Anda di halaman 1dari 5

3.

Gaya Belajar

Menurut James dan Blank (1993:47), “learning style is habit learns where somebody

felts efficientest and effective in get, processed, keep and take outside something that is

studied”. Gaya belajar didefinisikan sebagai kebiasaan belajar dimana seseorang merasa

paling efisien dan efektif dalam menerima, memproses, menyimpan dan mengeluarkan

sesuatu yang dipelajari.

Mc Loughlin (1999:222), menyimpulkan bahwa istilah gaya belajar merujuk pada

kebiasaan dalam memperoleh pengetahuan. Honey dan Mumford dalam Surjono (2007:258)

mendefinisikan gaya belajar sebagai sikap dan tingkah laku yang menunjukkan cara belajar

seseorang yang paling disukai.

Ringkasan dari beberapa penelitian mengenai gaya belajar menunjukkan bahwa (1)

beberapa pelajar mempunyai kebiasaan belajar yang berbeda dengan yang lainnya, (2)

beberapa pelajar belajar lebih efektif bila diajar dengan metode yang paling disukai, dan (3)

prestasi pelajar berkaitan dengan bagaimana caranya belajar. Gaya belajar sering diukur

dengan menggunakan kuesioner atau tes psikometrik.

McLoughlin (1999:224), terdapat berbagai macam alat untuk mengukur gaya

belajar, diantaranya adalah: (a) Honey and Mumford’s Learning Styles Questionnaire (Honey

& Mumford, 1992), (b) Grasha-Riechmann Student Learning Style Scales (Hruska-

Riechmann & Grasha, 1982), (c) Felder’s Index of Learning Styles (Felder & Silverman,

1988)

Salah satu gaya belajar yang dikenal dengan kesederhanaannya adalah VAK. Gaya

belajar VAK menggunakan tiga penerima sensori utama, yakni visual, auditory dan kinestetik

dalam menentukan gaya belajar seorang peserta didik yang dominan (Rose, 1987). Gaya

belajar VAK ini didasarkan atas teori modaliti, yakni meskipun dalam setiap proses
pembelajaran peserta didik menerima informasi dari ketiga sesnsori tersebut, akan tetapi ada

salah satu atau dua sensori yang dominan.

Menurut Bobbi (2001:85), dalam buku Quantum Learning dipaparkan 3 modalitas

belajar seseorang yaitu : “modalitas visual, auditori atau kinestetik (V-A-K). Walaupun

masing-masing dari kita belajar dengan menggunakan ketiga modalitas ini pada tahapan

tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya”.

a. Visual (belajar dengan cara melihat)

Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya

belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata/penglihatan (visual), dalam hal

ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak/dititikberatkan pada

peragaan/media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau

dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di

papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan

ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di

depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di

otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti

diagram, buku pelajaran bergambar, dan video, dan di dalam kelas, anak visual lebih suka

mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.

Ciri-ciri gaya belajar visual antara lain : bicara agak cepat, mementingkan

penampilan dalam berpakaian/presentasi, tidak mudah terganggu oleh keributan, mengingat

yang dilihat dari pada yang didengar, lebih suka membaca dari pada dibacakan, pembaca

cepat dan tekun, seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih

kata-kata, lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato, lebih suka musik dari pada

seni, mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali

minta bantuan orang untuk mengulanginya


Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual antara lain : gunakan

materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta, gunakan warna untuk menghilite

hal-hal penting, ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi, gunakan multi-media

(contohnya: komputer dan video) dan ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya

ke dalam gambar.

b. Auditori (belajar dengan cara mendengar)

Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang-sedang saja.

Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga (alat

pendengarannya), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke

alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat

dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak

auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi

rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang

mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini

biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan

kaset.

Ciri-ciri gaya belajar auditori antara lain : saat bekerja suka bicaa kepada diri

sendiri, penampilan rapi, mudah terganggu oleh keributan, belajar dengan mendengarkan dan

mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat, senang membaca dengan keras dan

mendengarkan, menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika

membaca, biasanya ia pembicara yang fasih, lebih pandai mengeja dengan keras daripada

menuliskannya, lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik, mempunyai masalah

dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visual, berbicara dalam irama yang terpola dan

dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori antara lain: ajak anak

untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga,

dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras, gunakan musik untuk

mengajarkan anak, diskusikan ide dengan anak secara verbal dan biarkan anak merekam

materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur.

c. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)

Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai

gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini

sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan

eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan

sentuhan.

Ciri-ciri gaya belajar kinestetik antara lain: berbicara perlahan, penampilan rapi,

tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan, belajar melalui memanipulasi dan

praktek, menghafal dengan cara berjalan dan melihat, menggunakan jari sebagai petunjuk

ketika membaca, merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita, menyukai

buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca, menyukai

permainan yang menyibukkan, tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang

pernah berada di tempat itu dan menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka

menggunakan kata-kata yang mengandung aksi

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik adalah : jangan

paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam, ajak anak untuk belajar sambil

mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek

sesungguhnya untuk belajar konsep baru), izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada

saat belajar dan gunakan warna terang untuk meng-highlite hal-hal penting dalam bacaan,

izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.


Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Jika diberikan strategi yang

sesuai dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan lebih baik. Gaya belajar

otomatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang mempunyai gaya belajar

yang berbeda-beda.

Menurut Guild and Garger dalam Joseph Pitts (2009:255), mengatakan

“understanding learning styles can help educators facilitate, structure, and validate

successful learning for all students”. Artinya bahwa dengan memahami gaya belajar dapat

membantu para pendidik untuk memudahkan belajar siswa belajar dengan sukses.

Sims and Sims dalam Joseph Pitts (2009:255), yang menyatakan “identifying and

teaching through learning styles can improve students’ test scores and increase content

knowledge”. Mengidentifikasi dan mengajar melalui gaya belajar siswa dapat menambah

skor tes dan meningkatkan pengetahuan.

Dan Dunn and Dunn dalam Joseph Pitts (2009:255), menyatakan “demonstrate

that when students aretaught using their preferred learning styles, they showincreased

academic achievement, improved attitudestoward instruction, and better discipline than

whenthey are taught using their nonpreferred styles”. Ketika siswa diajarkan menggunakan

gaya belajar yang mereka sukai, mereka menunjukkan meningkatkan prestasi akademik.

Anda mungkin juga menyukai