Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum Sistem Informasi Geografis Medan, September 2023

GEOREFERENCING

Dosen Penanggung Jawab:


Dr. Anita Zaitunah, S. Hut., M.Sc.

Oleh:
Handrianto Nadeak
221201147
HUT 3C

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
atas segala berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
Sistem Informasi Georgrafis ini dengan baik. Penulisan laporan yang berjudul
“Georeferencing” ini merupakan salah satu syarat untuk dapat memenuhi
komponen penilaian Praktikum Sistem Informasi Geografis di Program Studi
Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Kwala Bekala.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab
Praktikum Sistem Informasi Geografis yaitu Ibu Dr. Anita Zaitunah, S.Hut., M.Sc.
karena telah memberikan materi dengan baik dan benar. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada asisten yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama
penulis mengikuti kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik
dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi penyempurnaan laporan ini.

Medan, September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR. ............................................................................................... .i
DAFTAR ISI ...............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Tujuan ............................................................................................................ 2
TINJAUAN PUSTAKA
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat ......................................................................................... 6
Alat dan Bahan .............................................................................................. 6
Prosedur Praktikum ....................................................................................... 6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ............................................................................................................... 8
Pembahasan ................................................................................................... 8
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .................................................................................................. 10
Saran ............................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Hasil dari tabel RMS Eror .................................................................................14

iii
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Tampilan awal Google earth ............................................................................. 6
2. Proses pencarian lokasi sampel georeferencing ................................................ 6
3. Proses pembuatan titik dilokasi sampel dan difoto koordinatnya ..................... 7
4. Proses penyimpanan sampel lokasi berbentuk .jpg ........................................... 7
5. Proses penambahan sampel yang akan di georeferencing ................................ 7
6. Proses pengaturan Projected Coordinat System ............................................... 7
7. Proses penambahan tool georeferencing ........................................................... 8
8. Proses memasukkan koordinat DMS Longitudinal dan latitude....................... 8
9. Tampilan tabel RMS Eror hasil georeferencing ............................................... 8
10. Proses penyimpanan hasil georeferencing ...................................................... 8
11. Gambar lokasi yang sudah di Georeferencing di ArcGIS 10.3 ....................... 9

iv
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Georeferencing adalah suatu proses pemberian referensi geografi berupa
sistem koordinat pada suatu objek berupa raster atau citra yang belum mempunyai
acuan sistem koordinat. Metode georeferencing terbagi menjadi dua, yaitu manual
georeferencing dan direct georeferencing. Manual georeferencing dilakukan
dengan cara menempatkan beberapa titik Ground Control Point (GCP). Sedangkan
pada metode direct, proses georeferencing dilakukan dengan menggabungkan raw
image dengan data GPS yang menyimpan data yang akurat mengenai kecepatan dan
posisi koordinat saat pengambilan gambar dan dengan data star sensor yang
menyimpan data lattitude kamera pada saat pengambilan gambar. Untuk
memperoleh perhitungan koordinat ground yang akurat menggunakan metodedirect
georeferencing, perangkat yang perlu diperhatikan kestabilannya yaitu Inertial
Measurement Unit (IMU) dan GPS (Jayani dkk., 2017).
Data yang diolah pada SIG ada 2 macam yaitu data geospasial (data spasial
dan data non-spatial). Data spasial adalah data yang berhubungan dengan kondisi
geografi misalnya sungai, wilayah administrasi, gedung, jalan raya dan sebagainya.
Data spasial didapatkan dari peta, foto udara, citra satelit, data statistik dan lain-
lain. Hingga saat ini secara umum persepsi manusia mengenai bentuk representasi
entity spasial adalah konsep raster dan vector. Sedangkan data non-spasial adalah
selain data spasial yaitu data yang berupa text atau angka. Data non-spatial ini akan
menerangkan data spasial atau sebagai dasar untuk menggambarkan data spasial.
Dari data non-spatial ini nantinya dapat dibentuk data spasial. Misalnya jika ingin
menggambarkan peta penyebaran penduduk maka diperlukan data jumlahpenduduk
dari masing-masing daerah (data non-spatial), dari data tersebut nantinyakita dapat
menggambarkan pola penyeberan penduduk (Fernando, 2013).
Data yang begitu banyak untuk merepresentasikan atau memodelkan
fenomena-fenomena yang terdapat di dunia nyata membuat kita seringkali kesulitan
dalam mengarsipkannya, karena data-data tersebut masih terpisah satu dengan yang
lainnya. Dengan bantuan Sistem Informasi Geografis, kita dapat mengarsipkan
(penyimpanan) semua data-data yang penting dalam suatu sistem informasi dan kita
2

juga dapat mengelola, memproses atau memanipulasi, menganalisis, serta


menampilkan kembali data-data tersebut. Penggunaan Sistem Informasi Geografis
(SIG) dan pengaplikasiannya dibantu melalui software ArcGIS sudah mulai
berkembang terutama di Indonesia. SIG merupakan sistem informasi yang unik
karena menggunakan data spasial, yang telah direferensikan sebagai input data serta
informasi yang menghasilkan solusi untuk memecahkan masalah spasial yang
mungkin tidak dapat diselesaikan dengan sistem informasi yang lain (Adly, 2020).
Kekurangan substansi yang didapatkan dari hasil analisis bahan ajar berupa
penyampaian konsep, prosedur melakukan georeferencing, dan generalisasi.
Penyampaian konsep terdapat kekeliruan, hal tersebut menyebabkan
kesalahpahaman pada materi georeferencing. Prosedur georeferencing dijelaskan
secara tidak lengkap, hal ini mengakibatkan ketidaktuntasan pada pelaksanaan
penyajian generalisasi tidak lengkap, ketidaklengkapan tersebut berdampak pada
pemahaman terhadap materi yang disampaikan. Konsep dan generalisasi memiliki
transfer nilai sangat luas dalam membantu individu yang telah menguasainya untuk
memahami dan memprediksi kejadian. Pengetahuan yang disusun dengan
keterpaduan konsep akan membawa nilai pemahaman yang lebih baik dibandingkan
dengan data/fakta (Ridha, 2017).
Georeferencing adalah proses pemberian referensi spasial pada data raster
(citra satelit, foto udara, peta hasil scanning (analog) dan peta digital. Referensi
spasial yang diberikan dapat berupa sistem koordinat geografis (geographic
coordinate system) atau sistem koordinat proyeksi (projected) dengan bentuk
proyeksi UTM (Universal transferse Mercantor). Selain data raster, ada juga data
vector yang telah mempunyai sistem koordinat proyeksi karena terdiri dari bentuk
titik (point), garis (polyline), dan area (polygon). Jadi tujuan data vector adalah
untuk melengkapi data raster selaku data utama dan memberikan informasi spasial
(posisi, panjang, luas, arah) (Pattiselanno dan Agus, 2020).

Tujuan
Tujuan dari praktikum Sistem Informasi Geografis (SIG) yang berjudul
“Georeferencing” ini adalah untuk mengetahui dan menyesuaikan titik di google
earth dengan titik sebenarnya.
TINJAUAN PUSTAKA

Georeferencing dilakukan untuk menyesuaikan sistem koordinat citra satelit


terhadap titik kontrol di permukaan GCP (Ground Control Points) berdasarkan dari
hasil pengukuran secara langsung dilapangan. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan GPS (Global Positioning System) geodetik berupaGCP yang tersebar
secara merata untuk menghindari kesalahan letak posisi citra agar memperoleh nilai
akurasi yang baik pada proses koreksi geometri. Penelitian ini akan membahas
mengenai tingkat akurasi sebuah citra satelit ketika digunakan dalam pembuatan
peta citra melalui pengolahan georeferencing disesuaikan denganPeraturan Badan
Informasi Geospasial Nomor 6 Tahun 2018. Citra satelit yang digunakan dalam
penelitiain ini adalah citra satelit Sentinel 2B yang memilki resolusi sedang dengan
ukuran 10 m pada multispectral (Maulana, 2022).
Georeferencing merupakan proses pemberian/menentukan referensi spasial
(spatial reference) pada data raster. Raster yang digunakan berupa citra satelit, foto
udara, peta hasil scanning (peta analog), dan peta digital. Data tersebut belum
mempunyai referensi spasial, sehingga perlu dilakukan georeferencing. Setiapraster
citra satelit, foto udara, peta hasil scanning, dan peta digital, mempunyai keterkaitan
dalam melakukan georeferencing. Misalnya, peta digital mempunyai sistem
koordinat proyeksi dan geografis dapat digunakan untuk georeferencing citrasatelit
dan foto udara yang belum mempunyai sistem koor- dinat. Selain raster, datavektor
dapat dimanfaatkan untuk melakukan georeferen- cing terhadap raster (citrasatelit,
foto udara, dan peta hasil scanning). Vektor yang digunakan berupa titik (point),
garis (polyline), dan area (polygon). Sehingga pengenalan obyeknya, dan Jumah
data yang dapat diambil dalam waktu sekali pengambilan data (Syah, 2019).
Rektifikasi merupakan proses yang dilakukan untuk memproyeksikan citra
ke bidang datar agar bentuknya konform (sebangun) dengan sistem proyeksi peta
yang digunakan dan mempunyai orientasi arah yang benar. Oleh karena posisi
piksel pada citra output tidak sama dengan posisi piksel input (aslinya) maka piksel-
piksel yang digunakan untuk mengisi citra yang baru harus diresampling kembali.
Rektifikasi juga dapat diartikan sebagai pemberian koordinat pada citra berdasarkan
4

koordinat yang ada pada suatu peta yang mencakup area yang sama. Bisa dilakukan
dengan input GCP atau rectification image to map dan diperlukan peta (dengan
sistem koordinat tertentu) atau kumpulan GCP untuk objek yang sudah diketahui
pada citra. Root Mean Square Error (RMSE) adalah jarak yang terbentuk antara
koordinat yang dimasukkan untuk proses rektifikasi dengan koordinat setelahproses
rektifikasi pada lokasi yang sama (Hayati, 2013).
Google Earth merupakan sebuah program globe virtual yang sebenarnya
disebut Earth Viewer dan dibuat oleh Keyhole, dimana program tersebut dapat
melakukan pemetaan bumi dari superimposisi gambar yang dikumpulkan dari
pemetaan satelit, fotografi udara dan globe GIS tiga dimensi. Tersedia dalam tiga
lisensi berbeda: Google Earth, sebuah versi gratis dengan kemampuan terbatas;
Google Earth Plus, yang memiliki fitur tambahan; dan Google Earth Pro, yang
digunakan untuk penggunaan komersial. Dengan adanya penyajian data komoditi
dalam mengelola data-data dan menampilkannya dalam bentuk tabel yang dikemas
dengan tag HTML melalui google earth. Penentuan rute efektif dengan ArcView
Network Analyst yang digunakan untuk mendapatkan jalur yang lebih efektif dari
informasi berupa bentuk data-data spatial maupun non spatial yang berkaitan
dengan jaringan jalan/transportasi (Listiana dan Much, 2016).
Google Earth merupakan aplikasi pemetaan interaktif yang dikeluarkan
google yang menampilkan peta bola dunia dalam bentuk 3D, keadaan topografi,
foto satelit, terrain yang dapat dioverlay dengan jalan, bangunan, lokasi, ataupun
informasi geografis lainnya. Pada penelitian ini yang dimaksud dengan Google
Earth adalah Google Earth (free version) yang dapat diunduh dengan gratis. Media
Google Earth yang digunakan dalam penelitian ini dimodifikasi oleh penelitidengan
menambahkan beberapa informasi dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di
Google Earth. Pengertian peta secara umum adalah gambaran dari permukaan bumi
yang digambar pada bidang datar, yang diperkecil dengan skala tertentu dan
dilengkapi simbol sebagai penjelas (Isnaini, 2015).
Data raster yang biasanya diperoleh dari hasil scanning peta, foto udara, dan
citra satelit, belum menunjukkan referensi spasial yang akurat. Rektifikasi 4 atau
georeferencing atau addressing merupakan proses transformasi data dari data yang
belum mempunyai kordinat geografis menjadi data yang mempunyai kordinat
5

geografi. Data yang sudah direktifikasi selanjutnya ditumpangsusunkan atau


dioverlaykan dengan beberapa data yang lain yang sudah direktifikasi lebih dulu.
Teknik rektifikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu pergeseran (shifting),
pemutaran (rotating), perubahan skala (scaling), skewing, warping, rubber sheeting
dan orthorectifying (Nugroho dan Yarianto, 2013).
SIG merupakan alat yang bermanfaat untuk pengumpulan, penimbunan,
pengambilan kembali data yang diinginkan dan penayangan data keruangan yang
berasal dari kenyataan dunia. SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan
berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa
dan akhirnya memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data
spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang
memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi
SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti; lokasi, kondisi, trend, pola dan
pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi
lainny, Keunikan Sistem lnformasi Geografis dibandingkan dengan sistem
pengolahan basis data yang lain adalah kemampuannya untuk menyajikan
informasi spasial maupun non-spasial secara bersamasama (Anugerah et al., 2016).
SIG ini memiliki manfaat didalam memberikan kemudahan kepada pengguna
atau pengambil keputusan didalam menentukan suatu kebijaksanaanyang akan
diambil, terkhususnya yang terkait dengan aspek spasial (keruangan).Data satelit
secara umum disebut sebagai citra satelit (image), walaupun memang ada satelit
yang bukan citra satelit. Kualitas citra berarti juga kualitas atau mutu sensor
ditentukan oleh resolusinya. Ada beberapa jenis resolusi yang dapat menentukan
kualitas sensor satelit. Sistem Informasi mengenai geografis ini sangatdibutuhkan
oleh beberapa banyak kalangan masyarakat atau instansi instasi misalnya informasi
seputar jarak antar daerah, fasilitas, lokasi dan banyak informasilainnya. Informasi
tersebut sangat diperlukan pengguna didalam berbagai keperluan atau kebutuhan
seperti penelitian, perancangan, pengembangan wilayah serta manajemen sumber
daya alam. Dikarenakan dengan adanya geografis ini bisa membantu didalam
penyajian suatu informasi peta yang lebih interaktif, dimanapara pengguna dapat
langsung melakukan akses informasi geografis dengan lengkap (Bakti et al., 2021).
METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum Sistem Informasi Geografis yang berjudul “Georeferencing”
dilakanakan pada hari Selasa, 12 September 2023 pada pukul 11.40 WIB sampai
dengan selesai. Praktikum ini dilaksanakan secara offline diruangan MNH 2

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum Sistem Informasi Geografis ini
adalah laptop, handphone.
Bahan yang digunakan dalam Praktikum Sistem Informasi Geografis ini
adalah ArcGis 10.3 dan Google earth.

Prosedur Praktikum
1. Dibuka Google Earth dan ditunggu sampai tampilan globe normal.

Gambar 1. Tampilan awal Google earth.


2. Ditelusuri lokasi yang akan dijadikan sampel

Gambar 2. Proses pencarian lokasi sampel georeferencing.


7

3. Ditentukan titik sesuai dengan domisili dengan 4 titik dan diberi tanda

Gambar 3. Proses pembuatan titik dilokasi sampel dan difoto koordinatnya


4. Disimpan gambar dengan resolusi yang paling tinggi (maximum).

Gambar 4. Proses penyimpanan sampel lokasi berbentuk .jpg


5. Dibuka aplikasi ArcGIS 10.8 dan ditambahkan sampel lokasi tadi.

Gambar 5. Proses penambahan sampel yang akan di georeferencing.


6. Dibuka Data Frame Properties dan klik Projected Coordinat System lalu pilih
WGS 1984 kemudian Zone 47 N.

Gambar 6. Proses pengaturan Projected Coordinat System.


8

7. Ditambahkan terlebih dahulu tools georeferencing

Gambar 7. Proses penambahan tool georeferencing


8. Dizoom in, lalu klik kanan koordinat point dan letakkan diujung titiknya
kemudian masukkan nilai DMS-nya. Dan dilakukan pada titik 2, 3 dan 4.

Gambar 8. Proses memasukkan koordinat DMS Longitudinal dan latitude


9. Dilihat tabel RMS Eror apakah sudah mendekati 0.

Gambar 9. Tampilan tabel RMS Eror hasil georeferencing.


10. Kemudian data disimpan dengan format TIFF.

Gambar 10. Proses penyimpanan hasil georeferencing


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Adapun hasil yang didapat dari Praktikum Sistem Informasi Geografis
yang berjudul “Georeferencing” adalah

Gambar 11. Gambar lokasi yang sudah di Georeferencing di ArcGIS 10.3

Tabel 1. Hasil dari tabel RMS Eror


Pembahasan
Google Earth yaitu sebuah program globe virtual yang sebenarnya disebut
Earth Viewer. peta dalam google earth tersebut dapat di print out untuk
pembelajaran. Google Earth adalah aplikasi yang mencakup peta seluruh dunia, kita
bisa mencari lokasi hanya dengan mengetikkan nama tempat lokasi yang diinginkan
sehingga proses akan lebih cepat dan efisien. Nilai RMS Error yang didapat adalah
0,062707, sehingga georeferencing ini dapat digunakan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Ridha (2018) yang menyatakan bahwa parameter tingkat keakurasian
dari proses georeferensi ini adalah nilai yang dipresentasikan oleh selisih antara
koordinat titik kontrol hasil transformasi dengan koordinat titikkontrol yang dikenal
dengan nama RMS (Root Mean Square) Error. Nilai RMS Error yang rendah
adalah indikasi bahwa hasil georeferensi akurat. Keakuratan metode estimasi
kesalahan pengukuran ditandai dengan adanya nilai RMS Error yang kecil. Metode
estimasi yang mempunyai atau menghasilkan RMS Error lebih
9

kecil dapat dikatakan lebih akurat dibandingkan dengan metode estimasi yang
mempunyai atau menghasilkan RMS Error yang lebih besar.
Saat melakukan georeferencing, ArcMap membutuhkan kordinat geografis
atau bisa disebut dengan UTM (Universal Transverse Mercator) dan memilih titik
ikat atau control point yang terdapat pada raster. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Prabandaru (2022) yang menyatakan bahwa saat proses atau pengolahan data
georeferencing pada sebuah data raster yang belum memiliki 1 atau lebih kordinat
geografis atau mudahnya adalah belum memiliki refrensi dengan bumi, maka
langkah lainnya dapat dilakukan dengan memilih titik ikat pada data raster yang
belum berkordinat kemudian akan dipasangkan dengan kordinat bumi yang
kemudian tools akan menghitung secara otomatis parameter world file tersebut. Jadi
semakin banyak titik titik yang terdapat di data maka akan semakin baik pula data
yang dihasilkan.
Koreksi geometric digunakan untuk mengkoreksi kesalahan/error yang
diakibatkan oleh pergerakan satelit dan sensor sebagai sumber kesalahan utama
yang ada pada ArcGIS dengan dilakukan nya prosesproses diatas maka yang telah
dikoreksi akan mengahasilkan gambar dan posisi yang cocok dengan koordinat
dunia sebenarnya dengan kontras yang telah ditampilkan sehingga lebih mudah
untuk diimpresentasikan Hal ini dinyatakan oleh Wibowo (2015) yang menyatakan
bahwa Dengan melihat unsur-unsur pokoknya, maka jelas SIG merupakan salah
satu sistem informasi. SIG merupakan suatu sistem yang menekankan pada unsur
informasi geografi. Istilah “geografis” merupakan bagian dari spasial (keruangan).
Tingkat akurasi kalibrasi ditunjukkan oleh nilai RMSe (Root Mean Square Error).
Akurasi adalah tingkat ketepatan informasi yang ada pada peta atau basis data
digital dengan nilai yang sebenarnya.
Nilai RMS yang tinggi menunjukkan hasil dari georeferencing yang kurang
akurat, sedangkan nilai RMS yang rendah adalah hasil dari georeferencing yang
akurat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besaran RMS error koordinat pada
uji ketelitian citra terkoreksi yaitu: Faktor-faktor kesalahan pada pengamatan GPS
baik pada pengamatan untuk GCP maupun ICP; Ketelitian koordinat titik-titik GCP
dan ICP dalam pengamatan GPS; perbedaan metode dan durasi pengamatan GPS
yaitu statik dan absolut; Perbedaan identifikasi GCP dan ICP pada citra
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Georeferencing adalah suatu proses pemberian referensi geografi berupa sistem
koordinat pada suatu objek berupa raster atau citra yang belum mempunyai
acuan sistem koordinat. Metode georeferencing terbagi menjadi dua, yaitu
manual georeferencing dan direct georeferencing.
2. Google Earth merupakan aplikasi pemetaan interaktif yang dikeluarkan google
yang menampilkan peta bola dunia dalam bentuk 3D, keadaan topografi, foto
satelit, terrain yang dapat dioverlay dengan jalan, bangunan, lokasi, ataupun
informasi geografis lainnya.
3. Berdasarkan hasil georeferencing kali ini diperoleh data RMS Error adalah 0,69
yang mana hasil itu dapat dikatakan akurat.
4. Pada sampel yang dipilih untuk di georeferencing memiliki Zone UTM 47 N.
5. Pada kegiatan georeferencing terdapat sepuluh prosedur.

Saran

Sebaiknya dalam melakukan proses georeferencing ini, praktikan


diharapkan mengikuti prosedur yang telah diberikan agar perangkat tersebut dapat
digunakan dengan baik. Jika tidak dilakukan dengan teliti dalam melakukan tahapan
pengerjaan maka perangkat tersebut tidak dapat beroperasi dengan baik sehingga
memungkinkan terjadinya kegagalan dalam proses georeferencing.
DAFTAR PUSTAKA

Adly, Emil. 2020. Pembuatan Rumah Data Menggunakan Software ArcGIS Sebagai
Pangkalan Informasi Dalam Bentuk Peta Digital Pokoh 1, Dlingo, Bantul,
Yogyakarta. Jurnal Aplikasi Sains dan Teknologi, 4(2):75-85.

Annugerah, Adytama, Indah F dan Awang H. 2016. Sistem Informasi Geografis Berbasis
WEB Pemetaan Lokasi Toko Oleh-Oleh Khas Samarinda. Jurnal Informatika
Mulawarman, 11(2): 43-47.

Bakti, Imam R, Yola P, Cut T. 2021. Rancang Bangun Sistem Informasi Geografis (SIG)
Lokasi Praktek Kerja Industri (Prakerin) SMK Methodist Medan Berbasis Web.
Jurnal Teknologi dan Sistem Informasi Univrab, 6(1): 1-6.

Fernando dan Erick. 2013. Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Tempat Kesehatan
di Kota Jambi, 2(1):1-7.

Hayati N, 2012. Kajian Ketelitian Planimetris Citra Resolusi Tinggi pada Google
Earth untuk Pembuatan Peta Dasar Skala 1:10000 Kecamatan Banjar Timur
Kota Banjarmasin. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Isnaini N. 2015. Komparasi Penggunaan Media Google Earth Dengan Peta Digital
pada Materi Persebaran Fauna Kelas XI IPS di Sma Negeri 1 Semarang.
Jurnal Geografi Media Informasi Pengembangan Ilmu dan Profesi
Kegeografian, 12(1): 53-59.

Jayani APS, Sarah A, dan Suryanti DI. 2017. Georeferencing Citra Multispektral
Satelit LAPAN-A3 Untuk Wilayah Indonesia. In Prosiding SIPTEKGAN
XXI-2017 Seminar Nasional Iptek Penerbangan dan Antariksa XXI Tahun
2017. Pusat Teknologi Penerbangan.

Listiana, Eka dan Much Aziz Muslim. 2016. Penerapan Google Earth Untuk
Penyajian Data Komoditi Kerajinan Gamelan Pada Dinas Perindustrian Dan
Perdagangan Kabupaten Sukoharjo. Techno.Com. 15 (4) :320-322.

Maulana P. 2022. Proses Georeferencing Citra Sentinel-2 dengan Menggunakan Software


ArcGIS. Jurnal Ilmiah Geomatika 1(1): 12-25.

Nugroho A, Yarianto SBS. 2012. Pembuatan Peta Digital Topograi Pulau Panjang, Banten
Menggunakan ArcGIS 9.2 dan Surfer 8. Jurnal Pengembangan Energi Nuklir,
12(1): 38-46.

Pattiselanno S, dan Agus K. 2020. Mitigasi Pemetaan Jalur Alternative Evakuasi Cepat
Berbasis GIS dan Foto Udara. Jurnal Simetrik, 10(2): 362-367.

Ridha S. 2017. Pengembangan Buku Tutorial Sistem Informasi Geografis Topik


Georeferencing Model Gorr and Kurland. Jurnal Pendidikan Geografi (JPG) Geo
Education Teori, Penelitian Dan Pengembangan, 2(1), 1-10.

Wibowo.2016. Spatial temporal land use change detection using Google earth
data. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science,
47(1):43-45
LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto selfie dengan hasil Georeferencing

Anda mungkin juga menyukai