Model dan metode Pembelajaran di sekolah. Semarang. UNISSULA
Press. https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2ah
UKEwj66K- rvsndAhUbFHIKHVruALgQFjAAegQIABAC&url=http
%3A%2F%2Fresearch.unissula.ac.id%2Ffile%2Fpublikasi
%2F211313015%2F9230susun_ISI_DAN_DAFTAR_PUSTAKA_BUK
U_MODEL_edit_.pdf&usg=AOvVaw3QBWbnuNYv_BysmpL2jhKz.
Diakses 11 September 2018.
Asy’ari, M.Kholil. (2014). Metode pendidikan islam. Jurnal qathrunâ Vol. 1
No.1. hal 193-205.

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai