Anda di halaman 1dari 24

MODUL PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Hak cipta @2018 pada penyusunan, dilarang keras memperbanyak dan mencopy
buku tanpa seizin Kepala Laboratorium Sistem Informasi Geografis

Disusun Oleh:

Husnul Kausarian, M.Sc, Ph.D

Staff Asistant :

Afdal Zikri (153610501)

Vido Julian N. (163610330)

Diterbitkan Oleh :

Laboratorium Sistem Informasi Geografis

Prodi Teknik Geologi Fakultas Teknik

Universitas Islam Riau

JL. K.H Nasution No. 113 KM 1 Perhentian Marpoyan Damai Pekanbaru - Riau

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas semua limpahan rahmat
dan kemuliaan-Nya kepada kita semua, dan terutama atas terselesaikannya modul
petunjuk praktikum Sistem Informasi geografi (SIG) ini.

Modul petunjuk praktikum SIG ini disusun sebagai pedoman bagi


mahasiswa dalam melaksanakan praktikum SIG di Program Studi Teknik Geologi
Universitas Islam Riau. Modul yang tersaji bertujuan untuk memberikan
pemahaman bagi mahasiswa dari tingkat dasar hingga lanjut. Modul ini
memanfaatkan aplikasi perangkat lunak SIG berupa ArcGIS 10.4 dengan beberapa
eksistensi tambahan. Materi data yang disertakan dalam praktikum ini telah
memanfaatkan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber.

Pada akhirnya kesempurnaan dalam penyusunan modul ini tentu masih


sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan masukan berupa
kritik dan saran untuk perbaikan modul ini menjadi lebih baik. Semoga dalam
modul ini dapat dimanfaatkan sebaik – baiknya.

Pekanbaru, 31 Juli 2018

Tim Asisten SIG

ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Peserta praktikum wajib menyelesaikan administrasi laboratorium paling


lambat 1 minggu sebelum kegiatan praktikum dimulai.
2. Peserta praktikum dalam keadaan baik (sehat jasmani dan rohani,
sadar/tidak dalam kondisi baik mabuk) pada saat kegiatan praktikum
berlangsung.
3. Peserta praktikum dilarang keras membawa obat – obatan terlarang dan
jenis senjata tajam.
4. Peserta praktikum dilarang merokok dan makan pada saat kegiatan
praktikum berlangsung.
5. Peserta praktikum wajib berpakaian rapi dan sopan selama kegiatan
praktikum berlangsung, tidak diperbolehkan memakai sandal, sepatu
sandal, dan kaos oblong (kecuali mendapat izin dan instruksi dibawah
pengawasan Assisten Praktikum)
6. Peserta praktikum wajib hadir di laboratorium minimal 15 menit sebelum
kegiatan praktikum dimulai.
7. Peserta praktikum wajib mengikuti seluruh kegiatan praktikum dibawah
pengawasan instruktur dan assisten praktikum.
8. Peserta praktikum yang terlambat hadir 5 menit tidak diperbolehkan
mengikuti kuis dan diperbolehkan absen.
9. Peserta praktikum yang terlambat hadir 10 menit tidak diperbolehkan
mengikuti acara praktikum pada hari tersebut.
10. Peserta praktikum yang tidak hadir sebanyak tiga kali pertamuan tanpa
keterangan dinyatakan gugur pada praktikum ybs.
11. Jika 10 menit Instruktur /Asissten Praktikum tidak hadir tanpa ada
keterangan, peserta praktikum dipersilahkan pulang dan berhak menentukan
hari pengganti.
12. Tidak dibenarkan pindah – pindah plug atau kelompok.

iii
DAFTAR ISI

Halaman Hak Cipta ..................................................................................... i

Kata Pengantar ............................................................................................ ii

Tata Tertib Praktikum ................................................................................. iii

Daftar Isi...................................................................................................... iv

Daftar Gambar ............................................................................................. vi

SATUAN ACARA I Sistem Informasi Geografis (GIS) ............................ 1

1.1. Tujuan ................................................................................................ 1


1.2. Dasar Teori ........................................................................................ 1
1.2.1. Sistem Informasi Geografis (SIG) ......................................... 1
1.2.1.1. Proyeksi ................................................................... 2
1.2.1.2. Sistem Koordinat ..................................................... 4
1.2.3.1. Datum ...................................................................... 6
1.2.2. Pengantar Data Spatial ........................................................... 7
SATUAN ACARA II Pemerosesan Data .................................................. 10
2.1. Tujuan ................................................................................................ 10
2.2. Alat dan Bahan .................................................................................. 10
2.3. Dasar Teori ........................................................................................ 10
2.3.1. Georeferencing ...................................................................... 10
2.3.2. Digitasi .................................................................................. 10
2.4. Langkah Kerja ................................................................................... 10
2.4.1. Georeferencing ...................................................................... 11
2.4.2. Digitasi ................................................................................... 13
2.4.3. Input Atribut Data .................................................................. 14
SATUAN ACARA III Editng dan Layout Data ......................................... 15
3.1. Tujuan ................................................................................................ 15
3.2. Alat dan Bahan .................................................................................. 15
3.3. Dasar Teori ........................................................................................ 15

iv
3.3.1. Layout Data ........................................................................... 15
3.4. Langkah Kerja ................................................................................... 15
3.4.1. Layout Data ........................................................................... 15

Daftar Pustaka

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pembagian zona – zona UTM di dunia ........................................ 4

Gambar 1.2 Contoh tampilan sistem koordinat kartesian dan polar 2D. ........ 5

Gambar 1.3. Contoh tampilan sistem koordinat kartesian dan polar 3D ......... 5

Gambar 1.4 Proses Sistem Informasi Geografis .............................................. 7

Gambar 1.5 Pengindraan Jauh.......................................................................... 8

Gambar 3.1 Contoh peta hasil digitasi dan layout data di ArcMap ................. 17

vi
SATUAN ACARA I
Sistem Informasi Geografis (SIG)
1.1. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami Sistem Informasi Geografis (SIG)
2. Mahasiswa dapat mengetahui pemanfaatan Sistem Informasi Geografi
(SIG) dalam berbagai bidang Geologi

1.2. Dasar Teori


1.2.1. Definisi Sistem Informasi Geografis (SIG)
Sistem Informasi Geografis adalah sistem informasi khusus yang
mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi
keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem
komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun,
menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi berefrensi
geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya,
dalam sebuah database. Para praktisi juga memasukkan orang yang
membangun dan mengoperasikannya dan data sebagai bagian dari
sistem ini.

Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG) menurut beberapa


ahli, yaitu :

 Menurut Bernhardsen (2002)

SIG sebagai sistem komputer yang digunakan untuk


memanipulasi data geografi. Sistem ini diimplementasikan
dengan perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang
berfungsi untuk akusisi dan verifikasi data, kompilasi data,
penyimpanan data, perubahan dan pembaharuan data, manajemen
dan pertukaran data, manipulasi data, pemanggilan dan presentasi
data serta analisa data

1
 Menurut Gistut (1994)

SIG adalah sistem yang dapat mendukung pengambilan


keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-
deskripsi lokasi dengan karakteristik-karakteristik fenomena
yang ditemukan di lokasi tersebut. SIG yang lengkap mencakup
metodologi dan teknologi yang diperlukan, yaitu data spasial
perangkat keras, perangkat lunak dan struktur organisasi

Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat digunakan


untuk investigasi ilmiah, pengelolaan sumber daya, perencanaan
pembangunan, kartografi dan perencanaan rute. Misalnya, SIG bisa
membantu perencana untuk secara cepat menghitung waktu tanggap
darurat saat terjadi bencana alam.

1.2.1.1. Proyeksi

Proyeksi adalah suatu cara dalam menyajkan suatu bentuk yang


mempunyai dimensi tertentu ke dimensi lainnya. Dalam hal ini
adalah dari bentuk matematis bumi berupa ellipsoid atau elips 3
dimensi ke bidang 2 dimensi berupa bidang datar misalnya kertas.
Proyeksi dapat dibagi menurut beberapa kriteria, antara lain:
Sifat:
 Konform (bentuk sama)
 Equivalent (luas sama)
 Equidistant (jarak sama)
Bidang:
 Azimuthal (bidang datar)
 Kerucut (bidang kerucut)
 Silinder (bidang silinder)
Kedudukan Bidang Proyeksi
 Normal (tegak)

2
 Transversal (melintang)
 Oblique (miring)
Ada banyak sistem proyeksi, diantaranya yang digunakan
dalam kepentingan pemetaan adalah Proyeksi Silinder Melintang
yang diperkenalkan oleh Mercator dan bersifat Universal atau
disebut UTM(Universal Tranvers Mercator). Di Indonesia, sistem
ini telah dibakukan oleh Bakosurtanal sebagai sistem Proyeksi
Pemetaan Nasional. Proyeksi UTM digunakan karena kondisi
geografis negara Indonesia membujur sepanjang garis khatulistiwa
atau garis lingkar equator dari barat sampai ke timur yang relatif
seimbang. Untuk kondisi ini proyeksi UTM atau Silinder Melintang
Mercator adalah yang paling ideal. Wilayah Indonesia terbagi dalam
9 zone UTM, mulai dari meridian 90° BT hingga meridian 144° BT
dengan batas parallel (lintang) 11° LS hingga 6° LU. Demikian,
wilayah Indonesia dimulai dari zone 46 hingga zone 54 (Gambar
1.1.).
Selain itu terdapat sistem Proyeksi Geografik Latitude
Longitude yang umum dipakai diseluruh dunia. Sistem poryeksi ini
memakai prinsip diagram kartesian dengan membagi bumi menjadi
4 zona, yaitu 2 zona bujur yang terdiri dari Bujur Barat dan Bujur
Timur, dan 2 zoba lintang yang terdiri dari Lintang Utara dan
Lintang Selatan. Proyeksi Bujur memakai Proyeksi Garis Meridian
Pusat yang merupakan garis lurus vertikal pada tengah bidang
proyeksi. Garis bujur ini melewati Kota Greenwich di Tenggara
kota London, Inggris yang merupakan garis bujur 0° melalui
kesepakatan internasional dan dipakai juga untuk membedakan zona
waktu di dunia, sehingga Kota Greenwich dikenal dengan adanya
GMT (Greenwich Meridian Time). Proyeksi Lintang memakai
Proyeksi Garis Lingkar equator/khatulistiwa yang merupakan garis
lurus horizontal di tengah bidang proyeksi. Garis Lintang ini
melewati salah satu kota di Indonesia yaitu Kota Pontianak di

3
Kalimantan Barat yang merupakan garis lintang 0° dan dipakai juga
untuk membatasi zona iklim di dunia.

Gambar 1.1 Pembagian zona-zona UTM di dunia

1.2.1.2. Sistem Koordinat


Sistem koordinat adalah sekumpulan aturan yang menentukan
bagaimana koordinat-koordinat yang bersangkutan
merepresentasikan unsur-unsur titiknya. Sistem koordinat dapat
dikelompokkan menurut:
 Lokasi titik awal ditempatkan, seperti geocentric (merujuk pada
titik pusat bumi), topocentric (merujuk pada suatu titik yang
terdapat dipermukaan bumi), dan heliocentric (merujuk pada
posisi matahari).
 Jenis permukaan yang digunakan sebagai referensi, misalnya
bidang datar, bola, atau ellipsoid
 Arah sumbu-sumbunya, misal horizontal atau vertical

Pada saat ini sudah banyak sistem koordinat yang dikenal. Sistem-
sistem ini dapat merepresentasikan koordinat-koordinat unsur-unsur
titik baik didalam ruang 2 Dimensi (Gambar 1.2.). maupun 3

4
Dimensi (Gambar 1.3.). Sistem Koordinat 2D dan 3D sering dirujuk
sebagai sistem koordinat kartesian

 Sistem koordinat bidang datar (2D)


- Sistem koordinat Kartesian (absis dan ordinat)
- Sistem koordinat Polar (jarak dan sudut)

Gambar 1.2 Contoh tampilan sistem koordinat kartesian dan


polar 2D.

 Sistem koordinat 3 Dimensi


- Sistem Koordinat Kartesian
- Sistem Koordinat Polar

Gambar 1.3. Contoh tampilan sistem koordinat kartesian dan


polar 3D

5
Selain itu, masih banyak terdapat beberapa system
koordinat diantranya :
- Sistem koordinat global
- Sistem Koordinat Regional
- Sistem Koordinat Nasional (Lokal)
1.2.1.3. Datum
Untuk pekerjaan yang terkait dengan pengukuran, peletakan
titik, pembagian zona, dan lain-lain diperlukan suatu datum yang
dapat mendefinisikan sistem koordinat. Datum secara umum diartika
sebagai besaran-besaran atau konstanta yang dapat bertindak sebagai
referensi atau dasar (basis) untuk proses perhitungan besaran-
besaran yang lain. Sementara itu, di lain pihak datum geodesi
diartikan sebagai sekumpulan konstanta yang digunakan untuk
mendefinisikan sistem koordinat yang kemudian difungsikan
sebagai kontrol geodesi.

Beberapa contoh datum, antara lain:

- Datum Lokal
Datum Geodesi yang ellipsoid refernsinya dipilih sedekat
mungkin (paling sesuai) dengan bentuk permukaan geoid
lokalnya (baik untuk area yang relatif tidak luas), yang artinya
datumnya menggunakan ellipsoid local. Contoh: Indonesia
1974.
- Datum Regional
Datum yang pemilihan ellipsoid referensinya didasarkan pada
bentuknya yang sedekat mungkin (paling sesuai) dengan bentuk
geoid yang merepresentasikan area lokal yang relative (lebih)
luas (tingkat regional), oleh karena itu datumnya menggunakan
ellipsoid (referensi) regional. Contoh: Norht Amreican Datum
(NAD) 1983, European Datum 1989, dan Australian Geodetic
Datum 1998.

6
- Datum Global
Datum yang ellipsoid refernesinya dipilih berdasarkan
kesesuain bantuknya (yang sedekat mungkin) dengan bentuk
permukaan geoid bagi seluruh permukaan bumi, oleh sebab itu
datumnya menggunakan ellipsoid (referensi) global. Contoh:
WGS60, WGS 66, WGS 72, dan WGS 84 yang paling banyak
digunakan.

1.2.2. Pengantar Data Spasial dan Sistem Informasi Geografis (SIG)

Input :
1. Ilmu Ukur Proses
Tanah Sistem PETA
2. GPS Informasi
3. Penginderaan Geografis
Jauh
4. Peta Publikasi

Kartografi

Gambar 1.4 Proses Sistem Informasi Geografis

a. Data Pengukuran Lapangan (Ilmu Ukur Tanah dan GPS)


Data pengukuran lapangan yang dihasilkan bisa berupa hasil
pengukuran menggunakan teodholit, total station maupun GPS.
Ilmu Ukur Tanah adalah suatu tindakan untuk mendapatkan
gambaran umum dengan observasi dan pengukuran untuk
menentukan batas-batas, ukuran, posisi, jumlah, kondisi, nilai,
suatu obyek sementara itu GPS (Global Positioning System)
adalah alat penentuan posisi berbasis satelit.
b. Data Penginderaan Jauh
Penginderaan Jauh adalah ilmu dan ketrampilan untuk

7
memperoleh informasitentang suatu obyek, daerah atau
fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat
tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah atau fenomena
yang dikaji(Lillesand &Keifer, 1997). Data penginderaan jauh
dapat berupa foto udara maupun citra satelit.

Gambar 1.5 Pengindraan Jauh

c. Peta Publikasi
Peta publikasi yang dimaksud adalah peta yang dikeluarkan oleh
suatu instansi. Biasanya format peta ini berbentuk hardcopy lalu
dilakukan proses scanning.
d. Sistem Informasi Geografis (SIG)
Sistem Informasi Geografis (Geographic Information
System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan
sistem informasi berbasis komputer yang digunakan
untukmengolah dan menyimpan data atau informasi geografis
(Aronoff, 1989).
Secara garis besar, SIG terdiri atas 4 tahapan utama, yakni :

a. Tahap Input Data

Dalam suatu system informasi geografis (SIG), tahapan input


data merupakan salah satu tahapan kritis, dimana pada tahap ini
akan menghabiskan sekitar 60% waktu dan biaya. Tahap input
data ini juga meliputi proses perencanaan, penentuan tujuan,

8
pengumpulan data, serta memasukkannya kedalam komputer.

b. Tahap Pengolahan Data


Tahap ini meliputik kegiatan klasifikasi dan stratifikasi data,
komplisi, serta geoprosesing (clip,merge,dissolve). Proses ini
akan menghabiskan waktu dan biaya mencapai 20% dari total
kegiatan SIG.
c. Tahap Analisis Data
Pada tahapan ini dilakukan berbagai macam analisa keruangan,
seperti buffer, overlay, dan lain-lain. Tahapan ini akan
menghabiskan waktu dan biaya mencapai 10%.
d. Tahap Output
Tahap ini merupakan fase akhir, dimana ini akan berkaitan
dengan penyajian hasil analisa yang telah dilakukan, apakah
disajikan dalam bentuk peta hardcopy, tabulasi data, CD system
informasi, maupun dalam bentuk situs web site.

9
SATUAN ACARA II
Digitasi
2.1. Tujuan

Mahasiswa mampu melakukan digitasi berguna untuk membuat peta


dengan menggunakan ArcGIS.

2.2. Alat dan Bahan


 Laptop/Pc
 ArcGIS Software (Arc Map)
2.3. Dasar Teori
2.2.1. Georeferencing

Georeferencing adalah proses untuk memberikan sistem


koordinat bagi data raster (citra satelit, foto udara dan peta) yang
belum memiliki sistem koordinat. Proses georeferencing ini
dilakukan dengan menggunakan berdasarkan koordinat grid atau
kenampakan suatu objek yang telah diketahui koordinatnya. Pada
tahap ini data yang akan digeoreferencing adalah peta geologi
regional.
2.2.2. Digitasi on Screen
Digitasi merupakan salah satu proses konversi data peta ke dalam
format data spasial. Digitasi terhadap citra memerlukan
pemahaman terhadap kunci interpretasi dan local knowledge.
Proses digitasi on screen pada pengolahan Sistem Informasi
Geografis (SIG) merupakan proses yang memakan banyak waktu
dan memerlukan ketelitian yang baik.

2.4. Langkah Kerja


2.4.1. Georeferencing
Adapun langkah untuk proses georeferencing adalah :
1. Add data peta yang akan di georeferencing

10
2. Tentukan sistem koordinat yang akan digunakan terlebih
dahulu.
Klik View – pilih Data Frame Properties – pilih Projected
Coordinate System – UTM – WGS 1984 – Southern
Hemisphere – 47S
3. Aktifkan tool georeferencing Customize – Toolbar –
Georeferencing
4. Membuat control point ( minimal 4 titik point, x & y) :
 klik Add Control Points
 klik pada titik pertemuan garis grid
 klik kanan dan pilih input (X dan Y atau DMS)
 klik OK
 lakukan untuk keempat titik peta (minimal)
 Save 4 titik control point
5. Setelah input 4 titik point selesai, pilih georeferencing –
update georeferencing

2.4.2. Digitasi Kontur


Adapun langkah dalam melakukan digitasi kontur adalah sebagai
berikut ;
1. Pilih dan klik “catalog”
2. Pilih dan Klik “Connect to Folder”
3. Lalu pilih folder tempat penyimpanan file peta JPG.
4. Lalu Klik kana pada folder dan pilih new
5. Klik Shp lalu masukkan nama untuk file shp tersebut
6. Untuk pembuatan kontur pilih polyline !
7. Lalu pilih edit dan masukkan kembali system koordinat
8. Pilih shp yang akan didigitasi dengan menggunakan jendela
Create Features pada bagian kanan arcgis, jika tidak ada
dapat diaktifkan dengan cara Editor – Editing Windows –
Create Feature.

11
9. Lalu lakukan digit kontur
10. Setelah selesai jangan lupa melakukan save editing, untuk
menyimpan hasil digitasi yakni klik Editor – Save Edit, jika
sudah selesai Stop Edits untuk keluar dari proses editing.
11. Lalu klik search
12. Lalu pilih dan klik topo to raster (Topo to Raster 3D Analysist)
13. Kemudian klik Ok
14. Lalu pilih search dan ketik contour
15. Lalu pilih (contour 3D analysist)
16. Lalu masukkan file topo to raster
17. Lalu masukkan nilai intercal kontur dan klik Ok

Digitasi Peta
Adapun langkah untuk proses digitas adalah sebagai berikut :
1. Membuat shp baru sekolah (point), jalan (garis) dan
penggunaan lahan (area)
2. Khusus untuk penggunaan lahan, gunakan data batas_.shp
sebagai batasan shp digitasi penggunaan lahan dapat dilakukan
dengan 2 cara :
- Copy file batas_.shp lalu di paste kan pada folder yang
diinginkan pada Arc Catalog, atau dengan cara
- Membuat shp baru dengan menggunakan tool union. Add data
batas_.shp, buka arctoolbox, pilih analyst tool kemudian
overlay dan setelah itu pilih tool Union. Pada jendela tool
Union pilih batas_.shp sebagai input dan output isikan
dengan nama shp yang diinginkan (Penggunaan Lahan) dan
tentukan folder direktori yang diinginkan.
3. Add data shp sekolah, jalan dan penggunaan lahan serta citra
landsat yang akan didigitasi.
4. Editor – Start Editing untuk memulai digitasi.
5. Pilih shp yang akan didigitasi dengan menggunakan jendela

12
Create Features pada bagian kanan arcgis, jika tidak ada
dapat diaktifkan dengan cara
Editor – Editing Windows – Create Feature.
6. Untuk digitasi titik dapat menggunakan tool Points, untuk
garis dapat menggunakan create features dan untuk area
dapat menggunakan cut polygon.
7. Ingat ! : digitasi dengan tools cut polygon polygon yang akan
dipotong dalam keadaan selected
8. lanjutkan proses digitasi menurut interpretasi masing-masing.
9. Pada dunia nyata terdapat objek yang saling terhubung, seperti
misalnya jalan. Dalam proses digitasi untuk memudahkan
menghubungan hasil digititasi jalan terdapat feature
Snapping. Aktifkan feature tersebut dengan klik Editor,
kemudian pilih Snapping dan pilih Snapping Toolbar.
Gunakan snapping yang diperlukan.
- Point Snapping : merekatkan (snap) dengan feature titik
- End Snapping :merekatkan (snap) dengan vertex terakhir dari
sebuah feature
- .Vertex Snapping :merekatkan (snap) dengan setiap vertex
dari sebuah lfeature
- .Edge Snapping :merekatkan (snap) dengan sepanjang
garis/sisi poligon
10. Jangan lupa save editing untuk menyimpan hasil digitasi yaitu
dengan klik Editor – Save Edits, jika sudah selesai Stop Edits
untuk keluar dari proses editing

2.4.3. Input
Input Attribute Data
Input attribut data sangat penting dilakukan untuk memberikan
informasi hasil digitas mengenai suatu objek.

13
1. Untuk membuka attribute data suatu file .shp data
dilakukan dengan cara klik kanan pada file shp lalu pilih
Open Attribute Table.
2. Untuk menambahkan atau menghapus table pada data
attribute kondisi harus dalam “Stop Edits”. Menambahkan
tabel dapat dengan cara klik Table Options yang ada pada
pojok kiri atas Attribute Tabel lalu pilih add table,
sedangkan untuk menghapus klik tabel yang ingin dihapus
klik kanan pilih delete field.
3. Buatlah field baru dengan nama kelas (teks) dan skor
(angka).
4. Keterangan untuk membuat field :
- Short Integer : field dengan nilai bilangan bulat tanpa
pecahan
- Long Integer : field dengan nilai bilangan bulat tanpa
pecahan dengan rentang lebih besar dari Short Integer
- Float dan Double : field dengan nilai bilangan bulat dengan
pecahan
- Text : field dengan tipe teks
- Date : field dengan tipe tanggal dan waktu
- Blob : field dengan berisi foto atau multimedia lainnya
- Raster : field dengan berisi gambar raster
5. Untuk memulai mengisi data attribute Editor – Start Edits
terlebih dahulu, lalu kemudian pilih titik atau garis atau
polygon yang akan diisi attributenya.

14
SATUAN ACARA III
Editing dan layouting Data

3.1. Tujuan
Mahasiswa dapat memahami editng dan layouting data pada software
ArcGIS.
3.2. Alat dan Bahan
 Laptop/Pc
 ArcGIS Software (Arc Map)
3.3. Dasar Teori
3.3.1. Layout Data
Layout merupakan tata cara letak peta agar peta mudah dipahami oleh
user.Standar peta yang baik adalah sebagai berikut :
1. Menampilkan suatu lokasi dan/atau atribut.
2. Menampilkan suatu hubungan, baik antar lokasi (jarak), antar atribut
(suhu vs vegetasi), antara lokasi dan atribut (produksi dan distribusi),
dan antar atribut hasil penghitungan (income per capita).
3. Mempunyai skala atau referensi untuk orientasi jarak atau lokasi.
4. Mempunyai informasi mengenai koordinat atau sistem proyeksi yang
digunakan.
5. Menggunakan tanda-tanda atau simbologi yang sistematik.
6. Mempunyai informasi tekstual seperti judul atau legenda.

3.4. Langkah Kerja


3.4.1. Layouting Data
Langkah melakukan layout peta yang adalah :
1. Klik kanan shp yang akan di ubah simbologinya, kemudian
pilih Properties lalu pilih tab Symbology. Lalu tentukan jenis
simbologi, warna dan bentuk dari symbol yang akan
ditampilkan.

15
2. Tentukan ukuran dan orientasi kertas yang akan digunakan
dengan cara pilih File – page and print setup
3. Ubah tampilan arcmap menjadi tampilan Layout view dengan
caraklik icon layout view pada pojok kiri bawah arcmap.
4. Atur tampilan peta sesuai dengan keinginan, untuk
menambahkan teks, judul, skala, arah utara dan feature lain
dapat dengan cara klik Insert kemudian pilih feature yang akan
kita masukkan.
5. Untuk membuat grid klik View – Data Frame Properties –
kemudian pilih tab Grids. Pilih grid yang akan digunakan.
6. Untuk membuat simbol mata angin klik Insert – North Arrow
– Kemudian pilih mata angin yang akan digunakan.
7. Untuk memunculkan Skala bar klik Insert – Scale bar –
kemudian pilih skala bar yang akan digunakan.
8. Untuk memunculkan Skala teks klik Insert – Scale text –
kemudian pilih skala teks yang akan digunakan.
9. Kemudian untu memunculkan legenda pada peta klik Insert –
Legend – lalu pilih legenda yang akan digunakan.
10. Lalu setelah selesai simpan project agar nantinya mudah
melakukan editing peta. Klik lalu pilih save
11. Untuk menjadikan dalam format image, silahkan klik File –
Export Map, lalu isikan nama image, lokasi folder
penyimpanan, tipe image yang diinginkan dan resolusi image.

16
Gambar 3.1 Contoh peta hasil digitasi dan layout data di ArcMap

17
Daftar Pustaka

Aronoff, S. 1989. Geographic Information Systems: A Management


Perspective. Ottawa: WDL Publications.

International Cartographer Assosiation, 1983.

Lillesand, T.M dan R.W Kiefer. 1997. Penginderaan Jauh dan Interpretasi
Citra (Penyunting: Sutanto, dkk.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

18

Anda mungkin juga menyukai