DISUSUN OLEH:
EMAIL : iin.gabe97@gmail.com
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan maka dibutuhkan suatu cara khusu
untuk mendapatkannya. Salah satu caranya adalah menggunakan model pembelajaran. Dalam
hal ini guru dituntut untuk dapat memiliih model pembelajaran yang dapat memacu semangat
dan peran aktif peserta didiknya dalam belajar. Salah satu model pembelajaran yang
memungkinkan dikembangkannya cara berpikir aktif peserta didik adalah model
pembelajaran Problem Based Learning.
Adapun metode yang dilakukan dalam proses pengerjaan makalah ini adalah metode
kepustakaan. Dimana, penulis melakukan penelitian dengan mencari sumber bacaan dan
melakukan serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka,
membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.
Penulis memilih metode ini dalam proses penulisan makalah ini dikarenakan
persoalan makalah ini hanya dapat diselesaikan melalui penelitian pustaka, selain itu
penyelesaian makalah dalam penelitian ini mengharuskan penulis untukberhadapan langsung
dengan teks atau data bukan dengan pengetahuan langsung dari lapangan yang berupa
kejadian.
PEMBAHASAN
Dari pernyataan tersebut dapat kita pahami bahwa model pembelajaran merupakan
kerangka yang didesain untuk melakukan pembelajaran, model tersebut digunakan untuk
mempermudah pencapaian tujuan dalam proses pembelajaran. ada beberpa jenis model yang
dapat digunakan dalam pembelajaran, namun penggunaannya harus disesuaikan dengan
materi. karena tidak semua model pembelajaran dapat digunakan dan sesuai dengan materi
yang akan di ajarkan (Mujiyati, 2016).
Salah satu model yang dapat digunakan untuk mengkontruksi pembelajaran sejarah
adalah Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah. Menurut
Barrow, model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang diperoleh melalui
proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah (Huda, M 2014).
Problem Based Learning (PBL) dapat dimaknai sebagai metode pendidikan yang
mendorong mahasiswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk
mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk
mengaktifkan keingintahuan mahasiswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. PBL
menyiapkan mahasiswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk
mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran (Saleh, 2013).
Dalam metode PBL, peserta didik diberikan suatu permasalahan. Kemudian secara
berkelompok (sekitar 5 - 8 orang), mereka akan berusaha untuk mencari solusi atas
permasalahan tersebut. Untuk mendapatkan solusi, mereka diharapkan secara aktif mencari
informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber. Informasi dapat diperoleh dari bahan
bacaan (literatur), narasumber, dan lain sebagainya (Muhson, 20015).
Ciri lainnya dalam model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning),
dosen lebih banyak berperan sebagai fasilitator, pembimbing dan motivator. Dosen
mengajukan masalah otentik/mengorientasikan mahasiswa kepada permasalahan nyata (real
world), memfasilitasi/ membimbing dalam proses penyelidikan, menfasilitasi dialog antara
mahasiswa, menyediakan bahan ajar mahasiswa serta memberikan dukungan dalam upaya
meningkatkan temuan dan perkembangan intektual mahasiswa (Saleh, 2013).
Sedangkan menurut Problem Based Learning (PBL) terdiri dari tujuh langkan yaitu
sebagai berikut:
Arends bahwa Problem Based Learning mendukung pemikiran tingkat tinggi dalam
situasi berorientasi masalah. Keterlaksanaan pemikiran tingkat tinggi tidak lepas dari peran
seorang guru. Peran guru dalam pelaksanaan problem-based learning adalah
mempresentasikan ide-ide atau mendemontrasikan berbagai keterampilan dengan cara
menyodorkan berbagai masalah autentik, memfasilitasi penyelidikan siswa, dan mendukung
pembelajaran siswa. sehingga, peran guru mampu meningkatkan hasil belajar siswa, karena
siswa tidak mampu terlepas dari bantuan guru. Adapun peran guru dalam menerapakan
problem-based learning dapat meningkatkan hasil belajar meliputi aspek kognitif,
psikomotor, dan afektif.
Peran problem-based learning dalam aspek kognitif, diungkapkan Masek & Yamin,
bahwa In theory, the PBL method is believed to create an environment that conductive for
deep content learning, which in believed to affect students ability to apply knowledge.
Sejalan dengan Tan bahwa problem-based learning berkontribusi terhadap aspek kognitif.
Peran problem-based learning dalam aspek psikomotor, diungkapkan Savery & Dufy
menjelaskan hubungan antara teori dan praktik dalam lingkungan problembased learning
siswa terlihat aktif bekerja sesuai dengan tugas dan kegiatan otentik. Fokusnya
mengkonstruksi pengetahuan dan mengaplikasikannya dalam keterampilan. Peran problem-
based learning dalam aspek afektif, diungkapkan Hande, Muhammed, & Kommatil,
Problem-based learning in small groups provided students with a favourable, safe
environment for developing the necessary skills and attitudes. Sehingga, pendidikan perlu
ditelaah lebih lanjut pentingnya keberadaan kemampuan sikap untuk menjadi individu yang
pinter, bener, dan pener (Nurtanto, 2015).
Guru memberikan suatu permasalahan yang menimbulkan rasa bingung pada benak
peserta didik. Tahap ini dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan dan memberikan
anjuran membaca buku.
Pada tahap ini, guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang
relevan atau paling benar dan menentukan jawaban sementara untuk persoalan ynag
diberikan (hipotesis)
5. membuat laporan menganai hasil pemecahan masalah yang nantinya akan bersama-
sama untuk dievaluasi
Semua hasil pengumpulan informasi tadi yang berupa hasil bacaan, pengamatan, dll
kemudian diolah dan dibuat laporannya yang selanjutnya akan dievaluasi secara bersama.
KESIMPULAN
Problem Based Learning (PBL) dapat dimaknai sebagai metode pendidikan yang
mendorong mahasiswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk
mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk
mengaktifkan keingintahuan mahasiswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. PBL
menyiapkan mahasiswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk
mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran.
Keberhasilan model PBM sangat tergantung pada ketersediaan sumber belajar bagi
mahasiswa, alat-alat untuk menguji jawaban atau dugaan, menuntut adanya perlengkapan
praktikum, memerlukan waktu yang cukup apalagi data harus diperoleh dari lapangan, serta
kemampuan dosen dalam mengangkat dan merumuskan masalah.
DAFTAR PUSTAKA