PENDAHULUAN
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan energetika zat. Bukan
hanya sampai disitu, individu yang telah belajar akan mengalami peningkatan
keterampilan untuk mencegah ataupun menyelesaikan berbagai masalah akibat
dari gejala-gejala alam tadi.
Secara umum penjelasan diatas dapat menjadi jawaban atas hasil belajar
kimia tetapi, karena kendala dan keterbatasan serta berbagai hal lain maka hasil
belajar kimia yang diteliti meliputi peningkatan kemampuan tentang pemahaman
dan penguasaan individu yang belajar (siswa) tidak sampai pada peningkatan
keterampilan. Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman dan penguasaan siswa
terhadap materi dalam hal ini juga hanya pada materi struktur atom dan hasil
belajar yang diperoleh siswa dalam hal ini diukur dengan pemberian test objektif
pada awal dan akhir pengajaran untuk mengetahui apakah metode pembelajaran
yang ditetapkan berhasil atau tidak.
2.3. Penalaran
2.3.1. Pengertian Penalaran
Dalam Wikipedia (2006), Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak
dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep
dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk
proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan jumlah proposisi yang diketahui
atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang
sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam
penalaran proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis dan
hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi. Soekardijo dalam fajar sidiq
(2007) mengatakan penalaran adalah aktivitas pikiran yang abstrak, dan argumen
adalah lambang lain yang digunakan untuk menguatkan penalaran yang diberikan.
Penalaran dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk mengidentifikasi
atau menganalisis masalah yang diberikan kemudian disimpulkan berdasarkan
pemahaman.
KHUSUS
UMUM KHUSUS
KHUSUS
b. Penalaran Induktif
Secara formal proses penalaran induksi dapat diartikan sebagai proses
penalaran untuk sampai pada suatu keputusan, prinsip atau sikap umum dan
khusus, berdasarkan pengamatan atas hal – hal yang khusus.
Diagramnya :
KHUSUS
9
UMUM
KHUSUS
KHUSUS
a. Keterampilan Menganalisis
Keterampilan menganalisis merupakan suatu keterampilan menguraikan
sebuah struktur kedalam komponen – komponen agar mengetahui
pengorganisasian struktur tersebut. Dalam keterampilan tersebut tujuan pokoknya
adalah memahami sebuah konep global dengan cara menguraikan atau merinci
globalitas tersebut kedalam bagian – bagian yang lebih kecil dan terperinci.
11
kedua hal tersebut benar adanya?”. Ketika kita berpikir, kita akan
dibawa kepada bermacam – macam pemikiran satu sama lain. Katika
kita berpikir dengan berbagai kombinasi, satu sama lain saling
menunjang dan mendukung perumusan pernyataan dengan benar, maka
kita akan berpikir logis. Ketika berpikir dengan berbagai kombinasi dan
satu sama lain tdak saling mendukung atau bertolak belakang, maka hal
tersebut tidak logis.
03. Belajar dan penilaian adalah hal Belajar dan penilaian adalah hal
terpisah. sangat terkait dan belajar adalah
kooperatif, kolaboratif, dan
saling mendukung.
04. Penekanan pada pengetauan di Penekanan pada penguasaan dan
luar konteks aplikasinya. penggunaan pengetahuan yang
merefleksikan isu baru dan lama
serta menyelesaikan masalah
konteks kehidupan nyata.
05. Pengajar perannya sebagai Pengajar sebagai pendorong dan
pemberi informasi dan penilai. pemberi fasilitas pembelajaran.
06. Focus pada satu bidang disiplin Pengajar dan pemelajar
mengevaluasi pembelajaran
bersama – sama dan pendekatan
pada integrasi antardisiplin.
Demikian lah ciri – ciri dari PBL, dari setiap point ciri – ciri tersebut kita
selalu mendapati kata “masalah”. Masalah yang terjadi di sekitar kita dapat
merangsang rasa ingin tahu, keinginan untuk mengamati, motivasi serta
keterlibatan seseorang atas satu hal. Dengan kata lain masalah adalah apa saja
yang menghalangi seseorang dalam mencapai tujuan.
Dalam PBL, masalah – masalah yang disajikan pengajar adalah maslah
yang dekat dengan kehidupan nyata. Semakin dekat maka akan semakin baik.
Yang namanya masalah tidak sekedar latihan yang diberikan setelah contoh soal
yang disajikan. Ini adalah salah satu perbedaan PBL dengan metode
konvensional.
2.5.4. Perbedaan PBL dengan Metode Konvensional
Perbedaan pendekatan PBL dengan pendekatan lain yang biasanya
diberikan pendidik (Savin; Badin, 2000 & Moust, Bouhuijs, Schmidt, 2001 dalam
Amir,2009) dapat dilihat pada table berikut :
Metode Belajar Deskripsi
Ceramah Informasi dipersentasekan dan didiskusikan
oleh pendidik dan pemelajar.
Pembahasan kasus biasanya dilakukan
diakhir perkuliahan dan selalu disertai dengan
Kasus atau studi kasus pembahasan dikelas tentang materi (dan
sumber – sumbernya) atau konsep terkait
dengan kasus. Berbagai materi terkait dan
pertanyaan diberikan pada pembelajar.
Informasi tertulis yang berupa masalah
diberikan sebelum kelas dimulai. Fokusnya
Problem Based Learning adalah bagaimana pemelajar
(PBL) mengidentifikasikan isu pembelajaran sendiri
untuk memecahkan masalah. Materi dan
konsep yang relevan ditemukan oleh
pembelajar sendiri.
18
Dari table diatas maka perbedaan antara PBL dan metode lain yang sering
di gunakan pedidik dalam mengajar semakin jelas. Dimana PBL sangat menuntut
keaktifan siswa untuk dapat menalar suatu masalah kemudian berpikir secara
kritis untuk menghadapi masalah tersebut.
2.5.5. Langkah – langkah PBL
Proses PBL akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala
perangkat yang diperlukan (masalah, formulir pelengkap, dan lain – lain).
Pembelajar pun harus sudah memahami prosesnya, dan telah membentuk
kelompok – kelompok kecil. Umumnya setiap kelompok menjalankan proses
yang sering dikenal dengan Proses 7 Langkah.
Adapun 7 langkah tersebut (Amir,2009), yaitu:
2.5.5.1. Mengklarifikasikan Istilah dan Konsep yang Belum Jelas
Pada langkah ini pendidik harus memastikan setiap anggota memahami
berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah. Langkah pertama ini dapat
dikatakan tahap yang membuat setiap peserta berangkat dari cara memandang
yang sama atas istilah – istilah atau konsep yang ada dalam masalah.
2.5.5.2. Merumuskan Masalah
Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan –
hubungan apa yang terjadi diantara fenomena itu. Kadang – kadang ada
hubungan yang masih belum nyata antara fenomenanya, atau ada sub – sub
masalah yang harus diperjelas dahulu.
Keunggulan dari PBL ada di perancangan perumusan masalah. Masalah
yang disajikan oleh pendidik dalam proses PBL yang baik memiliki ciri khas,
seperti berikut (Wee, kek, 2002 dalam Amir, 2009):
a) Masalah yang disajikan sedapat mungkin memang merupakan cerminan
masalah yang dihadapi di dunia kerja.
b) Masalah yang dirancang dapat membangun kembali pemahaman
pemelajar atas pengetahuan yang telah didapat sebelumnya dan
kemudian mengaitkannya dengan pengatahuan baru yang diperoleh.
c) Membangun pemikiran yang metakognitif (pemikiran yang menyadari
pemikiran sendiri) dan konstruktif. Artinya kita mencoba berefleksi
19
seperti apa pemikiran kita atas satu hal. Pemelajar menjalankan proses
PBL sembari menguji pemikrannya, mempertanyakannya, mengkritisi
gagasannya sendiri, sekaligus mengeksplor hal yang baru. Itu pula yang
dilakukannya pada gagasan orang lain, serta terus melakukan refleksi
dan memperbaiki proses yang dijalankan. Bila pemikirannya seperti ini,
maka sembari ia mencari pemecahan masalah, mencari dan menemukan
informasi yang terkait, maka sebenarnya pemelajar akan memahami
sebuah pengetahuan secara konstruktif. Artinya, pemahaman –
pemahaman itu ia bangun sendiri dengan pemikiran yang metakognitif
tadi dan dengan mencari sumber – sumber informasi baru.
d) Meningkatkan minat dan motivasi pembelajaran. Dengan rancangan
masalah yang menarik dan menantang, pemelajar akan tergugah untuk
belajar. Bila relevansinya tinggi dengan saat nanti praktik, biasanya
pemelajar akan terangsang rasa ingin tahunya dan bertekad untuk
menyelesaikan masalahnya.
e) Satuan Acara Pembelajaran (SAP) yang seharusnya menjadi sasaran
mata kuliah tetap dapat terliputi dengan baik.
2.5.5.3.Menganalisis Masalah
Anggota kelompok mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah
dimiliki anggota tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi
faktual (yang tercantum pada masalah), dan juga informasi yang ada dalam
pikiran anggota. Mengeluarkan gagasan (brainstorming) dilakukan dalam tahap
ini. Anggota kelompok mendapatkan kesempatan melatih bagaimana
menjelaskan, melihat alternatif, atau hipotesis yang terkait dengan masalah.
2.5.5.4.Menata Gagasan dan Menganalisis Secara Sistematis dan Dalam
21
oleh kelompok. Pada langkah tujuh ini kelompok sudah dapat membuat sintesis,
menggabungkanya dan mengombinasikan hal – hal yang relevan. Sebagian bagus
tidaknya aktivitas PBL kelompok, akan sangat ditentukan pada tahap ini (untuk
kondisi kelas – kelas yang ada di Indonesia, umumnya proses ini harus terjadi
diluar kelas).
Di tahap ini, keterampilan yang dibutuhkan adalah bagaimana meringkas,
mendiskusikan dan meninjau ulang hasil diskusi untuk nantinya disajikan dalam
bentuk paper / makalah. Di sinilah kemampuan menulis (komunikasi tertulis) dan
kemudian mempresentasekan (komunikasi oral) sangat dibutuhkan sekaligus
dikembangkan.
Ketujuh langkah ini dapat berlangsung dalam beberapa pertemuan
kelompok. Tergantung kondisi dan konteks yang ada pada setiap kelas, ada yang
menjalankannya dengan 3 atau 4 pertemuan. Untuk tiga kali pertemuan, kira –
kira pembagiannya seperti berikut :
Pertemuan I : (langkah 1 – 5) di kelas, dengan difsilitasi pendidik.
Pertemuan II : (langkah 6 – 7) di luar kelas, pemelajar mandiri / berkelompok.
Pertemuan III : presentasi laporan kelompok dan diskusi kelas. Sebelum diskusi
didahului pengklarifikasikan pekerjaan oleh pendidik.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan 4 kali pertemuan dan telah
dirinci pada RPP lampiran 1.
2.5.6. Manfaat Problem Based Learning
Smith, 2005 dalam Amir, 2006 yang khusus meneliti berbagai dimensi
manfaat di atas menemukan bahwa pemelajar akan:
2.5.6.1.Menjadi Lebih Ingat dan Meningkatkan Pemahaman Atas Materi Ajar
Dengan konteks yang dekat, dan sekaligus melakukan deep learning
(karena banyak mengajukan pertanyaan yang menyelidik) bukan surface learning
(yang sekedar hafal saja), maka pemelajar akan lebih memahami materi. Kita
membutuhkan pemelajar seperti ini apappun bidang yang mereka pelajari.
2.5.6.2.Meningkatkan Fokus pada Pengetahuan yang Relevan
Banyak kritik pada dunia pendidikan kita, bahwa apa yang diajarkan di
kelas – kelas sama sekali jauh dari apa yang terjadi di dunia praktik. PBL yang
23
saja, sebagian diantara mereka akan ada yang justru merasa kebingungan dan
menjadi kehilangan minat. Di sini peran pendidik menjadi sangat berpengaruh.
Au pada percobaannya?
- Jelaskan strategi yang anda buat untuk
menjelaskan teori sistem periodik modern?
- Apa konsekuensinya jika atom memiliki
elektron tak berpasangan?
Langkah 7 : - Apa tiga hal kunci yang anda pelajari tentang
Saat laporan (paper dan struktur atom?
presentasi kelompok) - Apa yang anda pelajari tentang diri anda, dan
rekan kelompok?
- Sumber baru apa atau mana yang anda peroleh
dari diskusi ini?
- Bagimana cara menerapkannya disituasi yang
lain?
- Tindak lanjut seperti apa yang anda
rekomendasikan?
Selain mampu menyusun pertanyaan yang dapat merangsang rasa ingin
tahu pemelajar dan menciptakan suasana yang hidup pendidik juga berperan
sebagai :
a. Narasumber
Dimana pendidik berperan dalam menyusun masalah yang akan
diselesaikan siswa, sebagai sumber pembelajaran untuk informasi yang tidak
ditemukan dalam sumber pembelajaran bahan cetak maupun media elektronik,
melakukan evaluasi hasil pembelajaran.
b. Fasilisator
Pada peran yang seperti ini pendidik bertugas membagi kelompok dan
mengatur jalannya diskusi, memberikan informasi pada saat yang tepat sesuai
situasi kelompok, memastikan bahwa tiap sesi diskusi ditutup dengan self
evaluation, menjaga motivasi siswa untuk tetap tertantang memecahkan masalah
yang ada, mengevaluasi penerapan PBL yang telah dilakukuan.
2.5.8.Tujuan Menggunakan Problem Based Learning
27
b. Proton
Penemuan inti atom berasal dari penemuan unsur radioaktif. Unsur
radioaktif akan meluruh secara spontan karena inti atomnya tidak stabil. Ernest
Rutherford melakukan percobaan dengan menembak radiasi α pada lempengan
emas tipis. Berdasarkan percobaan tersebut, Rutherford menyimpulkan bahwa di
dalam atom terdapat inti yang bermuatan positif dan inti yang bermuatan positif
ini disebut proton.
28
c. Neutron
James Chadwick melakukan percobaan dengan menembak lempeng
belirium menggunakan radiasi α. Hasil penembakan menandakan adanya partikel
yang tidak bermuatan. Partikel tidak bermuatan ini dinamakan neutron. Neutron
mempunyai massa yang hampir sama dengan massa proton. Jadi, di dalam inti
atom terdapat 2 partikel, yaitu proton yang bermuatan positif dan neutron yang
tidak bermuatan. Dengan demikian, muatan inti atom merupakan muatan proton.
Thomson diketahui kurang tepat setelah penemuan inti atom oleh Rutherford.
Muatan positif tidak tersebar sebagai awan, tetapi berada pada inti atom yang
sangat kecil.
2.6.2.4.Teori Atom Ernest Rutherford
Ernest Rutherford mengemukakan bahwa seluruh muatan positif terletak
di pusat atom dan dinamakan inti atom. Selain inti atom, terdapat elektron yang
bermuatan negatif dan mengitari inti atom dengan kecepatan tinggi. Muatan inti
atom dan muatan elektron berjumlah sama. Model atom Rutherford memiliki
kelemahan, yaitu tidak dapat menerangkan penyebab elektron tidak jatuh ke inti
atom akibat mengitari inti atom.
2.6.2.5.Teori Atom Bohr
Secara ringkas, teori yang dikemukakan Niels Bohr (teori atom Bohr)
adalah sebagai berikut:
a. Elektron mengelilingi inti atom pada tingkat – tingkat energy (kulit)
tertentu.
b. Elektron dapat berpindah dari tingakat energi satu ke tingkat energy lain.
1. Apabila dari tingkat energi rendah ke tinggi, disebut eksitasi, hal itu
dicapai dengan cara menyerap energi.
2. Apabila dari tingakt energi tinggi ke rendah, disebut deeksitasi, hal itu
dicapai dengan cara pemancaran energy.
Gerakan elektron telah diukur secara matematik dan akurat. Namun teori
atom Bohr memiliki kelemahan, yaitu :
a.Teori atom Bohr tidak dapat menerangkan spectrum atom yang lebih
rumit.
b. Teori Bohr tidak dapat menjelaskan adanya modifikasi pengaruh
medan magnet dalam atom hidrogen.
2.6.2.6. Model dan Teori Atom Modern
Pendapat de Broglie yang dikembangkan oleh Edwin Schrodinger dan
Warner Heisenberg melahirkan teori atom modern yang dikenal dengan Teori
Mekanika Kuantum. Prinsip dasar teori tersebut adalah gerakan elektron dalam
mengelilingi inti bersifat seperti gelombang. Berdasarkan teori mekanika
30
kuantum, keberadaan elektron dalam lintasan tidak dapat ditentukan dengan pasti,
yang dapat diketahui hanya daerah kebolehjadian ditemukan elektron.
2.6.4.3. Isoton
Isoton adalah unsur yang mempunyai jumlah neutron sama, tetapi
mempunyai nomor atom berbeda. Contohnya adalah Be dan B.
Unsur Be mempunyai jumlah proton = jumlah elektron = nomor atom = 4
dan nomor massa = 9 maka jumlah neutron = NM –NA
= 9 – 4 = 5.
2.6.5. Massa Atom Relatif (Ar) dan Massa Molekul Relatif (Mr)
Massa satu atom atau molekul terlalu kecil untuk digunakan dalam
perhitungan. Untuk memudahkan, massa atom dan molekul dinyatakan dengan
satuan massa atom (sma). Satu sma didefenisikan sebagai kali massa sebuah
atom netral.
a. Massa Atom Relatif (Ar)
Massa atom relatif unsur adalah massa rata – rata dari isotop –
isotop suatu unsur (dalam sma) sesuai kelimpahannya di alam.
berpikir ini diharapkan yang kritis sehingga, solusi yang dihasilkan benar – benar
memecahkan masalah bukan menambah masalah baru. Seringnya siswa
menggunakan nalarnya akan mengasah kemampuan berpikirnya untuk lebih kritis
tehadap hal – hal di sekitarnya. Sehingga, siswa menjadi biasa memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari – hari.
2.8. Hipotesis
Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
: Tidak ada pengaruh yang signifikan kemampuan penalaran dan berpikir
kritis siswa dengan model pembelajaran Problem Based Learning.
: Ada pengaruh yang signifikan kemampuan penalaran dan berpikir kritis
siswa dengan model pembelajaran Problem Based Learning.
Atau:
: ≠
: =
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Swasta YAPIM Medan yang beralamat di
Air Bersih, Medan.
dan atau menyampaikan gagasan dengan kata – kata sendiri, serta dapat
mambantu siswa untuk meningkatkan daya kreativitas siswa. (Arikunto,2003).
Tes essay ini diyakini mampu menjaring kemampuan penalaran dan berpikir kritis
siswa.
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah instrument yang
digunakan untuk memperoleh data sudah valid / sah atau belum? Pada penelitian
uji validitas dilakukan dengan menggunakan validator ahli.
2. Uji Reabilitas
Uji reabilitas digunakan untuk mengukur tingkat tinggi kepercayaan dari
suatu instrument. Pada penelitian ini uji reabilitas dilakukan dengan
menggunakan KR – 20 sebagai berikut :
r11 =
Dimana :
r11 = reabilitas test secara keseluruhan
= varians total
n = Banyaknya item
Suatu soal dikatakan reliabel apabila r hitung > rtabel yang diperoleh dari tabel
nilai r pada tabel Product Moment dengan taraf signifikan 5 % atau .
3.6. Rancangan dan Prosedur Penelitian
3.6.1.Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental. Dalam penelitian ini ada 2 (dua)
kelompok, yaitu : kelompok eksperiment dan kelompok kontrol. Kelompok
eksperiment diberikan perlakuan khusus dengan pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based Learning), sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan
perlakuan khusus hanya diberikan metode pengajaran biasa atau metode
konvensional.
40
Eksperiment T1 X T2
Kontrol T2 Y T2
Dimana :
- Siswa diberi test hasil belajar untuk mengukur hasil belajar siswa kemudian
dilakukan uji hipotesis.
- Setelah uji hipotesis dapat diambil kesimpulan.
Tahapan penelitian dapat digambarkan dalam diagram berikut ini :
Populasi
Sampel
Kelas
Kelas Kontrol
Eksperiment
Test Kemampuan
awal
(Arikunto,2006)
Dimana :
SD = Varians nilai
= Jumlah nilai total
= Jumlah kuadrat nilai
n = Sampel
42
3. Dari batas kelas maka didapat luas kurva yang dapat dilihat dari tabel
distribusi standart.
6. Frekuensi amatan (Oi) adalah frekuensi dari data yang didapat (harga f)
X2 hitung =
Hipotesis normalitas diterima jika X 2hitung ≤ X2tabel untuk uji chi – kuadrat
dengan taraf α = 0,05 dan sebaliknya akan ditolak.
3.7.2. Uji Homogenitas
g=