Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL EKSPLORASI BAHAN TAMBANG PASIR

DI WILAYAH CIKALONG WETAN KABUPATEN BANDUNG


BARAT

Disusun Oleh:
Muhammad Nurachim R 03411540000026

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2019
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL EKSPLORASI

1. Judul Proposal : Eksplorasi Bahan Galian Pasir Menggunakan Metode Bor


Studi Kasus Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat
2. Ketua Tim : Muhammad Nurachum R
Telp/HP/Fax : 085853441977
3. Jumlah Anggota : 2 Orang
4. Jumlah Dana penelitian Yang Diusulkan : Rp 6.054.000,00

Menyetujui, Surabaya, 28 April 2019


Direktur Perusahaan Ketua Tim Eksplorasi

Muhammad Nurachum R
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia seharusnya bisa menjadi produsen barang-barang tambang keramik yang
besar di dunia. Pasalnya wilayah Nusantara ternyata sangat kaya akan Pasir yang merupakan
bahan baku utama industri keramik. Menurut data pusat dari Sumber Daya Geologi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengungkapkan, sumber daya Pasir
Indonesia mencapai 18 miliar ton, yang tersebar di 22 provinsi.
Sayangnya meski sudah banyak diekploitasi, namun hasil-hasil penambangan Pasir
belum dicatat dengan baik, sebagai penerimaan negara maupun daerah.Maklum, Pasir selama
ini digolongkan sebagai bahan galian C, yang tidak dikelola secara serius oleh
pemerintah.Barang tambang lain yang masuk Golongan C (menurut Undang-Undang Nomor
11 Tahun 1967) diantaranya adalah zeoloit, zirkon, bentonit, kaolin, dan batu gamping.
Setelah terbitnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara (UU Minerba), barulah pengelolaan barang-barang tambang ini diatur dengan baik.
Pasir sendiri tersebar di Provinsi Bangka Belitung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim,
Kalbar, Kalsel, Kalteng, Kaltim, Kep. Riau, Lampung, Aceh, NTT, NTB, Papua Barat,
Sulsel, Sultra, Sumbar, Sumsel, dan Sumut. Total sumber dayanya pada 2010 mencapai
18.053.082.000 ton.

1.2. Tujuan
Pasir merupakan salah satu bahan utama yang sering digunakan dalam bahan baku
industri, terutama industri pembuatan keramik. Namun, pada kenyataannya eksplorasi yang
dilakukan masih sedikit, sehingga kebanyakan usaha eksplorasi yang dilakukan terkadang
bersifat ilegal.Maka dari itu, penelitian kali ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan
sebaran Pasir serta memanfaatkan kegiatan eksplorasi sumber daya Pasir sebagai salah satu
peluang mata pencaharian baru bagi penduduk asli di Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung
Barat
1.3. Letak dan Keadaan Lokasi
Di Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat merupakan wilayah yang relatif
tersedia sumber daya alam Bahan Galian pasir (Golongan C).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi dan Karakteristik Pasir


Pasir (quartz sands) merupakan pelapukan dari batuan beku asam seperti batu granit,
gneiss atau batu beku lainnya yang mengandung mineral utama kuarsa. Hasil pelapukan ini
kemudian mengalami proses sedimentasi, terbawa air atau angin kemudian diendapkan di
tepi-tepi sungai, danau atau pantai. Karena jumlahnya yang cukup besar dan terlihat memutih
di sepanjang tepi sungai, danau atau pantai tersebut, maka di Indonesia lebih dikenal dengan
nama pasir putih (Anonim, 2011).
Kualitas Pasir di Indonesia cukup bervariasi, tergantung pada proses genesa dan
pengaruh mineral pengotor yang ikut terbentuk saat proses sedimentasi. Material pengotor ini
bersifat sebagai pemberi warna pada Pasir, dan dari warna tersebut prosentase derajat
kemurnian dapat diperkirakan. Butiran yang mengandung banyak senyawa oksida besi akan
terlihat berwarna kuning, kandungan unsur aluminium dan titan secara visual akan lebih
jernih, dan kandungan unsur kalsium, magnesium dan kalium cenderung membentuk warna
kemerahan (Anonim, 2011).
Di Alam, Pasir ditemukan dengan ukuran butir, mulai fraksi yang halus (< 0,06 mm)
apabila terdapat jauh dari batuan induk, sedangkan ukuran kasar (> 2mm) terletak tidak jauh
dari batuan induk (Anonim, 2011).

2.2. Manfaat Pasir


Dalam kegiatan industri, penggunaan Pasir sudah berkembang meluas, baik langsung
sebagai bahan baku utama maupun bahan ikutan. Manfaat sebagai bahan baku utama,
misalnya digunakan dalam industri gelas kaca, semen, tegel, mosaik keramik, bahan baku
fero silikon, silikon carbide bahan abrasit (ampelas dan sand blasting). Sedangkan sebagai
bahan ikutan, misal dalam industri cor, industri perminyakan dan pertambangan, bata tahan
api (refraktori), dan lain sebagainya (Anonim, 2011).
Pasir pada pembuatan semen berfungsi sebagai pelengkap kandungan silika untuk
semen yang dihasilkan. Kandungan silika untuk pabrik semen berkisar 21,3% SiO2. Apabila
komposisi SiO2 belum tercapai ditambahkan Pasir. Pemakain Pasir di industri ini bervariasi
tergantung kandungan silika bahan baku lainnya, biasanya berkisar antara 6 - 7 % (Anonim,
2010).
Pada industri keramik, Pasir merupakan pembentuk badan keramik bersamadengan
bahan baku lain, seperti kaolin, lempung, felspar, dan bahan pewarna. Pasir ini umumnya
pembentuk sifat glazur pada badan keramik, sehingga berbentuk licin dan mudah untuk
dibersihkan. Selain itu, Pasir mempunyai sifat sebagai bahan pengurus yang dapat
mempermudah proses pengeringan, pengontrolan, penyusutan, dan memberi kerangka pada
badan keramik (Anonim, 2010).
Proses akhir pengolahan Pasir menjadi gelas dan kaca, yaitu dengan
jalanmeleburkannya bersama bahan-bahan lain seperti soda dan kapur dalam tungku
peleburan. Sebagai bahan pembentuk gelas kontribusi silica (SiO2) sangat dominan. Unsur
lain seperti soda (Na2O) dimanfaatkan dalam proses pencairan, sedangkan kapur (CaO dan
MgO) berfungsi sebagai stabilisator ketika proses pencairan dan pembentukan kembali gelas
dan kaca tersebut. Biasanya, pada saat pengolahan ditambahkan belerang untuk membantu
pelunakan gelas ketika dicairkan. Untuk proses pembuatan gelas yang berkualitas tinggi perlu
ditambahkan aluminium oksida (Al2O3) dan B2O3 untuk menambah ketahanan gelas
(Anonim, 2010).
Pemanfaatan Pasir dalam industri pengecoran, karena memiliki titik leleh lebih tinggi
dari logam.Fungsi Pasir di industri ini adalah sebagai pasir cetak dan foundry. Kondisi Pasir
untuk pasir cetak perlu kriteria khusus, seperti penyebaran dan kehalusan butir, bentuk butir,
bulk density, base permeability dan titik mensinter, kadar lempung, tempering water, kuat
tekan, kuat geser, dan permeabilitas.Pasir pada industri bata tahan api dipakai untuk
pembentuk konstruksi bata (Anonim, 2010).
Pemakaian Pasir pada industri lainnya, yaitu sebagai bahan pengeras pada
pengolahan karet, bahan pengisi (industri cat), bahan ampelas (industri gerinda), bahan
penghilang karat (industri logam), bahan penyaring (industri penjernihan air), bahan baku
dalam pembuatan ferro silicon carbide, dan lainnya, seperti dalam industri microchip
(elektronika) (Anonim, 2010).
2.3. Eksplorasi
Eksplorasi, disebut juga penjelajahan atau pencarian, adalah tindakan mencari atau
melakukan penjelajahan dengan tujuan menemukan sesuatu; misalnya daerah tak dikenal,
termasuk antariksa (penjelajahan angkasa), minyak bumi (eksplorasi minyak bumi), gas alam,
batubara, mineral, gua, air, ataupun informasi. Pengertian eksplorasi di "Abad Informasi dan
Spiritual" saat ini, juga meliputi tindakan pencarian akan pengetahuan yang tidak umum atau
pencarian akan pengertian metafisika-spiritual; misalnya tentang kesadaran (consciousness),
cyberspace atau noosphere.
Istilah ini dapat digunakan pula untuk mengambarkan masuknya budaya suatu
masyarakat untuk pertama kalinya ke dalam lingkungan geografis atau budaya dari
masyarakat lainnya. Meskipun eksplorasi telah terjadi sejak awal keberadaan manusia,
kegiatan eksplorasi dianggap mencapai puncaknya pada saat terjadinya Abad Penjelajahan,
yaitu ketika para pelaut Eropa menjelajah ke seluruh penjuru dunia untuk menemukan
berbagai daerah dan budaya baru.
Dalam konteks riset ilmiah, eksplorasi adalah salah satu dari tiga bentuk tujuan riset,
sedangkan tujuan lainnya ialah penggambaran (deskripsi) dan penjelasan (eksplanasi). Dalam
hal ini, eksplorasi adalah usaha untuk membentuk pengertian umum dan awal terhadap suatu
fenomena.
BAB III
MATERI DAN METODE

3.1. Materi
a. Peta lokasi
b. GPS
c. Grab sampler
d. Alat bor (hand auger)
e. Sand auger
f. Timbangan analitik
g. Ember
h. pH meter
i. Kertas label
j. Termometer
k. Refraktometer

3.2. METODOLOGI PENELITIAN


Dalam penelitian ini, digunakan beberapa tahapan yaitu tahapan pengukuran,
pemetaan, analisis dan pengolahan data serta penyusunan data.

II.I Kegiatan sebelum pekerjaan lapangan

II.I.I Studi Literatur


pengumpulan dan pengolahan data serta laporan kegiatan
sebelumnya.

II.I.II Studi Penginderaan Jarak Jauh


Jenis data yang dapat digunakan dalam studi ini meliputi : data Citra
Landsat MSS TM/ Tematic mapper, SLAR, Spot imagedan foto udara.
Dengan data penginderaan jarak jauh ini dapat dilakukan interpretasi gejala–
gejala geologi yang berguna sebagai acuan dalam eksplorasi pasir.
II.I.III Persiapan dan Penyediaan Peralatan Lapangan
Persiapan pekerjaan lapangan antara lain: peta dasar topografi dan peta
geologi, alat bor tangan, palu geologi, kompas geologi, loupe, alat tulis,
Global Positioning System (G.P.S.), kamera, alat gali, pita ukur, alat preparasi
sampel, kantong sampel dan peralatan keselamatan kerja.

II.II Kegiatan di Lapangan

II.II.I Tahapan Pemetaan


Tahapan pemetaan ini meliputi tahap persiapan, tahap survei
pendahuluan dan pemetaan potensi bahan tambang. Tahap persiapan misalnya
pencarian peta dasar berupa peta topografi skala 1 : 25.000, penggunaan alat
pemetaan seperti palu geologi, kompas geologi, dan sebagainya. Tahap survei
pendahuluan dilakukan untuk mengetahui keadaan daerah penelitian secara
umum, meliputi : keadaan medan, keadaan tanah, geologi dan sebagainya.
Data tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk persiapan dan perencanaan
pada tahap pemetaan. Pekerjaan pemetaan geologi permukaan ini
dimaksudkan untuk mengetahui penyebaran secara lateral maupun vertikal
dan posisi stratigrafi Bahan Galian Pasir. Kegiatan lapangan yang dilakukan
meliputi pengamatan dan pengukuran arah penyebaran bahan galian, deskripsi
megaskopis, serta pengukuran stratigrafi

II.II.II Tahapan Pengukuran


Pengukuran yang dilakukan dilapangan meliputi pengukuran untuk
menghitung luas dan cadangan bahan galian pasir. Pengukuran luas dan
cadangan bahan galian golongan C terdiri atas pengukuran posisi lokasi
keterdapatan pasir, tebal endapan, luas sebaran endapan pasir dan sampel
yang diambil secara random yang mewakili kondisi lapangan. Data-data
tersebut dilaporkan diolah dan diplotkan di peta topografi skala 1: 10.000
untuk dihitung luas dan volume cadangannya. Sampel yang diambil kemudian
diuji laboratorium untuk mengetahui kualitas pasir, dengan metode sebagai
berikut:

a. Pemboran
ini dimaksudkan untuk mengambil sampel - sampel pasir yang terdapat di dalam
wilayah konsesi. Pekerjaan pemboran pasir dilakukan dengan menggunakan bor
dangkal baikyang bersifat manual (Doormer) maupun bersifat semi mekanis.
Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
- Penentuan lokasi titik bor
- Setting alat bor
- Pembuatan lubang awal dilakukan dengan menggunakan mata bor jenis Ivan
sampai batas permukaan air tanah.
- Setelah menembus lapisan air tanah, pemboran dilakukan dengan menggunakan
casing yang didalamnya dipasang bailer.
- Pemboran dihentikan sampai batas batuan dasar.
Pengambilan conto pasir diambil dengan bailer yang dilengkapi ball valve.
Conto-conto diambil untuk setiap kedalaman 1,5 meter atau setiap satu meter dan
dibedakan antara conto dari horizon A, conto horizon B dan conto dari horizon
C. Pola pemboran dan interval titik bor yang digunakan pada pekerjaan ini
disesuikan dengan tahapan survei, sebagai contoh pada tahapan eksplorasi rinci
digunakan pola pemboran dengan interval 100 m x 20 m

I. ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

III.I Perhitungan Cadangan


Dalam usaha perhitungan potensi bahan galian golongan C/pasir di daerah
penelitian, digunakan data-data :
a. Ketebalan lapisan endapan pasir
Ketebalan lapisan endapan pasir didapatkan dari hasil pengukuran profil lapisan
di lokasi penelitian, yaitu tebing sungai ataupun tebing hasil galian penambangan.
Apabila tidak didapatkan profil lapisan endapan pasir. Selain untuk mengetahui
penyebaran secara vertikal dari endapan sirtu, juga untuk mengambil sampel bahan
galian untuk dilakukan analisa laboratorium.
b. Kontur Ketinggian
Kontur ketinggian digunakan untuk menentukan ketinggian lokasi penelitian dan
digunakan untuk analisis besarnya cadangan bahan galian. Peta topografi yang
digunakan adalah peta skala 1 : 10.000, 1 :25.000 (sebagai peta dasar) dan 1: 50.000.
c. Metode Perhitungan
Metode yang digunakan dengan menggunakan metode grid dan rumus trapesium.
Rumus yang dipakai :

V : {(Luas Satuan x skala) x h}

2
Keterangan :
• Luas satuan adalah luas tiap kontur (luasan yang dihitung adalah kontur atas dan
kontur bawah).
• V : Volume Cadangan hipotetik
• H : Interval kontur / beda tinggi ( beda tinggi disini adalah beda ketinggian di
lapangan, dipakai jika pada suatu daerah yang potensi tidak muncul kontur pada peta
1 : 10.000)

Dari sampel yang didapatkan di lapangan kemudian dilakukan uji laboratorium.


Uji laboratorium ini dilakukan untuk mengetahui sifat fisik dan kualitas Bahan Galian
Golongan C / sirtu.
Adapun pekerjaan laboratorium ini meliputi :
a. Analisa ukuran butir untuk memeriksa distribusi butir pasir batu. Adapun
caranya adalah sampel pasir dikeringkan dengan oven pada suhu 1100C. Setelah itu
ditimbang dan diayak dengan satu set sieve shaker.
b. Analisa ketahanan aus, yaitu melakukan uji kekuatan batuan terhadap gaya
tekan. Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui kekuatan bahan galian pasir batu.
Setelah dilakukan pengujian laboratorium kemudian dilakukan analisis tentang
kualitas dari bahan galian pasir.
IV. POTENSI CADANGAN BAHAN GALIAN

Di Kabupaten Bandung Barat merupakan wilayah yang relatif tersedia sumber


daya alam Bahan Galian pasir (Golongan C). Tetapi seberapa besar potensi cadangan
bahan galian ini belum diketahui secara pasti. Sumber daya alam tersebut telah dan
sedang dimanfaatkan / ditambang dan dijual secara komersil untuk kepentingan
bahan dasar bangunan. Secara Geologi daerah eksplorasi merupakan endapan
vulkanik gunung api Tua dengan kisaran ketebalan 0 -150 m, dengan komposisi
Breksi aliran, Breksi laharik, Lava dengan struktur kekar meniang yang tersusun
antara andesit dan basalt (Peta Geologi Lembar Cianjur, oleh Sudjatmiko 1972).
Adapun manfaat Bahan Galian pasir golongan C tersebut memiliki komposisi
mineral yang berbeda dan pemanfaatannya akan lebih efektif dan efisien apabila
diketahui kadar mineral yang terdapat di daerah eksplorasi yang diinginkan.
Dapat diasumsikan lahan pasir dengan luas 15 hektar, atau 150.000 m2 (Gambar
1) dengan potensi pasir sebanyak 3 m kedalam permukaan tanah terendah (Area
berwarna kuning pada Penampang) dengan harga 1 m3 sebesar 145.000 rupiah. Maka
perkiraan nilai ekonomis potensi yang dimiliki adalah ;
C
A B

Gambar 1. Perumpamaan Peta Citra Satelite 2D dan 3D dengan luas lokasi 150
hektar.

Penampang A -B

Penampang C-D

150.000 m2 x 3 m = 450.000 m3
1 m3 = 145.000
450.000 m3 x 145.000 = 65.250.000.000
Dari garis kuning pada penampang A-B dan C-D dapat diasumsikan potensi
ekonomis galian C tersebut berkisar 65.250.000.000 akan tetapi angka ekonomis
tersebut perlu dianalisa lebih lanjut dikarenakan perbedaan ketinggian morfologi
daerah penelitian dan ratio perbandingan pasir yang terkandung pada daerah
eksplorasi tersebut dimana kemungkinan kemunculan lempung, lanauan dan tanah
yang memiliki nilai ekonomis lebih kecil daripada pasir.
Dari kondisi tersebut sangat perlu untuk dilakukan penelitian baik studi tentang
besar potensi bahan tambang di wilayah eksplorasi sehingga nantinya akan menjadi
acuan bagi investor tentang potensi bahan tambang galian C yang terdapat pada
daerah sekitar. Penelitian dilakukan pada daerah dengan luas ± 15 hektar.
BAB V
JADWAL DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA

4.1 Jadwal Kegiatan Eksplorasi

Satu set alat bor, GPS, Sampel Pasir dan Nilai


dan peta Geologi Kasar Daya Tahan Pasir

Oven geologi dan sample Nilai Kualitas Pasir


pasir

Peta Geologi dan data Peta penampang bahan


kualitas pasir area galian pasir

Gambar 4.1 Rencana kegiatan Eksplorasi

4.2 Rencana Anggaran Biaya

Prosentase alokasi anggaran dana pada penelitian ini, nampak pada tabel 4.1.

Tabel 4. 1 Rincian penggunaan dana penelitian dalam persen

NO Keterangan Jumlah Prosentase


1 Honorarium Peneliti 2.500.000 41.29%
2 Bahan habis pakai 224.000 0.037%
3 Peralatan 3.180.000 52.52%
4 Laporan 150.000 0.024%
Total 6.054.000,00 100%

Sedangkan rincian pengeluaran pada tabel 4.2 berikut ini.


Tabel 4. 2 Rincian Biaya Penelitian

Jumlah Jumlah
NO URAIAN JUMLAH Honor/hari
Hari (Rp)

A Honorarium Peneliti
1. Peneliti Utama 2 2 500.000 2.000.000
2. Tenaga Kerja Kuli 5 2 50.000 500.000
Sub Total A 2.500.000

VOLUME HARGA JUMLAH


NO URAIAN SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
JUMLAH SATUAN
B. Bahan habis pakai
1 Tinta printer black 2 buah 100000 50000
2 Tinta printer warna 1 buah 150000 70000
3 Kertas HVS A4 4 buah 35000 100000
4 Bateray GPS 4 buah 6000 24000
Sub Total
224.000
B
C. Peralatan
1 Sewa Alat Bor dan akuisisi 2 hari 750000 1500000
2 Sewa GPS handheld 2 hari 30.000 60000
3 Peta Geologi 1 buah 100000 100000
4 Sewa kamera 2 hari 100000 200000
5 Sewa pickup + bensin 2 hari 250000 500000
6 BBM 2 hari 200000 400000
Konsumsi (7 orang x 2 hari x
7 28 paket 15000 420000
2)
Sub Total
3.180.000
C
E Laporan
1 Laporan 2 eksemplar 75.000 150.000
Sub Total
150.000
E
Total 5.904.000

Anda mungkin juga menyukai