Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Kimia
Dosen Pengampu : Mohamad Agung Rokhimawan, M.Pd.
Disusun Oleh :
3) Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
dikaji.Sebagaijawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salahsatu
cara yang dapatdilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak
(berhipotesis) padasetiap 150 Nurdyansyah, M.Pd., Eni Fariyatul Fahyuni,
M.Pd.I anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang
dapatmendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau
dapatmerumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu
permasalahanyang dikaji.
4) Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untukmenguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri,
mengumpulkandata merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembanganintelektual. Proses pemgumpulan databukan hanya memerlukan
motivasi yangkuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan
kemampuanmenggunakan potensi berpikirnya.
5) Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuaidengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan
data.Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir
rasional.Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya
berdasarkanargumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemuk an
dan dapatdipertanggungjawabkan.
6) Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperolehberdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan
yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswadata mana yang
relevan. Alasan rasional penggunaan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri
adalahbahwa siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik
mengenaimatematika dan akan lebih tertarik terhadap matematika jika mereka
dilibatkansecara aktif dalam “melakukan” penyelidikan.
Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri.Investigasi ini difokuskan untuk
memahami konsep-konsep matematika danmeningkatkan keterampilan proses
berpikir ilmiah siswa. Sehingga diyakinibahwa pemahaman konsep merupakan
hasil dari proses berpikir ilmiah tersebut.Pembelajaran dengan pendekataninkuiri
yang mensyaratkan keterlibatan aktifsiswa diharapkan dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri merupakan pendekatan
pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri
siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri,
mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar
ditempatkan sebagai subjek yang belajar, peranan guru dalam pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator.
2. Dampak Pengiring
Dampak pengiring adalah perilaku kecendekiawanan yang ditujukkan pebelajar
yang diakibatkan oleh pengamalan belajar dengan model ini. Perilaku
kecendekiawanan ini sebenarnya mencakup domain yang sagat luas, karena
pebelajar berinteraksi dengan lingkungan yang tak terbatas. Dalam konteksi ini
dampak pegiring itu dilihat dari model ini dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek
kognitif, psiomotor, dan afektif (Parta, 2017:101-103).
Aspek kognitif yang diperhatikan antara lain; (1) ‚perilaku berpikir pada tingkat
yang ‚lebih tinggi‛ (berpikir reflektif, berpikir kritis, berpikir kreatif, berpikir
koektif, dan lain-lain), (2) kemampuan memandang suatu persoalan Model
Pembelajaran Inkuiri Halaman: 103 dari beberapa sudut pandang, dan (3)
kemampuan menyelesaikan masalah secara tuntas/final (Parta, 2017:101-103).
Dampak pengiring pada domain psikomotor adalah keterampilan dalam
merumuskan pertanyaan, keterampilan dalam mendiskripsikan situasi, keterampilan
dalam mengorgansasikan atau melokalisir suatu masalah. Sedangkan aspek afektif
meliputi; (1) kesungguhan dalam usaha memahami persoalan secara mendalam, (2)
kemauan bersikap terbuka dan saling berbagi (share) kepada rekan, dan (3)
kemandirian dalam menyelesaikan persoalan. (Parta, 2017:101-103).
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan
mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku
dan sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan
atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan
atau eksperimen dengan menggunakan alat atau memperoleh data
menganalisis dan menginterprestasi data serta membuat prediksi dan
mengomunikasikan hasilnya.
2. Ciri-ciri materi dengan model inquiri based science education (IBSE) adalah:
a) Model pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara
maksimal untuk mencari dan menemukan. b) Seluruh aktivitas yang
dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri
dari sesuatu yang dipertanyakan. c) Tujuan dari penggunaan pembelajaran
inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis,
kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari
proses mental.
3. Langkah-langkah IBSE menurut LAMAP yaitu orientasi, merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan
merumuskan kesimpulan
4. Menurut National Science Education Standard (NRC, 1996) perencanaan
dan pengorganisasian materi dalam pengajaran inkuiri dapat dilakukan
dengan cara: (1) mengembangkan kerangka kerja jangka panjang
(setahun) dan tujuan-tujuan jangka pendek bagi siswanya; (2) memilih
konten sains, mengadaptasi dan merancang kurikulum yang memenuhi
minat, pengetahuan, pemahaman, kemampuan, dan pengalaman siswa; (3)
memilih strategi mengajar dan asesmen yang mendukung pengembangan
pemahaman siswa dan memberikan dampak iringan terhadap masyarakat
pebelajar sains; (4) bekerja sama sebagai kolega di dalam disiplin, juga
lintas disiplin dan jenjang kelas. Dalam hal ini inkuiri menjadi
pertanyaan-pertanyaan autentik yang diturunkan dari pengalaman siswa
dan merupakan strategi sentral dalam pengajaran sains.
5. Dalam proses penerapan pendekatan IBSE untuk proses pembelajaran ilmu
kimia, terdapat 3 macam model pembelajaran inquiri yang dapat digunakan
diantaranya inkuiri terbimbing (guided inquury), inkuiri bebas (free inquiry),
Inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry)
6. Efek atau dampak pembelajaran dari IBSE adalah (1) penguasaan bahan ajar,
(2) penghalusan pengetahuan, (3) aktivitas pebelajar, dan (4) respon
mahasiswa. Sedangkan efek pengiringnya adalah pada domain psikomotor
adalah keterampilan dalam merumuskan pertanyaan, keterampilan dalam
mendiskripsikan situasi, keterampilan dalam mengorgansasikan atau
melokalisir suatu masalah. Sedangkan aspek afektif meliputi; (1)
kesungguhan dalam usaha memahami persoalan secara mendalam, (2)
kemauan bersikap terbuka dan saling berbagi (share) kepada rekan, dan (3)
kemandirian dalam menyelesaikan persoalan. (Parta, 2017:101-103).
B. SARAN
Dari beberapa hasil penelitian sementara diperkirakan bahwa inkuri
tidak cukup hanya digunakan sebagai metode atau pendekatan dalam
pembelajaran IPA, bahkan tidak juga cukup inkuiri digunakan sebagai
model pembelajaran. Sudah waktunya inkuiri dikembangkan serta
diterapkan dalam pembelajaran IPA sebagai kemampuan yang harus
diukur atau diases. Kemampuan (ability) sendiri menghen-daki
berinteraksinya pengetahuan dengan keterampilan secara berulang- ulang
sehingga bisa menjadi milik orang-orang (atau siswa) yang
mengalaminya (Hala-dyna, 1997). Tidak cukup pembelajaran IPA hanya
mencapai achievement. Achievement hanya bertahan sebentar dan dapat
menurun kembali, sementara ability dapat bertahan lama dan cenderung
menetap. Dengan kata lain, belajar konsep IPA saja atau belajar
keterampilan (proses sains, berpikir kritis) saja tidak memecahkan
persoalan. Mengalami pembelajaran IPA yang memungkinkan siswa
belajar aktif membangun konsep dan keterampilan sedemikian rupa
terinternalisasi hingga menjadi miliknya dan menjadi kebiasaannya,
merupakan target yang perlu dituju dan dicapai oleh para pendidik,
termasuk pendidik di LPTK yang menyiapkan calon gurunya.
DAFTAR PUSTAKA
Asmorowati, D. S. (2009). Pembelajaran kimia menggunakan kolaborasi konstruktif
dan inkuiri berorientasi chemo-entrepreneurship. Jurnal Inovasi Pendidikan
Kimia, 3(2).
Dahar, R Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta:
Depdiknas Rustaman, N. Y., Dirdjosoemarto, S., Yudianto.
Dewi, N.L. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Sikap
Ilmiah Dan Hasil Belajar IPA. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol 3.
Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Mandiri.
Joyce, B. & Weil, M. with Calhoun, E. 2000. Models of Teaching. 6th edition. Boston:
Allyn and Bacon.
Limba, A. 2004. “Pengembangan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri untuk
Meningkatkan keterampilan Proses Sains, Penguasaan Konsep dan Semangat
Berkreativitas Siswa SLTP pada Konsep Perpindahan Kalor”. Tesis Magister.
Program Pascasarjana UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
National Research Council. 1999. Inquiry and the National Science Education
Standards: A Guide for Teaching and Learning. Washington, DC: National
Academy Press.
National Research Council. 2001. Inquiry and the National Secience Education
Standards: A Guide for Teaching and Learning. Washington, DC: National
Academy Press. Tersedia:
http://books.nap.edu/html/inquiry_addendum/notice.html
Piaget, J. 1969. The Early Growth of Logic in The Child. New York: Norton.
Parta, Nengah. (2017). Model Pembelajaran Inkuiri. Malang: Universitang Negeri
Malang
Paramita, D.A, dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan
Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Konsep Diri Akademik Siswa Pada
Pembelajaran IPA. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol 1(1).
Sanjaya, Wina. 2017. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Saputra, Z. A. H., Yuanita, L., & Ibrahim, M. 2017. Pengembangan perangkat
pembelajaran kimia model inkuiri untuk meningkatkan penguasaan konsep dan
melatih keterampilan berpikir kritis siswa SMA. JPPS (Jurnal Penelitian
Pendidikan Sains), 6(1), 1218-1223.
Shih, J.-L., Chuang, C.-W., & Hwang, G.-J. 2010. An Inquiry-based Mobile Learning
Approach to Enhancing Social Science Learning Effectiveness. Educational
Technology & Society, 13 (4), 50–62.
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013.
Yoyakarta: Arruz Media.
Suarsani, Gusti Ayu. 2011. “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA SMA PGRI Gianyar 3
Ubud”. Tesis (tidak diterbitkan). Singaraja: Undiksha
Rakhmawan, A., Setiabudi, A., & Mudzakir, A. 2015. Perancangan Pembelajaran
Literasi Sains Berbasis Inkuiri pada Kegiatan Laboratorium. Jurnal Penelitian
dan Pembelajaran IPA, 1(1), 143-152.
Rustaman, N. Y. 2005. “Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri dalam
Pendidikan Sains”. In Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional II
Himpunan Ikatan Sarjada dan Pemerhati Pendidikan IPA Idonesia Bekerjasama
dengan FPMIPA. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung (pp. 22-23).
Usman, M. U. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Yusran. 2003. “Pembelajaran Fluida Tak Bergerak yang Berbasis Inkuiri untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa SMU”. Tesis Magister. PPS UPI.
Bandung: tidak diterbitkan.