Anda di halaman 1dari 25

BAB I

1.1 Latar Belakang Masalah

IPA merupakan mata pelajaran yang mempelajari peristiwa-peristiwa


yang terjadi di alam. Pelajaran IPA di SD memuat materi tentang
pengetahuan alam yang dekat dengan kehidupan siswa SD. Siswa
diharapkan dapat mengenal dan mengetahui pengetahuan-pengetahuan alam
tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. IPA adalah pelajaran yang penting
karena ilmunya dapat diterapkan secara langsung dalam masyarakat.

Menurut Srini M. Iskandar (1997: 16) beberapa alasan pentingnya mata


pelajaran IPA yaitu, IPA berguna bagi kehidupan atau pekerjaan anak
dikemudian hari, bagian kebudayaan bangsa, melatih anak berpikir kritis,
dan mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi dapat
membentuk pribadi anak secara keseluruhan. Pendidikan IPA seharusnya
dilaksanakan dengan baik dalam proses pembelajaran di sekolah mengingat
pentingnya pelajaran tersebut. Pembelajaran IPA dikatakan berhasil apabila
semua tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai, yang
terungkap dalam hasil belajar IPA. Dalam memilih metode mengajar yang
tepat, seorang guru juga harus memperhatikan kondisi siswa karena sebagai
guru yang setiap harinya berhadapan dengan sejumlah siswa yang memiliki
karakteristik yang berbeda -beda sehingga guru harus dapat memilih metode
yang tepat dalam pembelajaran. Menghadapi karakteristik siswa yang
beragam maka guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk da
pat memilih dan menerapkan metode yang tepat agar dapat menciptakan
rasa senang dalam belajar yang dapat mengacu pada tujuan yang telah
dirumuskan secara efektif dan efisien. Selain itu, apa bila metode yang
digunakan guru sungguh-sungguh mempertimbangkan kondisi siswa maka
siswa akan mudah mempelajari bahan ajar, sehingga akan menimbulkan
gairah belajar bagi siswa.

Untuk itu, untuk bisa memperoleh tujuan belajar dibutuhkan hal-hal


penunjang dalam pembelajaran, salah satunya metode pembelajaran. Ada
beberapa metode pembelajaran yang disa digunakan dalam pembelajaran
IPA SD diantaranya; metode pemecahan Masalah dan metode discovery .
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
tentang "metode Demonstrasi dan Percobaan dalam pembelajaran IPA SD".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari
berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik


dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.

Bima, Maret 8 2023

1.2 DAFTAR ISI


DAFTAR ISI ………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN
…………………………………………......................................1

1.1. Latar Belakang ……………………………….......................…………..


……….1

1.2. kata pengantar.......................... …………………………..3

BAB II ISI...............................................................................8

2.1 metode pemecahan masalah..........................................9

2.2 metode discovery...............……………………………….10

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan …………...................……………………….11

3.2. Saran …………………………………………..................12

DAFTAR PUSTAKA ………………………………......... ……13


BAB II

ISI

2.1 Pengertian Metode Pembelajaran IPA

Metode adalah cara yang di gunakan untuk mengimplementasikan


rencana yang sudah di susun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah di
susun tercapai secara optimal. Ini berarti metode di gunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah di tetapkan. Dengan demikian, metode
dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat
penting.
Pembelajaran IPA di SD yaitu proses pembelajarannya
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar menjeljahi dan memahami alam sekitar secara
alamiah. IPA merupakan matapelajaran di SD yang dimaksudkan agar agar
siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi
tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian
proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-
gagasan.
Metode pembelajaran menggunakan suatu cara yang di gunakan
dalam mencapai tujuan pembelajaran yang di tentukan ( a way to achaieve a
goal). Sebagai suatu cara pencapaian tujuan, suatu metode pembelajaran
akan mempunyai ciri masing-masing untuk materi-materi yang akan di
berikan, termasuk materi  IPA. Orientasi pembelajaran IPA adalah suatu
proses pembelajaran yang aplikatif, mengembangkan proses berfikir,
kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan mengembangkan sikap peduli dan
tanggung jawab terhadap lingkungan alam. Orientasi terhadap pembelajaran
IPA tersebut dapat di lakukan dengan cara diskusi, demonstrasi, dan
praktikum.
Pengertian Metode Pemecahan Masalah (Problem solving

Method)Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan

metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa

menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan

maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-

sama.

Penyelesaian masalah merupakan proses dari menerima

tantangan dan usaha – usaha untuk menyelesaikannya sampai menemukan

penyelesaiannya. menurut Syaiful  Bahri Djamara (2006 : 103) bahwa:


Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar
metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab
dalam problem solving dapat menggunakan metode lain yang dimulai dari
mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

Menurut N.Sudirman (1987:146) metode problem solving adalah

cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik

tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk

mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Sedangkan menurut  Gulo

(2002:111) menyatakan bahwa problem solving adalah metode yang

mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada

terselesaikannya suatu masalah secara menalar.


Senada dengan pendapat diatas Sanjaya (2006:214)

menyatakan pada metode pemecahan masalah, materi pelajaran tidak

terbatas pada buku saja tetapi juga bersumber dari peristiwa – peristiwa

tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Ada beberapa  kriteria

pemilihan bahan pelajaran untuk metode pemecahan masalah yaitu:


a)      Mengandung isu – isu yang mengandung konflik bias dari berita, rekaman
video dan lain – lain
b)      Bersifat familiar dengan siswa
c)      Berhubungan dengan kepentingan orang banyak
d)     Mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki siswa sesuai
kurikulum yang berlaku
e)      Sesuai dengan minat siswa sehingga siswa merasa perlu untuk mempelajari

Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari  metode

pemecahan masalah banyak digunakan guru bersama dengan penggunaan

metode lainnya. Dengan metode ini guru tidak memberikan informasi

dulu  tetapi informasi diperoleh siswa setelah memecahkan masalahnya.

Pembelajaran pemecahan masalah berangkat dari masalah yang harus

dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan.

Suatu soal dapat dipandang sebagai “masalah” merupakan hal

yang sangat relatif. Suatu soal yang dianggap sebagai masalah bagi

seseorang, bagi orang lain mungkin hanya merupakan hal yang rutin belaka.

Dengan demikian, guru perlu berhati-hati dalam menentukan soal yang akan

disajikan sebagai pemecahan masalah. Bagi sebagian besar guru untuk


memperoleh atau menyusun soal yang benar-benar bukan merupakan

masalah rutin bagi siswa mungkin termasuk pekerjaan yang sulit. Akan

tetapi hal ini akan dapat diatasi antara lain melalui pengalaman dalam

menyajikan soal yang bervariasi baik bentuk, tema masalah, tingkat

kesulitan, serta tuntutan kemampuan intelektual yang ingin dicapai atau

dikembangkan pada siswa.

Pembelajaran problem solving merupakan bagian dari

pembelajaran berbasis masalah (PBL). Menurut Arends (2008 : 45)

pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan

pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik

dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri.

Pada pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk

melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara

menggali informasi sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari

solusi dari permasalahan yang ada. Solusi dari permasalahan tersebut tidak

mutlak mempunyai satu jawaban yang benar artinya siswa dituntut pula

untuk belajar secara kritis. Siswa diharapkan menjadi individu yang

berwawasan luas serta mampu melihat hubungan pembelajaran dengan

aspek-aspek yang ada di lingkungannya.


Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan metode

pembelajaran problem solving adalah suatu penyajian materi pelajaran yang

menghadapkan siswa pada persoalan yang harus dipecahkan atau

diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran ini

siswa di haruskan melakukan penyelidikan otentik untuk mencari

penyelesaian terhadap masalah yang diberikan. Mereka menganalisis dan

mengidentifikasikan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan

dan menganalisis informasi dan membuat kesimpulan.


b.Manfaat dan Tujuan dari  Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving
Method)

 Manfaat dari penggunaan metode problem solving pada proses belajar

mengajar untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih menarik.

Menurut Djahiri (1983:133) metode problem solving memberikan beberapa

manfaat antara lain :


a)         Mengembangkan sikap keterampilan siswa dalam memecahkan
permasalahan, serta dalam mengambil kepuutusan secara objektif dan
mandiri
b)         Mengembangkan kemampuan berpikir para siswa, anggapan yang
menyatakan bahwa kemampuan berpikir akan lahir bila pengetahuan makin
bertambah
c)         Melalui inkuiri atau problem solving kemampuan berpikir tadi diproses
dalam situasi atau keadaan yang bener – bener dihayati, diminati siswa serta
dalam berbagai macam ragam altenatif
d)        Membina pengembangan sikap perasaan (ingin tahu lebih jauh) dan cara
berpikir objektif – mandiri, krisis – analisis baik secara individual maupun
kelompok
Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan

yang hendak dicapai. Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah

sebagai berikut.

1)      Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian

menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.

2)      Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi

siswa.

3)       Potensi intelektual siswa meningkat.

4)      Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses

melakukan penemuan.

Tahap – Tahap Kemampuan yang diperlukan ;


1. Merumuskan masalah. Mengetahui dan merumuskan masalah
secara jelas
2. Menelaah masalah. Menggunakan pengetahuan untuk
memperinci menganalisa masalah dari berbagai sudut
3. Merumuskan hipotesis. Berimajinasi dan menghayati ruang
lingkup, sebab – akibat dan alternative penyelesaian
4. Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan
pembuktian hipotesis. Kecakapan mencari dan menyusun data
menyajikan data dalam bentuk diagram,gambar dan tabel
5.  Pembuktian hipotesis . Kecakapan menelaah dan membahas
data, kecakapan menghubung – hubungkan dan menghitung
Ketrampilan mengambil keputusan dan kesimpulan
6.  Menentukan pilihan penyelesaian. Kecakapan membuat
altenatif penyelesaian kecakapan dengan memperhitungkan
akibat yang terjadi pada setiap pilihan
Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan langkah –

langkah yang harus diperhatikan oleh guru dalam memberikan

pembelajaran problem solving sebagai berikut:

1.      Merumuskan masalah

Dalam merumuskan masalah kemampuan yang diperlukan

adalah kemampuan mengetahui dan merumuskan suatu

masalah.

2.      Menelaah masalah

 Dalam menelaah masalah kemampuan yang diperlukan adalah

menganalisis dan merinci masalah yang diteliti dari berbagai

sudut.

3.      Menghimpun dan mengelompokkan data sebagai bahan

pembuktian hipotesis

Menghimpun dan mengelompokkan data adalah memperagakan

data dalam bentuk bagan, gambar, dan lain-lain sebagai bahan

pembuktian hipotesis.

4.      Pembuktian hipotesis

Dalam pembuktian hipotesis kemampuan yang diperlukan

adalah kecakapan menelaah dan membahas data yang telah

terkumpul.
5.      Menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan

Dalam menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan

kemampuan yang diperlukan adalah kecakapan membuat

alternatif pemecahan, memilih alternatif pemecahan dan

keterampilan mengambil keputusan.


d.  Kelebihan dan Kekurangan Pemecahan Masalah (Problem
Solving Method)

1. Pembelajaran problem solving ini memiliki keunggulan dan

kelemahan. Adapun keunggulan model pembelajaran problem

solving diantaranya yaitu melatih siswa untuk mendesain suatu

penemuan, berpikir dan bertindak kreatif, memecahkan masalah

yang di hadapi secara realistis, mengidentifikasi dan melakukan

penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan,

merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat, serta dapat

membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan

khususnya dunia kerja.


Kelemahan metode problem solving

Sementara kelemahan model pembelajaran problem solving itu sendiri

seperti beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini.

Misalnya terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk

melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau

konsep tersebut. Dalam pembelajaran problem solving ini memerlukan

alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode

pembelajaran yang lain.

Read more: http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/metode-
pemecahan-masalah-problem.html#ixzz7vKqtpWul

http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/metode-pemecahan-
masalah-problem.html#ixzz7vKpob6sg: http://
hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/metode-pemecahan-masalah-
problem.html#ixzz7vKoDe2jM
PENGGUNAAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

PENDAHULUAN
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia pada saat sekarang dan
yang akan datang, (Munawarah dan Surya, 2017). Matematika
merupakan salah satu unsur dalam pendidikan. Menurut Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar
Isi disebutkan bahwa mata pelajaran matematika harus diberikan kepada
semua peserta didik, mulai dari sekolah dasar untuk membekali
mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis,
kreatif, dan kooperatif (dalam Hasanah & Surya, 2017).
Hal senada menurut Depdiknas (dalam Risqi & Surya, 2017) bahwa
salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah adalah
untuk melatih pola pikir dan penalaran dalam mengambil kesimpulan,
mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah, dan
mengembangkan kemampuan untuk memberikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan melalui lisan, tertulis, gambar, grafik, peta ,
diagram, dll. Meskipun matematika memiliki peran yang penting dalam
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, kebanyakan iswa masih
kurang mampu dalam memecahkan masalah. Hal ini senada dengan
pendapat Wulandari (dalam Simamora, Sidabutar & Surya, 2017) bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di PISA dan TIMSS
tidak menunjukkan kinerja yang baik, dan kemampuan pemecahan
masalah matematika internasional berada di bawah rata-rata baik dalam
tes. Seperti dalam (Rosauli & Surya 2017) bahwa kenyataan dilapangan
siswa sering sekali merasa takut untuk menyelesaikan soal-soal
matematika, khususnya soal cerita. Hal tersebut menunjukan bahawa
kemampuan matematika siswa untuk menyelesaikan masalah masih cukup
rendah, yang pasti akan berdampak pada kemampuan berpikir matematika
siswa. Pendapat Surya & Syahputra (2017), bahwa “Almost all of the
learning process of mathematics in school beginning with shares of
definition, formula, example, and ends with exercises”, yang artinya adalah
bahwa hampir semua proses pembelajaran matematika di sekolah
diawali dengan saham definisi, rumus, contoh, dan diakhiri dengan latihan.

Dari penjelasan di atas menyiratkan bahwa pandangan dan pemahaman


guru terhadap pengertian belajar akan mempengaruhi cara guru
elaksanakan proses pembelajaran dan proses evaluasi hasil belajar siswa.
Hal senada yang diungkapkan oleh (Surya, 2012) bahwa guru yang
kurang menekankan belajar pada aspek “proses” tetapi lebih kepada
“produk”, pembelajaran akan lebih berpusat kepada guru, namun guru
dengan pandangan belajar sebagai proses mengkonstruksi informasi dan
pengalaman baru menjadi pemahaman siswa yang bermakna, guru akan
berusaha melakukan kegiatan dengan melibatkan siswa secara aktif.
Model Pembelajaran Discovery Learning Pembelajaran menjadi lebih
bermakna ketika siswa mengeksplorasi lingkungan-lingkungan
pembelajaran mereka dibandingkan secara pasif mendengarkan guru.
Peranan guru dalam pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai
berikut:
1. Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran
itu terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para
siswa.
2. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi
para siswa untuk memecahkan masalah. Sudah seharusnya materi
pelajaran itu dapat mengarah pada pemecahan masalah yang aktif dan
belajar penemuan, misalnya dengan menggunakan fakta-fakta
yang berlawanan.
3. Guru juga harus memperhatikan cara penyajian yang enaktif,
ikonik, dan simbolik.
4. Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara
teoritis, guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau
tutor.
Guru hendaknya jangan mengungkapkan terlebuh dahulu prinsip atau
aturan yang akan dipelajari, tetapi ia hendaknya memberikan saran-
saran bilamana diperlukan. Sebagai tutor, guru sebaiknya memberikan
umpan balik pada waktu yang tepat. Bruner (Schunk, 2012) engemukakan
bahwa: Belajar menemukan (discovery learning) mengacu pada
penguasaan pengetahuan untuk diri sendiri. Belajar penemuan
melibatkan arahan guru untuk mengatur aktivitas-aktivitas yang
dilakukan siswa seperti mencari, mengolah, menelusuri dan menyelidiki.
Siswa mempelajari pengetahuan baru yang relevan dengan bidang
studi dan ketrampilan-ketrampilan masalah umum seperti
memformulasikan aturan, menguji hipotesis dan mengumpulkan
informasi (hlm. 372).
Langkah-langkah model pembelajaran discovery learning menurut Sri
Anitah berikut:
1. Identifikasi masalah, pada tahap ini guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mencari dan mengumpulkan sebanyak mungkin
masalah yang berhubungan dengan tema yang akan dipelajari.
2. Mengembangkan solusi, pada tahap ini siswa diajak untuk membuat
suatu hipotesis atas masalah yang telah ditentukan sebelumnya.
3. Pengumpulan data, pada tahap ini guru memberikan waktu kepada
siswa untuk mengumpulkan data yang terkait dengan masalah. Data
tersebut bisa dari observasi langsung, internet, buku, eksperimen, ataupun
sumbersumber yang lain.
4. Analisis dan intepretasi data, pada tahap ini siswa menganalisis data hasil
temuannya, lalu mengembangkan pernyataan pendukung data. Setelah itu
data diuji hipotesis dan disimpulkan.
5. Uji kesimpulan, setelah ada kesimpulan dari siswa, muncullah data baru
dan ditahap ini dilakukan pengujian terhadap hasil kesimpulan. Jika
terjadi kekurangan dapat dilakukan revisi kesimpulan tersebut.
Hal yang menyebabkan rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa
adalah model pembelajaran yang kurang cocok yang digunakan oleh guru
untuk dapat menggali kemampuan pemecahan masalah pada diri
siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah adalah model Discovery Learning.
Kurniati & Surya (2017), bahwa prinsip-prinsip pembelajaran pada
Kurikulum-2013 yang digunakan adalah model pembelajaran yang
berorientasi pada siswa, dimana siswa tidak lagi diberitahu melainkan
mencari tahu. (Martaida & Buki 2017)Salah satu model pembelajaran
yang tepat adalah model Discovery Learning atau model penemuan,
yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir seperti
penalaran, kemampuan memecahkan masalah, berpikir kritis, dan
sebagainya Menurut Adelia & Surya (2017) bahwa dalam belajar
penemuan (discovery), kegiatan atau pembelajaran dirancang
sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip melalui proses mental sendiri. Hal ini senada dengan
pendapat Herman bahwa, Discovery Learning adalah suatu model untuk
mengembangkan cara siswa secara aktif menemukan sendiri dan
menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama
dalam ingatan dan tidak akan mudah dilupakan oleh siswa. Selanjutnya
menurut (Adelia & Surya, 2017), bahwa dalam menemukan konsep,
siswa melakukan pengamatan, mengklasifikasikan, membuat
dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk
menemukan beberapa konsep atau prinsip-prinsip Penerapan model
Discovery Learning ini diharapkan dapat mengatasi kesulitan siswa
dalam mempelajari matematika dan siswa dapat mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah,berpikir analisis, kritis dengan
menemukan sendiri penyelesaian permasalahan dalam kehidupan sehari-
hari.

METODE PENELITIAN
Metode dalam penelitian ini ialah riset pustaka.Dimana peneliti membaca
buku ataupun jurnal untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan
dengan pemecahan masalah dengan discovery learning. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, yaitu melacak
sumber tertulis yang berisi berbagai tema dan topik yang dibahas.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Proses belajar mengajar dengan metode pembelajaran discovery
learning ini adalah setiap siswa dituntut keaktifannya ketika
pembelajaran berlangsung dan dibantu dengan media kertas yang berisi
materi yang akan dipahami dan dihapal siswa serta akan
memberi informasi apa yang telah didapat dari guru dan pengetahuan yang
ada pada dirinya kepada temannya.Setelah Sebelum memulai
pembelajaran kedua kelas tersebut diberi pre-test kemampuan
pemecahan masalah untuk mengukur kemampuan awal siswa,
dan setelah perlakuan diberikan post-test (test akhir) untuk
mengetahui peningkatan kemampuan berpikir luwes matematis
siswadata terkumpul dari dua pertemuan, maka data tersebut dianalisis
oleh penulis. Untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan kemampuan awal siswa secara
signifikan, maka lakukan analisis uji statistik perbedaan dua rata-
rata. Sebelum dilakukan uji perbedaan dua rata-rata data pre-test,
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Tujuan dari uji normalitas
untuk mengetahui apakah kedu sampel berdistribusi normal atau
tidak. Hasil pengujian normalitas data pre-test yang digunakan
adalah uji Shapiro-Wilk. (Nieveen 1999) Peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang termasuk dalam kategori
sedang diduga disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

a. Kegiatan Pembelajaran
Dalam suatu kegiatan pembelajaran yang sudah terencana, tidak
menjamin bahwa kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan
lancar. Kemungkinan mengalami suatu hambatan/kendala terjadi
pada kegiatan tersebut, begitu pun dengan kegiatan pembelajaran
dalam penelitian ini.Beberapa kendala yang terjadi ketika
pelaksanaan pembelajaran, yaitu menajemen kelas atau pengkondisian
kelas(Lockood,E.2013). (Khairul & Surya 2018) Berdasarkan teori
perkembangan kognitif Piaget, anak usia SMP (12-15 tahun) belum
sepenuhnya dapat berpikir abstrak, dalam pembelajarannya kehadiran
benda-benda konkrit masih diperlukan. Meski begitu harus pula mulai
dikenalkan benda-benda semi konkrit. Namun pada level SMP ini, anak
sudah mulai dapat menangkap maksud dari suatu permasalahan secara
lebih jelas, mempertimbangkan, mengajukan dugaan, dan menganalisa
secara sederhana keterkaitan antar subjek permasalahan Selain itu,
kurangnya manajeman waktu yang baik menyebabkan terkadang
jam pelajaran matematika mengambil beberapa menit ke jam pelajaran
berikutnya.
Untuk mengatasi kendala tersebut, guru lebih sering mengingatkan
waktu atau memberikan batas waktu kepada siswa ketika sedang
dalam aktivitas pembelajaranWalaupun terdapat beberapa kendala
yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung sehingga ada aktivitas
guru dan aktivitas siswa yang tidak terlaksana pada beberapa ertemuan,
tetapi pada umumnya aktivitas guru dan aktivitas siswa dapat
dikatakan cukup baik dan sesuai.

b. Internal Siswa
Kondisi teman-teman sekelas juga dapat mempengaruhi kemandirian,
sikap dan motivasi siswa untuk belajar. Hal ini berpengaruh kepada
pengelompokan siswa dan pengerjaan LKS, pengelompokan ini
hanya dilaksanakan pada kelas eksperimen dikarenakan pembelajaran
yang biasa dilakukan disekolah atau pembelajaran ekspository
adalah pembelajaran individu bukan kelompok. Hal yang sudah
dilakukan oleh guru pada kelas eksperimen, yaitu memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memilih anggota kelompoknya masing-
masing agar siswa merasa nyaman untuk belajar bersama dengan
teman-teman yang dekat dengannya. Selain itu pada pertemuan
selanjutnya siswa diberikan kesempatan untuk berganti kelompok.
Kemandirian belajar siswa terhadap model discovery learning
tergolong positif. Ini menunjukkan bahwa siswa merasa senang
terhadap pembelajaran tersebut. Pada kelas kontrol tidak adanya
pengelompokan siswa dalam pengerjaan LKS maka diskusi siswa
hanya sebatas teman yang posisinya dekat dan guru sebagai pembimbing.

c. Kemandirian Belajar Siswa


Angket kemandirian belajar yang diberikan kepada kelas eksperimen
terbagi kedalam 9 indikator yaitu:
• inisiatif belajar;
• mendiagnosa kebutuhan belajar;
• menerapkan tujuan/ target belajar;
• memonitor,
• mengatur dan mengkontrol belajar;
• memandang kesulitasn sebagai suatu
tantangan;
• memanfaatkan dan mencari sumber
yang relevan;
• memilih, menerapkan strategi belajar;
• mengevaluasi proses dan hasil
belajar;
• self-efficacy/ konsep diri/ kemampuan
diri.
Angket skala kemandirian siswa pada penelitian ini terdiri dari 25
pernyataan dengan 13 pernyataan positif dan 12 pernyataan
negatif. selanjutnya guru tidak memotivasi siswa yang belum
benar menjawab dan berani bertanya atau mengemukakan pendapat
dan tidak membimbing siswa membuat kesimpulan dari hasil diskusi
kelas. Hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang belum aktif dalam
proses pembelajaran dan guru dapat mengefektifkan waktu sehingga
aktivitas tersebut tidak dilakukan.

KESIMPULAN
Adanya pengaruh penggunaan model discovery learning dalam
kemampuan memcahkan masalah matematis.Tentunya didukung oleh
beberapa faktor seperti,
• kegiatan pembelajaran
• internal siswa
• kemandirian belajar siswa

DAFTAR PUSTAKA
Adelia,W.,Surya,E.2017.Resolution to Increase Capacity by Using Math
Student
Learning Guided Discovery Learning(gdl).International Journal of
Sciences Basic and Applied
Research(IJSBAR).Vol 34(1).pp 299-307

Hasanah,M.,Surya,E.2017.Differences in the Abilities of Creative


Thinking and
Problem Solving of Students in Mathematics by Using cooperative
Learning and Learning of Problem Solving. International Journal
Sciences
Basic and Applied Research (IJSBAR).34.01:286-299

Kurniati,Surya.E.2017.Student Perception of Their Teacher Teaching


Style.International Journal Sciences
Basic and Applied Research (IJSBAR).33(2) 91-98

Khairul,R.,D.,Surya,E.2018. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis


dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Negeri 1 Pekubuan.

Lockood,E.2013.A Model Of Students’Combinatoral Thinking.Unite


State: Oreon State University.Journal of Mathematical Behavior 32:251-
265
Martaida,T.,Bukit,,N.,dkk.2017.The Effect of Discoovery Learning Model
on Students critical Thingking and Cognitive Ability in Junior High
school.Journal of Research & Method in
Education(IOSR).pp 01-08
Munawarah,N.,Surya,E.2017.An Analysis of
The Difficulties in Learning Mathematics by Using Scientific Approach
at SMA Negeri 3 Manyak Payed. International Journal Sciences Basic
and Applied
Research (IJSBAR).33:94-104

Nieveen,N.1999.Prototyping to Reach Product Quality.In Jan Van den


Ekker,R.M.Branch,K.Gustafson,N.Nieveen & Tj.Plomp (eds).Design
Approaches and Tools in Education and Training(pp 125-
135).Dordrecht:Kluwer Academic Publishers.

Rizqi,R.,Surya,E.2017.An Analysis Of Student Mathematical Reasioning


Ability In VII Grade Of Sabilina Tembung Junior igh
School.Intenational Journal Of Advance Research And Innovative Ideas
In Education(IJARIIE).Vol 3.pp 3527

Rosauli,N.S,Surya,E.2017.Pengaruh Problem Based Learning (PBL)


Terhadap Kemampuan.
Schunk, Dale H. (2012). Learning Theories.
Jakarta: Pustaka belajar.
Simamora,R.E.,Sidabutar,D.R.,Surya,E.2017.Improving Learning Activity
and Student Problem Solving Skill Through Problem Based Learning
(PBL) in junior High School.International Journal o Sciences
Basic and Applied Research(IJBAR).Vol 33(2),321-331

Surya,E.2012.Upaya Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah dengan

Syahputra,E.Surya,E.2017.The Development of Learning Model Based


on Problem Solving to Construct High-Order Thingking Skill on the
Learning
th
Mathematic of 11 Grade in SMA/MA.Journal of Education and

Practice.Vol 8(1).pp 80-85


PEMECAHAN MASALAH DAN DISCOVERY IPA SD

DOSEN PENGAMPU : HAERUNNISAH, M PD

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK VI

Nama : 1. Sri Suryani


2. Rusmawati
3. Siti Zaenab

Kelas : II - D
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR (PGSD)
STKIP TAMAN SISWA BIMA
MARET 2023

Anda mungkin juga menyukai