OLEH:
AMAN MAQSUDI
NPM 220599010005
BAB 1
PENDAHULUAN
2. Rumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh model pembelajaran inquiri terhadap hasil
belajar Mapel IPS siswa SMP?
2. Apakah ada pengaruh motivasi terhadap hasil belajar Mapel IPS
siswa SMP?
3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran inkuiri dengan
motivasi terhadap hasil belajar Mapel IPS siswa SMP?
3. Tujuan Penelitian
1. Menganalisa pengaruh model pembelajaran inquiri terhadap
hasil belajar Mapel IPS siswa SMP
2. Menganalisa pengaruh motivasi terhadap hasil belajar Mapel
IPS siswa SMP
3. Menganalisa interaksi antara model pembelajaran inkuiri dengan
motivasi terhadap hasil belajar Mapel IPS siswa SMP
4. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
1. Dapat menjadi dasar bagi penelitian sejenis tentang model
pembelejaran inquiri dan pendekatan keterampilan proses
2. Menambah khazanah ilmu bagi pendidik untuk
mengembangkan proses pembelajaran yang dilakukan
b. Secara Praktis
1. Meningkatkan kemampuan mengelolah proses pembelajaran
bagi guru dikelas
2. Menambah pengetahuan bagi guru untuk merancang jenis
pembelajaran yang berpusat pada siswa
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Kajian Empirik
Sebagaimana dikemukakan dalam pendahuluan bahwa salah
satu pendekatan pembelajaran yang direkomendasikan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS baik dari
dimensi pengetahuan maupun keterampilan adalah pendekatan
inkuiri dan pendekatan keterampilan proses. Ekayogi (2022)
menyatakan Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan
model yang dirancang untuk membawa peserta didik dalam proses
pembelajaran melalui penyelidikan dan penjelasan dalam waktu
yang singkat dengan bantuan guru. Dalam model pembelajaran
inkuiri, siswa memperoleh petunjuk umum berupa pertanyaan-
pertanyaan yang bersifat membimbing. Pada model pembelajaran
inkuiri, siswa juga diajak untuk berpikir kritis, analitis, dan
sistematis dalam rangka menemukan jawaban secara mandiri dari
berbagai permasalahan yang diutarakan sehingga kemampuan
pengetahuan, emosinal dan ketrampilan siswa akan berkembang.
Pada akhirnya pengetahuan yang diperoleh siswa akan lebih
bermakna.
Pada pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya duduk dan
mendengarkan penjelasan guru tentang suatu materi tetapi juga
berperan aktif dalam membangun pengetahuannya tentang suatu
materi. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan penyelidikan dan
menjelaskan hubungan antar objek dan peristiwa. Azizmalayeri
dalam Panggabean (2022) menyatakan bahwa model pembelajaran
inkuiri terbimbing lebih menekankan pada kolaborasi antar siswa
dalam menyelesaikan dan memecahkan suatu permasalahan serta
membangun konsep dan pengetahuan secara mandiri. Kegiatan
pembelajaran pada inkuiri terbimbing melibatkan proses kognitif
kompleks yang mengharuskan siswa memiliki latar belakang
pengetahuan dalam konsep ilmiah yang direncanakan untuk
diselidiki, mengajukan pertanyaan yang tepat, mengidentifikasi dan
mengoperasionalkan variabel, merumuskan hipotesis, dan
merancang eksperimen yang jelas. Oleh karena itu, pembelajaran
dengan model inkuiri terbimbing siswa tertantang untuk lebih kreatif
dan inovatif.
2. Kajian Teoritik
A. Model Pembelajaran Inkuiri
1. Pengertian dan Karakteristik
Pembelajaran Inkuiri berasal dar bahasa inggris
“inquiry”, yang secara harfiah berarti penyelidikan. Carin
dan Sund dalam Mulyasa (2015) mengemukakan bahwa
inkuiri adalah the process of investigating a problem.
Adapun piaget mengemukakan bahwa metode inkuiri
merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada
situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar
melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya
sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan
penemuan yang lain, membandingkan apa yang
ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain.
Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara
analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berfikir itu sendiri
biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan
siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan
strategi heuristic, yang berasal dari bahasa yunani, yaitu
heuriskein yang berarti saya menemukan.
2. Jenis-Jenis Inkuiri
Adapun menurut Sund dan Trowbridge dalam
Huzaefah (2017), mengemukakan tiga macam model inkuiri
sebagai berikut:
1) Guided inquiry (inkuiri terbimbing)
Peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang
dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa
pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Pendekatan
ini digunakan terutama bagi para peserta didik yang
belum berpengalaman belajar dengan model inkuiri,
dalam hal ini guru memberikan bimbingan dan
pengarahan yang cukup luas. Pada tahap awal bimbingan
lebih banyak diberikan, dan sedikit demi sedikit di
kurangi, sesuai dengan perkembangan pengalaman
peserta didik. Dalam pelaksanaannya sebagian besar
perencanaan dibuat oleh guru. Peserta didik tidak
merumuskan permasalahan. Petunjuk yang cukup luas
tentang bagaimana menyusun dan mencatat data
diberikan oleh guru.
2) Free Inquiry (Inkuiri Bebas).
Pada inkuiri bebas peserta didik melakukan penelitian
sendiri bagaikan seorang ilmuan. Pada pengajaran ini
peserta didik harus dapat mengidentifikasikan dan
merumuskan barbagai topik permasalahan yang hendak
diselidiki. Metodenya adalah inkuiri role approach yang
melibatkan peserta didik dalam kelompok tertentu, setiap
anggota kelompok memiliki tugas sebagai, misalnya
koordinator kelompok, pembimbing teknis, pencatatan
data, dan pengevaluasi proses.
3) Modified Free Inquiry (Inkuiri bebas yang dimodifikasi)
Pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan atau
problem dan kemudian peserta didik diminta untuk
memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan,
eksplorasi, dan prosedur penelitian.
6) Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan
temuannnya yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian
hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya
dalam proses pembelajaran. Dan untuk mencapai
kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu
menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata latin”movere” yang artinya
dorongan atau daya penggerak. Menurut Fillmore H.
Standford dalam buku Mangkunegara (2017) mengatakan
bahwa “motivation as an energizing condition of the
organism that services to direct that organism toward the
goal of a certain class” (motivasi sebagai suatu kondisi
yang menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu).
Menurut Sardiman (2018), motif dapat dikatakan sebagai
daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu
tujuan.
Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan
untuk membangkitkan gairah belajar siswa sehingga
kegiatan belajar dapat berjalan dengan baik. Adapun
pengertian motivasi belajar menurut Sardiman (2018)
adalah “Keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah
pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki
oleh subjek belajar itu dapat tercapai”.
Uno (2017), mengatakan bahwa motivasi belajar
merupakan dorongan internal dan eksternal pada siswa-
siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator
atau unsur yang mendukung.
Dari beberapa pengertian motivasi belajar menurut
para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
merupakan dorongan yang timbul baik dari dalam maupun
dari luar diri siswa, yang mampu menimbulkan semangat
dan kegairahan belajar serta memberikan arah pada
kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat
tercapai.
2. Fungsi Motivasi
Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam
suatu kegiatan, yang nantinya akan mempengaruhi kekuatan
dari kegiatan tersebut. Menurut Sardiman (2018), fungsi
motivasi ada 3 yaitu:
a. Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal
ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan
yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan ke tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan
arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan
rumusan tujuan.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-
perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna
mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-
perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Selanjutnya, Sukmadinata (2011), mengatakan bahwa
motivasi memiliki 2 fungsi, yaitu:
a. Mengarahkan (directional function)
Dalam mengarahkan kegiatan, motivasi berperan
mendekatkan atau menjauhkan individu dari sasaran
yang akan dicapai. Apabila sasaran atau tujuan
merupakan sesuatu yang diinginkan oleh individu,
maka motivasi berperan mendekatkan. Sedangkan bila
sasaran tidak diinginkan oleh individu, maka motivasi
berperan menjauhi sasaran
b. Mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan (activating
and energizing function)
Suatu perbuatan atau kegiatan yang tidak bermotif atau
motifnya sangat lemah, akan dilakukan dengan tidak
sungguh-sungguh, tidak terarah dan kemungkinan
besar tidak akan membawa hasil. Sebaliknya apabila
motivasinya besar atau kuat, maka akan dilakukan
dengan sungguh- sungguh, terarah dan penuh
semangat, sehingga kemungkinan akan berhasil lebih
besar.
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong seseorang
untuk melakukan suatu kegiatan dan mencapai prestasi.
Dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari
adanya motivasi, maka seseorang yang melakukan kegiatan
itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik dan sasaran
akan tercapai.
3. Macam-Macam Motivasi
Motivasi banyak sekali macamnya, karena dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang. Namun penulis hanya akan
membahas dari dua macam sudut pandang yaitu motivasi
yang berasal dari dalam pribadi seseorang yang biasa
disebut motivasi intrinsik dan motivasi yang berasal dari
luar pribadi seseorang yang biasa disebut motivasi
ekstrinsik.
Menurut Tambunan (2015), motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik merupakan jenis motivasi berdasarkan
sumbernya.
a. Motivasi intrinsik, adalah motivasi yang ditimbulkan dari
diri seseorang. Motivasi ini biasanya timbul karena
adanya harapan, tujuan dan keinginan seseorang
terhadap sesuatu sehingga dia memiliki semangat untuk
mencapai itu.
b. Motivasi ekstrinsik, adalah sesuatu yang diharapkan akan
diperoleh dari luar diri seseorang. Motivasi ini biasanya
dalam bentuk nilai dari suatu materi, misalnya imbalan
dalam bentuk uang atau intensif lainnya yang diperoleh
atas suatu upaya yang telah dilakukan.
Adapun menurut Sardiman (2018), mengatakan
bahwa motivasi intrinsik dan ekstrinsik adalah sebagai
berikut:
a. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif
atau berfungsinya tidak perlu rangsangan dari luar,
karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu.
b. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang menjadi
aktif atau berfungsinya karena adanya rangsangan dari
luar.
Menurut pendapat para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar yang ada pada diri
siswa diantaranya motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam
diri siswa itu sendiri, tanpa adanya rangsangan dari luar,
sebaliknya motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang dimbul
akibat adanya rangsangan dari luar diri siswa.
3. Kerangka Befikir
3. Variabel Penelitian
𝑛 ∑ 𝑓𝑥2 − (∑ 𝑓𝑥𝑖)2
𝑖
√
𝑆=
𝑛(𝑛 − 1)
Keterangan :
n = Jumlah responden
f = Frekuensi
xi = Nilai tengah
𝝌𝟐 (𝒇𝒐−𝒇𝒉)𝟐
=
𝒇𝒉
Keterangan:
𝜒2 = Chi Kuadrat
𝑓𝑜 = frekuensi yang diobservasi
𝑓ℎ = frekuensi yang diharapkan
5) Menentukan derajat kebebasan
Db = k - 3 Keterangan:
k = jumlah variable
6) Keputusan uji
Diterima jika HO jika X2 hitung < X2 tabel maka data distribusi
normal, jika sebaliknya maka data distribusi tidak normal.
Berikut langkah-langkah uji normalitas menggunakan aplikasi
SPSS menurut Santoso (2017, hlm. 203) yaitu:
1) Buka lembar kerja/file deskriptif
2) Lalu klik menu Analyze Descriptive Statistic
Expolre
3) Lalu isi Dependent List, Factory list
4) Lalu klik pilihan Statistics
5) Kemudian klik continue
6) Klik pada pilihan plots
7) Lalu isi pada boxplot pilihan none
8) Lalu aktifkan pilihan normality plots with test
9) Lalu pada pilihan spread vs level with levene test, pilih power
estimation untuk menguji kesamaan varians.
10) Tekan continue
11) Pada bagian displays pilih both
12) Lalu Ok
b. Uji Homogenitas
Salah satu uji persyaratan yang harus dipenuhi dalam
penggunaan statistik parametrik yaitu uji homogenitas. Uji
homogenitas dilakukan untuk mengetahui seragam tidaknya variansi
sample-sample yang diambil dari populasi yang sama. Pengujian
homogenitas dapat di lakukan dengan rumus Uji-F sebagai berikut:
Varians terbesar
F=
Varians terkecil