Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Pendidikan Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan
mau pun tulisan, serta untuk menumbuhkan apresiasi terhadap karya kesastraan
Indonesia.
Bahasa Indonesia termasuk kedalam mata pelajaran untuk tingkat Sekolah Menengah
Pertama (SMP) yang penting untuk dipelajari. Untuk memperoleh pemahaman dan
penguasaan dalam mempelajari Bahasa Indonesia diperlukan usaha yang terencana untuk
membantu perkembangan potensi dan kemampuan pemahaman peserta didik terutama
dalam bidang komunikasi. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan pada kegiatan
yang mendorong peserta didik belajar secara aktif, baik fisik, maupun sosial untuk
memahami konsep pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia di
dalam kelas diharapkan keterlibatan aktif seluruh peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran, menemukan sendiri pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya.
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP St,Ignasius selama masa pandemi Covid 19
sering sekali mengalami kendala sehingga untuk menciptakan pembelajaran yang aktif
tidak dapat berlangsung dengan baik. Salah faktor penyebanya akibat model dan media
pembelajaran yang masih kurang sesuai dengan keadaan anak didik. Hasil belajarpun
masih rendah. Berdasarkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IX-1 dalam
Penilaian Harian 1 Tengah Semester (T.P. 2022/2021 rata-rata hanya sebatas KKM 75
dengan ketuntasan 57 %. Nilai rata-rata siswa yang masih sebatas KKM 75 dapat lebih
ditingkatkan lagi sehingga dapat mencapai kriteria yang diharapkan,yaitu di atas KKM
dan ketuntasan dapat mencapai 100 %.
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah menerapkan model pembelajaran
Discovery Learning dan media pembelajaran digital yang menarik dan sesuai dengan
materi yang akan diberikan. Hal itu tentu membawa pengaruh yang baik terutama di
SMP St. Ignasius juga diberlakukan sistem pembelajaran digital. Selain Learning
Management System yang telah disediakan di sekolah, guru Bahasa Indonesia juga harus
dapat menggunakan model pembelajaran, media dan aplikasi yang sesuai dan tidak
membosankan.

1
Berdasarkan atas uraian tersebut, maka dianggap perlu untuk dilaksanakannya
penelitian tindakan kelas yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
dengan Model Discovery Learning Melalui Media Gather Town di SMP St.Ignasius”
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang telah dipaparkan di atas,
maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang mendukung penelitian ini sebagai
berikut:
1. Model dan media pembelajaran yang masih kurang sesuai dengan keadaan anak didik.
2. Rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia siswa.
3.Siswa cenderung pasif dan kurang memberi respon dalam kegiatan pembelajaran
daring.
1.3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penelitian tindakan kelas ini membatasi
pada masalah rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia siswa. Upaya untuk
meningkatkan hasil belajar siswa melalui implementasi model pembelajaran Discovery
Learning melalui Media Gather Town.
1.4. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : “Apakah ada
Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Menggunakan Model Discovery Learning
Melalui Media Gather Town di kelas IX SMP St.Ignasius ?”
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui hasil belajar
Bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning
melalui Media Gather Town pada siswa kelas IX SMP St.Ignasius.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin diperoleh pada penelitian ini adalah:
1. Bagi sekolah: hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi
untuk menerapkan model dan media pembelajaran yang inovatif di sekolah
agar meningkatkan kuliatas pembelajaran.
2. Bagi guru: hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam menentuakan model
dan media pembelajaran yang inovatif untuk memperbaiki kualitas
pembelajaran agar peserta didik aktif dalam proses pembelajaran sehingga
meningkatkan hasil belajar peserta didik.

2
3. Bagi Peserta didik: peserta didik mendapatkan pengalaman yang baru dalam
belajar Bahasa Indonesia setelah diterapkannya model pembelajaran Discovery
Learning melalui Media Gather Town .
4. Bagi Peneliti: dapat menambah wawasan dan pengalaman serta terampil dalam
memilih dan melaksankan model pembelajaran yang efektif bagi peserta didik.

3
BAB II
KAJIAN TEORETIS

2.1. Hasil Belajar


2.1.1. Pengertian hasil belajar
Menurut Syamsuduha. St dan Muh. Rapi (2012 :21 ) lebih lanjut mengatakan
mengenai hasil belajar sebagai berikut:
Hasil belajar dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan Peserta didik yang
berkaiatan dengan aspek–aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar Peserta
didik dalam bidang studi tertentu dapat diketahui dengan melakukan pengukuran yang
dikenal dengan istilah pengukuran hasil belajar. Pengukuran hasil belajar ialah suatu
tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauhmana tujuan intruksional dapat dicapai
oleh Peserta didik setelah menampilkan proses belajar mengajar. Berdasarkan
pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dipahami bahwa
hasil belajar adalah ukuran yang menyatakan seberapa jauh tujuan pembelajaran yang
telah dicapai.

Hasil belajar Peserta didik pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dari tahu menjadi
tidak tahu, seperti telah dijelaskan dimuka. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor (Sudjana, 2014).

2.1.2. Faktor–Faktor yang Memengaruhi Hasil belajar


Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan perubahan tingkah laku yang dapat dilihat dari perilakunya baik perilaku dalam
aspek pengetahuan, aspek sikap dan aspek keterampilan. Menurut Suryabrata (dalam St.
Syamsudduha dan Muh. Rapi, 2012) faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar di
tinjau dari berbagai aspek sebagai berikut :
Faktor internal adalah faktor yang timbul dari diri individu, baik sebagai pendidik
maupun sebagai peserta didik. Kedua unsur ini sangat berpengaruh terhadap hasil
belajar. Keduanya merupakan unsur yang tak terpisahkan dalam kegiatan individu.
Yang termasuk faktor intenal yaitu Aspek fisiologi (yang bersifat jasmani), Aspek
psikologis (yang besifat rohani). Faktor Eksternal Yang tergolong faktor eksternal
adalah: (a) Lingkungan sosial yang terdiri atas: lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, masyarakatdan kelompok, (b) Lingkungan non-sosial yang terdiri atas :
lingkungan sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga Peserta didik dan
letaknya, alat–alat belajar.
2.2. Model Pembelajaran

4
2.2.1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar siswa dan gaya
mengajar guru. Melalui model pembelajaran, guru dapat membantu siswa untuk
mendapatkan informasi, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan idennya. Menurut
Trianto (2007, hlm.1) mengemukakan bahwa : “Model pembelajaran adalah suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
tutorial”.
Sedangkan menurut Joyce dalam Kindy (2015 : 15) bahwa Model pembelajaran
adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film,
komputer, kurikulum, dan lain-lain.Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancangan
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
2.2.2. Ciri-Ciri Model Pembelajaran
Melihat dari penjelasan di atas dapat diperoleh bahwa model pembelajaran
merupakan suatu stategi untuk menggambarkan prosen belajar mengajar di dalam sehingga
dapat memudahkan Peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Sebagai
contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen dan berdasarkan
teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok
secara demokratis.
b) Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir induktif
dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.
c) Dapat dijadikan pedoman untuk perbagian kegiatan belajar mengajar di
kelas,misalnya model Synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam
pelajaran mengarang.
d) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan : (1) urutan langkah-langkah
pembelajaran (syntax); (2) adanya prinsip-prinsip reaksi; (3) sistem sosial; dan (4)
sistem pendukung, keempat bagian tersebut merukana pedoman praktis bila guru
akan melaksanakan suatu model pembelajaran.

5
e) Memiliki dampak sebagain akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut
meliputi; (1) Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur; (2)
Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
f) Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model
pembelajaran yang dipilihnya (Rusman, 2013).

2.3. Model Pembelajaran Discovery Learning


Mulyasa (Illahi, 2012: 32) mendefinisikan Discovery Learning sebagai model
pembelajaran yang menekankan pada pengalaman langsung di lapangan, tanpa harus selalu
bergantung pada teori-teori pembelajaran yang ada dalam pedoman buku.
Bruner (Schunk, 2012: 372) mengatakan bahwa Discovery Learning mengacu pada
penguasaan pengetahuan untuk dirinya sendiri dengan cara perumusan dan pengujian
hipotesis-hipotesis, bukan sekedar membaca dan mendengarkan penjelasan dari guru
melainkan dengan penalaran induktif. Penalaran induktif berarti siswa mempelajari contoh-
contoh spesifik dahulu, setelah itu barulah merumuskan aturan-aturan, konsep-konsep dan
prinsip-prinsip umum.
Menurut Kurniasih & Sani (2014: 64) discovery learning didefinisikan sebagai
proses pembelajaran yang terjadi bila materi pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk
finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Discovery Learning ini menekankan agar siswa mampu menemukan informasi dan
memahami konsep pembelajaran secara mandiri berdasarkan kemampuan yang dimilikinya
namun tidak tanpa bimbingan dan pengawasan guru agar pembelajaran yang mereka
dapatkan terbukti benar.
2.3.1. Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning
Menurut Syah (2004: 244) dalam mengaplikasikan metode discovery learning di kelas, ada
beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum
sebagai berikut.
a. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan) Menurut Syah (2004: 244) stimulasi pada
tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal
ini Bruner memberikan stimulation dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan peserta didik pada kondisi
internal yang mendorong eksplorasi.

6
b. Problem Statement (Pernyataan/Indentifikasi Masalah) Menurut Syah (2004: 244) tahap
ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi dan
menganalisa permasalahan yang mereka hadapi, hal ini merupakan teknik yang berguna
dalam membangun peserta didik agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.
c. Data Collection (Pengumpulan Data) Menurut Syah (2004: 244) data collection pada
tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis, dengan demikian peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan
(collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek,
wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
Konsekuensi dari tahap ini adalah peserta didik belajar secara aktif untuk menemukan
sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara
tidak disengaja peserta didik menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah
dimiliki.
d. Data Processing (Pengolahan Data) Menurut Syah (2004: 244) pengolahan data
merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik
baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Data processing
disebut juga dengan pengkodean coding/kategorisasi yang berfungsi sebagai
pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut peserta didik akan
mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/penyelesaian yang perlu
mendapat pembuktian secara logis.
e. Verification (Pembuktian) Menurut Syah (2004: 244) pada tahap ini peserta didik
melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis
yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing.
Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif jika peserta didik diberikan kesempatan untuk menemukan suatu konsep, teori,
aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau
hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau
tidak, apakah terbukti atau tidak.
f. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi) Menurut Syah (2004: 244) tahap
generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat
dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama,
dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi, maka dirumuskan
prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan peserta didik

7
harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan
pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari
pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari
pengalaman-pengalaman itu.

2.3.2. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Discovery


Learning
Berikut ini disajikan tabel sintaks model pembelajaran discovery learning yang akan
digunakan dalam pembelajaran ini berdasarkan Kemendikbud (2013: 104).
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Discovery Learning
NO Tahap Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
1 Stimulasi (Stimulation/ Pada tahap ini peserta didik dihadapkan pada
Pemberian Rangsangan) sesuatu yang menimbulkan rasa ingin tahu agar
timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.
Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu peserta didik dalam
mengeksplorasi bahan. Alternatif kegiatan
pembelajaran yang bisa dilakukan guru antara lain:
mengelompokkan peserta didik ke dalam beberapa
kelompok, memberikan beberapa fenomena kepada
peserta didik untuk diamati guna memancing sikap
kritis dan ketelitian peserta didik.
2 Identifikasi/ Pernyataan Setelah dilakukan stimulasi, langkah selanjutnya
Masalah (Problem adalah guru memberi kesempatan kepada peserta
Statement) didik dalam kelompok untuk mengidentifikasi
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,
kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan
dalam bentuk hipotesis yang umumnya dirumuskan
dalam bentuk pertanyaan. Alternatif kegiatan yang
bisa dilakukan guru antara lain: memberi
kesempatan kepada peserta didik dalam kelompok

8
untuk mengidentifikasi masalah yang relevan,
kemudian peserta didik membuat pertanyaan dari
masalah tersebut, jika tidak ada yang bertanya maka
guru memberikan pertanyaan pancingan.
3 Pengumpulan Data (Data Pada tahap ini, guru memberi kesempatan kepada
Collection) peserta didik untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya yang relevan sebagai bahan
menganalisis dalam rangka menjawab pertanyaan
atau hipotesis di atas. Alternatif kegiatan yang bisa
dilakukan guru antara lain: guru membimbing
peserta didik dalam kelompok untuk mengumpulkan
informasi yang ada pada permasalahan yang telah
diberikan.
4 Pengolahan Data (Data Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data
Processing) atau informasi yang telah diperoleh peserta didik,
baik melalui wawancara, pengamatan, pengukuran,
dan lain sebagainya, lalu ditafsirkan. Alternatif
kegiatan yang bisa dilakukan guru antara lain: guru
membimbing peserta didik mengolah data atau
informasi yang telah diperoleh pada tahap
sebelumnya
5 Pembuktian Pada tahap ini, peserta didik dalam kelompok
(Verification) melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang
ditetapkan tadi dengan temuan alternatif,
dihubungkan dengan hasil pengolahan data.
Alternatif kegiatan yang bisa dilakukan guru antara
lain: guru membimbing peserta didik untuk
membuktikan benar atau tidaknya informasi yang
diperoleh pada tahap sebelumnya dengan mencoba
mengaplikasikan hasil temuannya ke dalam soal dan
peserta didik diminta untuk mempresentasikan hasil
temuannya.
6 Generalisasi/ Menarik Generalisasi sebagai proses menarik sebuah

9
Kesimpulan kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan
(Generalization) berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang
sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.
Alternatif kegiatan yang bisa dilakukan guru antara
lain: guru membimbing peserta didik untuk menarik
kesimpulan dari temuan mereka dengan bahasanya
sendiri.
2.4. Media Pembelajaran
Sadiman (2008: 7) menjelaskan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan. Dalam hal
ini adalah proses merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian
siswa sehingga proses belajar dapat terjalin. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan oleh guru
sebagai alat bantu mengajar. Dalam interaksi pembelajaran, guru menyampaikan pesan
ajaran berupa materi pembelajaran kepada siswa.
Selanjutnya Schramm (dalam Putri, 2011: 20) media pembelajaran adalah
teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi
media pembelajaran adalah alat bantu yang dapat digunakan untuk pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan pengertian media
pembelajaran sebagai alat bantu mengajar untuk menyampaikan materi agar pesan lebih
mudah diterima dan menjadikan siswa lebih termotivasi dan aktif.

2.5. Media Gather Town


Gather Town merupakan aplikasi virtual meeting yang dapat digunakan dalam
pembelajaran. Aplikasi tersebut merupakan sebuah platform yang menggabungkan video
call dengan peta 2 D, memungkinkan pengguna berjalan-jalan dan berbicara dengan
orang lain.
Platform Gather Town dikembangkan oleh perusahaan Gather Presence Inc. yang
awalnya bernama Online Town pada saat kemunculan perdananya. Gather Town awalnya
dibuat oleh tiga orang, yaitu Kumail Jaffer, Phillip Wang, dan Cyrus Tabrizi, kemudian
resmi rilis pada 3 April 2021.
Kelebihan Gather Town dibandingkan Zoom dan Google Meet adalah
memposisikan sebagai platform yang tidak sekedar digunakan hanya untuk virtual
meeting. Pengguna Gather Town akan diajak seolah-olah sedang bermain game saat

10
melakukan virtual meeting. Hal ini tentu akan membuat pembelajaran semakin aktif dan
tidak membosankan. Siswa juga dapat bergabung dalam satu kelompok tertentu sehingga
suasana seperti tatap muka, kemampuan berkomunikasi anak-anak juga dapat kita
tingkatkan

11
2.6. Kerangka Berpikir
Untuk tercapainya tujuan pembelajaran, maka aktivitas guru dan peserta didik
sebagai pelaku utama dalam kegiatan belajar mengajar mutlak memiliki pengaruh yang
signifikan. Aktivitas guru yang mampu membangkitkan aktivitas dan kreatifitas peserta
didik, sehingga kegiatan belajar mengajar berlangsung dinamis. Peserta didik yang aktif
mendengar, berfikir, bertanya, menjawab, menanggapi pertanyaan adalah salah satu bukti
keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Agar memperoleh hasil belajar yang berkualitas, maka proses pembelajaran harus
diranca dengan baik dan berkualitas dengan memperhatikan tingkat berpikir yang akan
dipelajari dan dilatihkan. Rancangan proses pembelajaran yang baik adalah rancangan
pembelajaran yang menggunakan indikator belajar sebagai rambu-rambu dalam
pencapaian hasil. Indikator yang dirumuskan sacara baik dapat digunakan untuk
mendeteksi sejauh mana hasil belajar dapat dicapai. Mengalami langsung apa yang sedang
dipelajari akan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan guru
menerangkan.
Salah satu butir dari kode etik Keguruan yang berbunyi : “ Guru Menciptakan
suasana sekolah sebaik – baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar”.
Oleh sebab itu, guru harus aktif mengusahakan suasana yang baik itu dengan berbagai
cara, baik dengan pengunaan metode mengajar yang sesuai, maupun dengan menyediakan
alat belajar yang cukup, serta pengaturan organisasi kelas yang mantap, ataupun
pendekatan yang lainnya yang diperlukan( Soetjipto,2009 : 51 )
Menurut E, Mulyasa ( 2005: 91 ), Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru
untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi
gangguan dalam pembelajaran.Dengan suasana kelas yang menyenangkan maka minat dan
motivasi dalam pembelajaran sehingga akan mendorong siswa bekerja keras untuk
meningkatkan pengetahuannya dan meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajarnya.
Media pembelajaran digunakan sebagai alat bantu untuk mempermudah dan membantu
tugas guru dalam menyampaikan materi pelajaran dan mengefektifkan serta
mengefisienkan anak didik dalam memahami materi yang diajarkan.
Situasi Pandemi Covid 19 yang sedang berlangsung, membuat dunia pendidikan
harus berbenah dengan cepat dan beralih pada pembelajaran digital. Jika model
pembelajaran dan media pembelajaran yang diberikan tidak mengutamakan keaktifan
siswa, maka pembelajaran akan terasa membosankan dan tidak menarik sehingga minat
siswa dalam mengikuti pembelajaran menjadi rendah.

12
Pendidik harus mampu menggunakan model pembelajaran dan media pembelajaran
digital yang sesuai dengan materi pembelajaran yang diberikan. Hal ini tentu akan
menambah semangat siswa untuk mengikuti pembelajaran yang kita berikan, terutama
ketika situasi dalam pembelajaran sangat terbatas.Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia,
hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap keaktifan siswa sehingga dapat meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan dalam pelajaran Bahasa Indonesia.
Hal ini menunjukkan bahwa jika mengajar dengan banyak
berceramah,menggunakan media pembelajaran yang tidak sesuai maka tingkat
pemahaman peserta didik hanya 20%, tetapi jika peserta didik diminta untuk melakukan
sesuatu sambil mengkomunikasikan, model dan media pembelajaran yang diberikan juga
kreatif, maka tingkat pemahaman peserta didik dapat mencapai sekitar 80%. Pada
dasarnya semua anak memiliki potensi untuk mencapai kompetensi sehingga perlu adanya
kreatifitas guru untuk membantu mencapainya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa rendahnya aktivitas, minat, dan
hasil belajar Bahasa Indonesia siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: (1)
Penyampaian materi oleh guru cenderung secara daring membuat siswa jenuh karena
model dan media pembelajaran yang kurang sesuai (2) Siswa tidak pernah diberi
pengalaman langsung dalam mengamati, sehingga siswa menganggap materi pelajaran
sulit difahami; (3) Model dan media pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi
dan tidak inovatif, sehingga membosankan dan tidak menarik minat siswa.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan proses belajar mengajar
yaitu dengan menggunakan Model Discovery Learning Melalui Media Gather Town.
Model pembelajaran Discovery Learning ini menekankan agar siswa mampu menemukan
informasi dan memahami konsep pembelajaran secara mandiri berdasarkan kemampuan
yang dimilikinya namun dengan bimbingan dan pengawasan guru agar pembelajaran yang
mereka dapatkan terbukti benar.Media pembelajaran dalam jaringan yang paling tepat di
guanakan adalah Gather Town.

13
2.7. Hipotesis Tindakan

Menurut Arikunto (2011) bahwa hipotesis merupakan suatu pernyataan yang


penting kedudukannya dalam penelitian. Selanjutnya, Sugiyono (2011) menyatakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis merupakan suatu
jawaban sementara terhadap masalah yang hendak diteliti atas dasar pengetahuan yang
ada. Hal ini, akan memperkuat bukti-bukti bahwa permasalah yang diteliti tersebut apakah
sudah benar atau tidak. Oleh karena itu, penulis merumuskan hipotesis dalam penelitian ini
adalah: ada peningkatan hasil belajar siswa kelas IX dengan Model Discovery Learning
melalui media Gather Town di SMP St.Ignasius.

14

Anda mungkin juga menyukai