A. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah salah satu upaya untuk mencerdaskan bangsa dan
memperbaiki masa depan. Pendidikan sangat mempegaruhi keberlangsungan hidup
manusia, karena dengan pendidikan manusia akan belajar untuk dapat menjalankan
kehidupan dengan sebaik-baiknya. Menyadari pentingnya pendidikan bagi
keberlangsungan hidup manusia maka problem dalam pendidikan adalah hal yang
penting juga untuk tidak di kesampingkan.
Mahasiswa adalah sebutan untuk orang yang melakukan studi di perguruan
tinggi. Mahasiswa adalah seorang yang diharapkan dapat menjadi direct of change,
agen of change, control social, iron stok, dan moral force. dalam masyarakat,
berbangsa dan bernegara. Kurangnya kepedulian dan kepekaan mahasiswa terhadap
problem pendidikan adalah hal yang sangat memprihatinkan.
Mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan lebih banyak yang tidak serius dan
hanya memprioritaskan untuk mendapatkan IPK cumlaude. Hal ini dapat diperhatikan
saat sesi pembelajaran dan diskusi dalam pembelajaran, dimana mahasiswa hanya
aktif bertanya dan menjawab secara tekstual dari internet. Fenomena tersebut
menunjukan ketidak kritisan mahasiswa dan ketergantungan paradigma berfikir
mahasiswa pada android sehingga output dalam bentuk kognitif, afektif dan
psikomotor tidak efectif. Berbagai upaya telah dilakukan tenaga pengajar (dosen)
untuk meninggkatkan daya krtis mahasiswa, namun belum mendapatkan hasil yang
memuaskan.
Dalam beberapa situasi, pendidikan cenderung menekankan pada peningkatan
kemampuan memahami informasi daripada kemampuan analisis kritis, yang
merupakan keterampilan penting dalam menangani masalah kompleks dalam dunia
nyata. Strategi pembelajaran konvensional yang fokus pada pengetahuan faktual
seringkali tidak cukup untuk mengembangkan nalar kritis dan kemampuan
pemecahan masalah yang dibutuhkan untuk menghadapi isu pendidikan yang
beragam dan dinamis saat ini. Dengan menerapkan pendekatan berbasis masalah,
diharapkan mahasiswa dapat terlatih dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan
menyelesaikan masalah-masalah pendidikan yang kompleks, memungkinkan mereka
untuk menjadi pemikir yang kritis dan inovatif dalam mencari solusi-solusi yang
efektif. Namun, dalam prakteknya, efektivitas penerapan strategi pembelajaran
berbasis masalah untuk meningkatkan nalar kritis mahasiswa terhadap problem
pendidikan masih memerlukan evaluasi mendalam mengenai perubahan-perubahan
yang terjadi dalam pola pikir dan kemampuan mahasiswa, serta bagaimana hal
tersebut dapat diterjemahkan ke dalam solusi-solusi praktis di dunia nyata dalam
bidang pendidikan. Strategi pembelajaran berrbasis masalah akan lebih meningkatkan
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana efektifitas penggunaan strategi pembelajaran berbasis masalah
dalam meningkatkan nalar kritis mahasiswa terhadap problem pendidikan?
1
Pawson, Eric, At, “Problem Based Learning in Geography:Toward a Critical Assessment of Its
Purposes, Benefits and Risks. Journal of Geography in Higher Education. P. Routledge.” 30 (March
2006): 103–16.
2. Menyelenggarakan pembelajaran peserta didik. Artinya pada tahap ini,
pendidik membantu peserta didik dalam mengidentifikasi serta
mengorganisasikan tugas-tugas pembelajaran yang berkaitan dengan masalah.
3. Petunjuk untuk investigasi individu dan kolektif. Artinya pada tahap ini,
pendidik mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang tepat,
melakukan eksperimen untuk mencari solusi, dan memecahkan masalah.
4. Membangun dan menyajikan hasil pekerjaan. Artinya pada tahap ini pendidik
membantu peserta didik dalam merencanakan serta menyiapkan tugas yang
sesuai seperti laporan, video, model, dan membantu peserta didik dalam
membagikan tugasnya kepada teman.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Artinya pada
tahap ini, pendidik membantu peserta didik untuk merefleksikan atau
mengevaluasi penelitian mereka dan proses yang mereka gunakan.2
Terdapat lima prinsip yang mendukung pembelajaran berbasis masalah sebagai
metode perolehan informasi baru yang sejalan dengan teori-teori pembelajaran yang
dirumuskan dalam psikologi kognitif, yaitu :
1. Mengaktifkan pengetahuan sebelumnya.
2. Pengetahuan berbasis masalah.
3. Restrukturisasi pengetahuan agar sesuai dengan masalah yang disajikan.
4. Rasa ingin tahu kognitif.
5. Ketergantungan ke dalam konteks pembelajaran.
Pembelajaran berbasis masalah, dikenal juga dengan nama lain seperti
pembelajaran berbasis proyek, pendidikan berdasarkan pengalaman, pembelajaran
autentik, dan pembelajaran yang berakar pada kehidupan nyata. Secara umum,
pembelajaran berbasis masalah melibatkan penyajian situasi masalah yang autentik
dan bermakna kepada siswa yang dapat membantu mereka melakukan penyelidikan
dengan lebih mudah (inkuiri).3
Contoh Penggunaan Strategi Berbasis Masalah Tingkat Mahasiswa
2
Muhammad Rizqi Amaluddin, “PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK PGRI
PEKANBARU,” 2022, 130, https://jurnalcerdik.ub.ac.id/index.php/jurnalcerdik/article/download/
146/36.
3
Berkat Johannes Pakpahan, “PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
(PROBLEM BASED LEARNING) DAN GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR
BAHASA INDONESIA,” 2014, 25–27, file:///C:/Users/user/Downloads/Documents/5145-10237-1-
SM.pdf.
A. Pembelajaran berbasis masalah dapat dianggap sebagai proses pembelajaran
yang menantang mahasiswa untuk belajar secara berkelompok dalam mencari
solusi dari permasalahan dunia nyata dan kemudian menyelesaikannya.
B. Mahasiswa mengonstruk pengetahuannya sendiri dan akhirnya dapat
mengembangkan kemampuan berpikirnya.
C. Mahasiswa bekerja sama untuk memecahkan masalah yang disarankan oleh
pendidik. Dengan menerapkan hasil belajar yang diperoleh mahasiswa selama
proses penelitian, mereka melakukan percobaan untuk membuktikan hipotesis
yang mereka buat pada tahap sebelumnya. Mahasiswa akan mendapatkan
pengalaman tersendiri terkait pelaksanaan pengalaman yang dilakukan.
Melaksanakan pengalaman tersebut akan meningkatkan pemahaman
mahasiswa terhadap materi, karena mereka akan memperoleh pengetahuan
melalui bacaan atau sumber yang didapat dari teman sejawat dan berdiskusi
dengan pendidik, mahasiswa akan mengambil pengalaman sendiri dari hasil
pengalaman tersebut.
D. KERANGKA TEORI
Pengertian Efektivitas Dalam Pembelajaran
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti
berhasil atau sesuatu yang dilakukan dengan baik. Efektivitas adalah seberapa
baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana seseorang menghasilkan keluaran
sesuai dengan yang diharapkan, dapat diartikan bahwa apabila sesuatu
pekerjaan dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan,
dapat dikatakan efektif. Efektivitas pembelajaran merupakan ukuran
keberhasilan proses interaktif antara peserta didik dan antara peserta didik
dengan guru dalam situasi pendidikan untuk mencapai tujuan pembelajaran..
Efektivitas pembelajaran dapat dilihat dari aktivitas siswa selama proses
pembelajaran, reaksinya terhadap pembelajaran, dan kemampuannya dalam
menguasai konsep.. Untuk mencapai konsep pembelajaran yang efektif dan
efisien, harus ada hubungan timbal balik antara siswa dan guru untuk
mencapai tujuan bersama, di samping itu juga harus menyesuaikan dengan
kondisi lingkungan, sarana dan prasarana sekolah serta sarana pembelajaran
yang diperlukan.. membantu mencapai seluruh aspek perkembangan siswa.4
Dalam kamus besar bahasa indonesia dikatakan bahwa efektif
berarti ada “efeknya” yang artinya akibat, pengaruhnya, kesannya. Efektivitas
adalah bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan
memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan
operasional. Efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok,
tercapainya tujuan, ketepatan waktu dan adanya partisipasi aktif dari
anggota. Ada beberapa pendapat mengungkapkan bahwa efektivitas adalah
bagaimana organisasi melaksanakan seluruh tugas pokonya atau mencapai
sasaran. Efektivitas dapat dijadikan barometer untuk mengukur keberhasilan
pendidikan.5
Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar
atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan
belajar yang efektif. Pembelajaran yang efektif adalah suatu pembelajaran
yang memungkinkan peserta didik untuk belajar keterampilan yang spesifik,
ilmu pengetahuan dan sikap peserta didik senang.. Pembelajaran yang efektif
memudahkan peserta didik untuk belajar sesuatu yang bermanfaat, seperti:
fakta, keterampilan, nilai, konsep, cara hidup serasi dengan sesadama atau
sesuatu hasil belajar yang diinginkan. Menurut Sutikno sebagaimana dikutip
oleh Bambang Warsita, menurutnya pembelajaran yang efektif adalah suatu
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan
mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan
harapan. Pengajaran akan baik apabila proses pengajarannya memakan waktu
4
“EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN | Jurnal Pendidikan Usia Dini,” diakses 29 Oktober 2023,
https://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpud/article/view/3491.
5
“KEPEMIMPINAN GURU DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PAI |
Nasution | Darul Ilmi: Jurnal Ilmu Kependidikan dan Keislaman,” diakses 29 Oktober 2023,
https://jurnal.iain-padangsidimpuan.ac.id/index.php/DI/article/view/430.
yang cukup dan dapat mendatangkan hasil yang lebih akurat, cermat dan
optimal. Menggunakan waktu pembelajaran secara efektif dapat membuahkan
hasil yang efektif.
Miarso berpendapat bahwa efektivitas pembelajaran merupakan salah
satu standar mutu pendidikan dan sering diukur dengan pencapaian tujuan,
atau dapat juga dipahami sebagai ketepatan dalam menangani situasi, dengan
“doing the right things”. Menurut Prokopenko, Hay dan Miskel, konsep ini
sangat penting karena memberikan wawasan tentang keberhasilan seseorang
dalam mencapai suatu tujuan atau tingkat pencapaian tujuan. Sedangkan
belajar adalah suatu proses, ada cara dan tindakan yang membuat manusia
atau makhluk hidup belajar. Dalam hal ini pembelajaran memerlukan proses
sadar yang cenderung berjangka panjang dan mengatur perilaku. Dengan
demikian efektivitas belajar adalah keberhasilan yang dicapai seseorang
dalam proses belajar.6
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas
pembelajaran mengacu pada kemampuan suatu metode atau pendekatan
pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan cara yang efisien
dan optimal. Efektivitas pembelajaran melibatkan penggunaan strategi yang
tepat, penggunaan sumber daya yang memadai, pengembangan lingkungan
belajar yang kondusif, serta tanggung jawab bersama antara guru dan siswa.
Dalam konteks ini, efektivitas pembelajaran dapat diukur berdasarkan
pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, tingkat kompetensi
yang diperoleh siswa, serta kemampuan siswa dalam mengaplikasikan
pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi nyata.
Penting untuk memperhatikan bahwa efektivitas pembelajaran tidak hanya
bergantung pada pendekatan atau metode pembelajaran yang digunakan,
6
“EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PERMAINAN TRADISIONAL
TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATERI GAYA DI KELAS IV MIN
NGRONGGOT NGANJUK | Dinamika Penelitian: Media Komunikasi Penelitian Sosial Keagamaan,”
diakses 29 Oktober 2023, https://ejournal.uinsatu.ac.id/index.php/dinamika/article/view/214.
tetapi juga bergantung pada interaksi antara guru dan siswa, serta motivasi
dan minat siswa dalam belajar. Penting juga untuk terus mengadakan evaluasi
dan perbaikan dalam proses pembelajaran guna meningkatkan efektivitasnya.
Dalam dunia pendidikan, efektivitas pembelajaran merupakan tujuan utama
dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan meningkatkan
efektivitas pembelajaran, diharapkan siswa dapat memperoleh hasil
pembelajaran yang optimal, sehingga mampu mengembangkan potensi diri,
berpikir kritis, dan menjadi anggota masyarakat yang aktif dan produktif.
Pengertian mahasiswa sebagai agen of change , direct of change, iron stok, social
control dan moral force.
1. Agent of change
Peran pertama adalah mahasiswa penggerak perubahan (iron stock).
Mahasiswa dianggap punya akses yang lebih mudah terhadap ilmu
pengetahuan. Dengan akses tersebut mahasiswa dapat menambah
wawasan. Mengasah kemampuan berpikir serta belajar mempertajam
analisis terhadap sesuatu termasuk kondisi sosial.
Mahasiswa dapat menjalankan perannya sebagai penggerak perubahan
menuju tatanan masyarakat yang lebih adil. Ketika mahasiswa mampu
melihat secara kritis kondisi sosial yang ada maka ia bisa mengupayakan
perubahan agar masyarakat hidup dalam kondisi yang jauh lebih baik.
Tanpa penindasan dan tanpa penderitaan. Untuk itu peran ini selalu
ditanamkan kepada mahasiswa. Harapannya mahasiswa dapat
menggunakan kesempatan belajar di jenjang pendidikan tinggi untuk
memperjuangkan kepentingan bersama. Apalah artinya ilmu pengetahuan
yang banyak tapi digunakan untuk memuaskan kepentingan pribadi semata.
2. Social control
Peran mahasiswa satu ini masih berhubungan dengan peran di atas.
Tidak jauh-jauh dari perubahan sosial. Jadi mahasiswa punya peran sebagai
pengontrol kehidupan sosial.
Mahasiswa perlu mengembangkan berpikir kritis sehingga bisa
melihat sesuatu secara lebih mendalam dan menemukan sisi lain yang tidak
banyak ditemukan oleh orang lain. Dalam kondisi sosial yang tampak baik-
baik saja, mahasiswa bisa melihat bahwa ada sesuatu yang tidak baik-baik
saja. Contohnya, mungkin sebagian orang hidup enak dan tidak
kekurangan. Kondisi yang ada tampak baik-baik saja seolah tidak ada yang
salah.
Namun mahasiswa dapat melihat bahwa di sisi yang lain ada lebih
banyak orang yang hidup serba kesusahan. Untuk makan saja kesulitan.
Ada kesenjangan sosial dan ekonomi yang tinggi dalam masyarakat.
Fenomena ini mendorong mahasiswa untuk melakukan perubahan dan
mewujudkan kondisi yang jauh lebih baik.
3. Moral force
Penguat moral (moral force) adalah peran mahasiswa selanjutnya.
Mahasiswa dinilai sebagai penguat moral bangsa. Dalam narasi yang
beredar selama ini, mahasiswa diharapkan mampu memiliki moral yang
baik. Menjadi contoh dan teladan. Selain itu juga bisa memberikan dampak
positif di masyarakat.
4. Guardian of value
Peran keempat adalah mahasiswa sebagai penjaga nilai. Lebih dari itu,
mahasiswa juga menyebarkan nilai-nilai luhur yang selama ini diakui
secara universal. Contohnya kejujuran, empati, keadilan, tanggung jawab,
dan lainnya.
5. Iron stock
Terakhir adalah mahasiswa sebagai iron stock atau penerus bangsa.
Dalam peran ini, mahasiswa merupakan harapan bangsa. Sehingga mahasiswa
diharapkan mampu memiliki kemampuan dan akhlak mulia.
Generasi yang sudah ada akan digantikan generasi berikutnya.
Mahasiswa merupakan calon penerus generasi. Saat mahasiswa belajar di
kampus, penting untuk mendidik mahasiswa agar menjadi generasi
selanjutnya yang sesuai nilai yang dipegang selama ini.
Mahasiswa harus berperan sebagai penerus bangsa. Mempunyai
kesadaran akan perannya sehingga mahasiswa bisa menjalankan peran
tersebut dengan baik.
E. TUJUAN PENELITIAN
a. Untuk mengetahui sebelum penggunaan strategi pembelajaran berbasis masalah
dalam meningkatkan nalar kritis mahasiswa terhadap problem pendidikan.
b. Untuk mengetahui sesudah penerapan pembelajaran berbasis masalah dalam
membentuk kemampuan nalar kritis mahasiswa terhadap problem pendidikan.
c. Untuk mengetahui pengaruh penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Untuk Membentuk Kemampuan nalar kritis mahasiswa terhadap problem
pendidikan.
F. MANFAAT HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat mengenai
sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan dalam menggunakan strategi
pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan nalar kritis mahasiswa terhadap
problem pendidikan.
7
Retno Kuning Dewi Pusparatri, “STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA,” Jurnal Ilmiah Guru Caraka Olah
Pikir Edukatif 16, no. 2 (2012), https://doi.org/10.21831/jig.
G. METODE PENELITIAN
Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka
pemecahan suatu permasalahan. Hasil penelitian tidak pernah dimaksudkan sebagai
suatu pemecahan (solusi) langsung bagi permasalahan yang dihadapi. karena
penelitian merupakan bagian saja dari usaha pemecahan masalah yang lebih besar.
Fungsi penelitian adalah mencarikan penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan
serta memberikan alternatif bagi kemngkinan yang dapat digunakan untuk pemecahan
masalah.
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dari kegunaan tertentu. Istilah cara ilmiah menunjukkan arti bahwa kegiatan
penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.
Rasional dalam penelitian adalah bahwa penelitian dilakukan dengan cara-cara yang
masuk akal, bukan hasil mediasi. Empiris adalah bahwa kegiatan penelitian dapat
diamati oleh indera manusia sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui
cara-cara yang digunakan. Adapun sistematis adalah bahwa proses yang digunakan
dalam penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.