PER METODE
KULIAH LAPANGAN GEOTERPADU 2019
METODE
Geolistrik
KELOMPOK 4
Angga Pensada Bangun 03411540000007
Kevin C. Tobing 03411640000017
Mar’atus Salimah 03411640000021
Adinda Utari F 03411640000029
Aisya Nur Hafiyya K. 03411640000032
Joan S. N. Hutapea 03411640000036
Yusril Muzakki 03411640000043
Satriaji Wahyu 03411640000070
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan persebaran air panas pada site selogajah, serta
mengidentifikasi litologi bawah permukaan Desa Sambungrejo. Pada pemetaan persebaran air panas di
Site Selogajah menggunakan Geolistrik Metode VES dengan konfigurasi Schlumberger, dan pemetaan
litology bawah permukaan menggunakan Geolistrik metode Resistivitas dengan konfigurasi Wenner.
Pada metode VES titik yang diakuisisi sebanyak 10 titik. Sementara pada Geolistrik metode Resistivitas
terdapat 3 Line dengan panjang masing-masing line 120m. Dari hasil pengolahan yang telah dilakukan
didapatkan hasil untuk metode VES yaitu Terdapat anomaly resistivitas rendah yakni 0.03-0.076
Ohm.m yang diidentifikasikan sebagai potensi hydrothermal pada kedalaman 32-60 m. Sementara hasil
dari pengolahan metode Resistivitas yaitu Pada line kelompok 1 didapatkan lapisan lempung di
kedalaman 20-30 meter, lapisan shale di kedalaman 10 meter, dan batuan napal di kedalaman 10-20
meter. Pada line kelompok 5 didapatkan lapisan lempung di kedalaman 25-35 meter, lapisan shale di
kedalaman 12 meter, dan batuan napal di kedalaman 15-25 meter. Pada line kelompok 7 didapatkan
lapisan lempung di kedalaman 10-18 meter, lapisan shale di kedalaman 10-20 meter, dan batuan napal
di kedalaman 15-30 meter.
1.3 Tujuan
Tujuan pada penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi potensi hydrothermal bawah permukaan pada Site Selogajah berdasarkan nilai
resistivitas.
2. Mengidentifikasi litology bawah permukaan pada Desa Sambungrejo berdasarkan nilai
resistivitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1 Peta Geologi Regional Lembar Bojonegoro, Kavling Penelitian (Pringgoprawiro dan
Sukido, 1992)
Penelitian ini berlokasi di daerah Kawasan Gunung Pandan, Bojonegoro, mencakup dua desa,
yaitu Desa Jari dan Desa Pragelan, Kecamatan Gondang, Kabupaten Bojonegoro. Berdasarkan peta
geologi regional Pringgoprawiro dan Sukido (1992) daerah penelitian kami terbagi atas Batuan
Terobosan (Oia), Formasi Kalibeng (Tmpk), Formasi Pandan Breksi (Opv), Formasi Klitik (Tpk),
Formasi Sonde (Tpso), dan Formasi Pucangan (QTp). Menurut Pringgoprawiro dan Sukido (1992)
litologi penyusun formasi-formasi tersebut yaitu,
a. Formasi Pandan Breksi : tersusun atas Breksi gunungapi (Volcanic Breccia).
b. Batuan Terobosan : merupakan batuan intrusi berupa Andesit piroksen. Litodem Intrusi Andesit
dicirikan dengan batuan beku andesit berwarna hitam keabuan, derajad kristalisasi hipokristalin,
derajad granularitas afanitik-fanerik halus, bentuk kristal subhedral hubungan antar kristal
inequigranular vitroverik komposisi plagioklas, kuarsa, hornblende, piroksen dan masa dasar
gelas. (Arhananta dkk., 2018)
c. Formasi Pucangan : tersusun atas Breksi dan batupasir tufan. Satuan breksi pucangan disusun oleh
dominasi breksi vulkanik berwarna kelabu kehitaman, ukuran butir brangkal-bongkah (64-<256
mm), menyudut, terpilah buruk dengan kemas terbuka fragmen andesit, matriks pasir dan semen
silika (Arhananta dkk., 2018)
d. Formasi Sonde : tersusun atas perselingan batulempung dan batupasir tufan yang bersisipan
batugamping.
e. Formasi Klitik : tersusun atas batugamping klastika bersisipan napal dan batulempung.
f. Formasi Kalibeng : tersusun atas napal dengan sisipan tuf, batupasir tufaan dan kalkarenit. Satuan
napal Kalibeng disusun oleh napal berwarna abu-abu tua, ukuran butir < 1 mm, terpilah baik,
kemas tertutup, komposisi penyusun cangkang moluska, semen karbonat (Arhananta dkk., 2018).
Formasi Pliosen Kalibeng terdiri dari marmer raksasa Gliobigerina, napal kehijauan, berstruktur
local bedded (Azis, )
Gunung Pandan yang berumur Pleistosen Awal (Lunt, dkk., 1998) menurut klasifikasi Van
Bemmelen (1949) termasuk ke dalam Zona Kendeng yang terletak di sebelah utara Subzona Ngawi.
Berdasarkan sejarah geologinya, Gunungapi Pandan menerobos sabuk Antiklinorium Kendeng
sehingga membentuk pola struktur perlipatan Kendeng akibat pembelokan yang relatif simetris
terhadap tubuh gunungapi tersebut.
Konglomerat 100-500
Tufa/Tuff 20-200
Kelompok andesit 100-2000
Kelompok granit 1000-10000
Kelompok chert, slate 200-2000
Batu gamping kristalin 20-150
Batu gamping kalkarenit 7-19
Keterdapatan cairan (larutan) atau air dalam sistem rekahan atau ruang antar butir dapat
menurunkan nilai tahanan jenis batuan tersebut. Jenis batuan beku, ubahan (metamorf), atau batuan
sedimen termampatkan umumnya memiliki tahanan jenis yang tinggi, sebaliknya, jenis batuan lepas
seperti pasir, kerikil, apabila jenuh air tawar akan memiliki tahanan jenis sedang, tahanan jenis itu akan
lebih rendah lagi apabila air payau atau air asin didalamnya. Batu lempung yang mengandung air dan
larutan berbagai ion di dalamnya mempunyai tahanan jenis rendah. Batuan yang keras, padat dan kering
akan menunjukkan nilai tahanan jenis yang tinggi, sedangkan batuan yang lunak mempunyai porositas
yang tinggi nilai tahanan jenisnya lebih rendah. (Soebagyo, 2001).
Equipotential yang selalu ortogonal terhadap garis aliran arus dengan permukaan bola dan r=konstan.
Pada penerapan metode resistivitas titik arus tersebut akan diletakan pada permukaaan bumi seperti
gambar berikut.
Gambar 2.4 Ilustrasi Penjalaran Arus pada Metode Resistivitas
Kemudian karena pada metode geolistrik digunakan 2 buah elektroda arus atau titik arus maka
penjalaran arus listrik di permukaan bumi terlihat seperti gambar berikut.
Konfigurasi elektroda merupakan model penyusunan elektroda-elektroda arus dan potensial yang
diatur sedemikian rupa sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Elektroda A dan B disebut elektroda
arus (current electrode), sedangkan elektroda M dan N disebut elektroda potensial (potential electrode).
Elektroda arus biasa juga ditulis dengan C1 dan C2, dan untuk elektroda potensial adalah P1 dan P2.
Dalam pengukuran di lapangan, keempat elektroda tersebut ditancapkan ke dalam tanah. Arus listrik
dari Power Suplay dialirkan ke dalam bumi melalui elektroda arus C1 dan C2. Kemudian beda potensial
yang terjadi diukur melalui elektroda potensial P1 dan P2. Ada beberapa macam konfigurasi yang
digunakan dalam penyelidikan bawah tanah, di antaranya adalah Konfigurasi Elektroda Wenner dan
Schlumberger.
Pada konfigurasi elektroda Schlumberger, jarak antara elektroda arus dengan elektroda
potensial ( C1 P1 dan C2 P2 ) adalah sama, sedangkan untuk jarak antar elektroda potensial satu
dengan elektroda potensial lainnya (P1 P2 ) lebih kecil dibandingkan jarak antara arus dengan
elektroda potensial (C1 P1 dan C2 P2 ), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.9 berikut :
2𝜋
𝐾𝑠 = 1 1 1 1 (2.11)
[ − − + ]
𝑏−𝑎 𝑏+𝑎 𝑏+𝑎 𝑏−𝑎
2𝜋(𝑏 2 −𝑎2 )
𝐾𝑠 = (2.12)
4𝑎
𝜋(𝑏 2 −𝑎2 )
𝐾𝑠 = (2.13)
2𝑎
𝜋(𝑏 2 −𝑎2 ) ∆𝑉
𝜌𝑠 = (2.14)
2𝑎 𝐼
Dimana 𝜌𝑠 adalah nilai resistivitas semu konfigurasi Schlumberger (Telford, dkk., 1976).
Adapun penelitian terhadulu terkait metode geolistrik di daerah penelitian antara lain:
Penelitan ini membahas mengenai proses akuisisi, pengolahan dan intepretasi data pengukuran
geolistrik resistivitas untuk menentukan kedalaman sistem hidrotermal. Pengukuran dilakukan pada
tanggal 3 September – 9 September 2019. Data hasil pengukuran berupa nilai apparent resistivity diolah
dengan teknik intepretasi secara manual dan software. Analisis dilakukan menggunakan metode
deskriptif, yaitu mengintepretasikan lokasi penyebaran jenis dan kedalaman litologi berdasarkan hasil
penampang resistivitas yang dikorelasikan dengan data lain berupa peta geologi untuk memastikan letak
dan kedalaman litologi. Analisis kuantitatif dilakukan dengan mengetahui nilai resistivitas bawah
permukaan yang mengindikasikan suatu jenis batuan dengan nilai resistivitas tertentu.
Mulai
Informasi
Studi Literatur
Geologi
Survei Pendahuluan
Desain Akuisisi
Pengolahan Data 1D
Analisa dan
Pembahasan
Hasil
Langkah 2 C P1 P2 C
Langkah 1 1 C1 P1 P2 C2 2
Titik Sounding 1
Titik Sounding 2
Dst.
Gambar 3. 2 Teknik pengukuran metode VES
Dari pengambilan data lapangan didapatkan besar arus (I) yang dialirkan, besar tegangan (V)
yang terukur pada elektroda potensial, jarak elektroda arus terhadap titik pusat (AB/2), jarak elektroda
potensial terhadap titik pusat (MN/2), faktor geometri (K), dan tahanan jenis (𝜌).
VES04-3
100
RHO APPARENT (OHM.M)
10
1
1 10 100
AB/2 (M)
Gambar 3.3 Contoh grafik log quality control data resistivitas semu terhadap AB/2 pada titik V04-03
Pengolahan data selanjutnya dilakukan dengan menggunakan software IPI2WIN untuk
mendapatkan sebaran niali resistivitas dan kedalaman masing-masing titik VES yang ditunjukkan oleh
grafik curve matching seperti Gambar 3.4. Kemudian dari 10 titik VES pada masing-masing penelitian
dilakukan korelasi untuk mengetahui sebaran anomali resistivitas bawah permukaan yang menunjukkan
struktur geologi bawah permukaan sistem hidrotermal seperti pada Gambar 3.5.
Gambar 3.4 Contoh hasil curve matching, sebelah kiri menunjukkan grafik log hubungan spasi
lektroda arus dengan titik pusat (AB/2) dan apparent resistivity (Ohm.m)
Gambar 3.5 Contoh hasil korelasi antar titik-titik VES
Gambar 4.11 Hasil interpolasi tiap titik VES tanpa menggunakan elevasi
Gambar 4.12 Hasil interpolasi tiap titik VES menggunakan elevasi
Sedangkan hasil slice berdasarkan model 3D struktur bawah permukaan tanah sebagai berikut:
Gambar 4.12 Line Slice model antar titik VES
5.1 Kesimpulan
Bedasarkan penelitian yang dilakukan di daerah Kawasan Gunung Pandan dapat diambil
beberapa kesimpulan yaitu
1. Terdapat anomaly resistivitas rendah yakni 0.03-0.076 Ohm.m yang diidentifikasikan sebagai
potensi hydrothermal pada kedalaman 32-60 m.
2. Pada line kelompok 1 didapatkan lapisan lempung di kedalaman 20-30 meter, lapisan shale di
kedalaman 10 meter, dan batuan napal di kedalaman 10-20 meter.
3. Pada line kelompok 5 didapatkan lapisan lempung di kedalaman 25-35 meter, lapisan shale di
kedalaman 12 meter, dan batuan napal di kedalaman 15-25 meter.
4. Pada line kelompok 7 didapatkan lapisan lempung di kedalaman 10-18 meter, lapisan shale di
kedalaman 10-20 meter, dan batuan napal di kedalaman 15-30 meter.
5.2 Saran
Saran penulis yang dapat disampaiakan kepada penelitian selanjutnya yaitu agar meenggunakan
metode yang sama untuk penelitian lebih lanjut mengenai pemetaan sebaran akuifer dengan sebaran
titik dibuat berupa lintasan agar sekaligus dapat mengetahui kedalaman muka air tanah sebagai bahan
pendukung penelitian ini, serta memvalidasinya dengan data pemboran.
DAFTAR PUSTAKA
Adji, T.N. dan Suyono, (2004), Bahan Ajar Hidrologi Dasar, Fakultas Geografi UGM
Handayani, A. (2009), Analisis Potensi Sungai Bawah Tanah di Gua Seropandan Gua Semuluh untuk
Pendataan Sumber Air Kawasan Karst di Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakart. Universitas Sebelas Maret Surakarta
Farid Nurul (2014), Lapisan Tanah di Ruas Jalan Sampangan-Banaran Kecamatan Gunungpati
Semarang BErdasarkan Data Geolistrik, Universitas Negeri Semarang
Telford, WM, dkk. (1990), Applied Geophysics. Cambridge : Cambridge University Press