Anda di halaman 1dari 19

STUDI TINGKAT KEBERHASILAN MODEL

PEMBELAJARAN PROBLEM OPEN ENDED


DI TINGKAT SMP

PROPOSAL

Disusun Oleh :

YULNANSI KALARA
91811402111014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SINTUWU MAROSO
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seiring berkembangnya zaman, tuntutan kehidupan pun ikut berkembang

pesat sehingga untuk menghadapinya perlu adanya pendidikan, baik pendidikan

formal maupun informal. Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan

kekuatan dalam memperoleh kecerdasan, kepribadian, dan keterampilan

diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan juga dikatakan sebagai proses

perubahan sikap dan perilaku seseorang dalam upaya untuk dewasa diri melalui

proses belajar mengajar (Putra, dkk. 2018).

Pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena

pendidikan dapat membentuk manusia memiliki ilmu pengetahuan, kepribadian

serta keterampilan untuk hidup mandiri dalam memecahkan problematika hidup.

Demi meningkatkan kualitas pembelajaran proses pembelajaran harus ditunjang

dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat. Pemilihan model pembelajaran

yang tepat jika diajarkan kepada peserta didik akan mempengaruhi peningkatan

kualitas pembelajaran serta dapat menjadikan siswa kreatif dalam belajar (Putra,

dkk. 2018).

Model pembelajaran yang sangat ini banyak digunakan dalam dunia

pendidikan yaitu model pembelajaran open ended. Model pembelajaran open

ended menekankan penyajian masalah bersifat terbuka yaitu masalah yang

diformulasikan memiliki satu jawaban benar dengan beberapa cara penyelesaian


masalah (Ahmad, 2015). Problem open-ended prinsipnya sama dengan

pembelajaran berbasis masalah yaitu suatu model pembelajaran yang dalam

prosesnya dimulai dengan memberi suatu masalah kepada siswa. Bedanya

masalah yang disajikan memiliki jawaban benar lebih dari satu.

Jika dilihat dari berbagai macam penelitian sebelumnya tentang model

pembelajaran open ended model ini banyak memberikan pengaruh terhadap

keberhasilan peserta didik baik dari hasil belajar yang mengalami peningkatan

maupun keterampilan siswa menjadi meningkat setelah diajarkan menggunakan

model pembelajaran open ended. Hal ini dikarenakan model open ended atau

problem terbuka dalam penerapannya mengajak para siswa mengembangkan

metode, cara, atau pendekatan yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang

diberikan dan bukan berorientasi pada jawaban akhir. Dihadapkan dengan

problem open-ended siswa tidak hanya mendapatkan jawaban tetapi lebih

menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Pembelajaran

dengan pendekatan open-ended biasanya dimulai dengan memberikan problem

terbuka kepada siswa. Kegiatan pembelajaran membawa siswa dalam

menjawab pertanyaan dengan banyak cara dan mungkin juga dengan banyak

jawaban sehingga mengundang potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam

menemukan sesuatu yang baru (Ahmad, 2015).

Salah satu penelitian model pembelajaran open-ended yang telah

dilakukan yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Srimaryati, 2018) dalam hasil

penelitiannya bahwa kemampuan berpikir kreatif peserta didik dengan

menggunakan model pembelajaran open ended lebih tinggi dibandingkan dengan


kemampuan berpikir kreatif peserta didik yang menggunakan model pembelajaran

discovery learning. Sehingga model pembelajaran open ended sangat baik dan

layak jika digunakan dalam pembelajaran.

Model pembelajaran problem open ended memberikan ruang yang cukup

bagi siswa untuk dapat mengeksplorasi permasalahan sesuai dengan kemampuan

yang dimiliki masing-masing siswa dengan tujuan agar siswa dapat

mengembangkan kreativitasnya dalam menyelesaikan masalah. Misalnya, pada

saat siswa mengerjakan soal-soal yang diberikan siswa menggunakan

keterampilan berpikir dan memecahkan masalah, kemampuan memecahkan

masalah akan muncul dalam menyelesaikan masalah dengan variasi jawaban yang

berbeda dari setiap siswa. Sehingga dengan penerapan model pembelajaran

problem open ended kemampuan siswa dalam memecahkan masalah akan

meningkat (Ahmad, 2015).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul: Studi Tingkat Keberhasilan Model

Pembelajaran Problem Open Ended Di Tingkat SMP

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimanakah tingkat keberhasilan model pembelajaran

problem open ended di tingkat SMP

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat keberhasilan model

pembelajaran problem open ended di tingkat SMP


D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Siswa

Sebagai bahan masukan bagi peserta didik untuk tetap berusaha meningkatkan

prestasi belajarnya dalam setiap proses, sebab peserta didik yang berprestasi

dapat dipastikan memiliki ilmu pengetahuan yang luas

2. Bagi Sekolah

Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak sekolah dalam upaya memperbaiki

sistem pembelajran yang dilakukan oleh dewan guru di sekolah tersebut

3. Bagi Guru

Menjadikan model pembelajaran problem open ended sebagai salah satu

model pembelajaran yang tepat yang dapat meningkatkan prestasi belajar

peserta didik

4. Bagi Peneliti

dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti sebagai calon

pendidik.

E. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Ruang lingkup mempermudah untuk mengetahui batasan-batasan peneliti

an yang akan diteliti yaitu bagaimana studi tingkat keberhasilan model

pembelajaran problem open ended di tingkat SMP


F. DEFINISI OPERASIONAL

1. Keberhasilan

Keberhasilan belajar dapat diartikan sebagai suatu hasil yang dicapai setelah

melakukan proses belajar. Jika diartikan menurut kosakatanya, yaitu

keberhasilan dan belajar, maka dapat difahami suatu pengertian keberhasilan

belajar ialah suatu hasil yang dicapai setelah melakukan aktifitas yang

membawa pada perubahan individu atau suatu hasil yang dicapai setelah

melakukan aktifitas belajar.

2. Model Pembelajaran Problem Open Ended

Model pembelajaran problem open ended yaitu pembelajaran dengan problem

(masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan

dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam

(multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan

orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi,

sharing, keterbukaan dan sosialisasi (Ahmad, 2015).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. Keberhasilan

Secara umum, keberhasilan belajar dapat diartikan sebagai suatu hasil yang

dicapai setelah melakukan proses belajar. Jika diartikan menurut kosakatanya,

yaitu keberhasilan dan belajar, maka dapat difahami suatu pengertian keberhasilan

belajar ialah suatu hasil yang dicapai setelah melakukan aktifitas yang membawa

pada perubahan individu atau suatu hasil yang dicapai setelah melakukan aktifitas

ssbelajar (Syaiful, 2011).

Namun ketika berbicara mengenai pengertian keberhasilan belajar, maka

tidak terlepas dari pengertian hasil belajar dan prestasi belajar. Hasil belajar sering

disebut juga prestasi belajar. Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda prestatie,

kemudian di dalam bahasa Indonesia disebut prestasi yang diartikan sebagai hasil

usaha. Prestasi banyak digunakan di dalam berbagai bidang dan diberi pengertian

sebagai kemampuan, keterampilan, sikap seseorang dalam menyelesaikan sesuatu

hal. Prestasi diartikan sebagai hasil nyata yang dicapai seseorang setelah

melakukan suatu pekerjaan. Prestasi belajar merupakan suatu hal yang nyata yang

dicapai oleh seesorang yang telah mengikuti kegitan belajar yang dinyatakan

dalam bentuk angka, atau huruf (nilai) (Syaiful, 2011).

Menurut Syaiful, (2011), prestasi belajar adalah hasil dari suatu kegiatan

belajar yang telah dikerjakan, atau diciptakan secara individu maupun secara
kelompok. Prestasi belajar adalah hasil pengajaran yang diperoleh dari kegiata

belajar di sekolah/ Perguruan Tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya

ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Dari pengertian yang telah

disebutkan, maka prestasi belajar atau hasil belajar merupakan hasil yang

diperoleh setelah melakukan suatu proses belajar yang dinyatakan dalam bentuk

angka atau biasanya disebut nilai. Prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan

siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah dinyatakan dalam bentuk

skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Menurut Nana Sudjana, keberhasilan belajar adalah perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari belajar yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Oleh karena itu dalam penilaian hasil belajar, peranan ujian

instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan

dikuasai oleh siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian.

Keberhasilan belajar juga merupakan keberhasilan siswa dalam membentuk

kompetensi dan mencapai tujuan serta keberhasilan guru dalam membimbing

siswa dalam pembelajaran

2. Model Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga

diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Jadi,

sebenarnya model pembelajaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan,

strategi atau metode pembelajaran. Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai
macam model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang agak

kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya

(Komalasari, 2010).

Ada beberapa ciri-ciri model pembelajaran secara khusus diantaranya adalah:

(Komalasari, 2010).

1) Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau

pengembangnya

2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar

3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil

4) Lingkungan belajar yang duperlukanagar tujuan pembelajaran dapat

tercapai.

b. Jenis-jenis Model Pembelajaran

Penggunaan model pembelajaran yang tepat merupakan salah satu penentu

keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dengan

demikian, guru dapat memilih jenis-jenis model pembelajaran yang sesuai demi

tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Menurut Komalasari (2010)

jenis-jenis model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran, antara

lain:

1) Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based Learning)

2) Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

3) Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-based Learning)

4) Model Pembelajaran Pelayanan (Service Learning)


5) Model Pembelajaran Berbasis Kerja

6) Model Pembelajaran Konsep (Concept Learning)

7) Model Pembelajaran Nilai (Value Learning).

Berdasarkan jenis-jenis model pembelajaran di atas, pemilihan dan

penggunaan model pembelajaran yang tepat merupakan salah satu penentu

keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran.

c. Manfaat/Tujuan Model Pembelajaran

Pada dasarnya tujuan utama metode pembelajaran adalah untuk membantu

mengembangkan kemampuan siswa secara individu sehingga mampu

menyelesaikan masalahnya. Adapun beberapa tujuan metode belajar adalah

sebagai berikut: (Komalasari, 2010).

1) Untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan individualnya

sehingga dapat mengatasi permasalahannya dengan terobosan solusi

alternatif.

2) Untuk membantu proses belajar mengajar sehingga pelaksanaan kegiatan

pembelajaran dapat dilakukan dengan cara terbaik

3) Untuk membantu menemukan, menguji, dan menyusun data yang

dibutuhkan dalam upaya pengembangan disiplin suatu ilmu

4) Untuk memudahkan proses pembelajaran dengan hasil yang baik sehingga

tujuan pengajaran dapat tercapai

5) Untuk menghantarkan sebuah pembelajaran ke arah yang ideal dengan tepat,

cepat, dan sesuai dengan yang diharapkan


6) Agar proses pembelajaran dapat berjalan dalam suasana menyenangkan dan

penuh motivasi sehingga materi pembelajaran lebih mudah dimengerti oleh

siswa.

3. Model Pembelajaran Problem Open Ended

a. Pengertian Problem Open Ended

Model pembelajaran berbasis masalah terbuka (Problem Open Ended)

adalah pembelajaran yang menekankan penyajian masalah bersifat terbuka yaitu

masalah yang diformulasikan memiliki satu jawaban benar dengan beberapa cara

penyelesaian masalah (Ahmad, 2015). Problem open-ended prinsipnya sama

dengan pembelajaran berbasis masalah yaitu suatu model pembelajaran yang

dalam prosesnya dimulai dengan memberi suatu masalah kepada siswa. Bedanya

masalah yang disajikan memiliki jawaban benar lebih dari satu. Masalah yang

memiliki jawaban benar lebih dari satu disebut problem tak lengkap atau problem

open-ended atau problem terbuka. Contoh penerapan problem open-ended dalam

kegiatan pembelajaran adalah ketika siswa diminta mengembangkan metode, cara,

atau pendekatan yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang diberikan dan

bukan berorientasi pada jawaban akhir. Dihadapkan dengan problem open-ended

siswa tidak hanya mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara

bagaimana sampai pada suatu jawaban. Pembelajaran dengan pendekatan open-

ended biasanya dimulai dengan memberikan problem terbuka kepada siswa.

Kegiatan pembelajaran membawa siswa dalam menjawab pertanyaan dengan

banyak cara dan mungkin juga dengan banyak jawaban sehingga mengundang

potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam menemukan sesuatu yang baru.
Pada dasarnya model pembelajaran problem open-ended bertujuan untuk

meningkatkan kreatif siswa dan berpikir matematika secara simultan. Oleh karena

itu hal yang paling perlu diperhatikan adalah kebebasan siswa untuk berfikir

dalam membuat progress pemecahan sesuai dengan kemampuan, sikap, dan

minatnya sehingga pada akhirnya akan membentuk intelegensi siswa (Afgani,

2014).

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

problem open ended adalah pembelajaran yang memberikan ruang yang cukup

bagi siswa untuk dapat mengeksplorasi permasalahan sesuai dengan kemampuan

yang dimiliki masing-masing siswa dengan tujuan agar siswa dapat

mengembangkan kreativitasnya dalam menyelesaikan masalah. Misalnya, pada

saat siswa mengerjakan soal-soal yang diberikan siswa menggunakan

keterampilan berpikir dan memecahkan masalah, kemampuan memecahkan

masalah akan muncul dalam menyelesaikan masalah dengan variasi jawaban yang

berbeda dari setiap siswa. Sehingga dengan penerapan model pembelajaran

problem open ended kemampuan siswa dalam memecahkan masalah akan

meningkat.

b. Langkah-langkah Model pembelajaran Problem Open Ended

Pembelajaran model problem open ended bisa dilakukan dengan 1)

menyajikan masalah, 2) mendesain pembelajaran, 3) memperhatikan dan mencatat

respons siswa, 4) membimbing dan mengarahkan siswa, dan 5) membuat

kesimpulan. Sementara langkah-langkah yang diambil oleh guru dalam

menerapkan model pembelajaran problem open ended adalah : (Aras, 2019).


1) Kegiatan Awal

a. Guru memberikan apresiasi dengan melakukan tanya jawab terkait

pengetahuan prasyarat dan keterampilan siswa

b. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan memberi informasi tentang

materi yang akan dipelajari dan informasi kegunaan materi tersebut.

2) Kegiatan Inti

a. Guru memberikan masalah open ended yang relevan dengan materi yang

diajarkan sehingga siswa mampu untuk memahaminya dan dapat

menemukan pendekatan dalam penyelesaian masalah

b. Mengekplorasi masalah

c. Melakukan perekaman terhadap respon siswa

d. Guru melakukan pencatatan setiap respon siswanya

e. Meringkas pembahasan yang telah dipelajari

3) Kegiatan Akhir

a. Guru meluruskan atau membenarkan miskonsepsi yang terjadi selama

proses pembelajaran (jika ada)

b. Guru memberikan perluasan tentang wawasan terkait konsep yang telah

didiskusikan kepada siswanya

c. Guru memberikan pekerjaan rumah (PR) berupa tugas atau soal-soal kepada

siswa

d. Guru memberikan informasi materi yang akan dipelajari pada pertemuan

selanjutnya.

c. Kelebihan model pembelajaran problem open ended


Kelebihan problem open-ended adalah: (1) Peserta didik berpartisipasi lebih

aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan ide-ide mereka, (2) Peserta

didik mempunyai kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan

dan keterampilan secara menyeluruh, (3) Peserta didik yang berkemampuan

rendah dapat menyelesaikan permasalahannya dengan cara mereka sendiri, (4)

Pesertadidik termotivasi secara interinsik untuk memberikan pembuktian, (5)

Memberikan kepada peserta didik untuk memperoleh pengalaman dalam upaya

menemukan cara-cara yang efektif dalam menyelesaikan masalah berdasarkan

gagasan dari peserta didik yang lain (Afgani, 2014).

c. Kelebihan Model Pembelajaran Problem Open Ended

1) Peserta didik berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan lebih sering

mengekspresikan ide

2) Peserta didik memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan

pengetahuan dan keterampilan matematik secara komprehensif

3) Peserta didik dengan kemampuan matematik rendah dapat merespon

permasalahan dengan cara mereka sendiri

4) Peserta didik secara instrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau

penjelasan

5) Peserta didik memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu

dalam menjawab permasalahan (Irkham, 2013).

d. Kelemahan model Pembelajaran Problem Open Ended

1) Membuat dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi peserta

didik bukanlah pekerjaan mudah


2) Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami peserta didik sangat

sulit sehingga banyak peserta didik yang mengalami kesulitan bagaimana

merespon permasalahan yang diberikan

3) Peserta didik dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau

mencemaskan jawaban mereka

4) Mungkin ada sebagian peserta didik yang merasa kegiatan belajar mereka

tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi (Albab, 2013).

B. Hipotesis

Dengan memperhatikan landasan teori sebagaimana telah di paparkan di

atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah: pengunaan model

pembelajaran problem open ended dpaat meningkatkan aktifitas dan hasil

belajar siswa.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode

study kepustakaan atau literature refiew. Literature refiew adalah sintesis

tematik disusun dari sumber-sumber yang dapat digunakan oleh pembacanya

untuk mendapatkan ringkasan teori dan temuan-temuan empiris yang terbaru

dengan sesuai topiknya (Sugiono, 2013).

Selain itu, jenis penelitian ini juga merupakan jenis penelitian

kepustakaan (Library research), yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan

dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta

mengolah bahan penelitiannya. Penelitian ini bersifat kualitatif yang lebih

mengutamakan penggalian, penemuan, pembacaan, penjelasan dan

penyampaian makna atau simbol data yang tersurat dan terserat dari data yang

dikumpulkan (Sugiono, 2013).

B. Lokasi dan Waktu

Adapun lokasi dalam penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Lore

Selatan pada kelas VIII, selama dua bulan terhitung sejak bulan April sampai

dengan Mei 2022.

C. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII di SMP

Negeri 1 Lore Selatan.

D. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh bukan dari

pengamatan langsung. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh

dari hasil peneliti yang telah di lakukanoleh peneliti-peneliti terdahulu, dan

telah di terbitkan dalam jurnal 10 tahun terakhir.

E. Teknik Analisis Data

Sugiono (2013), analisis data merupakan langkah yang terpenting

dalam suatu penelitian. Data yang telah diperoleh akan dianalisis pada tahap

ini sehingga dapat ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini menggunakan

beberapa teknik yaitu:

1. Data Reduction (reduksi data), mereduksi data berarti merangkum, memilih

hal-hal yang penting. dan mencari tema dan pola. Hal ini dikarenakan data yang

diperoleh perluh dicatat secara teliti dan terperinci. Data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan memberikan gambaran kepada

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencari data

tersebut bila diperlukan.

2. Data Display (penyajian data), Penyajian data dilakukan setelah data reduksi.

Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan

antar kategori dan sejenisnya. Penyajian data memudahkan peneliti untuk


memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan

apa yang telah dipahami. Penyajian data yang paling sering digunakan dalam

penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Conclusion Drawing/Verification (penarikan simpulan), merupakan Penarikan

kesimpulan dan verifikasi adalah langkah ketiga dalam penelitian kualitatif.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan tersebut dapat berupa deskripsi atau

gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas dan setelah diteliti

menjadi lebih jelas. Kesimpulan ini mungkin dapat menjawab rumusan masalah

yang telah dibuat, tetapi mungkin juga tidak. Hal ini dikarenakan masalah dan

rumusan masalah dalam penelitian ini masih bersifat sementara dan akan

berkembang setelah peneliti berada di lapangan

Selanjutnya untuk menentukan tingkat keberhasilan model pembelajaran

problem open ended melalui jurnal yang akan dianalisis dapat dilihat

menggunakan rumus sebagai berikut:

P = × 100%
Sugiyono (2011)

Keterangan :

P = Presentase F = Frekuensi Jawaban N = Jumlah Sampel

Tabel 1. Kriteria tingkat keberhasilan

Tingkat Keberhasilan Kategori Keberhasilan


86% – 100% Sangat Tinggi
71% – 85% Tinggi
56% – 70% Sedang
41% – 55% Rendah
< 40% Sangat Rendah
(Sumber : Adaptasi dari Agip, 2009).

Anda mungkin juga menyukai