Anda di halaman 1dari 12

Pendahuluan

Pada 20 tahun terakhir ini populasi penduduk semakin banyak, sehingga lahan-lahan untuk
perumahan juga bertambah banyak secara pesat. Namun area yang ideal untuk membangun suatu
perumahan terbatas. Kualitas tanah sebagai penopang pondasi suatu perumahan harus
diperhitungkan untuk keamanan konstruksi yang akan dibangun di wilayah tersebut. Parameter-
parameter seperti rongga-rongga, rekahan, zona pelapukan serta heterogenitas tanah dan batuan
dapat menentukan bahaya atau tidaknya suatu konstruksi dibangun di wilayah tersebut. Dengan
informasi geologi setempat, kecepatan seismik (Vp dan Vs), koefisien atenuasi dan sifat mekanik
batuan dapat mendefinisikan lapisan bawah permukaan yang dangkal.

Untuk mengetahui parameter-parameter tersebut, peneliti menggunakan metode seismik


refraksi tomografi, analisis koefisien atenuasi, seismik Multi Channel Analysis of Surface
Wave(MASW), boreholes, Rock Quality Designation (RQD), dan analisis tingkat pelapukan yang
akan dilakukan di kota Pelitli, provinsi Trabzon, Turki.

Geologi Regional Trabzon, Turkey

Gambar 1. Lokasi penelitian(a) dan peta geologi di daerah penelitian (b)


Gambar 2. Peta Seismicity dan lokasi gempa bumi di sekitar wilayah penelitian

Kota Trabzon sangat dekat dengan zona patahan North Anatolian. Banyak gempa bumi besar yang
telah terjadi di wilayah zona patahan ini (gambar 2). Wilayah Pelitli, bagian Timur Laut kota
Trabzon memiliki morfologi yang cukup datar, namun bagian Timur Laut dari kota Pontides
terdapat lereng yang curam dan puncak diakibatkan adanya dampak eksternal (erosi) dan internal
(jenis batuan, tektonik, dll).

Sebagai Paleo-Island arc, kota Pontides telah mengalami beberapa kejadian aktivitas vulkanik
sejak Zaman Liassic hingga Tersier. Litologi utama di daeran penelitian ialah batuan sedimen
vulkanik Zaman Tersier yang terdiri dari batuan vulkanik andesit dan basaltik, Regolith, dan
sedimen Zaman Pliocene seperti batu pasir, batu lempung, aglomerat dan konglomerat (gambar
1b).

Analisis Geofisika

Gambar 3 Desain akusisi seismik refraksi


Pengukuran seismik refraksi dan MASW di lakukan dengan 10 profile lines (gambar 3)
untuk menentukan nilai Vp, Vs, dan koefisien atenuasi, kedalaman bedrock dan kualitas massa
batuan pada daerah pengukuran.

Gambar 4. Perbandingan grafik time-distance profil 1 yang didapat dari pengukuran dengan
teoritis (a) dan intial model didapat dari inversi tomografi pada profil 1
First Arrival yang terekam menggunakan metode refraksi di pick dan grafik time-distance
diplot pada profil 1 (gambar 4a). Travel time tomografi dan inversi amplitude dilakukan sehingga
menghasilkan initial model pada profil 1 (gambar 4b) menggunakan GeotomCG.

Gambar 5. 2d Vp model dan 1D Vs model untuk 4 profil dikorelasikan dengan borehole logs
Kontur Vp 2D yang di korelasikan dengan borehole logs ditampilakn pada gambar 5.
Pada gambar tersebut terdapat tingkat pelapukan dengan kategori F itu adalah fresh, S adalah
slightly, dan M adalah moderately.

Pada profil satu terlihat bahwa hingga kedalaman 6 meter memiliki kategori S-M,
kemudian kedalaman 6-10 meter ialah kategori F. Profil dua menunjukkan hanya terdapat kategori
S-M hingga kedalaman 10 meter. Hal tersebut juga berlaku pada profil ketiga. Profil keempat
terdapat kategori yaitu kategori s hingga kedalaman 2 meter dan kategori F pada kedalaman 2-10
meter.

Gambar 6. 3D Vp model yang didapat dari 2D tomografi seismik refraksi.

Pada gambar 6 menunjukkan profil 3D velocity model yang didapat dari hasil interpolasi
2D pada tomografi seismik refraksi di setiap lines profile. Kedalaman dan kecepatan lapisan di
dapat dari inversi 2D pada setiap profil. Kemudian data 3D dibuat dari kecepatan lapisan,
kedalaman, dan jarak antar profil dengan menginterpolasi semua 2D profile. Kecepatan Vp dari
Basalt yang lapuk dan Basalt yang sedikit lapuk (masif) berkisar antara 1.6 to 2.3 km/s dan 2.4 to
3.8 km/s. Variasi kedalaman bedrock dapat dilihat pada model kecepatan Vp (gambar 5 dan 6) dan
berkisar 1-4 meter.

Gambar 7. Boreholes log dan parameter geoteknik yang di dapat dari drilling
Gambar diatas merupakan hasil dari data Boreholes pada D1, D2, D3 dan D4. Jika
dikorelasikan dengan 2D velocity model terdapat gambaran yang serupa, dimana pada data velocity
model dan data borehole, lapisan bedrock lebih dangkal di bagian utara daerah penelitian. Pada
bagian Selatan, lapisan bedrock lebih dalam, semakin utara lapisan bedrock akan semakin dangkal.
Dari hal ini topografi yang kita dapat dari lapisan bedrock ialah penipisan lapisan bedrock yang
terjadi di bagian utara.

Amplitude attenuation tomography dengan GeoTomCG digunakan untuk kalkulasi 𝛼 untuk


batuan pada area studi. Amplitude attenuation tomography invert pengukuran amplitudo untuk
mendapatkan nilai distribusi atenuasi. Lengkungan pada raypath yang pertama tiba ditentukan dari
variasi kecepatan, bukan atenuasi, jadi inversi amplitudo bersamaan dengan lengkungan raypath
dikalkukasi oleh SeisImager. Decay dari amplitudo dengan jarak digunakan untuk estimasi 𝛼.

Gambar 8. Logaritma yang dikoreksi relatif amplitudo sebagai fungsi dari jarak raypath

Data amplitudo mentah dibaca dari titik puncak maksimum waktu kedatangan pertama
(first arrival time) pada data refraksi. Untuk diperbaiki geometrical spreading, data amplitude
mentah dikalikan dengan jarak raypath lengkung yang sesuai untuk mendapatkan data yang
dikoreksi. Kemudian logarithmic relative amplitudos pada Nepers dikalkulasi dari data yang telah
dikoreksi dengan mengambil natural log. Untuk estimasi A (0), logarithmic yang dikoreksi
relative amplitude diplot sebagai fungsi jarak raypath, seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 8
untuk profil 1 pada Y = 0. Plot akan memiliki kecenderungan hampir linier dalam suatu lapisan
dengan atenuasi hampir seragam. Plot itu diekstrapolasi kembali ke jarak 0 untuk memperkirakan
A (0). Ekstrapolated Ln A (0) adalah 14 untuk menetapkan semua nilai ln (A0) - ln (AL) positif.
Gambar 9. 3D 1/ 𝛼 gambar tomogram yang diperoleh dari Amplitude attenuation tomography

Gambar 10. Hasil yang berbeda untuk 3D 1/ 𝛼 tomogram

Pada Gambar 9 dan 10 menunjukan 1/ 𝛼 tomogram pada area studi, dimana 𝛼 bernilai dari
1 hingga 23. Zona yang dekat dengan permukaan memiliki nilai yang paling rendah 1/ 𝛼,
mengindikasikan terdapat batu most weathered. Sebaliknya, semakin dalam zona dengan nilai 1/ 𝛼
semakin tinggi mengindikasikan massive rock. Hasil ini sesuai bahwa pelapukan menurun dengan
kedalaman.

Pengukuran MASW dilakukan bersamaan dengan akuisisi seismik refraksi (arah timur-
barat). Untuk sumber merupakan palu besi besar dengan berat 10 kg. Terdapat 24 geophone 4.5
Hz dengan spasi 1,5 m untk pengukuran MASW. Offset maksimum adalah 9 meter untuk setiap
pengukuran. Software SeisImager digunakan untuk semua proses MASW. Surface wave atau
gelombang permukaan merupakan metode analisis berdasarkan sifat disperse dari gelombang
Rayleigh.
Gambar 11. (a) Phase velocity-frequency dari MASW, setiap titik merah dalam gambar adalah
amplitudo maksimum dalam frekuensi, (b) Merupakan contoh dari kurva dispersi, (c)
Model 1D Vs didapatkan dari inversi kurva dispersi, (d) Komprasi dari observasi dan
teori kurva dispersi (masing-masing garis merah dan hitam)

Gambar 12. 2D Vs yang diperoleh dari pengukuran 1D MASW. Bagian ini merupakan arah SSW-
NNE dan sesuai dengan perkiraan titik tengah dari setiap titik akuisisi

Hasil dari kurva disperse yang ditunjukkan pada Gambar 11 (a) dan (b) diperoleh dari
pemilihan nilai maksimum amplitudo dalam setiap frekuensi dalam spektrum velocity melalui
phase-shift. Didapatkan hasil model 1-D Vs yang diperoleh dari inversi kurva dispersi
(Gambar(c)). Kurva dispersi dari observasi dan teori dibandingkan yang terdapat pada Gambar 11
(d).

Vp, poisson’s ratio dan densitas sebanding dengan Vs dalam persamaan empiris. hasil
penampang 2-D Vs (Gambar. 12) diperoleh dengan menggabungkan profil Vs 1-D dengan
interpolasi berdasarkan Kriging. Ada mungkin efek interpolasi pada model 2D Vs. Rata-rata Vs30
untuk daerah yang diteliti adalah 0,95 km / s. Bagian Vs menunjukkan bahwa yang area studi
memiliki tiga lapisan. Bagian Vs konsisten dengan bagian Vp. Bagian Vs menunjukkan bahwa
bagian utara area studi lebih dangkal daripada di bagian selatan dan kecepatan Vs lebih tinggi dan
lebih dangkal pada bagian utara daripada di bagian selatan.

Studi Geoteknik
Hasil dari pemboran dan analisis geofisika berkolerasi untuk menjelaskan terkait unit
geoteknik dan kedalaman dari bedrock. Terdapat 4 deep boreholes yaitu D1, D2, D3, dan D4 yang
dilakukan pemboran dekat dengan akuisi seismik seperti pada Gambar 3. Hasil log dari borehole
dan parameter geoteknik diperoleh dari boreholes yang ditunjukkan pada Gambar 7. Perbedaan
unit geoteknik dan kedalaman dari bedrock didefinisikan oleh analisis geofisika dan borehole.
Berdasarkan hasil dari Gambar 7, batuan vulkanik tersebut memiliki Rock Quality Designation
(RQD) dan tingkat pelapukan (WD/degree of weathering) yang berbeda dalam unit geoteknik yang
sama. RQD ditentukan dari cores yang didapat dari boreholes. Oleh karena itu, harus
mempertimbangkan perbedaan dengan unit geologi seiring dengan penentuan site untuk studi.
Total 66 sampel core yang didapatkan dari boreholes pada sitei. Sampel tersebut memiliki
panjang diantara 108 dan 113 mm dan diameter 47 mm yang dipersiapkan untuk uji laboratorium.
Sifat fisika yang meliputi sampel yaitu unit berat dan penyerapan air (water absorption)
merupakan yang paling signifikan indeks pada sifat material batu. Kedua hal tersebut berhubungan
dengan parameter porositas. Sebagai tambahan, Ultrasonic Pulse Velocities (UPV) dan Uniaxial
Compressive Strength (UCS) merupakan parameter yang paling signifikan untuk penentuan sifat
dari batu.

Hal pertama yaitu semua specimen yang tersaturasi oleh air untuk menentukan Vp saturasit
dan bobot massa tersaturasi. Setelah itu, menentukan kecepatan dalam kondisi kering dan bobot
massa kering dari core, sampel tersebut didiamkan dalam oven pengering dalam temperatur 105°C
selama 24 jam. UPV diukur dengan menggunakan instrumen Pundit Plus dan 2 receiver-
transmitter transducers (frekuensi 54 kHz) dengan piezoelektrik. Receiver-transmitter diletakkan
melawan permukaan dari sampel core selama dilakukan pengukuran kecepatan, dan waktu transisi
pulse direkam. Vp dihitung dari waktu transisi dan panjang dari travel pathway. Electrical signal
dihasilkan dari transmitter transducer yang berubah menjadi getaran mekanis dan dilalui pada
sampel. Pulses menjalar dalam sampel dan diukur oleh receiver transducer yang berada
berlawanan sisi. Permukaan dari sampel core dilapisi oleh gel ultrasound. Dari pengukuran yang
telah dilakukan pada setiap sampel untuk mengukur kecepatan Vp dan rata-rata dari nilai tersebut
sebagai UPV. UCS dari sampel core ditentukan dengan peningkatan memuat dengan mesin
penguji. Beberapa dari sifat indeks seperti porositas semu, kandungan air (water content) and
penyerapan air dalam berat dihitung dari bobot massa tersaturasi dan kering. UPV, UCS, dan sifat
indeks lainnya ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kecepatan Ultrasonik, UCS, dan sifat indeks lainnya dari sampel batuan. Vps: Kecepatan
Vp tersaturasi, Vpd: Kecepatan Vp kondisi kering, UCS: Uniaxial Compressive Strength,,
w = water content, waw= penyerapan air dalam bobot, dan n = porositas. Kedalaman
pemboran (m) memperlihatkan titik pemboboran dan kedalaman dari sampel batuan.

Pada Tabel 1, menunjukan standar deviasi dan nilai rata-rata dari kecepatan Vp, UCS, dan
parameter lainnya. Hubungan dari UPV dan hasil dari uji laboratorium, seperti UCS dan porositas
yang dilakukan analisis dari analisis regresi yang ditunjukkan pada Gambar 13.
Gambar 13. Hubungan antara kecepatan Vp, UCS dan porositas. (a) Korelasi antara kecepatan Vp
tersaturasi, dan Vp dalam kondisi kering, (b) Korelasi anatara kecepatan Vp dan UCS,
(c) Korelasi antara kecepatan Vp dalam kondisi kering dan UCS, (d) Korelasi
kecepatan Vp tersaturasi dan porositas, (e) Korelasi antara kecepatan Vp kondisi
kering dan porositas

Analisis regresi ini merupakan metode dari statistik yang dapat memperlihatkan hubungan
antarvariabel. Persamaan regresi dan korelasi koefisien variabel ditentukan pada Gambar 13.
Ketika terdapat sebuah linier (positif) hubungan antara UPV dan UCS, terdapat hubungan negative
antara UPV, UCS, dan porositas. Selain itu, terdapat korelasi yang kuat antara UPV, UCS, dan
porositas yang diperlihatkan oleh nilai dari korelasi koefisien yang lebih tinggi dari 85%. Korelasi
yang sama untuk unit (batuan basaltic) yang ditemukan juga dibeberapa studi litelatur.
Gambar 14. Hasil analisi regresi antara longitudinal wave velocity (Vp) dan atenuasi (1/𝛼)

Pembahasan dan Kesimpulan


Sifat tanah dan kualitasi batuan dari batuan sedimentasi-vulkanik pada formasi Kabakoy
yang terdapat pada kota Trabzon, yang ditentukan dengan metode seismik, boreholes, dan uji
laboratorium. Metode seismik sebagai indikasi bahwa struktur bawah permukaaan dari lokasi area
studi tidak rumit dan secara keseluruhan memiliki topografi yang umum. Pada pengukuran seismik
mengindikasikan bahwa kedalaman dari tanah (soil) pada area studi bervariasi dari 0,8 hingga 4
m. Informasi ini konsisten dengan hasil dari boreholes. Hasil diperoleh dari data seismik dapat
dipastikan oleh hasil boreholes dan unit geologi yang teridentifikasi. Berdasarkan hasil secara
keseluruhan, pada bagian tanah berkomposisi dari lempung dan jumlah yang sedikit dari
bongkahan (gravel). Untuk hasil kecepatan dari Vp dan Vs pada tanah tersebut untuk masing-
masing sekitar 0,5-0,8 km/s dan 0,25-0,6 km/s. Basaltic-agglomerate, composed of weathered,
slighty weathered dan massive unit berada pada bagian bawah tanah. Untuk kedalaman dari
weathered, slightly weathered, dan massive berbeda pada area studi. Kecepatan Vp dan Vs pada
weathered rock dengan masing-masing nilai antara 1,6-2,3 dan 065-1.0 km/s, sedangkan untuk
nilai kecepatan pada slightly weathered dan massive unit memiliki variasi dari nilai 2,4-3,8 untuk
Vp dan 1,0-1,5 km/s untuk Vs. Untuk nilai ini relatif rendah untuk basalt. Namun, batuan dalam
area studi merupakan basalt vesicular dan tingkat pelapukan yang tinggi. Selain itu, nilai kecepatan
ini normal jika area studi terdapat basaltic-agglomerates. Ketebalan dari bagian tanah dan juga
kedalaman dari bedrock mengalami penurunan ke arah utara yang telah dipredisksi oleh Vp
tomogram dan analisis geoteknik

Koefisien reciprocal attenuation 1/𝛼 yang diperhitungkan dari amplitude atenuasi sekitar 1-23
untuk are studi Pelitli. Untuk area yang memiliki atenuasi tinggi dan rendah dalam bagian 1/𝛼
dapat terlihat jelas. Area tersebut umumnya sesuai dengan hasil dari traveltime tomografi. Nilai
diperoleh dari level kedalaman yang sama dari Vp dan 1/𝛼 yang dianalisis memelalui Gambar 14.
Dari analisis regresi tersebut terdapat persamaan baru yang berhubungan dengan Vp dengan
atenuasi untuk area studi dengan nilai korelasi yang tinggi (85%). Persamaan baru untuk basalts
memungkinkan nilai atenuasi, dimana lebih sulit untuk dilakukan perhitungan dibandingkan
dengan Vp, untuk mempermudah ditentukan tanpa pengukuran amplitudo pada lokasi geologi
yang sama.

MASW dan seismik refraksi, traveltime dan atenuasi amplitude tomografi


menginformasikan mengenai rekahan dan zona pelapukan dapat digunakan dan lebih detail
daripada satu metode lain. Seismik refraksi menunjukkan nilai kecepatan awal yang bagus untuk
traveltime tomografi. Gambaran dari inversi traveltime merupakan penyebaran kecepatan yang
menyimpang terakhir dari kecepatan model awal saat melakukan yang cocok untuk pengukuran
traveltime. Sebaliknya, dalam seismik refraksi, kalkukasi kedalaman dari lapisan dapat menebus
sampai batas tertentu untuk kalkulasi kecepatan dalam lapisan-lapisan tersebut, dan tomografi
membantu penyelesaian dari ambigiutas. MASW sangat mudah, tetapi resolusi semakin buruk
dengan bertambahnya kedalaman. Traveltime tomografi dan Amplitude attenuation tomography
dapat diharapkan untuk hasil secara keseluruhan karena batuan competent terdapat kecepatan yang
tinggi dan nilai atenuasi yang lebih rendah daripada batuan less competent. Tomografi atenuasi
amplitudo lebih sensitive pada retakan kecil yang dapat menjadi efek kecil untuk kecepatan.
Membandingkan hasil dari P-wave traveltime tomografi dalam Gambar 5 dan 6 dengan hasil dari
Amplitude attenuation tomography dalam Gambar 9 dan 10 mengindikasikan hal yang umum
namun terdapat beberapa perbedaan. Hasil dari Amplitude attenuation tomography menunjukkan
hasil yang bervariasi, terutama yang lateral, dari hasil traveltime yang lebih halus.

Dari hasil borehole sampel core, tingkat pelapukan ditemukan sebagai slightly,
moderately-slightly, moderately dan fresh. Hasil perhitungan RQD dari sampel memiliki nilai yang
sama antara sampel dan relatif tinggi. Nilai RQD dan kecepatan seismik diperoleh dari RT yang
konsistensi (Gambar 5 dan 7). Berdasarkan uji laboratorium, rata-rata Vp tersaturasti (Vps), Vp
dalam kondisi kering (Vpd), UCS, dan n adalah 4,284 km/s. 3,862 km/s, 62,53 MPa dan 16,65%.
Perbedaan hasil rata-rata dari Vps dan Vpd kecil (sekitar 10%) dan dalam hal ini sesuai dengan
porositas (sekitar 7%). Bahkan, pada lapangan dan laboratorium kecepatan Vp sama, yang
mengindikasikan terdapat sedikit heterogenitas pada area studi. Berdasarkan data, menyatakan
bahwa batuan vulkanik pada area Pelitli tidak terpengaruh kuat oleh pelapukan kimia dan fisika.
Hasil yang diperoleh cocok/baik anatara variabel umum dan korelasi koefisien adalah 85% atau
lebih. Nilai rata-rata dari Vps dan Vpd yang dekat dapat menjadi indikasi akan terdapatnya
beberapa rekahan kecil dalam batuan. Nilai kecepatan, 1/𝛼, log boreholes dan uji laboratorium
menjelaskan bahwa bedrock lebih dangkal dan kuliatas batu lebih baik pada utara dari area studi.
Karena itu, daerah pada utara lebih cocok sebagai tempat untuk kontruksi.

Anda mungkin juga menyukai