Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan Bahasa Indonesia yang dimaksudkan pada Standar


Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia yaitu untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia
serta peningkatan potensi spritual. Akhlak mulia mencakup etika, budi
pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Bahasa Indonesia.
Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan
penanaman nilai-nilai keBahasa Indonesiaan, serta pengamalan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan.
Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada
optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya
mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan (Depdiknas,
2009).
Pada kurikulum tersebut juga dijabarkan tentang berbagai kompetensi
yang harus diajarkan dalam kurikulum Bahasa Indonesia dan harus dikuasai
dengan baik oleh peserta didik, yakni memberikan contoh sederhana pengaruh
globalisasi di lingkungannya.. Namun dalam realitasnya dewasa ini, terdapat
sesuatu yang memprihatinkan dalam aktualisasi Pendidikan Bahasa Indonesia
di sekolah karena belum menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Kenyataan yang ada di lapangan masih banyak anak didik yang belum
mencerminkan kepribadian yang sesuai tuntunan Bahasa Indonesia, seperti:
sering terjadi perkelahian antar pelajar, penyalagunaan obat-obat terlarang,
pelecehan seksual, pergaulan bebas, dan lain sebagainya. Jika ditelusuri lebih
jauh, sebenarnya keadaan yang demikian itu tidak lepas dari dasar pendidikan
yang diterima peserta didik dalam lingkungan keluarga, yang boleh jadi
pengokohan mental-spritualnya masih belum tersentuh secara maksimal,
selain disebabkan faktor lingkungan yang sangat besar mempengaruhinya.

1
Sebagai refleksi diri dari kesadaran akan tugas dan tanggung jawab
moral yang diemban, guru sebagai peneliti mencoba melakukan analisis untuk
mencari gambaran sesungguhnya dari permasalahan yang ada dan akhirnya
ditemukan beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab permasalahan
tersebut. Mengkaji semua permasalahan yang ada antara lain: Pertama,
pendekatan yang dilakukan guru lebih berorientasi pada kemampuan kognitif,
mengabaikan aspek afektif dan psikomotornya, kalaupun disinggung sangat
kecil intensitasnya. Kedua, problema yang bersumber dari anak didik sendiri,
yang berdatangan dari latar belakang keluarga yang beraneka ragam yang
sebagiannya ada yang sudah tertata dengan baik dalam lingkungan keluarga
dan ada yang belum. Ketiga, terkesan bahwa tanggung jawab Pendidikan
Bahasa Indonesia dan moral berada di pundak Guru Bahasa Indonesia saja.
Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk
memenuhi tuntutan tersebut adalah model metode pembelajaran demonstrasi.
Yang dimaksud metode demonstrasi adalah salah satu cara mengajar, di mana
guru melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya
serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu
disampaikan ke kelas dan dievalusi oleh guru.
Setiap orang selalu punya kewajiban untuk melakukan tugas tertentu
seperti halnya seorang guru di tuntut agar menjalankan kewajiban itu sepenuh
tanggung jawab. Setiap kewajiban berisi tugas dan setiap tugas harus di
laksanakan. Tugas yang di laksanakan akan dianggap selesai apabila tujuan
yang hendak dicapai sudah terwujud. Seorang guru tersebut harus merasa
yakin bahwa jalan yang harus ditempuhnya untuk sampai kepada tujuan dapat
dilakukan dengan cara atau metode yang tepat dan cocok untuk diterapkan
kepada peserta didiknya.
Memperhatikan ilustrasi pembelajaran di atas, maka hasil belajar
siswa yang merupakan bagian cara belajar sangat penting untuk pendalaman
pemahaman suatu pengetahuan ataupun ilmu pengetahuan, seharusnya
digunakan dengan baik oleh siswa. Rendahnya hasil belajar siswa
menggugah peneliti guna melakukan perbaikan pembelajaran. Langkah awal
untuk mengetahui secara jelas alasan rendahnya hasil belajar siswa adalah

2
melalui tes hasil belajar. Tes ini disusun dengan sederhana sehingga siswa
dapat mengemukakan alasan-alasan yang sebenarnya. Rendahnya hasil
belajat siswa terutama terjadi pada siswa kelas V di SD No 2 Werdi Bhuwana
tahun pelajaran 2016/2017.
Rendahnya hasil belajar siswa menjadi masalah sangat penting
untuk dicari solusinya. Mengatasi permasalahan utama yang dihadapi siswa
tersebut maka peneliti menerapkan pembelajaran dengan penerapan metode
demontrasi. Penerapan metode demontrasi ini akan berperan memberikan
intervensi terhadap hasil belajar siswa.
Keunggulan dari metode demontrasi adalah pertama membantu
anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu
benda/peristiwa, kedua memudahkan berbagai jenis penjelasan, ketiga
kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui
pengamatan dan contoh konkret, keempat perhatian anak dapat lebih
terpusatkan, kelima anak dapat ikut serta aktif apabila demonstrasi langsung
dilanjutkan dengan eskperimen, keenam mengurangi kesalahan-kesalahan
yang mungkin terjadi sekiranya anak hendak mencoba sendiri, ketujuh
beberapa persoalan yang belum dimengerti dapat ditanyakan langsung saat
suatu proses ditunjukkan sehingga terjawab dengan jelas.
Langkah-langkah pembelajaran di atas, peneliti meyakini bahwa
pendekatan model pembelajaran metode demontrasi berbantu media gambar
dapat hasil belajar siswa pada sasaran penilaian. Berdasarkan keyakinan
tersebut peneliti menetapkan judul penelitian “Penerapan Metode Demontrasi
Berbantu Media Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa
Indonesia Siswa SD No 2 Werdi Bhuwana Tahun pelajaran 2016/2017”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
Apakah hasil belajar Bahasa Indonesia Kelas V SD No 2 Werdi
Bhuwana Tahun Pelajaran 2016/2017 dapat ditingkatkan melalui penerapan
metode demontrasi berbantuan media gambar?

3
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah sebagai
berikut :
Untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa Kelas V
SD No 2 Werdi Bhuwana Tahun Pelajaran 2016/2017 dengan penerapan
metode demontrasi berbantuanan media gambar.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian secara teoritis sebagai acuan dalam memperkaya


teori dalam rangka peningkatan kompetensi guru. Sedangkan secara praktis
penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1) Bagi siswa, akan mengenal metode pembelajaran baru;
2) Bagi guru, akan memudahkan siswa belajar melaksanakan metode
pembelajaran demontrasi;
3) Bagi sekolah, memudahkan guru dalam mengajar sebagai pegangan
penanggulangan kwalitas pembelajaran dan
4) Bagi pendidikan secara umum akan dapat dipakai sebagai pegangan untuk
meningkatkan hasil belajar.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Metode Demonstrasi

Menurut Djamarah dan Aswan Zain, (2006:90). menjelaskan


demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang
sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan
penjelasan lisan, Metode Demonstrasi merupakan metode yang paling efektif
dan baik sebab para pesertanya “Menjalani dan berbuat menurut apa yang harus
di pelajari” sehingga dapat memberikan pengertian yang lebih konkrit dan
mendalam.
Demikian pula Metode Demonstrasi ini akan menjawab bagaimana, yang
merupakan pertanyaan dari masing-masing peserta didiknya (murid). Dalam
Metode Demonstrasi dapat dibedakan menjadi 2 hal: 1) Percontohan
(Demonstrasi) cara; 2) Percontohan (Demonstrasi) hasil. Adapun demonstrasi
cara adalah “Demonstrasi yang menunjukkan bagaimana cara-cara melakukan
suatu pekerjaan. Sedangkan demonstrasi hasil akan “Menunjukkan hasil-hasil
dari pada sesuatu pekerjaan atau tindakan sebelumnya. Dalam penerapan
Metode Demonstrasi, ada beberapa syarat yang harus di penuhi diantaranya:
1 Si pendidik harus percaya apa yang akan di demonstrasikan dan tidak boleh
ragu-ragu dalam keyakinannya.
2 Harus dipersiapkan dengan matang, baik persiapan tenaga pelaksana (Guru
sebagai pendidik) merupakan alat/media yang akan digunakan dalam
penyampaian materi.
3 Lakukan Metode Demonstrasi dengan sederhana, terang dan mudah
sehingga dapat mengikuti dengan jelas, berikan penjelasan yang siswa-siswi
mudah di tangkap dan teratur.

5
4 Harus di pelihara minat para peserta didik agar selalu murid dapat di
konsentrasikan pada Metode Demonstrasi yang dikerjakan. Misalnya :
dengan menyelipkan pertanyaan dalam lelucon.
5 Waktu penyelenggaraan harus di atur setepat-tepatnya sehingga isi/bahan
yang disampaikan dapat terlaksana di demonstrasikan.
6 Tempat penyelenggaraan Metode Demonstrasi harus di atur sedemikian
rupa sehingga semua yang hadir (Murid) dapat mengikuti semua Metode
Demonstrasi yang dilaksanakan.
Keuntungan yang diperoleh dari Metode Demonstrasi ini adalah
1. Perhatian peserta dapat dipusatkan pada pokok persoalan dan terhindar dari
hal-hal yang lain.
2. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibanding dengan cara/teknik-
teknik yang lain.
3. Para peserta mendapat pengalaman praktek untuk mengembangkan
kecakapannya dan memperoleh penghargaan akan kemampuannya.
4. Pertanyaan-pertanyaan yang timbul dapat di jawab sendiri oleh peserta pada
saat dilaksanakan Metode Demonstrasi tersebut.

2.2 Media Gambar


1. Pengertian Media
Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke
penerima pesan (Sadiman, 2002:6). Kata media berasal dari bahasa latin
yaitu jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar. Manurut Gagne (dalam Sadiman, 2002:6) secara umum media
pembelajaran dalam pendidikan disebut media, yaitu berbagai jenis
komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk
berpikir.
Media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta
merangsang siswa untuk belajar. Jadi, media merupakan segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim dan
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan

6
perhatian sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Brigs Sadiman,
2002:6).
Kesimpulan dari pendapat Gagne dan Brigs bahwa media merupakan
alat dan bahan fisik yang terdapat di lingkungan siswa untuk menyajikan
pesan kegiatan pembelajaran (proses kegiatan belajar-mengajar) sehingga
dapat merangsang siswa untuk belajar. Kata media berasal dari bahasa latin
Medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar.
Namun penegertian media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan
sebagai alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk menangkap,
memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Secara etimologi, kata “media” merupakan bentuk jamak dari
“medium”, yang berasal dan Bahasa Latin “medius” yang berarti tengah.
Sedangkan dalam Bahasa Indonesia, kata “medium” dapat diartikan sebagai
“antara” atau “sedang” sehingga pengertian media dapat mengarah pada
sesuatu yang mengantar atau meneruskan informasi (pesan) antara sumber
(pemberi pesan) dan penerima pesan. Sedangkan menurut AECT
(1977:162) media dapat diartikan sebagai suatu bentuk dan saluran yang
dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi. Media merupakan
segala sesuatu yang dapat diindra yang berfungsi sebagai perantara, sarana,
alat untuk proses komunikasi belajar mengajar (Rohani, 1997:2-3).
Dari pengertian beberapa ahli mengenai definisi media pembelajaran
dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat merangsang
perhatian, minat pikiran, dan perasaan pembelajar (siswa) dalam kegiatan
belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Media pembelajaran
memiliki fungsi yang sangat penting yaitu sebagai pembawa informasi dan
pencegah terjadinya hambatan proses pembelajaran, sehingga informasi
atau pesan dari komunikator dapat sampai kepada komunikan secara efektif
dan efesien. Selain itu, media pembelajaran merupakan unsur atau
komponen sistem pembelajaran maka media pembelajaran merupakan
media integral dari pembelajaran. Ada beberapa batasan atau pengertian
tentang media pembelajaran yang disampaikan oleh para ahli. Dari batasan-

7
batasan tersebut, dapat dirangkum bahwa media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang menyangkut software dan hardware yang dapat digunakan
untuk meyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar ke pebelajar
(individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa sehingga proses belajar (di
dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.

2. Pengertian Media Gambar


I Made Tegeh, (2008) mengatakan bahwa media grafis atau graphic
material adalah suatu media visual yang menggunakan titik-titik, garis-
garis, gambar-gambar, tulisan, atau symbol visual yang lain dengan maksud
untuk menikthisarkan, menggambarkan, dan merangkum suatu ide, data
kejadian. Batasan tersebut memberi gambaran bahwa media grafis
merupakan media dua dimensi yang dapat dinikmati dengan menggunakan
indra pengelihatan. Bentuk umum dari media gambar terangkum dalam
pengertian dari media grafis. Karena media gambar merupakan bagian dari
pembuatan media grafis. Sebelum kita nengetahui lebih lanjut mengenai
media gambar ada baiknya kita mengetahui lebih dahulu pengertian dari
media grafis.
Berdasarkan pengertian media grafis di atas kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa memang benar media gambar merupakan bagian yang
utuh dari media grafis tersebut karena pada dasarnya media gambar
merupakan kumpulan dari beberapa titik dan garis yang memvisualisasikan
gambar sebuah benda atau seorang tokoh yang dapat memperjelas kita
dalam memahami benda atau tokoh tersebut.
Yang dimaksud media gambar dilihat dari pandangan media grafis
adalah gambar-gambar hasil lukisan tangan, hasil cetakan, dan hasil karya
seni fotografi. Penyajian obyek dalam bentuk gambar dapat disajikan
melalui bentuk nyata maupun kreasi khayalan belaka sesuia dengan bentuk
yang pernah dilihat oleh orang yang menggambarnya. Kemampuan gambar
dapat berbicara banyak dari seribu kata hal ini mempunyai makna bahwa
gambar merupakan suatu ilustrasi yang memberikan pengertian dan

8
penjelasan yang amat banyak dan lengkap dibandingkan kita hanya
membaca dan memberikan suatu kejelasan pada sebuah masalah karena
sifatnya yang lebih konkrit (nyata). Tujuan penggunaan gambar dalam
pembelajaran adalah: (1) menerjemahkan symbol verbal, (2)
mengkonkritkan dan memperbaiki kesan-kesan yang salah dari ilustrasi
lisan. (3) memberikan ilustrasi suatu buku, dan (4) membangkitkan motivasi
belajar dan menghidupkan suasana kelas (I Made Tegeh, 2008).
Media gambar sangat baik digunakan dan diterapkan dalam proses
belajar mengajar sebagai media pembelajaran karena media gambar ini
cenderung sangat menarik hati siswa sehingga akan muncul motivasi untuk
lebih ingin mengetahui tentang gambar yang dijelaskan dan gurupun dapat
menyampaikan materi dengan optimal melalui media gambar tersebut
dalam pembelajaran di SD.

3. Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar


Media yang tepat dan baik digunakan dalam pembelajaran di SD
namun pasti ada saja kekurangan serta kelebihan yang dimiliki oleh media
gambar walaupun media gambar tersebut sebagai sebuah karakteristik dari
media gambar itu sendiri. Dari sumber yang ada, ada beberapa kekurangan
dan kelebihan yang dimiliki oleh media gambar yaitu:
1) Kelebihan Media Gambar:
a. Sifatnya konkrit. Gambar/foto lebih realistis menunjukkan pokok
masalah dibanding dengan media verbal semata.
b. Gambar dapat mengatasai masalah batasan ruang dan waktu. Tidak
semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak
selalu bisa, anak-anak dibawa ke objek tersebut. Untuk itu gambar
atau foto dapat mengatasinya. Air terjun niagara atau danau toba
dapat disajikan ke kelas lewat gambar atau foto. Peristiwa-peristiwa
yang terjadi di masa lampau, kemarin atau bahkan menit yang lalu
kadang-kadang tak dapat dilihat seperti apa adanya. Gambar atau
foto sangat bermanfaat dalam hal ini.
c. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sel

9
atau penampang daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata
telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar.
d. Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk
tingkat usia beberapa saja, sehingga dapat mencegah atau
membetulkan kesalahpahaman.
e. Murah harganya, mudah didapat, mudah digunakan, tanpa
memerlukan peralatan yang khusus.
2) Kekurangan Media Gambar:
a. Penghayatan tentang materi kurang sempurna, karena media gambar
hanya menampilkan persepsi indera mata yang tidak cukup kuat
untuk menggerakkan seluruh kepribadian manusia, sehingga materi
yang akan dibahas kurang sempurna.
b. Gambar atau foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk
kegiatan pembelajaran.
c. Ukuran sangat terbatas untuk kelompok besar.

2.3 Hasil Belajar


KBBI (Online), hasil belajar merupakan penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yg dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan
dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Sedangkan menurut Djamarah (1994:23) hasil belajar sebagai hasil yang
diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri
individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Kalau perubahan tingkah
laku adalah tujuan yang mau dicapai dari aktivitas belajar, maka perubahan
tingkah laku itulah salah satu indikator yang dijadikan pedoman untuk
mengetahui kemajuan individu dalam segala hal yang diperolehnya di sekolah.
Dengan kata lain hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang
dimiliki oleh siswa sebagai akibat perbuatan belajar atau setelah menerima
pengalaman belajar, yang dapat dikatagorikan menjadi tiga ranah, yakni ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor.
Muhibbin Syah (2008) dikutip dari blog http://devamelodica.com
“Pengungkapan hasil belajar meliputi segala ranah psikologis yang berubah

10
sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa”. Namun demikian
pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah, khususnya ranah afektif
sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat
intangible (tidak dapat diraba). Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan
data hasil belajar siswa adalah garis-garis besar indikator dikaitkan dengan jenis
hasil yang hendak diungkapkan atau diukur. Di bawah ini adalah tabel yang
menunjukan jenis, indikator dan cara evaluasi belajar:
Tabel 01 : Jenis, Indikator dan Cara Evaluasi Hasil

Ranah/Jenis hasil Indikator Cara Evaluasi


A. Ranah Kognitif
1. Pengamatan 1. dapat menunjukkan 1. tes lisan
2. dapat membandingkan 2. tes tertulis
3. dapat menghubungkan 3. observasi
2. Ingatan 1. dapat menyebutkan 1. tes lisan
2. dapat menunjukan 2. tes tertulis
kembali 3. observasi
3. Pemahaman 1. dapat menjelaskan 1. tes lisan
2. dapat mendefinisikan 2. tes tertulis
dengan lisan sendiri
4. Penerapan 1. dapat memberikan contoh 1. tes tertulis
2. dapat menggunakan secara 2. pemberian tugas
tepat 3. observasi
5. 1. dapat menguraikan 1. tes tertulis
Analisis (pemeriksaan 2. dapat mengklasifikasikan 2. pemberian tugas
dan pemilahan secara
teliti)
6. Sintesis (membuat 1. dapat menghubungkan 1. tes tertulis
panduan baru dan 2. dapat menyimpulkan 2. pemberian tugas
utuh) 3. dapat menggeneralisasi
B. Ranah Rasa/Afektif
1. Penerimaan 1. menunjukan sikap 1. tes tertulis
menerima 2. tes skala sikap
2. menujukan sikap menolak 3. observasi
2. Sambutan 1. kesediaan 1. tes tertulis
berpartisipasi/terlibat 2. tes skala sikap
2. kesediaan memanfaatkan 3. observasi
3. Apresiasi (sikap 1. menganggap 1. tes skala
menghargai) penting dan bermanfaat penilaian/sikap
2. menganggap indah dan 2. pemberian tugas
harmonismengagumi 3. observasi

11
4. Internalisasi 1. mengakui dan meyakini 1. tes skala sikap
(pendalaman) 2. mengingkari 2. pemberian tugas
ekspresif (yang
menyatakan sikap)
dan proyektif (yang
menyatakan
perkiraan ramalan)
3. observasi
5. Karakteristik 1. melembagakan atau 1. pemberian tugas
(penghayatan) meniadakan ekspresif dan
2. menjelmakan dalam proyektif
pribadi dan perilaku 2. observasi
sehari-hari
C. Ranah Karsa/ Psikomotor
1. Keterampilan 1. mengkoordinasikan gerak 1. observasi
bergerak dan mata, tangan, kaki dan 2. tes tindakan
bertindak anggota tubuh lainnya
2. Kecakapan ekspresi 1. mengucapkan 1. tes lisan
verbal dan nonverbal 2. membuat mimik dan 2. observasi
gerakan jasmani 3. tes tindakan

Sumber: Muhibbin Syah, (2002) dalam http://devamelodica.com

Menurut Purwanto (2000:102) hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa


faktor, antara lain: (1) faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang dapat
disebut faktor individual, seperti kematangan/pertumbuhan, kecerdasan,
latihan, motivasi, dan faktor pribadi, (2) faktor yang ada diluar individu yang
disebut faktor sosial, seperti faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan
cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar-mengajar,
lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.
Hasil belajar sangat vital dalam dunia pendidikan, mengingat hasil
belajar itu dapat berperan sebagai hasil penilaian dan sebagai alat motivasi.
Adapun peran sebagai hasil penilaian dan sebagai alat motivasi diuraikan
seperti berikut : 1) Hasil belajar adalah hasil penilaian pendidikan tentang
kemajuan hasil siswa setelah melakukan aktivitas belajar. Ini berarti hasil
belajar tidak akan bisa diketahui tanpa dilakukan penilaian atas hasil aktivitas
belajar siswa; 2) hasil hasil belajar bukan saja untuk mengetahui sejauhmana
kemajuan siswa setelah menyelesaikan suatu aktivitas, tetapi yang lebih penting

12
adalah sebagai alat untuk memotivasi setiap siswa agar lebih giat belajar, baik
secara individu maupun kelompok (Sardiman 1988:25).
Dalam pembahasan ini akan dibicarakan mengenai hasil belajar sebagai
hasil penilaian dan pada pembahasan berikutnya akan dibicarakan pula hasil
belajar sebagai alat motivasi. Hasil belajar sebagai hasil penilaian sudah
dipahami. Namun demikian untuk mendapatkan pemahaman, perlu juga
diketahui, bahwa penilaian adalah sebagai aktivitas dalam menentukan
rendahnya hasil belajar itu sendiri.
Bila dilihat lebih dalam dari pendapat di atas, maka hasil belajar
dipengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor dari si pebelajar sendiri atau faktor
dalam diri siswa dan faktor luar. Faktor dalam diri siswa seperti IQ, motivasi,
etos belajar, bakat, keuletan, dan lain-lain sangat berpengaruh pada hasil belajar
siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang, antara lain dari sudut si pebelajar, proses belajar dan
dapat pula dari sudut situasi belajar (Mohammad Surya, 1999).
Penjelasan Surya berikutnya adalah: dari sudut si pembelajar (siswa),
hasil belajar seseorang dipengaruhi antara lain oleh kondisi kesehatan jasmani
siswa, kecerdasan, bakat, minat, motivasi, penyesuaian diri dan kemampuan
berinteraksi siswa. Sedangkan yang bersumber dari proses belajar, maka
kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran sangat menentukan
hasil belajar siswa. Guru yang menguasai materi pelajaran dengan baik,
menggunakan metode dan media pembelajaran yang tepat, mampu mengelola
kelas dengan baik dan memiliki kemampuan untuk menumbuhkembangkan
motivasi belajar siswa untuk belajar, akan memberi pengaruh yang positif
terhadap hasil belajar siswa. Sedangkan situasi belajar siswa, meliputi situasi
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
hasil yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar yang ditandai
dengan perubahan tingkah laku menyangkut ilmu pengetahuan, keterampilan,
dan sikap setelah terjadinya interaksi dengan lingkungan.

13
2.4 Kerangka Berpikir
Kerangkar berfikir pembelajaran metode demonstrasi berbantuan media
gambar adalah :
1. Merumuskan dengan jelas kecakapan dan atau keterampilan apa yang
diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan.
2. Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar
dipergunakan, dan apakah ia merupakan metode yang paling efektif
untuk mencapai tujuan yang dirumuskan.
3. Alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan
mudah, dan sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan
demonstrasi tidak gagal. Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan
demonstrasi dengan jelas.
4. Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apakah tersedia waktu untuk
memberi kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan
dan komentar selama dan sesudah demonstrasi.
5. Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal yang harus diperhatikan:
i. Keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa.
ii. Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap
siswa dapat melihat dengan jelas.
iii. Telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan
seperlunya.
6. Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa. Sering perlu
diadakan diskusi sesudah demonstrasi berlangsung atau siswa mencoba
melakukan demonstrasi.

2.5 Hipotesis Tindakan


Berdasarkan teori yang telah disampaikan, hipotesis tindakan dalam
penelitian ini adalah, Hasil belajar Bahasa Indonesia siswa Kelas V SD No 2
Werdi Bhuwana Tahun Pelajaran 2016/2017 dapat ditingkatkan melalui
penerapan metode demonstrasi berbantuan media gambar.

14
BAB III
METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini langkah-langkah operasional prosedur penelitian


meliputi setting penelitian, subyek dan obyek penelitian, jadwal penelitian,
prosedur penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data, metode
pengambilan keputusan, dan indicator keberhasilan.

3.1 Setting/Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SD No. 2 Werdi Bhuwana. Sekolah ini
terletak di lingkungan Banjar Den Kayu Baleran, Desa Werdi Bhuwana,
Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Lama penelitian adalah
enam bulan yaitu mulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2017. Siswa
yang menjadi sasaran penelitian adalah kelas V yang jumlahnya 20 orang.
Secara umum seluruh siswa memiliki kemampuan cukup baik, hal ini
merupakan potensi yang dapat memudahkan dalam pembelajaran. Secara
substantive dari jumlah siswa tersebut siswa yang memiliki kemampuan
menonjol dalam pemelajaran sehari-hari adalah sangat aktif 3 orang, aktif 4
orang, dan 2 siswa rata-rata sedang, serta 11 anak kurang aktif dalam belajar.
Berbagai karakteristik tersebut, memberikan sinyalemen potensi untuk
penerapan model pembelajaran demontrasi memiliki peluang keberhasilan
cukup kuat. Sementara kendalanya adalah 11 siswa memerlukan perhatian
khusus agar pembelajaran berlangsung optimal.

3.2 Subjek dan Objek Penelitian


Siswa baik putra maupun putri di kelas V SD No 2 Werdi Bhuwana tahun
Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 20 orang terdiri dar 13 orang laki-laki dan
7 orang perempuan dijadikan subjek penelitian ini. Sedangkan obyek penelitian
adalah peningkatan hasil belajar melalui tindakan pembelajaran menggunakan
penerapan metode demontrasi berbantuanan media gambar.

15
3.3 Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai pada bulan Januari dan berakhir di bulan Juni 2017.
Untuk mengetahui gambaran dari pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 02. Jadwal Penelitian
Januari Pebruari Maret April Mei Juni
N
Kegiatan 2017 2017 2017 2017 2017 2017
o
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Penyusunan
proposal dan
1.
pelaksanaan
kegiatan awal
Perencanaan
2.
tindakan I
Pelaksanaan
3.
tindakan I
Pengamatan/
4.
pengumpulan data I
5. Refleksi I
Perencanaan
6.
tindakan II
Pelaksanaan
7.
tindakan II
Pengamatan/pengu
8.
mpulan data II
9. Refleksi II
Penulisan laporan/
10.
penjilidan

3.4 Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian tindakan kelas ini menggunakan rancangan model
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006:74 seperti terlihat pada gambar
berikut.

Perencanaan Pelaksanaan
Permasalahan
Tindakan I Tindakan I

Permasalahan Pengamatan/
Refleksi
baru hasil refleksi Pengumpulan

Perencanaan Pelaksanaan
Tindakan II Tindakan II

Apabila Pengematan/
permasalahan Refleksi II Pengumpulan Data
belum II
Gambarterselesaikan
01. Alur Penelitian Tindakan Kelas (dalam Suharsimi Arikunto,
Suhardjono, Supardi, 2006:74)
Dilanjutkan ke
siklus berikutnya

16
1. Perencanaan
Kegiatan perencanaan diawali dengan mengidentifikasi masalah sehingga
ditemukan masalah utama berupa rendahnya kualitas pertanyaan dimensi
konsep siswa kelas V yang desebabkan oleh rendahnya pengetahuan dasar
siswa. Solusi untuk masalah tersebut dalam pembelajaran diterapkan
pendekatan saintifik teknik teks pesan singkat. Kejelasan masalah dan solusinya
akan berdampak jelasnya instrument yang digunakan dalam penelitian. Adapun
instrument peneltian dalam penelitian ini:
1)Pemetaan silabus untuk menentukan indikator pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas V.
2)Materi pelajaran Bahasa Indonesia kelas V berdasarkan silabus dan
indikator materi pembelajaran.
3)Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan skenario pembelajaran
sesuai langkah-langkah pendekatan penerapan metode demontrasi
berbantuanan media gambar .
4) Instrumen obseravsi tentang aktivitas tindakan guru dan aktivitas siswa.
5)Membuat media/ alat bantu pembelajaran berupa teks pesan singkat yang
memuat materi pelajaran.
6)Instrumen evaluasi untuk validasi kualitas pertanyaan hasil belajar siswa
dalam materi pelajaran.
7)Jurnal untuk pemetaan pelaksanaan tindakan guru dan aktivitas belajar
siswa sehingga dapat disusun kemajuan maupun kelemahan proses
pembelajaran yang dituangkan pada refleksi tindakan.

2. Tindakan Pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran mengikuti langkah-langkah pendekatan metode
demontrasi berbantuanan media gambar. Pelaksanaan pendekatan metode
demontrasi berbantuanan media gambar tidak harus mengikuti langkah-langkah
logis secara berdiri sendiri, artinya pada langkah pertama tidak harus
mengamati saja, langkah kedua tidak hanya menanya, langkah ketiga tidak
hanya mengumpulkan data,langkah keempat tidak hanya mengaosiasi, dan
kelima mengomunikasikan saja.Kelima urutan logis akan digunakan sesuai

17
kebutuhan secara sinergi. Langkah logis pendekatan metode bercerita melalui
penerapan penerapan metode demontrasi berbantuanan media gambar sebagai
berikut: 1) Mengamati, guru membagikan teks pesan singkat kepada siswa,
siswa mengamati isi teks dengan membaca isi teks secara sungguh-sungguh. 2)
Menanya, sejalan dengan kegiatan membaca, maka setelah aktivitas membaca
siswa difasilitasi untuk menanyakan isi materi pelajaran. 3) Mengumpulkan
data, dari pertanyaan yang muncul pada masing-masing siswa, guru
memfasilitasi memilah pertanyaan yang merupakan dimensi konsep. 4)
Mengasosiasi, guru memifasilitasi siswa melakukan asosiasi untuk menyusun
jawaban atas pertanyaan yang telah dipilah. 5) Mengomunikasikan, guru
memfasilitasi siswa mengumunikasikan atau menuturkan kembali jawaban atas
pertanyaan yang telah disusun.

3. Pengamatan dan Evaluasi


Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas pembelajaran meliputi aktivitas
mengajar guru, aktivitas belajar siswa dan dampak dari tindakan pembelajaran
yang lebih diorientasikan pada metode demontrasi. Dalam penelitian ini focus
pertanyaan akan dicari kuantitas dan kualitasnya dari hasil pertanyaan setiap
individu siswa. Evaluasi terhadap kualitas pertanyaan setiap siswa dilakukan
dengan menyesuaikan ketajaman isi atas indicator belajar yang diukur.

4. Refleksi
Kegiatan refleksi didasarkan pada keunggulan dan kelemahan
pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan penerapan metode demontrasi
berbantuanan media gambar . Keunggulan penerapan metode demontrasi akan
digunakan pada setiap pembelajaran dalam penelitian ini, sedangkan
kelemahannya akan menjadi pertimbangan untuk direkomendasikan dalam
rangka perbaikan pada siklus berikutnya. Berdasarkan kegiatan pembelajaran
tahap ini hasil yang diperoleh pada tindakan, observasi dan evaluasi dilakukan
analisis dan temuan terhadap keberhasilan serta kelemahan-kelemahannya untuk
dalakukan refleksi serta perbaikan pada siklus berikutnya.

18
3.5 Metode Pengumpulan Data
Mengumpulkan hasil belajar seperti yang diharapkan dalam penelitian
ini dilakukan dengan tes hasil belajar dengan cara mengumpulkan hasil belajar.
Dalam penelitian ini data yang diperoleh berupa hasil belajar tindakan
pembelajaran dengan penerapan penerapan metode demontrasi berbantuanan
media gambar , teknik pengumpulan datanya menggunakan cara observasi.
Untuk itu dibuat instrument pengumpulan data berupa format observasi
tindakan pembelajaran menggunakan penerapan metode demontrasi
berbantuanan media gambar . Data hasil observasi berupa hasil-hasil rumusan
pertanyaan yang memuat dimensi fakta, konsep, dan prosedur.

3.6 Metode Analisis Data


Data hasil observasi tindakan pembelajaran menggunakan pendekatan
penerapan metode demontrasi berbantuanan media gambar adalah kualitatif,
dan data kualitas pertanyaan dimensi konsep dalam pembelajaran menggunakan
pendekatan penerapan metode demontrasi berbantuanan media gambar adalah
kuantitatif, analisisnya menggunakan cara sederhana yaitu nilai hasil belajara
skor perolehan
Bahasa Indonesia = skor maksimal x 100. Kedua jenis data tersebut ditarik

kesimpulan secara deskriptif kualitatif, membuat interval kelas dan melakukan


penyajian dalam bentuk tabel dan grafik.

3.7 Indikator Keberhasilan Penelitian


Keberhasilan penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam tindakan
proses pembelajaran sebagai dampak dari tindakan guru menerapkan
pendekatan penerapan metode demontrasi berbantuanan media gambar.
Penerapan metode demontrasi berbantuananan media gambar dikategorikan
berhasil apabila minimal 85% aktivitas siswa telah mencapai keaktifan dengan
nilai minimal rata-rata 70,0 sesuai skenario pembelajaran..

19
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Pemaparan data yang diperoleh di lapangan disampaikan secara rinci dan
penjabarannya mengacu pada batasan yang telah dijelaskan pada ahli.
Hasil belajar siswa dikumpulkan dan dianalisis. Dari hasil belajar siswa,
guru mengadakan refleksi untuk mengetahui kekurangan, hambatan dan
kendala berlangsungnya proses pembelajaran. Data yang diperoleh digunakan
sebagai dasar dan acuan bagi untuk mengevaluasi keberhasilan guru dan siswa
selama proses kegiatan belajar mengajar. Untuk perolehan data awal dapat
disampaikan bahwa indikator yang dituntut yaitu siswa mampu mencapai
ketuntasan belajar dengan nilai sama dengan KKM belum tercapai. Pembuatan
soal atau tes disesuaikan dengan model pembelajaran yang digunakan oleh
peneliti yaitu model pembelajaran demonstrasi berbantuan media gambar
Sesuai penjelasan di atas, peneliti menggambarkan hasil penelitian ini
dimulai dari mendeskripsikan data awal yang didapat, perencanaan,
pelaksanaan, hasil observasi dan refleksi yang dilakukan terkait tahapan yang
sudah dilakukan.

1. Hasil Tindakan Pembelajaran Prasiklus


Untuk perolehan data awal dapat disampaikan bahwa indikator yang
dituntut yaitu siswa mampu mencapai ketuntasan belajar dengan nilai sama
dengan KKM belum tercapai. Data yang diperoleh menunjukkan dari 20 siswa
hanya 3 (15 %) orang siswa mendapt nilai diatas KKM, 6 (25 %) orang siwa
mendapat nilai sama dengan KKM dan 11 (55 %) orang siswa belum memenuhi
KKM dan ketuntasan siswa baru mencapai 45 % atau 9 orang siswa. Data
tersebut menunjukkan rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan pembelajaran
yang dilakukan masih bersifat konvensional.

20
Data di atas menunjukkan bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia pada
pembelajaran prasiklus dari 20 siswa. menunjukkan ada 11 orang siswa
11
mendapat nilai di bawah KKM adalah x 100 = 55% , ada 3 orang siswa
20
3
mendapat nilai di atas KKM adalah x 100 = 15%. Dan 6 siswa medapat
20
6
nilai sesuai dengan KKM adalah x 100 = 30%. Ketuntasan hasil belajar
20
9
siswa secara keseluruhan adalah 9 siswa atau x 100 = 45 % Pencapaian
20

tersebut memperoleh predikat sangat kurang.

2. Hasil Tindakan Pembelajaran Siklus I

Pada siklus I diperoleh data dari pelaksanaan penelitian sudah ada 9


(45 % ) siswa mencapai nilai di atas KKM, ada 5 ( 25 % ) yang baru
mencapai nilai rata-rata KKM dan 6 ( 30 % ) siswa yang masih tertinggal.
Ketuntasan belajar siswa pada siklus I baru mencapai 70 % atau 14 orang
siswa. Untuk data ini belum sesuai dengan harapan indikator keberhasilan
penelitian yang dicanangkan yaitu lebih dari 80% siswa mampu mencapai

Data di atas menunjukkan bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia


pada pembelajaran Siklus I dari 20 siswa. ada 6 orang siswa mendapat nilai
6
di bawah KKM adalah 20 x 100 = 30%. , ada 9 orang siswa mendapat nilai
9
di atas KKM adalah x 100 = 45%. Dan 5 siswa medapat nilai sesuai
20
5
dengan KKM adalah x 100 = 25%. Ketuntasan hasil belajar siswa
20
14
secara keseluruhan adalah x 100 = 70 %. Pencapaian tersebut
20

memperoleh predikat belum sesuai dengan harapan


Analisis kuantitatifnya mengingat data yang diperoleh adalah dalam bentuk
angka sebagai berikut :
1420
1. Nilai rata-rata (mean) dihitung dengan = 71
20

2. Untuk persiapan penyajian dalam bentuk grafik maka hal-hal berikut


dihitung terlebih dahulu
a. Banyak kelas ( K ) = 1 +3,3 x Log (N )
= 1 + 3,3 x Log 20

21
= 1 + 3,3 x 1,30
= 1 + 4,29 = 5,29
b. Rentang Kelas ( r ) = 80 – 60 = 20
𝑟 20
c. Panjang kelas interval ( I ) =𝑘 = 5 = 4

3. Tabel 03. Data Kelas Interval Siklus I


Tabel 03. Data Kelas Interval Siklus I
No Nilai Frekuensi Frekuensi
Interval
Urut Tengah Absolut Relatif
1 60-63 60 2 10
2 64-67 65 4 20
3 68-71 70 5 25
4 72-75 75 6 30
5 76-79 0 0 0
6 80-83 80 3 15
Total 20 100

4. Penyajian dalam bentuk grafik/histogram

20
18
16
14
ABSULUT

12
10
8
6
4
5 6
2 2 4 0 3
0
60-63 64-67 68-71 72-75 76-79 80-83
NILAI

Gambar 02. Histogram Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siklus I Siswa Kelas
V SD No 2 Werdi Bhuwana Tahun Pelajaran 2016/2017

22
Deskrifsi Hasil Belajar Siklus I
a. Perencanaan
Pada hari hari Kamis, tanggal 01 Maret 2017 di SD No 2 Werdi Bhuwana
peneliti membuat lembar kerja siswa yang akan ditampilkan dalam.
pembelajaran siklus I untuk menunjang kegiatan belajar mengajar tentang
materi tentang mengenal cara memelihara kesehatan tubuh. Pembuatan
lembar kerja siswa disesuaikan dengan model pembelajaran demonstrasi
berbantuan media gambar.
Pembuatan soal atau tes disesuaikan dengan model pembelajaran
yang digunakan oleh peneliti yaitu model pembelajaran demonstrasi
berbantuan media gambar. Soal tes ini terdiri dari soal kelompok dan soal tes
indidu di akhir kegiatan.

b. Pelaksanaan Tindakan.
Di dalam pelaksanaan tindakan siklus I yaitu pada hari Kamis, tanggal
08 Maret 2017. Sebelum pelaksanaan tindakan guru menjelaskan tahap
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pada saat guru menjelaskan, siswa
kelihatan tegang. Apabila guru memberikan pertanyaan secara lisan kepada
siswa terlihat beberapa siswa diam dan tidak menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh guru hal itu dilihat dari data yang terangkum mengenai
partisipasi siswa, dalam pembelajaran siswa antara lain ;
1) Banyak siswa yang aktif 40 % dari jumlah siswa

2) Banyak siswa yang kurang terlibat dan tidak aktif dalam mengikuti
proses pembelajaran 60% atau 15 siswa.
3) Siswa yang memperoleh nilai > 70 sebanyak 9 dari 25 siswa.
(berdasarkan hasil belajar siswa)
Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa siswa merasa
takut untuk bertanya kepada guru hal itu menyebabkan ketidak aktifan
siswa dalam pembelajaran. Selanjutnya guru dan siswa melaksanakan
skenario yang telah di tentukan , yakni guru menjelaskan mengenal cara
memelihara kesehatan tubuh .

23
c. Refleksi Siklus I
Hasil belajar siswa dikumpulkan dan dianalisis. Dari hasil belajar
siswa, guru mengadakan refleksi untuk mengetahui kekurangan, hambatan
dan kendala berlangsungnya proses pembelajaran. Data yang diperoleh
digunakan sebagai dasar dan acuan bagi untuk mengevaluasi keberhasilan
guru dan siswa selama proses kegiatan belajar mengajar. Hasil belajar siswa
digunakan untuk merencanakan tindakan selanjutnya pada siklus II.

4.1.3 Hasil Tindakan Pembelajaran Siklus II


Pada siklus II diperoleh data dari pelaksanaan penelitian sudah ada
14 (70 % ) siswa mencapai nilai di atas KKM, ada 6 (30 % ) yang baru mencapai
nilai rata-rata KKM dan tidak ada siswa yang masih tertinggal. Ketuntasan
yang dicapai keseluruah adalah 94% dari jumlah siwa. Untuk data ini sudah
sesuai dengan harapan indikator keberhasilan penelitian yang dicanangkan
yaitu lebih dari 80% siswa mampu mencapai keberhasilan sesuai KKM. Hasil
tes hasil belajar siswa siklus II akan dibahas pada refleksi II.
Data di atas menunjukkan bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia
pada pembelajaran siklus II dari 20 siswa. Tidak ada siswa mendapat nilai di
14
bawah KKM. 14 orang siswa mendapat nilai di atas KKM adalah, 20 x 100 =
6
70% dan x 100 = 30% atau 76siswa medapat nilai sesuai dengan KKM
20
20
adalah Ketuntasan hasil belajar siswa secara keseluruhan adalah x 100 =
20

100%. Pencapaian tersebut memperoleh predikat sangat baik.

Analisis kuantitatif pada siklus II sebagai berikut:


1540
1. Rata-rata (mean ) = = 77
20

2. Untuk persiapan penyajian dalam bentuk grafik maka hal-hal berikut dihitung
terlebih dahulu
a. Banyak kelas ( K ) = 1 +3,3 x Log (N )
= 1 + 3,3 x Log 20
= 1 + 3,3 x 1,30
= 1 + 4,29 = 5,29

24
b. Rentang Kelas ( r ) = 90 – 70 = 20
𝑟 20
c. Panjang kelas interval ( I ) =𝑘 = 5 = 4

3. Tabel 04. Data kelas interval siklus II

No Nilai Frekuensi Frekuensi


Interval
Urut Tengah Absolut Relatif
1 70-73 70 6 30
2 74-77 75 5 25
3 78-81 80 6 30
4 82-85 85 1 5
5 86-89 0 0 0
6 90-93 90 2 10
Total 20 100

4. Penyajian dalam bentuk grafik /Histogram

20
18
16
5. 14
ABSULUT

12
10
8
6
4 6 6
2 5 0
0
1 2
70-73 74-77 78-81 82-85 86-89 90-93
NILAI

Gambar 03. Histogram Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siklus II Siswa Kelas V
SD No 2 Werdi Bhuwana Tahun Ajaran 2016/2017

Deskrifsi Hasil Belajar Siklus II


a. Perencanaan
Berdasarkan refleksi pada siklus I disusunlah rencana tindakan
perbaikan atas kekurangan-kekurangan yang ditemukan. Rencana tindakan ini
merupakan persiapan untuk melakukan tindakan sehingga pada saat

25
melaksanakan tindakan tidak mengalami hambatan dan kesulitan. Adapun
rencana tindakan ke dua adalah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), instrumen berupa lembar kerja siswa, Lembar hasil belajar sebagai alat
penilaian, lembar pengamatan guru, dan siswa serta alat peraga yang relevan.
Perencanaan siklus II peneliti akan lasanakan pada hari Rabu, 04 April 2017
pukul 08.10 – 09.20 di SD No 2 Werdi Bhuwana

b. Pelaksanaan tindakan

Tahap pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 11 April


2017 pukul 08.10 – 09.20 di kelas V semester II yang bertempat di SD No.
2 Werdi Bhuwana yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh dua orang
teman sejawat sebagai pengamat siswa serta dukungan kepala sekolah.
Adapun langkah-langkah yang dilaksanakan dalam siklus II adalah
sebagai berikut.
a. Apersepsi memunculkan pengetahuan awal siswa mengenai materi yang
akan dipelajari.
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
c. Siswa dibagi kedalam kelompok diskusi, setiap kelompok terdiri dari 5.
d. Siswa diberikan penjelasan oleh guru mengenai cara pelaksanaan
diskusi.
e. Siswa mendiskusikan materi pembelajaran yang telah dibagikan
f. Salah satu siswa perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi.
g. Siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi.
h. Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai cara memelihara
kesehatan tubuh
i. Siswa diberikan lembar kerja siswa.
j. Siswa dan guru membahas lembar kerja siswa yang telah dikerjakan
siswa.
k. Memberikan evaluasi dan menganalisis hasil evaluasi.

26
c. Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus II
Hasil belajar dikumpulkan dan dianalisis. Ternyata pada siklus II, siswa
kelas V SD No 2 Werdi Bhuwana semua sudah tuntas hasil belajarnya atau
semua siswa menguasai materi pelajaran dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari
hasil siswa dalam pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia semakin
tinggi. Melalui penerapan model pembelajaran demonstrasi berbantuan media
gamabar, pembelajaran bahasa indonesia menjadikan kemampuan guru dalam
menyampaiakan materi pelajaran semakin baik, sehingga guru merasa lebih
menguasai pelaksanaan proses belajar mengajar dan siswa mengikuti
pembelajaran dengan menyenangkan.

4.2 Pembahasan
1. Sebelum Perbaikan Pembelajaran
Hasil belajar Bahasa Indonesia pada pembelajaran prasiklus dari 20
siswa. menunjukkan ada 11 orang siswa mendapat nilai di bawah KKM
11
adalah x 100 = 55% , ada 3 orang siswa mendapat nilai di atas KKM
20
3
adalah x 100 = 15%. Dan 6 siswa medapat nilai sesuai dengan KKM
20
6
adalah 20 x 100 = 30%. Ketuntasan hasil belajar siswa secara keseluruhan
9
adalah 9 siswa atau x 100 = 45 % Pencapaian tersebut memperoleh
20

predikat sangat kurang.


a. Konsep yang dijelaskan guru kepada siswa bersifat abstrak.
b. Guru tidak memanfaatkan media pembelajaran yang sesuai dengan
perkembangan siswa.
Karena kegagalan dalam pembelajaran tersebut di atas, maka
peneliti melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus I.
2. Perbaikan Pembelajaran Siklus I

Pada siklus I diperoleh hasil belajar Bahasa Indonesia pada


pembelajaran Siklus I dari 20 siswa. ada 6 orang siswa mendapat nilai di
6
bawah KKM adalah x 100 = 30%. , ada 9 orang siswa mendapat nilai
20
9
di atas KKM adalah 20
x 100 = 45%. Dan 5 siswa medapat nilai sesuai

27
5
dengan KKM adalah x 100 = 25%. Ketuntasan hasil belajar siswa
20
14
secara keseluruhan adalah x 100 = 70 %. Pencapaian tersebut
20

memperoleh predikat belum sesuai dengan harapan. Untuk data ini belum
sesuai dengan harapan indikator keberhasilan penelitian yang dicanangkan
yaitu lebih dari 80% siswa mampu mencapai keberhasilan sesuai KKM.
Peneliti merefleksi sebab-sebab kegagalan dalam perbaikan pembelajaran
siklus I, ternyata dapat disimpulkan sebagai berikut.
a. Jumlah kelompok diskusi terlalu banyak.
b. Guru kurang memberikan motivasi kepada siswa.
Pada pembelajaran inquiri, siswa yang pasif tidak peduli pada
pembelajaran, ada siswa yang bermain-main sendiri atau memperhatikan
sesuatu di luar kelas sehingga berakibat kegagalan dalam pembelajaran.
Dengan masih adanya siswa yang gagal dalam perbaikan pembelajaran
siklus I maka peneliti masih perlu melaksanakan perbaikan pembelajaran
siklus II.

3. Perbaikan Pembelajaran Siklus II

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu


hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas
daripada itu, yakni mengalami hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil
latihan, melainkan perubahan kelakuan (Hamalik, 1994 : 36 ). Pada siklus
II peneliti menggunakan metode diskusi dengan jumlah tiap kelompok
diskusi adalah 5 siswa. Selain itu peneliti juga menggunakan media dalam
proses pembelajaran di siklus II ini. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli
tentang penggunaan media pembelajaran atau alat peraga dapat membantu
siswa dalam proses pembelajaran.
Alat peraga adalah alat bantu untuk menunjukkan kreatifitas guru maupun
siswa, sehingga dengan menggunakan alat peraga diharapkan dapat
memperlancar serta meningkatkan proses belajar.

28
Peneliti memperoleh hasil belajar Bahasa Indonesia pada
pembelajaran siklus II dari 20 siswa. Tidak ada siswa mendapat nilai di
bawah KKM. 14 orang siswa mendapat nilai di atas KKM adalah,
14 6
x 100 = 70% dan 20 x 100 = 30% atau secara cara keseluruhan adalah
20
20
x 100 = 100%. Pencapaian tersebut memperoleh predikat sangat baik.
20

Melihat hasil yang telah diperoleh maka peneliti tidak melakukan

perbaikan pembelajaran siklus III pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di

kelas V SD No 2 Werdi Bhuwana Tahun Pelajaran 2016/2017.

29
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengamatan dapat disimpulkan bahwa


hasil belajar Bahasa Indonesia siswa Kelas V SD No 2 Werdi Bhuwana tahun
pelajaran 2016/2017 dapat ditingkatkan melalui penggunaan metode
demontrasi berbantuan media gambar, dengan pencapain nilai pada siklus I
rata-rata 71 dan ketuntasan 70 %, meningkat pada siklus II menjadi rata-rata
77 dan ketuntasan 100%

5.2 Saran
1. Agar para guru Sekolah Dasar menerapkan metode demontrasi
berbantuanan media gambar pada karakteristik materi yang relevan.
2. Agar peneliti lainnya melakukan penelitian pada substansi menalar dan
mengomunikasikan, karena pada bagian ini pembelajarannya belum
optimal.
3. Agar kepala sekolah mensosialisasikan hasil penelitian ini untuk
diimplementasikan dalam mewujudkan proses pendidikan dan
pembelajaran bermutu.

30
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.


Jakarta: PT Bumi Aksara.

Depdiknas, 2009. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat Sekolah


Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Hindu.BSNP.Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal
Mandikdasmen Direktorat Pembinaan TK Dan SD. Jakarta.

Djamarah dan Zein. 1994. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara,


Jakarta.
Djamarah dan Zein. 2006. Strategi belajar mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

Gagne, Robert M. 1977. The Conditions of Learning. Third Edition. New York:
Holt, Reinhart and Winston.

Miles, Matthew, B. Dan A. Michael Hubberman. 1992. Analisis Data Kualitatif.


Terjemahan Tjetjep Roheadi Rohidi. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.

Mohamad Surya. 1999. Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja


Rosda Karya.

Muhibin Syah. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung :


PT. Remaja Rosda Karya.

Purwanto, Ngalim. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Sadiman, 2002. Media Pembelajaran dan Proses Belajar Mengajar, Pengertian


Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta : Raja Grafindo Persada

Sardiman, A.M. 1988. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar Pedoman bagi


Guru dan Calon Guru.Jakarta: Rajawali Pers.

Tegeh, I Made. 2008. Media Pembelajaran. Singaraja : Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Negeri Singaraja

http://devamelodica.com/teori-hasil -belajar-untuk-skripsi-pendidikan-lengkap-
dengan-daftar-pustaka/

http://kbbi.web.id/hasil

http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=797&Ite
mid=81.

31

Anda mungkin juga menyukai