Anda di halaman 1dari 26

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA


DIDIK KELAS V SD NEGERI 1 ASPARAGA
DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM SOLVING PADA MUATAN IPA SUB
TEMA CARA MEMELIHARA KESEHATAN ORGAN
PEREDARAN DARAH MANUSIA

Di susun oleh

NAMA : RUSLIN I. AMALA, S.Pd

NOMOR PESERTA : 20300202710007

KELAS : 1 KOLOMPOK A

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


PPG DALJAB DAERAH KHUSUS ANGKATAN 1
TAHUN 2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendekatan saintifik sebagai proses kegiatan pembelajaran dari penerapan

Kurikulum 2013 belum berfungsi dengan maksimal, sehingga menyebabkan

rendahnya ketuntasan yang belum mencapai persentase minimal KKM

yang ditentukan oleh sekolah. Diperlukan model pembelajaran yang

berpotensi untuk menerapkan pendekatan saintifik dalam meningkatkan

kompetensi hasil belajar.Model pembelajaran yang akan diterapkan dipilih

model problem solving. Setelah Peningkatan Hasil Belajar Tema Sehat itu

Penting menggunakan model Problem Solving ... (Hana Widyawati)

Tindakan pembelajaran dilakukan, diharapkan rata-rata tingkat

keterampilan saintifik siswa pada kegiatan pembelajaran dapat mencapai

kompetensi yang lebih baik, dengan jumlah siswa yang sudah mencapai

ketuntasan belajar minimal meningkat.

Berdasarkan uraian tersebut maka identifikasi masalah dalam penelitian

ini adalah guru masih menggunakan model ceramah yang kurang

memberikan fasilitas kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan

saintifik dan meningkatkan hasil belajar. Guru lebih menekankan kepada

2
penguasaan sejumlah fakta dan konsep saja,

kurang memberikan fasilitas kepada siswa untuk mengembangkan

kreatifitas, kurang menekankan pada penguasaan kemampuan dasar ilmiah

atau keterampilan sain. Kurangnya motivasi belajar, rendahnya rasa ingin

tahu, terbatasnya ruang ekspresi yang kreatif dan rasa takut untuk

menyampaikan pendapat merupakan komponen dari aspek siswanya.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah penerapan model Problem

Solving melalui pendekatan saintifik untuk meningkatkan hasil belajar muatan

IPA tema Sehat itu Penting pada siswa kelas 5 SDN 1 Asparaga Kabupaten

Gorontalo Tahun Pelajaran 2020 / 2021.

Dengan demikian dapat dirumuskan permasalahan pada penelitian ini

adalah bagaimana penerapan model problem solving dalam meningkatkan hasil

belajar muatan IPA Tema Sehat itu Penting pada siswa kelas 5 SDN 1

Asparaga Kabupaten Gorontalo Dan apakah hasil belajar muatan IPA Tema

Sehat itu Penting pada siswa kelas 5 SDN 1 Asparaga

3
C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menerapkan problem solving untuk

meningkatkan hasil belajar muatan IPA Tema Sehat itu Penting pada siswa

kelas 5 SDN 1 Asparaga Kabupaten Gorontalo. Dan meningkatkan hasil

belajar muatan IPA Tema Sehat itu Penting pada siswa kelas 5 SDN 1

Asparaga

D. Manfaat Penelitian

Secara teori manfaat penelitian ini adalah memberi keyakinan secara

teoretis bahwa penelitian dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan,

khususnya dalam bidang pendidikan dengan meyakinkan secara teoretis bahwa

model problem solving melalui pendekatan saintifik dapat meningkatkan hasil

belajar muatan IPA Tema Sehat itu Penting.Sedangkan manfaat praktisnya ada

untuk beberapa pihak, yaitu bagi siswa dapat meningkatkan hasil belajar

muatan IPA Tema Sehat itu Penting. Bagi guru dapat meningkatkan

keterampilan dalam melaksanakan Scholaria, Vol. 5, No. 3, September 2015:

1 - 12 pendekatan saintifik pada kegiatan pembelajaran, sedangkan bagi

sekolah dapat menambah referensi penerapan model problem solving untuk

guru yang lain.

Manfaat dari penggunaan model pembelajaran problem solving pada proses

belajar mengajar untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih menarik.

Menurut Djahiri (1983:133) model pembelajaran problem solving memberikan

beberapa manfaat antara lain :

4
1. Tidak efektif jika terdapat beberapa siswa yang pasif

2. Mengembangkan sikap keterampilan siswa dalam memecahkan permasalahan,

serta dalam mengambil kepuutusan secara objektif dan mandiri

3. Mengembangkan kemampuan berpikir para siswa, anggapan yang

menyatakan bahwa kemampuan berpikir akan lahir bila pengetahuan makin

bertambah

4. Melalui inkuiri atau problem solving kemampuan berpikir tadi diproses dalam

situasi atau keadaan yang bener – bener dihayati, diminati siswa serta dalam

berbagai macam ragam altenatif

5. Membina pengembangan sikap perasaan (ingin tahu lebih jauh) dan cara

berpikir objektif – mandiri, krisis – analisis baik secara individual maupun

kelompok

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model pembelajaran problem solving

Model pembelajaran problem solving adalah cara mengajar yang dilakukan

dengan cara melatih para murid menghadapi berbagai masalah untuk dipecahkan

sendiri atau secara bersama – sama (Alipandie, 1984:105). Menurut N.Sudirman

(1987:146) model pembelajaran problem solving adalah cara penyajian bahan

pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk

dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya

Sedangkan menurut Purwanto (1999:17) Problem solving adalah suatu proses

dengan menggunakan strategi, cara, atau teknik tertentu untuk menghadapi situasi

baru, agar keadaan tersebut dapat dilalui sesuai keinginan yang ditetapkan.Selain

itu Zoler (Sutaji, 2002:17) menyatakan bahwa pengajaran dimulai dengan

pertanyaan – pertanyaan yang mengarahkan kepada konsep, prinsip, dan hukum,

kemudian dilanjutkan dengan kegiatan memecahkan masalah disebut sebagai

pengajaran yang menerapkan model pemecahan masalah.

Sedangkan menurut Gulo (2002:111) menyatakan bahwa problem solving adalah

metode yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan

pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Menurut Syaiful Bahri

Djamara (2006 : 103) bahwa, Model pembelajaran problem solving (metode

pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga

merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat

menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data sampai kepada

6
menarik kesimpulan.

Hidayati (2008), berpendapat bahwa model pembelajaran Problem Solving

(metode pemecahan masalah) didasarkan pada kesadaran terhadap kenyataan,

bahwa mengajar bukanlah sekedar berpidato dan mengkomunikasikan ilmu

pengetahuan kepada siswa.Tetapi, mengajar adalah untuk meneliti dengan

seksama, mencari, menyelidiki, memikirkan, menganalisis, dan sampai

menemukan.

Senada dengan pendapat diatas Sanjaya (2006:214) menyatakan pada metode

pemecahan masalah, materi pelajaran tidak terbatas pada buku saja tetapi juga

bersumber dari peristiwa – peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang

berlaku.Model Pembelajaran Problem Solving merupakan metode dalam kegiatan

pembelajaran dengan melatih siswa menghadapi berbagai masalah, baik masalah

pribadi maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara

bersama.sama.Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang

pada dasarnya adalah pemecahan masalah. (Hamdani, 2011:84).

Crow dan Crow (Hamdani, 2011:84) menyatakan model pembelajaran

pemecahan masalah / Problem Solving adalah suatu cara menyajikan pelajaran

dengan mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan suatu masalah atau

persoalan dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran.

Metode Problem Solving menurut Suprijono (2012:46) ialah pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.

Sedangkan, Arends (Suprijono, 2012:46) menyatakan model pembelajaran

mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-

7
tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan

pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Dengan demikian model pembelajaran problem solving adalah metode

pembelajaran yang mengaktifkan dan melatih siswa untuk menghadapi berbagai

masalah dan dapat mencari pemecahan masalah atau solusi dari permasalahan itu.

Penyelesaian masalah menurut David Johnson dan Johnson dapat

dilakukan melalui kelompok dengan prosedur penyelesaiannya dilakukan

sebagai berikut (W.Gulo 2002: 117):

1. Mendifinisikan Masalah

2. Mendiagnosis Masalah

3. Merumuskan Alternatif Strategi

4. Menentukan dan Menerapkan Strategi

5. Mengevaluasi Keberhasilan Strategi

Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan langkah -

langkah yang harus diperhatikan oleh guru dalam memberikan

pembelajaran problem solving sebagai berikut:

1. Merumuskan masalah

Dalam merumuskan masalah kemampuan yang diperlukan

adalah kemampuan mengetahui dan merumuskan suatu masalah.

2. Menelaah masalah

Dalam menelaah masalah kemampuan yang diperlukan adalah

menganalisis dan merinci masalah yang diteliti dari berbagai sudut.

3. Menghimpun dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian

8
hipotesis Menghimpun dan mengelompokkan data adalah

memperagakan data dalam bentuk bagan, gambar, dan lain-lain

sebagai bahan pembuktian hipotesis.

4. Pembuktian hipotesis

Dalam pembuktian hipotesis kemampuan yang diperlukan

adalah kecakapan menelaah dan membahas data yang telah terkumpul.

5. Menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan

Scholaria, Vol. 5, No. 3, September 2015: 1 - 12 Dalam menentukan

pilihan pemecahan masalah dan keputusan kemampuan yang diperlukan

adalah kecakapan membuat alternatif pemecahan, memilih alternatif

pemecahan dan keterampilan mengambil keputusan.

Penerapan problem solving dengan kemampuan saintifik sesuai standar

proses dapat mendorong kemampuan siswa untuk menghasilkan karya

kontekstual baik individual maupun kelompok, karena pada kurikulum 2013

pada tataran proses pembelajaran memperkuat pendekatan ilmiah atau saintifik

tematik terpadu dan tematik dalam suatu mapel akan mengupayakan agar

guru mampu menerapkan pembelajaran berbasis penyingkapan atau

penelitian yang dapat memecahkan sebuah permasalahan, sejak dari

kegiatan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan

penilaian hasil pembelajaran, pengawasan proses pembelajaran untuk

terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien, sehingga siswa

dapat dengan kompeten menerapkan pendekatan saintifik untuk menjawab

persoalan dari materi pembelajaran.

9
1. Kerangka Pikir

Penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran

problem solving melalui pendekatan saintifik dalam pelaksanaan tindakan

perbaikan pembelajaran sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5

SDN 1 Asparaga Kabupaten Gorontalo pada tema Sehat itu Penting.

2. Hipotesis

Rumusan hipotesis penelitian ini adalah penerapan problem solving

melalui pendekatan saintifik untuk meningkatkan hasil belajar muatan IPA

Tema Sehat itu Penting pada siswa kelas 5 SDN 1 Asparaga Kabupaten

Gorontalo Tahun Pelajaran 2020 / 2021. Dilakukan dengan cara menyajikan

persoalan sehingga siswa mampu mengidentifikasi masalah, memperjelas

dan membatasi masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan data dan

informasi, dan menguji hipotesis dan membuat simpulan dengan

menggunakan pendekatan saintifik pada setiap kegiatan yang

dilakukannya baik secara individu atau berkelompok dan selanjutnya

mempersentasikan hasil belajarnya sesuai dengan materi muatan IPA Tema

Sehat itu Penting.

B. Kelebihan model pembelajaran problem solving

Kelebihan model pembelajaran problem solving antara lain sebagai berikut:

1. Mendidik siswa untuk berpikir secara sistematis.

10
2. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.

3. Berpikir dan bertindak kreatif.

4. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis

5. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.

6. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.

7. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan

masalah yang dihadapi dengan tepat.

8. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan

kehidupan,khususnya dunia kerja

9. Mampu mencari berbagai jalan keluar dari suatu kesulitan yang dihadapi.

10. Belajar menganalisis suatu masalah dari berbagai aspek.

11. Mendidik siswa percaya diri sendiri.

C. Kelemahan model pembelajaran problem solving

Kelemahan model pembelajaran problem solving antara lain sebagai berikut.

1. Memerlukan cukup banyak waktu.

2. Melibatkan lebih banyak orang.

11
3. Tidak semua materi pelajaran mengandung masalah.

4. Memerlukan perencanaan yang teratur dan matang.

D. Langkah – langkah/Sintak Model pembelajaran problem solving

1. Menurut Wankat dan Oreovocz (1995) mengemukakan tahap-tahap strategi

operasional dalam pemecahan masalah sebagai berikut:

a. I can (Saya mampu / bisa): tahap membangkitkan motivasi dan

membangun/menumbuhkan keyakinan diri siswa.

b. Define (Mendefinisikan): membuat daftar hal yang diketahui dan tidak

diketahui, menggunakan gambar grafis untuk memperjelas permasalahan.

c. Explore (Mengeksplorasi) : merangsang siswa untuk mengajukan

pertanyaanpertanyaan dan membimbing untuk menganalisis dimensi-

dimensi permasalahan yang dihadapi.

d. Plan (Merencanakan): mengembangkan cara berpikir logis siswa untuk

menganalisis masalah dan menggunakan flochart untuk mengambarkan

permasalahan yang dihadapi.

12
e. Do it (Mengerjakan): membimbing siswa secara sistematis untuk

memperkiraan jawaban yang mungkin untuk memecahkan masalah.

f. Check (Mengoreksi kembali): membimbing siswa untuk mengecek

kembali jawaban yang dibuat, mungkin ada beberapa kesalahan yang

dilakukan.

g. Generalize (Generalisasi): membimbing siswa untuk mengajukan

pertanyaan.

2. Langkah-langkah / Sintak Model Pembelajaran Problem Solving ( Dewey

dalam W.Gulo, 2002:115)

Sintak model pembelajaran problem solving terdiri dari 6 tahap, yaitu sebagai

berikut.

a. Merumuskan masalahKemampuan yang diperlukan adalah :mengetahui

dan merumuskan masalah secara jelas.

b. Menelaah masalahKemampuan yang diperlukan adalah : menggunakan

pengetahuan untuk memperinci, menganalisis masalah dari berbagai

sudut.

c. Merumuskan hipotesisKemampuan yang diperlukan adalah : berimajinasi

dan menghayati ruang lingkup, sebab akibat dan alternatif penyelesaian.

13
d. Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian

hipotesisKemampuan yang diperlukan adalah : kecakapan mencari dan

menyusun data. Menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar atau

tabel.

e. Pembuktian hipotesisKemampuan yang diperlukan adalah : kecakapan

menelaah dan membahas data, kecakapan menghubung-hubungkan dan

menghitung, serta keterampilan mengambil keputusan dan kesimpulan.

f. Menentukan Pilihan Penyelesaian.Kemampuan yang diperlukan adalah :

kecakapan membuat alternatif penyelesaian, kecakapan menilai pilihan

dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.

3. Penyelesaian masalah Menurut David Johnson dan Johnson dapat dilakukan

melalui kelompok dengan prosedur penyelesaiannya dilakukan sebagai

berikut (W.Gulo 2002 : 117):

a. Mendifinisikan Masalah

b. Mendiagnosis masalah

c. Merumuskan Altenatif Strategi

d. Menentukan dan menerapkan Strategi

e. Mengevaluasi Keberhasilan Strategi

14
15
BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau

dikenal dengan Classroom Action Research.PTK merupakan penelitian yang

dilakukan oleh guru di dalam kelas sendiri melalui refleksi diri dengan

tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa

menjadi meningkat (Wardhani, 2008: 1.4).

Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam

PTK, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4)

refleksi. Tahapan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.1.Prosedur penelitian tindakan Kelas diadopsi dari Arikunto

(2008: 16).

16
17
B. Setting Penelitian

a. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 1 Asparaga.

b. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester Ganjil

c. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipasif antara peneliti

dengan guru kelas V SD Negeri 1 Asparaga. Adapun subjek penelitian

tindakan kelas adalah guru dan siswa kelas V SD Negeri 1 Asparaga

yang berjumlah 28 anak, dengan rincian 16 siswa laki-laki dan 12 siswa

perempuan.

C. Alat Pengumpul Data

Penelitian ini menggunakan beberapa alat pengumpulan data.Hal ini

dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap dan valid serta dapat

mendukung keberhasilan dalam penelitian ini. Alat pengumpulan data yang

digunakan antara lain:

1) Lembar observasi, instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan

guru kelas V. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data

mengenai kinerja guru dan aktivitas siswa selama penelitian tindakan

kelas dalam pembelajaran Muatan IPA Tema Sehat Itu Penting di kelas V

SDNegeri 1 Asparaga dengan penerapkan metode problem solving.

18
2) Tes hasil belajar, instrumen ini digunakan untuk memperoleh data

mengenai peningkatan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Asparaga

khususnya mengenai penguasaan terhadap materi yang diberikan dengan

menerapkan metode problem solving.

D. Teknik Pengumpulan Data

Observasi, dilaksanakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas

siswa dan guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan cara

memberikan skor pada setiap aspek yang telah ditentukan pada lembar

observasi. Tes, digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa

nilai-nilai dengan cara memberikan soal-soal guna mengetahui hasil belajar

siswasetelah menggunakan metode problem solving pada siswa kelas V SD

Negeri 1 Asparaga

E. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis dengan menggunakan

analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

a. Analisis kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang

menunjukan dinamika proses dengan memberikan pemaknaan secara

kontekstual dan mendalam sesuai dengan permasalahan penelitian, yaitu

data tentang kinerja guru, aktivitas siswa, dan interaksi pembelajaran yang

bersumber dari data observasi. Nilai rata-rata aktivitas siswa diperoleh dengan

rumus:

19
b. Analisis kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang

menunjukan dinamika hasil belajar siswa setelah mengikuti proses

pembelajaran. Data kuantitatif diperoleh dari hasil evaluasi pembelajaran

yang dilakukan secara deskriptif. Persentase aktivitas belajar setiap siswa

diperoleh dengan rumus :

Keterangan:

NP = nilai persen yang dicari atau diharapkan

R = skor mentah yang diperoleh siswa

SM = skor maksimum dari tes yang ditentukan

100 = bilangan tetap

Diadopsi dari Purwanto (2008: 102)

20
F. Indikator keberhasilan

Penelitian ini dikatatakan berhasil apabila:

a. Peningkatan persentase aktivitas belajar siswa mencapai ≥ 70%.

b. Rata-rata nilai hasil belajar siswa mencapai ≥ 70% dari KKM yang telah

ditentukan yaitu 60

G. UrutanPenelitian Tindakan Kelas

Prosedur penelitian yang dilakukan adalah suatu bentuk proses

pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari 4 tahapan dasar yang saling

terkait dan berkesinambungan, yaitu (1) perencanaan (planning); (2)

pelaksanaan (acting); (3) pengamatan (observing);dan (4) refleksi(reflecting).

SIKLUS I

1. Perencanaan

a. Menetapkan materi pelajaran yang disampaikan, yaitu materi

muatan IPA tema Sehat itu Penting kelas V semester I sesuai dengan

kurikulum yang berlaku di SD Negeri 1 Asparaga

b. Menyusun rencana perbaikan pembelajaranyang mengacu pada

kurikulum.

c. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan

selama prosespembelajaran di kelas.

d. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru dan

siswa selama proses pembelajaran Muatan IPA Tema Sehat Itu Penting

berlangsung. Menyusun alat tes, yaitu bentuk tes esai untuk setiap siklus.

21
2. Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah mengelola proses

pembelajaran Muatan IPA Tema Sehat Itu Penting dengan metode

problem solving. Urutan kegiatan pembelajaran secara garis besar adalah

sebagai berikut:

22
a. Pendahuluan

Pada kegiatan pendahuluan diawali dengan guru memotivasi siswa untuk mem-bangun

suasana belajar yang penuh semangat dengan cara menyanyikan sebuah lagu yang

berkaitan dengan materi yang akan disampaikan. Melakukan apersepsi dengan cara

memberikan pertanyaan atau permasalahan yang berkaitan dengan

konsep/materi yang akan diberikan, dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Kegiatan Inti

1. Penyajian Materi

Penyajian materi dilakukan secara klasikal dalam waktu 15 menit sampai dengan 20 menit

dari waktu yang tersedia.Penyajian materi meliputi pokok-pokok materi secara garis

besar. Dalam hal ini guru tidak secara penuh menjelaskan tetapi guru juga melakukan

tanya jawab dengan siswa, sehingga siswa ikut berperan aktif dalam

pembelajaran.Sebelum siswa bekerja dengan lembar kerja, guru membagi siswa dalam

beberapa kelompok.

2. Belajar dalam kelompok

Siswa membentuk kelompok yang telah ditentukan.Setiap kelompok terdiri 4-5 orang.

Masing-masing kelompok diberi lembar kerja kelompok (LKK) dan membahas

LKK yang berisi permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa dengan cara

bekerjasama dan berdiskusi dalam kelompoknya.

3. Penerapan metode problem solving

a) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan

dipecahkan.

b) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari

berbagai sudut pandang.

c) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai

kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

d) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi

yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

e) Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan

kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang

23
diajukan.

f) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa

menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian

hipotesis dan rumusan kesimpulan. Selama pembelajaran berlangsung, guru

mengawasi kegiatan siswa dan memberikan bimbingan atau arahan untuk

meluruskan hal-hal yang belum dipahami oleh siswa.

4. Presentasi kelas

Pada tahap ini guru secara acak menunjuk perwakilan kelompok untuk

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan siswa dari kelompok lain

menanggapinya. Kelompok lain yang berbeda pendapat, diminta untuk

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Setelah itu guru dan siswa

menyimpulkan penyelesaian masalah.

5. Menyimpulkan Materi

Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang baru saja mereka pelajari. Guru

memberikan umpan balik beserta penguatan kepada siswa untuk menghadapi tugas-

tugas berikutnya.Guru memberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal yang

belum dimengerti.

6. Tes

Guru memberikan tes formatif kepada siswa. Tes ini diberikan untuk mengetahui sejauh

mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan.Hasil tes ini

berupa nilai hasil belajar siswa.

c. Penutup

Dalam kegiatan penutup guru menegaskan kembali kesimpulan yang telah dibuat secara

bersama-sama dengan siswa.Gurumemotivasi siswa untuk lebih giat belajar.

3. Observasi

Observasidi laksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Aspek-aspek yang diamati

adalah perilaku siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Alat yang digunakan

berupa lembar observasi aktivitas siswa dan kinerja guru.

24
4. Analisis dan Refleksi

Hasil observasi dianalisis sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatanyang telah

dilakukan.Hasil analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini akan digunakan sebagai acuan

untuk merencanakan siklus berikutnya.

SIKLUS II

1. Perencanaan

Tahap perencanaan pada siklus II sama dengan siklus I. Materi yang akan

disampaikan pada siklusII adalah ””.

2. Tindakan

Berdasarkan dari refleksi pada siklus I, guru melaksanakan tindakan pembelajaran pada

siklus II dengan Kompetensi Dasar 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam

mempertahankan kemerdekaan. Langkah-langkah pembelajaran pada siklus II sama dengan

langkah-langkah pada siklus I.

3. Observasi

Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Aspek-aspek yang

diamati adalah perilaku siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Alatyang

digunakan berupa lembar observasi aktivitas siswa dan kinerja guru.

4. AnalisisdanRefleksi

Hasil observasi dianalisis sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan.

Hasil analisi data yang dilaksanakan dalam tahap ini akan digunakan sebagai acua nuntuk

merencanakan siklus berikutnya

25
DAFTAR PUSTAKA

George, D. & Mallery, P. 2000. SPSS/PC + Step By Step, A Simple Guide and Reference. Belmont:
Wadsworth Publishing Co.

Huda. 2012. Penerapan Model Problem Solving Untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA di Kelas VI
SDN Bangelan 04 Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.2013. Kurikulum 2013. Jakarta: Depdiknas.

http://oramaido.blogspot.com/2013/09/ptk-sd-peningkatan-aktivitas-dan-
hasil.html

McCollum, K. 2009. A Scientific Approach to Teaching. Tersedia di:


http://kamccollum.wordpress.com/2009/08/01/a-scientific-approach-to-teaching/( diakses tanggal
tanggal 1 September 2014).

Purwanto, Ibnu. 2012. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran
Problem Solving Bagi Siswa Kelas V Semester I SDN Ronggo 01 Kecamatan Jaken Kabupaten Pati
Tahun Pelajaran 2011/2012. Skrmuatan IPA tema Sehat itu Pentingi

repository.library.uksw.edu.http://repository.library.uksw.edu/handle/123456789/653

Pusparini Dwi Ratri. 2014. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Melalui Model
Pembelajaran Make A Match Berbantuan Media Gambar

26

Anda mungkin juga menyukai