Anda di halaman 1dari 4

Jurnal Pertambangan dan Lingkungan ISSN 2775-1384

Vol. 3, No.2, Desember 2022, pp. 16-19

Evaluasi Pembangunan Jalan Tambang yang Berdekatan


dengan Kawasan Adat (Masyarakat) pada PT. STM
Taufikurrachman1*, Andika Anandaita1, Alsal Ma’arif Putra1, Karlin Ratu Liun1, Alpiana1,
Ariyanto1, Diah Rahmawati1
1
Prodi S1 Teknik Pertambangan, Universitas Muhammadiyah Mataram, Indonesia

* Corresponding author: taufikurrachman@gmail.com


Received: Dec 26, 2023; Accepted: Dec 30, 2023
DOI: https://doi.org/10.31764/jpl.v3i2.12703

Abstrak. Penelitian ini didasari dengan adanya ketidaksesuaian letak antara perusahaan pertambangan
dengan kawasan adat yang berdekatan dengan pembangunan fasilitas jalan tambang yang berfungsi sebagai
sarana transportasi pengangkutan barang tambang saat eksplorasi penambangan. Pembangunan jalan
tambang tersebut berdekatan dengan kawasan adat atau situs bersejarah masyarakat Desa Hu’u tepatnya di
Gunung Puma. Awalnya masyarakat setempat menolak adanya pembangunan jalan tambang tersebut, dan
sering terjadi aksi penolakan (Demonstrasi) dari masyarakat yang bersangkutan karena membuat masyarakat
merasa terganggu dan mengakibatkan kerugian akibat pembangunan jalan tambang dari PT. STM tersebut
disamping berdekatan dengan kawasan adat atau situs bersejarah juga mengambil lahan (Kebun) masyarakat
yang menjadi tempat mata pencarian masyarakat sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk mencari solusi yang
efektif terkait masalah yang terjadi selama proses pembangunan jalan tambang berlangsung. Metode
penelitian yang digunakan yaitu penelitian dengan metode Survei, serta teknik dan alat pengumpulan data
menggunakan teknik observasi dan wawancara. Hasil penelitian ini adalah adanya kesepakatan antara warga
setempat dengan pihak Perusahaan dan Pemerintah berupa kontrak sewa guna lahan, dimana PT. STM
melakukan kontrak awal selama 10 tahun dan apabila masa kontrak tersebut selesai maka akan dilakukan
perpanjangan kontrak. Sedangkan pembangunan jalan yang berdekatan dengan kawasan adat akan
dipindahkan ke lokasi lain yang berjauhan dengan kawasan adat tersebut.

Kata Kunci: Pertambangan, Kontrak Sewa, Guna Lahan, Jalan tambang

Abstract. This research is based on the discrepancy between the location of mining companies and
customary areas adjacent to the construction of mining road facilities that function as a means of transporting
mining goods during mining exploration. The construction of the mine road is adjacent to the customary area
or historical site of the Hu’u Village community, precisely on Mount Puma. Initially the local community
refused the construction of the mining road, and demonstration often took place from the community
concerned because it made the community feel disturbed and caused losses due to the construction of the
mining foad from PT. STM is in addition to being adjacent to traditional areas or historical sites, it also takes
community land (gardends) which is a place place livelihood for the surrounding community. This study
aims to find effective solutions to problems that occur during the mining road construction process. The
research method used is research with survey methods, as well as techniques and data collection tools using
observation and interview technique and data collection tools using observation and interview techniques.
The results of this research is that there is an agreement berween local residents and the company and the
government in the form of a land lease contract, where PT. STM entered into an initial contract for 10 years
and when the contract period was over, a contract extension would be carried out. Meanwhilw, road
construction adjacent to the customary area will be moved to another location far from the customary area.

Keywords: Mining, Rental Contract Land Use, Mine Road

http://journal.ummat.ac.id/index.php/JPL
jpl@ummat.ac.id
ISSN 2775-1384 Jurnal Pertambangan dan Lingkungan 17
Vol. 3, No. 2, Desember 2022, pp. 16-19

1. Pendahuluan
Penelitian ini berlokasi pada PT. Sumbawa Timur Mining (STM) yang terletak di Nusa
Tenggara Barat (NTB), Kabupaten Dompu, Kecematan Hu’u lebih tepatnya berada di Desa Hu’u,
yang dimana PT. STM tersebut saat ini sedang dalam tahap eksplorasi. Berdasarkan data lapangan
menunjukkan salah satu daerah yang memiliki sumber daya alam (SDA) yang cukup besar tepatnya
pada Kabupaten Dompu terletak di kecematan Hu’u, yang dimana saat sekarang kabupaten Dompu
memiliki sektor perkebunan, pertanian, perikanan dan juga peternakan yang maju, pada kabupaten
Dompu juga memiliki potensi yang luar biasa dalam sektor dunia pertambangan terutama mineral
emas. Pada laporan PT. STM memberikan kabar gembira bagi masyarakat Dompu, dimana aktifitas
yang sedang dilaksanakan oleh PT. STM memberikan dampak yang positif bagi daerah, dengan
mengurangi jumlah pengangguran, infrastruktur akan meningkat, serta sarana Pendidikan dan
Kesehatan yang akan meningkat (M. Awaluddin dan Mela Sari, 2019).
Suatu pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai salah satu pembangunan yang dimana
untuk memenuhi suatu kebutuhan pada generasi saat ini tanpa mengurangi kebutuhan generasi-
generasi yang akan datang. Kebutuhan bagi generasi sekarang dan generasi yang akan datang
tergantung dari ketersediaan sumber daya alam yang dijadikan sebagai tolak ukur untuk kemajuan
pembangunan selanjutnya. Lebih utamanya ialah ketersedian sumber daya alam pada daerah yang
di gunakan sebagai salah satu lahan pertambangan, sumber daya alam pada kawasan pertambangan
tersimpan sebuah kebutuhan sumber daya manusia yang dapat membantu kemajuan kedepannya,
yang dimana dalam persoalan ini dalam lingkar tambang memerlukan proteksi hukum untuk
menjaga keseimbangan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar dan kebutuhan untuk
kedepannya (Fitriansyah, 2020).
Berdasarkan data lapangan bahwa rencana lokasi penambangan PT. STM berada di area
pegunungan yang sedikit curam dan jalur yang sulit dilewati kendaraan seperti motor dan mobil,
sementara itu alat utama pemasok logistik dan transportasi masih menggunakan helikopter. Untuk
itu PT. STM berencana membangun jalan tambang sebagai jalur transportasi darat untuk
mengangkut bahan-bahan dan alat tambang selama masa ekplorasi sampai tahap eksploitasi.
Dengan adanya perencanaan pembangunan sarana transportasi pengangkutan barang tambang
menimbulkan adanya beberapa konflik antara PT. STM dengan masyarakat setempat, yang dimana
adanya ketidaksesuaian letak antara perusahaan pertambangan dengan kawasan adat yang
berdekatan dengan pembangunan fasilitas jalan tambang yang berfungsi sebagai sarana transportasi
pengangkutan barang tambang saat eksplorasi penambangan.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu mencari solusi yang efektif terkait masalah yang terjadi
selama proses pembangunan jalan tambang berlangsung. Masalah ini sangat penting dikaji karena
menyangkut dua kepentingan yang berbeda dalam memanfaatkan sumber daya alam, yaitu antara
masyarakat adat setempat dengan PT. STM yang sedang melakukan aktifitas pertambangan, baik
yang dilakukan secara perorangan, kelompok maupun kelembagaan.

2. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik pengumpulan data yaitu dengan
teknik wawancara dan observasi, dimana dalam kegiatan wawancara ini merupakan proses
pengumpulan data dengan mengambil saran atau masukan dari beberapa masyarakat yang berada di
sekitar area tambang, dari pemangku adat desa dan beberapa orang pekerja dari proyek
pembangunan jalan tersebut (Fitriansyah, 2020).
Dalam penelitian ini melibatkan anggota masyarakat yang berada di desa sekitar lokasi
pembangunan jalan milik perusahaan PT. STM yang berada pada Kecamatan Hu’u. Kecematan
Hu’u terdapat 8 desa, dari 8 desa tersebut di ambil 1 desa yang dekat dengan proyek pembangunan
jalan tambang tersebut. Desa yang terdapampak proyek pembangunan yaitu Desa Hu’u tepatnya
berada pada 2 Dusun yaitu Dusun Nanga Doro dan Dusun Cangga. Data yang diambil yaitu hasil
wawancara dari masyarakat yang telah diajukan pertanyaan terkait persetujuan dan keluhan, serta
saran dari masyarakat kepada pihak perusahaan PT. STM mengenai proyek pembangunan jalan
tambang yang menggunakan lahan perkebunan warga dan berdekatan dengan kawasan adat atau
18 Jurnal Pertambangan dan Lingkungan ISSN 2775-1384
Vol. 3, No.2, Desember 2022, pp. 16-19

situs bersejarah (Putri, 2014). Format pertanyaan yang diajukan kepada masyarakat dan pihak
perusahaan cukup dengan memberikan keterangan setuju dan tidak setuju. Data hasil wawancara
dan observasi kepada masyarakat disusun berdasarkan dengan data yang dibutuhkan pada
penelitian, kemudian dibuat dalam bentuk tabel. Tujuannya yaitu untuk melihat bagaimana
pendapat dari masyarakat dan pihak perusahaan yang terlibat pada pertanyaan tersebut.

3. Hasil dan Pembahasan


3.1. Kebijakan PT. STM Terhadap Komunikasi dan Pendekatan pada Masyarakat
Pada awal pembangunan jalan pada perusahaan PT. STM memiliki banyak kendala dan
hambatan, baik dalam hal kontur topografi pegunungan yang akan di jadikan jalan, area yang akan
dilewati, maupun penolakan dari masyarakat sekitar lokasi pembangunan. Hal ini di sebabkan
karena lokasi pembangunan jalan tambang tersebut melewati area lahan atau perkebunan warga
sekitar yang merupakan tempat bercocok tanam masyarakat sebagai sumber mata pencaharian
sehari-hari (Siringoringo, 2012), selain itu jalan tambang tersebut juga akan melalui area atau
kawasan Gunung Puma yaitu salah satu obyek bersejarah yang merupakan kawasan adat dari
masyarakat Desa Hu’u itu sendiri (Putri, 2014), sehingga dalam proses pembangunannya proyek
jalan tambang tersebut sering mendapat aksi penolakan (Demonstrasi) dari masyarakat karena
merasa terganggu dan dirugikan oleh proyek tersebut.
Langkah awal yang dilakukan oleh PT. STM dalam menangani konflik atau permasalahan
tersebut yaitu dengan melakukan komunikasi atau pendekatan dengan warga sekitar kawasan
penambangan. Dalam upaya melakukan sosialisasi, PT. STM membentuk departemen Humas yang
bertujuan untuk membatasi atau menjembatani komunikasi antara perusahaan dengan masyarakat
setempat. PT. STM dalam melaksanakan sosialisasi yaitu melakukan komunikasi dengan sistem
pendekatan yang diawali dengan komunikasi kepada pihak atas atau pemerintah setempat dan
nantinya baru disampaikan kepada pihak bawah atau masyarakat setempat. Dengan adanya upaya
perusahaan dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat bertujuan untuk memberikan
pemahaman kepada masyarakat terkait adanya penambangan, serta menerima adanya penambangan
pada daerah tersebut (Fitriansyah, 2020).
Berdasarkan data lapangan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh PT. STM ini merupakah
salah satu kegagalan dalam bersosialisai, karena keegoisan yang ditunjukkan oleh masyarakat
sekitar dengan tidak setujunya akan di bangun pembangunan jalan tambang pada wilayah yang
terdampak tersebut, dengan alasan dapat terganggu aktifitas pencarian masyarakat serta merusak
wilayah adat atau situs bersejarah masyarakat setempat.
Dengan adanya permasalahan tersebut maka pihak perusahan PT. STM mengeluarkan dan
memberikan kebijakan kepada masyarakat, beberapa kebijakan yang diberikan oleh perusahan PT.
STM tersebut antara lain, lowongan kerja di utamakan untuk masyarakat yang berdomisili pada
Kecematan Hu’u, memberikan jaminan beasiswa, dll. Sedangkan kebijakan yang diberikan oleh
perusahaan PT. STM untuk wilayah yang berdekatan dengan proyek pembangunan jalan tambang
tersebut yaitu berupa kontrak sewa guna lahan (Nurinayah, 2021), dimana PT. STM melakukan
kontrak awal selama 10 tahun dan apabila masa kontrak tersebut selesai maka akan dilakukan
perpanjangan kontrak. Sedangkan pembangunan jalan yang berdekatan dengan kawasan adat akan
dipindahkan ke lokasi lain yang berjauhan dengan kawasan adat tersebut (Nugroho W., 2018).
3.2. Hasil Wawancara terhadap Sikap Masyarakat kepada Perusahaan
Dari beberapa pertanyaan yang telah dilontarkan kepada masyarakat, yang dimana memberikan
sikap yang sangat cenderung tidak setuju dengan adanya pembangunan jalan tambang tersebut.
Secara keseluruhan hasil penelitian memperlihatkan hasil bahwa sikap yang ditunjukkan oleh
masyarakat terhadap kegiatan proyek pembangunan jalan tambang tersebut memperoleh hasil yang
bersikap negatif atau tidak setuju 70% dan yang bersikap positif atau setuju 30% (Fitriansyah,
2020).
ISSN 2775-1384 Jurnal Pertambangan dan Lingkungan 19
Vol. 3, No. 2, Desember 2022, pp. 16-19

4. Kesimpulan
Berdasarkan data lapangan dari beberapa pertanyaan yang telah dilontarkan kepada
masyarakat, yang dimana memberikan sikap yang sangat cenderung tidak setuju dengan adanya
pembangunan jalan tambang tersebut. Secara keseluruhan hasil penelitian memperlihatkan hasil
bahwa sikap yang ditunjukkan oleh masyarakat terhadap kegiatan proyek pembangunan jalan
tambang tersebut memperoleh hasil yang bersikap negatif atau tidak setuju 70% dan yang bersikap
positif atau setuju 30%.

Referensi :

Fitriansyah. (2020). Kajian Kebijakan Modal Sosial dalam Menyelesaikan Konfilik Tambang pada
Masyarakat Pesisir. Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2.
M. Awaluddin, d. M. (2019). Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Perusahaan Sumbawa Timur
Mining di Kecamatan Hu’u Kabupaten Dompu. Jurnal Penelitian Sosial dan Politik, 2.
Nugroho, W. M. (2018). Kebijakan Pengelolaan Tambang dan Masyarakat Hukum Adat yang
Berkeadilan Ekologis. Jurnal Konstitusi, 817- 819.
Nurinayah. (2021). Model Corporate Social Responsibility (CSR). . Jurnal Lngkungan, 1-5.
Putri, N. D. (2014). Kedudukan Hukum Kegiatan Usaha Pertambangan Pada Kawasan Huak Ulayat
Masyarakat Hukum adat dalam Konteks Negara Kesejahteraan. Jurnal Hukum, 1-2.
Siringoringo, V. M. (2012). Pengaturan Perlindungan Hukum dan Pengakuan Terhadap Masyarakat
Adat Terkait Resistensi Pembangunan. Jurnal Hukum, 32-33.

Anda mungkin juga menyukai