Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL

Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry dan Motivasi Belajar


terhadap hasil belajar Mapel IPS Siswa SMP

OLEH:
AMAN MAQSUDI
NPM 220599010005
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan
perpaduan antara berbagai ilmu sosial yang terdiri dari geografi,
ekonomi, sejarah dan sosiologi. Pembelajaran IPS memiliki peran
penting dalam membekali murid dengan pengetahuan-pengetahuan
dan keterampilan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang
memiliki kemampuan mengelola dan menjaga sumber daya alam
yang ada di Indonesia untuk kesejahteraan bangsa. Hal ini
sebagaimana tercantum dalam rasional mata pelajaran IPS SMP
yang dikeluarkan oleh Kemdikbudristek (2022) menyatakan bahwa
pendidikan IPS di Indonesia perlu dilaksanakan untuk menghasilkan
sumber daya manusia yang memiliki kemampuan mengelola dan
menjaga sumber daya alam demi kesejahteraan bangsa
berdasarkan ilmu pengetahuan, teknologi dan prinsip
keadilan sosial. Oleh karena itu pendidikan IPS harus
menjadi sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan terkait kehidupan masyarakat dengan
lingkungannya.
Tujuan ideal tersebut ternyata masih belum berjalan
dengan sempurna dalam proses belajar di kelas sehingga
pembelajaran IPS menjadi kurang menarik dan tidak
membangun keterampilan berfikir. Kendala utama yang
terjadi karena sebagaian besar IPS diajarkan dengan metode
ceramah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Karima dan
Ramadhani (2018) bahwa secara umum permasalahan yang
terjadi pada pembelajaran IPS adalah 1) Pendekatan
pembelajaran yang digunakan lebih dominan pada teacher
centered dimana guru lebih banyak melakukan kegiatan
belajar mengajar dalam bentuk ceramah. 2) Dominasi
ekspositori 3) Tumbuhnya budaya belajar verbalistic yang
bercirikan semua materi pelajaran disampaikan guru secara
lisan 4) Mengajar berdasarkan buku teks (textbook
centered. 5) Evaluasi yang berorientasi pada kognitif tingkat
rendah. 6) Posisi guru yang masih transfer of knowledge
Demikian juga keadaan yang terjadi di SMP Negeri 1 Kudu
Jombang. Sebagian besar guru masih mengajar dengan
menggunakan metode ceramah sehingga motivasi belajar siswa tidak
dapat berkembang dengan baik. Hal itu menyebabkan pembelajaran
menjadi tidak efektif yang berakibat pada menurunnya hasil belajar.
Hal ini sebgaiamana disampaikan Karima dan Ramadhani (2018)
Guru yang selalu berceramah dalam kelas akan cepat membuat siswa
menjadi bosan sehingga pembelajaran tidak efektif lagi. Selain itu
pembelajaran yang dilakukan dengan cara ceramah tidak
memberikan kesempatan pada siswa untuk membangun
pengetahuannya sendiri. Siswa hanya mendapatkan pengetahuan,
fakta, konsep bersifat hapalan saja. Pada akhirnya pembelajaran IPS
jadi membosankan dan motivasi peserta didik untuk mengikuti juga
menurun.
Motivasi yang rendah tersebut dapat dilihat dari tidak
bersemangatnya peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran,
mereka tidak aktif Ketika guru memberikan kesempatan untuk
bertanya atau menjawab suatu pertanyaan. Selain itu siswa juga tidak
bersungguh-sunnguh dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
oleh guru, hal tersebut menyebabkan hasil belajar yang diperoleh
siswa menjadi rendah. Keadaan ini seperti yang diungkapkan oleh
Mahfirah (2022) rendahnya motivasi belajar siswa bisa di lihat dari
kendala-kendala yang terjadi seperti; kurangnya minat belajar, tidak
mendapatkan motivasi belajar, malas untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran, dan tidak mendengarkan penjelaskan yang diberikan
oleh guru, adanya hal tersebut pasti pencapaian yang dilakukan oleh
siswa sangatlah rendah dan hasil dari nilai siswa akan dipastikan
sangat rendah.
Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah
menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri dan keterampilan
proses. Dalam rasional mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) yang diterbitkan oleh Kemdikbudristek (2022) dinyatakan
bahwa pendekatan pembelajaran inkuiri yang berpusat pada peserta
didik, dapat menjadi sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan terkait kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran
diharapkan motivasi belajar siswa ikut meningkat karena siswa
diberi kebebasan untuk belajar dengan caranya sendiri dan
mengkonstruksi pengetahuan dengan caranya sendiri. Sehingga
kegiatan belajar yang terjadi dapat berjalan dengan lebih aktif,
kreatif dan menyenangkan yang pada akhirnya akan menjadikan
hasil belajar siswa menjadi semakin tinggi.

2. Rumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh model pembelajaran inquiri terhadap hasil
belajar Mapel IPS siswa SMP?
2. Apakah ada pengaruh motivasi terhadap hasil belajar Mapel IPS
siswa SMP?
3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran inkuiri dengan
motivasi terhadap hasil belajar Mapel IPS siswa SMP?

3. Tujuan Penelitian
1. Menganalisa pengaruh model pembelajaran inquiri terhadap
hasil belajar Mapel IPS siswa SMP
2. Menganalisa pengaruh motivasi terhadap hasil belajar Mapel
IPS siswa SMP
3. Menganalisa interaksi antara model pembelajaran inkuiri dengan
motivasi terhadap hasil belajar Mapel IPS siswa SMP
4. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
1. Dapat menjadi dasar bagi penelitian sejenis tentang model
pembelejaran inquiri dan pendekatan keterampilan proses
2. Menambah khazanah ilmu bagi pendidik untuk
mengembangkan proses pembelajaran yang dilakukan
b. Secara Praktis
1. Meningkatkan kemampuan mengelolah proses pembelajaran
bagi guru dikelas
2. Menambah pengetahuan bagi guru untuk merancang jenis
pembelajaran yang berpusat pada siswa
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

1. Kajian Empirik
Sebagaimana dikemukakan dalam pendahuluan bahwa salah
satu pendekatan pembelajaran yang direkomendasikan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS baik dari
dimensi pengetahuan maupun keterampilan adalah pendekatan
inkuiri dan pendekatan keterampilan proses. Ekayogi (2022)
menyatakan Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan
model yang dirancang untuk membawa peserta didik dalam proses
pembelajaran melalui penyelidikan dan penjelasan dalam waktu
yang singkat dengan bantuan guru. Dalam model pembelajaran
inkuiri, siswa memperoleh petunjuk umum berupa pertanyaan-
pertanyaan yang bersifat membimbing. Pada model pembelajaran
inkuiri, siswa juga diajak untuk berpikir kritis, analitis, dan
sistematis dalam rangka menemukan jawaban secara mandiri dari
berbagai permasalahan yang diutarakan sehingga kemampuan
pengetahuan, emosinal dan ketrampilan siswa akan berkembang.
Pada akhirnya pengetahuan yang diperoleh siswa akan lebih
bermakna.
Pada pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya duduk dan
mendengarkan penjelasan guru tentang suatu materi tetapi juga
berperan aktif dalam membangun pengetahuannya tentang suatu
materi. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan penyelidikan dan
menjelaskan hubungan antar objek dan peristiwa. Azizmalayeri
dalam Panggabean (2022) menyatakan bahwa model pembelajaran
inkuiri terbimbing lebih menekankan pada kolaborasi antar siswa
dalam menyelesaikan dan memecahkan suatu permasalahan serta
membangun konsep dan pengetahuan secara mandiri. Kegiatan
pembelajaran pada inkuiri terbimbing melibatkan proses kognitif
kompleks yang mengharuskan siswa memiliki latar belakang
pengetahuan dalam konsep ilmiah yang direncanakan untuk
diselidiki, mengajukan pertanyaan yang tepat, mengidentifikasi dan
mengoperasionalkan variabel, merumuskan hipotesis, dan
merancang eksperimen yang jelas. Oleh karena itu, pembelajaran
dengan model inkuiri terbimbing siswa tertantang untuk lebih kreatif
dan inovatif.

2. Kajian Teoritik
A. Model Pembelajaran Inkuiri
1. Pengertian dan Karakteristik
Pembelajaran Inkuiri berasal dar bahasa inggris
“inquiry”, yang secara harfiah berarti penyelidikan. Carin
dan Sund dalam Mulyasa (2015) mengemukakan bahwa
inkuiri adalah the process of investigating a problem.
Adapun piaget mengemukakan bahwa metode inkuiri
merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada
situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar
melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya
sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan
penemuan yang lain, membandingkan apa yang
ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain.
Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara
analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berfikir itu sendiri
biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan
siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan
strategi heuristic, yang berasal dari bahasa yunani, yaitu
heuriskein yang berarti saya menemukan.
2. Jenis-Jenis Inkuiri
Adapun menurut Sund dan Trowbridge dalam
Huzaefah (2017), mengemukakan tiga macam model inkuiri
sebagai berikut:
1) Guided inquiry (inkuiri terbimbing)
Peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang
dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa
pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Pendekatan
ini digunakan terutama bagi para peserta didik yang
belum berpengalaman belajar dengan model inkuiri,
dalam hal ini guru memberikan bimbingan dan
pengarahan yang cukup luas. Pada tahap awal bimbingan
lebih banyak diberikan, dan sedikit demi sedikit di
kurangi, sesuai dengan perkembangan pengalaman
peserta didik. Dalam pelaksanaannya sebagian besar
perencanaan dibuat oleh guru. Peserta didik tidak
merumuskan permasalahan. Petunjuk yang cukup luas
tentang bagaimana menyusun dan mencatat data
diberikan oleh guru.
2) Free Inquiry (Inkuiri Bebas).
Pada inkuiri bebas peserta didik melakukan penelitian
sendiri bagaikan seorang ilmuan. Pada pengajaran ini
peserta didik harus dapat mengidentifikasikan dan
merumuskan barbagai topik permasalahan yang hendak
diselidiki. Metodenya adalah inkuiri role approach yang
melibatkan peserta didik dalam kelompok tertentu, setiap
anggota kelompok memiliki tugas sebagai, misalnya
koordinator kelompok, pembimbing teknis, pencatatan
data, dan pengevaluasi proses.
3) Modified Free Inquiry (Inkuiri bebas yang dimodifikasi)
Pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan atau
problem dan kemudian peserta didik diminta untuk
memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan,
eksplorasi, dan prosedur penelitian.

3. Langkah-Langkah Pelaksanaan Inkuiri


Langkah pelaksanaan pembelajaran inkuiri menurut
Wina Sanjaya secara umum dapat mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut:
1) Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina
suasana atau iklim pembelajaran responsive. Pada
langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap
melaksanakan proses pembelajaran ekspositori sebagai
langkah untuk mengkondisikan agar siswa siap menerima
pelajaran. Keberhasilan startegi pembelajaran inkuiri ini
sangat bergantung pada kemauan siswa untuk beraktifitas
menggunakan kemampuannya dalam memecahkan
masalah.
2) Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa
siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.
Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang
menantang siswa untuk berfikir memecahkan teka-teki
itu. Dikatakan teka-teki karena masalah itu tentu ada
jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban
yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat
penting dalam strategi pembelajaran inkuiri, oleh sebab
itu siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat
berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui
proses berfikir.
3) Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu
permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban
sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
Kemampuan atau potensi individu untuk berfikir pada
dasarnya sudah dimiliki oleh setiap individu sejak lahir.
Potensi berfikir itu dimulai dari kemampuan menebak
atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu
permasalahan. Manakala individu bisa membuktikan
tebakkannya, maka ia akan sampai pada posisi yang bisa
mendorong untuk berfikir lebih lanjut. Oleh karena itu,
potensi untuk mengembangkan kemampuan menebak
pada setiap individu harus dibina.
4) Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi
yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data
bukan hanya memerlukan motivasi yang sangat dalam
belajar, akan tetapi juga memerlukan ketekunan dan
kemampuan menggunakan potensi berfikirnya. Oleh
karena itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah
mangajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk berfikir mencari informasi yang
dibutuhkan.
5) Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang
dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang
telah diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang
terpentig dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat
keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Disamping
itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan
kemampuan berfikir rasional.

6) Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan
temuannnya yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian
hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya
dalam proses pembelajaran. Dan untuk mencapai
kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu
menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata latin”movere” yang artinya
dorongan atau daya penggerak. Menurut Fillmore H.
Standford dalam buku Mangkunegara (2017) mengatakan
bahwa “motivation as an energizing condition of the
organism that services to direct that organism toward the
goal of a certain class” (motivasi sebagai suatu kondisi
yang menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu).
Menurut Sardiman (2018), motif dapat dikatakan sebagai
daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu
tujuan.
Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan
untuk membangkitkan gairah belajar siswa sehingga
kegiatan belajar dapat berjalan dengan baik. Adapun
pengertian motivasi belajar menurut Sardiman (2018)
adalah “Keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah
pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki
oleh subjek belajar itu dapat tercapai”.
Uno (2017), mengatakan bahwa motivasi belajar
merupakan dorongan internal dan eksternal pada siswa-
siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator
atau unsur yang mendukung.
Dari beberapa pengertian motivasi belajar menurut
para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
merupakan dorongan yang timbul baik dari dalam maupun
dari luar diri siswa, yang mampu menimbulkan semangat
dan kegairahan belajar serta memberikan arah pada
kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat
tercapai.

2. Fungsi Motivasi
Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam
suatu kegiatan, yang nantinya akan mempengaruhi kekuatan
dari kegiatan tersebut. Menurut Sardiman (2018), fungsi
motivasi ada 3 yaitu:
a. Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal
ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan
yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan ke tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan
arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan
rumusan tujuan.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-
perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna
mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-
perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Selanjutnya, Sukmadinata (2011), mengatakan bahwa
motivasi memiliki 2 fungsi, yaitu:
a. Mengarahkan (directional function)
Dalam mengarahkan kegiatan, motivasi berperan
mendekatkan atau menjauhkan individu dari sasaran
yang akan dicapai. Apabila sasaran atau tujuan
merupakan sesuatu yang diinginkan oleh individu,
maka motivasi berperan mendekatkan. Sedangkan bila
sasaran tidak diinginkan oleh individu, maka motivasi
berperan menjauhi sasaran
b. Mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan (activating
and energizing function)
Suatu perbuatan atau kegiatan yang tidak bermotif atau
motifnya sangat lemah, akan dilakukan dengan tidak
sungguh-sungguh, tidak terarah dan kemungkinan
besar tidak akan membawa hasil. Sebaliknya apabila
motivasinya besar atau kuat, maka akan dilakukan
dengan sungguh- sungguh, terarah dan penuh
semangat, sehingga kemungkinan akan berhasil lebih
besar.
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong seseorang
untuk melakukan suatu kegiatan dan mencapai prestasi.
Dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari
adanya motivasi, maka seseorang yang melakukan kegiatan
itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik dan sasaran
akan tercapai.

3. Macam-Macam Motivasi
Motivasi banyak sekali macamnya, karena dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang. Namun penulis hanya akan
membahas dari dua macam sudut pandang yaitu motivasi
yang berasal dari dalam pribadi seseorang yang biasa
disebut motivasi intrinsik dan motivasi yang berasal dari
luar pribadi seseorang yang biasa disebut motivasi
ekstrinsik.
Menurut Tambunan (2015), motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik merupakan jenis motivasi berdasarkan
sumbernya.
a. Motivasi intrinsik, adalah motivasi yang ditimbulkan dari
diri seseorang. Motivasi ini biasanya timbul karena
adanya harapan, tujuan dan keinginan seseorang
terhadap sesuatu sehingga dia memiliki semangat untuk
mencapai itu.
b. Motivasi ekstrinsik, adalah sesuatu yang diharapkan akan
diperoleh dari luar diri seseorang. Motivasi ini biasanya
dalam bentuk nilai dari suatu materi, misalnya imbalan
dalam bentuk uang atau intensif lainnya yang diperoleh
atas suatu upaya yang telah dilakukan.
Adapun menurut Sardiman (2018), mengatakan
bahwa motivasi intrinsik dan ekstrinsik adalah sebagai
berikut:
a. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif
atau berfungsinya tidak perlu rangsangan dari luar,
karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu.
b. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang menjadi
aktif atau berfungsinya karena adanya rangsangan dari
luar.
Menurut pendapat para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar yang ada pada diri
siswa diantaranya motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam
diri siswa itu sendiri, tanpa adanya rangsangan dari luar,
sebaliknya motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang dimbul
akibat adanya rangsangan dari luar diri siswa.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar


Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang
mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi
fisiologis dan kematangan psikologis siswa. Menurut
Syamsu Yusuf dalam Rahmawati (2016), motivasi belajar
dapat timbul karena beberapa faktor, yaitu:
a. Faktor internal
1) Faktor fisik
Faktor fisik merupakan faktor yang mempengaruhi
dari tubuh dan penampilan individu. Faktor fisik
meliputi nutrisi (gizi), kesehatan dan fungsi-fungsi
fisik terutama panca indera.
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis merupakan faktor intrinsik yang
berhubungan dengan aspek-aspek yang mendorong
atau menghambat aktifitas belajar pada siswa.
Faktor ini menyangkut kondisi rohani siswa.
b. Faktor eksternal
1) Faktor sosial
Merupakan faktor yang berasal dari manusia
disekitar lingkungan siswa. Meliputi guru, teman
sebaya, orang tua, tetangga dan lain sebagainya,
2) Faktor non sosial
Faktor non sosial merupakan faktor yang berasal
dari kondisi fisik disekitar siswa. Meliputi keadaan
udara (cuaca panas atau dingin), waktu (pagi, siang
atau malam), tempat (sepi, bising atau kualitas
sekolah tempat siswa belajar), dan fasilitas belajar.
Adapun menurut Dimyati dan Mudjiono (2015), unsur
yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu:
a. Cita-cita dan aspirasi siswa.
Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar intrinsik
maupun ekstrinsik. Sebab tercapainya suatu cita-cita
akan mewujudkan aktualisasi diri.
b. Kemampuan siswa.
Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan
kemampuan atau kecakapan mencapainya. Secara
ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan akan
memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-
tugas perkembangan.
c. Kondisi siswa.
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan
rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa
yang sedang sakit, lapar atau marah-marah akan
mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya, seorang
siswa yang sehat, kenyang dan gembira akan
memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran.
Dengan demikian, kondisi jasmani dan rohani siswa
berpengaruh pada motivasi belajar.
d. Kondisi lingkungan siswa.
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam,
lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan
kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota
masyarakat, maka siswa dapat terpengaruh oleh
lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang
kumuh, perkelahian antar siswa akan mengganggu
kesungguhan belajar. Sebaliknya, kampus sekolah yang
indah, pergaulan siswa yang rukun akan memperkuat
motivasi belajar. Dengan lingkungan yang aman,
tentram, tertib dan indah, maka semangat dan motivasi
belajar mudah diperkuat.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran.
Lingkungan belajar dan pergaulan siswa mengalami
perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa
televisi dan film semakin menjangkau siswa. Kesemua
lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar.
Guru profesional diharapkan mampu memanfaatkan
sumber belajar di sekitar sekolah untuk memotivasi
belajar siswa.
f. Upaya guru membelajarkan siswa.
Adalah upaya guru dalam mempersiapkan diri untuk
membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi,
cara menyampaikan materi, menarik perhatian siswa
dan mengevaluasi hasil belajar siswa. Bila upaya guru
hanya sekedar mengajar, artinya keberhasilan guru
yang menjadi titik tolak, besar kemungkinan siswa
tidak tertarik untuk belajar sehingga motivasi siswa
menjadi lemah atau kurang.
Berdasarkan pemaparan pendapat para ahli diatas,
dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang dapat
mempengaruhi motivasi belajar siswa. Bahwa faktor-
faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri siswa itu
sendiri seperti kondisi jasmani dan rohani siswa,
kemampuan siswa dan lain sebagainya. Sedangkan faktor
ekstrinsik yang dapat mempengaruhi motivasi belajar
siswa diantaranya kondisi lingkungan sekolah, keluarga,
guru, fasilitas belajar, dan pergaulan.

5. Indikator Motivasi Belajar


Dalam kegiatan belajar, siswa memerlukan motivasi.
Motivasi yang ada pada pada diri setiap siswa itu memiliki
ciri-ciri yang berbeda. Menurut Sardiman (2018), ciri-ciri
motivasi yang ada pada siswa diantaranya:
a. Tekun menghadapi tugas, artinya siswa dapat bekerja
secara terus menerus dalam waktu yang lama, tidak
pernah berhenti sebelum selesai.
b. Ulet menghadapi kesulitan, siswa tidak lekas putus asa
dalam menghadapi kesulitan. Siswa bertanggung jawab
terhadap keberhasilan dalam belajar dan melaksanakan
kegiatan belajar.
c. Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah,
berani menghadapi masalah dan mencari jalan keluar
dari masalah yang sedang dihadapi. Misalnya masalah
ekonomi, pemberantasan korupsi dan lain sebagainya.
d. Lebih senang bekerja mandiri, artinya tanpa harus
disuruh pun, ia akan mengerjakan apa yang menjadi
tugasnya.
e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin atau hal-hal yang
bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga
kurang kreatif.
f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin
akan sesuatu)
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya, artinya
ia percaya dengan apa yang dikerjakannya.
h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Apabila siswa memiliki ciri-ciri motivasi belajar seperti
diatas, berarti siswa tersebut memiliki motivasi yang cukup
kuat.
Adapun indikator motivasi belajar menurut Uno (2011:23)
adalah:
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
Hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar pada
umumnya disebut motif berprestasi. Dimana motif
berprestasi merupakan motif untuk berhasil dalam
melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Seorang siswa
yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi cenderung
untuk menyelesaikan tugasnya dengan cepat tanpa
menunda-nunda pekerjaan.
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
Penyelesaian suatu tugas tidak selamanyanya dilatar
belakangi oleh hasrat dan keinginan berhasil. Kadang
seseorang dalam menyelesaikan tugasnya karena adanya
dorongan menghindari kegagalan. Siswa dalam
mengerjakan tugasnya dengan tekun karena apabila tidak
dikerjakan atau tidak dapat menyelesaikan tugasnya,
maka tidak akan mendapatkan nilai dari gurunya atau di
olok-olok oleh temannya bahkan akan dimarahi oleh
orang tuanya.
c. Adanya harapan atau cita-cita masa depan
Siswa yang ingin mendapatkan nilai pelajarannya tinggi
atau ingin mendapatkan rangking di kelas, maka akan
belajar dengan tekun dan menyelesaikan setiap tugas
yang diberikan oleh guru dengan tuntas.
d. Adanya penghargaan dalam belajar
Adanya pernyataan verbal seperti pujian atau
penghargaan lainnya terhadap perilaku yang baik dan
hasil belajar siswa yang baik merupakan cara yang
mudah dan efektif dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa.
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
Simulasi maupun permainan merupakan salah satu
kegiatan yang menarik dalam belajar. Suasana yang
menarik menyebabkan proses belajar menjadi bermakna,
dimana akan selalu diingat dan dipahami. Dengan
adanya kegiatan yang menarik tersebut pula dapat
memotivasi dan menggairahkan siswa untuk belajar
sehingga siswa menjadi aktif dikelas.
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga
memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.
Lingkungan belajar yang kondusif yaitu segala sesuatu
yang berhubungan dengan tempat poses pembelajaran
yang dilaksanakan yang sesuai dan mendukung
keberlangsungan proses pembelajaran. Dengan adanya
lingkungan belajar yang kondusif seperti keadaan kelas
yang bersih, tertata rapi, tidak bising, suasana kelas yang
nyaman dan sebagainya dapat membangkitkan motivasi
belajar siswa dan menjaga siswa tetap fokus dalam
belajar.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat
disimpulkan bahwa indikator motivasi belajar yaitu
ketekunan dalam mengerjakan tugas, tertarik terhadap
bermacam masalahan dan memecahkannya. Motivasi
belajar juga dapat didorong dengan adanya penghargaan,
kegiatan yang menarik, dan lingkungan belajar yang
kondusif. Seorang siswa yang senantiasa memiliki motivasi
belajar yang tinggi, akan melibatkan diri secara aktif dalam
kegiatan belajar.

3. Kerangka Befikir

Pembelajaran konvensional yang dilakukan oleh pendidik


yaitu dengan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan baik
secara individu maupun kelompok berdampak pada kegiatan
pembelajaran menjadi membosankan, tidak menarik, dan
menyebabkan peserta didik tidak termotivasi belajar. Selain hal
tersebut, faktor lingkungan atau emosi peserta didik yang kurang
bagus juga bisa menyebabkan peserta didik kurang termotivasi
dalam belajar. Akhirnya hasil belajar peserta didik juga menjadi
rendah.
Oleh karena itu diperlukan perubahan proses pembelajaran
untuk lebih meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
Pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar peserta
didik dapat dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran
inkuiri terbimbing. Metode ini digunakan dengan memberikan
penguatan positif yaitu dengan memberikan penghargaan berupa
verbal atau non verbal dan memberikan penguatan negative yaitu
dengan memberikan hukuman kepada peserta didik.

Dalam penelitian ini akan dilaksanakan angket pada kedua


kelompok sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengetahui kemampuan awal peserta didik, kemudian kelas
eksperimen akan diberi perlakuan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran reinforcement sedangkan kelas kontrol
menerapkan pembelajaran tanpa menggunakan model
pembelajaran reinforcement. Setelah itu diberikan angket guna
mengukur motivasi pembelajaran menggunakan model
pembelajaran reinforcement. Berdasarkan uraian tersebut, maka
kerangka pikir tersebut dapat diilustrasikan dalam diagram
berikut ini:
Diagram 2.1
Kerangka Berpikir Penelitian Quasi Eksperimen
4. Hipotesis
1. Hasil belajar mapel IPS siswa SMP yang diajar dengan model
pembelajaran inkuiri berbeda dengan hasil belajar maple IPS
siswa SMP yang diajar dengan model ceramah
2. motivasi berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar Mapel
IPS siswa SMP
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri dengan
motivasi terhadap peningkatan hasil belajar Mapel IPS siswa
SMP
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu quasi


exsperimental desain bentuk nonequivalent control group design. Pada
desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih
secara random. Dua kelompok akan di berikan pretest kemudian
perlakuan dan posttest.
Desain nonequivalent control group design dapat digambarkan
pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1 Desain nonequivalent control group design

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest


Eksperimen O X O
Kontrol O O
(Dantes, 2012, hlm.97)
Keterangan:
O: Pretest = Postest
X: perlakuan model pembelajaran inkuiri terbimbing
Pretest diberikan sebelum dilakukan perlakuan pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Sedangkan pemberian posttest dilakukan
pada saat terakhir diberikan perlakuan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh suatu perlakuan.

Pada penelitian ini pembelajaran kelompok eksperimen dilaksanakan


dengan model inkuiri terbimbing dan untuk kelompok kontrol pembelajaran
dilakukan dengan menggunakan metode konvensional yaitu model ceramah
dan latihan soal. Dalam hal ini, peneliti memilih metode tes yang
digunakan sebagai pembanding
2. Populasi dan Sampel

Menurut Arikunto (2013) populasi adalah seluruh subjek dalam


lingkup penelitian. Jadi dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
keseluruhan objek atau subjek penelitian yang mempunyai kualitas dan
karakteristik yang diamati oleh peneliti untuk diambil kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di SMPN
1Kudu tahun pelajaran 2021-2022 yang terbagi menjadi 8 kelas yaitu VIIA,
VIIB, VIIC, VIID, VIIE, VIIF, VIIG, dan VIIH.

Menurut Arikunto (2013, hlm. 174) sampel adalah sebagian atau


wakil dari populasi yang diambil untuk diteliti. Dapat disimpulkan dari
kedua pendapat di atas sample adalah sebagian dari keseluruhan objek atau
subjek sebagai wakil yang memiliki kualitas dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi untuk diteliti.

Untuk menentukan sampel penelitian berikut, peneliti menggunakan


teknik random sampling. Peneliti mengambil 2 sampel kelas untuk
dijadikan kelas eksperimen dan kelas control dari 8 populasi kelas yang ada.
Dalam penelitian ini kelas eksperimen adalah siswa kelas 7C yang
berjumlah 32 orang dan kelas kontrol adalah kelas 7D yang berjumlah 31
orang pada SMP Negeri 1 Kudu tahun pelajaran 2021-2022

3. Variabel Penelitian

Dalam penelitian terdapat tiga variabel, yaitu dua variabel bebas


dan satu variabel terikat. Variabel bebas merupakan kondisi yang
dimanipulasi oleh pelaku eksperimen untuk menjelaskan keterkaitannya
dengan fenomena yang diobservasi. Sedangkan variabel terikat
merupakan perubahan yang terjadi dikarenakan pelaku eksperimen
merubah variabel bebas (Arifin, 2014, hlm. 188).

Pada penelitian ini variabel bebas yang digunakan yaitu model


pembelajaran inkuiri terbimbing dan motivasi belajar. Sedangkan variabel
terikatnya yaitu hasil belajar siswa. Model pembelajaran inkuiri terbimbing
dan motivasi belajar dikatakan variabel bebas karena akan di lihat
pengaruhnya terhadap hasil belajar dan hasil belajar dikatakan variabel
terikat karena hasil belajar yang dicapai merupakan pengaruh dari perlakuan
model inkuiri terbimbing dan motivasi belajar.

4. Definisi Operasional Variabel


1. Model inkuiri terbimbing
Yang dimaksud model inkuiri terbimbing dalam penelitian ini adalah
pendekatan yang mengajak peserta didik untuk melakukan
penyelidikan dimana guru masih memberikan bimbingan dalam
setiap langkah-langkahnya. Langkah pembelajaran berbasis inkuiri
yang dilakukan pada penelitian ini adalah: orientasi, merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, dan
membuat kesimpulan. Tahap inkuiri terbimbing yang sudah
ditentukan oleh guru adalah orientasi masalah dan rumusan masalah.
2. Motivasi belajar
Yang dimaksud motivasi belajar dalam penelitian ini adalah
motivasi intrinsik siswa
3. Hasil belajar
Yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini berupa nilai tes
yang terdiri atas soal pilihan ganda sebanyak 20 nomor. Soal-soal
tersebut terdiri atas dimensi pengetahuan faktual, konseptual, dan
prosedural.

5. Instrumen Pengukuran data


Pada penelitian ini instrument pengukuran data berupa soal pretes
dan soal postes. Soal tersebut merupakan soal pilihan ganda yang
berjumlah 20 buah.

6. Tehnik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data dapat dilakuan dalam berbagai setting,


dan berbagai cara. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan
dalam penelitian ini yaitu:
a. Tes
Tes dalam penelitian ini adalah tes untuk menentukan atau
mengukur hasil belajar siswa. Tes yang digunakan berupa tes
formatif pilihan ganda yang diadakan pada waktu yang telah
ditentukan yaitu sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah
pembelajaran (posttest).
b. Non Tes
Jika tes merupakan alat untuk mengukur kemampuan
seseorang melalui pertanyaan atau tugas, non tes merupakan salah
satu alat ukur untuk memberikan penilaian terhadap seseo rang
melalui pengamatan secara sistematis. Pengumpulan data non tes
penelitian ini melalui angket dan dokumentasi.
1) Angket
Pemberian angket pada penelitian ini berupa sejumlah
pertanyaan yang beisi penjabaran indicator-indikator motivasi
belajar siswa
2) Dokumentasi
Dokumentasi pada penelitian ini berupa foto-foto saat
pembelajaran berlangsung.

7. Tehnik Analisis Data


Untuk menjawab rumusan masalah pada penelitian ini digunakan
data dari hasil pretest dan posttest yang akan dianalisis menggunakan
pendekatan statistic secara manual dan dengan aplikasi SPSS
diantaranya melakukan:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sebar data
berdistribusi normal atau tidak. uji normalitas dapat dilakukan
dengan m enggunakan rumus Chi Kuadrat (Sugiyono, 2016, hlm.
172) . Langkah-langkah untuk uji normalitas sebagai berikut
menggunakan penghitungan rumus manual:
1) Membuat daftar frekuensi:
a) Mencari rentang (R) = Nilai terbesar – Nilai terkecil
b) Menghitung banyak kelas (BK) = 1 + (3,3) log n
c) Menghitung panjang kelas (P) = R
BK
2) Menentukan rata-rata dengan rumus:
Σ𝑓𝑖𝑥
𝑖
Rata-rata =
𝑓𝑖
Keterangan :
𝑥𝑖 = nilai tengah data ke-i
𝑓𝑖 = frekuensi data ke-i
3) Menentukan simpangan baku dengan rumus:

𝑛 ∑ 𝑓𝑥2 − (∑ 𝑓𝑥𝑖)2
𝑖

𝑆=
𝑛(𝑛 − 1)

Keterangan :
n = Jumlah responden

f = Frekuensi
xi = Nilai tengah

4) Menghitung chi kuadrat dengan rumus:

𝝌𝟐 (𝒇𝒐−𝒇𝒉)𝟐
=
𝒇𝒉
Keterangan:
𝜒2 = Chi Kuadrat
𝑓𝑜 = frekuensi yang diobservasi
𝑓ℎ = frekuensi yang diharapkan
5) Menentukan derajat kebebasan
Db = k - 3 Keterangan:
k = jumlah variable

6) Keputusan uji
Diterima jika HO jika X2 hitung < X2 tabel maka data distribusi
normal, jika sebaliknya maka data distribusi tidak normal.
Berikut langkah-langkah uji normalitas menggunakan aplikasi
SPSS menurut Santoso (2017, hlm. 203) yaitu:
1) Buka lembar kerja/file deskriptif
2) Lalu klik menu Analyze Descriptive Statistic
Expolre
3) Lalu isi Dependent List, Factory list
4) Lalu klik pilihan Statistics
5) Kemudian klik continue
6) Klik pada pilihan plots
7) Lalu isi pada boxplot pilihan none
8) Lalu aktifkan pilihan normality plots with test
9) Lalu pada pilihan spread vs level with levene test, pilih power
estimation untuk menguji kesamaan varians.
10) Tekan continue
11) Pada bagian displays pilih both
12) Lalu Ok

Keputusan uji normalitas:


1) Jika nilai signifikan > 0,05 maka data berdistribusi normal.
2) Jika nilai signifikan < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal.

b. Uji Homogenitas
Salah satu uji persyaratan yang harus dipenuhi dalam
penggunaan statistik parametrik yaitu uji homogenitas. Uji
homogenitas dilakukan untuk mengetahui seragam tidaknya variansi
sample-sample yang diambil dari populasi yang sama. Pengujian
homogenitas dapat di lakukan dengan rumus Uji-F sebagai berikut:

Varians terbesar
F=
Varians terkecil

Dengan kriteria uji:


1. Jika F hitung < F tabel, maka varian homogen.
2. Jika F hitung > F tabel, maka varian tidak homogen.
Langkah-langkah uji homogenitas menggunakan SPSS menurut
Santoso (2017, hlm. 203) yaitu:
1) Buka lembar kerja/file deskriptif
2) Lalu klik menu Analyze Descriptive Statistic
Expolre
3) Lalu isi Dependent List, Factory list
4) Lalu klik pilihan Statistics
5) Kemudian klik continue
6) Klik pada pilihan plots
7) Lalu isi pada boxplot pilihan none
8) Lalu aktifkan pilihan normality plots with test
9) Lalu pada pilihan spread vs level with levene test, pilih power
estimation untuk menguji kesamaan varians.
10) Tekan continue
11) Pada bagian displays pilih both
12) Lalu Ok

Kriteria uji homogenitas:


1) Jika nilai signifikan > 0,05 maka data homogen.
2) JIka nilai signifikan < 0,05 maka data tidak homogen.
c. Uji Hipotesis
Jika data normal dan homogen maka dilakukan uji parametric
berupa uji t, dengan rumus

Langkah-langkah penghitungan uji t menggunakan SPSS menurut


Santoso (2017, hlm. 265) sebagai berikut:
1) Buka File
2) Menu Analyze Compare-Means Independent- Sample T test
3) Masukan variable
4) Klik define group
5) Klik continue
6) Lalu Ok
DAFTAR PUSTAKA

Yani (2022). Pengaruh Motivasi Belajar Dan Kesiapan Belajar Terhadap


Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Kota Jambi.
Scientific Journals of Economic Education.2. 82-96
Kemdikbudristek. (2022). Capaian Pembelajaran Pada Pendidikan Anak
Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, Dan Jenjang Pendidikan
Menengah Pada Kurikulum Merdeka. Jakarta: Badan Standar,
Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi
Karima dan Ramadhani. (2018). Permasalahan Pembelajaran IPS dan
Strategi Jitu Pemecahannya. ITTIHAD. 11. 42-53
Mahfirah. (2022). Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar IPS Terpadu
Melalui Small Group Discussion Berbasis Outdoor Study. JIIPSI:
Jurnal Ilmiah Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia. 2. 199-213
Ekayogi I Wayan. (2022). Model Pembelajaran Inkuiri
TerbimbingBerbantuan Google Workspace for Education Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA. Jurnal didaktika Pendidikan Dasar.
6. 433-452. doi: 10.26811 / didaktika.v 6i2.495
Panggabean. Dkk. (2022). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Untuk Meningkatkan High Order Thinking Skills. Jurnal
Pendidikan Fisika. 11. 33-39. DOI: 10.24114/jpf.v11i1.30200
Mulyasa. (2015). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sardiman. (2018). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
RajaGrafindo Persada
Tambunan, R. 2015. Motivasi Intrinsik & Motivasi Ekstrinsik. Universitas
Sumatera Utara: Tesis.
Huzaefah. (2017). Studi Tentang Pelaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri
Pada Komunitas Sekolah Rumah. DWIJACENDEKIA Jurnal Riset
Pedagogik 1. 49-59
Arikunto, Suharsimi. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Jakarta: Alfabeta
Singgih, Santoso (2017). Panduan lengkap menguasai statistik dengan
SPSS 17. Jakarta: Elex Media Komputindo

Anda mungkin juga menyukai