Anda di halaman 1dari 51

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan nasional berfungsi sebagai sarana untuk mengembangkan serta
meningkatkan mutu kehidupan dan mertabat manusia Indonesia dalam upaya mewujudkan
tujuan nasional.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada saat ini berlangsung semakin cepat.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
pembaharuan sistem pendidikan.
Pembelajaran merupakan inti dan muara segenap proses pengelolaan
pendidikan. Ketuntasan dalam pembelajaran berkaitan dengan standar pelaksanaannya
yang melibatkan komponen guru dan siswa. Suatu pembelajaran dikatakan berhasil bila
pembelajaran tersebut menghasilkan proses belajar yang efektif. Sedangkan kriteria
keberhasilan adalah patokan ukuran tingkat pencapaian prestasi belajar yang mengacu
pada kompetensi dasar dan standar kompetensi yang ditetapkan dengan mencirikan
penguasaan konsep atau ketrampilan yang dapat diamati dan diukur. Sehingga kesuksesan
suatu pembelajaran dapat diketahui dari hasil belajar siswa.
Guna mengetahui kemampuan siswa dalam memahami konsep IPA (sains),
guru tidak hanya melihat penalaran siswa saja, akan tetapi proses siswa tersebut
menyelesaikan permaslahan-permasalahan yang ada. Kimia sebagai salah satu bagian dari
sains mempelajari secara khusus materi, sifat, perubahan dan energi yang menyertainya
untuk menjawab keingintahuan tentang susunan, sifat dan perubahan zat serta energi yang
mengikuti perubahannya (Depdiknas, 2001)
Berdasarkan uraian diatas ilmu kimia bersifat eksperimental. Dengan
demikian secara umum penyampaiannya diupayakan melalui cara percobaan atau
demonstrasi sesuai dengan materi dan tujuan pembelajarannya. Kegiatan pembelajaran
yang menggunakan cara ini memungkinkan siswa tidak mengalami kejenuhan serta akan
lebih bersemangat dan termotivasi dalam belajar. Hal ini dikarenakan siswa akan
memperoleh pengalaman baru dan diharapkan akan berdampak positif terhadap
ketuntasan belajar.
Kinerja guru dalam kelas merupakan faktor yang dominan dalam menentukan
motivasi beajar siswa serta kualitas pembelajaran. Artinya jika guru mempunyai
keterampilan dalam menerapkan model-model dan metode-metode pembelajaran yang
2
disesuaikan dengan materi maka akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran,
sehingga mampu meningkatkan semangat dan motivasi belajar siswa dengan baik
Pada umumnya pengajaran hanya mengutamakan proses belajar untuk
mengetahui dan mengenal produk sains tanpa menanamkan bagaimana proses penemuan
produk sains tersebut, sehingga pengajaran yang diajarkan terkesan monoton dan
membosankan. Hal ini dapat menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk terlibat aktif
dalam kegiatan belajar mengajar tersebut dan siswa cenderung menerima begitu saja
materi-materi yang belum dimengerti. Dengan demikian dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan
siswa secara aktif dalam belajar baik mental, fisik maupun sosial.
Dalam proses belajar mengajar, perlu dikembangkan model pembelajaran
yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan serta dapat memotivasi siswa dalam
belajar sehingga dapat menuntaskan belajar siswa yang meliputi proses dan produk,
diantaranya adalah model pembelajaran deduktif dan induktif, dimana keduanya
dirancang untuk mengajar konsep dan generalisasi yang mengandalkan contoh dan
bergantung pada keterlibatan guru secara aktif dalam membimbing siswa untuk belajar
(Amin. Siti M, 2001). Akan tetapi peneliti lebih tertarik untuk menerapkan model
pembelajaran deduktif yang pada pelaksaannya menggunakan metode demonstrasi untuk
memberikan motivasi belajar siswa sehingga berpengaruh pada ketuntasan hasil belajar
mereka, dikarenakan model pembelajaran deduktif dalam memotivasi siswa lebih terbuka
daripada model induktif dan pemrosesan informasi model deduktif adalah terbuka dan
tidak devergen dengan demikian pengajaran model deduktif dapat digunakan untuk
mengajar konsep dan generalisasi secara lebih cepat dibandingkan dengan model induktif.
Pada pembelajaran asam basa dan garam yang berupa konsep akan lebih
menonjol bila dalam pelaksanaan pembelajarannya guru banyak melakukan demonstrasi
yang dibantu oleh beberapa siswa untuk menunjukkan contoh-contoh konkrit dari konsep
yang diajarkan kemudian meminta siswa untuk mengobservasi, membandingkan,
mengklasifikasikan contoh-contoh tersebut, menggeneralisasikan dan akhirnya
menemukan konsep-konsep yang akan diajarkan oleh guru. Siswa akan lebih mudah
memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai contoh kongkrit, contoh
yang sesuai situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan mempraktekkan sendiri upaya
penemuan konsep melalui kegiatan fisik dan mental.
Pemggunaan metode demonstrasi juga dapat membantu guru, jika disekolah
tidak memiliki laboratorium, atau keterbatasan tenaga maupun waktu dalam
mempersiapkan alat dan bahan untuk melakukan praktikum. Maka dengan
3
memaksimalkan penggunaan metode demonstrasi bisa digunakan sebagai alternatif dalam
pemahaman konsep siswa.
Dengan menggabungkan kelebihan model pembelajaran deduktif yang dalam
penggunaan waktu lebih efisien dan metode demonstrasi yang mempunyai kekurangan
yaitu memerlukan waktu yang cukup panjang, maka diharapkan penerapan pembelajaran
deduktif dengan metode demonstrasi akan berjalan dengan efektif.
Berdasarkan pengalaman penulis pada saat mengajar dalam proses belajar
mengajar sebelumnya khususnya pada materi kimia digunakan metode ceramah. Hal
tersebut dikarenakan dengan metode ceramah materi dapat diselesaikan dengan tepat
waktu, selain kelebihan tersebut metode ceramah juga mempunyai kekurangan yaitu 1)
mudah menjadi verbalisme; 2) yang visual menjadi rugi dan yang auditif lebih besar
menerimanya; 3) bila terlalu lama, membosankan; 4) dan menyebabkan siswa pasif
(Djamarah S.B, 2002). Maka dengan menggunakan metode ceramah secara terus menerus
tanpa diselingi dengan penggunaan metode yang lain dapat mengakibatkan siswa bersifat
pasif menerima begitu saja semua materi yang dijelaskan oleh guru tanpa diberi
kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dan akan berdampak
negatif pada pemahaman siswa terhadap suatu materi yang telah diberikan. Selain alasan
tersebut ditempat penulis mengjar juga belum mempunyai laboratorium yang memadai,
karena ruang laboratorium masih berfungsi ganda yaitu juga digunakan sebagai ruang
kelas.
Dengan melihat kompetensi dasar yang harus diperoleh siswa berupa
“mengelompokkan sifat larutan asam, larutan basa dan larutan garam melalui alat dan
indikator yang tepat, melakukan percobaan sederhana dengan bahan-bahan yang diperoleh
dalam kehidupan sehari-hari” maka dalam penyampaian materi Asam basa dan garam
diupayakan melalui percobaan atau demonstrasi, dimana siswa akan memahami materi
melalui pengamatan serta siswa dapat dengan mudah mengingat materi sehingga masuk
kememori jangka panjang. Maka model yang tepat untuk digunakan dalam proses balajar
mengajar adalah model pembelajaran deduktif dengan menggunakan metode demonstrasi.
Motivasi siswa pada proses belajar mengajar bisa dilihat dari aktifitas siswa
yang meningkat sehingga mengurangi dominasi guru dalam kelas, seiring meningkatnya
motivasi siswa maka pemahaman siswa terhadap materi asam, basa dan garam juga akan
meningkat. Pemahaman siswa dapat dilihat dari ketuntasan siswa dari hasil tes akhir yang
diberikan pada akhir pertemuan.
Berdasarkan Peraturan MENDIKNAS No. 22, No. 23 dan No. 24 Th.2006,
ketuntasan belajar setiap indikator yang dikembangkan sebagai suatu pencapaian hasil
4
belajar dari suatu kompotensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan
untuk masing-masing indikator 75%. Sekolah harus menentukan kriteria ketuntasan
minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta
kemapuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Sekolah secara
bertahap dan berkelanjutan selalu mengsahakan peningkatan kriteria ketuntasan belajar
untuk mencapai ketuntasan ideal.
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka penulis mencoba untuk
meneliti “upaya meningkatkan motivasi belajar siswa melalui penerapan model
pembelajaran deduktif dengan metode demonstrasi pada pokok bahasan asam, basa dan
garam siswa kelas VII-B semester 2 di SMP Negeri 1 Socah Bangkalan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah
yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana aktivitas siswa dan guru terhadap penerapan pembelajaran deduktif
dengan metode demonstrasi pada pokok bahasan asam, basa dan garam ?
2. Bagaimana keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran deduktif dengan metode
demonstrasi ?
3. Bagaimana ketuntasan belajar siswa dalam penerapan pembelajaran deduktif dengan
metode demonstrasi pada pokok bahasan asam, basa dan garam siswa kelas VII-B
semester 2 di SMP Negeri 1 Socah Bangkalan ?
4. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran deduktif dengan metode demonstrasi?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka penelitian ini
bertujuan untuk :
1. Mendeskripsikan aktivitas siswa dan guru terhadap penerapan pembelajaran deduktif
dengan metode demonstrasi pada pokok bahasan asam, basa dan garam.
2. Mendeskripsikan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran deduktif dengan
metode demonstrasi
3. Mendeskripsikan ketuntasan belajar siswa melalui penerapan pembelajaran deduktif
dengan metode demonstrasi pada pokok bahasan asam, basa dan garam siswa kelas
VII-B semester 2 di SMP Negeri 1 Socah Bangkalan.
4. Mendeskripsikan respon siswa terhadap pembelajaran deduktif dengan metode
demonstrasi.
5
D. Manfaat Penelitian
Penulis berharap penelitian ini dapat memberi manfaat yaitu :
1. Bahan pertimbangan guru IPA dalam menggunakan dan mengembangkan strategi,
model dan metode pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa.
2. Bagi siswa dapat memperoleh pemahaman dan penguasaan materi untuk mencapai
ketuntasan hasil belajar.

E. Definisi Operasional
1. motivasi belajar adalah suatu dorongan internal dan eksternal yang menyebabkan

seseorang (individu) untuk bertindak atau berbuat mencapai tujuan, sehingga

perubahan tingkah laku pada diri siswa diharapkan terjadi.Jadi motivasi belajar adalah

kondisi psikologis yang mendorong siswa untuk belajar dengan senang dan belajar

secara sungguh-sungguh, yang pada gilirannya akan terbentuk cara belajar siswa yang

sistematis, penuh konsentrasi dan dapat menyeleksi kegiatan-kagiatannya.

2. Model pembelajaran deduktif adalah suatu model mengajar yang dirancang untuk

mengajar konsep dan generalisasi yang mengandalkan contoh dan bergantung pada

keterlibatan guru secara aktif dalam membimbing siswanya untuk aktif pada pokok

bahasan koloid

3. Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau

mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang

dipelajari baik sebenarnya maupun tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan

4. Asam, basa dan garam adalah pokok bahasan kelas VII semester 2 yang mengkaji

tentang sifat-sifat dan cara mengidentifikasi larutan menggunakan indikator yang

sesuai.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hakekat Pembelajaran Kimia


Kimia sebagai salah satu dari sains mempelajari secara khusus materi, sifat,
perubahan dan energi yang menyertai perubahannya untuk menjawab keingintahuan
tentang susunan, sifat dan perubahan zat serta energi yang mengikuti perubahannya
(Depdiknas, 2001).
Belajar kimia juga menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung,
bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
prinsip-prinsip saja akan tetapi perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah
keterampilan proses supaya mereka mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar
(Depdiknas, 2001).
Keterampilan proses merupakan bagian dari bidang studi IPA pada umumnya
dan kimia pada khususnya. Proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa
sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta membangun konsep-konsep dan teori-
teori dengan keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa itu sendiri, siswa diberi
kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan atau pengalaman ilmiah tidak
berbeda dengan apa yang dialami ilmuan. Sehingga diharapkan bahwa kimia merupakan
alat yang potensial untuk membantu mengembangkan kepribadian siswa.
Berdasarkan dari uraian di atas dapat kita katakan bahwa Sains atau IPA
adalah suatu jenis ilmu pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan cara atau metode
yang khusus yaitu diantaranya observasi, eksperimentasi, klasifikasi hipotesis,
pembentukan teori, penyimpulan dan lain-lain yang saling berkaitan antara cara yang
satu dengan yang lain. Cara memperoleh ilmu sering disebut dengan metode ilmiah.

B. Motivasi belajar
Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan,
menggarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak
melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Motivasi belajar adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri seseorang
(pribadi) yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan
(Frederick J. Mc Donald dalam H. Nashar, 2004). Tetapi menurut Clayton Alderfer
dalam H. Nashar (2004) Motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam melakukan
7
kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar
sebaik mungkin.
Motivasi belajar juga merupakan kebutuhan untuk mengembangkan
kemampuan diri secara optimum, sehingga mampu berbuat yang lebih baik, berprestasi
dan kreatif (Abraham Maslow dalam H. Nashar, 2004). Kemudian menurut Clayton
Alderfer dalam H.Nashar, 2004) motivasi belajar adalah suatu dorongan internal dan
eksternal yang menyebabkan seseorang (individu) untuk bertindak atau berbuat
mencapai tujuan, sehingga perubahan tingkah laku pada diri siswa diharapkan
terjadi.Jadi motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong siswa untuk
belajar dengan senang dan belajar secara sungguh-sungguh, yang pada gilirannya akan
terbentuk cara belajar siswa yang sistematis, penuh konsentrasi dan dapat menyeleksi
kegiatan-kagiatannya.
Berdasarkan uraian diatas siswa yang memiliki motivasi pada proses belajar
mengajar bisa dilihat dari aktifitas siswa yang meningkat sehingga akan meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi yang mereka pelajari. Pemahaman siswa dapat dilihat
dari hasil belajar mereka.

C. Model Pembelajaran Deduktif


Model pembelajaran deduktif dirancang untuk mengajar konsep dan
generalisasi, yang mengandalkan contoh dan bergantung pada keterlibatan guru secara
aktif dalam membimbing siswa untuk belajar (Amin. Siti M, 2001).
Amin juga menyatakan bahwa pengembangan keterampilan berpikir
merupakan tujuan yang jelas dan eksplisit pada model pembelajaran deduktif (Amin.
Siti M, 2001).
1. Perencanaan pembelajaran deduktif
Agar kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara aktif dan dapat
mencapai hasil yang maksimal maka dipelukan perencanaan yang baik, yang
meliputi :
a. Tujuan materi. Tujuan materi yang dapat dicapai dengan model deduktif yaitu
untuk mempelajari konsep khusus dan generalisasi, yaitu pengidentifikasian
sifat-sifat khusus tentang suatu konsep atau hubungan yang tepat dalam
generalisasi. Pemilihan banyaknya contoh diperlukan untuk menggambarkan
suatu konsep. Dalam setiap kejadian khusus bertujuan membantu guru untruk
memilih contoh yang paling efektif sebagai ilustrasi.
8
b. Keterampilan berpikir. Pengembangan keterampilan berpikir pada model
deduktif merupakan tujuan yang jelas. Disini siswa dilatih bagaimana
membandingkan dan menggeneralisasikan bila mereka mengklasifikasikan
contoh dan menggeneralisasikan sendiri.
c. Motivasi. Model deduktif ini bersifat terbuka yang memberi kesempatan lebih
banyak kepada siswa untuk memberikan tanggapan tanpa memastikam untuk
memberi jawaban yang salah. Jadi guru harus menampung semua jawaban dari
siswa meskipun jawaban itu salah, baru kemudian menggiring siswa untuk
memahami konsep yang benar melalui ilustrasi. Kemungkinan mempertinggi
motivasi melalui proses ini diperkecil karena model deduktif berorentasi pada
materi pelajaran dan tujuan pembelajaran
d. Waktu. Karena pemerosesan informasi dalam pembelajaran ini bersifat terbuka,
maka model deduktif dapat dipergunakan untuk mengajar konsep secara lebih
cepat. Jadi penggunaan waktu lebih efisien, dimana untuk mengajar abstraksi
sederhana murid dapat belajar dengan cepat tanpa banyak kesulitan. (Amin. Siti
M, 2001).
2. Pelaksanaan pembelajaran model deduktif
Untuk melaksanakan pembelajaran deduktif ada empat tahap yaitu:
a. Tahap I : Abstraksi
Pada tahap ini guru menjelaskan semua tentang materi pelajaran yang akan
diajarkan, yaitu dengan mendefinisikan konsep atau menyatakan suatu
generalisasi, menghubungkan materi yang lalu dengan materi yang baru, dan
menjelaskan kata-kata yang terdapat pada abstraksi.
b. Tahap II : Ilustrasi
Pada tahap ini abstraksi ditunjukkan dengan contoh dan contoh bisa
ditunjukkan dengan metode demonstrasi atau presentasi yang dilakukan guru
atau siswa di depan kelas. Pada awalnya guru menggolongkan contoh-contoh
apakah contoh tersebut termasuk konsep atau tidak. Kemudian guru meminta
siswa untuk melakukan hal yang serupa. Dalam setiap konsep yang
bersangkutan atau tidak, dilakukan dengan menghubungkan sifat yang dimiliki
contoh dengan sifat yang terdapat dalam definisi. Jadi siswa dituntut untuk
terampil dalam mengobservasi setiap demonstrasi yang dilakukan guru dan
mengklasifikasi atau menggolongkan contoh-contoh yang ditunjukkan guru
apakan contoh tersebut termasuk konsep atau tidak.
9
c. Tahap III : Siswa membuat contoh (aplikasi)
Jika siswa sudah dapat membuat contoh sendiri, ini merupakan sesuatu hal
yang berharga akan tetapi jika belum bisa membuat contoh sendiri maka guru
membinbing siswa menghubungkan sifat-sifat yang terdapat dalam contoh
dengan sifat yang terdapat dalam definisi. Pada setiap kejadian siswa diminta
untuk memberi contoh lain dari konsep yang diajarkan atau penggunaan suatu
generalisasi pada situasi yang unik. Hal ini memberikan kesempatan pada
siswa untuk menghubungkan materi baru dengan dunianya sendiri. Siwa dapat
membuat contoh berdasarkan pengalamannya sendiri yang dihubungkan
dengan abstraksi yang diberikan guru. Siswa juga dituntut untuk bisa
memberikan alasan mereka memilih dan mengklasifikasikan sesuatu sebagai
contoh konsep.
d. Tahap IV : Penutup
Guru mengakhiri pembelajaran dengan meminta salah satu siswa untuk
menyatakan kembali apa yang telah dipelajari dan siswa diminta untuk
mengidentifikasi ciri-ciri dari konsep. Jadi tahap ini adalah tahap terakhir yang
merupaka ringkasan dari pelajaran yang baru diajarkan (Amin. Siti M, 2001).

D. Metode Demonstrasi
Metode adalah cara untuk melakukan sesutau atau cara mencapai suatu tujuan.
Jadi metode mengajar adalah cara-cara mengajarkan suatu bahan pelajaran pada situasi
tertentu saat kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa jenis metode dalam mengajar
diantaranya yaitu metode demonstrasi, tanya jawab, eksperimen, diskusi, proyek dan
ceramah akan tetapi pada penelitian ini peneliti menggunakan metode demonstrasi.
Demonstrasi berarti memperlihatkan. Jadi metode demonstrasi adalah cara
penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu
proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya atau tiruan,
yang sering disertai dengan penjelasan lisan (Djamarah. S. B, 2002 ).
Metode demonstrasi digunakan bila alat serta bahan terbatas jumlahnya, atau
penanaman konsep menyangkut sesuatu yang harus dilakukan dengan hati-hati. Dalam hal
ini gurulah yang harus memberikan demonstrasi dengan dibantu oleh bebrapa siswa.
Maka dengan metode demonstrasi diharapkan proses penerimaan siswa
terhadap pelajaran akan lebih berkesan lebih mendalam sehingga membentuk pengertian
dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang
diperlihatkan selama pelajaran berlangsung.
10
Metode demonstrasi dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan yang mencoba
mengilustrasikan suatu fenomena alam yang fundamental atau kegiatan percobaan sebagai
aplikasi dari prinsip yang abstrak. Demonstrasi pada hakekatnya berbeda dengan
percobaan, karena pada demonstrasi variabel yang bervariasi tidak ketat dikontrol dan
divariasikan. Demonstrasi dapat berwujud peragaan cara kerja suatu alat, menunjukkan
suatu fenomena alam, atau meragakan suatu model.
Secara garis besar persiapan guru untuk menggunakan metode demonstrsi ini
sama dengan metode eksperimen. Perbedaannya antara lain adalah pada metode
demonstrasi tiap percobaan tidak dilakukan oleh setiap siswa tetapi oleh salah satu atau
dua siswa, dan yang lain sebagai pengamat. Pada penelitian ini tidak menggunakan
metode eksperimen karena terbatasnya sarana dan prasarana yang akan digunakan.
Demonstrasi tidak mutlak harus dilakukan oleh guru. Untuk pokok bahasan
yang tidak memerlukan suatu keterampilan tinggi, sebaiknya demonstrasi dilakukan oleh
siswa. Sehingga keterlibatan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar makin
meningkat. Dalam hal ini guru bertindak sebagai pemandu. Guru dapat menuliskan hasil-
hasil pengamatan selama proses demonstarsi berlangsung. Pada akhirnya dengan dipandu
guru, siswa akan dapat menarik kesimpulan dari hasil pengamatn tadi.
Menurut Udin S. Winataputra, dkk (1992) metode demonstrasi dapat dilakukan
oleh guru jika :
1. Alat yang digunakan mempunyai kerumitan yang tinggi sehingga siswa sukar untuk
menggunakannya atau memanipulasinya.
2. Alat yang digunakan mempunyai sensitifitas yang tinggi dan mudah rusak jika
digunakan oleh orang yang tidak terlatih.
3. Bila percobaan yang dilakukan mengandung bahaya.
4. Bila alat yang dipakai untuk percobaan perorangan jumlahnya sedikit dan tidak
memadai.
Adapun kelebihan metode demonstrasi menurut Syaiful Bahri Djamarah dan
Aswan Zain (2002) adalah :
1. Dapat membuat pembelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit, sehingga
menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau kalimat)
2. Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
3. Proses pembelajaran lebih menarik.
4. Siswa dirancang untuk mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan dan
mencoba untuk melakukannya sendiri
11
Namun menurut Udin S. Winataputra, dkk (1992) metode demonstrasi juga
memiliki keterbatasan yaitu :
1. Metode ini memerlukan keterampilan guru yang tinggi. Sebab tanpa hal ini
pelaksanaan metode demonstrasi tidak akan berjalan efektif.
2. Fasilitas, peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik.
3. Metode ini memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang.
4. Metode ini terkadang memerlukan waktu yang panjang sehingga dapat mengganggu
jam pelajaran yang lain.
Dalam penelitian ini metode demonstrasi digunakan untuk memberikan
ilustrasi kepada siswa guna menampilkan contoh-contoh dari beberapa konsep
(pengertian) yang diajarkan. Siswa diminta untuk mengamati dan mengobservasi
demonstrsi yang dilakukan guru, kemudian membuat sendiri contoh-contoh lain yang
termasuk konsep dari pengalamannya sendiri berdasarkan abstraksi dan ilustrasi yang
telah diberikan guru, atau menggolongkan contoh-contoh yang dibuatnya apakah
termasuk konsep atau bukan, akan tetapi juka siswa belum bisa membuat atau
memberikan contoh yang sesuai dengan konsep maka guru membimbing siswa
menghubungkan beberapa contoh dengan sifat-sifat yang sesuai dan terdapat dalam
konsep.

E. Belajar tuntas
Belajar tuntas merupakan strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan
didalam kelas, dengan asumsi bahwa didalam kondisi yang tepat semua peserta didik akan
mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar secara maksimal terhadap
seluruh bahan yang dipelajari (Mulyasa.E, 2002).
Menurut Suryo Subroto dalam bukunya Proses Belajar Mengajar di Sekolah,
belajar tuntas adalah suatu filsafat yang menyatakan bahwa dengan sistim pengajaran
yang tepat semua siswa dapat belajar dengan hal yang baik dari seluruh materi yang
diajarkan di sekolah. (Suryo Subroto, 1996).
Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, belajar tuntas adalah
suatu pola-pola pengajaran terstruktur yang menekankan pada penguasaan belajar secara
penuh terhadap seluruh bahan yang dipelajari untuk diadaptasikan kepada siswa yang
berbeda-beda. Dengan harapan siswa dapat belajar dan memperoleh hasil yang maksimal
Agar semua peserta didik memperoleh hasil belajar yang maksimal,
pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistematis. Kesistematisan akan tercermin dari
strategi pembelajaran yang dilaksanakan, terutama dalam menetapkan tujuan
12
pembelajaran, melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan kepada peserta didik
yang gagal mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Secara sederhana belajar dapat dikatakan tuntas jika siswa diberi
kesempatan mempergunakan waktu yang dibutuhkan untuk belajar dan dipergunakan
dengan sebaik-baiknya maka siswa akan mencapai tingkatan hasil belajar yang
diharapkan.
Berdasarkan Peraturan MENDIKNAS No. 22, No. 23 dan No. 24 Th.2006,
ketuntasan belajar setiap indikator yang dikembangkan sebagai suatu pencapaian hasil
belajar dari suatu kompotensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan
untuk masing-masing indikator 75%. Sekolah harus menentukan kriteria ketuntasan
minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta
kemapuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Sekolah secara
bertahap dan berkelanjutan selalu mengsahakan peningkatan kriteria ketuntasan belajar
untuk mencapai ketuntasan ideal.

F. Konsep Asam, Basa dan Garam


Menurut pemetaan Standar Kompetensi – Kompetensi Dasar SMP Kabupaten
Bangkalan materi asam basa dan garam dilaksanakan pada semester 2 adalah sebagai
berikut :
Standar Kompetensi : Memahami klasifikasi Zat
Kompetensi Dasar :
2.1 Mengelompokkan sifat larutan asam, larutan basa dan larutan garam melalui alat dan
indikator yang tepat.
2.2 Melakukan percobaan sederhana dengan bahan-bahan yang diperoleh dalam
kehidupan sehari-hari
Indikator :
1. Mengindentifikasi sifat asam, basa, garam dengan menggunakan indikator yang sesuai
2. Mengelompokkan bahan-bahan di lingkungan sekitar berdasarkan konsep asam, basa
dan garam
3. Menggunakan alat sederhana untuk menentukan skala keasaman dan kebasaan
Tujuan Pembelajaran yang ingin dicapai oleh peneliti adalah :
Pemahaman dan Penerapan konsep :
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian asam, basa dan garam
2. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat asam, basa dan garam
3. Siswa dapat mengidentifikasi asam, basa dan garam
13
4. Siswa dapat memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari
berkaitandengan sifat-sifat zat
Kinerja Ilmiah :
5. Siswa dapat melakukan percobaan untuk menunjukkan bagaimana asam basa dan
garam bekerja.
Materi Asam, Basa dan Garam
Asam Basa Garam
Rasanya masam Rasanya pahit Merupakan hasil reaksi
Contoh : Jeruk, jus Contoh : Sabun, deterjen, asam dan basa
lemon, cuka deodoronan, antacid (obat Contoh :
maag), kalsium hidroksida (Ca HCl + NaOH  NaCl +
(OH) H2O
Indikator Asam Basa Garam
Buatan :
Lakmus merah Merah Biru Merah
Lakmus biru Merah Biru Biru
Universal pH < 7 pH >7 pH = 7
Alami :
Kunyit (orange) Kuning cerah Jingga Orange
Kulit manggis (ungu) Merah cerah Hijau Ungu
14
G. Kerangka Konseptual Penelitian
Fakta
Harapan
Keterampilan guru dalam mengelola kelas
Dalam proses belajar mengajar
sangat menentukan keberhasilan proses
siswa berperan aktif, senang
belajar mengajar variasi metode
terhadap pelajaran yang diajarkan
pembelajaran yang belum dikembangkan
sehingga siswa tuntas dalam belajar
(hanya ceramah dan pemberian tugas)
terutama pada pokok bahasan koloid
menyebabkan siswa pasif, bosan,
bergantung pada penjelasan guru sehingga
dalam belajar siswa tidak tuntas

Masalah
Model pembelajaran dan metode apa yang sesuai dan
dapat mengefektifkan proses belajar mengajar
sehingga siswa tuntas dalam belajar pada pokok
bahasan koloid ?

Solusi
Model pembelajaran yang sesuai adalah model
pembelajaran deduktif dengan menggunakan metode
demonstrasi
15
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian yang akan dilaksanakan adalah siswa kelas VII-A di SMP
Negeri 1 Socah Bangkalan. Jumlah siswa pada kelas tersebut adalah 29 siswa.
Pertimbangan yang dipakai oleh peneliti untuk memilih sasaran tersebut adalah siswa
kelas VII-B adalah kelas yang heterogen.

B. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
merupakan suatu bentuk kegiatan yang bersifat reflektif bagi pelaku tindakan yang
dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan yang dilakukan serta
memperbaiki kondisi dimana kegiatan-kegiatan proses belajar mengajar dilaksanakan.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua kali putaran, bila tujuan yang ingin
dicapai belum terpenuhi maka pada putaran berikutnya akan diperbaiki, baik dari
instrumen maupun kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran deduktif
untuk memperoleh hasil yang terbaik.
Adapun tiap putarannya terdiri atas beberapa tahap yaitu :
1. Perencanaan
2. Kegiatan dan Pengamatan
3. Refleksi
4. Revisi
16
Adapun rancangan penelitian yang digunakan adalah seperti pada gambar
berikut :

Rancangan penelitian
Revisi (pertemuan I)
Putaran 1

Refleksi
Kegiatan dan pengamatan

Revisi
Rancangan penelitian
Refleksi Putaran 2 (pertemuan II)

Kegiatan dan pengamatan

( PGSM, 1999 ) Gambar. Siklus PTK

Penjelasan gambar :
Model pembelajaran Class Room Action Reserch (PTK) ini terdiri dari empat
tahap yaitu :
Tahap 1. Perencanaan
Pada tahap ini meliputi persiapan instrumen yaitu silabus, rencana pelaksaaan
pembelajaran, LKS, lembar observasi aktifitas guru dan siswa, lembar
observasi pengelolaan pembelajaran deduktif dan angket respon siswa.
Tahap 2. Kegiatan dan Pengamatan
Pada tahap ini meliputi :
a. Melaksanakan pembelajaran deduktif dengan metode demonstrasi.
b. Pengamat melakukan observasi terhadap aktivitas siswa dan guru dan
pengelolaan model deduktif selama proses belajar mengajar berlangsung
c. Melaksanakan tes akhir pada akhir pertemuan.
d. Siswa mengisi angket tentang penerapan pembelajaran deduktif dengan
metode demonstrasi, pada akhir pertemuan ke-II.
17
Tahap 3. Refleksi
Pada tahap ini peneliti beserta observer berdiskusi dan mempertimbangkan
hasil kegiatan dan pengamatan yang dilakukan untuk mengevaluasi proses
belajar mengajar yang sudah laksanakan. Dan dari refleksi dapat diketahui
kekurangan-kekurangan salama pembelajaran pada setiap putaran.
Tahap 4. Revisi
Pada tahap ini revisi dilakukan setelah mengetahui hasil refleksi pada putaran
pertama untuk memperbaiki rancangan yang telah dibuat dengan
memperhatikan kekurangan-kekurangan pada putaran sebelumnya.

C. Jadwal Penelitian
1. Putaran ke - 1
Hari / Tanggal : Selasa, 09 Februari 2010
Jam ke- : 5 – 6 (10.00 – 11.20)
Waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami klasifikasi Zat
Kompetensi Dasar : 2.1 mengelompokkan sifat larutan asam, larutan basa
dan larutan garam melalui alat dan indikator yang
tepat,
2. Putaran ke - 2
Hari / Tanggal : Selasa, 16 Februari 2010
Jam ke- : 5 – 6 (10.00 – 11.20)
Waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami klasifikasi Zat
Kompetensi Dasar : 2.2 melakukan percobaan sederhana dengan bahan-
bahan yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari

D. Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian


Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah :
1. Perangkat pembelajaran
a. Silabus
Silabus disusun berdasarkan standar isi yang didalamnya berisikan identitas mata
pelajaran, standar kompetensi dan kompetensi dasar, materi, kegiatan
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar.
18
b. Rencana Pelaksanaan pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan pegangan bagi guru dalam
melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan untuk
setiap kompetensi dasar. Oleh karena itu apa yang tertuang dalam RPP memuat
hal-hal yang langsung berkait dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya
pencapaian penguasaan suatu kompetensi dasar.
c. Buku Ajar Siswa
Buku ajar siswa digunakan sebagai acuan siswa dalam kegiatan pembelajaran dari
buku-buku yang relevan.
d. Lembar kegiatan siswa (LKS)
Lembar kegiatan siswa ini disesuaikan dengan model pembelajaran deduktif
menggunakan metode demonstrasi pada materi asam basa dan garam, serta
menncakup semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, dan digunakan dalam
pembelajaran agar perhatian siswa terfokus pada materi yang akan mereka pelajari
2. Instrumen Penelitian
a. Lembar Observasi
 Lembar observasi aktivitas siswa dan guru
Digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa dan guru dalam pembelajaran
deduktif dengan metode demonstrasi.
 Lembar observasi pengelolaan pembelajaran deduktif
Digunakan untuk mengetahui kemampuan guru dalam menjelaskan dan
mengelola kelas pada pembelajaran deduktif dengan metode demonstrasi.
b. Lembar Tes
Lembar tes digunakan untuk mengukur ketuntasan belajar siswa setelah
melalui proses pembelajaran model deduktif dengan metode demonstrasi. Lembar
tes terdiri dari tes tertulis dan tes lisan akan tetapi pada penelitian ini penulis
menggunakan tes tertulis yang berupa tes obyektif (pilihan ganda) dengan
pertimbangan sebagai berikut: a) dapat menilai bahan pelajaran dengan rentangan
yang luas. b) tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama dalam koreksi. c)
mengurangi subyektivitas guru terhadap siswa. Tes ini disusun berdasarkan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
c. Lembar Angket
Digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran deduktif
dengan metode demonstrasi yang telah dilaksanakan. Dimana lembar angket ini
diberikan setelah semua putaran selesai
19
Terdapat beberapa macam angket antara lain yaitu angket berstruktur yang
disebut juga angket tertutup, tak berstruktur yang disebut juga angket tebuka,
kombinasi berstruktur dan tak berstruktur dan angket semi terbuka. Akan tetapi
pada penelitian ini penulis menggunakan angket kombinasi berstruktur dan tak
berstruktur dimana terdapat pertanyaan di satu pihak memberi alternatif jawaban
yang harus dipilih, dilain pihak memberi kebebasan kepada responden untuk
menjawab secara bebas (Margono, S. 1997).

E. Teknik Pengumpulan Data


Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode sebagai berikut :
a. Metode Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Margono S, 1997).
Observasi pada penelitian ini dilakukan secara langsung pada saat proses
belajar mengajar berlangsung meliputi aktivitas siswa dan guru serta keterampilan
guru dalam mengelola pembelajaran deduktif dengan metode demonstrasi yang
dicatat secara sistematik dengan menggunakan lembar (format) observasi yang
terdiri dari : lembar observasi untuk merekam aktifitas siswa dan guru. Pengamat
dalam penelitian ini adalah guru IPA SMPN 1 Socah Bangkalan,
b. Metode Tes
Tes merupakan seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada
seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi
penetapan skor angka (Margono. S, 1997).
Pada penelitian ini, metode tes digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif
skor tes untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa. Tes dilakukan setelah kegiatan
belajar mengajar berlangsung pada tiap putaran.
c. Metode Angket
Angket merupakan suatu alat pengumpul informasi dengan cara
menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab secara tertulis pula
oleh responden (Margono. S, 1997).
Penggunaan metode angket adalah untuk mengetahui respon siswa terhadap
pembelajaran deduktif dengan metode demonstrasi. Pengisian angket dilakukan
oleh siswa setelah semua putaran selesai.
20
F. Teknik Analisis Data
a. Analisis Lembar Observasi
Data hasil pengamatan aktivitas siswa dan guru dalam KBM yang diperoleh
dianalisis menggunakan deskriptif dengan prosentase (%). Observasi terhadap
aktivitas siswa dan guru dilakukan setiap selang dua menit

% Aktivitas = x 100%

Sedangkan data hasil pengamatan terhadap kemampuan guru yang diperoleh


melalui lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran deduktif disajikan dalam
bentuk angka dengan skala 1-4. Analisis data dilakukan dengan menafsirkan nilai
angka tersebut dalam kalimat yang bersifat kualitatif yaitu :
1 = Tidak baik, 3 = cukup baik
2 = kurang baik, 4 = baik.
b. Analisis Lembar Tes

% Ketuntasan individu = x 100%

% ketuntasan klasikal = x 100%

c.Analisis angket
Angket siswa yang berisi tentang pernyataan siswa terhadap pembelajaran
deduktif dengan metode demonstrasi dianallisis dengan melihat prosentase pilihan
jawaban siswa. Untuk perhitungan prosentase jawaban responden atas pernyataan
dalam angket digunakan rumus :

P= x 100%

Dengan :
P = persentase jawaban
F = jumlah jawaban responden
N = jumlah responden

BAB IV
21
HASIL DAN ANALISIS DATA

Pada bab ini akan dipaparkan hasil-hasil penelitian dan interpretasi terhadap hasil
penelitian. Analisis data penelitian dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Untuk menjawab rumusan masalah digunakan analisis terhadap proses kegiatan
pembelajaran yang meliputi deskripsi aktivitas guru dan siswa selama KBM, deskripsi
pengelolaan pembelajaran deduktif dengan metode demonstrasi, deskripsi data hasil tes akhir
dan deskripsi pendapat siswa terhadap proses belajar mengajar dengan menerapkan model
pembelajaran deduktif dengan metode demonstrasi.

A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanankan pada tanggal 9 dan 16 februari 2010 di SMP
Negeri 1 Socah Kabupaten Bangkalandengan rincian sebagai berikut :
1. Putaran I : pada tanggal 9 Februari 2010
2. Putaran II : pada tanggal 16 Februari 2010

B. Hasil Penelitian
1. Putaran I
a. Perencanaan
Perencanaan penelitian pada putaran I terdiri dari :
1) Sasaran penelitian
Sasaran pada penelitian ini adalah siswa kelas VII-B SMP Negeri 1 Socah
Kabupaten Bankalan sebanyak 29 siswa
2) Materi pelajaran
Pokok bahasan yang akan dipelajari pada putaran pertama adalah asam, basa
dan garam dengan kompetensi dasar “Mengelompokkan sifat larutan asam,
larutan basa dan larutan garam melalui indikator yang tepat”.
3) Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang digunakan pada putaran pertama adalah silabus,
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP 1), dan lembar kegiatan siswa
(LKS1).

4) Instrumen penelitian
22
Instrumen penelitian ini terdiri dari a) Lembar pengamatan aktivitas guru dan
siswa. b) Lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran deduktif. c) Soal tes
akhir.
b. Kegiatan dan pengamatan
Kegiatan belajar mengajar pada putaran pertama ini berlangsung selama
2x40 menit yang terdiri dari :
1) Pendahuluan (5 menit)
Guru mengkaitkan pelajaran dengan pengetahuan awal siswa dengan
bertanya kepada siswa “pernah melihat jeruk asam ( jeruk nipis ), sabun,
garam dapur?. Kemudian memotivasi siswa dengan Pernahkan kamu
memakan jeruk yang rasanya asam ? Atau pernahkan kamu merasakan
licinnya sabun ? dan selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2) Kegiatan inti (50 menit)
Tahap I : Abstraksi
Guru menjelaskan materi pokok yaitu tentang berbagai sifat asam
basa dan garam.
Tahap II : Ilustrasi
Guru melakukan demonstrasi cara mengelompokkan asam basa dan
garam dengan menggunakan indikator yang sesuai yaitu dengan
kertas lakmus dan indikator universal. Guru membimbing siswa
untuk memberikan contoh-contoh lain yang bisa ditemui dalam
kehidupan sehari-hari.
Tahap III : Aplikasi
Guru meminta salah satu siswa untuk mengajukan jawabannya
contoh-contoh yang termasuk asam, basa maupun garam yang
mereka temui dalam kehidupan sehari-hari. Guru meminta siswa
untuk mengerjakan soal-soal yang terdapat dalam LKS. Guru
meminta siswa untuk mendiskusikan jawaban yang sudah mereka
kerjakan dan menyampaikan kepada teman yang lain.
Tahap IV : Penutup
Meminta siswa untuk mendefinisikan kembali ciri-ciri dari konsep
yang sudah dipelajari.

3) Penutup (25 menit)


23
Guru membimbing siswa untuk membuat rangkuman dari materi yang
telah mereka pelajari. Guru memberikan tes akhir yang harus dikerjakan
selama 20 menit secara individu dan soal tes terdiri dari 10 soal tes obyektif.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dilakukan pengamatan
oleh empat orang pengamat yaitu mengamati proses pembelajaran dan
memberi penilaian berdasarkan instrumen yang telah tersedia. Instrumen
tersebut meliputi lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa, dan lembar
pengelolaan pembelajaran deduktif dengan metode demonstrasi.
Rangkuman hasil dari kegiatan belajar mengajar melalui penerapan
pembelajaran deduktif dengan metode demonstrasi pada putaran pertama adalah
sebagai berikut :
1) Hasil pengamatan aktivitas guru pada KBM putaran pertama
Tabel 4.1. Aktivitas Guru pada KBM Putaran Pertama
No Aktivitas guru yang diamati Frekuensi Persentase

1. Mengkaitkan pengetahuan awal siswa 1 3.33


dengan materi yang akan dipelajari
2. Meminta siswa untuk memberikan 1 3.33
beberapa contoh dalam kehidupan
sehari-hari
3. Memotivasi siswa 3 10
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran 1 3.33
5. Menyampaikan materi dibantu dengan 8.5 28.3
demonstrasi
6. Memberi kesempatan kepada salah satu 3 10
siswa untuk melakukan demonstrasi.
7. Membimbing siswa mengisi lembar 2.5 8.33
pengamatan hasil demonstrasi
8. Membimbing siswa mengerjakan LKS 5.5 18.33
9. Memberikan umpan balik 2.5 8.33
10. Membimbing siswa untuk membuat 1 3.33
rangkuman
11. Perilaku yang selain kategori diatas 1 3.33

2) Hasil pengamatan Aktivitas siswa pada KBM putaran pertama


24
Tabel 4.2. Aktivitas Siswa pada KBM Putaran Pertama
No Aktivitas siswa yang diamati Frekuensi Persentase

1. Mengemukakan pengetahuan 3 10
2. Mendengarkan dan memperhatikan 6 20
penjelasan guru
3. Ikut berpartisipasi dalam melakukan 4 13.3
demonstrasi
4. Melakukan pengamatan dan mencatat 2.25 7.5
semua yang mereka amati
5. Menulis hal-hal yang berhubungan 2.75 9.17
dengan materi pelajaran.
6. Membaca buku ajar dan mengerjakan 4 13.3
LKS
7. Berdiskusi dengan temannya yang lain 3.25 10.8
8. Bertanya pada guru 2 6.7
9. Menyimpulkan dan membuat 1 3.4
rangkuman
10. Perilaku yang selain kategori diatas 1.75 5.8

3) Hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran deduktif pada KBM putaran pertama


Tabel 4.3. Pengelolaan Pembelajaran Deduktif pada Putaran Pertama
No Aspek yang diamati Frekuensi Kriteria

A B
I PENDAHULUAN
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran 2.5 Cukup baik
b. Memotivasi siswa 2.5 2.67
c. Mengkaitkan pengetahuan awal siswa 3
II KEGIATAN INTI
Tahap 1: Abstraksi Cukup baik
- Mempresentasikan materi 3 3
Tahap 2: Ilustrasi
- Menyajikan contoh dengan demonstrasi 3 2.75 Cukup baik
- Merumuskan pertanyaan 2.5
25
Tahap 3: Aplikasi
- Memberi giliran kepada siswa untuk 2.5
memberikan contoh-contoh yang lain 2.67 Cukup baik
- Memberikan latihan soal-soal berupa 3
LKS
- Membimbing siswa membahas LKS 2.5
yang telah dikerjakan
Tahap 4: Penutup
- Meminta siswa untuk mendefinisikan 3 3 Cukup baik
kembali pengertian dari pokok bahasan
yang telah dipelajari
III PENUTUP
- Meringkas pelajaran 2.5 3.25 Cukup baik
- Melaksanakan tes 4
IV PENGELOLAAN WAKTU 3 3 Cukup baik
V SUASANA KELAS
a. Siswa antusias 2.5 2.75 Cukup baik
b. Guru antusias 3

Skor rata-rata 2.86 Cukup baik

Keterangan :
A: Skor rata-rata pengamatan aspek yang diamati
B : Nilai rata-rata skor aspek yang diamati
1 : Tidak baik 2 : Kurang baik
3 : Cukup baik 4 : Baik
26
4) Hasil tes akhir pada KBM putaran pertama
Tabel 4.4. Hasil Tes Akhir Putaran Pertama
No. Kategori Jumlah
1. Rata-rata nilai siswa 68.53
2. Jumlah siswa yang tuntas 27
3. Jumlah siswa yang tidak tuntas 7
4. % ketuntasan klasikal 79.41%
5. % ketuntasa TPK :
a. Siswa dapat membedakan ciri-ciri suspensi kasar, 64.73%
sistem koloid dan larutan sejati dengan benar.
b. Siswa dapat menyebutkan macam-macam sistem 69.60%
koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium
pendispersi dengan benar.
c. Siswa dapat menyebutkan contoh penggunaan 72.57%
sistem koloid dalam industri kosmetik, farmasi dan
makanan dengan benar.

c. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung, diperoleh balikan dari hasil pengamatan sebagai berikut :
1) Aktivitas guru pada putaran I
Aktivitas guru yang dilakukan pada putaran pertama berdasarkan tabel
4.1 adalah menjelaskan materi dibantu dengan demonstrasi pada putaran
pertama ini terlalu besar (belum optimal) yaitu sebesar 32.86%. Hal ini
bertujuan agar konsep yang diterima dapat dipahami dan tertanam kuat di
memori siswa. Serta pada saat demonstrasi guru melakukannya sendiri tanpa
dibantu oleh siswa, ini mungkin dikarenakan siswa masih merasa canggung
untuk membantu guru atau melakukan praktek sendiri di depan kelas.
Sedangkan aktivitas guru membimbing siswa mengisi lembar pengamatan hasil
demonstarsi sebesar 8.57% dan mengerjakan LKS sebesar 20.0%. Hal ini
bertujuan untuk memantau siswa dalam mengisi lembar pengamatan dan
menjawab soal-soal LKS serta mengurangi kemungkinan siswa tidak berada
dalam tugas. Aktivitas guru memberikan umpan balik sebesar 7.14%, ini
bertujuan untuk mengecek pemahaman siswa dan untuk menyamakan konsep
yang diterima siswa. Dengan kata lain jika ada jawaban yang tidak sesuai atau
27
konsep yang berbeda maka guru memberikan umpan balik yang kemudian akan
didiskusikan bersama. Pada aktivitas guru meminta siswa untuk memberikan
beberapa contoh dalam kehidupan sehari-hari sebesar 7.14%, hal ini untuk
mengaplikasikan pengetahuan siswa kedalam kehidupan sehari-hari.
Pada putaran pertama terdapat 7.14% aktivitas yang tidak sesuai
dengan kategori pengamatan. Pengamatan ini muncul pada saat-saat tertentu
selama proses pembelajaran guru tidak memperhatikan siswa atau terdapat
perilaku guru yang tidak relevan seperti bercanda.
2) Aktivitas siswa pada putaran I
Pada putaran pertama aktivitas siswa yang dilakukan berdasarkan tabel
4.2 adalah mendengarkan penjelasan guru sebesar 20.00% dan mengamati
demonstrasi sebesar 11.43%. dalam hal ini siswa mendengarkan guru
menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa, menyampaikan materi
dengan dibantu demonstrasi dan ketika guru memberi penguatan dan
mengklarifikasikan konsep tentang materi yang dipelajari. Aktivitas siswa
mengemukakan pengetahuan belumlah optimal terdapat 8.57% dimana aktivitas
ini muncul ketika guru mengkaitkan pengetahuan awal siswa yaitu dengan cara
menanyakan definisi larutan dan campuran serta ketika guru meminta siswa
untuk memberikan beberapa contoh dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa
menjawab pertanyaan guru sesuai dengan pengetahuan mereka.
Aktivitas siswa membaca buku ajar dan mengerjakan LKS sebesar
14.29%. Persentase ini masih belum optimal dikarenakan pada putaran pertama
ini siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan guru dibandingkangkan
membaca sendiri serta pada saat mengerjakan LKS siswa masih butuh
bimbingan dari guru.
Terdapat 8.75% aktivitas siswa bertanya pada guru, aktivitas ini masih
terlalu kecil dibandingkan dengan siswa berdiskusi dengan teman yang lain
sebesar 10%. Hal ini dimungkinkan siswa kurang mempunyai keberanian atau
merasa canggung untuk bertanya pada guru.
Pada putaran pertama ini terdapat aktivitas siswa yang tidak sesuai
dengan kategori pengamatan sebesar 7.14%, seperti bercanda dengan temanya.
3) Keterampilan guru mengelola pembelajaran deduktif pada putaran I
Kerterampilan guru dalam mengelola pembelajaran deduktif pada
putaran pertama secara keseluruhan dapat dikatakan cukup baik dengan rata-rata
skor 2.83. Berdasarkan tabel 4.3 pada kegiatan Pendahuluan yaitu
28
menyampaikan tujuan, memotivasi siswa dan mengkaitkan pengetahuan awal
siswa dengan rata-rata skor sebesar 2.67 (cukup baik).
Kegiatan inti terdapat empat tahap masing-masing yaitu (a) Tahap 1
abstraksi memperoleh rata-rata skor sebesar 3. (b) Tahap 2 ilustrasi memperoleh
rata-rata skor sebesar 2.75. (c) Tahap 3 aplikasi memperoleh rata-rata skor 2.67
(d) tahap 4 penutup memperoleh rata-rata skor sebesar 3. Jika dirata-rata
diperoleh skor sebesar 2.86, maka pada kegiatan inti ini sudah dapat dikatakan
cukup baik.
Pada kegiatan penutup terdiri dari meringkas pelajaran dan
melaksanakan tes memperoleh rata-rata skor sebesar 3.25 (cukup baik). Akan
tetapi pada pengelolaan waktu masih kurang baik dengan skor 2.5. Hal ini
kemungkinan dikarenakan pada saat melakukan demonstrasi persiapannya
masih kurang sehingga banyak menyita waktu untuk melakukan kegiatan yang
lain. Pengamatan suasana kelas masih memerlukan peningkatan meskipun
mendapat skor 2.75 yang dapat dikatakan cukup baik akan tetapi melihat
kentusiasan siswa yang masih kurang dibandingkan dengan keantusiasan guru
kemungkinan hal ini karena siswa masih belum terbiasa dengan pembelajaran
deduktif.
Hasil pengamatan keterampilan guru mengelola kelas ini secara
keseluruhan dapat dikatakan sudah cukup baik yaitu dengan skor rata-rata 2.83,
akan tetapi masih perlu adanya peningkatan lagi.

4) Ketuntasan belajar siswa pada putaran I


Berdasarkan tabel 4.4 ketuntasan belajar secara klasikal mencapai
79.41%, dimana terdapat 27 siwa tuntas dan 7 siswa tidak tuntas dengan rata-
rata nilai sebesar 68.53. Hal ini belum mencapai ketuntasan belajar secara
klasikal yaitu > 85%. Ketidaktuntasan belajar ini kemungkinan disebabkan
karena siswa belum terbiasa dengan penerapan model pembelajaran deduktif
dan masih menyesuaikan dengan materi baru yaitu pokok bahasan
pengelompokan sistem koloid.
Tujuan pembelajaran khusus (TPK) pada putaran pertama terdapat 3
TPK yaitu TPK 1 mewakili soal no. 1 sampai 4 mencapai ketuntasan sebesar
64.73%; TPK 2 mewakili soal no. 5 sampai 7 mencapai ketuntasan sebesar
69.6%; dan TPK 3 mewakili soal no. 8 sampai 10 mencapai ketuntasan sebesar
72.57%. Ketuntasan TPK dianggap tuntas jika telah memperoleh nilai >0.65
29
atau >65%, maka pada putaran pertama pada TPK 1 masih belum tuntas
kemungkinan siswa masih kurang menguasai materi dengan baik.
Pada putaran pertama, pembelajaran belum tuntas sehingga diperlukan
peningkatan lagi pada putaran selanjutnya yang perencanaannya didasarkan
hasil revisi dari putaran pertama.

d. Revisi
Berdasarkan hasil refleksi tersebut, maka pada putaran kedua
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tetap dilakukan seperti pada putaran
pertama, tetapi perlu ditingkatkan pada hal-hal berikut:
1) Guru hendaknya mengurangi aktivitas menjelaskan materi dibantu dengan
demonstrasi dan diusahakan pada saat melakukan demonstrasi hendaknya
siswa diikut sertakan berperan aktif. Hal ini bertujuan agar siswa dapat
menemukan dan membangun sendiri pengetahuannya sehingga dapat
tertanam kuat di memori siswa.
2) Guru hendaknya dapat meningkatkan motivasi untuk mengeluarkan
pendapat atau pengetahuan siswa dalam memberikan contoh dengan
memberikan pujian atau nilai partisipasi bagi siswa yang aktif dan
memotivasi siswa untuk meningkatkan aktivitas membaca buku/LKS.
3) Guru hendaknya bisa mengatur dan mengelola kelas dengan baik sehingga
dapat mengurangi aktivitas yang tidak relevan selama pembelajaran.
4) Dalam mengelola pembelajaran deduktif dengan metode demonstrasi, pada
tahap pengelolaan waktu hendaknya lebih diperhatikan agar lebih efektif
dan efisien.
5) Untuk ketuntasan secara klasikal yang belum tuntas, guru hendaknya
memberikan penekanan intonasi konsep-konsep penting dan ketika
membahas LKS guru memberi penguatan serta mengklarifikasikan konsep
kepada siswa.

2. Putaran II
5. Perencanaan
30
Putaran kedua ini menindaklanjuti pembelajaran sebelumnya (putaran
I) yang masih terdapat kekurangan sehingga penerapan pembelajaran deduktif
belum dapat berjalan maksimal. Perencanaan penelitian pada putaran kedua ini
tidak berubah sebagaimana perencanaan putaran pertama, akan tetapi materinya
merupakan lanjutan dari materi putaran pertama yaitu sifat-sifat koloid dan
implementasinya guru hendaknya dapat melaksanakan hal-hal yang perlu
diperbaiki seperti yang disebutkan dalam revisi putaran pertama, selama proses
putaran kedua.
6. Kegiatan dan pengamatan
1) Pendahuluan (5 menit)
Guru mengkaitkan pelajaran dengan pengetahuan awal siswa yaitu
tentang koloid dan pengelompokannya, kemudian memotivasi siswa dengan
bertanya mengapa dalam keadaan gelap berdebu atau berasap seberkas sinar
yang masuk melalui lubang kecil akan terlihat jelas sebagai berkas sinar
yang lurus ?. Kemudian dilanjutkan guru menyampaikan tujuan
pembelajaran khusus (TPK) yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

2) Kegiatan inti (60 menit)


Kegiatan inti pada model pembelajaran deduktif terdiri dari 4 tahap
yaitu :
Tahap 1 : Abstraks
Guru menjelaskan materi pokok yaitu tentang sifat-sifat sistem
koloid
Tahap 2 : Ilustrasi
Guru melakukan demonstrasi tentang terjadinya efek Tyndall yang
terdiri dari larutan gula, susu, larutan sabun. Kemudian guru
membimbing siswa untuk memberikan contoh-contoh lain.
Tahap 3 : Aplikasi
Guru meminta salah satu siswa untuk memberikan contoh yang
lain. Guru meminta siswa untuk mengerjakan LKS. Guru meminta
siswa untuk mendiskusikan jawabannya dan menyampaikan
kepada teman yang lain.
Tahap 4 : Penutup
Meminta siswa untuk menyimpulkan/mengidentifikasi ciri-ciri
dari konsep yang diajarkan.
31
3) Penutup (25 menit)
Guru membimbing siswa untuk membuat rangkuman dari materi
yang telah mereka pelajari. Guru memberikan tes akhir II yang harus
dikerjakan selama 20 menit secara individu dan soal tes terdiri dari 10 soal
tes obyektif.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dilakukan pengamatan/observasi
oleh tiga orang pengamat yaitu mengamati proses pembelajaran dan memberi
penilaian berdasarkan instrumen yang telah tersedia. Instrumen tersebut meliputi
lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa, dan lembar pengelolaan pembelajaran
deduktif dengan metode demonstrasi.
Rangkuman hasil kegiatan belajar mengajar melalui penerapan pembelajaran
deduktif dengan metode demonstrasi pada putaran kedua adalah sebagai berikut :
1) Hasil pengamatan aktivitas guru pada KBM putaran kedua
Tabel 4.5. Aktivitas Guru pada KBM Putaran Kedua
No Aktivitas guru yang diamati Frekuensi Persentase

1. Mengkaitkan pengetahuan awal siswa 1 2.86


dengan materi yang akan dipelajari
2. Memotivasi siswa 4 11.43
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran. 1 2.86
4. Menyampaikan materi dibantu dengan 8.5 24.28
demonstrasi
5. Membimbing siswa mengisi lembar 3 8.57
pengamatan hasil demonstrasi
6. Meminta siswa untuk memberikan 3 8.57
beberapa contoh dalam kehidupan
sehari-hari
7. Membimbing siswa mengerjakan LKS 8.5 24.28
8. Memberikan umpan balik 3.5 10
9. Membimbing siswa untuk membuat 1 2.86
rangkuman
10. Perilaku yang selain kategori diatas 1.5 4.29

2) Hasil pengamatan Aktivitas Siswa pada KBM putaran kedua


32
Tabel 4.6. Aktivitas Siswa pada KBM Putaran Kedua
No Aktivitas siswa yang diamati Frekuensi Persentase

1. Mengemukakan pengetahuan 4 11.43


2. Mendengarkan dan memperhatikan 4.5 12.86
penjelasan guru
3. Melakukan pengamatan dan mencatat 4.5 12.86
semua yang mereka amati.
4. Menulis hal-hal yang berhubungan 6.5 18.57
dengan materi pelajaran
5. Membaca buku ajar dan mengerjakan 6 17.14
LKS
6. Berdiskusi dengan teman yang lain 3 8.57
7. Bertanya pada guru 4 11.43
8. Menyimpulkan dan membuat 1 2.86
rangkuman
9. Perilaku yang selain kategori diatas 1.5 4.29

3) Hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran deduktif pada KBM putaran kedua


Tabel 4.7. Pengelolaan Pembelajaran Deduktif pada Putaran Kedua
No Aspek yang diamati Frekuensi Kriteria

A B
I PENDAHULUAN
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3 Cukup
b. Memotivasi siswa 3.5 3.33 baik
c. Mengkaitkan pengetahuan awal siswa 3.5
II KEGIATAN INTI
Tahap 1: Abstraksi Cukup
- Mempresentasikan materi 3.5 3.5 baik
Tahap 2: Ilustrasi
- Menyajikan contoh dengan 3.5 Cukup
demonstrasi 3.5 baik
- Merumuskan pertanyaan 3.5
Tahap 3: Aplikasi
- Memberi giliran kepada siswa untuk 3.5
memberikan contoh-contoh yang lain
33
- Memberikan latihan soal-soal berupa 3.5 3.33 Cukup
LKS baik
- Membimbing siswa membahas LKS 3
yang telah dikerjakan

Tahap 4: Penutup
- Meminta siswa untuk mendefinisikan 3.5 3.5 Cukup
kembali pengertian dari pokok bahasan baik
yang telah dipelajari
III PENUTUP
- Meringkas pelajaran 3 3.5 Cukup
- Melaksanakan tes 4 baik
IV PENGELOLAAN WAKTU 3.5 3.5 Cukup
baik
V SUASANA KELAS
a. Siswa antusias 3 3.25 Cukup
b. Guru antusias 3.5 baik

Skor rata-rata 3.4 Cukup


baik

Keterangan :
A : Skor rata-rata pengamatan aspek yang diamati
B : Nilai rata-rata skor aspek yang diamati
1 : Tidak baik 2 : Kurang baik
3 : Cukup baik 4 : Baik
4. Hasil tes akhir pada KBM putaran kedua
Tabel 4.8. Hasil Tes Akhir Putaran Kedua
No. Kategori Jumlah
1. Rata-rata nilai siswa 74.29
2. Jumlah siswa yang tuntas 31
3. Jumlah siswa yang tidak tuntas 4
4. % ketuntasan klasikal 88.57%
5. % ketuntasa TPK :
a. Setelah diberi penjelasan dan demonstrasi tentang 82.83%
peristiwa efek Tyndall, siswa dapat
mengidentifikasi adanya efek Tyndall dengan
34
benar.
b. Melalui pengamatan gambar tentang gerak 78.60%
Brown, siswa dapt menjelaskan adanya gerak
Brown yang ditunjukkan oleh partikel koloid
dengan benar.
c. Melalui diskusi LKS siswa dapat menjelaskan 66.70%
peristiwa terjadinya muatan listrik pada partikel
koloid dengan benar.
d. Siswa dapat membedakan antara koloid liofil dan 70.00%
liofob dengan benar.

7. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung,
diperoleh balikan dari hasil pengamatan sebagai berikut :
1) Aktivitas guru pada putaran II
Aktivitas guru yang dilakukan pada putaran kedua berdasarkan tabel 4.5
adalah memotivasi siswa mengalami peningkatan menjadi 11.43%, hal ini
bertujuan agar siswa lebih antusias dalam belajar dan meningkatkan aktivitas
siswa membaca buku ajar/LKS. Menjelaskan materi dibantu dengan demonstrasi
sudah mengalami penurunan yaitu 24.28%, hal ini bertujuan untuk mengurangi
peran guru yang dominan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar
mandiri. Pada saat demonstrasi siswa sudah ikut serta membantu guru melakukan
demonstrasi di depan kelas. Sedangkan aktivitas guru membimbing siswa
mengerjakan LKS mengalami peningkatan sebesar 24.28%. Hal ini bertujuan
untuk memantau siswa dalam menjawab soal-soal LKS. Jika ada jawaban yang
kurang sesuai maka guru meminta siswa untuk mendiskusikan jawaban dengan
teman di sebelahnya. Aktivitas guru meberikan umpan balik naik menjadi 10%,
dalam hal ini guru lebih memberikan pemantapan atas jawaban siswa.
Aktivitas guru meminta/memberi kesempatan kepada siswa untuk
memberikan beberapa contoh dalam kehidupan sehari-hari meningkat menjadi
8.57%. Sedangkan aktivitas yang tidak sesuai dengan kategori pengamatan pada
putaran kedua mengalami penurunan yaitu 4.29%. Hal ini menunjukkan bahwa
35
guru sudah melaksanakan proses belajar dengan baik meskipun belum maksimal
dan masih perlu ditingkatkan lagi.
2) Aktivitas siswa pada putaran II
Pada putaran kedua aktivitas siswa yang dilakukan berdasarkan tabel 4.6
adalah aktivitas siswa mendengarkan penjelasan guru mengalami penurunan yaitu
12.86%. Sedangkan mengamati demonstrasi meningkat menjadi 12.86%.
Aktivitas ini sejalan dengan aktivitas guru menyampaikan materi dibantu dengan
demonstrasi juga menurun dan menunjukkan bahwa siswa sudah mulai aktif
dalam mencari informasi sendiri dengan membaca buku/LKS dan menulis hal-hal
yang berhubungan dengan materi. Aktivitas tersebut mengalami peningkatan pada
putaran kedua ini, untuk membaca buku ajar dan mengerjakan LKS sebesar
17.14% dan menulis hal-hal yang berhubungan dengan materi sebesar 18.57%.
Aktivitas siswa mengemukakan pengetahuan mengalami peningkatan yaitu
11.43%. Hal ini menunjukkan siswa lebih antusias untuk menjawab setiap
pertanyaan dari guru dan aktivitas ini sejalan dengan meningkatnya aktivitas guru
dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan contoh dalam
kehidupan sehari-hari sesuai dengan pengetahuan siswa.
Aktivitas siswa bertanya pada guru meningkat menjadi 11.43%,
sedangkan aktivitas siswa berdiskusi dengan teman yang lain menurun menjadi
8.57%. Hal ini menunjukkan siswa sudah berani untuk bertanya kepada guru dan
ikut berperan aktif dalam proses belajar mengajar.
Pada putaran kedua ini masih terdapat aktivitas siswa yang tidak sesuai
dengan kategori pengamatan akan tetapi persentasenya lebih kecil dibandingkan
dengan pada putaran pertama yaitu sebesar 4.29%.
3) Keterampilan guru mengelola pembelajaran deduktif pada putaran II
Kerterampilan guru dalam mengelola pembelajaran deduktif pada putaran
kedua secara keseluruhan dapat dikatakan cukup baik dan rata-rata skor
mengalami peningkatan menjadi 3.4. Berdasarkan tabel 4.7 pada kegiatan
Pendahuluan yaitu menyampaikan tujuan, memotivasi siswa dan mengkaitkan
pengetahuan awal siswa dengan rata-rata skor sebesar 3.33 (cukup baik).
Kegiatan inti terdapat empat tahap masing-masing yaitu (a) Tahap 1
abstraksi memperoleh rata-rata skor sebesar 3.5. (b) Tahap 2 ilustrasi memperoleh
rata-rata skor sebesar 3.5. (c) Tahap 3 aplikasi memperoleh rata-rata skor 3.33 (d)
tahap 4 penutup memperoleh rata-rata skor sebesar 3.5. Jika dirata-rata diperoleh
skor sebesar 3.46, maka pada kegiatan inti ini sudah dapat dikatakan cukup baik.
36
Pada kegiatan penutup terdiri dari meringkas pelajaran dan melaksanakan
tes memperoleh rata-rata skor sebesar 3.5 (cukup baik). Pada pengelolaan waktu
sudah mengalami peningkatan dengan skor 3.5 (cukup baik). Pengamatan suasana
kelas sudah mengalami peningkatan yaitu dengan skor 3.25. Guru dan siswa
sama-sama antusias dalam penerapan model pembelajaran deduktif.
4) Ketuntasan belajar siswa pada putaran II
Berdasarkan tabel 4.8 ketuntasan belajar secara klasikal meningkat
menjadi sebesar 88.57%. Terdapat 31 siwa tuntas dan 4 siswa tidak tuntas dengan
rata-rata nilai sebesar 74.29. Hal ini menunjukkan sudah tuntas secara klasikal dan
sesuai dengan ketentuan (Depdikbud, 1995) yaitu > 85%.
Tujuan pembelajaran khusus (TPK) pada putaran kedua terdapat 4 TPK
yaitu TPK 4 mewakili soal no. 1 sampai 3 mencapai ketuntasan sebesar 82.83%;
TPK 5 mewakili soal no. 4 dan 5 mencapai ketuntasan sebesar 78.6%; TPK 6
mewakili soal no. 6 sampai 8 mencapai ketuntasan sebesar 66.7%; dan TPK 7
mewakili soal no. 9 dan 10 mencapai ketuntasan sebesar 70 %. Pada putaran
kedua ini semua TPK sudah tuntas yaitu > 65%.

8. Revisi
Berdasarkan hasil refleksi tersebut, maka pada putaran kedua sudah baik
akan tetapi keadaan tersebut perlu dipertahankan. Bahkan guru diharapkan dapat
meningkatkan kemampuannya dalam pengelolaan pembelajaran deduktif pada putaran
ketiga nanti. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada putaran III adalah :
1) Guru dalam menjelaskan materi dibantu dengan demonstrasi masih perlu
dikurangi, agar siswa dapat menemukan dan membangun sendiri pengetahuannya
melalui aktivitas membaca buku ajar/LKS.
2) Pada aktivitas membimbing hendaknya guru dapat mengurangi dan lebih
meningkatkan pada aktivitas mengawasi, agar siswa tidak terlalu bergantung pada
bimbingan guru.
3) Guru hendaknya lebih meningkatakan motivasi, agar aktivitas siswa dalam
mengeluarkan pendapat atau pengetahuan mereka memberikan contoh dapat lebih
meningkat terutama bagi siswa yang belum tuntas secara individu, agar siswa
lebih antusias dalam belajar.
4) Guru hendaknya mengurangi aktivitas yang tidak relevan selama pembelajaran.

3. Putaran III
37
a. Perencanaan
Putaran ketiga ini menindaklanjuti pembelajaran sebelumnya (putaran
II) yang sebenarnya sudah cukup baik. Namun pada putaran ketiga ini, guru
harus dapat mempetahankan kondisi tersebut dan diharapkan dapat
meningkatkan kemampuannya dalam mengelola kegiatan belajar mengajar
sehingga penerapan pembelajaran deduktif dengan metode demonstrasi dapat
terlaksana secara optimal. Perencanaan penelitian pada putaran ketiga ini tidak
berubah sebagaimana perencanaan putaran pertama dan kedua, namun
materinya merupakan lanjutan dari materi putaran kedua yaitu pembuatan
koloid dan implementasinya guru hendaknya dapat melaksanakan hal-hal yang
perlu diperbaiki seperti yang disebutkan dalam revisi putaran kedua, selama
proses putaran ketiga.
Pada akhir pelajaran setelah siswa melakukan tes akhir guru
memberikan angket kepada siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap
penerapan pembelajaran deduktif dengan metode demonstrasi yang telah
dilaksanakan.
b. Kegiatan dan pengamatan
1) Pendahuluan (5 menit)
Guru mengkaitkan pelajaran dengan pengetahuan awal siswa yaitu
tentang pengelompokan sifat-sifat koloid, kemudian memotivasi siswa
dengan bertanya mengapa satu sendok agar-agar bila dimasak dengan air
akan menjadi satu mangkok besar agar-agar padat ?. Selanjutnya guru
menyampaikan tujuan pembelajaran khusus (TPK) yang ingin dicapai.
2) Kegiatan inti (60 menit)
Kegiatan pada model deduktif terdiri dari 4 tahap yaitu :
Tahap 1 : Abstraks
Guru menjelaskan materi pokok yaitu tentang pembuatan koloid
Tahap 2 : Ilustrasi
Guru melakukan demonstrasi tentang tentang pembuatan koloid
secara kondensasi yaitu pembuatan sol Fe(OH)2 dan pembutan
koloid dengan cara dispersi yaitu pembuatan sol agar-agar.
Kemudian guru membimbing siswa untuk memberika contoh-
contoh lain.
Tahap 3 : Aplikasi
38
Guru meminta salah satu siswa untuk memberikan cotoh yang lain.
Kemudian guru meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal yang
terdapat dalam LKS. Guru meminta siswa untuk mendiskusikan
jawabannya dan menyampaikan kepada teman yang lain.
Tahap 4 : Penutup
Meminta siswa untuk mengidentifikasi ciri-ciri dari konsep yang
diajarkan.
3) Penutup (25 menit)
Guru membimbing siswa untuk membuat rangkuman dari materi yang
telah mereka pelajari. Guru memberikan tes akhir yang harus dikerjakan
selama 15 menit secara individu dan soal tes terdiri dari 10 soal tes obyektif.
Kemudian guru memberikan angket untuk mengetahui respon siswa
terhadap pembelajaran deduktif dengan metode demonstrasi dengan waktu 5
menit.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dilakukan
pengamatan/observasi oleh tiga orang pengamat yaitu mengamati proses
pembelajaran dan memberi penilaian berdasarkan instrumen yang telah
tersedia. Instrumen tersebut meliputi lembar pengamatan aktivitas guru dan
siswa, lembar pengelolaan pembelajaran deduktif dengan metode
demonstrasi dan yang terakhir angket yang harus diisi oleh siswa.
Rangkuman hasil dari kegiatan belajar mengajar melalui penerapan
pembelajaran deduktif dengan metode demonstrasi pada putaran ketiga adalah
sebagai berikut :
1) Hasil pengamatan aktivitas guru pada KBM putaran ketiga
Tabel 4.9. Aktivitas Guru pada KBM Putaran Ketiga
No Aktivitas guru yang diamati Frekuensi Persentase

1. Mengkaitkan pengetahuan awal siswa 1 2.86


dengan materi yang akan dipelajari
2. Memotivasi siswa 5 14.29
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran. 1 2.86
4. Menyampaikan materi dibantu dengan 6.5 18.57
demonstrasi
5. Membimbing siswa mengisi lembar 2.5 7.14
pengamatan hasil demonstrasi
39
6. Meminta siswa untuk memberikan 5 14.29
beberapa contoh dalam kehidupan
sehari-hari
7. Membimbing siswa mengerjakan LKS 8 22.85
8. Memberikan umpan balik 5 14.29
9. Membimbing siswa untuk membuat 1 2.86
rangkuman
10. Perilaku yang selain kategori diatas 0 0

2) Hasil pengamatan Aktivitas siswa pada KBM putaran ketiga


Tabel 4.10. Aktivitas Siswa pada KBM Putaran Ketiga
No Aktivitas siswa yang diamati Frekuensi Persentase

1. Mengemukakan pengetahuan 5 14.29


2. Mendengarkan dan memperhatikan 3 8.57
penjelasan guru
3. Melakukan pengamatan dan mencatat 5 14.28
semua yang mereka amati.
4. Menulis hal-hal yang berhubungan 6.5 18.57
dengan materi pelajaran
5. Membaca buku ajar dan mengerjakan 6.5 18.57
LKS
6. Mendiskusikan jawabannya dengan 4 11.43
teman yang lain
7. Bertanya pada guru 4 11.43
8. Menyimpulkan dan membuat 1 2.86
rangkuman
9. Perilaku yang selain kategori diatas 0 0

3) Hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran deduktif pada KBM putaran ketiga


Tabel 4.11. Pengelolaan Pembelajaran Deduktif pada Putaran Ketiga
No Aspek yang diamati Frekuensi Kriteria

A B
I PENDAHULUAN
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3.5
40
b. Memotivasi siswa 4 3.83 Baik
c. Mengkaitkan pengetahuan awal siswa 4
II KEGIATAN INTI
Tahap 1: Abstraksi Cukup
- Mempresentasikan materi 3.5 3.5 baik
Tahap 2: Ilustrasi
- Menyajikan contoh dengan 4
demonstrasi 4 Baik
- Merumuskan pertanyaan 4
Tahap 3: Aplikasi
- Memberi giliran kepada siswa untuk 4
memberikan contoh-contoh yang lain
- Memberikan latihan soal-soal berupa 4 3.83 Baik
LKS
- Membimbing siswa membahas LKS 3.5
yang telah dikerjakan
Tahap 4: Penutup
- Meminta siswa untuk mendefinisikan 4 4 Baik
kembali pengertian dari pokok bahasan
yang telah dipelajari
III PENUTUP
a. Meringkas pelajaran 4 4 Baik
b. Melaksanakan tes 4
IV PENGELOLAAN WAKTU 4 4 Baik
V SUASANA KELAS
a. Siswa antusias 3.5 3.75 Baik
b. Guru antusias 4

Skor rata-rata 3.87 Baik

Keterangan :
A: Skor rata-rata pengamatan aspek yang diamati
B : Nilai rata-rata skor aspek yang diamati
1 : Tidak baik 2 : Kurang baik
3 : Cukup baik 4 : Baik

4) Hasil tes akhir pada KBM putaran ketiga


41

Tabel 4.12. Hasil Tes Akhir Putaran Ketiga


No. Kategori Jumlah
1. Rata-rata nilai siswa 79.14
2. Jumlah siswa yang tuntas 33
3. Jumlah siswa yang tidak tuntas 2
4. % ketuntasan klasikal 94.29%
5. % ketuntasan TPK :
a. Setelah diberi penjelasan dan demonstrasi tentang 82.88%
pembuatan sol Fe(OH)3, siswa dapat menjelaskan
kembali pembentukan koloid melalui cara
kondensasi dengan benar.
b. Setelah diberi penjelasan dan demonstrasi tentang 81.45%
pembuatan gel agar-agar dan emulsi minyak
dalam air, Siswa dapat menjelaskan pembentukan
koloid melalui cara dispersi dengan benar.
c. Siswa dapat menyebutkan contoh pembentukan 70.46%
koloid dengan cara kondensasi dan dispersi
dalam kehidupan sehari-hari dengan benar.

5) Hasil angket respon siswa terhadap model deduktif dengan metode demonsrasi.
Tabel 4.13. Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Deduktif dengan Metode
Demonstrasi
No Guru % Respon
Ya Tidak
1. Apakah anda senang dengan diterapkannya 100 0
model pembelajaran deduktif dengan metode
demonstrasi pada pokok bahasan koloid ?
2. Apakah anda termotivasi untuk belajar kimia 96,67 3,33
dengan menerapkan model pembelajaran
deduktif dengan metode demonstrasi pada pokok
bahasan koloid ?
3. Apakah anda dapat memantapkan konsep pada 96.67 3.33
pokok bahasan koloid dengan diterapkannya
pembelajaran deduktif dengan metode
42
demonstrasi?
4. Apakah penerapan model deduktif dengan 96,67 3.33
metode demonstrasi cocok diterapkan pada
pokok bahasan koloid ?
5. Apakah anda setuju bila penerapan model 93,33 6,67
pembelajaran deduktif dengan metode
demonstrasi diterapkan pada pokok bahasan
yang lain ?
6. Apakah anda senang dengan metode 100 0
demonstrasi?
7. Apakah menurut anda penerapan model deduktif 96,67 3,33
dengan metode demonstrasi pada pokok bahasan
koloid sangat efektif untuk anda ?
8. Apakah dengan metode demonstrasi anda dapat 100 0
membuktikan kebenaran konsep atau
menemukan konsep ?

c. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung, diperoleh balikan dari hasil pengamatan sebagai berikut :
1) Aktivitas guru pada putaran III
Aktivitas guru yang dilakukan pada putaran ketiga berdasarkan tabel
4.9 adalah memotivasi siswa mengalami peningkatan menjadi 14.29%, hal ini
bertujuan agar siswa lebih antusias dalam belajar terutama bagi siswa yang
belum tuntas. Menjelaskan materi dibantu dengan demonstrasi sudah optimal
yaitu 18.57%, menunjukkan bahwa peran guru yang dominan sudah mulai
berkurang dan memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar lebih aktif
mengembangkan sendiri konsep-konsep yang sudah mereka pelajari dengan
cara membaca buku/LKS. Aktivitas guru membimbing siswa mengisi lembar
pengamatan hasil demonstrasi mengalami penurunan yaitu 7,14%,
menunjukkan bahwa siswa sudah terbiasa mengisi lembar pengamatan tanpa
harus bergantung pada guru. Sedangkan aktivitas guru membimbing siswa
mengerjakan LKS juga mengalami penurunan menjadi 22.85%. Meskipun
belum optimal akan tetapi ini menunjukkan bahwa siswa sudah mulai aktif
mengisi LKS dengan tidak bergantung pada bimbingan guru. Aktivitas guru
43
memberikan umpan balik naik menjadi 14.29%. Begitu juga aktivitas guru
meminta/memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan beberapa
contoh dalam kehidupan sehari-hari meningkat menjadi 14.29%.
Pada putaran ketiga ini sudah tidak ada aktivitas guru yang tidak sesuai
dengan kategori pengamatan. Ini berarti guru sudah dapat menghindari dan
sudah melaksanakan proses belajar dengan baik selama pembelajaran.
2) Aktivitas siswa pada putaran III
Pada putaran ketiga aktivitas siswa yang dilakukan berdasarkan tabel
4.10 adalah mendengarkan penjelasan guru mengalami penurunan yaitu 8.57%
dan mengamati demonstrasi meningkat menjadi 14.29%. Aktivitas ini sejalan
dengan aktivitas guru menyampaikan materi dibantu dengan demonstrasi yang
meningkat dan bimbingan mengisi lembar pengamatan yang menurun. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa sudah mulai aktif dalam mencari informasi sendiri
dengan membaca buku/LKS dan menulis hal-hal yang berhubungan dengan
materi. Aktivitas membaca buku ajar dan mengerjakan LKS meningkat
menjadi 18.57%. Persentase ini sama dengan persentase aktivitas siswa
menulis hal-hal yang berhubungan dengan materi sebesar 18.57%. Aktivitas
siswa mengemukakan pengetahuan mengalami peningkatan yaitu 14.29%. Hal
ini menunjukkan bahwa siswa lebih antusias untuk menjawab setiap
pertanyaan dari guru dan aktivitas ini sejalan dengan meningkatnya aktivitas
guru dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan contoh
dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan pengetahuan siswa.
Aktivitas siswa bertanya pada guru meningkat menjadi 11.43%,
aktivitas ini sama besarnya dengan aktivitas siswa berdiskusi dengan teman
yang lain sebesar 11.43%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah berperan
aktif dalam proses belajar mengajar.
Pada putaran ketiga ini Aktivitas siswa yang tidak sesuai dengan
kategori pengamatan sudah tidak muncul. Hal ini menunjukkan bahwa
penerapan pembelajaran deduktif dengan metode demonstrasi sudah dapat
berjalan sebagaimana mestinya dan cukup efektif.
3) Keterampilan guru mengelola pembelajaran deduktif pada putaran-III
Kerterampilan guru dalam mengelola pembelajaran deduktif pada
putaran ketiga secara keseluruhan sudah memuaskan dibandingkan pada
putaran kedua skor rata-rata meningkat menjadi 3.87 (baik). Berdasarkan tabel
4.11 Pada kegiatan Pendahuluan yaitu menyampaikan tujuan, memotivasi
44
siswa dan mengkaitkan pengetahuan awal siswa dengan rata-rata skor sebesar
3.83 (baik).
Kegiatan inti terdapat 4 tahap masing-masing yaitu (a) Tahap 1
abstraksi memperoleh rata-rata skor sebesar 3.5 (b) Tahap 2 ilustrasi
memperoleh rata-rata skor sebesar 4. (c) Tahap 3 aplikasi memperoleh rata-
rata skor 3.83 (d) tahap 4 penutup memperoleh rata-rata skor sebesar 4. Jika
dirata-rata diperoleh skor sebesar 3.83, maka pada kegiatan inti ini sudah
dapat dikatakan baik.
Pada kegiatan penutup terdiri dari meringkas pelajaran dan
melaksanakan tes memperoleh rata-rata skor sebesar 4 (baik). Pada
pengelolaan waktu mendapat skor 4 (baik). Pengamatan suasana kelas sudah
mengalami peningkatan yaitu dengan skor 3.75. Guru dan siswa sama-sama
antusias dalam proses belajar mengajar.
4) Ketuntasan belajar siswa pada putaran III
Berdasarkan tabel 4.12 ketuntasan belajar secara klasikal meningkat
menjadi sebesar 94.29%, terdapat 33 siwa tuntas dan 2 siswa tidak tuntas
dengan rata-rata nilai sebesar 79.14. Hal ini menunjukkan sudah tuntas secara
klasikal dan sesuai dengan ketentuan (Depdikbud, 1995) yaitu > 85%.
Tujuan pembelajaran khusus (TPK) pada putaran ketiga terdapat 3 TPK
yaitu TPK 8 mewakili soal no. 1 sampai 5 mencapai ketuntasan sebesar
82.88%; TPK 9 mewakili soal no. 6 dan 7 mencapai ketuntasan sebesar
81.45%; dan TPK 10 mewakili soal no. 8 sampai 10 mencapai ketuntasan
sebesar 70.46%. Pada putaran ketiga ini semua TPK sudah tuntas dan dapat
dicapai dengan baik oleh siswa yaitu > 65%.
5) Respon siswa terhadap penerapan pembelajaran deduktif dengan metode
demonstrasi.
Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui bahwa hampir 100% siswa
merasa senang dengan diterapkannya pembelajaran deduktif dengan meode
demonstrasi dan dengan diterapkannya metode demonstrasi siswa berpendapat
dapat membuktikan kebenaran atau menemukan konsep.
Penerapan pembelajaran deduktif dengan metode demonstrasi
sangatlah efektif diterapkan pada pokok bahasan koloid 96.67% siswa
berpendapat dengan penerapan pembelajaran deduktif dengan metode
demonstrasi dapat memotivasi siswa untuk belajar, dapat memantapkan
konsep dan sangatlah cocok diterapkan pada pokok bahasan koloid.
45
Sebanyak 93.33% siswa sangat setuju bila penerapan model
pembelajaran deduktif dengan metode demonstrasi diterapkan pada pokok
bahasan yang lain dan 6.67% siswa tidak setuju. Hal ini mungkin beberapa
siswa tersebut belum yakin dan beberapa dari mereka beralasan karena tidak
semua pokok bahasan dapat dilakukan dengan metode demonstrasi jadi
penerapan metode pengajaran juga harus disesuaikan dengan pokok
bahasannya.

d. Evaluasi
Berdasarkan hasil refleksi di atas, maka diperoleh data-data tentang
pelaksanaan pembelajaran deduktif dengan metode demonstrasi sebagai berikut:
1) Dominasi guru dalam menjelaskan materi dibantu dengan demonstrasi
berkurang menjadi 18.57%. Sedangkan memotivasi siswa meningkat
menjadi 14.29%.
2) Aktivitas siswa mengemukakan pendapat meningkat menjadi 14.29%.
Sedangkan aktivitas mendengarkan penjelasan guru menurun menjadi
8.57% sejalan dengan menurunnya dominasi guru dalam KBM. Aktivitas
siswa bertanya pada guru dan berdiskusi dengan temannya yang lain sama-
sama meningkat yaitu sama-sama memperoleh 11.43%.
3) Keterampilan guru mengelola pembelajaran deduktif dengan metode
demonstrasi berdasarkan hasil pengamatan mengalami peningkatan yaitu
pada putaran pertama dengan skor rata-rata sebesar 2.83 (cukup baik),
kemudian putaran kedua meningkat menjadi 3.4 (cukup baik) dan putaran
ketiga meningkat lagi menjadi 3.87 (baik).
4) Ketuntasan belajar siswa lebih baik dibandingkan dengan putaran
sebelumnya yaitu pada putaran pertama 79.41%, kemudian putaran kedua
meningkat menjadi 88.57% dan putaran ketiga meningkat lagi menjadi
94.29%

C. Analisis Data
1. Pengamatan aktivitas guru selama pembelajaran deduktif dengan metode demonstrasi.
Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru yang dilakukan selama tiga kali
putaran didapatkan data sebagai berikut :
46

Gambar 4.1. Persentase aktivitas guru selama KBM


Keterangan kategori aktivitas
1. Mengkaitkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang akan dipelajari
2. Memotivasi siswa
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
4. Menyampaikan materi dibantu dengan demonstrasi
5. Membimbing siswa mengisi lembar pengamatan hasil demonstrasi
6. Meminta siswa untuk memberikan beberapa contoh dalam kehidupan sehari-hari
7. Membimbing siswa mengerjakan LKS
8. Memberikan umpan balik
9. Membimbing siswa untuk membuat rangkuman
10. Perilaku yang selain kategori diatas
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa aktivitas guru memotivasi siswa,
meminta/memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan beberapa contoh
dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan umpan balik mengalami peningkatan
pada setiap putaran. Sedangkan aktivitas guru menjelaskan dibantu dengan
demonstrasi dan perilaku yang tidak sesuai dengan kategori mengalami penurunan
pada setiap putaran. Aktivitas guru membimbing siswa mengisi lembar pengamatan
dan menjawab LKS pada putaran pertama ke putaran kedua mengalami kenaikan
sedangkan pada putaran ketiga mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa
siswa sudah mulai terbiasa mengisi dan mengerjakan LKS tanpa harus bergantung
pada bimbingan guru.
Hal tersebut menunjukkan bahwa peran guru hanya sebatas sebagai
fasilitator saja. Sehingga dengan menurunnya aaktivitas guru menyebabkan aktivitas
siswa meningkat dan berperan aktif dalam proses belajar mengajar.
47
2. Pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran deduktif dengan metode
demonstrasi.
Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa yang dilakukan selama tiga kali
putaran didapatkan data sebagai berikut :

Gambar
4.2 Persentase aktivitas siswa selama KBM
keterangan kategori aktivitas siswa :
1. Mengemukakan pengetahuan
2. Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru
3. Melakukan pengamatan dan mencatat semua yang mereka amati.
4. Menulis hal-hal yang berhubungan dengan materi pelajaran
5. Membaca buku ajar dan menjawab soal-soal LKS
6. Mendiskusikan jawabannya dengan teman yang lain
7. Bertanya pada guru
8. Menyimpulkan dan membuat rangkuman
9. Perilaku yang selain kategori diatas
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa aktivitas siswa mengemukakan pendapat,
menulis hal-hal yang berhubungan dengan materi, membaca buku ajar/LKS dan
berdiskusi baik dengan guru maupun dengan temannya yang lain mengalami
peningkatan pada tiap putaran.
Sedangkan mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru dan perilaku
yang tidak sesuai mengalami penurunan pada tiap putaran. Hal ini menunjukan
bahwa siswa sudah mulai aktif selama proses belajar mengajar.

3. Pengamatan pengelolaan pembelajaran deduktif dengan metode demonstrasi.


Selama kegiatan belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran deduktif
dengan metode demonstrasi, didapatkan hasil pengamatan dari beberapa aspek yang
48
diamati. Sehingga diperoleh ringkasan penilaian kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran deduktif sebagai berikut:

Gambar 4.3 Penilaian pengelolaan pembelajaran deduktif.


Berdasarkan gambar 4.3 diperoleh data bahwa kemampuan guru dalam
mengelola proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran deduktif
dengan metode demonstrasi secara keseluruhan dari tiga putaran diperoleh nilai rata-
rata sebesar 2.83 pada putaran I, 3.4 Pada putaran II dan 3.83 pada putaran III. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran deduktif baik.
4. Ketuntasan belajar siswa
Ketuntasan belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes yang dilakukan setiap
akhir putaran. Berdasarkan kurukulum 1994, seorang siswa dapat dikatakan tuntas
dalam belajarnya bila ia memperoleh skor belajar >65% atau nilai >65. Sedangkan
suatu kelas disebut tuntas bila di kelas tersebut terdapat >85% siswa yang telah
mencapai daya serap > 65%.(Depdikbud, 1995 :49). Analisis ketuntasan belajar siswa
disajikan sebagai berikut :

Gambar 4.4 Persentase ketuntasan belajar siswa


Berdasarkan gambar 4.4 diperoleh data bahwa ketuntasan belajar siswa pada
putaran 1 belum dapat dikatakan tuntas karena belum mencapai 85% siswa yang telah
mencapai daya serap > 65 yaitu sebesar 79.41%, hal ini kemungkinan karena siswa
belum terbiasa dengan model pembelajaran deduktif, aktivitas siswa yang belum
49
maksimal dimana siswa masih bergantung pada penjelasan guru, guru masih kurang
memberikan penekanan intonasi konsep-konsep penting dan siswa masih
menyesuaikan dengan materi baru yaitu pokok bahasan pengelompokan sistem koloid.
Kemudian putaran 2 meningkat menjadi 88.57% dan putaran ktiga juga meningkat
menjadi 94.29%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajarn deduktif dengan
metode demonstrasi dapat mengurangi dominasi guru dan meningkatkan aktivitas
siswa sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa.

5. Respon angket terhadap penerapan pembelajaran deduktif dengan metode


demonstrasi.
Angket respon diberikan kepada 35 siswa setelah akhir pembelajaran pada
putaran ketiga. Data dari angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap
penerapan pembelajarn deduktif dengan metode demonstrasi.
Dari hasil analisis angket respon siswa diperoleh simpulan bahwa siswa
memberikan nilai positif terhadap penerapan pembelajaran deduktif dengan metode
demonstrasi. Dan hampir 100% siswa merasa senang dengan diterapkannya
pembelajaran deduktif dengan meode demonstrasi dan dengan diterapkannya metode
demonstrasi siswa berpendapat dapat membuktikan kebenaran atau menemukan
konsep.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
50
A. Simpulan
Berdasarkan dari rumusan masalah (bab I butir B), tujuan penelitian (bab I
butir C), hasil penelitian dan analisis data (bab IV) dikemukakan beberapa simpulan
sebagai berikut:
1. Melalui penerapan model pembelajaran deduktif dengan metode demonstrasi dapat
mengurangi dominasi guru sehingga aktivitas siswa dapat meningkat dari putaran I ke
putaran selanjutnya, antara lain menulis yang relevan, membaca buku ajar/LKS,
bertanya pada guru dan mengemukakan pendapat. Aktivitas guru lebih banyak untuk
membimbing atau mengamati kegiatan siswa dan memotivasi siswa agar tetap berada
dalam tugas maupun mengeluarkan pendapat. Sehingga guru sudah mampu berperan
dalam pembelajaran sebagai fasilitator.
2. Kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar menggunakan model
pembelajaran deduktif dengan metode demonstrasi secara keseluruhan dari tiga
putaran diperoleh nilai rata-rata sebesar 2.83 pada putaran I, 3.4 Pada putaran II dan
3.83 pada putaran III. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran deduktif baik.
3. Ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran deduktif dengan metode demonstrasi
mengalami peningkatan. Ketuntasan secara klasikal yang dicapai pada putaran I
sebesar 79.41%, kemudian meningkat pada putaran II dan III masing-asing sebesar
88.57% dan 94.29% hal tersebut menunjukkan bahwa dengan penerapan
pembelajaran deduktif dengan metode demonstrasi siswa dapat memahami materi
dengan baik serta mentuntaskan hasil belajar siswa.
4. Respon siswa terhadap model pembelajaran deduktif dengan metode demonstrasi
sangat posistif.

B. Saran
Dari hasil penelitian ini, yang dapat disarankan peneliti sebagai masukan adalah :
1. Guru dalam menyampaikan materi sebaiknya menggunakan metode pelajaran yang
semenarik munngkin sehingga dapat mendorong motivasi belajar siswa.
2. Pembelajaran deduktif dengan metode demonstrasi ini perlu diterapkan sebagai salah
satu alternatif dalam kegiatan belajar mengajar pada pokok bahasan selanjutnya atau
mata pelajaran yang lain yang sesuai dengan tujuan pembelajarannya.
3. Pada tahap persiapan alat atau bahan demonstrasi haruslah benar-benar mantap. Hal
ini bertujuan agar pelaksanaan demonstrasi berjalan dengan lancar dan tepat waktu.
51
4. Alat-alat yang digunakan dalam demonstrasi sebaiknya sederhana susunannya karena
jika alat yang digunakan terlalu rumit maka perhatian siswa dapat beralih dari konsep-
konsep yang hendak dipelajari ke bentuk alat yang rumit tersebut. Dengan demikian
metode demonstrasi tidak efektif.

Anda mungkin juga menyukai