Anda di halaman 1dari 8

BAB II

KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

A. Belajar dan Pembelajaran Fisika

Sebenarnya, belajar merupakan persoalan setiap manusia. Hampir semua pengetahuan,


keterampilan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap seseorang itu terbentuk dan berkembang karena
belajar. Kegiatan belajar terjadi tidak saja pada situasi formal disekolah akan tetapi juga di luar
sekolah seperti di lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan dan di tengah-tengah masyarakat.
Para ahli pendidikan maupun ahli psikologi pada umumnya sependapat bahwa dalam pengertian
belajar terkandung beberapa unsur. Adapun unsur-unsur pokok yang terkandung di dalam
pengertian belajar adalah: 1) belajar sebagai proses, 2) perolehan pengetahuan dan keterampilan,
3) perubahan tingkah laku,dan 4) aktivitas diri. Menurut pandangan teori kognitif Gestalt, bahwa
manusia sebagai sumber dari semua kegiatan dan dia bebas membuat pilihan dalam setiap
situasi. Teori ini menganggap bahwa tingkah laku manusia hanyalah ekspresi dari kondisi
kejiwaan seseorang.

Salah satu ahli mengemukakan teori pembelajaran diantaranya yaitu menurut Dimyati dan
Mudjiono (2009:7) yang mengemukakan bahwa: Pembelajaran adalah suatu persiapan yang
dipersiapkan oleh pendidik guna menarik serta memberi informasi kepada siswa, sehingga
dengan persiapan yang dirancang oleh pendidik dapat membantu siswa dalam meraih tujuan.
Jadi dari definisi di atas, pembelajaran adalah sutu proses interaksi yang terjadi antara pendidik
dengan peserta didik dalam suatu lingkungan belajar untuk meraih tujuan belajar. Pembelajaran
harus didukung secara baik oleh semua unsur dalam pembelajaran yang terdiri dari pendidik,
peserta didik, dan juga lingkungan belajar,misalnya Fisika atau Sains.

Implikasi teori Gestalt pada pengembangan pendekatan pembelajaran Fisika di kelas adalah lebih
menekankan pada aspek pemahaman, kemampuan berpikir, dan aktivitas siswa.Dari uraian
tersebut berarti apabila teori kognitif ini digunakan sebagai dasar pijakan dalam mengembangkan
pendekatan pembelajaran Fisika di kelas, maka aspek pemahaman merupakan inti dari proses
belajar.Teori Piaget menyatakan bahwa seorang anak menjadi tahu dan memahami
lingkungannya melalui jalan berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan tersebut.Menurut
teori ini, siswa harus membangun pengetahuannya sendiri melalui observasi,eksperimen, diskusi,
dan lain-lain.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, jelaslah kiranya bahwa kemampuan seseorang untuk
membangun pengetahuan dalam dirinya sangat dipengaruhi oleh antara lain faktor-faktor usia
dan pengalaman. implikasi teori Piaget terhadap pembelajaran sains termasuk Fisika, adalah
bahwa guru harus memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa untuk berpikir dan
menggunakan akalnya. Mereka dapat melakukan hal ini dengan jalan terlibat secara langsung
dalam berbagai kegiatan seperti diskusi kelas, pemecahan soal-soal,maupun bereksperimen.
Dengan kata lain, siswa jangan hanya dijadikan objek yang pasif dengan beban hafalan berbagai
macam konsep dan rumus-rumus Fisika. Selanjutnya, Fisika harus dijadikan mata pelajaran yang
menarik sekaligus bermanfaat bagi siswa. Fisika merupakan ilmu yang berusaha memahami
aturan-aturan alam yang begitu indah dan dengan rapih dapat dideskripsikan secara matematis.
Matematik dalam hal ini berfungsi sebagai bahasa komunikasi sains termasuk Fisika. Sains dan
kehidupan manusia selama empat abad terakhir ini menunjukkan kemajuan yang sangat
dramatis. keberhasilan manusia dalam menganalisis dan mendeskripsikan alam secara
matematis, Pengetahuan Fisika terdiri dari banyak konsep dan prinsip yang pada umumnya
sangat abstrak. Kesulitan yang banyak dihadapi oleh sebagian besar siswa adalah dalam
menginterpretasi berbagai konsep dan prisip Fisika sebab mereka dituntut harus mampu
menginterpretasi pengetahuan Fisika tersebut secara tepat dan tidak samar-samar atau tidak
mendua arti. Kemampuan siswa dalam mengidentifikasi dan menginterpretasi konsep-konsep
Fisika jelas merupakan prasyarat penting bagi penggunaan konsep-konsep untuk membuat
inferensi yang lebih kompleks atau untuk pemecahan soal Fisika yang berkaitan dengan konsep-
konsep tersebut. Pendidikan bertujuan untuk menyiapkan seseorang secara pribadi yang mampu
memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya secara bertanggung jawab.Dengan
demikian,pendidikan sains harus dapat membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan
kebiasaan berpikir dalam memenuhi kebutuhan hidupnya maupun mengatasi berbagai masalah
yang dihadapi. Sekolah tidak perlu dituntut untuk mengajarkan terlalu banyak materi tetapi
sebaiknya lebih difokuskan pada hal-hal pokok yang bersifat fungsional dalam rangka literasi
sains serta mengajarkannya secara lebih efisien dan efektif.Tujuan utama pengajaran Fisika
adalah membantu siswa memperoleh sejumlah pengetahuan dasar yang dapat digunakan secara
fleksibel. Mata pelajaran Fisika di smp bertujuan agar siswa mampu menguasai konsep-konsep
Fisika dan saling keterkaitannya serta mampu menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap
ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehingga lebih menyadari
keagungan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak mengalami kesulitan. Pengetahuan Fisika akan
bermanfaat bagi siswa hanya jika pengetahuan tersebut mempunyai fleksibilitas terhadap studi
lanjut maupun dunia kerja. Harus diingat bahwa pendidikan sains tidak semata-mata ditujukan
untuk menghasilkan saintis, akan tetapi lebih pada usaha membantu siswa memahami arti
pentingnya berpikir secara kritis terhadap ide-ide baru yang nampaknya bertentangan dengan
pengetahuan yang telah diyakini kebenarannya.

B. Bahan ajar

Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi
pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis
dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, dari pengertian ini dapat dijelaskan
bahwa suatu bahan ajar haruslah dirancang dan ditulis dengan kaidah intruksional karena akan
digunakan oleh guru untuk membantu dan menunjang proses pembelajaran. Melihat penjelasan
di atas, dapat kita ketahui bahwa peran seorang guru dalam merancang ataupun menyusun bahan
ajar sangatlah menentukan keberhasilan proses belajar dan pembelajaran melalui sebuah bahan
ajar. Bahan ajar dapat juga diartikan sebagai segala bentuk bahan yang disusun secara
sistematis yang memungkinkan siswa dapat belajar secara mandiri dan dirancang sesuai
kurikulum yang berlaku. Dengan adanya bahan ajar, guru akan lebih runtut dalam mengajarkan
materi kepada siswa dan tercapai semua kompetensi yang telah ditentukan sebelumnya.

Berdasarkan pengertian bahan ajar diatas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah
seperangkat materi yang disusun secara runtut dan sistematis untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang akan dimiliki siswa dalam proses pembelajaran.Oleh karena itu,penulis
mengembangkan bahan ajar berupa buku dan modul siswa.

Menurut Trianto (2012: 112):

Buku siswa merupakan buku panduan bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang memuat
materi pelajaran, kegiatan penyelidikan berdasarkan konsep, kegiatan sains, informasi, dan
contoh-contoh penerapan sains dalam kehidupan sehari-hari. Buku ini juga digunakan sebagai
bahan ajar yang berisi ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis,
berdasarkan pengertian diatas bahwa buku siswa juga dikatakan sebagai paduan yang
didalamnya memuat materi pelajaran atau konsep-konsep dasar yang dibuat berdasarkan
pendekatan tertentu sehingga buku siswa cukup sesuai digunakan dalam proses pembelajaran
khususnya dalam penguasaan konsep. Selain itu, buku siswa dapat digunakan sebagai sarana
penunjang kegiatan pembelajaran yang dapat digunakan dirumah maupun disekolah.

Modul siswa merupakan bahan ajar yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara
mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Oleh karena itu, modul harus berisi tentang petunjuk
belajar, kompetensi yang akan dicapai, isi materi pelajaran, informasi pendukung, latihan soal,
petunjuk kerja, evaluasi, dan balikan terhadap evaluasi. Dengan pemberian modul, siswa dapat
belajar mandiri tanpa harus dibantu oleh guru. Pemilihan modul dalam pembelajaran disasarkan
pada kelebihan yang dimiliki modul. Modul merupakan media yang paling mudah karena dapat
dipelajari di mana saja dan kapan saja tanpa harus menggunakan alat khusus, menyampaikan
pesan pembelajaran yang mampu memaparkan kata-kata, gambar dan angka-angka,
meningkatkan motivasi siswa, beban belajar terbagi lebih merata, serta guru dapat mengetahui
mana siswa yang berhasil dengan baik ataupun yang kurang berhasil. Selain itu menurut Fatimah
et al (2013) : Keunggulan bahan ajar modul adalah modul dapat dijadikan sebagai bahan
ajar mandiri yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk belajar
sendiri.
C. Multirepresentasi

Multi representasi adalah model yang mempresentasi ulang konsep yang sama dalam
beberapa format yang berbeda-beda. Beberapa bentuk representasi dalam fisika bisa berupa kata,
gambar, diagram, grafik, simulasi komputer, persamaan matematika dan sebagainya. Multi
representasi dapat membantu pembelajar dalam mempelajari dan membangun suatu konsep dan
mengatasi permasalahan, membantu dalam memecahkan masalah, serta membantu untuk
menyikapi masalah. Berbagai studi mengenai multi representasi menunjukkan bahwa ternyata
multi representasi sangat penting untuk diterapkan dalam pembelajaran. Bahkan, ada usulan agar
multi representasi dimasukkan ke dalam kurikulum pembelajaran fisika lanjutan.

Salah satu faktor yang sering ditemukan yang mendasari para pembelajar kesulitan memahami
materi fisika adalah kualitas pembelajaran yang kurang baik. Untuk menilai baik tidaknya
kualitas suatu pembelajaran, dapat dilihat dari strategi pembelajaran yang digunakan. Semakin
banyak dan bervariasi strategi yang digunakan dalam menjelaskan suatu konsep atau materi,
tentu akan semakin baik kualitas pembelajarannya. Begitupun sebaliknya. Strategi pembelajaran
ini berkaitan dengan pemilihan pendekatan yang digunakan untuk menjelaskan suatu konsep atau
materi tertentu. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat sangat menentukan keberhasilan
pembelajaran itu sendiri. Salah satu strategi pembelajaran yang sangat baik untuk diterapkan
dalam pembelajaran fisika adalah pembelajaran berbasis multi representasi

Menurut Carl Angell dkk. (2007) bahwa : multi representasi adalah model yang mempresentasi
ulang konsep yang sama dalam beberapa format yang berbeda-beda. David Rosengrant dkk.
(2007) mengatakan bahwa : representasi adalah sesuatu yang dapat disimbolkan atau simbol
pada suatu obyek ataupun proses. Mereka menambahkan bahwa dalam fisika representasi bisa
berupa kata, gambar, diagram, grafik, simulasi komputer, persamaan matematika dan
sebagainya.

Menurut Ainsworth (Mehmet, dkk, 2010) ada tiga fungsi utama dari multi representasi, yaitu
sebagai pelengkap dalam proses kognitif, membantu membatasi kemungkinan kesalahan
interpretasi lain, dan membangun pemahaman konsep dengan lebih mendalam. Selain tiga fungsi
utama di atas, multi representasi juga berfungsi untuk menggali perbedaan-perbedaan dalam
suatu informasi yang dinyatakan oleh masing-masing interpretasi. Multi representasi cenderung
digunakan untuk saling melengkapi dimana representasi tunggal tidak memandai untuk memuat
semua informasi yang disampaikan.

Demikian, ada lima alasan penting mengapa multi representasi sangat baik untuk digunakan
dalam pembelajaran fisika, yaitu :

1. Pembelajaran multi representasi membantu pembelajar yang memiliki latar belakang


kecerdasan yang berbeda (multiple intelligences). Karena representasi yang dibuat
berbeda-benda memberikan kesempatan belajar yang optimal bagi setiap jenis
kecerdasan.
2. Kuantitas dan konsep-konsep yang bersifat fisik seringkali dapat divisualisasikan dan
dipahami lebih baik dengan menggunakan representasi.
3. Membantu mengonstruksikan representasi lain yang lebih abstrak.
4. Penalaran kualitatif seringkali terbantu dengan menggunakan representasi kongkret.
5. Representasi matematik yang abstrak dapat digunakan untuk penalaran kuantitatif
dimana representasi matematik dapat digunakan untuk mencari jawaban kuantitatif
terhadap soal.

Berdasarkan uraian singkat di atas, dapat disimpulkan bahwa multi representasi memang
sangat penting diterapkan dalam pembelajaran sebagai salah satu pilihan strategi pembelajaran.
Dalam pembelajaran dengan multirepresentasi, maka siswa harus mampu
menyederhanakan,mengonkretkan,menyebutkan fakta, memberikan contoh serta membayangkan
ide-ide atau konsep dalam situasi yang familiar.

D. Pembelajaran konsep Fisika

Pembelajaran Fisika menganggap bahwa benda-benda maupun segala peristiwa di alam dunia
ini terjadi dengan mengikuti pola-pola tertentu serta dapat dipelajari dan dipahami melalui studi
yang cermat dan sistematis. Para ahli Fisika percaya bahwa melalui penggunaan kecerdasan dan
bantuan alat-alat yang dapat memperkuat kemampuan panca indera,manusia dapat menemukan
hukum alam. Fisika juga berasumsi bahwa alam semesta,sebagaimana namanya merupakan satu
sistem tunggal yang luas dengan aturan-aturan dasar yang berlaku sama di setiap
tempat.Pendidikan Fisika harus dapat menjadi pendorong yang kuat tumbuhnya sikap rasa ingin
tahu dan keterbukaan terhadap ide-ide baru maupun kebiasaan berpikir analitis kuantitatif.
Dalam diri siswa sebaiknya ditumbuhkan kesadaran agar melihat Fisika bukan semata-mata
sebagai kegiatan akademik, tetapi lebih sebagai cara untuk memahami dunia tempat mereka
hidup. Pengetahuan sains/Fisika harus dipahami dengan cara sedemikian rupa sehingga
memungkin-kannya untuk digunakan dalam pemecahan masalah. Dalam hal ini keterampilan
berpikir adalah sangat diperlukan di samping keterampilan berhitung,keterampilan manipulasi
dan observasi, keterampilan komunikasi, serta keterampilan merespon suatu masalah secara
kritis. Fisika adalah mata pelajaran yang banyak menuntut intelektualitas yang relative tinggi
sehingga sebagian besar siswa mengalami kesulitan mempelajarinya. Keadaan yang demikian ini
lebih diperparah lagi dengan penggunaan metode pembelajaran Fisika yang tidak tepat. Guru
terlalu mengandalkan metode pembelajaran yang cenderung bersifatin formatif sehingga
pengajaran Fisika menjadi kurang efektif dan kurangnya bahan ajar, karena siswa memperoleh
pengetahuan Fisika yang lebih bersifat nominal dari pada fungsional. Akibatnya siswa tidak
mempunyai keterampilan yang diperlukan dalam pemecahan masalah karena siswa tidak mampu
menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari untuk memecahkan soal-soal Fisika yang
dihadapi .Siswa dapat belajar dengan lebih mudah tentang sesuatu hal yang nyata dan dapat
diamati melalui panca inderanya. Dengan menggunakan pengalamannya siswa sedikit
demisedikit dapat mengembangkan kemampuannya untuk memahami konsep-konsep abstrak
serta memanipulasi simbol-simbol, berpikir logis, dan melakukan generalisasi. Hal ini
menunjukkan bahwa kebanyakan siswa sangat tergantung pada kehadiran contoh-contoh konkret
terutama tentang ide-ide baru. Pengalaman-pengalaman konkret akan sangat efektif dalam
membantu proses belajar hanya jika terjadi dalam konteks struktur konseptual yang relevan.
Kesulitan beberapa siswa dalam memahami konsep-konsep abstrak sering dipengaruhi oleh
kemampuannya dalam mengingat dan menjelaskan istilah-istilah teknis.Sains/Fisika bukanlah
sekedar bangun pengetahuan, cara-cara pengumpulan dan pembuktian pengetahuan sebab
sains/Fisika juga merupakan aktivitas sosial yang menggabungkan nilai-nilai kemanusiaan
seperti rasa ingin tahu, kreativitas, imajinasi, dan keindahan. Oleh karena itu, dalam belajar
Fisika siswa harus dapat merasakan bahwa nilai-nilai ini sebagai bagian dari pengalamannya.
Siswa harus dapat merasakan bahwa sains sebagai proses untuk perluasan wawasan dan
peningkatan pemahaman tentang alam dan segala isinya.

Pengajaran Fisika yang hanya berusaha memberikan sekumpulan fakta dan pengetahuan kepada
para siswa mengakibatkan pemahaman yang sangat sedikit dan tentusaja tidak mengembangkan
kebebasan intelektual. Tetapi mengajarkan cara-cara berpikir ilmiah sebagai suatu perangkat
prosedur yang terpisah dari substansi metode ilmiah adalah juga akan sia-sia. Guru Fisika harus
membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan ilmiah tentang dunia dan kebiasaan berpikir
ilmiah pada saat yang bersamaan.Mata pelajaran Fisika Sekolah Menengah atas (SMA) sebagai
bagian dari mata pelajaran IPA di SMA yang merupakan kelanjutan pelajaran Fisika di Sekolah
menengah Pertama (SMP) yang mempelajari sifat materi,gerak, dan fenomena lain yang ada
hubungannya dengan energi. Selain itu, juga mempelajari keterkaitan antara konsep-konsep
Fisika dengan kehidupan nyata, pengembangan sikap dan kesadaran terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan alam dan teknologi beserta dampaknya. Di dalam buku dan modul siswa
tersebut juga disebutkan bahwa mata pelajaran Fisika SMP berfungsi antara lain memberikan
bekal pengetahuan dasar kepada siswa untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Masih dari buku dan modul siswa ini
yang diperluas sampai kepada bahan kajian yang mengandung konsep abstrak dan dibahas
secara kuantitatif analitis.
2.1 Kerangka Teori

Berdasarkan variable pada rancangan penelitian saya sebelumnya yaitu mengenai buku
pegangan dan modul siswa atau bahan ajar. Serta hasil belajar dari kesulitan siswa dalam materi
fisika. Pada Kegiatan belajar dan pembelajaran didalam kelas tidak luput dari bahan ajar yang
digunakan. Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara runtut dan sistematis untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu
bahan ajar yang digunakan adalah buku dan modul siswa . Buku dan modul siswa yang
dikembangkan merupakan buku dan modul siswa dengan pendekatan multirepresentasi pada
pembelajaran fisika . Keunggulan buku dan modul siswa ini adalah mempersentasikan ulang
suatu cara yang menyatakan suatu konsep melalui berbagai cara dan bentuk,diantaranya dalam
bentuk verbal, gambar,grafik, diagram dan matematika dengan format yang baru dan lebih
update. Buku dan modul siswa yang memuat materi fisika ditujukan kepada siswa SMP.
Penggunaan buku dan modul siswa dengan pendekatan multirepresentasi mendorong siswa untuk
lebih aktif, kreatif, dan mandiri dalam mencari informasi yang dibutuhkan sehingga membantu
siswa belajar mandiri dan memahami konsep materi dengan baik serta tidak meyulitkan siswa
dalam belajar. Peningkatan pemahaman konsep dan materi oleh siswa diharapkan mampu
meningkatkan hasil belajar siswa yang efektif.

2.2 Hipotesis

Berdasarkan hasil uji siswa, hipotesisnya : H0 di tolak jika terlaksananya buku dan modul
siswa dengan pendekatan multirepresentasi yang mudah dan efektif dalam meningkatakan hasil
belajar, sedangkan H0 diterima jika terlaksananya buku dan modul siswa dengan pendekatan
multirepresentasi tidak mudah dan kurang efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

H0 : Buku dan modul siswa dengan pendekatan multirepresentasi tidak mudah dan kurang
efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika di SMP N 6 P Gorom
desa Day.

H1 : Buku dan modul siswa dengan pendekatan multirepresentasi mudah dan efektif dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika di SMP N 6 P Gorom desa Day.
DAFTAR PUSTAKA

1. Dosen Prodi Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.
http://ejournal.radenintan.ac.id,albiruni. “MULTI REPRESENTASI SEBAGAI
ALTERNATIF PEMBELAJARAN DALAM FISIKA” diunduh pada tanggal 5 mei
2020,ambon.
2. http://digilib.unila.ac.id/22702/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB
%20PEMBAHASAN.pdf. Di unduh pada tgl 5 mei 2020,ambon.
3. http://digilib.unila.ac.id/5503/18/BAB%20II.pdf. Diunduh pada tgl 5 mei
2020,ambon.
4. Tegas Amanda Setyandaru, Sri Wahyuni, Pramudya Dwi Aristya Putra, Program
Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember. Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 6
No. 3, September 2017, hal 218-224.
5. Kartikasari H.A., S. Wahyuni., dan A.D. Lesmono. 2015. Pengembangan Bahan Ajar
Berbasis Scientific Approach pada Pokok Bahasan Besaran dan Satuan di SMA.
Jurnal Pembelajaran Fisika. Vol. 4(1) : 64-68.
6. Handayani, R.D., 2014. Pengembangan Bahan Ajar Elektronik Berbasis Mobile-
Learning Pada Mata Kuliah Optik Di FKIP Universitas Jember. Ta’dib Jurnal Ilmu
Pendidikan.Vol 17 (1) : hal 81-85.

Anda mungkin juga menyukai