Oleh :
Sugiyanta, M.Pd
Widyaiswara LPMP D.I.Yogyakarta
e-mail : pakdhetato@yahoo.co.id
Abstrak
Pembelajaran sesungguhnya harus mampu membangun makna bagi anak
dalam rangka menyongsong tugas kehidupan di masa datang. Kebermaknaan sebuah
pembelajaran tergantung instensitas pembelajar (peserta didik) dalam proses belajar.
Secara filosofis IPA merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mendasarkan
pengembangan ilmunya secara ilmiah. Penerapan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran IPA Kurikulum 2013 merupakan penegasan atas pendekatan ilmiah
dalam belajar.
Page 1
belajar dari alam dan lingkungannya tidak dimiliki oleh anak. Hal tersebut diperparah
oleh ketidaktahuan para guru bahwa sebagian guru lebih fokus pada peningkatan nilai
UN dan tidak fokus pada pengembangan kompetensi generik/kompetensi inti. Padahal
materi ajar sesungguhnya hanya merupakan objek belajar dalam rangka
mengembangkan kompetensi inti. Dalam kondisi demikian sesungguhnya pendidikan
telah gagal mengemban amanah utamanya, yaitu membangun moral dan budi pekerti
anak bangsa agar kelak menjadi bangsa yang berbudaya dan bermartabat mampu
berkompetisi di dunia global.
Uraian di atas memberi gambaran pada kita tentang betapa rapuhnya
pendidikan, paling tidak tidak terdapat tiga permasalahan penting dan fundamental
yang harus segera diatasi, yaitu 1) pendidikan (pembelajaran) belum mampu
membangun nilai (karakter) pada siswa, 2) pembelajaran pada saat ini umumnya tidak
memberi kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan diri secara optimal, dan 3).
Kemampuan belajar (learn how to learn) tidak dimiliki oleh siswa sehingga tidak
mampu membangun kompetensi lulusan.
Terkait dengan permasalahan pendidikan di atas, telah banyak ahli pendidikan,
praktisi maupun birokrat menyampaikan ide dan gagasannya melalui berbagai artikel
maupun buku untuk memperbaiki kondisi tersebut . Tulisan ini merupakan salah satu
diantaranya yang akan memberikan rasionalitas perlunya revolusi pembelajaran IPA
melalui implementasi kurikulum 2013 yang berkualitas dengan melandaskan pada
pembentukan makna pembelajaran bagi masa depan anak.
B. Rumusan Masalah
Karena luasnya permasalah maka dalam kajian ini akan membatasi pada
permasalahan penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA. Dengan
demikian dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Seberapa penting pendekatan saintifik dlam pembelajaran IPA?
C. Tujuan
Tujuan dalam kajian ini adalah untuk:
1. Memberikan penguatan daan pemahaman baru dalam pendidikan khsusunya
pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA
Page 2
2. Memberikan gambaran ideal pempelajaran IPA melalui penerapan pendekatan
saintifik.
Page 3
BAB II
PEMBAHASAN
Page 4
penyingkapan/penelitian (discovery / inquiry learning). Untuk mendorong
kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual
maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (problem
based learning) dan pembelajaran berbasis projek (project based learning).
Page 5
Menurut McCollum (2009),beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam
mengajar dengan menggunakan scientific approach adalah guru harus menyajikan
pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan (Foster a sense of
wonder), meningkatkan keterampilan mengamati (Encourage observation), melatih
melakukan analisis (Push for analysis) dan komunikasi (Require communication).
Sudarwan (2013) lebih lanjut menyatakan bahwa pendekatan saintifik dalam
pembelajaran melibatkan aspek-aspek mengamati, menanya, mencoba, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut di atas, maka pendekatan saintifik dilakukan
melalui tahapan: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
menalar/mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Permendikbud no.59 khususnya
dalam lampiran pedoman mata pelajaran Fisika dikemukakan kegiatan 5 M sebagai
berikut:
a. Mengamati
Dalam kegiatan mengamati, guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan
pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan melalui kegiatan : melihat,
menyimak, mendengar, dan membaca hal yang penting dari suatu benda atau
objek.
b. Menanya
Dalam kegiatan ini, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik
untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau didengar.
Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan:
pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang
abstrak, pertanyaan yang berkenaan dengan fakta, konsep, dan prosedur.
Pertanyaan yang bersifat faktual maupun yang bersifat hipotetik. Melalui kegiatan
bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam
bertanya maka rasa ingin tahu semakindapat dikembangkan.
Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan
beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik,
dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
c. Mengumpulkan Informasi
Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca
buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau
bahkan melakukan eksperimen.
Page 6
d. Mengasosiasi/ Menalar
Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Informasi tersebut menjadi
dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memeroses informasi untuk menemukan
keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari
keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang
ditemukan.
e. Mengkomunikasikan
Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Keterampilan
siswa dalam mengkomunikasikan pada rangkaian kegiatan pembelajaran dapat
berupa kegiatan: Menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan
dengan grafik atau tabel atau diagram; Menyusun dan menyampaikan laporan
secara sistematis; Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian; Membaca grafik
atau tabel atau diagram; Mendiskusikan hasil kegiatan mengenai suatu masalah
atau suatu peristiwa, dan presentasi.
Page 7
waktu ia hidup. Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa
pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik.
Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif
mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu
pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada
peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya.
Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik
perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu
untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya. Sedangkan guru
memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan mengembangkan suasana
belajar yang memberi kesempatan peserta didik untuk menemukan, menerapkan
ide-ide mereka sendiri, menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi
mereka sendiri untuk belajar. Guru mengembangkan kesempatan belajar kepada
peserta didik untuk meniti anak tangga yang membawa peserta didik kepada
pemahaman yang lebih tinggi, yang semula dilakukan dengan bantuan guru tetapi
semakin lama semakin mandiri.
Page 8
yang mendasari kegiatan nyata dalam proses pembelajaran di kelas. Berikut
beberapa model pembelajran dengan pendekatan saintifik.
Page 9
maupun berkelompok dalam mengkostruksikan produk nyata.
Page 10
mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan. Bruner
mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,
aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya (Budiningsih, 2005:41). Tujuan akhir Discovery Learning menurut
Bruner adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk
menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historin, atau ahli matematika.
Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan model discovery learning di
kelas,ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar
mengajar secara umum sebagai berikut.
a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pada saat peserta didik melakukan eksperimen atau eksplorasi, guru memberi
kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis.
Data dapat diperoleh melalui membaca literatur, mengamati objek, wawancara
dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
d. Data processing (pengolahan data)
Page 11
tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif
jawaban yang perlu mendapat pembuktian secara logis
e. Verification (pembuktian)
Page 12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Page 13
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah.(2001) Tingkah Laku Emosi Kanak-Kanak dan Ekspresi Emosi Ibu Bapak.
Jabatan Pendidikan Awal Kanak-Kanak . Fakulti Sains Kognitif dan
Pembangunan Manusia Universiti Pendidikan Sultan Idris.
Fogarty, Robin. 1991. How to Integrated the Curricula. Palatine, Ilinois: IRI/ Skylight
Publishing, Inc.
Graham, S. W., Donaldson, J. F., Kasworm, C., & Dirkx,J. (2000). The experiences of
adult undergraduate students—what shapes their learning? Retrieved
fromhttp://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/search/detailmini.jsp?_nfpb=true&_&
ERICExtSearch_SearchValue_0=ED440275&ERICExtSearch_SearchType_0=n
o&accno=ED440275
Leshin, Cynthia B., (dkk.), Instructional Design Strategies and Tactics, Educational
Technology Publications, New Jersey, 1992
Sharan B.Merriam.(2001) The new update on adult learning theory. San Francisco:
Jossey-Bas
Taba, Hilda. 1962. Curriculum Development. N.Y., Harcourt, Brace & World, inc.
Page 14