Anda di halaman 1dari 11

TUGAS RUTIN STRATEGI BELAJAR MATEMATIKA

SIMULASI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED


LEARNING (PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

DISUSUN OLEH:

IIN SRIMULYANI P (4163311023)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


EKSTENSI A 2016
FMIPA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2017
SIMULASI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

NAMA : IIN SRIMULYANI P

EMAIL : iin.gabe97@gmail.com

ABSTRAK

Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang menjadikan masalah


sebagi titik tumpuh pembahasan ataupun sintesis dalam usaha pemecahan masalah yang
dilakukan oleh peserta didik. Di dalam makalah ini akan dibahas apa itu model Problem
Based Learning, bagaimana ciri-cirinya, langkah-langkah pengerjaanya, dan juga simulasi
dalam model pembelajaran Problem Based Learning ini.

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan


kebiasaan yang diturunkan dari generasi ke generasi melalui proses penelitian, pelatihan, dll.
Pendidikan memegang peranan penting dalam proses majunya suatu bangsa. Untuk
mendapatkan bangsa dengan generasi yang berkualitas, maka dibutuhkan pendidikan yang
berkualitas pula. Untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas, hal pertama yang kita
lihat adalah bagaimana proses belajarnya berlangsung. Di dalam proses belajar mengajar guru
dituntut agar lebih kreatif dalam membawakan materi pembelajaran agar peserta didik lebih
tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Namun demikian, dalam belajar daya tangkap peserta
didik tidaklah sama.

Untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan maka dibutuhkan suatu cara khusu
untuk mendapatkannya. Salah satu caranya adalah menggunakan model pembelajaran. Dalam
hal ini guru dituntut untuk dapat memiliih model pembelajaran yang dapat memacu semangat
dan peran aktif peserta didiknya dalam belajar. Salah satu model pembelajaran yang
memungkinkan dikembangkannya cara berpikir aktif peserta didik adalah model
pembelajaran Problem Based Learning.

Di dalam Problem Based Learning kemampuan berpikir siswa betul-betu


dioptimalkan melalui proses belajar dengan menggunakan tim atau kelompok yang sistematis
sehingga peserta didik dapat mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan
berpikirnya secara berkesinambungan.
METODE

Adapun metode yang dilakukan dalam proses pengerjaan makalah ini adalah metode
kepustakaan. Dimana, penulis melakukan penelitian dengan mencari sumber bacaan dan
melakukan serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka,
membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.

Penulis memilih metode ini dalam proses penulisan makalah ini dikarenakan
persoalan makalah ini hanya dapat diselesaikan melalui penelitian pustaka, selain itu
penyelesaian makalah dalam penelitian ini mengharuskan penulis untukberhadapan langsung
dengan teks atau data bukan dengan pengetahuan langsung dari lapangan yang berupa
kejadian.
PEMBAHASAN

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang


sistematik dan mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu
dan berfungsi sebagai pedoman para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan dan melakukan aktivitas pembelajaran (Septian, 2017).

Model pembelajaran adalah pola yang di gunakan sebagai pedoman dalam


merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran dapat di jadikan
pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien
untuk mencapai tujuan pendidikannya. Menurut Bruce Joice dan Marsha Weil ada empat
kelompok model pembelajaran yaitu (1) Model Interaksi Sosial (2) model pengolahan
informasi (3) model personal-humanistik dan (4) model modifikasi tingkah laku (Huda. M
2014:74).

Dari pernyataan tersebut dapat kita pahami bahwa model pembelajaran merupakan
kerangka yang didesain untuk melakukan pembelajaran, model tersebut digunakan untuk
mempermudah pencapaian tujuan dalam proses pembelajaran. ada beberpa jenis model yang
dapat digunakan dalam pembelajaran, namun penggunaannya harus disesuaikan dengan
materi. karena tidak semua model pembelajaran dapat digunakan dan sesuai dengan materi
yang akan di ajarkan (Mujiyati, 2016).

Ivor K. Davis, seperti dikutip Rusman, mengemukakan bahwa, Salah satu


kecenderungan yang sering dilupakan ialah melupakan bahwa hakikat pembelajaran adalah
belajarnya mahasiswa dan bukan mengajarnya dosen. Dosen dituntut dapat memilih model
pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap mahasiswa untuk secara aktif ikut terlibat
dalam pengalaman belajarnya. Salah satu model pembelajaran yang memungkinkan
dikembangkannya keterampilan berpikir mahasiswa (penalaran, komunikasi dan koneksi)
dalam memecahkan masalah adalah Pembelajaran Berbasis Masalah (Rusman, 2011).

Salah satu model yang dapat digunakan untuk mengkontruksi pembelajaran sejarah
adalah Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah. Menurut
Barrow, model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang diperoleh melalui
proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah (Huda, M 2014).

Problem Based Learning (PBL) dapat dimaknai sebagai metode pendidikan yang
mendorong mahasiswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk
mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk
mengaktifkan keingintahuan mahasiswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. PBL
menyiapkan mahasiswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk
mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran (Saleh, 2013).

Model pembelajaran PBL merupakan cara penyajian bahan pelajaran dengan


menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam
usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh mahasiswa. Permasalahan itu dapat diajukan
atau diberikan dosen kepada mahasiswa, dari mahasiswa bersama dosen, atau dari mahasiswa
sendiri, yang kemudian dijadikan pembahasan dan dicari pemecahannya sebagai kegiatan-
kegiatan belajar mahasiswa (Nata, 2009).

Dalam metode PBL, peserta didik diberikan suatu permasalahan. Kemudian secara
berkelompok (sekitar 5 - 8 orang), mereka akan berusaha untuk mencari solusi atas
permasalahan tersebut. Untuk mendapatkan solusi, mereka diharapkan secara aktif mencari
informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber. Informasi dapat diperoleh dari bahan
bacaan (literatur), narasumber, dan lain sebagainya (Muhson, 20015).

Didalam strategi PBM terdapat tiga ciri utama:

Pertama, strategi PBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam


pembelajaran ini tidak mengharapkan mahasiswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat
kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi PBM mahasiswa aktif
berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.

Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi PBM


menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah
tidak mungkin ada proses pembelajaran.

Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir


secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif
dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya
berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses
penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

Ciri lainnya dalam model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning),
dosen lebih banyak berperan sebagai fasilitator, pembimbing dan motivator. Dosen
mengajukan masalah otentik/mengorientasikan mahasiswa kepada permasalahan nyata (real
world), memfasilitasi/ membimbing dalam proses penyelidikan, menfasilitasi dialog antara
mahasiswa, menyediakan bahan ajar mahasiswa serta memberikan dukungan dalam upaya
meningkatkan temuan dan perkembangan intektual mahasiswa (Saleh, 2013).

Ada beberapa pendapat mengenai langkah-langkah dalam proses Problem Based


Learning (PBL) yang pertama menurut Arends 1997 menyatakan bahwa terdapat lima
langkah dalam proses PBL yaitu:

1. Orientasi siswa pada masalah;


2. mengorganisir siswa dalam pembelajaran;
3. membina pengkajian atau analisis individu maupun kelompok;
4. mengembangkan dan menyajikan hasil karya;
5. menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Mujiyati, 2016).

Sedangkan menurut Problem Based Learning (PBL) terdiri dari tujuh langkan yaitu
sebagai berikut:

1. Mengklarifikasikan istilah dan konsep;


2. Merumuskan masalah;
3. Menganalisis masalah atau proses pengkomunikasian mengenai konsep ataupun
penyelesaian suatu masalah;
4. Menata gagasan secara sistematis dan menganalisisnya dengan dalam;
5. Memformulasikan tujuan pembelajaran;
6. Mencari informasi tambahan dari sumber lain (diluar diskusi kelompok);
7. Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan membuat laporan
untuk guru/ kelas (Amir, 2015).

Dari kedua pendapat tersebut secara garis besar langkah-langkah pembelajaran


melalui model Problem Based Learning (PBL) terdiri atas:

1. penyajian masalah yang dilakukan oleh guru;


2. pengarahan guru terhadap pembelajaran;
3. mengarahkan peserta didik untuk memperoleh alternatif pemecahan masalah;
4. mendorong peserta didik untuk mengungkapkan solusi masalah yang menurut
analisisnya paling tepat berdasarkan beberapa kemungkinan;
5. membuat laporan menganai hasil pemecahan masalah yang nantinya akan bersama-
sama untuk dievaluasi

Arends bahwa Problem Based Learning mendukung pemikiran tingkat tinggi dalam
situasi berorientasi masalah. Keterlaksanaan pemikiran tingkat tinggi tidak lepas dari peran
seorang guru. Peran guru dalam pelaksanaan problem-based learning adalah
mempresentasikan ide-ide atau mendemontrasikan berbagai keterampilan dengan cara
menyodorkan berbagai masalah autentik, memfasilitasi penyelidikan siswa, dan mendukung
pembelajaran siswa. sehingga, peran guru mampu meningkatkan hasil belajar siswa, karena
siswa tidak mampu terlepas dari bantuan guru. Adapun peran guru dalam menerapakan
problem-based learning dapat meningkatkan hasil belajar meliputi aspek kognitif,
psikomotor, dan afektif.

Peran problem-based learning dalam aspek kognitif, diungkapkan Masek & Yamin,
bahwa In theory, the PBL method is believed to create an environment that conductive for
deep content learning, which in believed to affect students ability to apply knowledge.
Sejalan dengan Tan bahwa problem-based learning berkontribusi terhadap aspek kognitif.

Peran problem-based learning dalam aspek psikomotor, diungkapkan Savery & Dufy
menjelaskan hubungan antara teori dan praktik dalam lingkungan problembased learning
siswa terlihat aktif bekerja sesuai dengan tugas dan kegiatan otentik. Fokusnya
mengkonstruksi pengetahuan dan mengaplikasikannya dalam keterampilan. Peran problem-
based learning dalam aspek afektif, diungkapkan Hande, Muhammed, & Kommatil,
Problem-based learning in small groups provided students with a favourable, safe
environment for developing the necessary skills and attitudes. Sehingga, pendidikan perlu
ditelaah lebih lanjut pentingnya keberadaan kemampuan sikap untuk menjadi individu yang
pinter, bener, dan pener (Nurtanto, 2015).

Model pembelajaran Problem Based Learning dinilai memiliki berbagai kelebihan


sebagai berikut:

1. Dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan,


khususnya dengan dunia kerja;
2. Dapat membiasakan para mahasiswa menghadapi dan memecahkan masalah secara
terampil, yang selanjutnya dapat mereka gunakan pada saat menghadapi masalah
yang sesungguhnya di masyarakat kelak;
3. Dapat merangsang pengembangan kemampuan berpikir secara kreatif dan
menyeluruh, karena dalam proses pembelajarannya, para mahasiswa banyak
melakukan proses mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai aspek (Nata,
2009)
Beberapa kelemahan strategi pembelajaran berbasis masalah antara lain:
1. Manakala mahasiswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup
waktu untuk persiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari.
4. PBM tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian dosen berperan
aktif dalam menyajikan materi. PBM lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut
kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah.
5. Dalam suatu kelas yang memiki tingkat keragaman mahasiswa yang tinggi akan
terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.
6. PBM kurang cocok untuk diterapkan di Sekolah Dasar karena masalah kemampuan
bekerja dalam kelompok. PBM sangat cocok untuk mahasiswa perguruan tinggi atau
paling tidak sekolah menengah.
7. PBM biasanya membutuhkan waktu yang tidak sedikit sehingga dikhawatirkan tidak
dapat menjangkau seluruh konten yang diharapkan walapun PBM berfokus pada
masalah bukan konten materi.
8. Membutuhkan kemampuan dosen yang mampu mendorong kerja mahasiswa dalam
kelompok secara efektif, artinya dosen harus memilki kemampuan memotivasi
mahasiswa dengan baik.
9. Adakalanya sumber yang dibutuhkan tidak tersedia dengan lengkap (Nata, 20019).
SIMULASI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
1. penyajian masalah yang dilakukan oleh guru;

Guru memberikan suatu permasalahan yang menimbulkan rasa bingung pada benak
peserta didik. Tahap ini dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan dan memberikan
anjuran membaca buku.

2. pengarahan guru terhadap pembelajaran;

Guru memberikan arahan mengenai kaitan masalah yang diberikan terhadap


pemebelajaran yang sedang dilakukan.

3. mengarahkan peserta didik untuk memperoleh alternatif pemecahan masalah;

Guru membimbing peserta didiknya dalam menemukan pemecahan masalah yang


telah diberikan, Hal ini dilakukan dengan memberikan peserta didik untuk membaca berbagai
sumber, baik dengan mengamati objek, membaca literature, mewawancari subjek, dll.

4. mendorong peserta didik untuk mengungkapkan solusi masalah yang menurut


analisisnya paling tepat berdasarkan beberapa kemungkinan;

Pada tahap ini, guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang
relevan atau paling benar dan menentukan jawaban sementara untuk persoalan ynag
diberikan (hipotesis)

5. membuat laporan menganai hasil pemecahan masalah yang nantinya akan bersama-
sama untuk dievaluasi

Semua hasil pengumpulan informasi tadi yang berupa hasil bacaan, pengamatan, dll
kemudian diolah dan dibuat laporannya yang selanjutnya akan dievaluasi secara bersama.
KESIMPULAN

Problem Based Learning (PBL) dapat dimaknai sebagai metode pendidikan yang
mendorong mahasiswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk
mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk
mengaktifkan keingintahuan mahasiswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. PBL
menyiapkan mahasiswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk
mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran.

Model pembelajaran PBL merupakan cara penyajian bahan pelajaran dengan


menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam
usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh mahasiswa. Permasalahan itu dapat diajukan
atau diberikan dosen kepada mahasiswa, dari mahasiswa bersama dosen, atau dari mahasiswa
sendiri, yang kemudian dijadikan pembahasan dan dicari pemecahannya sebagai kegiatan-
kegiatan belajar mahasiswa.

Keberhasilan model PBM sangat tergantung pada ketersediaan sumber belajar bagi
mahasiswa, alat-alat untuk menguji jawaban atau dugaan, menuntut adanya perlengkapan
praktikum, memerlukan waktu yang cukup apalagi data harus diperoleh dari lapangan, serta
kemampuan dosen dalam mengangkat dan merumuskan masalah.
DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. T. 2015. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning Bagaimana


Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Huda, M. 2014. Model-model Pembelajaran dan Pengajaran Isuisu Metodis dan
Paradigmatis. Yogyakarta: Pustakan Pelajar
Muhson, Ali. 2005. Implementasi Problem-Based Learning Dalam Pembelajaran
Kewirausahaan. . Ekonomi & Pendidikan. Vol 2(3): 1-18
Mujiyati, N dan Sumiyatun. 2016. Kontruksi Pembelajaran Sejarah Melalui Problem
Based Learning (PBL). . HISTORIA. Vol 4(2): 1-10
Nata, Abuddin. 2009. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Nurtanto, M dan Sofyan H. 2015. Implementasi Problem-Based Learning Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif, Psikomotor, Dan Afektif Siswa Di SMK. .
Pendidikan Vokasi. Vol 5(3): 1-13
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Saleh, Marhamah. 2013. Strategi Pembelajaran Fiqh Dengan Problem-Based
Learning. . Ilmiah DIDAKTIKA. Vol 14(1): 1-31
Septian, A dan Rizky R. 2017. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL)
Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif. . PRISMA Universitas
Suryakancana. Vol 6(1): 1-8

Anda mungkin juga menyukai