A. Pendahuluan
Pendidikan adalah salah satu wadah yang dapat membentuk generasi milenial yang
berkualitas dan berintelektual. Oleh sebab itu, pemerintah menerapkan kurikulum 2013 untuk
dapat menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan bukan hanya peserta didik melainkan
juga dari segi sikap dan keterampilan dari peserta didik. Penerapan kurikulum 2013 menuntut
peserta didik agar dapat aktif dan berfikir kritis dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu,
dalam proses pembelajaran kimia salah satu indikator keberhasilan dalam pembelajaran
adalah kemampuan menyelesaikan persoalan kimia. Untuk menyelesaikan persoalan kimia,
peserta didik harus memahami konsep materi yang dipelajari sehingga persoalan kimia dapat
terpecahkan.
Keberhasilan suatu proses pendidikan sangat dipengaruhi oleh pembelajaran yang
berlangsung. Pembelajaran adalah suatu proses yang rumit karena tidak sekedar menyerap
informasi dari guru tetapi melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang harus dilakukan
untuk mendapat hasil belajar yang baik. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai
berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Proses belajar adalah serangkaian
aktivitas yang terjadi pada pusat saraf individu yang belajar. Keseluruhan proses belajar
hanya dapat diamati jika ada perubahan perilaku dari seseorang yang berbeda dengan
sebelumnya, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Perubahan-perubahan
tersebut akan membantu manusia dalam pemecahan masalah dan penyesuaian diri dengan
lingkungannya.
Kimia adalah salasatu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari
fenomena alam. Salah satu materi Kimia kelas XI sekolah menengah atas (SMA) adalah
titrasi asam basa. Sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013, pembelajaran di kelas hendaknya
menggunakan pendekatan saintifik. Ini artinya pada pembahasan tentang titrasi asam basa,
siswa belajar melalui aktivitas 5M yaitu mengamati, menanya, mengeksplorasi,
mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Siswa mengamati fenomena alam maupun buatan,
kemudiaan merumuskan pertanyaan dan mengaitkannya dengan konsep sains seperti
perubahan warna larutan dari warna bening ke ping muda ketika mencapai titik akhir titrasi
pada uji titrasi asam basa, Selain itu siswa juga dituntut agar dapat mengomunikasikan
pengetahuannya (Subagia, 2014).
sebagai anak didik. Model pembelajaran ini memungkinkan para siswa menemukan
sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan insruksional. Hal ini
berimplikasi terhadapterhadap peranan guru sebagai penyampai informasi kearah peran guru
sebagai pengelola interaksi belajar mengajar di kelas. Model pembelajaran penemuan
(Discovery Learning) menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar yang aktif. Oleh
karena itu Discovery Learning menentukan peserta didik untuk berpikir kreatif. Model ini
melibatkan peserta didik dalam kegiatan intelektual, sikap, keterampilan psikomotorik dan
menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi sesuatu yang bermakna
dalam kehidupan nyata.
B. Rumusan Masalah
Yang menjadi pokok permasalahan untuk dikaji dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah
pengaruh penerapan Model Discovery Learning terhadap hasil belajar pada mata
pelajaran IPA di SDN 165 Pudete Kabupaten Enrekang? Secara rinci masalah yang dikaji
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah gambaran penerapan Model Discovery Learning dalam
pembelajaran
2. Untuk mengetahui pengaruh penerapan Model Discopery Learning terhadap hasil
belajr
3. Apakah ada pengaruh penerapan Model Discopery Learning terhadap hasil
belajar siswa
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui gambaran penerapan Model Discovery Learning dalam
pembelajaran
2. Untuk mengetahui pengaruh penerapan Model Discopery Learning terhadap hasil
belajar siswa
D. Metode