Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum 2013 yang berlaku pada sistem pendidikan di Indonesia saat

ini menuntut para peserta didik untuk berperan lebih aktif dalam kegiatan proses

belajar mengajar sehingga dalam kegiatan pembelajaran guru perlu menerapkan

strategi pembelajaran yang mendukung dan sesuai dengan materi yang diajarkan

sehingga akan lebih mudah dalam mencapai tujuan pembelajaran. Peserta didik

sebagai subjek belajar harus berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Keaktifan itu dapat dinilai dari perannya dalam pembelajaran, seperti bertanya,

menjawab pertanyaan, dan memberi tanggapan.

Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan

peserta didik, untuk mencapai tujuan Pendidikan yang berlangsung dalam

lingkungan tertentu. Interaksi ini disebut interaksi Pendidikan, yaitu saling

pengaruh antara pendidik dan siswa (Sukmadinata, 2011:3). Fungsi Pendidikan

adalah menyiapkan peserta didik. Menyiapkan artinya bahwa peserta didik pada

hakikatnya belum siap, tetapi perlu disiapkan dan sedang menyiapkan diri nya

sendiri. ( Hamalik, 2013 :2)

Dewasa ini dalam proses belajar mengajar haruslah mengacu pada proses

pembelajaran yang ideal. Proses pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran

yang mampu mendorong kreativitas peserta didik secara keseluruhan, membuat

peserta didik aktif, dan mampu mencapai tujuan pembelajaran secara efektif

sehingga peserta didik dapat mencapai hasil akhir capaian belajar seperti yang

diharapkan. Namun dalam pelaksanaannya penulis menemukan berbagai kendala


dalam kegiatan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran kimia. Penulis

menemukan beberapa permasalahan diantaranya : masih banyak siswa yang hasil

capaian belajarnya belum memenuhi standar dan nilainya banyak yang di bawah

KKM, kurang aktif nya siswa dalam menjawab pertanyaan yang di lontarkan

guru, dan rendahnya semangat belajar siswa pada pelajaran kimia karena banyak

siswa yang beranggapan bahwa mata pelajaran kimia merupakan mata pelajaran

yang sulit. Setelah saya merefleksi diri dan mencari penyebab dari permasalahan

– permasalahan tersebut akhirnya saya memutuskan untuk melakukan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK).

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang menggunakan

refleksi diri sebagai metode utama, dilakukan oleh orang yang terlibat di

dalamnya, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek.

Alasan dilakukannya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diantaranya :

1. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap

permasalahan yang terjadi dikelas.

2. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi professional. Guru tidak

lagi menjadi praktisi, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan tanpa

adanya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneliti dibidangnya.

3. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki

proses pembelajaran sehingga diharapkan akan mampu mengatasi permasalah-

permasalahan yang dialami daan peserta didik dapat mencapai hasil capaian

belajar sesuai yang diharapkan.


Dalam kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini penulis akan mengkaji

permasalahan yaitu mengenai hasil belajar siswa yang masih banyak dibawah

KKM. Penyebab dari permasalahan ini yaitu siswa yang tidak memahami materi

yang disampaikan guru karena seringnya guru menggunakan metode ceramah

ketika mengajar. Penggunaan metode ceramah secara terus menerus dalam proses

pembelajaran dapat menimbulkan kejenuhan pada peserta didik terlebih pada

materi kimia sistem koloid yang bisa dilakukan dengan suatu kegiatan eksperimen

sederhana. Metode ceramah sangat tidak efektif dalam menjelaskan materi

tersebut.

Kegiatan belajar mencapai sasaran apabila situasi belajar yang tercipta

menarik, menyenangkan, dan membangkitkan rasa ingin tau peserta didik untuk

memahami materi yang disajikan. Oleh karena itu untuk memperbaiki proses

pembelajaran pada pembelajaran kimia dikelas khususnya pada materi Sistem

Koloid, maka saya melakukan perbaikan model dan metode pembelajaran yaitu

dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dan metode

eksperimen.

Model pembelajaran Discovery Learning merupakan suatu rangkaian

kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta

didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis

sehingga para peserta didik dapat merumuskan sendiri penemuannya.

Pengetahuan yang diperoleh dengan penemuan khusunya melakukan eksperimen

dapat menunjukkan beberapa kebaikan yaitu, pengetahuan itu bertahan lama atau

lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari

dengan cara-cara lain, hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang
lebih baik dan secara menyeluruh belajar penemuan dapat meningkatkan

penalaran siswa. Dipilihnya model pembelajaran Discovery Learning dengan

metode eksperimen karena model ini memberikan kesempatan bagi peserta didik

untuk berpikir, menemukan, berpendapat, dan saling bekerja sama melalui

aktifitas belajar secara ilmiah.

Selain itu model pembelajaran Discovery Learning dengan menggunakan

metode eksperimen merupakan upaya praktik dengan menggunakan alat peraga

sederhana yang dapat membuat pengalaman belajar yang menyenangkan,

membangkitkan rasa ingin tau dan peserta didik dapat belajar mengalami suatu

proses dan menjelaskan proses tersebut.

Penerapan model Discovery Learning boleh jadi merupakan suatu model

yang menjanjikan dalam pembelajaran Kimia. Diharapkan dengan penerapan

model ini peserta didik dan guru dalam suatu kegiatan pembelajaran, dan secara

berkelanjutan dapat menjadikan peserta didik sebagai seorang aktif, sebagai

seorang yang selalu ingin tau, dan seorang yang semangat dalam belajar.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis akan melakukan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subjek penelitian siswa kelas XI MIPA

di MA Markazul Qur’an. Dalam penelitian ini penulis mengkaji keefektifan

langkah-langkah pembelajaran pada model pembelajaran discovery learning

dengan metode eksperimen dalam memperbaiki proses pemebalajaran pada mata

pelajaran kimia materi sistem koloid


B. Perumusan masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penulisan

ini adalah : “Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran pada model

pembelajaran Discovery Learning dan metode eksperimen dalam memperbaiki

proses pembelajaran peserta didik MA Markazul Qur’an kelas XI MIPA pada

Mata Pelajaran Kimia materi Sistem Koloid?”

C. Tujuan Perbaikan

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :

1. Memperbaiki proses pembelajaran mata pelajaran kimia materi sistem koloid

pada peserta didik MA Markazul Qur’an kelas XI MIPA dengan

menggunakan langkah-langkah pembelajaran pada model pembelajaran

discovery learning dan metode eksperimen

2. Mengetahui keefektifan model pembelajaran discovery learning dan metode

eksperimen dalam memperbaiki proses pembelajaran sehingga peserta didik

dapat meningkatkan capaian hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan.

D. Manfaat Perbaikan

Manfaat yang didapat dari pelaksanaan penulisan laporan perbaikan pembelajaran

ini adalah:

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para ilmuwan di bidang

pendidikan, baik dalam pengembangan sistem pendidikan, peningkatan

keprofesian, pengembangan strategi dan metodologi pembelajaran, serta


pengembangan materi atau konsep dalam ilmu kimia.

2. Manfaat Praktis

- Bagi peneliti, manfaat penelitian ini adalah sebagai tambahan ilmu

pengetahuan dan pengalaman terhadap masalah yang dihadapi secara

nyata

- Bagi pendidik, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan

kontribusi positif bagi para pendidik, khususnya pendidik mata pelajaran

Kimia SMA/MA untuk rujukan perbaikan, pembaharuan, serta pengertian

lebih terkait pengenalan karakteristik siswa untuk dapat meningkatan

strategi pembelajaran sehingga dapat mempermudah peserta didik dalam

memahami materi pembelajaran kimia dan;

- Bagi peserta didik, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan

pedoman untuk meningkatkan motivasi belajar sehingga mampu

mendapatkan hasil belajar yang diharapkan.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Hakikat Pembelajaran
Pada hakikatnya pembelajaran merupakan interaksi timbal balik antara peserta
didik dan guru dalam proses belajar mengajar yang dinamis untuk mentransfer
nilai-nilai ke siswa agar dapat melakukan perubahan tingkah laku maupun
pengetahuan. Sehingga siswa dapat menggapai cita-cita yang ingin di capai.

a. Definisi Belajar
Belajar merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang
dilakukan untuk menguasai hal tertentu. Menurut Slameto (2010: 2), “belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”
Jadi, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses atau
serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh informasi dan perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya. Hasil pengalaman individu tersebut dapat menyangkut aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik.

b. Prinsip-Prinsip Belajar
Prinsip belajar adalah suatu hubungan yang terjadi antara peserta didik dengan
pendidik agar siswa mendapat motivasi belajar yang berguna bagi dirinya
sendiri. Prinsip belajar dapat digunakan sebagai landasan berpijak, dan sumber
motivasi agar proses belajar dan pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara
pendidik dengan peserta didik.

Prinsip-prinsip belajar menurut Slameto (2010: 27-28), dapat disusun sebagai


berikut :
1. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar, yaitu dalam belajar setiap
siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan menimbulkan
reinforcement serta motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Selain itu, juga diperlukan lingkungan yang menantang di mana
anak dapat berinteraksi dan mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan
belajar dengan efektif.
2. Sesuai hakekat belajar, yaitu belajar merupakan proses yang
berkesinambungan, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.
3. Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari, yaitu belajar bersifat keseluruhan
dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga
siswa mudah menangkap pengertiannya, dan juga dapat mengembangkan
kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.
4. Syarat keberhasilan belajar, yaitu belajar memerlukan sarana yang cukup,
sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prinsip belajar


merupakan landasan berpikir atau landasan berpijak yang perlu dipahami. Selain
itu, prinsip belajar juga merupakan sumber motivasi agar proses pembelajaran
dapat berjalan dengan baik.

c. Aktivitas Belajar
Dalam kehidupan sehari-hari dapat dikatakan bahwa manusia hampir tidak
pernah terlepas dari kegiatan belajar. Dalam belajar pasti ada aktivitas di
dalamnya, sehingga suatu kegiatan belajar dapat dikatakan semakin baik
jika intensitas aktivitas jasmaniah maupun mental seseorang semakin
tinggi. Sardiman (2004:97) dalam bukunya “Interaksi dan motivasi
belajar mengajar” memberikan garis besar bahwa tanpa adanya aktivitas
dalam suatu proses pembelajaran maka proses tersebut tidak bisa disebut
dengan proses belajar. Aktivitas yang dimaksud dalam pembelajaran tidak
hanya aktivitas yang dilakukan oleh guru di depan kelas namun aktivitas
yang berhubungan dengan interaksi guru dan siswa di dalam kelas. Dalam
kegiatan pembelajaran aktivitas sangatlah diperlukan, karena pada
prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk merubah tingkah laku menjadi
lebih baik. tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.
Oemar Hamalik (2001 : 171) mengungkap bahwa pengajaran yang efektif
adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau
melakukan aktivitas sendiri. Peserta didik belajar sambil bekerja, dengan bekerja
mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek- aspek tingkah laku
lainnya, serta mengembangkan ketrampilan yang bermakna untuk hidup di
masyarakat. Rousseau memberikan penjelasan dalam Sardiman (2004:96)
bahwa setiap orang harus aktif belajar sendiri untuk memperoleh suatu
pengetahuan. Karena pengetahuan akan diperoleh melalui pengamatan sendiri,
pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan
fasilitas yang diciptakan sendiri. Menurut Sardiman (2004:100) seorang siswa
akan senantiasa berfikir ketika mereka berbuat, tanpa adanya perbuatan siswa
tersebut tidak berfikir. Agar siswa berfikir sendiri siswa harus diberi kesempatan
untuk berbuat sendiri.

Dari pendapat beberapa ahli yang telah dikemukakan tersebut dapat


disimpulkan bahwa aktivitas merupakan suatu kegiatan yang sangat penting
dalam proses belajar. Aktivitas belajar dilakukan individu untuk memperoleh
perubahan perilaku yang relative menetap dalam seluruh aspek yang diperoleh
melalui interaksi antar individu ataupun interaksi individu dengan lingkungan.

Banyak jenis aktivitas yang dilakukan siswa di sekolah yang mana aktivitas
siswa tidak hanya mendengar dan mencatat. Seperti yang diungkapkan oleh Paul
B. Diedrich yang dikutip oleh Sardiman (2004:101) tentang daftar kegiatan
siswa antara lain adalah sebagai berikut :
1. Visual activities, meliputi memperhatikan gambar, video, pernyataan saat
melakukan percobaan atau demonstrasi di depan kelas.
2. Oral activities, meliputi mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan,
mengungkap suatu fakta, menyanggah pendapat teman, memberikan saran,
berdiskusi, dan lain sebagainya.
3. Listening activities, meliputi kegiatan mendengarkan suatu pernyataan,
mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan, diskusi kelompok,
mendengarkan suatu permainan, dan mendengarkan radio.
4. Writing activities, meliputi mencatat materi, menulis cerita, menulis laporan,
membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket, mengerjakan soal,
5. Drawing activities, meliputi kegiatan menggambar, membuat grafik, chart, peta,
diagram, dan pola.
6. Motor activities, meliputi melakukan percobaan, menyiapkan alat-alat
percobaan, membuat model, menyelenggarakan permainan menari, berkebun,
dan bereksperimen.
7. Mental activities, meliputi merenungkan, menanggapi, mengingat memecahkan
soal, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan mengambil
keputusan.
8. Emotional activities, meliputi menaruh minat, gembira, tenang, bersemangat,
bergairah, berani, tegang.

Dari uraian mengenai macam- macam aktivitas belajar di sekolah di atas


maka dapat diamati bahwa aktivitas siswa di sekolah cukuplah kompleks dan
sangat bervariasi. Apabila seluruh aktivitas tersebut dapat dilaksanakan di
sekolah tentu saja kegiatan siswa di sekolah tidak akan membosankan dan
sekolah benar- benar menjadi pusat aktivitas belajar yang bermakna. Disinilah
perlu ditingkatkan lagi kreativitas guru dalam menyiapkan konsep pembelajaran
yang menarik dan inovatif agar aktivitas belajar siswa dapat meningkat sehingga
pembelajaran lebih bermakna dan tujuan awal dari pembelajaran pun dapat
tercapai.

d. Model Pembelajaran
Trianto (2013:53) mengartikan model pembelajaran sebagai pedoman guru
dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar
mengajar yang merupakan suatu rancangan atau pola pembelajaran yang
melukiskan tahapan pembelajaran dari awal hingga akhir untuk mencapai
tujuan pembelajaran itu sendiri.
Sedangkan Wahab (2007 : 52) mendefinisikan bahwa model pembelajaran
sebagai suatu rancangan kegiatan belajar mengajar yang menjabarkan seluruh
proses kegiatan belajar untuk mencapai tujuan akhir yaitu terjadi perubahan
sikap dan tingkah laku peserta didik seperti yang diharapkan.
Suprihatiningrum (2013: 143) mendefinisikan bahwa model pembelajaran
memiliki empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi ataupun prosedur
tertentu lainnya, antara lain adalah :
1. Rasional teoritik yang disusun oleh para pencipta atau pengembangannya,
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai)
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
dengan berhasil,
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dari beberapa pengertian model pembelajaran di atas dapat disimpulkan


bahwa model pembelajaran merupakan suatu rancangan pembelajaran yang di
dalamnya menggambarkan sebuah proses pembelajaran dari awal hingga akhir
yang digunakan guru sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran sehingga
dapat mencapai tujuan yang diharapkan yaitu perubahan sikap peserta didik
sesuai nilai pendidikan.

e. Model Pembelajaran Discovery


1. Definisi Model Discovery Learning
Bruner dalam Asri (2012:41) mengungkapkan bahwa proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman sendiri
melalui contoh yang mereka jumpai pada kehidupan. Teori Bruner
mengungkapkan bahwa perkembangan kognitif seseorang dapat meningkat
dengan menyusun sendiri materi pembelajaran dan dan menyajikannya sesuai
dengan tahap perkembangan orang tersebut.

Nur dalam Suprihatiningrum (2012:241) mengungkapkan bahwa terciptanya


model discovery learning karena adanya keinginan memberikan kepuasan
kepada peserta didik untuk menemukan sendiri konsep atau intisari dalam
pembelajaran layaknya seorang peneliti. Suprihatiningrum (2013: 242)
memberikan gambaran yaitu dengan diterapkan model discovery learning siswa
dapat dilibatkan dan diikutsertakan secara langsung dalam proses pembelajaran
serta dibimbing untuk menemukan konsep dengan menyelidiki hubungan dari
data yang telah dikumpulkan. Pembelajaran discovery learning dilakukan
dengan sangat hati- hati dalam mencari bentuk atau pola dari data yang akan
mengarahkan siswa menarik suatu kesimpulan sebagai konsep atau prinsip yang
akan ditemukan

Dari rincian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam model pembelajaran


discovery learning adalah suatu model pembelajaran yang membimbing siswa
untuk terlibat dan ikut serta secara langsung dalam pembelajaran untuk
mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menyelidiki dan menemukan
sendiri konsep materi sehingga akan tahan lama diingatan dan tidak mudah
dilupakan.

2. Karakteristik Model Discovery Learning


Wahab (2007 : 94) dalam bukunya yang berjudul “ Metode dan
Model- Model Mengajar” menggarisbawahi bahwa istilah model
pembelajaran discovery learning adalah model pembelajaran yang sejenis
dengan model inquiry learning dan pemecahan masalah. Discovery learning
adalah model pembelajaran yang menekankan pada studi individual,
manipulasi objek dan eksperimen sebelum menarik kesimpulan. Dapat
dikatakan bahwa dalam model guided discovery learning guru memberikan
kesempatan siswa untuk menemukan sendiri konsep materi layaknya
seorang peneliti. Dalam Model Pembelajaran Penemuan atau yang sering
disebut dengan Model Discovery Learning siswa dirangsang untuk
menyelidiki dan menemukan sendiri konsep yang akan dipelajari melalui
informasi- informasi disekitar ataupun melalui data- data yang diperoleh
melalui suatu percoabaan.

Model Discovery Learning juga dapat dikatakan sebagai model


pembelajaran yang membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan
analisis di dalam kegiatan belajar mengajar. Data dan informasi yang
disajikan kemudian dianalisis oleh siswa hingga mendapatkan konsep yang
akan dipelajari, siswa adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk
secara aktif mencari, mengolah, mengonstruksi, dan menggunakan
pengetahuan. Untuk itu, pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan
yang diberikan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan konsep
dalam proses kognitifnya. Karena pengetahuan konsep yang diperoleh siswa
adalah hasil dari penemuannya sendiri maka konsep yang dipelajari tersebut
akan bertahan lama di ingatan, sehingga pembelajaran yang dilalui siswa
menjadi pembelajaran yang bermakna.

3. Kelebihan Dan Kekurangan Model Discovery Learning


Setiap model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekurangan
begitu pun dengan model pembelajaran penemuan (discovery learning)
A. Kelebihan Model Discovery Learning
Kelebihan discovery learning dalam Suprihatiningrum (2013: 244) antara
lain dapat meningkatkan kemampuan intelektual peserta didik. Siswa dalam
katagori rendah dalam belajar akan terlibat langsung dalam pembelajaran
sehingga mereka akan tahu cara menyusun dan melakukan suatu
penyelidikan. Materi yang mereka pelajari akan tahan lebih lama diingatan
dan tidak akan mudah mereka lupakan karena mereka sendiri terlibat secara
langsung dalam proses pembelajaran.

Model discovery learning juga dapat membentuk pribadi yang


mandiri. Dalam model discovery learning siswa dituntut untuk menyelidiki
sendiri dan menemukan sendiri konsep materi pembelajaran, ini akan
memotivasi siswa untuk hidup mandiri dalam mengarahkan diri mereka
sendiri dan menjadi pribadi yang bertanggung jawab atas masalah yang
harus mereka selesaikan. Dalam model discovery learning siswa dilibatkan
dan diikutsertakan secara langsung dalam pembelajaran, mereka
dibimbing untuk mengamati, menanya, mengeksplore, mengasosiasi,
menyimpulkan, dan banyak kegiatan lainnya. Sehingga tanpa mereka sadari
mereka sedang belajar bagaimana belajar (learning how to learn).
Selain itu model discovery learning dapat membantu mempertahankan
ingatan siswa. Dengan diterapkan model discovery learning siswa akan
mendapatkan informasi apa yang dicari dan bagaimana mencarinya.
Informasi tersebut akan mudah ditemukan jika dibangun sendiri yang salah
satunya dengan penemuan.

B. Kelemahan Model Discovery Learning


Kelemahan discovery learning dalam Hosnan (2014:288) antara lain
adalah membutuhkan waktu yang lebih lama. Dalam menerapkan model
discovery learning harus melalui tahapan yang lebih panjang karena
mencoba memberikan pemahaman yang utuh dari suatu materi. Selain itu
tidak semua siswa mampu melakukan kegiatan penemuan dan tidak berlaku
untuk semua topik. Pada umumnya topik- topik yang berhubungan dengan
prinsip dapat dikembangkan dengan model penemuan.

f. Metode Eksperimen
Metode eksperimen erat kaitannya dengan keterampilan proses, yaitu
keterampilan pembelajaran yang menekankan pada pembentukan
keterampilan memperoleh pengetahuan kemudian mengkomunikasikan
perolehannya. Menurut Roestiyah (2010: 80) metode eksperimen
mengharuskan siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal,
mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian
hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.

Metode eksperimen adalah salah satu cara penyajian pelajaran,


dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu
yang dipelajari, dengan kata lain pemberian kesempatan kepada siswa
untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Djamarah (2010:
84) menyatakan dalam proses belajar mengajar dengan metode
eksperimen siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau
melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek,
keadaan atau proses sesuatu.

Metode eksperimen sebagai upaya guru dalam proses pembelajaran


untuk memanipulasi konsep-konsep ilmu menjadi lebih nyata guna
memperluas pengalaman belajar siswa, upaya tersebut meliputi
mengamati proses dan hasil percobaan itu. Definisi ini dapat
disimpulkan bahwa metode eksperimen berpusat pada pengamatan
terhadap proses dan hasil eksperimen.
Salah satu metode mengajar yang penting dan erat kaitannya dengan
pembelajaran Kimia adalah metode eksperimen, karena di dalam proses
pembelajarannya guru bersama siswa, baik individu maupun
berkelompok untuk mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati
proses dari hasil percobaan itu. Misalnya, ingin memperoleh jawaban
tentang kebenaran sesuatu, mencari cara-cara yang lebih baik,
mengetahui elemen/ unsur-unsur apakah yang ada pada suatu benda,
ingin mengetahui apakah yang akan terjadi, dan sebagainya.

g. Hasil Penulisan yang Relevan


Penulisan yang relevan dengan topik yang akan diteliti adalah penulisan
yang dilakukan oleh Rosdiana, Didimus Tanah Boleng, dan Susilo
(2017) dalam penulisan yang berjudul “Pengaruh Model Discovery
Learning Terhadap Efektivitas dan Hasil Belajar Siswa (PTK di Kelas
XI SMK – SPP Negeri Samarinda)” menyimpulkan bahwa penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Discovery Learning
terhadap efektivitas dan hasil belajar siswa kelas XI SMK-SPP Negeri
Samarinda dan tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran
menggunakan model Discovery Learning. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan merujuk pada posstest-
only control design Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari tes hasil belajar, lembar observasi, lembar penilaian laporan
hasil praktikum dan da.ta hasil ketuntasan Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh efektivitas pembelajaran pada kelompok yang
menggunakan model Discovery Learning, yaitu lebih tinggi dibanding
dengan kelompok yang tidak menggunakan. Data hasil ketuntasan
belajar siswa yang diperoleh adalah 93,33% di kelompok eksperimen
sedangkan di kelompok kontrol adalah 60%. Hal ini menunjukkan
pembelajaran menggunakan model discovery learning dapat
meningkatkan hasil belajar. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran
discovery learning adalah positif dengan hasil 52,22% sangat baik,
41,11% baik dan 6,67% tidak baik.
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN

A. Informasi Subjek Penulisan


Subjek penulisan ini adalah siswa kelas XI MIPA MA
Markazul Qur’an, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor sebanyak
15 siswa yang terdiri dari 5 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki.
Sedangkan objek dalam penulisan ini, yaitu model pembelajaran
discovery learning dan metode .Penulisan dilaksanakan pada semester
II tahun pelajaran 2020/2021 dimulai pada bulan Mei sampai Juni
2021, sedangkan observasi dilaksanakan pada bulan Mei 2021 dari
analisa video yang disajikan kemudian dianalisa dan penelitian ini
merupakan Penulisan Tindakan Kelas yang dilakukan di Kelas XI
MIPA MA Markazul Qur’an.

B. Deskripsi Persiklus
Secara rinci langkah-langkah dalam setiap siklus dijabarkan
sebagai berikut:

1. Kondisi Awal
Kondisi awal dalam siklus penulisan ini yaitu berdasarkan
video yang disaksikan di unduh dan disaksikan di GPO mempunyai
permasalahan yang sama seperti yang dihadapi di sekolah penulis saat
ini. Kemudian penulis menganalisa masalah-masalah apa saja yang
ditemui di kelas nya dan penyebab dari timbul nya masalah tersebut
salah satunya yaitu penulis dalam mengajarkan materi kimia
mengandalkan metode ceramah biasa. Hal ini seringkali membuat
peserta didik kurang bersemangat sehingga menimbulkan kurangnya
pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan. Selain itu,
kurangnya variasi model dan metode yang diajarkan oleh penulis
sehingga peserta didik banyak mengeluh merasa bosan dan akhirnya
berimbas pada hasil capaian peserta didik yang masih banyak di
bawah KKM. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk
mengetahui keefektivitasan model pembelajaran discovery learning
dengan metode ekperimen pada pembelajaran kimia materi system
koloid kelas XI MIPA tahun ajaran 2020/2021 yang bertujuan untuk
memperbaiki proses pembelajaran kimia agar lebih baik dan
mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan.

2. Siklus
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan dan persiapan tindakan yang dilakukan penulis,
yaitu penulis merancang tindakan yang dilaksanakan untuk
mengetahui efektivitas model pembelajaran discovery learning
dengan metode eksperimen pada pembelajaran kimia materi system
koloid siswa Kelas XI MIPA MA Markazul Qur’an tahun ajaran
2020/202. Sebelum melakukan tindakan, terlebih dahulu penulis
yang berkolaborasi dengan guru (teman sejawat) membuat
perencanaan yang meliputi:
1. Menentukan kelas penelitian dan menetapkan siklus tindakan
(yaitu 2 siklus)
2. Menetapkan waktu memulainya penelitian tindakan kelas, yaitu pada
semester II.
3. Menetapkan materi pelajaran, yaitu materi sistem koloid pelajaran
kimia kelas XI semester II sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat
ini, yaitu Kurikulum 2013.
4. Menyusun silabus dan rencana pembelajaran serta menentukan
materi yang dapat di eksperimenkan (dipraktikumkan) dengan bahan-
bahan yang ada di lingkungan untuk masing-masing materi pokok.
5. Menyusun alat tes, yaitu bentuk tes uraian untuk setiap materi pokok
6. Menetapkan jenis data yang dikumpulkan yang sesuai dengan respon
terhadap tindakan yang dilakukan, baik data kuantitatif maupun data
kualitatif.
7. Menetapkan cara refleksi, yang dilakukan oleh penulis dan dilakukan
setiap akhir tindakan pada setiap siklusnya.
b. Pelaksanaan (Acting)
Berdasarkan situasi di masa COVID-19 saat ini, maka
pelaksanaan tindakan ini dilakukan melalui simulasi pembelajaran
jarak jauh, yaitu melalui pembelajaran yang direkam menjadi sebuah
video tutorial pembelajaran. Pelaksanaan tindakan akan dilakukan
untuk dua siklus sesuai dengan yang ditetapkan:

Siklus Pertama: Pada siklus ini materi pokok yang menjadi inti
pembelajaran adalah menjelaskan perbedaan koloid, suspensi dan
larutan. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah dengan cara
membuat video pembelajaran daring dengan durasi antara 3-5 menit
yang berisikan kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Selanjutnya pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh penulis untuk
mengkaji strategi pembelajaran yang diberikan guru dan
mengkajinya sebagai acuan dalam membuat rencana tindakan baru
pada siklus berikutnya.

Siklus kedua: Materi pokok yang diberikan pada siklus kedua adalah
sifat-sifat koloid. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan sama seperti
pada siklus pertama, tetapi sudah menampilkan data
perubahan/perbaikan yang ada pada siklus pertama.

c. Observasi (observing)
Kegiatan observasi dilaksanakan penulis dengan dibantu
pengamat lain (kolaborator) dalam hal ini adalah tutor untuk
mengamati kegiatan siswa selama pembelajaran IPA Kimia yang
berlangsung menggunakan eksperimen berbasis lingkungan sebagai
metode dalam pengajarannya. Adapun pelaksanaannya meliputi: a.
Penulis mengamati pelaksanaan proses tindakan yang diberikan guru
dengan berpedoman dari aspek pernyataaan pada lembar observasi
guru. b. Penulis dan pengamat mengamati siswa sewaktu/ selama
mengikuti proses tindakan ketika pembelajaran IPA Kimia materi
Unsur,
Senyawa dan Campuran dengan berpedoman dari aspek pernyataaan
pada lembar observasi siswa. c. Selanjutnya Tutor mengamati rancangan
pembelajaran (RPP) yang penulis usulkan menggunakan lembar
penilaian analisis RPP. d. Penulis bersama tutor mengamati video
simulasi pembelajaran dengan berpedoman pada lembar penilaian
analisis video. d. Refleksi (Reflecting) Pada tahap ini penulis mengkaji,
melihat dan mempertimbangkan

Anda mungkin juga menyukai