Anda di halaman 1dari 7

JurnalGizi Prima Website :http://jgp.poltekkes-mataram.ac.id/index.

php/home
Vol.x, Edisi.x, Maret 201x, pp. xx~xx
ISSN: 2656 - 2480 (Online)
ISSN: 2355 - 1364 (Print)

PENGARUH PEMBERIAN JUS CAMPURAN JAMBU BIJI MERAH


(Psidium guajava Linn) DAN BUAH TOMAT (Solanum lycopersicum)
TERHADAP KADAR ASAM URAT PASIEN HIPERURISEMIA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS LANGGUDU

Wahyuni Srijulia1*, Darni Joyeti1, Wahyuningsih Retno1dan Sulendri Sri1(11pt)


1-4
JurusanGizi, PoltekkesKemenkesMataram, Indonesia (9 pt)
Jl. Praburangkasari Dasan Cermen, Sandubaya Kota Mataram
Telp./Fax. (0370) 633837
Email : yuniy1917@gmail.com

Article Info ABSTRACT (10 PT)


Article history: ABSTRAK

Received Jan 12th, 201x Latar Belakang : Asam urat merupakan suatu penyakit
Revised Feb 20th, 201x yang diakibatkan karena penimbunan kristal
Accepted Mar 26th, 201x monosodium urat di dalam tubuh dan adanya gangguan
metabolisme pada purin. Secara global prevalensi
penyakit gout arthtritis sebanyak 34,2% pada tahun
Keyword:
2018. Angka tersebut diperkirakan akan meningkat terus.
First keyword; Second Penyakit asam urat di sebabkan oleh dua faktor utama
keyword; Third keyword; yaitu pengeluaran asam urat dari ginjal yang kurang
Fourth keyword; Fifth keyword dikarenakan adanya penyakit komplikasi dan
meningkatnya produksi asam urat dalam tubuh
dikarenakan gangguan metabolisme purin.
Penatalaksanaan Asam urat dapat dilakukan secara non
farmakologi yaitu dengan cara meningkatkan konsumsi
makanan yang tinggi vitamin C dan serat serta
antioksidan seperti buah jambu biji merah dan buah
tomat.
Tujuan Penelitian : Mengetahui pengaruh pemberian
juice campuran jambu biji merah (Psidium guajava Linn)
dan buah Tomat ( Solanum lycopersicum ) terhadap
kadar asam urat pasien hiperurisemia pada pasien rawat
jalan di wilayah kerja Puskesmas Langgudu.
Metode : Dengan rancangan nonequavalent control
group design, dengan rancangan penelitian Pretest-
Posttest with control group design. Jumlah sampel
penelitian 20 orang yang diperoleh dari perhitungan
menggunakan rumus Lameshow (2011). Penentuan
subjek penelitian dilakukan dengan tekhnik convenience
sampling yaitu subjek yang sudah memenuhi syarat
untuk di jadikan sampel penelitian. Sampel dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan
kelompok intervensi dengan dosis 200 gram buah jambu
biji, 50 gram buah tomat dan 100 ml. Air mineral selama
7 hari.
Hasil Penelitian : Terdapat perbedaan antara kadar

1
ISSN : 2656 - 2480 (Online)
ISSN : 2355 - 1364 (Print)

asam urat sampel sebelum dan sesudah dilakukan


pemberian jus cmpuran jambu biji merah dan buah tomat
pada kelompok intervensi dengan dosis 350 ml/hari
selama 7 hari dengan nilai p=0,000 (p<0,05) dengan
selisih perbedaan 2,2 gram untuk kelompok intervensi di
bandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak
diberikan jus campuran jambu biji merah dan buat tomat
dengan selisih perbedaan 0,68.
Kesimpulan : Ada pengaruh pemberian juice campuran
jambu biji merah dan buah tomat terhadap kadar asam
urat pasien hiperurisemia dengan nilai p=0,000 (p<0,05)
dengan selisih perbedaan 2,2 gram untuk kelompok
intervensi di bandingkan dengan kelompok kontrol yang
tidak diberikan jus campuran jambu biji merah dan buat
tomat dengan selisih perbedaan 0,68..
Kata Kunci : Asam urat, Hiperurisemia, Jus Jambu biji,
Tomat, Vitamin C

ABSTRACT
Background: Gout is a disease caused by the
accumulation of monosodium urate crystals in the body
and metabolic disorders in purines. Globally, the
prevalence of gout arthritis is 34.2% in 2018. This figure
is expected to continue to increase. Gout is caused by
two main factors, namely decreased excretion of uric
acid from the kidneys due to complications of the disease
and increased production of uric acid in the body due to
impaired purine metabolism. Management of gout can be
done non-pharmacologically by increasing the
consumption of foods high in vitamin C and fiber as well
as antioxidants such as red guava and tomatoes.
Purpose: To determine the effect of giving red guava
(Psidium guajava Linn) and tomato (Solanum
lycopersicum) mixed juice on uric acid levels in
hyperuricemia patients in outpatient care in the working
area of the Langgudu Health Center.
Methods: Nonequavalent control group design, with a
pretest-posttest research design with a control group
design. The number of research samples of 20 people
obtained from calculations using the Lameshow formula
(2011). The determination of research subjects was
carried out using convenience sampling techniques,
namely subjects who met the requirements to be used as
research samples. The sample was divided into 2
groups, namely the control group and the intervention
group with a dose of 200 grams of guava fruit, 50 grams
of tomatoes and 100 ml. Mineral water for 7 days.
Results: There was a difference between uric acid levels
before and after giving red guava and tomato fruit juice at
a dose of 350 ml/day for 7 days with a value of p=0,000
(p<0,05) with a difference of 2,2 grams for the
intervention group.

2
ISSN: 2656-2456 (Online)
ISSN: 2356-4075 (Print)

Conclusion: There is an effect of giving juice mixed with


red guava and tomato fruit on uric acid levels in
hyperuricemia patients with a value of p=0,000 (p<0,05)
with a difference of 2,2 grams for the intervention group.
Keywords: Uric Acid, Hyperuricemia, Guava Juice,
Tomato, Vitamin C.

Copyright © JurnalGizi Prima


All rights reserved.

PENDAHULUAN
Asam urat merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal
monosodium urat di dalam tubuh dan adanya gangguan metabolisme pada purin. Apabila
purin tersebut berlebihan di produksi dalam tubuh dapat membuat ginjal tidak dapat
mengatur kestabilannya, maka akan terjadi penumpukan kristal asam urat pada jaringan
dan sendi yang akan memicu terjadinya serangan asam urat didalam tubuh atau biasa
disebut dengan Hiperurisemia (Astuti, Marvia, & Dewi, 2017).
Asam urat merupakan salah satu dari beberapa macam penyakit yang sangat
membahayakan, karena bukan hanya mengganggu kesehatan tetapi juga dapat
mengakibatkan cacat fisik (Asaidi, 2010). Faktor– faktor yang mempengaruhi kadar asam
urat dalam darah adalah faktor keturunan, jenis kelamin, konsumsi pangan yang kaya
akan purin, konsumsi alkohol yang berlebihan, obesitas, gangguan ginjal yang
mengakibatkan terhambatnya pembuangan. Asam urat ditandai dengan Nyeri sendi yang
merupakan suatu peradangan sendi ditandai dengan pembengkakan sendi, warna
kemerahan, panas, nyeri dan terjadinya gangguan gerak (Sustrani et al, 2008).
Secara global prevalensi penyakit gout arthtritis sebanyak 34,2% berdasarkan
data Word Health Organization (WHO, 2017). Di Indonesia, prevalensi penyakit gout
arthtritis sebesar 1,6 – 13,6% (Kemenkes RI, 2018) Angka tersebut meningkat jika
dibandingkan dengan prevalensi Penderita gout arthtritis pada tahun 2013 yaitu sebanyak
11,9% (Kemenkes RI, 2013). Selain itu, data terbaru memaparkan bahwa prevalensi
penyakit asam urat di NTB (Nusa Tenggara Barat), menyentuh angka 5,30%. Angka
tersebut berada pada tingkat kedua tertinggi setelah osteoarthritis di Indonesia
(Kemenkes RI, 2018).
Berdasarkan data prevalensi penderita asam urat di Kabupaten Bima sebesar 5,3
%, Angka tersebut menurun jika dibandingkan dengan prevalensi penderita asam urat
pada tahun 2013 yaitu sebesar 9,8% (Kemenkes RI, 2018). Selain itu, diketahui data
penderita asam urat yang dikutip dari kegiatan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas
Langgudu pada bulan Desember 2021 sebanyak 204 pasien. Angka tersebut termasuk
urutan ke-6 tertinggi setelah ISPA, gastritis, dermatitis, hipertensi, dan vulnus.
Penyakit asam urat di sebabkan oleh dua faktor utama yaitu pengeluaran asam
urat dari ginjal yang kurang dikarenakan adanya penyakit komplikasi. Faktor yang kedua
yaitu meningkatnya produksi asam urat dalam tubuh dikarenakan gangguan metabolisme
purin bawaan selain itu juga berlebihan mengkonsumsi makanan kadar purin tinggi
(Megayanti, 2018). Konsumsi makanan tinggi purin akan di endapkan dalam tubuh begitu
pula dengan lemak yang menghambat pembuangan asam urat atau purin melalui urin
(Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 2019). Secara alamiah, purin terdapat dalam tubuh kita
dan dijumpai pada semua makanan dari sel hidup, yakni makanan dari tanaman (sayur,
buah, dan kacang-kacangan) atau hewan (daging, jeroan, ikan sarden dan lain
sebagainya) (Artinawati, 2014). Sehingga penderita asam urat wajib mengatur dietnya

3
ISSN : 2656 - 2480 (Online)
ISSN : 2355 - 1364 (Print)

yang terkait dengan purin (diet rendah purin). Diet rendah purin diberikan pada penderita
gout arthritis agar tidak terjadinya penumpukan kristal monosadium urat di dalam ataupun
disekitar persendian (Zahara, 2013).
Upaya pengobatan asam urat dapat di berikan pengobatan secara farmakologi
dan nonfarmakologi. Pengobatan secara farmakologi dapat dilakukan dengan pemberian
obat-obatan yang bertujuan untuk mengurangi kadar asam urat, namun potensi dari
masing-masing obat bervariasi, Intervensi secara farmakologi berupa obat asam urat
seperti allopurinol, fabuxostat, probenesid, dan obat lain nya (Hasanah, 2016). Dan
pengobatan secara nonfarmakologi dapat dilakukan melalui Diet rendah purin, olahraga
yang teratur dan konsumsi makanan yang mengandung tinggi vitamin C. Salah satu
bahan makanan yang mengandung vitamin C yang banyak yaitu jambu biji merah
( psidium guajava Linn ) dan buah tomat (Solanum lycopersicum) (Perhimpunan
Reumatologi Indonesia, 2018).
Jambu biji (Psidium guajava.L) termasuk salah satu buah yang bergizi karena
mengandung zat fitokimia di antaranya polifenol, minyak atsiri yang memberikan bau khas
jambu biji (eugenol), saponin berkombinasi dengan oleanolat, flavonoid kuersetin, likopen,
tanin, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, dan asam
guajaverin (Rachmaniar, Kartamihardja, & Merry, 2016). Kandungan vitamin C memiliki
efek uricase yang bisa menurunkan kadar asam urat dengan meningkatkan ekskresi
asam urat melalui urine dan mengahmbat reabsorbsi asam urat di tubulus ginjal (Azzeh,
2012).
Kandungan vitamin C dalam jambu biji merah merupakan kadar paling tinggi
dibandingkan dengan buah-buahan yang lain. Kandungan vitamin C jambu biji merah
dalam 100 gr yaitu sebanyak 87 mg. Jambu biji merupakan tumbuhan yang banyak
ditemui di indonesia. Untuk pengolahannya pun sangat mudah dilakukan dan bisa
langsung dikonsumsi. Jambu biji merah mempuyai rasa yang manis sehingga banyak
dikonsumsi dengan mengolahnya menjadi jus. Buah jambu biji mengandung vitamin C
yang dapat membantu proses pembentukan trombosit darah dan Senyawa aktif dalam
jambu biji juga berperan dalam menurunkan kadar asam urat. Selain itu Vitamin C
memiliki efek urikosurik yang mekanisme utamanya yaitu dalam mengurangi kadar asam
urat serta meningkatkan laju filtrasi glomerulus dalam proses reabsorbsi yang kemudian
diekskresikan melalui urin (Yuniarti, 2019).
Kandungan vitamin C dan pektin pada jambu biji cukup tinggi bahkan kandungan
vitamin C buah jambu biji merah enam kali lebih banyak dari pada sebuah jeruk manis
dan sepuluh kali kandungan vitamin C dari buah pepaya. Selain itu Sebagian besar
vitamin C jambu biji terkonsentrasi pada kulit dan daging bagian luarnya yang lunak dan
tebal. salah satu fungsi vitamin C adalah sebagai antioksidan yang berguna membantu
reaksi hidroksilasi dalam pembentukan garam empedu (Anggi, 2018).
Buah tomat mengandung berbagai senyawa kimia, seperti Flavonoid, Vitamin C,
Kalium, Vitamin E, Vitamin B serta serat yang dipercaya dapat menurunkan kadar asam
urat. Dimana masing-masing memiliki mekanisme tersendiri dalam menurunkannya.
Flavonoid memiliki mekanisme menghambat enzim xanthine oxidase, dapat menghambat
pembentukan asam urat. Vitamin C bersifat urikosurik yaitu meningkatkan kecepatan
kerja ginjal mengekskresikan asam urat melalui urine (Ikawati, 2010). Kandungan vitamin
C pada buah tomat dalam 100 gr sebanyak 34 mg. Senyawa flavonoid dalam buah tomat
juga dimungkinkan dapat menurunkan kadar asam urat. Mekanismenya dalam
menghambat enzim xanthine oxidase, dapat menghambat pembentukan asam urat.
Selain itu, flavonoid berfungsi meningkatkan vitamin C sehingga mendukung kolagen
pada persendian tubuh untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah (Rahmat dkk,
2015; Lau, 2009).
Jambu biji merah dan tomat dapat dikonsumsi langsung, tetapi kandungan zat gizi
paling tinggi diperoleh jika jambu biji dan tomat dibuat jus atau sari buah. Kandungan zat
gizi yang terdapat dalam jambu biji per 100 gr adalah energi 49 Kkal, vitamin B1 0,02 mg,

4
ISSN: 2656-2456 (Online)
ISSN: 2356-4075 (Print)

vitamin C 87 mg, kalsium 14 mg, hidrat arang 12,2 gr, fosfor 28 mg, besi 1,1 mg, protein
0,9 mg, lemak 0,3 mg, dan air 86 gr (Rahma,dkk, 2018) dan kandungan zat gizi yang
terdapat pada tomat per 100 gr adalah energi 24 Kkal, vitamin B1 0,06 mg, vitamin C 34
mg, kalium 164,9 mg, lemak 0,5 gr, protein 1,3 gr, karbohidrat 4,7 gr, serat 1,5 gr dan air
92,9 gr (TKPI, 2017).
Jus campuran jambu biji (Guava juice) dan buah tomat adalah minuman dengan
tekstur cair kental, tidak difermentasi dan diperoleh dari pengepresan buah jambu biji dan
buah tomat yang telah matang dan masih segar. Buah yang akan dijadikan jus buah
adalah buah jambu biji dan buah tomat yang sudah matang dan segar dengan
memperhatikan kualitas dan jenis buahnya karena akan sangat berpengaruh
terhadap karakter produk yang dihasilkan (Codex Alimentarius dalam Rohmah, 1999).
Hasil penelitian (Aprilianda, 2018) menyatakan bahwa peningkatan produksi Asam
urat atau penurunan ekskresi asam urat dapat meningkatkan kadar kreatinin darah
dengan pemberian jambu biji sebanyak 20 ml/kg BB mencit/hari mampu menurunkan
kadar Asam urat dan kreatinin darah mencit secara signifikan. Penelitian lain juga
dilakukan (Yuniarti, 2019), yaitu pemberian jus jambu biji merah dengan dosis 200 gram
mampu menurunkan kadar asam urat sebesar 0,31 mg/dl selama 7 hari pada pasien
hiperurisemia yang berusia 30 – 55 tahun.
Hasil penelitan yang dilakukan oleh (Fathima S. dkk, 2018) menyatakan bahwa
adanya pengaruh pemberian jus tomat terhadap perubahan kadar asam urat secara
signifikan dibuktikan dengan nilai p value 0,000. dengan pemberian 150 gr tomat dan 100
ml. Air selama 7 hari pada lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.
Berdasarkan penelitian tersebut maka peneliti ingin melakukan penelitian
mengenai Pengaruh Pemberian jus campuran jambu biji merah (Psidium guajava Linn)
dan buah tomat (Solanum lycopersicum) terhadap kadar asam urat pasien hiperurisemia
di wilayah kerja Puskesmas Langgudu. Buah jambu biji merah (Psidium guajava Linn) dan
tomat (Solanum lycopersicum) nantinya akan diolah menjadi jus campuran dari kedua
bahan tersebut. Kandungan vitamin C Pada jambu biji merah/100 gram yaitu 87 mg
sedangkan Kandungan vitamin C pada buah tomat/100 gram sebanyak 34 mg. Pada
penelitian ini peneliti menggunakan 200 gram jambu biji merah dan 50 gram buah tomat.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2022 di Wilayah kerja
Puskesmas Langgudu, Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima. Dalam penelitian ini
merupakan jenis penelitian Experimental tepatnya Quasy experiment. Dengan rancangan
metode penelitian Quasy Experiment yang digunakan adalah“ Non Equivalent Control
Group Design “ pengelompokan anggota sampel pada kelompok perlakuan dan kelompok
control tidak dipilih secara acak dan random.
Subjek penelitian adalah pasien lansia rawat jalan di wilayah kerja Puskesmas
Langgudu yang yang menderita hiperurisemia. Jumlah sampel penelitian 20 orang yang
terdiri dari 10 orang kelompok perlakuan dan 10 orang kelompok kontrol. Intervensi yang
diberikan pada penelitian ini adalah pemberian jus campuranjambu biji merah dan buah
tomat sebanyak 350 ml. Pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dilakuakan
recall 2 hari sebelum intervensi dan recall 2 hari pada hari ke 5 intervensi.
Adapun instrument penelitian yang digunakan dapat dilihat pada table berikut:

No Data Instrument Dokumentasi

1. hasil pemeriksaan GCU, form hasil pemeriksaan Foto


asam urat asam urat

2. Antropometri Timbangan digital, microtoice Biodata pasien

5
ISSN : 2656 - 2480 (Online)
ISSN : 2355 - 1364 (Print)

3. Tingkat konsumsi Form recall Form recall dan analisa zat gizi
makan

HASIL PENELITIAN
Kadar asam urat subjek sebelum dilakukan penelitian baik pada kelompok
intervensi maupun pada kelompok kontrol sama-sama memiliki kadar asam urat tinggi,
sesudah dilakukan penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar asam urat
pada kelompok intervensi. Berikut tabel hasil uji rerata sebelum dan setelah penelitian :
Tabel 4.29 Hasil Uji Rata-Rata Pemeriksaan Kadar Asam Urat Sebelum dan
Setelah Penelitian Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol.
Kelompok Intervensi
Kelompok Kontrol (n=10)
Kadar Asam Urat mg/dl) (n=10)
X±SD X±SD
Sebelum Penelitian 8,10±9,92 8,11±7,82
Setelah Penelitian 5,90±8,76 7,44±1,014
∆ 2,2 0,67
p 0,000 0,111
Berdasarkan tabel 4.29 diketahui bahwa kadar asam urat subjek pada kelompok
intervensi sebelum dan setelah penelitian terdapat perbedaan yang signifikan yaitu 0,00
(p<0,05) dengan rata-rata kadar asam urat sebelum penelitian sebesar 8,10 gram/dl dan
rata-rata kadar asam urat setelah penelitian sebesar 5,90 mg/dl dengan selisih kadar
asam urat sebesar 2,2 gram/dl.
Sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan yang signifikan
karena 0,111 (p>0,05) dengan rata-rata kadar asam urat sebelum penelitian sebesar 8,11
gram/dl dan rata-rata kadar asam urat setelah penelitian sebesar 7,44 gram/dl dengan
selisih 0,67 gram/dl.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan independent t-test dapat diketahui
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar asam urat sampel sebelum dan
sesudah dilakukan pemberian jus cmpuran jambu biji merah dan buah tomat pada
kelompok intervensi dengan dosis 350 ml/hari selama 7 hari dengan nilai p=0,000
(p<0,05) dengan selisih perbedaan 2,2 gram untuk kelompok intervensi di bandingkan
dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan jus campuran jambu biji merah dan buat
tomat dengan selisih perbedaan 0,68 dengan nilai p=0,111 (p>0,05) yang berarti tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan untuk kadar asam urat sebelum dan sesudah
intervensi pada kelompok kontrol.

SARAN
Hasil penelitian ini disosialisasikan oleh pihak puskesmas yang di wilayah kerjanya
banyak pasien asam urat dengan menggunakan metode teknologi tepat guna agar
masyarakat lebih memahaminya

DAFTAR PUSTAKA
Anggi, A. S. (2018). Universitas Sumatera Utara Poliklinik Universitas Sumatera Utara.
Jurnal Pembangunan Wilayah & Kota, 1(3), 82–91.
Asaidi, M. (2010). Waspadai Asam Urat. Diva Press: Yogyakarta.
Article, O. (2018). The effect of red guava juice ( Psidium guajava Linn . ) in decreasing
uric acid and creatinine levels of hyperuricemic white mice ( Mus musculus ), 7(2),
323–329. https://doi.org/10.15562/bmj.v7i2.878
Astuti, F., Marvia, E., & Dewi, N. (2017). Pengaruh Pemberian Jus Muntingia Calabura
6
ISSN: 2656-2456 (Online)
ISSN: 2356-4075 (Print)

(Kersen) Terhadap Perubahan Kadar Asam Urat Pada Lansia Dengan Arthritis Di
Bslu M ataram. Prisma, 3(2), 75–80.
Azzeh, O. A. K. dan F.S (2012). Menerapkan Perawatan Vitamin C Tinggi untuk
Menurunkan Kadar Asam Urat Darah pada Pasien, 8(5).
https://doi.org/10.26714/mki.4.2.2021.120-126
Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian Kesehatan
RI, 53(9), 1689–1699.
Lumunon, O., Bidjuni, H., & Hamel, R. (2015). Hubungan Status Gizi Dengan Gout
Arthritis Pada Lanjut Usia Di Puskesmas Wawonasa Manado. Jurnal Keperawatan
UNSRAT, 3(3), 105274.
Megayanti, N. L. S. (2018). Gambaran Kadar Asam Urat Di Desa Sobangan Kecamatan
Mengwi. Kesmas: National Public Health Journal, 5–22.
Perhimpunan Reumatologi Indonesia. (2018). Rekomendasi Pedoman Diagnosis dan
Pengelolaan Gout.
Postmenopause, W. (2015). Nutrition Volume of Nutrition College. Universitas
Diponegoro, 232–242.
Rachmaniar, R., Kartamihardja, H., & Merry. (2016). Pemanfaatan Buah Jambu Biji Merah
(Psidium guajava Linn.) Sebagai Antioksidan Dalam Bentuk Granul Effervescent.
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology, V(1).
Surakarta, D. B. (2018). one-group pretest-posttest design ., 78, 1–12.
Sustrani L, Syamsir A, & Iwan H. (2008). Asam Urat, Informasi Lengkap Untuk Penderita
dan Keluarganya, Edisi 6. PT Gramedia Utama: Jakarta.
Yuniarti. (2019). Peranan Jus Jambu Biji Merah Terhadap Kadar Asam Urat Pada
Penderita Hiperurisemia. Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung, 11(2),
33–44.

Anda mungkin juga menyukai