Hak cipta @2018 pada penyusunan, dilarang keras memperbanyak dan mencopy
buku tanpa seizin Kepala Laboratorium Sistem Informasi Geografis
Disusun Oleh:
Staff Asistant :
Diterbitkan Oleh :
JL. K.H Nasution No. 113 KM 1 Perhentian Marpoyan Damai Pekanbaru - Riau
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas semua limpahan rahmat
dan kemuliaan-Nya kepada kita semua, dan terutama atas terselesaikannya modul
petunjuk praktikum Sistem Informasi geografi (SIG) ini.
ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM
iii
DAFTAR ISI
Daftar Isi...................................................................................................... iv
iv
3.3.1. Layout Data ........................................................................... 15
3.4. Langkah Kerja ................................................................................... 15
3.4.1. Layout Data ........................................................................... 15
Daftar Pustaka
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.2 Contoh tampilan sistem koordinat kartesian dan polar 2D. ........ 5
Gambar 1.3. Contoh tampilan sistem koordinat kartesian dan polar 3D ......... 5
Gambar 3.1 Contoh peta hasil digitasi dan layout data di ArcMap ................. 17
vi
SATUAN ACARA I
Sistem Informasi Geografis (SIG)
1.1. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami Sistem Informasi Geografis (SIG)
2. Mahasiswa dapat mengetahui pemanfaatan Sistem Informasi Geografi
(SIG) dalam berbagai bidang Geologi
1
Menurut Gistut (1994)
1.2.1.1. Proyeksi
2
Transversal (melintang)
Oblique (miring)
Ada banyak sistem proyeksi, diantaranya yang digunakan
dalam kepentingan pemetaan adalah Proyeksi Silinder Melintang
yang diperkenalkan oleh Mercator dan bersifat Universal atau
disebut UTM(Universal Tranvers Mercator). Di Indonesia, sistem
ini telah dibakukan oleh Bakosurtanal sebagai sistem Proyeksi
Pemetaan Nasional. Proyeksi UTM digunakan karena kondisi
geografis negara Indonesia membujur sepanjang garis khatulistiwa
atau garis lingkar equator dari barat sampai ke timur yang relatif
seimbang. Untuk kondisi ini proyeksi UTM atau Silinder Melintang
Mercator adalah yang paling ideal. Wilayah Indonesia terbagi dalam
9 zone UTM, mulai dari meridian 90° BT hingga meridian 144° BT
dengan batas parallel (lintang) 11° LS hingga 6° LU. Demikian,
wilayah Indonesia dimulai dari zone 46 hingga zone 54 (Gambar
1.1.).
Selain itu terdapat sistem Proyeksi Geografik Latitude
Longitude yang umum dipakai diseluruh dunia. Sistem poryeksi ini
memakai prinsip diagram kartesian dengan membagi bumi menjadi
4 zona, yaitu 2 zona bujur yang terdiri dari Bujur Barat dan Bujur
Timur, dan 2 zoba lintang yang terdiri dari Lintang Utara dan
Lintang Selatan. Proyeksi Bujur memakai Proyeksi Garis Meridian
Pusat yang merupakan garis lurus vertikal pada tengah bidang
proyeksi. Garis bujur ini melewati Kota Greenwich di Tenggara
kota London, Inggris yang merupakan garis bujur 0° melalui
kesepakatan internasional dan dipakai juga untuk membedakan zona
waktu di dunia, sehingga Kota Greenwich dikenal dengan adanya
GMT (Greenwich Meridian Time). Proyeksi Lintang memakai
Proyeksi Garis Lingkar equator/khatulistiwa yang merupakan garis
lurus horizontal di tengah bidang proyeksi. Garis Lintang ini
melewati salah satu kota di Indonesia yaitu Kota Pontianak di
3
Kalimantan Barat yang merupakan garis lintang 0° dan dipakai juga
untuk membatasi zona iklim di dunia.
Pada saat ini sudah banyak sistem koordinat yang dikenal. Sistem-
sistem ini dapat merepresentasikan koordinat-koordinat unsur-unsur
titik baik didalam ruang 2 Dimensi (Gambar 1.2.). maupun 3
4
Dimensi (Gambar 1.3.). Sistem Koordinat 2D dan 3D sering dirujuk
sebagai sistem koordinat kartesian
5
Selain itu, masih banyak terdapat beberapa system
koordinat diantranya :
- Sistem koordinat global
- Sistem Koordinat Regional
- Sistem Koordinat Nasional (Lokal)
1.2.1.3. Datum
Untuk pekerjaan yang terkait dengan pengukuran, peletakan
titik, pembagian zona, dan lain-lain diperlukan suatu datum yang
dapat mendefinisikan sistem koordinat. Datum secara umum diartika
sebagai besaran-besaran atau konstanta yang dapat bertindak sebagai
referensi atau dasar (basis) untuk proses perhitungan besaran-
besaran yang lain. Sementara itu, di lain pihak datum geodesi
diartikan sebagai sekumpulan konstanta yang digunakan untuk
mendefinisikan sistem koordinat yang kemudian difungsikan
sebagai kontrol geodesi.
- Datum Lokal
Datum Geodesi yang ellipsoid refernsinya dipilih sedekat
mungkin (paling sesuai) dengan bentuk permukaan geoid
lokalnya (baik untuk area yang relatif tidak luas), yang artinya
datumnya menggunakan ellipsoid local. Contoh: Indonesia
1974.
- Datum Regional
Datum yang pemilihan ellipsoid referensinya didasarkan pada
bentuknya yang sedekat mungkin (paling sesuai) dengan bentuk
geoid yang merepresentasikan area lokal yang relative (lebih)
luas (tingkat regional), oleh karena itu datumnya menggunakan
ellipsoid (referensi) regional. Contoh: Norht Amreican Datum
(NAD) 1983, European Datum 1989, dan Australian Geodetic
Datum 1998.
6
- Datum Global
Datum yang ellipsoid refernesinya dipilih berdasarkan
kesesuain bantuknya (yang sedekat mungkin) dengan bentuk
permukaan geoid bagi seluruh permukaan bumi, oleh sebab itu
datumnya menggunakan ellipsoid (referensi) global. Contoh:
WGS60, WGS 66, WGS 72, dan WGS 84 yang paling banyak
digunakan.
Input :
1. Ilmu Ukur Proses
Tanah Sistem PETA
2. GPS Informasi
3. Penginderaan Geografis
Jauh
4. Peta Publikasi
Kartografi
7
memperoleh informasitentang suatu obyek, daerah atau
fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat
tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah atau fenomena
yang dikaji(Lillesand &Keifer, 1997). Data penginderaan jauh
dapat berupa foto udara maupun citra satelit.
c. Peta Publikasi
Peta publikasi yang dimaksud adalah peta yang dikeluarkan oleh
suatu instansi. Biasanya format peta ini berbentuk hardcopy lalu
dilakukan proses scanning.
d. Sistem Informasi Geografis (SIG)
Sistem Informasi Geografis (Geographic Information
System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan
sistem informasi berbasis komputer yang digunakan
untukmengolah dan menyimpan data atau informasi geografis
(Aronoff, 1989).
Secara garis besar, SIG terdiri atas 4 tahapan utama, yakni :
8
pengumpulan data, serta memasukkannya kedalam komputer.
9
SATUAN ACARA II
Digitasi
2.1. Tujuan
10
2. Tentukan sistem koordinat yang akan digunakan terlebih
dahulu.
Klik View – pilih Data Frame Properties – pilih Projected
Coordinate System – UTM – WGS 1984 – Southern
Hemisphere – 47S
3. Aktifkan tool georeferencing Customize – Toolbar –
Georeferencing
4. Membuat control point ( minimal 4 titik point, x & y) :
klik Add Control Points
klik pada titik pertemuan garis grid
klik kanan dan pilih input (X dan Y atau DMS)
klik OK
lakukan untuk keempat titik peta (minimal)
Save 4 titik control point
5. Setelah input 4 titik point selesai, pilih georeferencing –
update georeferencing
11
9. Lalu lakukan digit kontur
10. Setelah selesai jangan lupa melakukan save editing, untuk
menyimpan hasil digitasi yakni klik Editor – Save Edit, jika
sudah selesai Stop Edits untuk keluar dari proses editing.
11. Lalu klik search
12. Lalu pilih dan klik topo to raster (Topo to Raster 3D Analysist)
13. Kemudian klik Ok
14. Lalu pilih search dan ketik contour
15. Lalu pilih (contour 3D analysist)
16. Lalu masukkan file topo to raster
17. Lalu masukkan nilai intercal kontur dan klik Ok
Digitasi Peta
Adapun langkah untuk proses digitas adalah sebagai berikut :
1. Membuat shp baru sekolah (point), jalan (garis) dan
penggunaan lahan (area)
2. Khusus untuk penggunaan lahan, gunakan data batas_.shp
sebagai batasan shp digitasi penggunaan lahan dapat dilakukan
dengan 2 cara :
- Copy file batas_.shp lalu di paste kan pada folder yang
diinginkan pada Arc Catalog, atau dengan cara
- Membuat shp baru dengan menggunakan tool union. Add data
batas_.shp, buka arctoolbox, pilih analyst tool kemudian
overlay dan setelah itu pilih tool Union. Pada jendela tool
Union pilih batas_.shp sebagai input dan output isikan
dengan nama shp yang diinginkan (Penggunaan Lahan) dan
tentukan folder direktori yang diinginkan.
3. Add data shp sekolah, jalan dan penggunaan lahan serta citra
landsat yang akan didigitasi.
4. Editor – Start Editing untuk memulai digitasi.
5. Pilih shp yang akan didigitasi dengan menggunakan jendela
12
Create Features pada bagian kanan arcgis, jika tidak ada
dapat diaktifkan dengan cara
Editor – Editing Windows – Create Feature.
6. Untuk digitasi titik dapat menggunakan tool Points, untuk
garis dapat menggunakan create features dan untuk area
dapat menggunakan cut polygon.
7. Ingat ! : digitasi dengan tools cut polygon polygon yang akan
dipotong dalam keadaan selected
8. lanjutkan proses digitasi menurut interpretasi masing-masing.
9. Pada dunia nyata terdapat objek yang saling terhubung, seperti
misalnya jalan. Dalam proses digitasi untuk memudahkan
menghubungan hasil digititasi jalan terdapat feature
Snapping. Aktifkan feature tersebut dengan klik Editor,
kemudian pilih Snapping dan pilih Snapping Toolbar.
Gunakan snapping yang diperlukan.
- Point Snapping : merekatkan (snap) dengan feature titik
- End Snapping :merekatkan (snap) dengan vertex terakhir dari
sebuah feature
- .Vertex Snapping :merekatkan (snap) dengan setiap vertex
dari sebuah lfeature
- .Edge Snapping :merekatkan (snap) dengan sepanjang
garis/sisi poligon
10. Jangan lupa save editing untuk menyimpan hasil digitasi yaitu
dengan klik Editor – Save Edits, jika sudah selesai Stop Edits
untuk keluar dari proses editing
2.4.3. Input
Input Attribute Data
Input attribut data sangat penting dilakukan untuk memberikan
informasi hasil digitas mengenai suatu objek.
13
1. Untuk membuka attribute data suatu file .shp data
dilakukan dengan cara klik kanan pada file shp lalu pilih
Open Attribute Table.
2. Untuk menambahkan atau menghapus table pada data
attribute kondisi harus dalam “Stop Edits”. Menambahkan
tabel dapat dengan cara klik Table Options yang ada pada
pojok kiri atas Attribute Tabel lalu pilih add table,
sedangkan untuk menghapus klik tabel yang ingin dihapus
klik kanan pilih delete field.
3. Buatlah field baru dengan nama kelas (teks) dan skor
(angka).
4. Keterangan untuk membuat field :
- Short Integer : field dengan nilai bilangan bulat tanpa
pecahan
- Long Integer : field dengan nilai bilangan bulat tanpa
pecahan dengan rentang lebih besar dari Short Integer
- Float dan Double : field dengan nilai bilangan bulat dengan
pecahan
- Text : field dengan tipe teks
- Date : field dengan tipe tanggal dan waktu
- Blob : field dengan berisi foto atau multimedia lainnya
- Raster : field dengan berisi gambar raster
5. Untuk memulai mengisi data attribute Editor – Start Edits
terlebih dahulu, lalu kemudian pilih titik atau garis atau
polygon yang akan diisi attributenya.
14
SATUAN ACARA III
Editing dan layouting Data
3.1. Tujuan
Mahasiswa dapat memahami editng dan layouting data pada software
ArcGIS.
3.2. Alat dan Bahan
Laptop/Pc
ArcGIS Software (Arc Map)
3.3. Dasar Teori
3.3.1. Layout Data
Layout merupakan tata cara letak peta agar peta mudah dipahami oleh
user.Standar peta yang baik adalah sebagai berikut :
1. Menampilkan suatu lokasi dan/atau atribut.
2. Menampilkan suatu hubungan, baik antar lokasi (jarak), antar atribut
(suhu vs vegetasi), antara lokasi dan atribut (produksi dan distribusi),
dan antar atribut hasil penghitungan (income per capita).
3. Mempunyai skala atau referensi untuk orientasi jarak atau lokasi.
4. Mempunyai informasi mengenai koordinat atau sistem proyeksi yang
digunakan.
5. Menggunakan tanda-tanda atau simbologi yang sistematik.
6. Mempunyai informasi tekstual seperti judul atau legenda.
15
2. Tentukan ukuran dan orientasi kertas yang akan digunakan
dengan cara pilih File – page and print setup
3. Ubah tampilan arcmap menjadi tampilan Layout view dengan
caraklik icon layout view pada pojok kiri bawah arcmap.
4. Atur tampilan peta sesuai dengan keinginan, untuk
menambahkan teks, judul, skala, arah utara dan feature lain
dapat dengan cara klik Insert kemudian pilih feature yang akan
kita masukkan.
5. Untuk membuat grid klik View – Data Frame Properties –
kemudian pilih tab Grids. Pilih grid yang akan digunakan.
6. Untuk membuat simbol mata angin klik Insert – North Arrow
– Kemudian pilih mata angin yang akan digunakan.
7. Untuk memunculkan Skala bar klik Insert – Scale bar –
kemudian pilih skala bar yang akan digunakan.
8. Untuk memunculkan Skala teks klik Insert – Scale text –
kemudian pilih skala teks yang akan digunakan.
9. Kemudian untu memunculkan legenda pada peta klik Insert –
Legend – lalu pilih legenda yang akan digunakan.
10. Lalu setelah selesai simpan project agar nantinya mudah
melakukan editing peta. Klik lalu pilih save
11. Untuk menjadikan dalam format image, silahkan klik File –
Export Map, lalu isikan nama image, lokasi folder
penyimpanan, tipe image yang diinginkan dan resolusi image.
16
Gambar 3.1 Contoh peta hasil digitasi dan layout data di ArcMap
17
Daftar Pustaka
Lillesand, T.M dan R.W Kiefer. 1997. Penginderaan Jauh dan Interpretasi
Citra (Penyunting: Sutanto, dkk.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
18