PENDAHULUAN
IPA secara nasional. Saat ini kesejahteraan bangsa tidak hanya tergantung
pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber pada
suatu keharusan. Mutu lulusan tidak cukup bila diukur dengan standar lokal
saja sebab perubahan global telah sangat besar mempengaruhi ekonomi suatu
teknologi tinggi, dengan demikian bangsa yang berhasil adalah bangsa yang
pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau
minat dan motivasi. Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa tidak
suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan itu anak didik dapat
1
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar
rata-rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar.
Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya
untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang
penting dalam menentukan seberapa jauh siswa akan belajar dari suatu
menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu,
sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapan materi itu dengan lebih
Untuk itu sebagai seorang guru disamping menguasai materi, juga diharapkan
Learning. Ada beberapa keunggulan dari metode ini, diantaranya adalah lebih
2
semangat kemandirian siswa. Hal yang terpenting adalah siswa merasa perlu
atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu. Dari latar belakang
B. Rumusan Masalah
3
C. Tujuan Penelitian
Masalah).
Masalah).
D. Manfaat Penelitian
materi IPA.
IPA.
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka
4
secara berulang akan mendorong mereka mengajukan pertanyaan, mencari
2000).
mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang
tertentu.
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,
F. Batasan Masalah
meliputi :
2016/2017.
pelajaran 2016/2017.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat IPA
Secara khusus istilah sains dimaknai sebagai Ilmu Pengetahuan Alam atau
6
pengetahuan yang sistematis tentang alam dan dunia fisik, termasuk di
alam.
yang diperoleh dengan cara yang terkontrol. Artinya sains selain sebagai
7
2) Kognitif, artinya merupakan proses mengetahui dan memperoleh
pengetahuan;
sosial, dan ide abstrak. Sains dalam arti khusus sebagai Ilmu
8
Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2002: 7)
bentuk angka-angka.
bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan.
kebernaran.
metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil
(produk).
9
B. Proses Belajar Mengajar IPA
atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling
2000: 5).
ini sesuai dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami
tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman,
2000: 5).
timbal balik yang berlangsung dalam situasi eduaktif untuk mencapai tujuan
tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu
10
merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar
program tindak lanjut (dalam Suryabrata, 1997: 18). Dari kedua pendapat
sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi
C. Konsep IPA
1. Pengertian Konsep
definisi contoh dan bukan contoh, sifat-sifat atau super ordinat, sub ordinat
Hamalik (2002: 132) konsep adalah suatu obyek, peristiwa atau orang
misalnya buku, siswa dan lain-lain. Jadi konsep adalah sesuatu yang
11
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep
perilaku tertentu. Oleh karena itu Ratna Wilis (1988) dalam bukunya
a. Atribut
dapat berupa fisik seperti warna, tinggi, atau dapat juga berupa
fungsional.
b. Struktur.
atribut itu. Ada tiga macam struktur yang dikenal. Konsep konjungtif
adalah konsep dimana terdapat dua atau lebih sifat-sifat sehingga dapat
konsep-konsep dimana satu dari dua atau lebih sifat-sifat harus ada.
konsep.
12
c. Keabstrakan.
dan karena tidak ada dua orang yang mempunyai pengalaman persis
d. Keinklusifan
contoh yang terlibat di dalam konsep itu. Misalnya bagi seorang anak
kucing keluarga.
posisi super ordinat dan sub ordinatnya, sehingga makin umum suatu
konsep lain.
f. Ketepatan.
g. Kekuatan (Power).
dibedakan menjadi dua cara, yaitu: cara asimilasi dan cara akomodasi.
13
Adapun dari dua cara tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
pengamatan.
dapat begitu saja dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. Cara yang
dihadapinya.
pebelajar yang mandiri dan otonom. Melalui bimbingan yang diberikan secara
14
Menurut Arends (1997:156), model Problem Based Learning sangat
berguna untuk mengembang kan berpikir ke tingkat berpikir yang lebih tinggi
belajar. Model pengajaran ini cocok untuk materi pelajaran yang terkait erat
situasi yang nyata, serta melatih siswa untuk berdiri sendiri sebagai pebelajar
yang otonom. Pada pelajaran IPA, Problem Based Learning merupakan salah
satu pembelajaran yang cukup menarik dan sudah siap untuk digunakan,
untuk belajar dari sendiri, pembelajaran berdasarkan masalah juga lebih baik
dimana siswa hanya melihat, mengingat, dan mengulang apa yang sudah
15
berdasarkan masalah diperlukan untuk menyajikan kepada siswa pada situasi
masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan bantuan kepada
(1997:161) Problem Based Learning terdiri dari 5 tahapan utama yang dimulai
oleh guru dengan orientasi dengan masalah pada siswa dan diakhiri dengan
suatu penyajian dan analisis hasil dari kerja siswa, kelima tahapan tersebut
yakni diagram futures wheels dan membantu mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya.
16
penyelesaian mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. (Sumber:
Arends, 1997).
diharapkan dapat menemukan definisi dari tiap konsep dan memahami konsep
E. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa
17
yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif
yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan
meyerap dan mengendapkan mateti itu dengan lebih baik. Jadi motivasi
2. Macam-macam Motivasi
a. Motivasi Intrinsik
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada
18
3) Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan
adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak
dalam dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang
b. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu,
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
19
memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan
2) Pace Making (membuat tujuan sementara atu dekat): Pada awal kegiatan
Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang
sesuatu perbuatan.
sukses dengan
5) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang
besar.
belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti
dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada
ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan
20
mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi
Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik
dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah.
dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil
setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut
pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui
21
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
diinginkan dapat dicapai. Menurut Oja dan Smuljan (dalam Titik Sugiarti, 1997;
penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan utama
dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan,
pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti.
Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi
telah mencapai 85% atau lebih. Jadi dalam penelitian ini, peneliti tidak tergantung
23
A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
3. Subyek Penelitian
B. Rancangan Penelitian
Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang
PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku
24
tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru
maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu
25
Putar
an 1
Refleksi Rencana
awal/rancanga
n Putar
an 2
Tindakan/
Observasi
Rencana yang
Refleksi direvisi
Putar
Tindakan/ an 3
Observasi
Rencana yang
Refleksi direvisi
Tindakan/
Observasi
konsep.
26
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau
berikutnya.
masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan
membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir
C. Instrumen Penelitian
1. Silabus
pembelajaran
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-
27
3. Lembar Kegiatan Siswa
5. Tes formatif
materi gaya Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal
analisis butir soal tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas pada tiap
soal. Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang baik dan memenuhi
a. Validitas Tes
butir soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat kevalidan ini dapat
28
(Suharsimi Arikunto,
2001: 72)
b. Reliabilitas
Dengan:
besar dari harga r pada tabel product moment maka tes tersebut
reliabel.
29
c.Taraf Kesukaran
kesukaran adalah:
Dengan:
P : Indeks kesukaran
d. Daya Pembeda
30
(Suharsimi Arikunto, 2001: 211)
Dimana:
D : Indeks diskriminasi
benar
31
E. Teknik Analisis Data
teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat
dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga
siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Σ N = Jumlah siswa
32
2. Untuk ketuntasan belajar
belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas
belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap
BAB IV
33
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data
pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes
Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang
betul-betul mewakili apa yang diinginkan. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat
Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan
prestasi
penelitian berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut
diuji dan dianalisi. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian.
1. Validitas
34
Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes
perhitungan 46 soal diperoleh 16 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil
Tabel 4.1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa
2. Reliabilitas
Harga ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N
- 20 soal mudah
- 16 soal sedang
- 10 soal sukar
4. Daya Pembeda
35
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan
5. Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria jelek
yang berkriteria tidak baik 2 soal. Dengan demikian soal-soal tes yang
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1, dan
siswa 27 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
36
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I
TT : Tidak Tuntas
37
Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I
66,67% atau ada 18 siswa dari 27 siswa sudah tuntas belajar. Hasil
masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan
konsep.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II, dan
38
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikut.
39
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang
40
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3, dan
siswa 27 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III
digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada
41
Tabel 4.6. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus III
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Klasikal : Tuntas
42
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif
sebesar 78,15 dan dari 27 siswa yang telah tuntas sebanyak 24 siswa
lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan
baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar
43
3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami
d. Revisi Pelaksanaan
penemuan konsep dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta
dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang
perlu
dapat tercapai.
C. Pembahasan
prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya
belajar meningkat dari sklus I, II, dan II) yaitu masing-masing 66,67%,
44
77,78%, dan 88,89%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara
dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan
baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas
45
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
proses belajar mengajar IPA lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang
46
atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
47
DAFTAR PUSTAKA
Berg, Euwe Vd. (1991). Miskonsepsi IPA dan Remidi Salatiga: Universitas
Kristen Satya Wacana
Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn
dan Bacon.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press.
Universitas Negeri Surabaya.
Soedjadi, dkk. 2000. Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Surabaya; Unesa
Universitas Press.
48