Anda di halaman 1dari 18

TUGAS AKHIR PROGRAM

KELOMPOK 4
Detrysia Aryanti (856996616)
Evi Dwi Safitri (856979025)
Ida Marlina (856996648)
Meirani ()
Sulistiani (856979208)
Substansi TAP
Substansi TAP :
Bersifat Problematik, Menyeluruh, dan TerbukaTerarah.
 Problematik ialah soal-soal yang memuat permasalahan
dan hanya dapat dijawab bila mahasiswa menguasai
konsep-konsep bidang ilmu, keguruan kependidikan,
kepribadian dan keprofesionalan secara memadai.

 Menyeluruh artinya jawaban yang diminta menuntut


kemampuan mahasiswa untuk mengaitkan unsur-unsur
keilmuan dari berbagai mata kuliah secara terpadu
dengan fenomena atau situasi nyata dalam pembelajaran.

 Terbuka-terarah artinya soal-soal TAP memungkinkan


mahasiswa menjawab dari sudut pandang yang berbeda
berdasarkan teori, prinsip, prosedur yang telah
dipelajarinya.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan sebagai
berikut:

 TAP merupakan ujian akhir program sarjana yang


mengukur penguasaan kompetensi mahasiswa atas
suatu program yang diambilnya. Melalui soal TAP,
mahasiswa diuji kemampuannya untuk
mengidentifikasi, menganalisis, memecahkan
masalah, memprediksi atau menilai suatu persoalan
pembelajaran/kegiatan pengembangan berdasarkan
teori atau pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang diperolehnya selama mengambil program S1.

 Untuk memudahkan mahasiswa dalam


mengerjakan soal-soal TAP, setiap mahasiswa
hendaknya menguasai materi mata kuliah
pendukung TAP
Kasus-Kasus Pembelajaran Pada
Umumnya

Dalam kasus soal TAP perlu dilakukan identifikasi


masalah. Menurut IGAK Wardhani, masalah terkait
dalam penelitian tindakan kelas dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) yaitu:
● Masalah dalam interaksi pembelajaran (siswa
kurang aktif, siswa tidak mau menjawab
pertanyaan, respon dalam diskusi rendah dll),
● Masalah berkitan dengan prestasi belajar (nilai
ulangan harian rendah, kemampuan menerapkan
rumus rendah, kemampuan berbahasa rendah, nilai
belum mencapai KKM)
● Masalah berkaitan disiplin belajar (tidak
mengerjakan PR, siswa gaduh, siswa tidak
memperhatikan proses pembelajaran, Siswa
banyak yang tidak berpikir dll).
Contoh Kasus:
Ibu Anisa, guru kelas IV SD Negeri 1  Mekarsari
merasa gundah ketika kepala sekolah melihat nilai
IPA siswa dalam 3 kali ulangan rata-rata kelasnya
hanya mencapai 56. Hanya 6 siswa dari 30 siswa
yang mencapai ketuntasan belajar mencapai KKM
70. Kepala sekolah meminta agar Bu Anisa
memperbaiki cara mengajarnya, ia mulai
mengingat-ingat dalam setiap mengajar tidak
pernah menggunakan alat peraga, ceramah
dilakukan dari awal sampai akhir pembelajaran.
 
Masalah dalam kasus dia atas adalah
“Nilai ulangan harian    hanya mencapai 56 belum sesuai KKM 70”.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP adalah singkatan dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, yaitu rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk
satu pertemuan atau lebih. RPP pada Kurikulum 2013 harus dikembangkan dengan beracuan pada silabus. RPP
dikembangkan oleh guru atau kelompok guru dengan tujuan untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran yang diberikan
kepada setiap peserta didik sehingga mereka akan dapat mencapai Kompetensi Dasar (KD).

Adapun komponen RPP yang penting dimaksud di atas adalah:


Identitas Sekolah yaitu nama satuan pendidikan
 Identitas Mata Pelajaran atau Tema/Subtema;
 Kelas/Semester;
 Materi Pokok;
 Alokasi Waktu, yang ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan
mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai;
 Tujuan Pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang
dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
 Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi;
 Materi Pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam  bentuk butir-
butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi;
 Metode Pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai;
 Media Pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran;
 Sumber Belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang
relevan;
 Langkah-Langkah Pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup; dan
 Penilaian Hasil Pembelajaran.
Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah salah satu bentuk media pembelajaran yang digunakan sebagai media belajar
alternatif yang berisikan informasi dan instruksi dari guru kepada siswa agar siswa dapat mengerjakan sendiri suatu
aktivitas belajar, melalui praktik atau penerapan hasil belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Suatu lembar kegiatan siswa memiliki enam komponen yaitu :


 Petunjuk belajar
Komponen petunjuk belajar berisi langkah bagi guru untuk menyampaikan bahan ajar kepada siswa dan langkah bagi
siswa untuk mempelajari bahan ajar.
 Kompetensi yang akan dicapai
Bahan ajar berisi standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar yang harus dicapai siswa.
 Informasi pendukung
Informasi pendukung berisi berbagai informasi tambahan yang dapat melengkapi bahan ajar sehingga siswa semakin
mudah untuk menguasai pengetahuan yang akan diperoleh.
 Latihan-latihan
Komponen latihan merupakan suatu bentuk tugas yang diberikan kepada siswa untuk melatih kemampuan setelah
mempelajari bahan ajar.
 Lembar kegiatan
Lembar kegiatan adalah beberapa langkah prosedural cara pelaksanaan kegiatan tertentu yang harus dilakukan siswa
berkaitan dengan praktik.
 Evaluasi
Komponen evaluasi berisi sejumlah pertanyaan yang ditujukan kepada siswa untuk mengukur kompetensi yang berhasil
dikuasai setelah mengikuti proses pembelajaran.`
Manfaat Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

1 2 3
Membantu siswa untuk menemukan Membantu siswa menerapkan dan Berfungsi sebagai penuntun belajar
konsep mengintegrasikan berbagai konsep
yang telah ditemukan

4 5 6
Mengetengahkan terlebih dahulu Berfungsi sebagai penguatan Berfungsi sebagai petunjuk
suatu fenomena yang bersifat praktikum
konkrit, sederhana, dan berkaitan
dengan konsep yang akan
dipelajari.
Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah teknik-teknik pengajaran
yang dilakukan oleh tenaga didik maupun murid, dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan yang optimal.

Jenis-Jenis Strategi pembelajaran yang diaplikasikan


dengan terstruktur akan membentuk pola-pola dalam
sistem ajar-mengajar oleh tenaga didik, dan mendapatkan
feedback (umpan balik) dari para murid dalam proses
penyaluran ilmu di kelas.

Tujuan Strategi pembelajaran yang baik akan membentuk


watak dan karakter seorang siswa/i untuk menemukan titik
terang pada setiap permasalahan dalam menuntut ilmu.
Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
 Strategi Pembelajaran Ekspositori

 Strategi Pembelajaran Inquiry

 Strategi Pembelajaran berbasis Masalah

 Strategi Pembelajaran Peningkatan

 Strategi Pembelajaran Kooperatif

 Strategi Pembelajaran Konstektual (CTL)

 Strategi Pembelajaran Afektif


Strategi Pembelajaran Ekspositori

Teknik Ekspositori adalah gaya Strategi pembelajaran yang dilakukan seorang guru dengan
menerapkan sistem pemberian materi secara langsung (direct introduction) kepada pelajar.
Strategi Ekspositori berarti menekankan kepada penyampaian bahasan, fakta, gagasan maupun
informasi secara verbal kepada murid, dengan maksut agar para murid bisa langsung menyerap
dan memahami ilmu yang disampaikan.

Ciri-ciri Strategi pembelajaran Ekspositori antara lain adalah :

 Prakteknya yaitu dengan cara menyampaikan materi pembelajaran secara verbal, yakni
bertutur secara lisan yang merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini.

 Materi yang disampaikan adalah materi pembelajaran yang sudah jadi, seperti data atau
fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk
berpikir ulang.

 Tujuannya yaitu penguasaan materi sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir
siswa diharapkan dapat memahami yang benar yaitu mengingat kembali materi yang telah
diuraikan.

 Ekspositori akan memberikan dampak yang besar dalam penyampaian ilmu pengetahuan,
mengingat komunikasi secara verbal sangat cepat dan mudah untuk diserap, karena tergolong
komunikasi langsung.
Strategi Pembelajaran Inquiry

Strategi yang satu ini bisa dibilang sedikit berlawanan dengan yang no-1.

Jika Ekspositori menekankan pada proses pemberian informasi secara verbal,


Pembelajaran dengan Inquiry ini lebih kepada pemberian wewenang pada
siswa/i saat proses pembelajaran.

Strategi pembelajaran Inquiry adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang


menekankan kepada siswa untuk berpikir kritis dalam mencari dan menemukan
jawaban-jawaban atas pertanyaan yayang diajukan.

Pemikiran yang kritis biasanya bisa datang dari tanya jawab antara guru dan
murid.

Sasaran utama pembelajaran Inquiry adalah membangkitkan semangat belajar


siswa untuk lebih mengembangan rasa ingin tahunya akan sesuatu.

Hal ini akan menciptakan proses belajar-mengajar yang optimal, serta kelogisan
dan sistematis dalam mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.
Strategi Pembelajaran berbasis Masalah

Pada strategi ini, peran guru adalah memberikan beberapa kasus berupa masalah yang
disuguhkan kepada para siswa. Setelah itu, para siswa dituntut untuk menemukan akar dan ide
pokok dari masalah itu sendiri.

Sebenarnya, guru sudah tahu apa akar dari masalah yang dibahas, hanya saja dia memberikan
wewenang kepada peserta didik.

Pada momen ini, guru hanya akan menguraikan beberapa poin pendukung sebagai bantuan
kepada siswa, demi membangkitkan kemampuan penyelidikan atau intelijensi dari siswa.

Pada prakteknya, proses belajar gaya ini bertujuan agar murid mampu menciptakan lingkungan
kelas yang terbuka dan jujur.

Dilihat dari sudut pandang psikologi pembelajaran, model ini didasari pada psikologi kognitif
yang bersumber dari asumsi bahwa, belajar adalah proses peningkatan tingkah laku berdasarkan
pengalaman.

Melalui model pembelajaran ini, peserta didik dapat berkembang secara utuh, artinya bukan
hanya perkembangan kognitif, tetapi juga berkembang dalam bidang affektif dan psikomotorik
secara otomatis melalui masalah yang dihadapi.
Strategi Pembelajaran Peningkatan

Strategi pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) adalah model


pembelajaran yang berpatok pada pengembangan kemampuan berpikir murid dengan
menganalisa fakta-fakta, atau pengalaman murid sebagai bahan untuk memecahkan
problema yang didapatkan.

Dengan metode ini, siswa tidak hanya menguasai materi pelajaran namun saja, namun
juga dapat mengembangkan ide dan gagasan melalui kemampuan berbahasa secara verbal.

Menurut Sizer, menggunakan keahlian berpikir pada tingkatan yang lebih tinggi dalam
konteks yang benar, mengajarkan kepada siswa kebiasaan berpikir mendalam, menjalani
hidup dengan pendekatan yang cerdas, seimbang dan bisa dipertanggung-jawabkan.

Dengan menerapkan mata pelajaran akademik seperti matematika, bahasa inggris dan
sejarah ke dalam tugas-tugas yang berhubungan dengan dunia nyata dan kedalam masalah
yang mereka alami.

Siswa akan membangkitkan kebiasaan berpikir dengan baik, terbuka, mendengarkan


orang dengan tulus, berpikiran sebelum bertindak, mendasari kesimpulan dengan bukti
kuat, dan melatih imajinasi.
Strategi Pembelajaran Kooperatif

Gaya pembelajaran kooperatif adalah gaya belajar berkelompok, yakni rangkaian kegiatan belajar-
mengajar oleh siswa yang dilakukan secara berkelompok, dalam rangka mencapai tujuan yang
dirumuskan.

Setiap kelompok diakumulasikan berdasarkan jumlah siswa dalam satu ruangan, dan dibagi beberapa
kelompok yang punya latar belakang kemampuan yang beragam.

Ada beberapa unsur penting dalam Strategi Pembelajaran Kooperatif, yaitu adalah :

 Adanya peserta

 Adanya aturan dalam kelompok

 Upaya pembelajaran

 Tujuan yang harus dicapai dalam kelompok pembelajaran

Pada akhir jam pelajaran, semua kelompok akan ditentukan beberapa juara dan akan diberikan
penghargaan (reward), dinilai berdasarkan prestasi yang diraih sesuai dengan sistem atau aturan yang
berlaku.
Strategi Pembelajaran Konstektual (CTL)

Stratrgi CLT (Contextual Teacher and Learning) adalah kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa-siswi
sepenuhnya dalam proses belajar-mengajar. Pada jenis ini, siswa akan mendapatkan wawasan dan pengalaman
secara langsung terhadap materi atau topik yang dibahas.

Strategi Belajar Konstektual merupakan penyaluran wewenang sepenuhnya bagi murid untuk ikut terlibat
secara garis besar pada materi belajar, serta mengaitkan dengan kehidupan nyata lalu mempraktekannya.

Pada praktek CTL, ada 3 unsur didalamnya, yaitu CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk
menemukan materi, mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan
situasi kehidupan nyata, dan mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan.

Ciri-ciri Strategi Pembelajaran Konstektual dibagi menjadi 5 macam, antara lain :

1. Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge)

2.Pembelajaran untuk memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge)

3.Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge)

4.Mempraktikkan pengetrahuan dan pengalaman tersebut (applying knomledge)

5.Melakukan Refleksi (Reflection Knowledge)


Strategi Pembelajaran Afektif

Strategi pembelajaran afektif adalah strategi yang tidak hanya sebatas bertujuan untuk mencapai
pendidikan kognitif semata, tapi juga untuk mencapai dimensi lainya.

Dimensi tersebut adalah sikap dan keterampilan afektif yang berhubungan dengan volume, yang sulit di
ukur karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam

Afeksi juga dapat muncul dalam kejadian behavioral, yang datang dari proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru / tenaga didik bersangkutan.

Pada prakteknya, terdapat beberapa Jenis atau Model Strategi Pembelajaran Afektif, antara lain adalah :

 Model Konsiderasi ( the Conderation Model)

 Model Pengembangan Kognitif

 Tingkat teknik Pengklasifikasian nilai

 Model pembentukan rasional

 Model Nondirektif
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai