Anda di halaman 1dari 106

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan studi kelayakan adalah laporan dari pemegang izin/ kuasa


pertambangan yang memuat hasil studi secara menyeluruh atas aspek yang
berkaitan dengan rencana pengusahaan suatu tambang, untuk mengetahui
kelayakan usaha pertambangan.
Mengetahui tujuan tersebut maka lingkup/isi laporan studi kelayakan
sangat luas mulai dari penyampaian informasi hulu/ dasar tentang kondisi daerah,
keadaan geologi dan endapan bahan galian, sampai pada perencanaan
penambangan, pengolahaan / pemurnian, pengangkutan, penimbunan, produksi,
pemasaran, dan bahkan sampai rencana pengunaan tenaga, peralatan, kebutuhan
investasi, rencana pengelolaan lingkungan dan K-3, serta akhirnya pada kajian
kelayakan.

Laporan studi kelayakan dibuat oleh perusahaan untuk memenuhi salah


satu persyaratan teknis dalam permohonan peningkatan izin/ kuasa ke tahap
eksploitasi atau operasi-produksi.

PT…………… yang memiliki IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan di


wilayah Kecamatan Minas Barat Kota Siak yang saat ini sudah melakukan
kegiatan eksplorasi dan survey geologi akan meningkatkan perizinannya ke
tahap IUP Operasi Produksi, sehingga laporan studi kelayakan ini akan menjadi
pertimbangan dari pihak instansi pemerintah terkait yakni Dinas Energi dan
Sumberdaya Mineral Propinsi Sulawesi Tengah sebagai syarat administrasi wajib
guna penerbitan IUP Operasi Produksi.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 1


1.2 Maksud dan Tujuan

Pedoman laporan studi kelayakan ini dibuat untuk memberi petunjuk/


quide dan dalam rangka keseragaman kepada perusahaan dalam membuat
laporan studi kelayakan, dan memudahkan bagai pihak pemerintah-pemerintah
daerah yakni Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Propinsi Sulawesi Tengah
dalam menilai dan meresume laporan kegiatan pertambangan bahan galian
batuan di lokasi IUP Eksplorasi milik PT. ……….

1.3 Sasaran

Target yang ingin dicapai dengan disusunnya pedoman teknis penyusunan


laporan ini adalah terciptanya kajian kelayakan dan perencanaan usaha
pertambangan yang komprehensif, detail, jelas, transparant, sehingga dapat
dipakai seluruh stake holders untuk menjalankan fungsi masing – masing,
termasuk menjadi pedoman bagi PT. ………. untuk pelaksanaan kegiatan
pertambangan bahan galian batuan.

1.4 Ruang Lingkup dan Metode Studi

Ruang lingkup kegiatan studi kelayakan adalah sebagai berikut :


1. Menentukan Kondisi Geologi daerah IUP Eksplorasi PT. ….. meliputi
geomorfologi, stratigrafi, geotektonik dan struktur.
2. Mengetahui Keadaan Endapan meliputi :
a. Bentuk dan Penyebaran Endapan
b. Sifat dan Kualitas Endapan
c. Cadangan
Cara Perhitungan Cadangan
Klasifikasi dan Jumlah Cadangan ( insitu, Miniable, Marketable,
Dilengkapi dengan perhitungan stripping ratio dan cut off grade ).

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 2


3. Menentukan Rencana Pertambangan yang meliputi :
Sistem/ Metode dan Tata Cara Pertambangan ( dilengkapi bagan alir)
Tahapan Kegiatan Pertambangan (termasuk penanganan tanah penutup)
Rencana Produksi (kuantitas, kualitas, cut off grade, stripping ratio)
Peralatan (jenis, jumlah dan kapasitas )
Jadwal Rencana Produksi dan Umur Tambang
Rencana Penanganan/ Perlakuan Bahan Galian yang belum Terpasarkan
( kualitas rendah, belum ekonomis masa sekarang)
Rencana Pemanfaatan Bahan Galian Lain Mineral Ikutan
Rencana Penanganan / Perlakuan Sisa Cadangan pada Pasca Tambang
4. Menentukan Rencana Pengolahan, Pemurnian atau Pencucian yang meliputi
1. Studi/ Percobaan Pengolahan/ Pemurnian
2. Tatacara Pengolahan dan Pemurnian
a. Tahapan Pengolahan
b. Bagan Alir
c. Recofery Pengolahan
3. Peralatan Pengolahan ( jenis, jumlah dan kapasitas )
4. Hasil Pengolahan dan Rencana Pemanfaatan Mineral Ikutan
5. Jenis, Jumlah, Kualitas Hasil Pengolahan dan Tailing
5. Menentukan Rencana Pengangkutan dan Penimbunan
Tata Cara
Peralatan ( jenis, jumlah, kapasitas )
6. Menentukan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Lingkungan ( mengacu kepada dokumen Amdal atau UKL dan
UPL)
a. Dampak Kegiatan ( tambang, pengelolaan , dan sarana
penunjang)
b. Pengolahan Lingkungan

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 3


Pengolahan Limbah ( tambang, pengolahan dan sarana
penunjang )
Rencana Reklamasi dan Pemanfaatan Lahan Pasca Tambang
Penanganan Air Asam Tambang ( kalau ada )
c. Pemantauan Lingkungan
2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
a. Organisasi
b. Peralatan
c. Langkah – langkah Pelaksanaan K3 Pertambangan
d. Rencana Penggunaan dan Pengamanan Bahan Peledak dan
Bahan Berbahaya Lainnya.
7. Menentukan Pemasaran
1. Bagan Organisasi
2. Prospek Pemasaran
a. Dalam Negeri
b. Luar Negeri
8. Menentukan Investasi dan Analisis Kelayakan
1. Investasi
a. Modal Tetap
i. Pengurusan Perizinan dan Eksplorasi
ii. Pembebasan Lahan
iii. Konstruksi atau Rekayasa
iv. Peralatan ( penambangan, pengolahan, pengangkutan dll.)
b. Modal Kerja
c. Sumber Dana
2. Analisis Kelayakan
a. Biaya Produksi ( termasuk biaya pengolahan dan pemantauan
lingkungan K3 )

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 4


b. Pendapatan Penjualan
c. “Cash Flow” ( aliran uang tunai )
d. Perhitungan “ Discounted Cash Flow Rate of Return”/ “
Internal Rate of Return” ( DCFROR/IRR )
e. Perhitungan “ Break Even Point” ( BEP )
f. Waktu Pengembalian Modal
g. Analisis Kepekaan dan Resiko

1.5 Pelaksana Studi


Pelaksana Studi Kelayakan ini adalah Tim Teknis dari PT. …………. Terdiri
dari Tim Leader dan anggota tim yaitu :
Tim Leader Geologist 1 orang
Anggota Asisten Geologist 2 orang
Ahli Pertambangan 1 orang
Ahli Lingkungan 1 orang

1.6 Jadwal Pelaksana Studi

Waktu pelaksanaan studi kelayakan selama 1 (satu) bulan yaitu sejak bulan
Januari – februari 2020.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 5


BAB II
KEADAAN UMUM DAERAH WATUSAMPU

2.1 Lokasi dan Luas Wilayah IUP Eksplorasi

Rencana kegiatan pertambangan bahan galian batuan dilakukan pada


daerah pegunungan tepatnya berada di Kelurahan Watusampu, Kecamatan
Ulujadi, Provinsi Sulawesi Tengah. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur
Sulawesi Tengah Nomor 540/801/DISESDM-G.ST/2016 tentang Izin Usaha
Pertambangan Ekplorasi Batuan PT. …… tanggal 3 januari 2020.

Adapun lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan Pertambangan Bahan


Galian Batuan di Kecamatan Minas Barat, Provinsi Siak. dengan batas – batas :
 Sebelah Utara Berbatasan dengan : Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten
Meranti
 Sebelah Timur Berbatasan dengan : Kabupaten Kampar, Kabupaten
Pelalawan dan Kota Pekanbaru
 Sebelah Selatan Berbatasan dengan : Kabupaten Pelalawan dan
Kepulauan Meranti
 Sebelah Barat Berbatasan dengan : Kabupaten Bengkalis, Kabupaten
Rokan Hulu, Kabupaten Kampar
dan Kota Pekanbaru.

Dan secara geografis lokasi pertambangan bahan galian batuan PT.


…… dengan luas wilayah 6.16 Ha, terletak pada titik koordinat, sebagai berikut
:

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 6


BUJUR TIMUR LINTANG SELATAN
No.
° ' " ° ' "
1 101 24 1.820 0 46 57.087
2 101 24 2.768 0 46 57.087
3 101 24 2.768 0 47 0.006
4 101 24 4.093 0 47 0.006
5 101 24 4.093 0 47 3.097
6 101 24 8.936 0 47 3.097
7 101 24 8.936 0 46 54.946
8 101 24 6.640 0 46 54.946
9 101 24 6.640 0 46 51.509
10 101 24 1.820 0 46 51.509

2.2 Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan Setempat

Lokasi IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. ….. yang terletak di
wilayah Kecamatan Minas Barat Kota Siak Propinsi Riau dapat ditempuh dengan
menggunakan kendaraan bermotor roda empat atau roda dua dalam waktu sekitar
30 menit, dengan kondisi jalan raya beraspal baik. Sedangkan untuk mencapai
wilayah IUP Eksplorasi PT. ……. harus ditempuh dengan berjalan kaki melewati
jalan setapak sekitar 30-45 menit.

Gambar 2.1 Daerah Lokasi IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan


PT.BBAG di Kelurahan Watusampu Kec. Ulujadi – Palu

Sarana-sarana umum yang terdekat dengan wilayah IUP antara lain :


1. Dermaga (pelabuhan khusus) hanya berjarak 0,5-1 km dari lokasi, ke arah
Timur, berdekatan dengan pemukiman Kelurahan Watusampu dan
± 50 meter dari jalan raya poros Palu-Donggala.
2. Kantor Camat Ulujadi dan Kantor Lurah Watusampu yang terletak di
sebelah Timur lokasi IUP hanya berjarak ± 500 meter dari lokasi IUP.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 7


3. Pelabuhan Negara Angkatan Laut yang terletak di tepi pantai
Watusampu di sebelah Tenggara wilayah IUP atau sekitar 1,2 km dari lokasi IUP.
4. Bandar Udara (Airport) Mutiara Sis-Aldjufri Palu, terletak di sebelah
Timur Kota Palu berjarak 9 km sebelah Tenggara wilayah IUP.

2.3 Keadaan Daerah Watusampu


a. Penduduk
Data penduduk Kecamatan Minas Barat Kota Siak berdasarkan survey
data tersebut :

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Watusampu Kecamatan Ulujadi


Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah

JUMLAH PENDUDUK

NO. KECAMATAN 2015 TOTAL 2016 2017


TOTAL TOTAL
LK PR LK PR LK PR

1 MINAS 14.655 13.409 28.064 13.937 12.731 26.668 13,804 12,653 26,457

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Siak , 2018* (semester II)

Tabel 2.2 Jenis Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Minas Barat Kota
Siak Provinsi Riau

2.4 Morfologi Daerah Watusampu

Secara geografis Kabupaten Siak terletak diantara 1 16’30” Lintang Utara


sampai dengan 0 20’49” Lintang Utara dan 100 54’21” Bujur Timur sampai dengan
102 10’59” Bujur Timur, sebagian besar Kabupaten Siak terdiri dari dataran rendah
di bagian timur dan sebagian dataran tinggi di sebelah barat.

Morfologi Wilayah Kabupaten Siak sebagian besar terdiri dari dataran, dan
sebagian kecil terdiri dari perbukitan yang terletak di bagian barat daya.
Morfologi dataran mencakup sekitar 60% Wilayah Kabupaten Siak, morfologi

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 8


perbukitan rendah terdapat dibagian utara, timur dan memanjang dari arah barat
laut sampai tenggara, dan morfologi perbukitan tinggi terletak di bagian barat
daya wilayah DAS Siak. Kabupaten Siak memiliki luas 8,580.92 km2
dengan pusat administrasi di Kota Siak Sri Indrapura.
Kabupaten Siak terdiri dari satuan dataran rendah dan satuan perbukitan,
sebagian besar Kabupaten Siak terdiri dari dataran rendah dengan ketinggian
0-50 m dpl dari permukaan laut, meliputi dataran banjir sungai dan rawa serta
terbentuk endapan permukaan serta memiliki sifat batuan pada satuan
perbukitan yang stabil sehingga potensi untuk terjadinya gerakan tanah dan erosi
yang menyebabkan longsor sangat kecil.
Kemiringan lereng sekitar 0°-3° atau bisa dikatakan hampir datar,
sedangkan satuan perbukitan mempunyai ketinggian antara 50-150 m dari daerah
sekitarnya dengan kemiringan 3°-15°. Namun, karena sebagian besar wilayahnya
relatif datar (14-30m dpl), potensi untuk terjadinya banjir cukup besar di
beberapa tempat terutama didaerah sepanjang Sungai Siak.

Bentuk morfologi daerah peneltian secara keseluruhan dapat dibagi


menjadi 3 satuan morfologi seperti berikut :
 Satuan morfologi pegunungan terjal Watusampu
 Satuan morfologi perbukitan bergelombang Watusampu

Satuan Morfologi Pegunungan Terjal Watusampu


Satuan bentang alam pegunungan terjal menempati sekitar 70% dari
keseluruhan luas daerah penelitian dengan luas 919,10 Ha. Dengan arah
penyebaran satuan ini relatf meliputi bagian sebelah Barat yang menyebar dari
Utara ke Selatan daerah penelitian. Ketinggian satuan ini sekitar (500 – 1.900) m
di atas permukaan laut. Kemiringan lereng rata-rata >45%. Hampir seluruh
wilayah kelurahan memiliki atau menempati satuan ini, terutama di daerah
sebelah Barat wilayah pemukiman Watusampu yang sebagian besar berada di
daerah pedataran di sebelah Timur satuan ini.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 9


Analisa morfogenesa daerah penelitian ini merupakan satuan morfologi
yang terbentuk akibat aktifitas struktur geologi yang kuat yang berkembang di
wilayah ini, yakni sesar geser aktif Palu-Koro. Hal ini ditandai dengan
banyaknya dijumpai gawir sesar pada tebing-tebing yang curam di daerah
pegunungan bagian Barat, triangular facet, dan bentukan-bentukan alur sungai
yang relative tegak lurus akibat aktivitas struktur sesar turun di bagian Barat
sebagai bentukan dari aktivitas sesar geser aktif Palu-Koro. Jenis pelapukan

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 10


yang tinggi yakni pelakukan kimia dan fisika, dicirikan dengan ketebalan soil (2-
5) meter, warna soil coklat kehitaman, jenis soil umum berupa residual soi, yang
terbentuk dari pelapukan batuan disekitarnya.
Jenis erosi yang diumpai adalah erosi permukaan yang berupa erosi rill
dan erosi gully. Erosi rill dicirikan dengan alur cekungan yang berbentuk
relative linier dan kedlaman lembahnya mengalami pendalaman tidak lebih dari
50 cm dan belum mengalami pelebaran ke samping. Erosi gully merupakan
perluasan dari erosi rill. Erosi ini ditandai dengan pelebaran ke arah samping
hingga membentuk lembah yang lebih besar.
Sungai yang berada di satuan ini, sebagian besar anak-anak sungai yang
merupakan hulu dari sungai yang mengalir dari pegunungan (Barat) ke arah
Timur (pedataran) yang secara keseluruhan bermuara di Teluk Palu.
Sungai-sungai di wilayah ini yaitu Sungai Watusampu dan Sungai Riala.
Merupakan sungai periodik dengan lembah sungai yang menyerupai huruf “V”.
Pada bagian tengah mendekati daerah perbukitan bentuk lembah sungainya
menyerupai “U”.
Aspek tata guna lahan satuan ini sebagian besar dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai lahan perkebunan dan ladang. Hal ini disebabkan karena
satuan ini berada jauh dari permukiman dan akses menuju ke satuan ini juga
masih sangat sulit dimana masyarakat harus berjalan kaki akibat belum
tersedianya sarana jalan raya menuju ke wilayah pegunungan.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 11


Foto 2.1 Kenampakan satuan morfologi pegunungan terjal dengan
ketinggian (500 – 1.200) m dpl, sebelah Barat Watusampu.
Kemiringan lereng > 45%. Dimanfaatkan sebagai daerah
perkebunan dan ladang.

Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang Watusampu

Satuan bentang alam perbukitan bergelombang Watusampu menempati


sekitar 30% dari keseluruhan luas daerah penelitian atau dengan luas 393,9 Ha.
Dengan arah penyebaran satuan ini relatf meliputi bagian Tengah dan bagian
Selatan daerah penelitian. Ketinggian satuan ini sekitar (50 – 500) m di atas
permukaan laut. Kemiringan lereng rata-rata (5-15)%. Hampir seluruh wilayah
kelurahan memiliki atau menempati satuan ini, terutama di daerah sebelah Barat
bagian Tengah daerah penelitian atau bagian Selatan dari wilayah pemukiman
Kelurahan yang sebagian besar berada di daerah pedataran di sebelah Timur
satuan ini.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 12


Analisa morfogenesa daerah penelitian ini merupakan satuan morfologi
yang terbentuk akibat aktifitas struktur geologi yang kuat yang berkembang di
wilayah ini, yakni sesar geser aktif Palu-Koro, dan sebagian dipengaruhi oleh
proses denudesional. Hal ini ditandai dengan banyaknya dijumpai triangular
facet, dan bentukan-bentukan alur sungai yang relative tegak lurus akibat
aktivitas struktur sesar turun di bagian Barat sebagai bentukan dari aktivitas
sesar geser aktif Palu-Koro. Jenis pelapukan yang cukup tinggi yakni pelakukan
kimia dan fisika, dicirikan dengan ketebalan soil (1-2) meter, warna soil coklat
keabu-abuan, jenis soil umum berupa residual soil, yang terbentuk dari
pelapukan batuan disekitarnya.
Jenis erosi yang diumpai adalah erosi permukaan yang berupa erosi rill
dan erosi gully. Erosi rill dicirikan dengan alur cekungan yang berbentuk
relative linier dan kedlaman lembahnya mengalami pendalaman tidak lebih dari
50 cm dan belum mengalami pelebaran ke samping. Erosi gully merupakan
perluasan dari erosi rill. Erosi ini ditandai dengan pelebaran ke arah samping
hingga membentuk lembah yang lebih besar.
Sungai yang berada di satuan ini, sebagian besar anak-anak sungai yang
merupakan hulu dari sungai yang mengalir dari pegunungan (Barat) ke arah
Timur (pedataran) yang secara keseluruhan bermuara di Teluk Palu. Sungai –
sungai yang melewati satuan ini adalah Sungai Riala dan Sungai Watusampu
serta anak-anak sungainya. Merupakan sungai periodik dengan lembah sungai
yang menyerupai huruf “V”.
Aspek tata guna lahan satuan ini sebagian besar dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai lahan perkebunan dan ladang.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 13


Foto 2.2 Kenampakan satuan morfologi perbukitan bergelombang dengan
ketinggian (50-500) m dpl, Kelurahan Watusampu Barat, dengan
Kemiringan lereng <15%. Dimanfaatkan sebagai daerah
perkebunan dan ladang.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 14


BAB III
GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

3.1 Geologi
3.1.1 Litologi / Stratigrafi Daerah Watusampu
Batuan penyusun stratigrafi daerah penelitian berdasarkan kepada
batuan yang tersingkap dapat dibagi menjadi 4 satuan yaitu :
 Satuan Intrusi batuan Andesit (Tgr)
 Konglomerat (Qcl)
 Aluvium (Qa)
Satuan Intrusi Batuan Andesit ini mempunyai penyebaran paling
luas terdapat di bagian barat di daerah penyelidikan. Andesit ini masih
kompak, dan pada bagian permukaan mulai lapuk, berwarna putih-kelabu
berbintik-bintik hitam, dengan komposisi mineral terdiri dari kwarsa,
plagioklas, Orthoklas serta mineral gelap lainnya (biotit, amfibol), bertekstur
porfiritik-phaneritik, dengan bentuknya euhedral-subhedral.

Foto 3.1 Singkapan intrusi andesit di tebing bukit, sebelah Barat


Watusampu, yang mengintrusi satuan metamorf, berumur Miosen
Tengah , menempati satuan morfologi pegunungan dan perbukitan.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 15


Satuan Konglomerat (Qal) ini terdiri dari konglomerat, batu pasir,
setempat-setempat berselingan dengan batu lempung karbonatan dan terlihat
terlapis dengan baik. Penyebarannya cukup luas diperkirakan menempati
sekitar 50 % yang membentuk bukit-bukit rendah serta dataran pada bagian
Tengah daerah penelitian.

Foto 3.2 Singkapan konglomerat (Qal) yang menempati satuan morfologi


perbukitan bergelombang Watusampu, berselingan dengan
batulempung dan batupasir.

Konglomerat berwarna coklat kemerahan hingga kekuningan, terdiri


dari kepingan granit, diorit, andesit dan batuan malihan, berukuran pasir hingga
kerakal, terpilah buruk dengan masa dasar pasir. Dari referensi menyebutkan
bahwa satuan ini dikelompokkan ke dalam Formasi Molasa berumur Miosen
Atas-Tengah.
Pada umumnya satuan endapan coluvial ini masih unconsolidated
/kurang padat. Ditebing bagian barat dicirikan dengan batuan malihan, berupa

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 16


filit, batu sabak dan batu tanduk yang mendominasinya. Sedang tebing sebelah
Selatannya ditempati oleh batuan granit dan andesit.
Satuan Aluvium dijumpai daerah dataran rendah di bagian tengah
daerah penyelidikan yaitu sepanjang aliran sungai Riala dan Sungai Watusampu
dan cabang-cabang yang alirannya menyatu dengan sungai besar. Satuan ini
berasal dari hasil rombakan berbagai macam jenis batuan dari tua sampai
termuda, baik itu batuan beku, sedimen maupun metamorf, kemudian
terendapkan didaerah rendah seperti disepanjang aliran sungai, lembah-lembah
pegunungan berupa lumpur, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah yang belum
padu, berukuran sangat halus sampai terkasar (lempung- bongkah).
Daerah aluvial ini secara umum telah menjadi jalanraya dan pemukiman
masyarakat setempat.

3.1.2 Struktur Geologi Daerah Watusampu

Gejala struktur maupun pola kelurusan yang teramati di lapangan


terindikasi berupa kekar gerus, zona hancuran, triangular facet, gawir patahan
(scrap fault), milonitisasi, sliken side dan sesar-sesar minor yang merupakan
jejak dari sesar yang berkembang pada daerah penelitian.
Berdasarkan data-data dan bukti yang terdapat di lapangan, ada sekitar 2
buah sesar utama yang merupakan struktur kontrol geologi pada daerah
penelitian, meliputi kelurusan, sesar geser normal yang berarah Baratdaya –
Timurlaut, serta sesar-sesar normal berarah hampir Utara-Selatan. Sesar utama
yang melewati daerah peralihan adalah merupakan bagian dari sesar utama
Palu-Koro yang berarah Barat laut – Tenggara, berupa sesar geser sinistral
(strike slip fault) yang telah membentuk depresi sebagai graben Palu. Pada
beberapa tempat akibat dari proses tektonik daerah ini menghasilkan sesar-sesar
sekunder yaitu sesar-sesar Watusampu, Buluri dan Salena.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 17


3.1.3 Geoteknik Daerah Watusampu

Kondisi geoteknik daerah Watusampu dipengaruhi oleh kondisi


kemiringan lereng dan ketinggian morfologinya serta jenis litologi.
Kemiringan lereng yang relatif terjal dan curam pada satuan morfologi
pegunungan di sebelah Barat wilayah Watusampu sangat mempengaruhi
tingkat kestabilan lereng. Namun dengan litologi penyusun yang dominan
batuan beku andesit maka kestabilan lereng dikategorikan cukup baik. Tingkat
pelapukan tanah juga sangat mempengaruhi kestabilan lereng suatu wilayah.

Tabel 3.1 Tingkat Pelapukan Massa Batuan (Modifikasi Irfan dan Dearman, 1978)

Dari parameter tingkat pelapukan massa batuan di atas, maka daerah


IUP atau wilayah Watusampu termasuk dalam Zona II (Lapuk Ringan)
dimana perubahan warna menunjukkan pelapukan pada material batuan dan
permukaan diskontinuitas. Dengan demikian maka tingkat kestabilan
lerengnya cukup baik.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 18


Foto 3.3 Singkapan konglomerat (Qal) yang merupakan hasil pelapukan dari
batuan dasar andesit yang dominan diwilayah IUP Watusampu
dengan ketebalan > 10 meter, termasuk dalam kategori Zona II
(Lapuk Ringan) dengan kemiringan lereng >45% batuan dasar
andesit.

3.2 Kondisi dan Keadaan Endapan / Cadangan Endapan

Dalam usaha perhitungan potensi bahan galian golongan C/pasir batu (sirtu) di
daerah penelitian, digunakan data-data :
a. Ketebalan lapisan endapan sirtu
Ketebalan lapisan endapan sirtu didapatkan dari hasil pengukuran profil lapisan di
lokasi penelitian, yaitu tebing sungai ataupun tebing hasil galian penambangan.
Apabila tidak didapatkan profil lapisan endapan sirtu, dilakukan test pit (parit uji)
2
dengan cara membuat lubang dengan ukuran 1 m dengan kedalaman disesuaikan
dengan kondisi endapan sirtu. Selain untuk mengetahui penyebaran secara vertikal
dari endapan sirtu, juga untuk mengambil sampel bahan galian untuk dilakukan
analisa laboratorium.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 19


b. Kontur Ketinggian
Kontur ketinggian digunakan untuk menentukan ketinggian lokasi penelitian dan
digunakan untuk analisis besarnya cadangan bahan galian. Peta topografi yang
digunakan adalah peta skala 1 : 10.000, 1 :25.000 (sebagai peta dasar) dan 1:
50.000.
c. Metode perhitungan digunakan metode grid dan trapesium. Rumus yang dipakai
seperti berikut ini :

Keterangan :
Luas satuan adalah luas tiap kontur (luasan yang
dihitung adalah kontur atas dan kontur bawah).
V : Volume Cadangan hipotetik
h : Interval kontur
Uji Bahan Tambang
Uji bahan tambang yang dilakukan adalah uji fisik batuan (kuat tekan). Jumlah
sampel dari masing-masing uji diasumsikan sudah mewakili keterdapatan
bahan galian di daerah penelitian.
Jumlah cadangan komposit bahan galian batuan yang terdapat terukur dalam
area seluas 9.5 Ha, dapat diasumsikan sebagai berikut :
Cadangan = Ketebalan x Luas area terukur x C. Mining
(Cofessien Mining)
Dimana : Ketebalan adalah ketinggian Top of Reservoir ( T.O.R) rata – rata
dari permukaan air laut, dikurangi dengan ketinggian ambang batas tambang
rata – rata dari permukaan air laut.
 Luas area terukur adalah luas berdasarkan peta yang ditetapkan dalam
kegiatan eksploitasi, dikurang dengan luas daerah yang tidak berpotensii

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 20


 C. Mining (Cofessien Mining) adalah angka perbandingan antara deposit
layak terhadap total profile cadangan.
Cadangan = Ketebalan x Luas area terukur x C Mining

Ketebalan = T.O.R – Ketinggian A.B.T

Luas Area Terukur = Luas WIUP – Luas daerah buangan

C.Mining = 0,6 %

Penyelesaian Perhitungan :

Ketebalan = 550 m – 350 m = 200 m

L.A.T = 9.5 ha – 0,42 ha

= 9,08 ha = 90.800 m2

Cadangan = 200 x 90.800 x 0,6

Cadangan Rata – rata Terukur = 8.172.000 m3

Keterangan :

A = Ketinggian Maximum
B = Ketinggian Top of Reservior (TOR)
C = Ketinggian Ambang Batas Tambang
D = Luas Area Terukur

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 21


Perkiraan kapasitas produksi pertahun berdasarkan hasil kerja pabrik
yang akan direncanakan sesuai dengan dokumen RKAR produksi dengan
kapasitas produksi pertahunnya sebagai beikut :
Jumlah Kapasitas Produksi : 100 m3/ jam x 8 jam = 800 m3/hari

800 m3/hari x 26 hari Kerja = 20.800 m3/bulan

20.800 m3/bulan x 12 bulan = 249.600 m3/tahun

Rumus Perhitungan Umur Tambang :

=Jumlah Cadangan Rata – rata Terukur


Kapasitas Produksi

Maka Umur Tambang : 8.172.000


249.600

= 32,74 tahun = 33 tahun umur tambang (angka pembulatan).

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 22


BAB IV

RENCANA PERTAMBANGAN

4.1 Sistem/Metode dan Tata Cara Pertambangan


4.1.1 Tahapan Penyelidikan Bahan Galian

Di dalam pasal 1 butir (6) Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara telah di uraikan pengertian usaha pertambangan. Dari uraian tersebut,
dapat dipahami bahwa tahapan penyelidikan sebuah studi eksplorasi bahan galian
menjadi suatu keharusan yang harus dilalui. Tahapan penyelidikan tersebut dilakukan
guna menghindari gagalnya sebuah kegiatan eksploitasi, sehingga biaya penyelidikan
dapat dikendalikan secara proporsional. Artinya, untuk kebanyakan bahan galian,
sangat tidak mungkin kegiatan eksplorasi dilakukan yaitu, tidak mungkin setiap satu
kilometer persegi dilakukan pemboran rinci tanpa acuan, arahan, dan petunjuk data-
data geologis yang menuntunya.
Sebab kegiatan pemboran dalam eksplorasi secara teknis telah termasuk pada
tataran eksploitasi detail, selain itu dalam melaksanakan kegiatan pemboran secara
geologis deposit yang akan dibor terlebih dahulu harus telah diketahui dengan jelas
arah dan kemiringannya. Selanjutnya, tahapan penyelidikan endapan bahan galian
apabila mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI), dimulai dari survai tujuan
atau peninjauan wilayah yang menjadi sasaran sampai kegiatan eksplorasi bersifat
detail atau rinci. Secara teknis yang membedakan kegiatan penyelidikan survai tinjau
dengan eksplorasi detail pada:
1. Metode penyelidikan/penelitian yang digunakan.
2. Jenis percontohan.
3. Tingkat kerapatan contoh yang diambil.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 23


Pemilihan cara atau sistem pertambangan secara umum terbagi dua sistem,
yaitu:
a. Tambang Terbuka (surface mining)
Pemilihan sistem pertambangan atau tambang terbuka biasa diterapkan
untuk bahan galian yang keterdepannya relatif dekat dengan permukaan bumi.
b. Tambang Bawah Tanah (underground mining)
Tambang bawah tanah mengacu pada metode pengambilam bahan
mineral yang dilakukan dengan membuat terowongan menuju lokasi mineral
tersebut karena letak mineral yang umumnya berada jauh di bawah tanah.

4.1.2 Sistem dan Metode Pertambangan

Sistem pertambangan pasir dan kerikil (bahan galian batuan) sudah di atur
dalam keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 43/MENLH/10/ 1996
tentang kriteria kerusakan lingkungan bagi Usaha atau Kegiatan Pertambangan Bahan
Galian Golongan C Jenis Lepas di Daratan (defenisi dalam peraturan tersebut adalah
sirtu/pasir batu). Pada peraturan tersebut sistem pertambangan yang aman untuk
lingkungan adalah sistem pertambangan jenjang/trap (bench system). Hal-hal yang
harus diperhatikan tentang deskripsi sistem pertambangan menurut Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 43/MENLH/10/1996 yaitu:
1. Kedalaman lubang galian
Mengenai jarak vertikal dari permukaan lahan hingga ke dasar lubang
galian.Permukaan adalah awal dari tepi lubang atau garis lurus yang
menghubungkan tepi galian sebelum ada galian, sedangkan dasar galian adalah
lubang yang terdalam.Penentuan batas kedalaman ditentukan oleh letak muka air
tanah.
2. Jarak
Jarak antara titik terluar lubang galian dengan titik terdekat dari batas area
pertambangan yang diizinkan oleh Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 24


.Jarak lubang galian dari batas IUP merupakan zona penyangga agar lahan di luar
batas IUP tidak terganggu oleh kegiatan penambangan. Dalam hal ini jarak
minimal 5 meter dari batas IUP merupakan batas aman.
3. Kemiringan Dasar Galian
Kemiringan lahan yang merupakan salah satu faktor yang menentukan daya
dukung lahan bagi suatu peruntuhan. Persyaratan kelayakan lahan untuk
pemukiman/industri adalah tidak lebih dari 8% sehingga untuk peruntuhan
tersebut kemiringan dasar galan dibatasi maksimun.
4. Dinding Galian
Tinggi teras dan lebar teras.Tinggi teras maksimun 3 meter dan lebar dasar
teras minimum 6 meter, atau dengan perbandingan 1:2. .Hal tersebut untuk
mempertahankan agar kemiringan dinding galian tidak lebih dari 50%.

Gambar 4.1 Diagram Alir Kegiatan Pertambangan Bahan Galian Batuan

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 25


4.2 Tahapan Kegiatan Pertambangan

Kegiatan pertambangan umumnya disebut kegiatan eksploitasi boleh


dikatakan merupakan kegiatan utama dari industri tambang, yaitu kegiatan menggali,
mengambil atau menambang bahan galian yang telah menjadi sasaran atau rencana
sebelumnya.
Zona layak tambang adalah zona yang dengan mempertimbangkan beberapa
hal (lokasi, sistem penambangan, dan lain-lain) ditetapkan menjadi zona layak
tambang karena memiliki dampak negatif yang bisa ditanggulangi dengan teknologi
yang tersedia. Lokasi tambang sebaiknya tidak terletak di hulu sungai, karena
dampaknya bisa sampai ke hilir. Contoh dari dampak tambang hulu sungai adalah
banjir, erosi dan pendangkalan di hilir sungai.
Lokasi tambang secara umum sebaiknya memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Daerah tadah/imbuhan air tanah (catchment area).
2. Letak bangunan-bangunan penting seperti tiang transmisi tegangan tinggi,
bendung, tanggul dan jembatan.
3. Pertambangan tidak dilakukan pada tempat dengan lereng yang lebih besar
dari 40% agar tidak terjadi erosi dan longsoran.
4. Komposisi dan ketebalan lapisan yang beralokasi di antara tambang dan air
permukaan.
5. Memastikan lapisan terlindung dari erosi akibat aliran air.
6. Daerah rawan gerakan tanah, jalur gempa kuat, bahaya letusan gunung api,
banjir bandang dan sebagainya.
7. Daerah-daerah yang memiliki fungsi hutan lindung.
Secara Deskriptif pelaksanaan rencana kegiatan pertambangan dibagi menjadi
4 (empat) Tahapan yaitu :

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 26


A. Tahap Pra Konstruksi
B. Tahap Konstruksi
C. Tahap Operasi
D. Tahap Pasca Operasi
Berikut penjelasan singkat dari masing-masing tahapan kegiatan pertambangan :
A. Tahap Pra Kontruksi
Kegiatan pada tahap pra Konstruksi Pertambangan dan dilaksanakan sebelum
kegiatan utama pertambangan dilakukan antara lain :
 Sosialisasi kepada masyarakat
 Survey Lokasi dan Pengukuran
 Pembebasan Lahan
 Pengurusan Perizinan
B. Tahap Kontruksi
Kegiatan pada tahap Konstruksi yang berhubungan dengan pembangunan
infrastruktur dan sarana prasarana pendukung yang menunjang kegiatan
pertambangan adalah :
 Rekruitmen Tenaga Kerja
 Pembuatan Akses Jalan Tambang
 Pembangunan Sarana dan Prasarana
C. Tahap Operasi
Kegiatan pada tahap Konstruksi yang merupakan kegiatan utama dari
pertambangan adalah :
 Penggalian/Pertambangan Bahan Galian Batuan
 Pengangkutan Material Hasil Produksi
 Pengoperasian Pabrik Pemecah Batu ( Stone Crusher)
 Pengapalan Material Hasil Produksi
 Pemeliharaan pabrik dan peralatan lainnya

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 27


D. Tahap Pasca Operasi
Kegiatan pada tahap pasca operasi yang juga masih termasuk dalam kegiatan
pertambangan yaitu :
 Reklamasi dan Pasca Tambang Lahan Lokasi Pertambangan
 Pemanfaatan Asset Perusahaan dan Pembongkaran Base Camp serta Pabrik
Pemecah Batu ( Stone Crusher )
 Demobilisasi Peralatan dan Material
 Pemutusan Hubungan Kerja ( PHK )

4.2.1 Tahap Pra Konstruksi


1. Sosialisasi Kepada Masyarakat
Sosialisasi rencana kegiatan pertambangan bahan galian tanah urug
PT………. dilakukan melalui sosialisasi dengan masyarakat setempat terutama
masyarakat yang berada di Blok IUP Eksplorasi Kecamatan Minas Barat Kota Siak
dan masyarakat sepanjang jalur jalan masuk areal tambang. Dalam sosialisasi,
masyarakat secara umum tidak keberatan dengan dan mendukung sepanjang saran
dan masukan dari masyarakat dipenuhi oleh pihak perusahaan dan melengkapi izin-
izin dari pemerintah.
Selain itu, perwakilan masyarakat baik melalui tokoh masyarakat, dan tokoh
pemuda setempat meminta agar masyarakat sekitar terlibat sebagai pekerja baik
pekerja tetap maupun buruh harian lepas, meminta agar dapat menjaga kelestarian
lingkungan, dan juga pihak perusahaan agar menjalankan program Community
Development / Coorporate Sosial Responsibility (CSR) dengan sebaik-baiknya yang
dapat dirasakan manfaatnya, yaitu dengan cara kepedulian pihak kepada masyarakat
antara lain dengan bantuan sosial, bantuan hari raya, dan bantuan lainnya. Masyarakat
juga meminta agar proses pengangkutan bahan baku dilakukan sedemikian rupa
sehingga dampak yang ditimbulkannya minimal dan tidak mengganggu kesehatan dan
kenyamanan masyarakat.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 28


2. Survey Lokasi dan Pengukuran serta Pembebasan Tanah
Kegiatan awal yaitu survey lokasi. Lokasi IUP Eksplorasi harus dilakukan
pemetaan dan pengukuran batas dan luas apabila di dalam nya terdapat lahan milik
warga yang sebelumnya memiliki peruntukkan lahan tertentu.
Setelah dilakukan pengukuran batas lahan milik warga, maka selanjutnya
pembebasan tanah dilakukan dengan proses jual-beli antara pihak perusahaan dengan
masyarakat pemilik tanah. Tanah seluas ±6.16 Ha, terbagi atas beberapa pemilik tanah
yang dibuktikan dengan SPPT, kemudian tanah-tanah tersebut dibeli atau
dikerjasamakan untuk pergunakan sebagai areal tambang.

3. Pengurusan Perizinan
Perizinan yang akan dilakukan untuk memenuhi segala legalitas sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku diantaranya adalah :
a. Persetujuan warga
b. Surat Keterangan Domisili Perushaan
c. Rekomendasi Kecamatan
d. Surat Penunjukan Penggunaan Lahan (SPPL)
e. Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP)
f. Izin Usaha Pertambangan (IUP-Eksplorasi)
g. Rekomendasi UKL-UPL
h. Izin Lingkungan
i. Rekomendasi Andal lalin
j. Izin Usaha Pertambangan (IUP-Operasi Produksi)

4.2.2. Tahap Konstruksi


1. Rekruitmen Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan pembangunan
sarana dan prasarana tambang sampai siap digunakan untuk operasional
pertambangan bahan galian Tanah Urug adalah sebanyak 12 orang yang terdiri dari

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 29


kelompok-kelompok kerja dengan jumlah keseluruhan pekerja akan mempekerjakan
penduduk sekitar tambang. Kebutuhan dan kelompok tenaga kerja dapat dilihat pada
table dibawah ini :

Tabel 4.1. Kebutuhan Tenaga Kerja Pada Saat Konstruksi


Asal Tenaga
No Jabatan Jumlah Pendidikan
Kerja
1 Mandor 2 SMA Watusampu
2 Administrasi 1 SMA Watusampu
3 Pekerja perbaikan jalan 3 - Watusampu
4 Pekerja pembangunan BC 6 - Watusampu

Jumlah 12
Sumber : PT. …….

Waktu kerja yang akan ditetapkan adalah mulai pukul 07.00 wib – 16.00 Wib,
kecuali untuk kelompok pekerja pembangunan sarana dan prasarana tambang, dapat
dipekerjakan secara shift kerja tergantung kebutuhan waktu.

2. Pembuatan Akses Jalan Tambang

Pembukaan lahan tambang terdiri dari : pembangunan jalan tambang,


pembersihan lahan dari semak belukar, pengupasan dan penimbunan tanah pucuk,
dan pengupasan dan penutupan lapisan penutup.
 Pembangunan jalan tambang
Kegiatan pengangkutan batuan Andesit dari lokasi bukaan tambang ke areal
pengolahan dan dari areal pengolahan ke jalan permanen akan digunakan
jalan semi permanen yang sewaktu-waktu dapat diubah jalurnya. Dari tapak
rencana tambang ke jalan umum akan dibangun jalan angkut permanen yang

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 30


dikeraskan dengan batu dan aspal sepanjang ±500 m dan lebar 7 m, jalan ini
akan digunakan untuk dilalui dump truck pengangkut batuan Andesit keluar
dari wilayah tambang sampai jalan umum.

Gambar 4.2
7. Potongan Jalan Tambang

Selain jalan angkut batuan Andesit juga akan dibangun jalan kerja yang tidak
permanen untuk menghubungkan antara lokasi pertambangan dengan
pengolahan batuan Andesit dan dari pengolahan batuan Andesit ke jalan
angkut permanen. Pembangunan jalan angkut batuan Andesit tahap kontruksi
ini akan berdampak pada penurunan kualitas udara dan peningkatan
kebisingan.
 Pengupasan dan penimbunan tanah pucuk
Pengupasan tanah pucuk jika ternyata ada dilakukan setebal 30 cm dengan
Beckhoe dan didorong secara horisontal ke lokasi penimbunan sementara di
dalam bukaan tambang. Tanah pucuk yang sudah terkupas dimuat dan
diangkut ke tempat penimbunan dengan menggunakan dump truck. Lapisan
tanah pucuk yang subur dan banyak dibutuhkan oleh timbunan akan disimpan
pada tempat yang aman dari erosi maupun kegiatan penambangan, yaitu
berada diluar daerah pertambangan dan terpisah dengan penimbunan tanah

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 31


penutup (waste dump). Area penimbunan tanah pucuk dipilih pada lokasi yang
tidak mengandung batuan Andesit. Pekerjaan pengupasan tanah pucuk
dilakukan per blok atau sub blok pertambangan batuan Andesit. Pada
revegetasi tanah pucuk, maka untuk keperluan benih dapat diupayakan dengan
memberdayakan masyarakat lokal untuk pengadaannya.
Rangkaian komponen kegiatan pengelolaan tanah pucuk terdiri dari
pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :
- Penggalian dan atau pengumpulan tanah pucuk
- Pengangkutan ke lokasi preservasi tanah pucuk
- Penyebaran tanah pucuk di lokasi-lokasi reklamasi
Pengupasan tanah pucuk pada tahap ini akan berdampak penurunan
kualitas udara dan poeningkatan kebisingan, perubahan bentang alam,
peningkatan erosi, penurunan kualitas air permukaan, gangguan biota perairan
serta gangguan kesehatan masyarakat.
Pengupasan dan penutupan lapisan penutup
Setelah tanah pucuk dikupas, kegiatan berikutnya adalah pengupasan
tanah penutup atau lapisan penutup (overburden) yang terdiri dari pasir halus
hingga sedang serta sedikit lanau dan lempung. Penggalian lapisan penutup
dilakukan dengan bulldozer dan mendorongnya secara horosontal ke tempat
penimbunan sementara diluar arean tambang.
Lapisan penutup yang sudah terkupas dari tempat penimbunan
sementara dimuat dan diangkut ke tempat penimbunan tetap (waste dump)
dengan menggunakan dump truck. Area penimbunan tanah penutup dipilih
pada lokasi yang tidak mengandung batuan Andesit, sehingga jika pada suatu
saat akan dilakukan pertambangan batuan Andesit pada lokasi tersebut tidak
perlu memindahkan lapisan penutup untuk kedua kali.
Pada pekerjaan penggalian lapisan penutup yang dalamnya lebih dari 5
m dibuat teras-teras atau jenjang untuk memudahkan pembangian kerja dan

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 32


pengoperasian alat-alat berat, selain itu untuk menjaga kemantapan lereng
(slope stability). Perbedaan tinggi antara jenjang dibuat sekitar 5 meter, lebar
jenjang kerja sampai 10 meter dan sudut lereng masing-masing ± 45°.
Kedalaman pengupasan lapisan penutup berkisar antara 0 sampai 5 m.
Pekerjaan pengupasan tanah penutup ini dilakukan per sub blok pertambangan
batuan Andesit.
Penimbunan Lapisan Penutup di Areal Waste Dump
Tanah penutup dari tempat penimbunan sementara diangkut dengan
dumptruck ke waste dump area. Tanah penutup yang telah ditimbun pada
bagian atas ditutup dengan tanah pucuk yang beasal dari tempat penimbunan
tanah pucuk.

3. Pembangunan Sarana dan Prasarana

 Pembangunan Direksi keet


Direksi keet adalah bangunan sementara yang dipergunakan untuk mess
karyawan dan menyimpan peralatan yang dipergunakan selama tahap
konstruksi. Direksi keet ini dibangun pertama-tama di dalam tapak yang
diurug serta dipadatkan sesuai dengan persyaratan untuk bangunan sementara.
Direksi keet dilengkapi dengan penyediaan air minum dan penerangan, MCK
sementara. Direksi keet berfungsi sebagai base camp dimana pekerjaan
dikendalikan dan diawasi.
Selama tahap konstruksi berjalan, kerusakan dan pergantian spare parts
sudah pasti terjadi. Peralatan yang rusak dan mengalami perbaikan diparkir di
sekitar direksi keet menunggu perbaikan. Selanjutnya peralatan akan
menjalani pergantian dan perbaikan yang dilakukan oleh mekanik. Selain itu
direksi keet juga diperuntukkan bagi tempat tinggal sementara para pekerja
yang bermalam di lokasi proyek untuk menjaga semua peralatan yang
dipergunakan. Lokasi proyek harus dijaga keselamatannya karena ada

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan - 33


berbagai peralatan penting yang diperlukan selama kegiatan/usaha
berlangsung.
 Pembangunan stockpile
Stockpile dibangun pada lahan ±5000 m2 dan akan mampu menimbun batuan
Andesit sampai 50.000 ton. Konstruksi stockpile dengan tanah pengeras,
disekelilingnya dibuat saluran drainase untuk mengalirkan air hujan. Sebelum
air hujan dialirkan ke badan air penerima, terlebih dahulu air hujan ditampung
pada kolam penampungan (setting pond) untuk mengendapkan sedimen yang
tersuspensi.
 Pembangunan fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang yang akan dibangun berupa kantor administrasi,
gudang, bengkel, dan pos jaga, menempati lahan seluas 356 m 2. Bangunan
terbuat dari lantai semen, dinding GRC dan atap enternit. Ukuran tiap-tiap
bangunan fasilitas penunjang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.2 Fasilitas Penunjang Kegiatan Operasional


Tambang Batuan Andesit

No Jenis Bangunan Ukuran (m) Luas (m2)


1 Kantor administrasi 16 x 10 160
2 Gudang 5x8 40
3 Bengkel 10 x 5 50
4 Pos jaga 2x3 6
5 Ruang parkir kendaraan 10 x 10 100
Total 356
Sumber : PT. Bahtera Berkah Abadi Grup.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 34
 Pembangunan jaringan listrik

Kebutuhan energi listrik untuk keperluan pertambangan batuan Andesit sangat


diperlukan sekali. Sumber utama energi listrik pada kegiatan pertambangan
adalah dari Generator dengan kapasitas 500 KVA.
 Pembangunan kolam pengendapan (setting pond)
Pembangunan kolam pengendapan akan digunakan untuk mengendapkan air
tirisan dari penimbunan tanah penutup pada pertambangan batuan Andesit.
Dalam pengelolaan air tirisan dilakukan beberapa kriteria antara lain :
- Pembangunan kolam pengendapan didasarkan pada luas dari catchment
area, curah hujan dan karakteristik tirisan.
- Lokasi kolam pengendapan berada dekat pada waste dump, dipermukaan
dari tambang dan di dekat tempat produksi batuan Andesit.
- Kolam pengendapan ini mempunyai dua fungsi yaitu tempat
mengendapkan sedimen yang terbawa dari tambang dan mengembalikan
kualitas air agar memenuhi baku mutu.
Kolam pengendapan terdiri dari 3 unit kompartemen masing-masing
berukuran 5 m x 3 m x 3 m atau masing-masing memiliki kapasitas 45 m3.
Kolam pengendapan ini untuk mengendapkan zat padat tersuspensi.
 Pembangunan tangki bahan bakar minyak
Bahan bakar minyak solar yang dibutuhkan dalam setiap harinya
mencapai ±150 liter/hari. Bahan bakar jenis solar dimobilisasi dari SPBU
terdekat dengan status solar industri (nono subsidi) dan berada di lokasi
tambang yaitu untuk bahan bakar pengangkutan batuan Andesit yang besarnya
yang digunakan untuk. Tangki BBM hanya disediakan untuk operasional
Bechoe dan Wealloader saja, dan yang lainnya diisi langsung ke tangki dump
truck di SPBU.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 35
 Pengadaan air bersih
Kebutuhan air bersih di lokasi tambang batuan Andesit berasal dari air
sumur dangkal dengan kedalaman 15 m. Penggunaan air untuk kegiatan
pertambangan ini hanya ditujukan untuk aktivitas perkantoran. Sementara
untuk kegiatan produksi tidak menggunakan air.
 Pembangunan Kantor
Rencana pembangunan kantor akan dibangun pada lokasi areal
tambang yang difungsikan sebagai kantor administrasi, tenaga teknis, dan
managemen. Kantor ini akan dibangun secara permanen dengan luas
bangunan base camp berkisar 16 x 10 meter.

4.2.3 Tahap Operasi


1. Mobilisasi Tenaga Kerja
Dalam melakukan kegiatan operasi produksi penambangan, direkrut tenaga
kerja sebanyak 11 orang dengan keahlian dan keterampilan yang berbeda-beda.
Tenaga kerja ahli terutama untuk posisi kepala teknik tambang (KTT) akan di
datangkan dari luar Kota Palu, dan untuk tenaga kerja administrasi, keamanan, dan
pelaksana tambang akan menggunakan tenaga kerja penduduk sekitar lokasi rencana
tambang. Adapun rencana tenaga kerja tersebut tercantum dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.3. Tenaga Kerja Operasional


Jenis Kelamin Pendidikan
Klasifikasi Pekerja
L W Jumlah SD SLTP SLTA PT
1. Kepala KTT 1 - 1 - - - 1
2. Staf Administrasi 1 1 2 - - 2 -
3. Keamanan 2 - 2 - - 2 -
4. Tenaga harian 7 - 7 - - 7 -
Total 11 1 12 - - 11 1
Sumber : PT. Bahtera Berkah Abadi Grup.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 36
2. Pertambangan dan Pengolahan Bahan Galian Batuan (Andesit)
a. Tahap Pertambangan Batu Andesit
Pertambangan batuan Andesit menggunakan metode open pit dengan
mengikuti tata cara pertambangan yang baik (good mining practices) yang merupakan
metode pertambangan terbuka (surface mining) yang segala aktivitasnya dilakukan
diatas atau relatif dekat dengan permukaan bumi, sehingga tempat kerjanya
berhungan langsung dengan udara permukaan. Metode ini didasari atas penafsiran
kandungan batuan Andesit yang relatif berada dipermukaan tanah. Perkiraan produksi
batuan Andesit mencapai 15 ton s/d 20 ton per hari.
Metode open pit ini disamping tidak beresiko tinggi dalam bidang
pertambangan, juga mempunyai keuntungan-keuntungan lainnya diantaranya :
 Pengawasan mutu lebih mudah.
 Relatif aman karena bahaya longsor yang mungkin timbul dapat dikendalikan
sejak dini.
 Tidak akan ada gas-gas yang berbahaya dari dalam tanah karena sifat kerjanya
dipermukaan tanah.
 Penggunaan alat mekanis relatif mudah dan terjangkau.
Selain itu, pertambangan akan dibuat dalam per blok (Quarry). Pada masing-
masing blok setelah ditambang akan dilakukan reklamasi dan revegetasi secara
bertahap. Tanah galian tambang pada masing-masing blok akan disimpan pada tempat
timbun untuk kemudian dikembalikan pada blok-blok yang telah ditambang.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 48
Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 47

Gambar . Tatacara Penambangan

b. Tahap Pengolahan Batu Andesit


Bahan baku utama dari pengolahan batu Andesit adalah batuan
Andesit yang ditambang dari fron tambang. Batuan ini kemudian diolah
dengan menggunakan peralatan Stone crusher, dengan alur produksi sebagai
berikut :

Bongkahan Batu
Andesit

Stune Crusser

Batu Ukuran :
1. 1 x 2 cm
2. 2 x 3 cm
3. 3 x 5 cm
4. Screening
5. Abu

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 49
Tersier

Ayakan
Sekunder

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 50
Primer

Stone Crusher

Ket : Bolak Balik


Gambar 4.4. Proses Produksi Batu

Jenis batuan yang di produksi di lokasi industri pengolahan pasir dan batu adalah
jenis batuan yang umumnya digunakan untuk bahan bangunan, cor dan konstruksi
jalan. Batu yang diproduksi berukuran :
Tabel 4.4. Ukuran dan Karakter Batu
No Jenis Batuan Karakter
1. 1 x 2 cm 1 s/d 2,5 cm
2. 2 x 3 cm 2 s/d 3,5 cm
3. 3 x 5 cm 3 s/d 6 cm

4. Screening 0,6 s/d 14 ml

5. Abu 0,3 s/d 0,5 ml

Sumber : PT. Bahtera Berkah Abadi Grup

c. Tahap Pem Tahap pemasaran merupakan tahapan akhir dari kegiatan operasi
produksi pertambangan batuan Andesit. Pemasaran dilakukan kepada para
kontraktor yang bergerak di bidang infrastruktur jalan dan ready mix sebagai
campuran beton. Pemasaran dilakukan dengan cara pesanan dan dimobilisasi ke
pihak pemesan dengan menggunakan dump truck kapasitas 8 ton.
Untuk pemesanan material batuan yang berasal dari luar Pulau Sulawesi akan
dikirim dengan menggunakan kapal tongkang melalui dermaga/pelabuhan
khusus yang berada di tepi pantai (Teluk Palu) sekitar 3-4 km dari lokasi IUP.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 51
3. Penggunaan Air

Air bersih untuk memenuhi seluruh kebutuhan karyawan bersumber dari


sumur pantek dengan kedalaman 15 m. Kebutuhan air bersih diperkirakan mencapai
dengan rincian perhitungan sebagai berikut :

Tabel 4.5. Kebutuhan Air


Sumber Frek. Jml
No Jenis kebutuhan Standar Satuan Pengguna
Air (/hari) ( m 3)

1. Karyawan 75 lt/o/h 11 Sumur 1 0,825

Total 0,825
Sumber : Hasil perhitungan berdasarkan Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya
Dinas PU 199,46

4. Timbulan limbah cair


Limbah cair domestik yang dihasilkan berasal dari kegiatan karyawan seperti
aktivitas mandi, cuci, dan lain sebagainya. Standar yang dipergunakan perhitungan
untuk mendapatkan volume limbah cair domestik adalah 80% dari kebutuhan air
bersih, atau dalam bentuk matematis dihitung sebagai berikut :

QAL = 0,8 x Tot. Kebutuhan Air Bersih

Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa timbulan limbah cair domestik


adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6. Timbulan Limbah cair Domestik

No Uraian Jumlah Hasil

1 Jumlah Karyawan Jiwa 11

2 Kebutuhan Air Bersih 75 lt/o/h 0,825 m3

3 Produksi Air Limbah 80 % 0,66 m3


Sumber : Hasil Perhitungan (Program Pengembangan Sanitasi)
Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 52
5. Peningkatan limbah padat
Limbah padat dihasilkan dari aktivitas pertambangan batuan Andesit dan
aktivitas karyawan. Limbah yang dihasilkan dari aktivitas pertambangan berupa
tailing pengotor. Sementara limbah padat berupa sampah yang dihasilkan dari sisasisa
kegiatan karyawan berupa sampah organik dan anorganik diperkirakan mencapai 20
kg/hari.

4.2.4 Tahap Pasca Operasi


Kegiatan pada tahap pasca operasi meliputi , demobilisasi alat, pemutusan
hubungan kerja, dan reklamasi lahan yang peruntukanya dikembalikan tata guna
lahan semula atau disesuaikan dengan wilayah sekitarnya.

1. Demobilisasi Peralatan
Dalam tahap berakhirnya kegiatan semua peralatan yang tidak diperlukan lagi
dikerahkan keluar areal bekas tambang, kecuali peralatan yang masih diperlukan
untuk kegiatan reklamasi.
2. Pengakhiran hubungan Kerja
Dalam tahap selanjutnya adalah berakhirnya kontrak kerja antara
Perusahaantambang dengan para pekerja tambang.
3. Reklamasi dan Revegetasi
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengembalikan kondisi lingkungan ke
kondisi semula sebelum adanya kegiatan pertambangan dan atau menjadi lahan yang
dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar. Mengingat hal tersebut,
maka kegiatan pasca tambang harus didasarkan pada ketentuan-ketentuan sebagai
berikut :
a. Mempersiapkan rencana reklamasi (menimbun top soil) sebelum pelaksanaan
penambangan, hal ini dikarenakan antara rencana kegiatan pertambangan
harus sesuai dengan rencana reklamasi.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 53
b. Memindahkan lapisan potensi (top soil) dan menempatkan pada tempat
tertentu yang akan ditanami atau dimanfaatkan.
c. Mengatur dan memperbaiki drainase yang rusak.
d. Memperbaiki bentuk lahan sesuai dengan kebutuhan pemanfaatannya.
e. Memperkecil erositas selama dan setelah penambangan.
f. Memindahkan semua peralatan yang digunakan selama penambangan.
g. Melakukan penanaman tanaman pada lahan persiapan reklamasi sesuai
dengan ekosistem daerah sekitar.
h. Mencegah masuknya gulma atau hama yang berbahaya.
i. Memonitor dan mengelola lahan bekas penambangan.
Adapun kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan pada rencana kegiatan
reklamasi secara garis besar adalah :
a. Pengamanan sebagian tanah penutup untuk menunjang revegetasi.
b. Penimbunan tanah penutup di lokasi bekas penambangan.
c. Pengaturan bentuk lahan.
d. Pengamanan areal.
e. Revegetasi/pengendalian erosi.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 54
Kegiatan Pertambangan
Batuan (Andesit)

Gambar 4.6. Bagan Alir Reklamasi Tambang

4.3 Rencana Produksi


4.3.1 Kuantitas dan Kualitas Bahan Galian
Dalam usaha perhitungan potensi bahan galian golongan C/pasir batu (sirtu) di
daerah penelitian, digunakan data-data :

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 55
A. Ketebalan lapisan endapan sirtu
Ketebalan lapisan endapan sirtu didapatkan dari hasil pengukuran profil
lapisan di lokasi penelitian, yaitu tebing sungai ataupun tebing hasil galian
penambangan. Apabila tidak didapatkan profil lapisan endapan sirtu, dilakukan
2
test pit (parit uji) dengan cara membuat lubang dengan ukuran 1 m dengan
kedalaman disesuaikan dengan kondisi endapan sirtu. Selain untuk mengetahui
penyebaran secara vertikal dari endapan sirtu, juga untuk mengambil sampel
bahan galian untuk dilakukan analisa laboratorium.
B. Kontur Ketinggian
Kontur ketinggian digunakan untuk menentukan ketinggian lokasi penelitian
dan digunakan untuk analisis besarnya cadangan bahan galian. Peta topografi yang
digunakan adalah peta skala 1 : 10.000, 1 :25.000 (sebagai peta dasar) dan 1:
50.000.
C. Metode perhitungan digunakan metode grid dan trapesium. Rumus yang
dipakai seperti berikut ini :

Keterangan :
Luas satuan adalah luas tiap kontur (luasan yang dihitung adalah kontur atas
dan kontur bawah).
V : Volume Cadangan hipotetik
h : Interval kontur
Uji Bahan Tambang
Uji bahan tambang yang dilakukan adalah uji fisik batuan (kuat tekan). Jumlah
sampel dari masing-masing uji diasumsikan sudah mewakili keterdapatan
bahan galian di daerah penelitian.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 56
Jumlah cadangan komposit bahan galian batuan yang terdapat terukur dalam
area seluas 9.5 Ha, dapat diasumsikan sebagai berikut :

Cadangan = Ketebalan x Luas area terukur x C. Mining


(Cofessien Mining)
Dimana : Ketebalan adalah ketinggian Top of Reservoir ( T.O.R) rata – rata
dari permukaan air laut, dikurangi dengan ketinggian ambang batas tambang
rata – rata dari permukaan air laut.
 Luas area terukur adalah luas berdasarkan peta yang ditetapkan dalam
kegiatan eksploitasi, dikurang dengan luas daerah yang tidak berpotensii
 C. Mining (Cofessien Mining) adalah angka perbandingan antara deposit
layak terhadap total profile cadangan.
Cadangan = Ketebalan x Luas area terukur x C Mining

Ketebalan = T.O.R – Ketinggian A.B.T

Luas Area Terukur = Luas WIUP – Luas daerah buangan

C.Mining = 0,6 %

Penyelesaian Perhitungan :

Ketebalan = 850 m – 600 m = 200 m

L.A.T = 9.5 ha – 2 ha

= 7.5 ha = 75.000 m2

Cadangan = 200 x 75.000 x 0,6

Cadangan Rata – rata Terukur = 9.000.000 m3

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 57
A

Keterangan :

A = Ketinggian Maximum
B = Ketinggian Top of Reservior (TOR)
C = Ketinggian Ambang Batas Tambang
D = Luas Area Terukur
Perkiraan kapasitas produksi pertahun berdasarkan hasil kerja pabrik
yang akan direncanakan sesuai dengan dokumen RKAR produksi dengan
kapasitas produksi per tahunnya sebagai beikut :
Jumlah Kapasitas Produksi : 100 m3/ jam x 8 jam = 800 m3/hari

800 m3/hari x 26 hari Kerja = 20.800 m3/bulan

20.800 m3/bulan x 12 bulan = 249.600 m3/tahun

Sedangkan untuk kualitas bahan galian andesit dan material urugan


(konglomerat) diketahui dengan melakukan pengujian material dari hasil
pengambilan sampel atau contoh batuan (bahan galian) yang mewakili beberapa titik
sebaran bahan galian andesit dan konglomerat (urugan) di lokasi IUP Eksplorasi Blok
Watusampu.
Dikarenakan wilayah pertambangan berada pada daerah pegunungan, maka
diyakini kualitas bahan tambang ( Bahan Galian Batuan ) tersebut berkualitas baik
serta dapat ditinjau berdasarkan data Peta Geologi Lembar Palu, bahwa disekitar

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 58
wilayah kawasan rencana pertambangan bagan galian batuan tersebut memiliki
pembentukan batuan granit dan granodiorit serta memiliki kandungan mineral kuarsa
yang terdapat pada jalur sesar daan/atau intrusi yang menerobos Formasi Tinombo.
Material dari rencana kegiatan pertambangan bahan galian batuan tersebut
sudah dilakukan pengujian sampel batuan melalui badan pengujian UPT Lab.
Pengujian Bahan Bina Marga Palu.
Dari hasil uji sampel batuan diperoleh data sebagai berikut :
Hasil pengujian batupecah/agregat dengan ukuran 1 ½” (38,1 mm) dari lokasi
penelitian maka :
1. Keausan agregat (%) dengan Mesin Los Angeles (Abrasi) SNI
2417:2008 adalah sebesar 10% ;
2. Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-butir mudah pecah SNI 03-
4141-1996 sebesar 0,04% ;
3. Pengujian Sifat Kekekalan Agregat dengan cara perendaman
menggunakan larutan Natrium Sulfat atau Magnesium Sulfat SNI
3407:2008 sebesar 0,38% dan
4. Pengujian Impact Test IS : 2386-Part IV-1963 sebesar 5,2 %.
(Hasil Uji Lab Kadar dan Kualitas Agregat terlampir).

Tabel 4.7.a Parameter Kualitas Agregat Halus (Standar Nasional)

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 59
Dari keseluruhan hasil test uji sampel agregat batuan di atas dapat disimpulkan
bahwa bahan galian ini sangat layak dan baik kualitas fisiknya bila digunakan sebagai
material konstruksi bangunan maupun jalan raya.

4.4 Peralatan

Dalam kegiatan pertambangan bahan galian batuan digunakan berbagai


peralatan baik yang digunakan untuk dalam kegiatan penggalian, pengolahan
(pemisahan), pengangkutan dan kegiatan operasional tambang.
Peralatan yang dibutuhkan dalam kegiatan produksi umumnya didatangkan
dari luar Kota Palu dan sebagian tersedia di daerah Kota Palu. Peralatan tersebut
sebagian besar dikirim dengan transportasi laut (terutama pelabuhan laut utama di
Pulau Jawa) menuju pelabuhan Pantoloan (Dermaga Niaga Kota Palu). Kemudian
dilanjutkan dengan transportasi darat dari Pelabuhan Pantoloan menuju lokasi proyek
yang berjarak sekitar 33 km. Jenis-jenis peralatan yang digunakan dalam kegiatan
konstruksi tersebut diperincikan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7
Jenis-jenis peralatan yang dimobilisasikan pada Tahap Konstruksi
No. Nama Jenis Alat Jumlah (unit)

1. Dump truck / trailer 10


2. Bulldozer 2
3. Excavator/Beckhoe 3
4. Truck loader 1
5. Wheel loader 2
6. Water tank truck 1
7. Stone Crusher 1
8. Genset 2

Peralatan yang dimobilisasi berupa alat-alat berat yang akan digunakan untuk
pengupasan tanah pucuk (top soil) dan lapisan penutup (overburden) serta

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 60
penambangan, pemuatan, dan pengangkutan batuan Andesit. Peralatan yang
dimobilisasi adalah sebagai berikut :
• 3 unit Beckhoe/ Excavator
Beckhoe digunakan untuk mendorong, menghancurkan, dan meremukkan
material-material yang keras seperti batu-batuan besar. Dalam pertambangan
batuan Andesit, Beckhoe termasuk ke dalam alat muat.
• 10 unit Dump Truck
Pada pertambangan batuan Andesit, dump truck tergolong ke dalam alat
angkut material. Pengangkutan dari front tambang ke lokasi stock pile dekat
hopper untuk dilakukan pengolahan dengan menggunakan dump truck
kapasitas 8 m3 sebanyak 10 unit.
• 1 unit Stone Crusher
Stone Crusher berfungsi untuk memecahkan batuan alam menjadi ukuran
yang lebih kecil sesuai dengan spesifikasi (persyaratan gradasi) yang
dibutuhkan. Pada pekerjaan crushing ini biasanya diperlukan beberapa kali
pengerjaan pemecahan, tahap-tahap pekerjaan ini beserta jenis crusher yang
digunakan antara lain : 1. Pemecahan tahap pertama oleh jenis primary
crusher, 2. Pemecahan tahap kedua oleh secondary crusher, dan 3.
Pemecahan-pemecahan selanjutnya jika ternyata diperlukan, oleh tertiary
crusher.
• Wheel Loader
Wheel Loader adalah alat yang digunakan untuk mengangkat material yang
akan dimuat kedalam dumptruck atau memindahkan material ke tempat lain.
Saat loader menggali, bucket didorongkan pada material, jika bucket telah
penuh maka traktor mundur dan bucket diangkat ke atas untuk selanjutnya
dipindahkan.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 61
Tabel 4.8.
Data Alat Berat Dump truck

Tabel 4.9
Data Alat Berat Bulldozer

Tabel 4.10
Data Alat Pemecah Batu (Stone Crusher)

Jenis Crusher Ratio Ukuran Kapasitas


Material
Jaw Crusher 6:1 Kerikil 300 ton /jam
> 25,6 mm ± 57.600 ton/bulan

4.5 Jadwal Rencana Produksi dan Umur Tambang


Jadwal rencana kegiatan produksi akan berlangsung sebagai berikut :

Kegiatan Produksi Pertambangan Bahan Galian Batuan dilaksanakan dalam beberapa


tahapan dan berlangsung selama jangka waktu (periode) umur tambang berlaku.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 62
JADWAL RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN PRODUKSI

Lokasi : Blok Minas Barat


Kecamatan : Minas Barat
Kota : Palu
Luas Wilayah IUP : 6.16 Ha
Jumlah cadangan : [[± 9.000.000 ton

Tabel 4.11
Jadwal Rencana Kegiatan Produksi per bulan dalam tahun 2018
(Produksi tahun pertama )

Jadwal Pelaksanaan Produksi (bulan)


No. Uraian Pekerjaan ( Januari – Desember 2018) Ket.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Penggalian
(cutt off)
2. Pengangkutan
material hasil
produksi (stock
pile-pabrik
pengolahan)
3. Pengoperasian
Pabrik Pemecah
Batu (Stone
crusher)
4. Pengapalan
Material Hasil
Produksi
5. Pemeliharaan
Pabrik dan
Peralatan lainnya
Sumber : PT. Bahtera Berkah Abadi Grup, 2017

Untuk menghitung Umur Tambang dihitung seperti rumus dibawah ini :

Rumus Perhitungan Umur Tambang :

= Jumlah Cadangan Rata – rata Terukur


Kapasitas Produksi

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 63
Maka Umur Tambang : 9.000.000
249.600

= 36,05 tahun = 36 tahun umur tambang (angka pembulatan).

4.6 Rencana Penanganan/Perlakuan Bahan Galian yang belum Terpasarkan


(kualitas rendah, belum ekonomis)

Bahan galian batuan (andesit) dan material urugan umumnya memiliki jenis
dan kualitas yang hampir sama dalam lingkungan pengendapan atau penyebarannya
di permukaan dan di dalam bumi.
Bahan galian andesit ditentukan nilai kualitas batuannya berdasarkan hasil uji
laboratorium dari agregat batuannya, berupa nilai keausan agregat (%), nilai besaran
gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah (%), kekekalan agregat (%) dan
Nilai impact (%). Dalam luasan sebaran batuan andesit di dalam lokasi / wilayah IUP
Eksplorasi di Blok Watusampu diperoleh hasil uji agregat dengan nilai kualitas yang
SANGAT BAIK (Parameter Kualitas Agregat Batuan)
Untuk bahan galian yang nilai kualitasnya tidak memenuhi standar nasional
kualitas agregat halus maka akan dijadikan sebagai material urugan sebagai tanah
pucuk untuk dimanfaatkan pada lahan pasca tambang (lahan reklamasi) sebagai
material timbunan.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 64
4.7 Rencana Pemanfaatan Bahan Galian Lain Mineral Ikutan

Apabila di lokasi pertambangan terdapat bahan galian lain yang diteliti


mengandung nilai ekonomis untuk ditambang seperti mineral emas atau mineral
logam lainnya dalam batuan andesit (batuan intrusi batuan beku), maka pihak
perusahaan akan menyimpan material atau bahan galian tersebut dan apabila kegiatan
pertambangan (produksi) bahan galian batuan andesit telah berakhir, maka potensi
bahan galian lain yang ekonomis tersebut kemungkinan akan dikembangkan dan
diolah sesuai dengan proses penambangannya, dengan sebelumnya mengupayakan
perizinan sesuai prosedur perundang-undangan bidang energi dan sumberdaya
mineral yang berlaku untuk selanjutnya ditindaklanjuti.

4.8 Rencana Penanganan / Perlakuan Sisa Cadangan pada Pasca Tambang

Apabila setelah masa umur tambang atau masa berlakunya izin usaha
pertambangan (produksi) bahan galian batuan telah berakhir dan terdapat sisa
cadangan yang belum termanfaatkan, maka bahan galian tersebut tidak akan diolah
oleh pihak perusahaan, melainkan dibiarkan menjadi lahan reklamasi dan selanjutnya
diupayakan lahan tersebut dapat kembali memiliki kemampuan untuk tumbuh dan
berdaya dukung kuat dengan ekosistem baru yang subur dan dapat diperuntukkan
sebagai potensi lahan lainnya.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 65
BAB V

RENCANA PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN


ATAU PENCUCIAN

5.1 Studi Percobaan Pengolahan/Pemurnian

Studi Percobaan Pengolahan/Pemurnian dilakukan dengan mengawali


pengujian kadar nilai kualitas agregat batuan di laboratorium untuk mendapatkan
nilai kualitas standar nasional yang diharapkan (layak).
Tahap Kegiatan Pengolahan Bahan Galian Batuan dimana kegiatan
pengelohan dan pemurnian yang dilakukan dalam kegiatan pertambangan batuan
jenis andesit pada umumnya hanya dilakukan dengan cara pencucian, penyaringan,
dan penyemprotan. Perlu diperhatikan sumber air yang akan digunakan, jumlah dan
pengelolaan air bekas pencucian, serta prakiraan persentase pengotor (lumpur) yang
ada.
Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor
Tahun 2010 Tentang Pedoman Perizinan Kegiatan Usaha Pertambangan Bahan
Galian Bukan Logam dan Batuan, Pasal 50 butir (4) disebutkan bahwa dalam
pelaksanaan pengolahan dan pemurnian, perusahaan wajib:
a. memilih dan menggunakan metode/ system pengolahan yang tepat;
b. mempertimbangkan hasil studi pengolahan;
c. melakukan uji coba pengolahan;
d. berupaya memisahkan dan mendapatkan mineral ikutan;
e. melakukan kontrol kualitas produk;
f. memaksimalkan perolehan;
g. melakukan pencampuran (blending) bila diperlukan;
h. meminimalkan kandungan mineral berharga yang terbuang dalam tailing; dan
i. meningkatkan kualitas komoditas tambang yang akan dijual.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 66
5.2 Tata cara Pengolahan dan Pemurnian

Dalam hal ini kegiatan pengolahan material yang berlangsung pada


pertambangan batuan andesit ini hanyalah pengolahan material melalui pemisahan
ukuran butir dengan alat pemisah batu (Stone crusher). Pengolahan tersebut dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Bahan baku utama dari pengolahan batu Andesit adalah batuan Andesit yang
ditambang dari fron tambang. Batuan ini kemudian diolah dengan menggunakan
peralatan Stone crusher.

5.3 Peralatan Pengolahan

Jenis alat pemecah batu yang digunakan dalam pengolahan batuan andesit ini
adalah Stone Crusher jenis Jaw dengan kapasitas 300 ton/hari, dengan jam kerja
alat rata-rata 8 jam per hari, maka kapasitas yang diperoleh material sekitar 57.600
ton / bulan.
Fungsi dan Kegunaan Stone Crusher :
Memecahkan batuan alam menjadi ukuran yang lebih kecil sesuai dengan
spesifikasi (persyaratan gradasi) yang dibutuhkan. Selain untuk memecahkan batuan
juga untuk memisahkan butir-butir batuan yang telah dipecahkan menggunakan
screen atau saringan, dengan screen, batuan dapat dikelompokkan sesuai ukuran yang
kita inginkan.
Batu-batu yang besar agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunanan
yang lebih kecil dulu. Pemanfaatan batu koral/ batu split atau agregrat dalam
bangunan sangatlah banyak. Salah satu contoh kegunaannya adalah sebagai campuran
dalam pembuatan beton dan campuran aspal. Selain itu juga berfungsi sebagai dasar
jalan atau permukaan jalan.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 67
Gambar 5.1 Stone Crusher Jenis Jaw Crusher
Pada pekerjaan crushing ini biasanya diperlukan beberapa kali pengerjaan
pemecahan, tahap-tahap pekerjaan ini beserta jenis crusher yang digunakan antara
lain :
1. Pemecahan tahap pertama oleh jenis primary crusher.
2. Pemecahan tahap kedua oleh secondary crusher.
3. Pemecahan – pemecahan selanjutnya jika ternyata diperlukan, oleh tertiary
crusher
Tipe/Jenis Stone Crusher
Beberapa macam peralatan pemecah batu (Stone crusher) meliputi :
1. Primary Crusher, biasanya menggunakan tipe crusher :
a. Jaw crusher (pemecah tipe rahang)
Jaw crusher digunakan untuk mengurangi besar butiran pada tingkat pertama,
untuk kemudian dipecah lebih lanjut oleh crusher lain. Jenis ini paling efektif
digunakan untuk batuan sedimen sampai batuan yang paling keras seperti granit
atau basalt. Jaw crusher merupakan mesin penekan (compression) dengan rasio
pemecahan 6 : 1.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 68
Adapun tahap – tahap pekerjaan pemecahan pada crusher dapat dilihat
pada diagram alir sebagai berikut :

Gambar 5.2 Diagram Alur Pengolahan Batuan dengan Alat Stone Crusher

Keuntungan yang diperoleh dari Jaw crusher antara lain karena


kesederhanaan konstruksinya, ekonomis dan memerlukan tenaga yang relatif kecil.
Ukuran material yang dapat dipecah oleh crusher ini tergantung pada feed opening
(bukaan) dan kekerasan batu yang akan dipecah. Umumnya untuk material hasil
peledakan, material yang berukuran sampai dengan 90% dari feed opening (bukaan)

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 69
dapat diterima. Untuk batuan yang tidak terlalu keras disarankan berukuran 80% dari
feed opening (bukaan).
b. Gyratory Crusher (pemecah giratori)
Crusher ini beroperasi dengan kisaran. Bagian crusher pemecah berbentuk
Conis, karena itu kadang disebut cone crusher. Gyratory crusher hamper sama
dengan Jaw crusher, perbedaannya terletak pada cara pemberian tekanan dimana
untuk gyratory crusher tekanan diberikan dari arah samping. Hasil pemecahan
crusher ini rata – rata berbentuk kubus dan agak uniform hal ini karena bentuk
lengkung dari cone dan bowl yang mempunyai permukaan cekung (concave).
c. Impact Crusher (pemecah tipe pukulan)
Impact crusher disarankan terutama untuk batu kapur atau untuk penggunaan
dengan abrasi lebih rendah. Impact crusher ada 2 jenis yaitu impact breaker dan
hammer mill. Kedua jenis ini pada prinsipnya sama, perbedaannya terletak pada
jumlah rotor dan ukurannya. Impact breaker mempunyai satu atau dua buah rotor dan
ukurannya lebih besar daripada hammer mill. Impact breaker menghasilkan produk
yang bentuknya seperti kubus meskipun semula merupakan batu lempengan serta
meningkatkan kualitas agregat dan mempertinggi kapasitas plant.
2. Secondary Crusher, biasanya menggunakan tipe crusher :
a. Cone Crusher
Selain sebagai crusher sekunder, cone crusher juga dapat digunakan untuk
pasir dan kerikil serta material yang memiliki butir asal (sebelum dipecah) 20 – 25
cm dimana tidak memerlukan lagi crusher primer.
b. Roll Crusher
Roll Crusher diperlukan untuk menghasilkan produk dengan ukuran tertentu.
Crusher jenis tekanan ini menghasilkan variasi pemecahan yang lebih besar
dibanding jenis crusher lainnya. Kapasitas roll crusher tergantung dari jenis batuan,
ukuran crusher primer, ukuran batuan yang diinginkan, lebar roda dan kecepatan roda
berputar.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 70
Ditinjau dari jumlah rollnya ada beberapa macam tipe roll crusher yaitu :
Single Roll (silinder tunggal), biasanya digunakan untuk memecahkan batuan yang
lembab dan tidak menguntungkan jika digunakan untuk memecahkan batuan yang
abrasif. Crusher tipe ini memiliki rasio pemecahan maksimum 7 : 1.
Double Roll (silinder ganda), memiliki rasio pemecahan 2 – 2,5 : 1.
Triple Roll (silinder tiga), memiliki rasio pemecahan 4 – 5 : 1.
c. Hammer Mill (pemecah tipe pukulan)
Hammer Mill digunakan untuk batu kapur berkualitas tinggi, dengan kadar
abrasif kurang dari 5%, menghasilkan jumlah besar material halus. Hammer Mill
dapat menerima feed material berukuran sampai dengan 20 cm dan memiliki rasio
pemecahan 20 : 1.
3. Tertiary Crusher, biasanya menggunakan tipe crusher :
a. Roll Crusher (pemecah tipe silinder)
Selain sebagai crusher sekunder, roll crusher dapat juga digunakan sebagai
crusher tersier.
b. Rod Mill (pemecah tipe batang), dimaksudkan untuk mendapatkan material yang
lebih halus.
c. Ball Mill (pemecah tipe bola), dimaksudkan untuk mendapatkan material yang
lebih halus.
Namun dalam prakteknya di lapangan, pekerjaan crushing dilakukan hanya
sampai pada tahap kedua. Tipe crusher yang dipakai umumnya menggunakan tipe
Jaw to Jaw dimana Jaw pertama sebagai primary crusher (crusher primer) untuk
pemecahan tahap pertama, sedangkan Jaw kedua sebagai secondary crusher (crusher
sekunder) untuk pemecahan tahap kedua. Hal ini disebabkan antara lain karena :
1. Kesederhanaan konstruksinya.
2. Ekonomis dan memerlukan tenaga yang relatif kecil.
3. Kapasitas produksi yang besar tergantung lebar bukaan pada Jaw dan ukuran butir
yang dikehendaki.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 71
Bagian - Bagian Stone Crusher
Bagian - bagian ini dimaksudkan untuk mengatur dan menyalurkan material yang
masuk atau juga material hasil crusher yang dipisah-pisahkan menurut gradasinya.
Beberapa bagian dari crusher antara lain :
1. Feeder dan Hopper
Fedeer dan hopper adalah komponen dari peralatan pemecah batu yang berfungsi
mengatur aliran dan pemisah bahan – bahan serta penerima bahan baku (raw
material).
Fungsi utama feeder adalah mengatur aliran bahan batuan yang masuk kedalam
pemecah batu. Beberapa tipe dari feeder antara lain :
a. Appron feeder, umumnya dipakai untuk batuan yang akan dimasukkan ke dalam
primary crusher. Feeder ini direncanakan sebagai heavy duty construction untuk
menahan beban kejut dari batuan yang ditumpahkan.
b. Reciprocating plate feeder (plat pengumpan bolak – balik), biasanya dipakai
untuk material yang diambil dari gravel pit, material ini umumnya berukuran kecil
yang kadang – kadang tidak perlu pemecahan sehingga harus dikelurkan dari
material yang besar.
c. Grizzly feeder (saringan pemisah pertama), hampir sama dengan apron feeder,
hanya diberikan penambahan untuk sekedar memilih ukuran batu yang akan
dipecahkan. Pada feeder jenis ini, butiran – butiran yang ukurannya lebih kecil dari
ukuran rongga pada rantai feeder akan berjatuhan keluar.
d. Chain feeder, pada chain feeder batu masuk karena berat sendiri melalui suatu
penyalur.
2. Scalping Unit (saringan kisi – kisi)
Scalping unit sering dipakai sebagai lanjutan feeder, scalping unit ini berupa kisi –
kisi (grid) yang diam (stationery) atau bergetar (vibratiory motion).
3. Grizzly Bar (batang – batang pemisah)
Grizzly bar juga dipakai pada scalping unit, konstruksinya berupa batang-batang
(bars) besi paralel yang satu sama lainnya diberi jarak antara, dipasang miring ke
Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 71
arah pit sehingga batu yang ukurannya lebih besar dari jarak antara batang –
batang tadi hanya akan melewatinya, tidak masuk ke dalam crusher.
Jarak antara batang – batang besi tadi dapat diatur sesuai dengan ukuran batu
(feed) yang diinginkan oleh primary crusher.
4. Conveyor atau Bucket Elevator
Adalah komponen dari peralatan pemecah batu yang berfungsi untuk
memindahkan material secara langsung dalam suatu proses dari satu unit ke unit
lain. Fungsi conveyor pada peralatan pemecah batu biasanya terdiri dari unit joint
conveyor (fungsi penyambung atau perantara), discharge conveyor
(mendistribusikan ke stock pile), feed conveyor (fungsi pemasok), return conveyor
(fungsi balik untuk dipecah lagi).
5. Bin dan Hopper Bawah
Adalah komponen pada peralatan pemecah batu yang berfungsi untuk menampung
sementara, atau sebagai container yang besar untuk penyimpan.

5.4 Hasil Pengolahan

Bahan baku andesit yang diangkut dari lokasi penggalian (blok/quarry)


dimasukkan ke dalam alat pemecah batu (Stone crusher) untuk mendapatkan
pemisahan material dengan ukuran batu (butir) yaitu 1x2 cm, 2x3 cm, 3x5cm,
screening dan ukuran debu (abu).

5.5 Jenis, Jumlah dan Kualitas Hasil Pengolahan dan Tailing

Dari proses pengolahan material galian batuan dengan alat pemecah batu
(stone crusher) maka akan dihasilkan material di lokasi industri pengolahan pasir dan
batu adalah jenis batuan yang umumnya digunakan untuk bahan bangunan, cor dan
konstruksi jalan. Batu yang diproduksi berukuran :

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 72
Tabel 5.1. Ukuran dan Karakter Batu
No Jenis Batuan Karakter
1. 1 x 2 cm 1 s/d 2,5 cm
2. 2 x 3 cm 2 s/d 3,5 cm
3. 3 x 5 cm 3 s/d 6 cm
4. Screening 0,6 s/d 14 ml
5. Abu 0,3 s/d 0,5 ml
Sumber : PT. Bahtera Berkah Abadi Grup.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 73
BAB VI
PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN

6.1 Tata Cara


Tata cara / metode pekerjaan pada tahapan produksi untuk kegiatan
Pengangkutan adalah sebagai berikut :
1. Melakukan penggalian material pada area pegunungan dengan menggunakan
excavator. Penggalian dilaksanakan dengan langsung memuat hasil galian
kedalam bak truk hingga penuh.
2. Melakukan pengangkutan material batuan dari lokasi penggalian material menuju
ke lokasi pengolahan tepatnya ke alat pemecah batu (stone crusher).
3. Melakukan pengecekan volume tanah yang diangkut pada sebuah bangunan
pengawasan. Pengecekkan dilakukan dengan mencatat waktu datang, mengukur
ketinggian material pada setiap bak truk, dimana pada bangunan pengawasan
telah memiliki data ukuran masing-masing truk.
4. Melakukan pembuangan material dengan menumpahkan pada sisi area yang akan
ditimbun.
5. Truk yang telah membuang tanah kembali menuju lokasi penggalian tanah untuk
pengisian tanah kembali.
6. Melakukan pemuatan material hasil olahan dari alat stone crusher ke lokasi
penampungan material (stock pile) atau memuat material hasil olahan (batuan dan
pasir) ke dermaga untuk ditumpahkan ke atas kapal (tongkang).
Sedangkan tata cara / metode pada kegiatan Penimbunan adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan timbunan pada lahan kerja dengan menimbun lahan sebagai
kondisi awal. Elevasi eksisting rata-rata adalah +1,8 meter. Penimbunan dengan
material (tanah pucuk) dilakukan hingga mencapai elevasi rencana yaitu +3,2
meter.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 74
2. Melakukan penimbunan sirtu setebal ± 50 cm dari elevasi +3,2 meter hingga
elevasi +3,7 meter.
3. Melakukan penimbunan paras setebal ±1,5 meter dari elevasi +3,7 meter hingga
elevasi +5,2 meter.
4. Melakukan pekerjaan pemindahan tanah (removal) setebal ± 1 meter ke proyek
lain.

6.2 Peralatan (jenis, jumlah dan kapasitas)


Pada pertambangan batuan Andesit, dump truck tergolong ke dalam alat
angkut material. Pengangkutan dari front tambang ke lokasi stock pile dekat hopper
atau dari lokasi penggalian batuan ke lokasi pengolahan hingga ke dermaga. Untuk
kegiatan pengangkutan dan penimbunan ini akan menggunakan dump truck dengan
kapasitas 9 m3 sebanyak 10 unit.
Tabel 6.1 .
Data Jenis, Kapasitas, Alat Berat Dump truck

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 75
BAB VII
LINGKUNGAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

7.1 Lingkungan
Secara deskriptif pelaksanaan rencana kegiatan pertambangan yang
berdampak terhadap lingkungan dibagi menjadi 4 (empat) tahapan yaitu :

Tahap Pra Konstruksi


Tahap Konstruksi
Tahap Operasi
Tahap Pasca Operasi

Dampak lingkungan yang ditimbulkan dan Upaya Pengelolaan Lingkungan


Hidup serta Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dijabarkan sebagai berikut :

7.1.1 Tahap Pra Konstruksi meliputi :

7.1.1.1 Sosialisasi

a) Sumber Dampak
Sosialisasi
b) Jenis Dampak
- Persepsi masyarakat baik yang menerima maupun yang menolak
tentang rencana kegiatan pertambangan bahan galian batuan ;
- Keresahan masyarakat tentang kegiatan yang akan menimbulkan
dampak yang negatif dari rencana kegiatan pertambangan bahan
galian batuan ;

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 76
c) Besaran Dampak
Besaran dampak diukur dari jumlah masyarakat yang menerima
atau pun yang menolak terhadap rencana kegiatan pertambangan bahan
galian batuan yang berada di Kelurahan Watusampu.
7.1.1.2 Survey dan Pengukuran

a) Sumber Dampak
Survey dan Pengukuran
b) Jenis Dampak
- Persepsi masyarakat tentang kehadiran tim di lokasi kegiatan rencana
pertambangan bahan galian batuan ;
- Keresahan serta harapan – harapan masyarakat pada saat dilakukan
pengukuran dan survey dari rencana kegiatan pertambangan bahan
galian batuan dikarenakan sebagian lahan dari masyarakat tidak
masuk atau diluar dari lokasi pengukuran ;
c) Besaran Dampak
Survey pengukuran berdasarkan luasan peta kawasan
pertambangan yang telah dikeluarkan oleh Dinas ESDM Propinsi
Sulawesi Tengah sedangkan hasil survey pemantauan persepsi
masyarakat dimana sebagian dari jumlah masyarakat akan menerima
atau menolak dari kegiatan tersebut.

7.1.1.3 Pembebasan Lahan

a) Sumber Dampak
Pembebasan dan Pengadaan Lahan
b) Jenis Dampak
- Persepsi masyarakat tentang harga jual/beli lahan di lokasi kegiatan
rencana pertambangan bahan galian batuan ;

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 77
- Keresahan serta harapan – harapan masyarakat pada saat dilakukan
pembebasan dan pengadaan lahan dari rencana kegiatan
pertambangan bahan galian batuan agar kiranya lahan yang akan
dibebaskan dari masyarakat masuk atau diluar dari lokasi rencana
kegiatan pertambangan dapat disetarakan untuk harga jual/beli lahan
tersebut ;
c) Besaran Dampak
Pembebasan dan pengadaan lahan lokasi areal pertambangan
bahan galian batuan disesuaikan dengan kebutuhan lokasi rencana
pertambangan bahan galian batuan yang akan dikelola, mencakup
lokasi areal penambangan, jalan tambang, lokasi pengelolaan batuan,
area pembangunan basecamp serta fasilitas penunjang lainnya.
Keseluruhan lokasi yang akan digunakan sebagai area pertambangan
bahan galian batuan.

7.1.2 Tahap Konstruksi meliputi :


7.1.2.1 Rekruitmen Tenaga Kerja
a) Sumber Dampak
Rekruitmen Tenaga Kerja
b) Jenis Dampak
- Peluang Kerja bagi masyarakat lokal khususnya ;
- Keresahan masyarakat apabila spesifikasi dari penerimaan tenaga
kerja yang dibutuhkan oleh pihak pemrakarsa tidak sesuai buat
masyarakat lokal khususnya di Kelurahan Watusampu Kecamatan
Ulujadi ;
c) Besaran Dampak
- Penerimaan tenaga kerja akan memberikan peluang kerja dan
peluang kerja dan peluang buat usaha mikro kepada masyarakat

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 78
sekitar, Besaran dampak berdasarkan indikator banyaknya tenaga
kerja lokal yang akan diterima sebagai karyawan ;
- Keluhan yang timbul bila tenaga kerja yang akan diterima tidak
masuk dalam kriteria tenaga kerja lokal atau setempat ;
- Jumlah tenaga kerja pada tahap konstruksi yang akan dibutuhkan di
perkirakan ± 20 orang berdasarkan kebutuhan di tahap pra
konstruksi.
7.1.2.2 Pembuatan Akses Jalan Tambang dari lokasi TUKS ke Lokasi
Pertambangan
a) Sumber Dampak
Pembuatan Akses jalan Tambang dari Lokasi TUKS Ke Pertambangan
b) Jenis Dampak
- Terganggunya struktur tanah pada saat pembuatan akses jalan
tambang ;
- Peningkatan derajat kebisingan berdasarkan baku mutu tingkat
kebisingan ;
- Perubahan/ peningkatan kualitas udara berdasarkan baku mutu udara
c) Besaran Dampak
- Peningkatan kebisingan, dinilai berdasarkan KepMen LH
NO.48/MENJLH/XI/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan
(>70 dB) untuk kawasan indrustri pertambangan ;
- Penurunan kualitas udara, kadar debu dan gas buangan di udara di
nilai berdasarkan PPRI No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian
Pencemaran Udara ;
- Indeks bahaya erosi di saat pembuatan akses jalan tambang
diperkirakan tidak berdampak penting dikarenakan jalan tersebut
berada di sepanjang pesisir pantai.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 79
7.1.2.3 Pembangunan Basecamp
a) Sumber Dampak
Pembangunan Basecamp
b) Jenis Dampak
- Terganggunya struktur tanah pada saat pembuatan akses jalan
tambang ;
- Peningkatan derajad kebisingan berdasarkan baku mutu tingkat
kebisingan
c) Besaran Dampak
- Perubahan bentang alam dan perubahan morfometri sungai, besaran
dampak di dasarkan pada KEPMEN LH No. KEP –
43/MENLH/1996 tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Bahan Galian Batuan ;
- Peningkatan kebisingan, dinilai berdasarkan KepMen LH No.
48/MENLH/XI/1996 tentang Batu Mutu Tingkat Kebisingan (<70
dB) untuk kawasan industri pertambangan ;
- Peningkatan limbah domestik pada setiap blok basecamp masing –
masing.
7.1.2.4 Mobilisasi Peralatan dan Material
a) Sumber Dampak
Mobilisasi Peralatan dan Material
b) Jenis Dampak
- Peningkatan derajad kebisingan berdasarkan baku mutu tingkat
kebisingan ;
- Perubahan/ peningkatan kualitas udara berdasarkan baku mutu udara
c) Besaran Dampak
- Peningkatan kebisingan, di nilai berdasarkan KepMen LH No. 48/
MENLH/ XI/ 1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan (<70 dB)
untuk kawasan industri pertambangan ;
Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 80
- Penurunan kualitas udara, kadar debu dan gas buangan di udara di
nilai berdasarkan PP RI No. 41 tahun 1999 Tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.

7.1.2.5 Pembangunan Pabrik Pemecah Batu


a) Sumber Dampak
Pembangunan Pabrik Pemecah Batu
b) Jenis Dampak
- Peningkatan derajad kebisingan berdasarkan baku mutu tingkat
kebisingan ;
- Perubahan/ peningkatan kualitas udara berdasarkan baku mutu udara
- Gangguan terhadap aliran air dan penurunan kualitas air ;
c) Besaran Dampak
- Peningkatan kebisingan, di nilai berdasarkan KepMen LH No.
48/MENLH/XI/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan (<70
dB) untuk kawasan industri pertambangan ;
- Penurunan kualitas udara, kadar debu dan gas buangan di udara di
nilai berdasarkan PPRI No. 41 tahun 1999 Tentang Pengendalian
Pencemaran Udara ;
- Penurunan kualitas air sungai (kekeruhan dan TSS) di nilai
berdasarkan : PP No.82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air
dan pengendalian pencemaran air, KEPMEN kependudukan dan
lingkungan hidup No. 02/ MENLH/ 1998 Tentang baku mutu
lingkungan, permen LH No. 03 tahun 2010 tentang baku mutu air
limbah bagi kawasan industri.

7.1.2.6 Pembanguan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS)


a) Sumber Dampak
Pembangunan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS)

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 81
b) Jenis Dampak
- Peningkatan derajad kebisingan berdasarkan baku mutu tingkat
kebisingan ;
- Perubahan/ peningkatan kualitas udara berdasarkan baku mutu udara
- Gangguan terhadap air laut dan penurunan kualitas air laut ;
- Gangguan terhadap biota laut.
c) Besaran Dampak
- Peningkatan kebisingan, di nilai berdasarkan Kep Men LH
No. 48/MENLH/ XI/ !996 tentang Baku Mutu Tingkat kebisingn
(<70 dB) untuk kawasan industri pertambangan.

7.1.3 Tahap Operasi meliputi :


7.1.3.1 Pengggalian/ Pertambangan Bahan Galian Batuan
a) Sumber Dampak
Penggalian / Pertambangan Bahan Galian Batuan
b) Jenis Dampak
- Terganggunya struktur tanah ;
- Peningkatan derajad kebisingan berdasarkan baku mutu tingkat
kebisingan ;
- Perubahan / peningkatan kualitas udara berdasarkan baku mutu udara
- Gangguan terhadap aliran air dan penurunan kualitas air ;
- Terjadinya Kecelakaan Kerja.
c) Besaran Dampak
- Perubahan bentang alam dan perubahan morfometri sungai, besar
dampak di dasarkan pada KEPMEN LH No. KEP-43/MENLH/1996
tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha dan/atau Kegiatan
Pertambangan Bahan Galian Batuan ;

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 82
- Peningkatan kebisingan, di nilai berdasarkan KepMen LH No.
48/MENLH/XI/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan (<70 dB)
untuk kawasan industri pertambangan ;
- Penurunan kualitas udara, kadar debu daan gas buangan di udara di
nilai berdasarkan PPRI No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian
Pencemaran Udara ;
- Penurunan kualitas air sungai (kekeruhan dan TSS) di nilai
berdasarkan : PP No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air
dan pengendalian pencemaran air, KEPMEN kependudukan dan
lingkungan hidup No. 02/MENLH/1998 Tentang baku mutu
lingkungan, permen LH No. 03 tahun 2010 tentang baku mutu air
limbah bagi kawasan industri.
- Meningkatnya data kecelakaan kerja.
7.1.3.2 Pengangkutan Material Hasil Produksi
a) Sumber Dampak
Pengangkutan Material Hasil Produksi
b) Jenis Dampak
- Terganggunya struktur tanah ;
- Peningkatan derajad kebisingan berdasarkan baku mutu tingkat
kebisingan ;
- Perubahan / peningkatan kualitas udara berdasarkan baku mutu udara
- Gangguan terhadap aliran air sungai dan penurunan kualitas air
sungai.
c) Besaran Dampak
- Peningkatan kebisingan, di nilai berdasarkan KepMen LH No.
48/MENLH/XI/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan (<70
dB) untuk kawasan industri pertambangan ;

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 83
- Penurunan kualitas udara, kadar debu daan gas buangan di udara di
nilai berdasarkan PPRI No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian
Pencemaran Udara ;
- Penurunan kualitas air sungai (kekeruhan dan TSS) di nilai
berdasarkan : PP No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air
dan pengendalian pencemaran air, KEPMEN kependudukan dan
lingkungan hidup No. 02/MENLH/1998 Tentang baku mutu
lingkungan, permen LH No. 03 tahun 2010 tentang baku mutu air
limbah bagi kawasan industri.

7.1.3.3 Pengoperasian Pabrik Pemecah Batu


a) Sumber Dampak
Pengoperasian Pabrik Pemecah Batu
b) Jenis Dampak
- Terganggunya struktur tanah ;
- Peningkatan derajad kebisingan berdasarkan baku mutu tingkat
kebisingan ;
- Perubahan / peningkatan kualitas udara berdasarkan baku mutu udara
- Gangguan terhadap aliran air sungai dan penurunan kualitas air
sungai ;
- Terjadinya Kecelakaan Kerja.
c) Besaran Dampak
- Peningkatan kebisingan, di nilai berdasarkan KepMen LH No.
48/MENLH/XI/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan (<70
dB) untuk kawasan industri pertambangan ;
- Penurunan kualitas udara, kadar debu dan gas buangan di udara di
nilai berdasarkan PPRI No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian
Pencemaran Udara ;

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 84
- Penurunan kualitas air sungai (kekeruhan dan TSS) di nilai
berdasarkan : PP No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air
dan pengendalian pencemaran air, KEPMEN kependudukan dan
lingkungan hidup No. 02/MENLH/1998 Tentang baku mutu
lingkungan, permen LH No. 03 tahun 2010 tentang baku mutu air
limbah bagi kawasan industri.
- Meningkatnya data kecelaakan kerja.

7.1.3.4 Pengapalan Material Hasil Produksi


a) Sumber Dampak
Pengapalan Material Hasil Produksi m
b) Jenis Dampak
- Terganggunya kualitas biota laut ;
- Peningkatan derajad kebisingan berdasarkan baku mutu tingkat
kebisingan ;
- Perubahan / peningkatan kualitas udara berdasarkan baku mutu udara
- Terjadinya Kecelakaan Kerja ;
c) Besaran Dampak
- Penurunan kualitas air laut (kekeruhan) di nilai berdasarkan KepMen
LH No. 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota
Laut ;
- Penurunan kualitas biota laut berdasarkan PP. RI No. 19 Tahun
1999, Tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut ;
- Peningkatan kebisingan, di nilai berdasarkan KepMen LH No.
48/MENLH/XI/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan (<70
dB) untuk kawasan industri pertambangan ;
- Penurunan kualitas udara, kadar debu daan gas buangan di udara di
nilai berdasarkan PPRI No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian
Pencemaran Udara ;

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 85
- Meningkatnya data kecelakaan kerja.

7.1.3.5 Pemeliharaan Pabrik dan Peralatan Lainnya


a) Sumber Dampak
Pemeliharaan Pabrik dan Peralatan Lainnya
b) Jenis Dampak
- Gangguan terhadap kualitas tanah ;
- Gangguan terhadap penurunan kualitas air tanah ;
- Terganggunya pertumbuhan vegetasi darat ;
- Terjadinya Kecelakaan Kerja
c) Besaran Dampak
- Penurunan kualitas tanah berdasarkan PP RI, No. 150 Tahun 2000,
Tentang pengendalian kerusakan tanah ;
- Penurunan kualitas air sungai (kekeruhan dan TSS) di nilai
berdasarkan : PP No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air
dan pengendalian pencemaran air, KEPMEN kependudukan dan
lingkungan hidup No. 02/MENLH/1998 Tentang baku mutu
lingkungan, permen LH No. 03 tahun 2010 tentang baku mutu air
limbah bagi kawasan industri ;
- Peraturan Pemerintahan No. 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan
limbah B3 ;
- Meningkatnya data kecelakaan kerja.

7. 1.4 Tahapan Pasca Operasi meliputi :


7.1.4.1 Reklamasi dan Pasca Tambang Lahan Lokasi Penambangan
a) Sumber Dampak
Reklamasi dan Pasca Tambang Lahan Lokasi Penambangan
b) Jenis Dampak
- Munculnya persepsi masyarakat ;

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 86
- Pemulihan kondisi lingkungan ;
- Terjadinya kecelakaan kerja.
c) Besaran Dampak
- Keresahan yang akan timbulnya dari kegiatan penutupan lokasi
pertambangan bahan galian batuan ;
- Pulihnya kondisi lingkungan tidak mencapai pemulihan keseluruhan
saat sebelum dilakukan kegiatan pertambangan bahan galian batuan
dilakukan ;
- Meningkatnya data kecelakaan kerja.

7.1.4.2 Pemanfaatan Asset Perusahaan dan Pembongkaran Base Camp Serta


Alat Pemecah Batu (Stone Crusher )
a) Sumber Dampak
Pemanfaatan Asset Perusahaan dan Pembongkaran Base Camp Serta
Alat Pemecah Batu (Stone Crusher )
b) Jenis Dampak
- Munculnya persepsi masyarakat ;
- Penggunaan aset secara bersama ;
- Terjadinya kecelakaan kerja.
c) Besaran Dampak
- Dampak yang akan timbulnya dari kegiatan tersebut adalah
munculnya keresahan yang bersifat negatif dari masyarakat tentang
akan dikembalikan kepada siapa lahan yang telah dibebaskan ;
- Meningkatnya data kecelakaan kerja.

7.1.4.3 Demobilisasi peralatan


a) Sumber Dampak
Demobilisasi peralatan

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 87
b) Jenis Dampak
- Peningkat derajad kebisingan berdasarkan bakumutu tingkat
keseimbangan ;
- Perubahan/peningkatan kualitas udara berdasarkan baku mutu udara
- Terjadinya kecelakan kerja.
c) Besaran dampak
- Peningkatan keseimbangan,di nilai berdasarkan KepMen LH
No.48/MENLH/XIL1996 tentang Baku Mutu Tingkat keseimbangan
( 70 dB ) untuk kawasan industri pertambangan ;
- Penurunan kualitas udara,kadar debu dan gas buangan di udara di
nilai berdasarkan PPRI No.41 Tahun 1999 Tentang pengendalian
Pencemaran Udara ;
- Meningkatnya data kecelakaan kerja.
7.1.4.4 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
a) Sumber Dampak
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
b) Jenis Dampak
- Munculnya keresahan karyawan ;
- Menurunnya pendapatan masyarat setempat khususnya dibidang
usaha mikro ;
- Terjadinya pengangguran.
c) Besaran Dampak
- Dampak yang akan ditimbulkan dari keresahan karyawan
pendapatan dan /atau penghasilan bulanan karyawan yang tidak lagi
menetap dalam setiap bulannya ;
- Munculnya persepsi dari sebagian masyarakat khsusnya di bidang
mikro tentang berkurangnya pendapatan untuk usaha mikro ;

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 88
- Berdasarkan data pengangguran di Kelurahan Watusampu
Kecamatan Ulujadi Kota Palu.

7.2 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

7.2.1 Organisasi K3

Struktur organisasi adalah suatu bagian yang menunjukkan hubungan antara


fungsi dan tugas dari tiap – tiap bagian dalam suatu organisasi. Struktur organisasi K3
dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Departemen berdiri sendiri dan berada langsung dibawah General Manager
b. Departemen berada dibawah pengewasan departemen produksi/KTT
c. Departemen berada dibawah pengawasan departemen Maintenance/Admin
d. Berdiri secara independen, dan langsung berada dibawah pengawasan
direktur.
Secara umum struktur organisasi departemen K3 dapat dilihat pada gambar berikut :

MANAGER K3

KEPALA
KEPALA
AUDIT &
OPERASI K3
EVALUASI K3

SUPERVISOR
SUPERVISOR SUPERVISOR SUPERVISOR
IMPLEMENTA
PLANNING EVALUASI AUDIT
SI

PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA

Gambar 7.1 Struktur Organisasi Managemen K3 dalam perusahaan tambang

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 89
Bagian–bagian yang terlibat langsung dalam manajemen K3 antara lain:
 Manajer (Direktur PT. BBAG)
Merupakan tingkat tertinggi dari masing-masing divisi yang mengelola dan
mengambil keputusan yang tepat untuk meningkatkan produktivitas
divisinya, khususnya dalam hal penanganan keselamatan dan kesehatan
kerja.
 Supervisor ( Para Kepala Divisi PT. BBAG)
Sebagai mengarahkan, membagi, mengawasi dan memberi penilaian setiap
pekerjaan yang dibebankan kepada tiap pelaksana.
 Teknisi dan Karyawan PT. BBAG
Merupakan pekerja level terakhir yang bertugas menjalankan kegiatan
untuk menjalankan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Perusahaan.

7.2.2 Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam standar K3 dalam kegiatan pertambangan


yang utama adalah alat pelindung diri (APD), yaitu upaya perlindungan terakhir
yang dipergunakan untuk melindungi seluruh karyawan PT. Bahtera Berkah Abadi
Grup, dari potensi bahaya di tempat kerja agar dapat bekerja dengan aman, nyaman
sesuai dengan komitmen perusahaan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Alat pelindung diri yang dipergunakan di PT. Bahtera Berkah Abadi Grup
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah (nasional/daerah) dan
atau sesuai dengan standar lembaga internasional. Pemilihan alat pelindung diri akan
disesuaikan dengan potensi bahaya tugas dan tempat kerja seta referensi dari dalam
ataupun luar negeri.
Berikut ini ada beberapa jenis alat pelindung diri yang ada di PT. Bahtera
Berkah Abadi Grup antara lain :

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 90
1) APD Pernapasan
2) APD Mata dan mulut
3) APD Kepala
4) APD Telinga
5) APD Tangan
Peralatan tersebut di atas harus sudah melalui proses Sertifikasi. Dimana
Sertifikasi peralatan adalah serangkaian kegiatan untuk memastikan kelayakan
peralatan berdasarkan syarat dan standart yang ditentukan pemerintah. Dengan
diberikannya sertifikasi, diharapkan dapat dijamin keselamatan dan kesehatan kerja
bagi tenaga kerja, proses produksi dan terhindarnya kecelakaan serta pencemaran
lingkungan.
Peralatan yang wajib disertifikasi adalah :
1) Pesawat angkat angkut, disertifikasi setiap setahun sekali.
2) Penyalur petir, disertifikasi setiap dua tahun sekali.
3) Bejana tekan, disertifikasi 3-5 tahun sekali.
Tata cara proses sertifikasi peralatan adalah sebagai berikut:
1) Safety departement membuat reminder mengenai alat yang sudah harus dilakukan
sertifikasi kepada pihak plant/divisi 3 (tiga) bulan sebelum waktu sertifikasi.
2) Setelah menerima reminder, plant/divisi mengajukan Service Request.
3) Setelah menerima SR, Safety Departement dapat memilih Perusahaan Jasa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PJK3) yang memiliki kompetensi untuk
melakukan sertifikasi peralatan jika dianggap perlu.
4) Setelah menentukan PJK3 terpilih, lalu dibuatlah Job Order.
5) PJK3 melakukan pemeriksaan terhadap alat yang diajukan.
6) Hasil diberikan kepada Safety Departement untuk disimpan. Jika belum
memenuhi aspek sertifikasi maka alat diperbaiki dahulu kemudian diperiksa lagi.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 91
Tabel 7.1.
Standar Alat-alat Pelindung Diri Menurut Keperluannya

Faktor Bahaya Bagian Tubuh yang Alat-alat Pelindung Diri


Perlu Dilindungi
Benda berat Kepala, betis, tungkai Topi logam atau plastik, lapisan pelindung
atau terlalu pergelangan kaki, kaki (decker) dari kain, kulit atau logam, sepatu
keras dan jari kaki steelbox toe
Debu Mata, muka dan alat Goggles, kacamata sisi kanan dan kiri
pernafasan tertutup, penutup muka dari plastik, masker
Percikan api Kepala, mata, muka, Topi plastik berlapis asbes, goggles,
atau logam jari, tangan, lengan, kacamata, penutup muka dari plastik, sarung
betis, tungkai, mata tangan, asbes berlengan panjang, pelindung
kaki, kaki dari asbes, sepatu kulit.
Gas, asap, Mata, muka, alat Goggles, penutup muka khusus, masker,
fumes pernafasan, tubuh, jari, pakaian karet, plastik, atau bahan lain yang
tangan, lengan, betis, tahan kimiawi, sarung tangan plastik, karet
tungkai, mata kaki, kaki berlengan panjang pelindung dari plastik,
sepatu kulit.
Suara gaduh Telinga Tutup telinga atau sumbat telinga.

Sinar silau Mata Goggles, kacamata

Listrik Kepala, jari, tangan, Topi plastik atau karet, sarung tangan karet,
lengan, tubuh, betis, pelindung dari karet.
tungkai, mata kaki, kaki
Panas Kepala, kaki, mata Topi, sarung tangan, sepatu, goggles, perisai
muka, pakaian, pelindung dari asbes atau
bahan lain yang tahan panas.
Sumber data: Buku Pedoman Managemen K3, Wicaksono,2011

7.2.3 Langkah-langkah Pelaksanaan K3 Pertambangan

Pelaksanaan K3 pada PT. BBAG dilakukan sepenuhnya di bawah pengawasan


Direktur Operasional & KTT serta Kepala Divisi Tambang. Meskipun PT. BBAG
baru berdiri pada tahun 2016, namun pihak perusahaan akan membuat peraturan
tentang keselamatan kerja pada karyawan serta pelaksanaan K3 pada PT. BBAG.
Meskipun telah dibuat peraturan tertulis tentang K3, namun pada kenyataannya

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 92
biasanya pelaksanan di lapangan belum sepenuhnya dijalankan oleh sebagian
karyawan karena sanksi yang tidak tegas. Namun diharapkan hal tersebut dapat
diminimalisir terjadi.

7.2.4 Rencana Penggunaan dan Pengamanan Bahan Peledak dan Bahan


Berbahaya Lainnya

Kegiatan Tambang yang akan dilakukan oleh PT. BBAG dalam pengolahan
bahan galian batuan sepenuhnya tidak akan menggunakan Bahan Peledak dan Bahan
Berbahaya lainnya. Hal ini disebabkan pengambilan material yang berupa material
urugan dan batuan andesit hanya membutuhkan alat berat saja seperti exsavator,
bulldozer, dan alat angkut dumptruck.
Untuk tahapan pengolahan material juga tidak akan menggunakan bahan
kimia atau bahan berbahaya lainnya. Pengolahan material hanya berupa pencucian
dan pemisahan ukuran material dengan menggunakan alat pemecah batu (stone
crusher). Namun dalam penanggulangan dan pengamanan kegiatan tambang yang
menggunakan peledakan sebaiknya pihak perusahaan mengacu pada KEPUTUSAN
MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI Nomor : 555.K/26/M.PE/1995
yang ditetapkan tanggal 22 Mei 1995 tentang KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN UMUM dalam isi pada BAB II tentang
BAHAN PELEDAK DAN PELEDAKAN pasal 52.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 93
BAB VIII
LINGKUNGAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

8.1 Bagan Organisasi

Organisasi mempunyai peranan yang penting bagi suatu perusahaan untuk


melaksanakan kegiatannya. Maka perusahaan perlu menyusun suatu struktur
organisasi yang baik, sehingga dapat diketahui tugas-tugas dan tanggung jawab dari
masing-masing anggota organisasi. Untuk menjamin terlaksananya pencapaian tujuan
perusahaan, maka perusahaan, maka diperlukan suatu organisasi. Adapun yang
dimaksud dengan organisasi adalah setiap bentuk persekutuan dua orang atau lebih
yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dan terikat secara formal dalam
ikatan hirarki dimana terdapat suatu hubungan seseorang atau sekelompok orang
yang disebut pimpinan dan sekelompok orang lain yang disebut bawahan.
Dalam usaha untuk mengendalikan para pekerja yang ada dalam perusahaan
sebagai top manager perusahaan kiranya mengorganisir para pekerja untuk mencapai
tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Salah satu usaha untuk
mengendalikan hal tersebut adalah melalui organisasi dan struktur organisasinya.
Struktur organisasi merupakan gambaran yang skematis yang ditunjukkan oleh
garis-garis menurut kedudukan atau jenjang yang telah ditentukan, sehingga dengan
adanya struktur organisasi ini dapat mencerminkan adanya hubungan antara tugas,
fungsi, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing orang atau bagian dalam
organisasi. Dengan tujuan agar setiap anggota mengetahui apa yang harus dikerjakan
dan kepada siapa mereka harus mempertanggung jawabkan tugas yang dilaksanakan
dalam perusahaan. Dengan demikian masing-masing tugas dapat dikoordinasikan atas
orang-orang yang terdapat di dalam perusahaan tersebut. Struktur organisasi setiap
perusahaan berbeda-beda, tergantung pada bentuk perusahaan dan kebutuhan
perusahaan yang bersangkutan.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 94
PT. Bahtera Berkah Abadi Grup, dalam merealisasikan tujuan mempunyai
struktur organisasi yang di dalamnya ditetapkan kedudukan, wewenang, tugas, dan
tanggung jawab masing-masing anggota sehingga mereka bertanggung jawab kepada
tugas yang harus dilaksanakan.
Bagan dari Struktur Organisasi perusahaan PT. Bahtera Berkah Abadi Grup
dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

DEWAN KOMISARIS

GILLAN FADILLAH

DIREKTUR UTAMA
R A J I V

DIREKTUR OPERASIONAL
Ka. MARKETING
FAISAL
CHANDRA

Legal ADM KTT KA. DIV ADM KA. DIV MARKETING


TAMBANG CRUSHER
M. RIFKY A IRWAN S RISMA
IRWAN ANWAR T

KA. DIV.
EKSPLORASI

Gambar 8.1 Struktur Organisasi PT. BBAG

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 95
Berikut penjelasan tugas dan wewenang dari masing-masing bagian yaitu :
1. Dewan Komisaris.
Dewan komisaris merupakan wakil pemegang saham yang mempunyai wewenang
tertinggi dalam perusahaan untuk mengatur dan mengawasi jalannya perusahaan.
Adapun tugas dan wewenang Dewan Komisaris antara lain:
1. Melakukan pengawasan atas kebijakan direksi dalam menjalankan perseroan
serta memberikan nasehat kepada anggota direksi.
2. Memeriksa semua pembukuan surat dan alat bukti lainnya, memeriksa dan
mencocokkan keadaan keuangan dan lain-lain.
3. Berhak untuk mengetahui segala kegiatann perusahaan yang telah dijalankan
oleh direksi.
4. Memberhentikan dengan sementara anggota direksi apabila anggota tersebut
bertindak bertentangan dengan anggaran dasar dan atau peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
2. Direktur Utama.
Direktur Utama merupakan orang yang paling bertanggung jawab penuh atas
kegiatan operasional perusahaan. Tugas-tugas dan tanggung jawab Direktur
Utama adalah sebagai berikut :
1. Memimpin dan mengendalikan kegiatan perusahaan secara keseluruhan secara
keseluruhan sehingga semua kegiatan usaha dan pekerjaan tidak menyimpang
dari tugas rutin yang sudah ditentukan.
2. Menandatangani dan memberi persetujuan terhadap usulan kontrak dan surat
penting menyangkut perusahaan.
3. Mengkoordinir secara langsung seluruh kegiatan sehari-hari para staf.
4. Ikut serta dalam pengurusan dan berusaha untuk mendapatkan penawaran
kerja.
5. Melakukan kegiatan koordinasi dengan para manajer dibawahnya serta
mengadakan rapat kerja untuk membicarakan masalah operasional perusahaan

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 96
3. Direktur Operasional
Direktur operasional bertanggung jawab kepada direktur utama. Tugas dan
tanggung jawab direktur operasional adalah:
1. System operasional dibawah naungan Direktur Operasional.
2. Menentukan lulus atau tidaknya karyawan masuk perusahaan.
3. Merangkap operasional.
4. Mengatur system kerja.
5. Menyiapkan standar operasional perusahaan (SOP)
4. Kepala Marketing
Tugas dan tanggung jawab Ka. Marketing adalah:
1. Menetapkan tujuan dan sasaran jalannya operasional perusahaan dan
strategi penjualan kepada konsumen.
2. Membuat analisa terhadap pangsa pasar dan menentukan strategi penjualan
terhadap konsumen atau pelanggan.
3. Menganalisis laporan yang dibuat bawahannya.
4. Mengoptimalkan kerja kerja staf dan administrasi dibawah wewenang
untuk mencapai tujuan perusahaan
5. Bertanggung jawab terhadap perolehan hasil penjualan dan penggunaan
dana promosi
6. Membina bagian pemasaran dan membimbing karyawan bagian
pemasaran.
5. Marketing
Tugas dan tanggung jawab Marketing adalah:
1. Berperan sebagai promosi sebagai bagian yang memperkenalkan
perusahaan kepada masyarakat, melalui produk yang dihasilkan oleh
perusahaan.
2. Berperan sebagai sales pemasaran yang bertugas menghasilkan pendapatan
bagi perusahaan dengan cara menjual produk perusahaan tersebut.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 97
3. Berperan dalam konsep komunikasi pemasaran. Yaitu menjalin hubungan
baik dengan pelanggan dan masyarakat serta menjembatani antara
perusahaan dan lingkungan eksternal.
4. Berperan dalam pengembangan dan riset yaitu menyerap informasi dan
menyampaikan kepada perusahaan tentang segala sesuatu yang bermanfaat
untuk meningkatkan kualitas dan penjualan produk.
6. Legal Administrasi.
Tugas dan tanggung jawab Legal Administrasi adalah:
1. Membuat izin yang berhubungan dengan kegiatan di perusahaan.
2. Berkoordinasi dengan pihak pemerintah mengenai legalitas dan mengenai
kegiatan administrasi tenaga kerja dan dampak lingkungan.
3. Memberikan izin untuk setiap departemen di perusahaan untuk dasar
hukum bagi pelaksanaan kegiatan di perusahaan.
7. KTT (Kepala Teknik Tambang)
KTT bertanggung jawab atas pelaksana dalam urusan pertambangan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan atas keselamatan dan kesehatan kerja
karyawan pada suatu usaha pertambangan di wilayah yang menjadi tanggung
jawabnya.
8. Kepala. Divisi Tambang
Tugas dan tanggung jawab Ka. Div Tambang adalah:
Ka.Div Tambang memiliki tugas berwewenang terhadap berlangsungnya
kegiatan pertambangan dibawah instruksi dari KTT.
9. ADM (Administrasi)
Tugas dan tanggung jawab Administrasi adalah:
1. Menyelesaikan administrasi secara umum.
2. Mencatat dan mendata semua transaksi pembelian, dan penjualan dalam
perusahaan.
3. Mengeluarkan dana untuk membiayai operasional perusahaan berdasarkan
instruksi direktur.
Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 98
4. Secara langsung menerima dan mengeluarkan kas kecil perusahaan dalam
transaksi sehari-hari.
10. Ka. Divisi Crusher
Tugas dan tanggung jawab Ka. Divisi Crusher adalah :
Ka. Divisi Crusher memiliki tanggung jawab yaitu mengontrol kegiatan
crusher dan memberi instruksi terhadap operator crusher dalam menjalankan
penggilingan. Serta bertanggung jawab dalam bidangnya.
11. Ka. Divisi Eksplorasi
Tugas dan tanggung jawab Ka. Divisi Eksplorasi adalah :
1. Bertanggung jawab dalam pelaksanaan seluruh kegiatan survey, pemetaan
geologi, dan kegiatan teknis lainnya yang berhubungan dengan eksplorasi
bahan galian.
2. Membuat laporan kegiatan eksplorasi yang berisikan informasi kualitas
dan besar cadangan bahan galian batuan di lokasi pertambangan.

8.2 Jumlah dan Kriteria Tenaga Kerja Tetap dan Tidak Tetap

Kebutuhan akan tenaga kerja di perusahaan PT. Bahtera Berkah Abadi Grup
sesuai dengan perencanaan kegiatan produksi atau pengolahan bahan galian batuan,
terdiri dari beberapa tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap untuk kegiatan
operasional. Jumlah keseluruhan tenaga kerja operasional adalah 30 orang. Berikut
daftar kebutuhan tenaga kerja PT. BBAG seperti dalam tabel 8.1.

8.3 Tingkat Gaji dan Upah

Berdasarkan jumlah tenaga kerja operasional PT. Bahtera Berkah Abadi Grup,
maka ditetapkan standar atau tingkat gaji dan upah setiap bagian yang setiap tenaga
kerjanya dibayarkan dalam periode bulanan. Sedangkan untuk tenaga kerja tidak tetap
akan dibayarkan sesuai dengan kesepakatan kontrak pada saat kerja, umumnya
dibayarkan per jam atau harian.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 99
Besaran gaji masing-masing telah disesuaikan dengan Standar Upah Minimum
dari Besar UMR (Upah Minimal Regional) Kota Palu dengan memperhitungkan
tingkat jabatan, status, lama kerja, pendidikan dan lain-lain. (Tabel 8.2)

Tabel 8.1 Tenaga Kerja PT. Bahtera Berkah Abadi Grup


No. Divisi Jmlh JK Pendidikan Asal Keterangan
(org)
1. Mining / 3 L/P S1 Tambang, Lokal Tenaga Kerja Tetap
Pertambangan SMK/SMA (KTT, pengawas /
Mandor)
2. Eksplorasi 2 L /P S1 Geologi, Lokal Tenaga Kerja Tetap (Ahli
SMK Geo)
3. Crusher / Pabrik 2 L SMA/SMK Lokal Tenaga Kerja Tetap
4. Administrasi 4 L/P S1 Ekonomi, Lokal Tenaga Kerja Tetap
/Keuangan SMK/SMA (Adm/Keu, Security,OB )
5. Marketing 1 L S1/SMA/SMK Lokal Tenaga Kerja Tetap
6. Produksi 2 L SMA/SMP Lokal Tenaga Kerja Tetap
7. Transportasi / 15 L SMA/SMK/SMP Lokal Tenaga Kerja
Logistik /Alat Berat Tetap(Operator/ Driver/
/Warehouse Montir)
8. Buruh 2 L - Lokal Tidak Tetap
Jumlah 30
Sumber : (Divisi Adm PT. BBAG, 2017)

Tabel 8.2 Daftar Tingkat Gaji dan Upah pada PT. Bahtera Berkah Abadi Grup
Divisi / Bagian Jmlh JK Periode bayar Besar Total Gaji per
No. (org) Gaji/ Upah Gaji/Upah tahun
1. Mining / 3 (Rp) per org (Rp) x 12 bln
Pertambangan
KTT 1 L 1 bulan 5,000,000 60,000,000
Mandor / Pengawas 2 L 1 bulan 1.750,000 42,000,000
2. Eksplorasi 2
Ahli Geologi 1 L 1 bulan 4,000,000 48,000,000
Asisten Geologi 1 L 1 bulan 2,000,000 12,000,000
3. Crusher / Pabrik 2
Pengawas/Teknisi 2 L 1 bulan 2,000,000 48,000,000
4. Adm /Keuangan 4
Administrasi 1 P 1 bulan 2,000,000 24,000,000
Akuntan/Bendahara 1 P 1 bulan 3,000,000 36,000,000
Security 1 L 1 bulan 2,000,000 24,000,000
Office Boy 1 L 1 bulan 1.250,000 15,000,000
5. Marketing 1
Marketing 1 L 1 bulan 2,000,000 24,000,000

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG -
100100100
6. Produksi 2
Pengawas/Mandor 2 L 1 bulan 2,000,000 48,000,000
7. Transportasi / 15 Gaji perbulan +
Logistik /Alat upah lembur per
Berat /Warehouse jam (*)
(*) Operator 3 P 1 bulan 2,000,000 24,000,000
(*) Driver (Tetap) 6 P 1 bulan 2,000,000 24,000,000
Driver (Tidak Tetap) 2 P Per hari 150,000 -
Logistik 1 P 1 bulan 2,000,000 24,000,000
Teknisi 3 P 1 bulan 2,000,000 24,000,000
8. Buruh 3
Porter 3 P 1 hari 100,000 -
Jumlah 30 32,000,000 537,000,000
Sumber : (Divisi Keuangan, PT. BBAG, 2017)

8.4 Sistem Kerja

Sistem kerja yang diberlakukan di perusahan PT. Bahtera Berkah Abadi Grup,
mengacu pada ketentuan yang tetapkan oleh pemerintah di bidang ketenagakerjaan.
Jam kerja yang berlaku setiap hari kerja adalah 8 jam, dan 1 jam untuk istirahat,
yaitu hari Senin-Jumat, pada pukul 08.00 – 17.00 Wita. Istirahat pada pukul 12.00 –
13.00 Wita setiap hari kerja. Hari Sabtu berlaku 4 jam kerja yakni dari pukul 08.00 –
12.00 Wita. Untuk libur kerja berlaku sesuai sistem libur nasional yaitu hari Minggu
dan hari libur nasional/hari besar keagamaan. Untuk divisi/bagian tertentu dan
beberapa tenaga teknis lainnya yang terkait dengan kegiatan produksi, pengolahan
diberlakukan jam kerja pada hari libur sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak
kerja apabila ada kegiatan produksi yang tidak dapat ditunda pada hari libur tersebut.
Khusus diberlakukan keada tenaga kerja seperti KTT, Eksplorasi, Mandor, Pengawas,
Teknisi, Operator dan Driver.
Sistem Kerja yang ditetapkan dalam perusahaan adalah sistem kerja kontrak,
dimana untuk tenaga kerja tetap akan ditetapkan masa kerja selama 1 (satu) tahun,
dan akan diperpanjang selanjutnya sesuai aturan / prosedur administrasi perusahaan.
Hak dan kewajiban para tenaga kerja dan perusahaan sendiri akan diatur
kemudian dalam surat perjanjian kerja karyawan pada saat recruitmen.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG -
101101101
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim. 2005. Analisis Investasi. Salemba Empat, Jakarta.

Ahmad Subagyo. 2008. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. PT Elex Media
Komputindo, Jakarta.

Firman Muzakhir. 2007. “Analisis Penilaian Investasi Bisnis Waralaba Ritel


Swalayan Pada CV. Baswara Investama”. Universitas Gunadarma, Jakarta.

Husein Umar. 2005. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi 3. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

Kasmir dan Jakfar. 2007. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi 2. Kencana, Jakarta.

Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran, Jilid 2, Edisi 11. Indeks, Jakarta.

Lathifan Yusuf. 2008. “Analisis Kelayakan Investasi Usaha PT. Istindo Mitra
Perdana”. Universitas Gunadarma, Bekasi.

Mufti Widianto. 2008. “Analisis Kelayakan Investasi Untuk Pengembangan Usaha


Pada CV. Usaha Hidup Istiqomah”. Universitas Gunadarma, Bekasi.

Sumiati dan Toto Sugiharto. 2002. “Studi Kelayakan Proyek Pengembangan


Perkebunan Pisang Abaca Dengan Menggunakan Analisis Peranggaran
Modal”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 7, No. 3:145-150.

Tri Hartanti. 2004. “Evaluasi Kelayakan Leasing Sepeda Motor Pada Koperasi
Karyawan Maxus”. Universitas Gunadarma, Jakarta.

Yinny Rajaratnam, et al. 2006. “Studi Kelayakan Ekonomi Pengembangan Bandara


Udara Internasional Minangkabau (BIM)”, Jurnal Teknik Sipil, Vol. 3, No. 2:81-91.

Literatur
Ibrahim, Johnny. 2008. Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang:
Bayumedia.

Hardjasoemantri, Koesnadi. 2006. Hukum Tata Lingkungan. Yogyakarta. Gadjah


Mada University Press.

Kartono. Abdul Aziz. Diktat Kuliah Hukum Lingkungan. Purwokerto. 2002.

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG -
102102102
N.H.T.Siahaan. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Jakarta: Erlangga.

Rhiti Hyrinimus. 2006. Hukum Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup. Yogyakarta.


Universitas Atma Jaya Press.

Siti Sundari Rangkuti. 1996. Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan


Nasional. Surabaya: Airlangga University Press.
Soekanto, Soerjono. 1981. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UII Press.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji. 1996. Penelitian Hukum Normatf. Jakarta: Rajagrafindo
Persada.

Supriadi. 2008. Hukum Lingkungan Di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

Peraturan Perundang Undangan


Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Usaha Pertambangan.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL).
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 1994 Tentang
Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongn C.
Peraturan Derah Kota Banyumas Nomor 23 Tahun 2009 tentang Pengendalian
Lingkungan Hidup di Kota Banyumas.
Peraturan Daerah Kota Tingkat II Banyumas Nomor 39 Tahun 1995 tentang Usaha
Pertambangan Bahan Galian Golongan C

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG -
103103103
LAMPIRAN ;

1. Peta situasi wilayah yang akan ditingkatkan ke tahap Eksploitasi dan


sekitarnya skala 1 : 4.000
2. Peta topografi detail daerah tambang dan sekitarnya, skala minimum
1 : 2000
3. Peta penyebaran cadangan dan kualitas, skala minimum 1 : 2000
4. Peta situasi tambang ( Mining Lay Out ) skala 1 : 10.000 yang
5. Peta rencana pertambangan dan reklamasi, minimal skala 1 : 2000
6. Desain tambang dan pengolahan

Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG -
104104104
Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 105
Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 106
Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 107
Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 108
Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 109
Laporan Studi Kelayakan IUP Eksplorasi Bahan Galian Batuan PT. BBAG - 110

Anda mungkin juga menyukai