Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan implementasi kurikulum 2013, diharapkan adanya perubahan
paradigma pada pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Guru sebagai ujung tombak
perubahan dapat mengubah pola pikir dan strategi pembelajaran yang pada
awalnya berpusat pada guru (teacher centered) berubah menjadi berpusat pada
siswa (student centered). Guru diharapkan lebih kreatif dan inovatif dalam
menyajikan materi pelajaran. Terciptanya manusia Indonesia yang produktif, kreatif
dan inovatif dapat terwujud melalui pelaksanaan pembelajaran yang dapat
dilaksanakan di berbagai lingkup dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis
dan kreatif. Pembelajaran yang dapat diterapkan adalah pembelajaran dengan
memberdayakan untuk berfikir tingkat tinggi (high order thinking). Kurikulum 2013
telah mengadobsi taksonomi Bloom yang direvisi oleh Anderson dimulai dari level
mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.
Karena tuntutan Kurikulum 2013 harus sampai pada taraf mencipta, maka siswa
harus terus menerus dilatih untuk menghasilkan sesuatu yang baru.
Dalam soal-soal pembelajaran IPA keterampilan analisis, sintesis,dan
evaluasi dapat dikembangkan misalnya dengan menyajikan stimulus dalam bentuk
data percobaan, grafik, gambar suatu fenomena atau deskripsi singkat suatu
fenomena yang selanjutnya digunakan siswa untuk menjawab soal. Soal-soal untuk
pengujian ini dapat dibuat dalam bentuk soal pilihan ganda maupun uraian. Teknik
penulisan soal HOTS secara umum hampir sama dengan teknik penulisan soal-soal
biasa tetapi karena peserta didik diuji pada proses analisis, sintesis atau evaluasi,
maka pada soal harus ada komponen yang dapat dianalisis, disintesis atau
dievaluasi. Komponen ini di dalam soal dikenal dengan istilah stimulus
Selain itu soal-soal IPA juga harus menguji keterampilan proses IPA, karena
pendekatan pembelajaran yang dianjurkan adalah pendekatan keterampilan proses.
Oleh karena itu kata kerja yang dipilih pada ranah kognitif diutamakan yang sesuai
dengan keterampilan proses. Untuk soal-soal IPA, guru dapat memilih kata kerja

1
yang sesuai dengan konsep IPA yang dipelajari peserta didik dan sesuai dengan
indikator hasil belajar yang diturunkan dari kompetensi dasar yang harus dicapai
peserta didik pada setiap konsep IPA.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan HOTS ?
b. Bagaimana karakteristik pembelajaran HOTS ?
c. Bagaimana pengembangan soal HOTS ?
d. Apa yang dimaksud dengan literasi Sains ?
e. Bagaimana pembelajaran literasi Sains ?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dari HOTS.
b. Untuk mengetahui karakteristik pembelajaran HOTS.
c. Untuk mengetahui pengembangan soal HOTS.
d. Untuk mengetahui pengertian dari literasi Sains.
e. Untuk mengetahui pembelajaran literasi Sains.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian “Higher Order Thinking Skill” (HOTS)


Higher Order of Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir kritis, logis,
reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Higher Order of Thinking Skill (HOTS) atau kemampuan berpikir
tingkat tinggi merupakan suatu kemampuan berpikir yang tidak hanya
membutuhkan kemampuan mengingat saja, namun membutuhkan kemampuan lain
yang lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir kreatif dan kritis.
Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan
metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu
pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk
menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan
memperoleh pengetahuan baru/ mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki 1.
Pendekatan keterampilan proses sains merupakan pendekatan pembelajaran
yang berorientasi kepada proses sains. Pendekatan ini diperlukan karena sains
tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan saja, tetapi juga terkandung hal
lain. Sains mengandung empat hal, yaitu konten atau produk, proses atau metode,
sikap, dan teknologi2. Sains sebagai konten atau produk berarti bahwa dalam sains
terdapat fakta-fakta, prinsip-prinsip dan teori. Sains sebagai proses atau metode
mengandung arti bahwa sains merupakan suatu proses atau metode untuk
mendapatkan pengetahuan. Selain sebagai produk dan proses, sains juga sebagai
sikap, artinya bahwa dalam sains terkandung sikap ilmiah, seperti terbuka, jujur,
tekun dan objektif. Sains sebagai teknologi mengandung pengertian bahwa sains
mempunyai keterkaitan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Jika sains
mengandung empat hal di atas, maka ketika belajar sains pun siswa perlu
mengalami keempat hal tersebut. Dalam belajar sains siswa seharusnya tidak

1
Dahar
2
Cain & Evans

3
hanya belajar produk saja, tetapi harus belajar aspek proses, sikap dan teknologi
agar siswa dapat benar-benar memahami sains secara utuh. Selain itu,
pembelajaran yang menekankan pada pengembangan keterampilan proses berarti
membimbing siswa untuk memiliki keterampilan memperoleh pengetahuan dan
mengemukakan hasilnya3.
Oleh karena itu para guru hendaknya secara bertahap mulai bergerak
melakukan penilaian hasil belajar dalam aspek keterampilan dan sikap. Proses
pembelajaran sains cenderung menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi dan menumbuhkan kemampuan
berfikir4. Pembentukan sikap ilmiah seperti ditunjukan oleh para ilmuawan sains
dapat dikembangkan melalui keterampilan-keterampilan proses sains. Sehingga
keterampilan proses sains, dapat digunakan sebagai pendekatan dalam
pembelajaran.

Keterampilan proses sains sebagai berikut5.

1. Keterampilan proses sains merupakan keterampilan khas yang digunakan oleh


semua saintis, serta dapat diterapkan untuk memahami fenomena.

2. Setiap keterampilan proses sains merupakan sains tingkah laku ilmuwan yang
dapat dipelajari oleh siswa.

3. Keterampilan proses dapat ditransfer antara isi pelajaran-pelajaran dan memberi


sumbangan pada pikiran rasional dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam keterampilan proses terdapat tiga komponen yang perlu dikembangkan,


yaitu: 1) kemampuan menggunakan pikiran (keterampilan intelektual), 2)
kemampuan nalar, 3) perbuatan efisien dan efektif untuk mencapai hasil tertentu
termasuk kreativitas. Komponen keterampilan intelektual dalam keterampilan

3
Rustaman
4
Blosser
5
Gagne

4
proses sains terjadi sebagai hasil proses tranformasi atau informasi yang diterima
otak. Keterampilan proses meliputi6: 1) keterampilan melakukan pengamatan
(observasi), 2) mengelompokkan (klasifikasi), 3) menafsirkan pengamatan
(interpretasi), 4) meramalkan (prediksi), 5) sains mengajukan pertanyaan, 6)
berhipotesis, 7) merencanakan percobaan atau penyelidikan, 8) menggunakan alat
dan bahan , 9) menerapkan konsep atau prinsip, 10) berkomunikasi

No Indikator Sub Indikator


Keterampilan Keterampilan
Proses Sains Proses Sains
1 Mengamati – Menggunakan
(observasi) sebanyak mungkin
indera
– Mengumpulkan/
menggunakan
fakta-fakta yang
relevan
2 Mengelompokkan – Mencari
(klasifikasi) perbedaan dan
persamaan
– Mengontraskan
ciri-ciri
– Membandingkan
– Mencari dasar
penggolongan
3 Menafsirkan – Menghubungkan
(interpretasi) hasil-hasil
pengamatan

6
Rustaman

5
– Mencatat setiap 6 Berhipotesis – Mengetahui
pengamatan bahwa ada
– Menyimpulkan lebih dari satu
4 Meramalkan – Menggunakan kemungkinan
(prediksi) pola-pola hasil penjelasan
pengamatan dari satu
– Mengemukakan kejadian
apa yang mungkin – Menyadari
terjadi pada bahwa suatu
keadaan yang penjelasan
belum diamati perlu diuji
5 Sains – Bertanya kebenarannya
mengajukan mengapa, apa, 7 Merencanakan – Menentukan
pertanyaan atau bagaimana penelitian/percobaan alat, bahan
– Bertanya untuk dan sumber
meminta yang akan
penjelasan dipakai
– Bertanya yang – Menentukan
berlatar belakang variabel/faktor
hipotesis penentu
– Menentukan
apa yang
diamati,
diukur atau
ditulis
– Menentukan
apa yang
akan
dilaksanakan
berupa

6
langkah-
langkah kerja
Tabel Indikator dan Sub Indikator Keterampilan
8 Menggunakan – Memakai
Proses Sains7
alat/bahan alat dan
bahan
– Mengetahui
bagaimana
menggunakan
alat dan
bahan
9 Menerapkan konsep –
Menggunakan
konsep-
konsep yang
telah dipelajari
dalam suatu
situasi baru
– Menerapkan
konsep pada
pengalaman
baru untuk
menjelaskan
apa yang
sedang terjadi

7
Rustaman

7
Taksonomi Bloom

Penilaian hasil belajar sudah biasa dilakukan oleh guru. Instrumen penilaian
yang dibuat harus memenuhi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Selama ini kita
sudah mengenal ranah taksonomi Bloom terutama dalam ranah kognitif, biasanya
dalam penulisan ranah ini ditulis dalam singkatan C1 untuk tahap kognitif
pengetahuan sampai dengan C6 untuk tahap kognitif evaluasi. Ranah-ranah pada
taksonomi Bloom mulai tahun 2001 sebenarnya sudah ada perubahan, tetapi pada
penerapannya di lapangan masih menggunakan ranah-ranah kognitif Taksonomi
Bloom yang lama. Perbedaan taksonomi Bloom yang baru ( Anderson, LW. &
Krathwohl, D.R. ) dengan yang lama tertera pada Tabel 2.

Tabel 2.Taksonomi Bloom Revisi

Perbedaan taksonomi lama dengan yang baru terletak pada ranah


sintesis, dimana pada taksonomi yang direvisi ranah sintesis tidak ada lagi,
tetapi sebenarnya digabungkan dengan analisis. Tambahannya adalah
mencipta yang berasal dari Create. Urutan evaluasi posisinya menjadi yang
kelima sedangkan mencipta urutan keenam, sehingga ranah tertinggi adalah
mencipta atau mengkreasikan. Perbedaan yang kedua adalah pada proses

8
kognitif paling rendah yaitu pengetahuan atau knowledge diubah menjadi
mengingat yang berasal dari remember. Ada peningkatan dalam proses
kognitif contohnya peserta didik tidak dituntut untuk mengetahui suatu konsep
saja tetapi harus sampai mengingat konsep yang dipelajarinya.

Level berpikir yang sesuai HOTS dilihat dari ranah kognitif taksonomi
Bloom yang lama berada pada level analisis, sintesis dan evaluasi, berarti jika
dilihat pada taksonomi yang baru level ini sampai dengan mengkreasikan
Untuk menguji keterampilan berpikir peserta didik, soal-soal untuk menilai
hasil belajar IPA dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik
menjawab soal melalui proses berpikir yang sesuai dengan kata kerja
operasional dalam taksonomi Bloom, baik pada soal kognitif, afektif maupun
psikomotorik. Di dalam pembelajaran IPA dinyatakan bahwa IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-
konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan (BSNP, 2006), berarti peserta didik harus selalu diajak untuk
belajar IPA menggunakan proses berpikir untuk menemukan konsep-konsep
IPA.

B. Karakteristik Pembelajaran HOTS


Pemberian materi Sains disesuaikan dengan hakikatnya yaitu sebagai
produk, proses, dan sikap ilmiah, sehingga diharapkan akan terbentuk juga
sikap ilmiah pada siswa. Penerapan beberapa model pembelajaran seperti
pembelajaran berbasis proyek (Project based learning), pembelajaran
berbasis masalah (Problem based learning), belajar penemuan (Discovery/
inquiry) menjadi peluang bagi guru untuk menerapkan kegiatan pembelajaran
pada level HOTS (Higher order thinking skill).Pada prakteknya, penerapan
pembelajaran HOTS bukan hal yang mudah dilaksanakan oleh guru.
Disamping guru harus benar-benar menguasai materi dan strategi
pembelajaran, guru pun dihadapkan pada tantangan dengan lingkungan
dan intake siswa yang diajarnya.

Adapun karakteristik pembelajaran pada HOTS (Higher Order of Thinking


Skill) yaitu:

- Berfokus pada pertanyaan

9
- Menganalisis / menilai argumen dan data
- Mendefinisikan konsep
- Menentukan kesimpulan
- Menggunakan analisis logis
- Memproses dan menerapkan informasi
- Menggunakan informasi untuk memecahkan masalah

Soal-soal HOTS (Higher Order of Thinking Skill) bukan berarti soal yang
sulit, redaksinya panjang dan berbelit-belit sehingga banyak membuang
banyak waktu membacanya dan sekaligus memusingkan siswa, tetapi soal
tersebut disusun secara proporsional dan sistematis untuk mengukur
Indikator Ketercapaian Kompetensi (IKK) secara efektif serta memiliki
kedalaman materi sehingga siswa pun terangsang untuk menjawab
pertanyaan dengan baik.

HOTS (Higher Order of Thinking Skill) menunjukkan pemahaman terhadap


informasi dan bernalar (reasoning) bukan hanya sekedar mengingat
informasi. Guru tidak hanya menguji ingatan, sehingga kadang-kadang perlu
untuk menyediakan informasi yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan
dan siswa menunjukkan pemahaman terhadap gagasan, informasi dan
memanipulasi atau menggunakan informasi tersebut. Teknik kegiatan-
kegiatan lain yang dapat mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan
kreatif siswa dalam bentuk menjawab pertanyaan-pertanyaan inovatif.

Berikut kata kerja operasional yang dapat digunakan guru untuk membuat
soal LOTS, MOTS dan HOTS (Anderson,2001).

Tabel 1. Kata Kerja Operasional (Anderson, 2001)

LOTS Mengetahui Mengingat kembali Kata kerja: mengingat,


mendaftar, mengulang,
menirukan

Memahami Menjelaskan Kata kerja: menjelaskan,


ide/konsep mengklasifikasikan,

10
menerima, melaporkan

MOTS Mengaplikasi Menggunakan Kata kerja: menggunakan,


informasi pada mendemonstrasikan,
domain berbeda mengilustrasikan

Menganalisis Menganalisis Kata kerja: membandingkan,


konsep dan ide memeriksa, mengkritisi,
menguji

HOTS Mengevaluasi Mengambil Kata kerja: menilai,


keputusan sendiri memutuskan, memilih,
mendukung

Mengkreasi Mengkreasi Kata kerja: mengkonstruksi,


ide/gagasan sendiri mendesain, kreasi,
mengembangkan, menulis

C. PENGEMBANGAN SOAL HOTS

Pembelajaran IPA berdasarkan Kurikulum 2013 bertujuan untuk


mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis siswa
terhadap lingkungan alam dan sekitarnya. Siswa kembali dituntut untuk
terampil menganalisis, mengevaluasi, serta mencipta. Dalam revisi
Taksonomi Bloom, ketiganya berada di level kognitif C4, C5, dan C6 yang
dikembangkan untuk mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher
Order Thinking Skills). Untuk mengukur kemampuan tersebut, guru
membutuhkan penilaian yang sesuai berupa tes berbentuk soal HOTS. Selain
sebagai alat penilaian, soal HOTS dapat membantu guru dalam
meningkatkan kualitas soal. Selain itu, soal HOTS juga melatih siswa
mengerjakan soal berstandar olimpiade nasional maupun internasional.
Melalui soal HOTS, keingintahuan dan pemahaman siswa terhadap materi
juga meningkat.

11
Lebih lanjut, soal HOTS dikembangkan dengan berpedoman pada
empat hal, yaitu konteks soal berasal dari peristiwa nyata atau faktual,
menggunakan stimulus visual, mengutamakan adanya alasan dari jawaban
yang diberikan, serta bentuk soal harus tepat dan sesuai dengan KD. Dengan
memenuhi pedoman tersebut, soal HOTS dibuat melalui langkah-langkah
berikut. Pertama, menganalisis KD dengan memperhatikan kedalaman dan
keluasan materi IPA yang sesuai dengan karakteristik siswa. Kedua,
membuat indikator soal yang mengacu pada materi IPA sesuai dengan KD
yang telah ditentukan. Ketiga, menyusun kisi-kisi soal sebagai pedoman
untuk membuat soal. Keempat, menulis butir soal berdasarkan kisi-kisi soal
dengan memperhatikan kaidah penulisan butir soal. Terakhir, membuat
pedoman penskoran atau kunci jawaban sebagai pedoman untuk menilai
jawaban.

Contoh Kisi-kisi Soal HOTS Mata Pelajaran IPA

Berdasarkan langkah-langkah pembuatan soal HOTS, guru bisa membuat


kisi-kisi soal HOTS mata pelajaran IPA dengan tepat. Misalnya, KD 3.2 pada
kelas IV semester 2 dengan materi soal berupa permasalahan yang berkaitan
dengan metamorfosis makhluk hidup. Selanjutnya, indikator soal
menggunakan kata kerja operasional (KKO) yang diturunkan dari KD,
sedangkan level kognitif ditentukan sesuai dengan Taksonomi Bloom yang
sudah direvisi yaitu menggunakan C5 (memprediksi). Sementara itu, bentuk
soal bisa berupa pilihan ganda, isian, atau esai. Berikut ini contoh kisi-kisi
soal HOTS IPA.

12
Contoh Soal HOTS Mata Pelajaran IPA

Berdasarkan kisi-kisi tersebut, guru dapat membuat soal HOTS


dengan mengutamakan konteks dan fokus soal, serta kedalaman berpikir
menentukan jawaban. Konteks soal HOTS dapat berasal dari kasus faktual,
sedangkan fokus soal berkaitan dengan analisis visual. Sementara itu,
kedalaman berpikir menentukan jawaban berkaitan dengan arahan yang
menanyakan alasan atau penjelasan dari jawaban yang diberikan siswa.
Selanjutnya, bentuk soal dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan fokus
penilaian. Berikut ini contoh soal HOTS mata pelajaran IPA yang
dikembangkan dari contoh kisi-kisi.

13
Soal HOTS biasanya selalu dilengkapi dengan pedoman penskoran
atau kunci jawaban. Pada soal pilihan ganda, pilihan jawaban terdiri atas
kunci jawaban dan pengecoh (distractor), sedangkan soal isian dan esai,
kunci jawaban harus terfokus (tidak meluas). Secara umum, petunjuk
jawaban tidak tercantum secara eksplisit dalam soal sehingga siswa
menentukan jawaban menggunakan konsep-konsep pengetahuan yang
dimiliki serta logika atau penalaran. Berdasarkan contoh soal HOTS mata
pelajaran IPA yang telah dibuat, guru dapat menentukan pedoman penskoran
atau kunci jawaban seperti berikut ini.

14
D. LITERASI SAINS

Secara harfiah, literasi sains terdiri dari kata yaitu literatus yang berarti
melek huruf dan scientia yang diartikan memiliki pengetahuan. Literasi sains
merupakan kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi
pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan buktibukti, dalam rangka
memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan
perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (OECD,
2003).

Menurut Poedjiadi (Toharudin, et.al, 2011: 2) seseorang memiliki literasi


sains dan teknologi ditandai dengan memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep-konsep sains yang
diperoleh dalam pendidikan sesuai dengan jenjangnya, mengenal produk
teknologi yang ada di sekitarnya beserta dampaknya, mampu menggunakan
produk teknologi dan memeliharanya, kreatif dalam membuat hasil teknologi
yang disederhanakan sehingga peserta didik mampu mengambil keputusan
berdasarkan nilai dan budaya masyarakat.

15
Tujuan pendidikan sains adalah meningkatkan kompetensi peserta didik
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai situasi termasuk
dalam menghadapi berbagai tantangan hidup di era global. Dengan literasi
sains, peserta didik akan mampu belajar lebih lanjut dan hidup di masyarakat
modern yang saat ini banyak dipengaruhi oleh perkembangan sains dan
teknologi. Selain itu dengan literasi sains, peserta didik diharapkan dapat
memiliki kepekaan dalam menyelesaikan permasalahan global seperti hal nya
permasalahan lingkungan hidup, kesehatan dan ekonomi hal ini dikarenakan
pemahaman sains menawarkan penyelesaian terkait permasalahan tersebut.

E. PEMBELAJARAN LITERASI SAINS


Pembelajaran merupakan bagian terpenting dalam penentuan
ketercapaian penguasaan literasi sains, Permendiknas RI No. 41 (2007: 6)
menjelaskan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan
dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Penjelasan tersebut
dimaksudkan supaya pembelajaran menjadi aktivitas yang bermakna dimana
setiap siswa dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya.
Pembelajaran yang menitik beratkan kepada pencapaian literasi sains adalah
pembelajaran yang sesuai dengan hakitat pembelajaran sains yang mana
pembelajaran tidak hanya sekedar menekankan pada hafalan pengetauan
saja melainkan berorientasi pada proses dan ketercapaian sikap ilmiah. Oleh
karena itu, pembelajaran sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah
(Scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan
bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting
kecakapan hidup.
Terdapat beberapa alternatif model pembelajaran yang cukup efektif
dalam membangun literasi sains untuk siswa sekolah dasar pada konteks
pendidikan abad 21. Model pembelajaran tersebut salah satunya adalah
pembelajaran berbasis masalah (PBM). Pembelajaran berbasis masalah
merupakan salah satu pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif.
Mengapa harus pembelajaran berbasis masalah?, Mengingat begitu

16
pesatnya perkembangan sains dan teknologi di era modern, dapat
berdampak pada munculnya berbagai permasalahan global sehingga dalam
pembelajaran peserta didik senantiasa harus dilatih memecahkan berbagai
permasalahan yang bersifat autentik. Pada pembelajaran berbasis masalah,
masalah dijadikan sebagai stimulus dan fokus bagi aktivitas belajar siswa.
Permasalahan yang dimunculkan dalam pembelajaran biasanya berupa
kasus, uraian permasalahan, tantangan hidup nyata yang berkaitan dengan
disiplin ilmu yang dipelajari.

Adapun langkah PBM adalah sebagai berikut:

17
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk
menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan
menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa
sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan
sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru/ mengembangkan
pengetahuan yang telah dimilik. Level berpikir yang sesuai HOTS dilihat dari
ranah kognitif taksonomi Bloom yang lama berada pada level analisis, sintesis
dan evaluasi. Dengan literasi sains, peserta didik akan mampu belajar lebih
lanjut dan hidup di masyarakat modern yang saat ini banyak dipengaruhi oleh
perkembangan sains dan teknologi.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://pgsd.binus.ac.id/2018/11/23/mengintegrasikan-higher-order-of-
thinking-skill-hots-pada-pembelajaran-sains-di-sd/

Kamalia, Poppy. Pengembangan Soal “Higher Order Thinking Skill”. Jakarta

https://rumahjuara.com/artikel/view/327/pengembangan-soal-hots-pada-
pembelajaran-ipa-sd

http://wildan-archibald.blogspot.com/2012/06/keterampilan-generik-sains.html

Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.2 Edisi Juli 2017

19

Anda mungkin juga menyukai