Anda di halaman 1dari 33

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Untuk mewujudkan hal itu, maka sekolah sebagai
komponen utama pendidikan perlu mengelola pembelajaran sesuai dengan
prinsip-prinsip Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) antara lain: (1) kegiatan
berpusat pada siswa; (2) belajar melalui berbuat; (3) belajar mandiri dan belajar
bekerja sama (Muslich, 2007). Sejalan dengan prinsip KBM tersebut, maka
kegiatan pembelajaran diharapkan tidak terfokus pada guru, tetapi bagaimana
membuat siswa aktif dalam proses belajarnya dan dapat membangun
pengetahuannya sendiri (student centered learning), sehingga kegiatan
pembelajaran berorientasi pada dua aspek yaitu proses dan hasil.
Namun fakta yang terlihat di lapangan pada pembelajaran IPA khususnya
fisika, pembelajaran masih bersifat verbal, dimana siswa tampak pasif dan
menerima pengetahuan sesuai dengan yang diberikan guru. Proses belajar
mengajar yang dilakukan di sekolah masih terpusat pada guru (teacher centered).
Pada waktu guru memberi kesempatan untuk menjawab ataupun bertanya, siswa
bingung apa yang akan dijawab dan ditanyakan. Hal ini merupakan indikasi
bahwa kemampuan berpikir dan pemahaman konsep fisika siswa masih rendah.
Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa yang
mempengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran menurut Wina Sanjaya (2008
: 197) diantaranya : “faktor siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, faktor
lingkungan, serta faktor pendekatan mengajar (strategi, model dan metode) yang
digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran masih kurang”.
Harus diketahui juga bahwa selama ini hasil belajar fisika hanya tampak
dari kemampuan siswa menghafal fakta-fakta, ada siswa yang mampu menyajikan
tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang diterima siswa tetapi siswa itu
seringkali kurang memahami secara mendalam substansi materinya. Terutama
dalam pengajaran eksakta seperti fisika siswa cenderung menghafal rumus-rumus
tanpa mengerti konsep dasar. Pelajaran fisika sebagai basis sains dan teknologi,
disajikan sering menonjolkan persamaan matematik daripada konsep fisika. Siswa
lebih ditekankan agar dapat menjawab soal-soal ujian atau ulangan. Yang
2

diutamakan adalah hasil bukan konsep. Akibatnya sebagian besar siswa tidak
mampu menghubungkan antara yang dipelajari siswa dengan bagaimana
pengetahuan tersebut akan dipergunakan dan dimanfaatkan. Padahal siswa sangat
butuh memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
dan berpikir kreatif.
Salah satu pembenahan dalam proses belajar mengajar yang dapat
dilakukan adalah pemilihan model pembelajaran yang tepat dalam penyampaian
setiap konsep sehingga siswa secara mudah menerima atau menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Pemilihan model yang tepat atau sesuai untuk setiap
konsep membuat tujuan proses hasil belajar mengajar yang sudah ditentukan
tercapai dengan baik. Model pembelajaran berbasis masalah (PBM) atau Problem
Based Learning sangat erat hubungannya dengan pelajaran fisika. Hal ini
disebabkan karena pemecahan masalah merupakan pusat pembelajaran fisika
(Gerace W.J & Beatty, I.D, 2005) dan model PBM merupakan model
pembelajaran yang lebih menekankan pada pemecahan masalah atau masalah
sebagai titik tolak. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model
pembelajaran yang didasarkan pada permasalahan yang membutuhkan
penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata
dari permasalahan yang nyata misalnya, suatu fenomena alam yang berkaitan
dengan konsep fisika. Dari contoh permasalahan nyata jika diselesaikan secara
nyata, memungkinkan siswa memahami konsep fisika bukan sekedar menghafal
konsep (Trianto, 2009 : 89).

Berdasarkan penjelasan di atas maka Model Pembelajaran Berbasis


Masalah bukan hanya sekedar model pembelajaran yang diarahkan agar peserta
didik dapat mengingat dan memahami berbagai data, fakta atau konsep, akan
tetapi bagaimana data, fakta, dan konsep tersebut dapat dijadikan sebagai alat
untuk melatih kemampuan berpikir siswa dalam menghadapi dan memecahkan
suatu persoalan. Sasaran akhir model ini adalah kemampuan siswa untuk
memecahkan masalah-masalah sesuai dengan taraf perkembangan siswa yang
akan dicapai melalui kriteria keberhasilan yang ditentukan oleh proses dan hasil
belajar.
B. Tujuan Pembuatan Makalah
3

Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penyusunan makalah ini


adalah :
1. Untuk mengetahui penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Dinamika Dan
Hukum Newton di SMA Semester I kelas X Tahun Ajaran 2011/2012.
2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Sekolah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis
1. Pengertian Fisika
4

Fisika merupakan salah satu disiplin ilmu yang berkembang sangat pesat,
baik materi maupun kegunaannya dan perkembangan ini tentu tidak terlepas dari
kaitannya dengan bidang-bidang ilmu pengetahuan lainnya. Fisika juga
merupakan ilmu pengetahuan alam (sains) yang mambahas gejala-gejala dan
perilaku alam, yang dapat diamati oleh manusia.
Sifat ingin tahu anak didik perlu dirangsang, ditumbuhkan dan dipelihara
sebaik-baiknya karena fisika merupakan ilmu pengetahuan eksperimental, maka
dengan melakukan percobaan siswa tidak hanya memahami dan menguasai
konsep, teori, asal dan hukum fisika tetapi ia juga menerapkan metode ilmiah dan
mengembangkan sikap ilmiah.
Manusia selalu ingin tahu tentang banyak hal, termasuk tentang alam.
Pada mulanya manusia mencoba menjelaskan alam dengan mitos. Namun
akhirnya usaha manusia untuk menjelaskan alam diambil alih oleh metode ilmiah,
suatu metode yang menggabungkan kemampuan nalar dan eksperimen. Fisika
adalah salah satu metode ilmiah, fisika mempelajari segala sesuatu tentang alam
dari mulai partikel yang sangat kecil yang berukuran sepersejuta meter hingga
alam semesta dengan skala juta kilometer.

2. Hakikat Belajar- Mengajar


Dalam kegiatan belajar mengajar , anak adalah sebagai subjek dan sebagai
objek dari kegiatan pengajaran. Pada hakekatnya belajar dan mengajar adalah dua
kegiatan yang berbeda. Belajar adalah kegiatan-kegiatan untuk mempelajari
sesuatu (bahan pelajaran) yang dilakukan oleh siswa, sedangkan mengajar adalah
kegiatan-kegiatan penyampain pelajaran yang dilakukan oleh guru.
Belajar-mengajar dapat berlangsung dalam suatu proses yang disebut
proses belajar mengajar. Setiap kegiatan belajar-mengajar memiliki tujuan yaitu
sasaran atau cita-cita yang hendak dicapai itu adalah pembentukan pengetahuan,
sikap dan keterampilan siswa. Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan
mental yang tidak dapat dilihat, artinya proses perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan. Kita hanya mungkin dapat
menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Misalnya
ketika guru sedang menjelaskan suatu materi pelajaran, walaupun sepertinya
seorang siswa memerhatikan dengan saksama sambil mengangguk-anggukkan
kepala, maka belum tentu yang bersangkutan belajar.
5

Menurut Djamarah dan Aswan (2006 : 39-41) “ Ciri-ciri dari belajar


mengajar itu dibagi menjadi 8 yaitu :
1. Belajar mengajar memiliki tujuan
2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan
3. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi
yang khusus.
4. Ditandai dengan aktivitas anak didik.
5. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing.
6. Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin.
7. Ada batas waktu
8. Evaluasi”.

Menurut Sanjaya (2008 : 228) “Belajar adalah proses mental yang terjadi
dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku.
Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan
yang disadari”. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali, baik
sifat maupun jenisnya. Karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri
seseorang merupakan arti belajar. Menurut Slameto (2003 : 2-4) “ Adapun ciri-
ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar ada 6 yaitu :
1. Perubahan terjadi secara sadar
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku”.
1. Evaluasi Hasil Belajar
Menurut Suharsimi Arikunto dan Safruddin Abdul Jabar (2009 : 2)
“ Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya
sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menetukan
alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan”.
Fungsi dan tujuan evaluasi adalah :
1. Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil hasil belajar para siswa
6

2. Untuk menempatkan para siswa kedalam situasi belajar yang tepat dan
serasi dengan tingkat kemampuan, minat, dan sebagai karakteristik tang
dimiliki oleh setiap siswa.
3. Untuk mengenal latar belakang siswa (psikologis, fisik dan
lingkungan)yang berguna untuk menentukan sebab-sebab kesulitan belajar
para siswa
4. sebagai umpan balik bagi guru pada gilirannya dapat digunakan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar.
Hasil belajar melukiskan tingkat (kadar) pencapaian siswa atau
pembelajaran yang ditetapkan. Hasil belajar itu tercermin/terpancar dari
kepribadian siswa berupa perubahan tingkah lakunya setelah mengalami proses
belajar mengajar. Ini berarti, bahwa hasil belajar itu menggambarkan kemampuan
yang dimiliki siswa baik dari dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah
melakukan perbuatan belajar.
Hasil belajar yang akan diraih oleh siswa dapat dipengaruhi oleh banyak
faktor. Secara umum Slameto (2003 : 54-72) membedakan faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar menjadi 3 macam yaitu:
1. Faktor intern, yaitu:
a. Faktor jasmaniah seperti kesehatan dan cacat tubuh siswa.
b. Faktor Psikologis, seperti inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan dan kesiapan.
c. Faktor kelelahan
1. Faktor Ekstern, yaitu:
a. Faktor keluarga, seperti cara orangtua mendidik, relasi antara anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian
orangtua dan latar belakang kebudayaan.
b. Faktor sekolah, seperti metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat
pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan
gedung dan tugas rumah.
1. Faktor masyarakat, yaitu :
a. Kegiatan siswa dalam masyarakat
b. Mass media
7

c. Teman bergaul
d. Bentuk kehidupan masyarakat
Dari pernyataan di atas diperoleh bahwa evaluasi hasil belajar merupakan
proses menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau
pengukuran hasil belajar”. Berdasarkan pengertian evaluasi hasil belajar kita dapat
mengetahui tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang
dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran dimana tingkat
keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf, kata atau
simbol. Apabila tujuan utama kegiatan evaluasi hasil belajar ini sudah terealisasi,
maka hasilnya dapat difungsikan dan ditujukan untuk berbagai keperluan
misalnya untuk diagnostik dan pengembangan. Yang dimaksud dengan hasil
kegiatan belajar untuk diagnostik dan pengembangan adalah penggunaan dari
hasil kegiatan evaluasi hasil belajar sebagai dasar pendiagnosisan kelemahan dan
keunggulan siswa beserta sebab-sebanya, berdasarkan pendiagnosisan inilah guru
mengadakan pengembangan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan hasil
belajar siswa.

B. Model pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Rusman (2010:132) “Model pembelajaran adalah suatu rencana
atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain”. Untuk mengatasi berbagai
problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan model-model
mengajar yang mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar
dan juga kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan belajar
peserta didik. Model dirancang untuk mewakili realitas yang sesungguhnya,
walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia yang sebenarnya. Atas
dasar pengertian tersebut, maka model mengajar dapat dipahami sebagai kerangka
konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi
para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Model dapat dipahami sebagai:
8

1. Suatu tipe atau desain.


2. Suatu deskripsi atau analogi yang digunakan untuk membantu proses
visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati.
3. Suatu sistem asumsi-asumsi, data-data dan inferensi-inferensi yang dipakai
untuk menggambarkan secara matematis suatu obyek atau peristiwa
4. Suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu
terjemahan realistis yang disderhanakan
5. Suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner
6. Penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat
aslinya.
Model Pembelajaran dapat juga didefenisikan sebagai suatu pola yang
menerangkan suatu proses penyebutan dan menghasilkan situasi lingkungan yang
menyebabkan para siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan khususnya pada
tingkah laku siswa .
1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Menurut Rusman ( 2010 : 230 ) Model pembelajaran berbasis masalah
(problem-based learning / PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru
menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang
penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi siswa, dan memungkinkan siswa
memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata). Pengajaran
berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses
berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses
informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk
mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.

Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi teori konstruktivis. Pada


model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan masalah nyata yang
penyelesaiannya membutuhkan kerjasama antara siswa, guru memandu siswa
menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan, guru
memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan
supaya tugas-tugas tersebut dapat diselessaikan. Guru menciptakan suasana kelas
yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.

Adapun karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah


9

Menurut Arends (Trianto, 2009: 93), karakteristik pembelajaran berbasis


masalah adalah:

a. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berdasarkan


masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan
masalah yang keduanya secara sosial penting dan secara pribadi
bermakna bagi siswa.

b. Berfokus pada keterkaitan antardisiplin. Masalah yang akan


diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya
siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.

c. Penyelidikan autentik. Siswa dituntut untuk menganalisis dan


mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, membuat
ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan
eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan
kesimpulan.

d. Menghasilkan produk dan memamerkannya. Produk itu dapat


berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer.

e. Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh


siswa yang bekerjasama satu dengan yang lainnya, secara
berpasangan atau dalam kelompok kecil.

Berdasarkan karekteristik tersebut, pembelajaran berdasarkan masalah


memiliki tujuan (Trianto, 2009 : 94):

1. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan


pemecahan masalah pada tahap ini PBI memberikan dorongan kepada
peserta didik untuk tidak hanya sekadar berpikir sesuai yang bersifat
konkret, tetapi lebih dari itu berpikir terhadap ide-ide yang abstrak dan
kompleks. Dengan kata lain PBI melatih kepada peserta didik untuk
memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi.

2. Belajar peranan orang dewasa yang autentik, dalam hal ini PBI memiliki
implikasi:

a. Mendorong kerja sama dalam menyelesaikan tugas.


10

b. Memiliki elemen-elemen belajar magang, hal ini mendorong


pengamatan dan dialog dengan orang lain, sehingga secara bertahap
siswa dapat memahami peran orang yang diamati atau yang diajak
berdialog (guru).

3. Menjadi pelajar yang mandiri pada tahap ini PBI berusaha membantu siswa
menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom. Dengan bimbingan guru
yang secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka
mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh
mereka sendiri, siswa belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas itu secara
mandiri dalam hidupnya kelak.

Kelebihan pembelajaran berdasarkan masalah sebagai suatu model pembelajaran


adalah:

 Realistik dengan kehidupan siswa

 Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa

 Memupuk sifat inquiry siswa

 Retensi konsep menjadi kuat

 Memupuk kemampuan problem solving

Selain itu, kekurangannya adalah:

 Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang


kompleks

 Sulitnya mencari problem yang relevan

 Sering terjadi miss-konsepsi

 Memerlukan waktu yang cukup panjang

3. Sintaks Pembelajaran berbasis Masalah

Sintaks suatu pembelajaranberisi langkah-langkah praktis yang dilakukan


oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan. Pada pengajaran berdasarkan masalah
terdiri dari 5 (lima) langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan
siswa dengan situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil
kerja siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan berdasarkan langkah-langkah
pada table 2.1.
11

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah.

Tahap Tingkah Laku guru


Tahap-1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan

Orientasi siswa pada logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau

masalah demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah,


memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan
masalah yang dipilih.
Tahap-2 Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan

Mengorganisasi mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan

siswa untuk belajar masalah tersebut

Tahap-3 Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi

Membimbing yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk

penyelidikan mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

individual maupun
kelompok

Tahap-4 Guru membantu siswa dalam merencanakan dan

Mengembangkan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan
menyajikan hasil model serta membantu mereka untuk berbagi tugas

karya dengan temannya.

Tahap-5 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau

Menganalisis dan evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses

mengevaluasi proses yang mereka gunakan.

pemecahan masalah
12

A. Materi Pembelajaran
1. Dinamika Dan Hukum Newton
Dinamika adalah cabang fisika yang mempelajari tentang gerak dengan
memperhitungkan gaya penyebab dari gerak benda tersebut. Salah seorang yang
sangat berjasa dalam kajian Fisika tentang Dinamika Dan Hukum Newton ialah
Sir Isaac Newton. Newton mengemukakan tiga hukum yang berhubungan dengan
gerak yang dikenal sebagai Hukum I Newton, Hukum II Newton, dan Hukum III
Newton.
2. Hukum I Newton
Pada dasarnya setiap benda bersifat benda bersifat lembam.
Diatas telah dijelaskan bagaimana gaya mempengaruhi gerak suatu benda.
Berangkat dari konsep itu kita akan meninjau lebih jauh bagaimana pengaruh gaya
terhadap benda yang sedang bergerak lurus beraturan atau terhadap benda yang
diam.

Gambar 2.1. Permainan bola karamol pada (a)papan kesat, (b)papan licin,
(c)papan sangat licin
Pertama-tama kita tinjau pengaruh gaya terhadap benda diam. Andaikan
kita sedang bermain karamol seperti diperlihatkan pada gambar diatas. Mula-mula
biarkan papan karamol dalam keadaan kesat. Dalam hentakan ini bola akan
meluncur sejauh X meter, lihat gambar 2.1a. Selanjutnya jika papan karamol itu
diberi pelican (misalnya bedak), maka dengan hentakan yang sama bola akan
meluncur lebih jauh lagi, dan apabila papan karamol itu sangat licin (gesekan
hampir nol), bola yang meluncur sampai jauh. Seandainya saja lintasan karamol
itu sangat panjang dan bebas dari gesekan, bola yang bergerak dengan kecepatan
tetap tidak akan berhenti selama bola itu tidak mendapat pengaruh dari gaya lain.
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa
1. Benda yang diam akan bergerak jika diberi gaya
2. benda yang sudah bergerak dengan kecepatan tertentu akan tetap bergerak
jika tidak ada gangguan dari gaya lain.
13

Dari kesimpulan ini merupakan dasar hukum I newton yang dapa dituliskan
sebagai berikut. Hukum I Newton :
“Jika resultan gaya yang bekerja pada suatu benda sama dengan nol, maka
benda yang diam akan tetap diam dan benda yang bergerak lurus beraturan
akan tetap bergerak lurus beraturan.”

∑ F = 0; a = 0
a. Inersia (Kelembaman)
Pernyataan yang diungkapkan dalam Hukum I Newton sebenarnya
merupakan sifat kelembaman, yaitu kecenderungan benda untuk
mempertahankan keadaannya semulan untuk tetap diam atau tetap bergerak
lurus beraturan.
Sifat kelembaman suatu benda bergantung pada besar kecilnya massa
suatu benda, makin besar massa suatu benda sifat kelembamannya akan
semakin besar.
b. Penerapan Hukum I Newton
1. Keseimbangan statis benda diatas bidang datar

Gambar 2.2. Keseimbangan statis


Benda tidak bergerak dalam arah mendatar dan vertikal:

. Dengan demikian, untuk benda yang diam seperti


∑ Fx, ∑ y = 0
pada Gambar 2.2 berlaku N-w = 0 atau N = w, dengan N = gaya
normal dan W = gaya berat.
2. Keseimbangan dinamis benda yang bergerak lurus beraturan
14

Gambar 2.3. Bowling yang bergerak


Kita tinjau bola bowling yang bergerak dengan kecepatan v, kecepatan
tetap berarti a = 0. Gaya-gaya yang bekerja pada bola bowling adalah :
F = gaya dorong, fk = gaya gesekan, N = gaya normal, W = gaya berat.

Karena dan maka F- fk = 0 dan N –W = 0.


∑F x =0 ∑F y =0

3. Hukum II Newton
A. Gaya Menimbulkan Percepatan
Bagaimanakah jika gaya pada benda tidak nol? Untuk menjawabnya, coba
anda perhatikan uraian berikut.

Gambar 2.4. Beban bermassa m mengalami gaya F


Gambar 2.4. Memperlihatkan beban bermassa m dalam keadaan bergerak
dengan kecepatan V1. Kemudian pada benda m diberikan gaya dorong (F) yang
searah dengan V1. Ketika kecepatan diukur kembali besarnya menjadi V2. Ini
berarti gaya dorong (F) yang diberikan menimbulkan perubahan kecepatan (∆V)
atau menimbulkan percepatan a pada benda m.
Menurut Hukum Newton, besar perubahan kecepatan atau percepatan yang
dialami benda berbanding lurus dengan besar gaya yang diberikan. Atau secara
matematis

Hukum II Newton:
15

“Percepatan yang ditimbulkan oleh gaya yang beraksi pada sebuah benda
dengan massa m berbanding lurus dengan besarnya gaya dan berbanding
terbalik dengan massa benda.”

∑ F = m.a
dengan;
∑F = resultan gaya yang bekerja (N)
m = massa benda (kg)
a = percepatan atas benda (m/s2)
Persamaan inilah yang dikenal sebagai Hukum II Newton. Persamaan ini
menjelaskan bahwa setiap resultan gaya (ΣF) tidak bernilai nol pada benda akan
menimbulkan perubahan kecepatan atau percepatan pada benda tersebut. Jadi
gaya menimbulkan percepatan pada benda.

B. Gaya Berat
Dalam percakapan sehari-hari, sering kita dengar istilah berat. Misalnya
“Amir disuruh ibunya membeli gula yang beratnya 2 kg.” Dalam fisika, kata yang
dimaksudkan oleh ibu Amir seharusnya adalah massa, yaitu jumlah zat yang
terkandung dalam suatu benda (selalu tetap di manapun berada).
Lalu apakah berat itu? Berat suatu benda adalah massa suatu benda yang
dipengaruhi oleh percepatan gravitasi bumi, di tempat yang gravitasinya berbeda
berat benda akan berubah.
Berdasarkan Hukum II Newton, berat benda dirumuskan:

W = m.g

Dimana;
w = gaya gravitasi bumi pada benda atau berat benda dalam Newton
m = massa benda, dalam kg
g = percepatan gravitasi bumi yang besarnya 9,8 m/s2 (kadang-kadang
untuk memudahkan dibulatkan menjadi 10 m/s2)
Semua benda yang berada di atas permukaan bumi pada jarak tertentu dari
pusat bumi akan mengalami gaya gravitasi yang dinamakan gaya berat w. Gaya
16

berat w kedudukannya pada pusat massa benda itu dan arahnya menuju pusat
bumi. Beberapa gambar gaya berat benda diperlihatkan oleh gambar 2.5.

Gambar 2.5. Kedudukan Gaya Berat

Dari gambar 2.5. nampak bahwa gaya berat (w) dapat digambarkan
mengambil kedudukan tegak lurus terhadap permukaan tanah.
Dalam menyelesaikan persoalan-persoalan dinamika penempatan gaya
berat dan gaya normal dalam sistem benda turut menentukan hasil yang diperoleh.

C. Penerapan Hukum II Newton


1. Bidang Miring
Benda pada bidang miring yang licin apabila sebuah benda diletakkan di
puncak bidang miring yang licin, maka benda tersebut akan meluncur turun pada
bidang miring tersebut. Saat bergerak turun benda mengalami percepatan gravitasi
sehingga kecepatannya makin lama makin besar.
Diagram gaya-gaya yang bekerja pada benda, diperlihatkan oleh gambar
berikut:

Gambar 2.6. (a) beban m di atas bidang miring licin


(b) diagram gaya pada beban

Menurut Hukum II Newton percepatan ditimbulkan oleh resultan gaya


yang bekerja dan searah dengan arah geraknya. Maka dari gambar di atas
diperoleh

∑F = m g sin θ
17

m.g Sin θ merupakan komponen gaya berat pada bidang miring, yang
membuat benda mengalami percepatan.
Percepatan benda sepanjang bidang miring adalah:

m.a = m.g .Sinθ


atau

a = g.Sinθ

Dengan; g = percepatan gravitasi


θ = sudut kemiringan bidang

2. Sistem Katrol
Sistem Katrol terdiri atas katrol, tali dan benda. Pada bagian ini Anda akan
mempelajari sistem katrol tanpa gesekan. Pemakaian prinsip Hukum II Newton
pada suatu sistem katrol diperlihatkan oleh gambar 2.4. berikut:

Gambar 2.7. m1 dan m2 tergantung pada katrol


Dari gambar 2.7. nampak bahwa T: gaya tegangan tali Beban m1 dan m2
dihubungkan dengan tali ringan melalui katrol: K tanpa gesekan.
Apa yang terjadi jika m1 < m2? Jelas m1 akan naik, m2 akan turun sesuai
dengan Hukum II Newton. Pada beban m1 berlaku
∑F = m.a → T – w1 = m1.a
T – m1.g = m1.a (arah gerak naik) pada beban m2 berlaku:
∑F = m.a w2 – T = m2.a (arah gerak turun)
Jika gaya-gaya pada m1 dan m2 kita gabung, akan didapatkan
T – m1.g + m2.g – T = m1a + m2.a
18

atau
Kedua beban mengalami percepatan sebesar “a”

D. Pada Benda yang Bergerak Melingkar Beraturan


Dari modul ”Kinematika Gerak Lurus” Anda telah mempelajari bahwa
benda yang bergerak melingkar beraturan memilki percepatan sentripetal (as)
yang besarnya:

V2
as = = ω 2R
R

dengan v = kecepatan linier


ω = kecepatan sudut →(ω dibaca omega)
R = jari-jari lintasan
Untuk mengingatkan, Anda perhatikan gambar 2.8. berikut ini:

Gambar 2.8. Perubahan kecepatan pada benda GMB menuju pusat lintasan
Sesuai dengan Hukum II Newton, percepatan sentripetal as disebabkan
oleh gaya yang searah dengan as. Gaya ini dinamakan gaya sentripetal (Fs).
Jadi:
∑F = m. as

Dimana:∑F = Fs adalah gaya sentripetal


dapat ditulis bahwa:

V2
Fs = m.a s = m. = m . ω 2 .R
R

Dari persamaan ini nampak bahwa besarnya gaya sentripetal bergantung pada
a) m = massa benda (kg)
b) v = kecepatan linier (m/s)
19

c) ω = kecepatan sudut (rad/s)


d) R = jari-jari lintasan, m
Gaya sentripetal, Fs berperan mempertahankan benda bergerak melingkar
beraturan agar tetap pada lintasannya.

4. Hukum III Newton


Untuk memahami pengertian gaya aksi-reaksi, coba Anda perhatikan
Gambar 2.9.

Gambar 2.9. Amir mendorong Dinding.


Pada gambar tersebut, Amir mendorong dinding dengan gaya F. Apa yang
dirasakan oleh Amir? Amir merasa bahwa tangannya didorong oleh dinding
dengan gaya F 1.
Gaya F1 disebut gaya reaksi karena gaya ini timbul setelah F dikerjakan
pada tembok. Jadi F adalah gaya yang dikerjakan Amir pada tembok dan F1
adalah gaya yang dikerjakan tembok pada Amir.
Newton menjelaskan peristiwa ini dengan pernyataan: Jika benda A
mengerjakan gaya pada benda B (gaya aksi FAB), maka benda B akan mengerjakan
gaya pada benda A (gaya reaksi, FBA).
Ini disebut Hukum III Newton:
“Apabila suatu benda mengerjakan gaya pada benda lain, maka benda
kedua akan mengerjakan gaya pada benda pertama yang sama besar dan
berlawanan arah.”
Pernyataan matematisnya ialah:

F = − F ' a ta uFAB = − FBA

Rumusan matematis ini merupakan persamaan karena selama mendorong,


tembok tidak bergerak atau sistem diam.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan syarat-syarat gaya aksi reaksi yaitu:
20

1. Arahnya berlawanan
2. Besarnya sama (karena sistem diam)
3. Bekerja pada benda yang berbeda (FAB pada tembok dan FBA pada Amir)
Hal penting lainnya yang perlu Anda perhatikan dari pasangan gaya aksi-
reaksi ialah titik tangkap Gaya FAB dan FBA.
Dari gambar 2.9. nampak bahwa titik tangkap FAB dan FBA berimpit di titik
P pada bidang sentuh. Ini berarti bahwa gaya aksi-reaksi juga merupakan gaya
kontak. Jadi: Gaya aksi-reaksi termsuk gaya kontak
Berbagai percobaan menunjukkan bahwa ketika dua benda bersentuhan,
dua buah gaya yang mereka berikan satu sama lain selalu memiliki besar yang
sama dan arahnya berlawanan.
Tetapi Hukum III Newton juga menjelaskan gaya-gaya yang titik
tangkapnya berbeda. Gaya-gaya demikian disebut gaya jarak jauh.
Contohnya ialah gaya berat benda (w) dan gaya gravitasi bumi (Fg) yang
diperlihatkan pada gambar 2.10. berikut:

Gambar 2.10. Gaya aksi-reaksi pada gaya-gaya jarak jauh


Sebuah bola besi diletakkan di atas meja. Gaya kontak yang terjadi antara
bola besi dan meja adalah gaya normal N sebagai gaya reaksi, dan N adalah gaya
aksi. Karena bola besi memberikan gaya tekan pada meja. Jadi :

N1 = − N

Tetapi bola besi memiliki berat w yang ditimbulkan oleh gravitasi bumi.
Ini berarti bumi mengerjakan gaya aksi pada bola besi yaitu gaya w, maka bola
besi juga mengerjakan gaya pada bumi yaitu w1. Jadi w gaya aksi dan w1 gaya
reaksi. Ditulis:
W = -W1
21

Perhatikan bahwa titik tangkap gaya w pada bola besi dan titik tangkap
gaya w1 pada bumi. w dan w1 merupakan pasangan gaya aksi-reaksi dari gaya
jarak jauh. Contoh lain gaya aksi-reaksi jarak jauh dalam kejadian sehari-hari
adalah:
• Gaya tarik menarik kutub Utara dengan kutub Selatan magnet;
• Gaya tarik menarik bumi dengan bulan;
• Gaya tolak menolak antara muatan listrik muatan positif dengan muatan
positif, muatan negatif dengan muatan negatif.
Untuk lebih meningkatkan pemahaman Anda tentang gaya aksi-reaksi,
perhatikan gambar 2.11.

Gambar 2.11. Beban w tergantung pada tali


Beban yang beratnya w, digantungkan pada penumpu O melalui tali,
akibatnya tali menegang, pada tali bekerja gaya yang disebut gaya tegangan tali,
biasanya diberi simbol T.
Gaya-gaya yang bekerja pada beban adalah T, sebagai tarikan tali terhadap
beban, dan w berat beban itu sendiri sebagai tarikan bumi. Karena beban diam,
maka pada beban berlaku
T1 – w = 0, atau: T1 = w
Interaksi dua benda terjadi antara beban dengan tali. Beban disangga oleh
tali, tali dengan gaya T2 yang besarnya sama dengan T1 arahnya berlawanan
dengan T1. di T1 dan T2 merupakan pasangan gaya aksi-reaksi kontak. Interaksi
dua benda juga terjadi antara penumpu O dengan tali, karena tali disangga oleh
penumpu O, tali ditarik oleh penumpu dengan gaya T3. Sebagai reaksinya, tali
menarik penumpu O dengan gaya T4 yang besarnya sama dengan T3, arahnya
berlawanan dengan T3.
22

Jadi T3 dan T4 merupakan pasangan aksi-reaksi kontak. Tetapi T3 disebabkan oleh


berat benda sehingga T3 dan W merupakan pasangan gaya aksi-reaksi jarak jauh.
Sekarang Anda sudah memahami konsep gaya aksi-reaksi.

BAB III
PEMBAHAASAN

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap materi pokok


Hukum Newton dan Dinamika Gerak dapat kita lihat dalam bentuk Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berikut :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : SMA


Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/1
Pokok Bahasan : Hukum Newton dan Dinamika Gerak
Waktu : 2 x 45 menit
I. Standar Kompetensi
Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik.
II. Kompetensi Dasar
Menerapkan Hukum Newton sebagai prinsip dasar dinamika untuk gerak
lurus dan gerak melingkar beraturan.
III. Indikator
1. Menjelaskan konsep gaya
2. Menyebutkan Hukum I Newton
3. Menjelaskan konsep kelembaman (hukum inersia)
23

4. Mengidentifikasi penerapan hukum I Newton dalam kehidupan sehari-


hari

I. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu :
1. Menjelaskan konsep gaya dengan benar
2. Menyebutkan Hukum I Newton dengan benar
3. Menjelaskan konsep kelembaman (hukum inersia) dengan benar
4. Mengidentifikasi penerapan hukum I Newton dalam kehidupan sehari-
hari

I. Materi Pembelajaran
Hukum I Newton
II. Model dan Metode Pembelajaran

Model Pembelajaran : Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Metode Pembelajaran : Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, dan Unjuk


Kerja
24
25

III. Langkah-langkah Pembelajaran

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model Pembelajaran Konvensional


Perte
muan Sintaks
Kegiatan guru Kegiatan siswa waktu Kegiatan guru Kegiatan siswa waktu
Pembelajaran
Fase I Memberikan pretes Menjawab soal pretes 20’ Memberikan Menjawab soal 20’
pretes pretes
Mengorientas 1. Memotivasi siswa 1. Medengar dan 10’
ikan siswa dengan menceritakan memperhatikan 1. Membu 1. Mempe 5’
pada masalah peristiwa-peristiwa penjelasan guru. ka rhatika
yang berhubungan pelajara n dan
dengan hukum I n mencat
Newton at
2. Menjel
(kelembaman). 2. Mencoba penjela
askan
menjawab san 40’
2. Menanyakan kepada materi
I pertanyaan guru. guru.
siswa Mengapa suatu tentang 10’
benda dapat memiliki hukum 2. Mempe
sifat kelembaman. I rhatika
Newton n
3. Menjelaskan proses
. penyele 10’
pembelajaran yang
saian
harus dilakukan siswa 3. Membe
contoh
dan menyampaikan rikan
soal
tujuan pembelajaran. contoh
dan
soal
menjaw
26

Fase II Kegiatan Inti 25’ dan ab soal. 5’


soal
Mengorganis 1. Meminta siswa duduk 1. Duduk pada 3. Menger
asikan siswa sesuai kelompok kelompok 4. Menunj jakan
untuk belajar masing-masing. masing-masing uk soal
dan melakukan siswa kedepa
2. Membagikan LKS I
kegiatan seperti untuk n.
dan meminta siswa
yang menger
melengkapi alat dan 4. Mencat
diinstruksikan jakan
bahan yang akan at tugas
dalam LKS. soal
digunakan. dari
kedepa
2. Menjawab dan guru.
3. Meminta tiap n.
mendiskusikan
kelompok untuk
pertanyaan 5. Membe
melakukan kegiatan
dalam LKS. ri tugas
sesuai petunjuk dalam
dan
LKS dan
menutu
menyelesaikan
p
pertanyaan diskusi
pembel
dalam LKS.
ajaran
Fase III 1. Membimbing dan 1. Melaksanakan 10’
mendorong siswa kegiatan dan
Membantu
mengumpulkan mencari
siswa
informasi yang sesuai informasi
memecahkan
dengan materi, pendukung dari
masalah
menemukan sumber buku
penjelasan dan lain serta
27

memecahkan masalah menganalisis


yang diberikan pada kegiatan yang
fase I. dilakukan.

2. Mendorong siswa 2. Berdiskusi dan


untuk berdialog dan berdialog antar
berdiskusi antar teman teman
dalam satu kelompok. kelompok.

Fase IV 1. Membimbing siswa 1. Membuat 10’


dalam menyimpulkan kesimpulan dan
Mengembang
pemecahan masalah laporan
kan dan
yang diberikan pada
menyajikan 2. Menyajikan
fase I.
hasil hasil pemecahan
pemecahan 2. Mendorong siswa masalah.
masalah. menyajikan hasil
pemecahan masalah
dan membimbing
siswa bila
menemukan kesulitan.
28

Fase V 1. Membantu siswa 1. Mengkaji ulang 5’


mengkaji ulang hasil pemecahan
Menganalisis
proses/hasil masalah.
dan
pemecahan masalah
mengevaluasi
pada fase I sampai IV.
proses 2. Kelompok lain
pemecahan 2. Meminta kelompok menanggapi
masalah yang hasil kerjanya hasil kerja
paling efektif untuk kelompok
mempresentasikan penyaji.
hasil kerjanya.
Penutup
1. Memberikan 1. Merangkum 10’
rangkuman materi pelajaran
kesimpulan materi 2. Menjawab kuis
pelajaran yang diberikan
2. Memberi kuis guru
3. Meminta siswa
membahas soal yang
sesuai materi
pelajaran dan
membaca materi
pelajaran berikutnya
di rumah.
29
30

I. Sumber Belajar
➢ Kamajaya. 2007. Cerdas Belajar Fisika Kelas X. Bandung; Grafindo.
➢ Sunardi, Indra Irawan. 2007. Fisika Bilingual untuk SMA/MA kelas X
semester 1 dan 2. Bandung : Yrama Widya.

I. Media/Bahan/Alat Pembelajaran
- Kelereng
- Kertas HVS
- Gelas
- Koin
X. Penilaian
- Rubrik unjuk kerja.
Skor
No. Aspek yang dinilai
1 2 3 4
1. Melakukan kegiatan dengan benar
2. Kerjasama kelompok (Team work)
Kesesuaian penyelesaian masalah dengan
3.
materi.
4. Membuat laporan dan kesimpulan

Kuis :

1. Tuliskanlah Hukum I Newton?

2. Doni, Tono, Feri dan Andi mendorong sebuah mobil. Doni dan Tono
mendorong mobil dari arah depan. Ternyata mobil tersebut tetap diam.
Jika besar gaya yang diberikan Doni, Tono, dan Feri masing-masing
adalah 150 N, 90 N dan 120 N, berapakah gaya yang diberikan Andi?

Kunci Jawaban :

1. Hukum I Newton : “Jika resultan gaya yang bekerja pada suatu benda
sama dengan nol, maka benda yang diam akan tetap diam dan benda yang
bergerak lurus beraturan akan tetap bergerak lurus beraturan.”
2. Diketahui : FDoni = 150 N ; FTono = 90 N ; FFeri= 120 N
31

Ditanya : FAndi..........?
Jawab :
∑F = 0
FDoni + FTono = FFeri + FAndi
FDoni + FTono - FFeri = FAndi
150 N + 90 N – 120 N = FAndi
FAndi = 120 N

Mahasiswa

Jodi Siburian
NIM : 071244210052

BAB IV
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah :


1. Model Pembelajaran dapat didefenisikan sebagai suatu pola yang
menerangkan suatu proses penyebutan dan menghasilkan situasi lingkungan
32

yang menyebabkan para siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan


khususnya pada tingkah laku siswa.
2. Model pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) adalah
konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan
pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan
(bersangkut-paut) bagi siswa, dan memungkinkan siswa memperoleh
pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).
3. Pembelajaran berdasarkan masalah memiliki tujuan :

a. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan


keterampilan pemecahan masalah pada tahap ini PBI memberikan
dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya sekadar berpikir
sesuai yang bersifat konkret, tetapi lebih dari itu berpikir terhadap ide-
ide yang abstrak dan kompleks. Dengan kata lain PBI melatih kepada
peserta didik untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi.

b. Belajar peranan orang dewasa yang autentik, dalam hal ini PBI
memiliki implikasi:

i. Mendorong kerja sama dalam menyelesaikan tugas.

ii. Memiliki elemen-elemen belajar magang, hal ini mendorong


pengamatan dan dialog dengan orang lain, sehingga secara
bertahap siswa dapat memahami peran orang yang diamati atau
yang diajak berdialog (guru).

a. Menjadi pelajar yang mandiri pada tahap ini PBI berusaha membantu
siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom..

a.
33

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto , Suharsimi dan Abdul , Safruddin. 2009. Evaluasi Program Pendidikan


: Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan.
Jakarta : Bumi Aksara.
Djamarah, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
2009. Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program
Studi Pendidikan FMIPA UNIMED. Medan : FMIPA UNIMED.
Kamajaya. 2007. Cerdas Belajar Fisika Kelas X. Bandung: Grafindo
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Rajawali Pers
Sahara, dkk. 2007. Using Problem Based Learning To Increase Critical Thinking
Skill At Heat Concept.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta
Rineka Cipta.
Trianto.2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta :
Kencana Pernada Group.
Wina Sanjaya. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik
Pengembangan KTSP. Jakarta : Kencana.

Anda mungkin juga menyukai