Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum Sistem Informasi Geografis Medan, Oktober 2022

GEOREFERENCING

Dosen Penanggung Jawab:


Dr. Anita Zaitunah, S.Hut., M.Sc.

Oleh :
Destiny O.C Banjarnahor
211201118
HUT 3A

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan ini dengan baik, tanpa adanya halangan dan disusun berdasarkan ilmu
yang telah diterima selama melaksanakan praktikum. Judul dari laporan ini adalah
“Georeferencing” yang merupakan salah satu syarat dalam mengikuti praktikum
Sistem Informasi Geografis, Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan,
Universitas Sumatera Utara.
Laporan ini disusun berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab Praktikum
Sistem Informasi Geografis yaitu Ibu, Dr. Anita Zaitunah, S.Hut, M.Sc. karena
telah memberikan materi dengan baik dan benar. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada asisten yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama
penulis mengikuti kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik
dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan.

Medan, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR

Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang..................................................................................................1
Tujuan...............................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat............................................................................................6
Alat dan Bahan..................................................................................................6
Prosedur Praktikum...........................................................................................6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil.................................................................................................................10
Pembahasan.....................................................................................................10
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan......................................................................................................12
Saran................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR

No. Teks Halaman


1. Aplikasi Google Earth Pro yang telah di download............................................6
2. Lokasi yang diinginkan untuk dianalisis..............................................................7
3. Latitude serta longitude di masing-masing titik...................................................7
4. Lokasi dengan format JPEG di folder yang diinginkan.......................................7
5. Software ArcMap 10.8.........................................................................................8
6. Coordinate system................................................................................................8
7. Input DMS koordinat longitude (E) dan latitude (N)...........................................8
8. RMS error dibawah 1 pada Georeferencing........................................................9
9. Simpan hasil Georeferencing.............................................................................10
10. Citra hasil Georeferencing pada ArcMap (.tiff)...............................................10

iii
PENDAHULUA

Latar Belakang
Informasi Geospasial (IG) merupakan alat bantu dalam perumusan
kebijakan, pengambilan keputusan, dan atau pelaksanaan kegiatan yang
berhubungan dengan ruang kebumian. Pemanfaatan citra satelit saat ini sudah
sangat luas jangkauannya, terutama dalam hal yang berkaitan dengan ruang
spasial permukaan bumi, mulai dari bidang sumber daya alam, lingkungan,
kependudukan, transportasi sampai pada bidang pertahanan (militer). Di Indonesia
penerapan teknologi penginderaan jauh ini telah dilakukan masih pada sebagian
besar untuk keperluan inventarisasi potensi sumber daya alam dan lingkungan
hidup, namun intensitasnya masih sangat sedikit dan belum merata di seluruh
wilayah. Quickbird merupakan satelit penginderaan jauh yang diluncurkan pada
tanggal 18 Oktober 2001 di California, U.S.A. Dan misi pertama kali satelit ini
adalah menampilkan citra digital resolusi tinggi untuk kebutuhan komersil yang
berisi informasi geografi seperti sumber daya alam (Hayati dan Taufik, 2018).
Georeferensi umumnya dilakukan sebagai koreksi sementara dengan
menggunakan informasi awal (header file) yang biasanya disertakan dalam setiap
citra satelit. Pada dasarnya, georeferensi bukanlah metode koreksi geometris yang
akurat. Hal ini dikarenakan informasi titik-titik pojok umumnya dihasilkan
berdasarkan penghitungan posisi satelit pada saat citra direkam. Penting untuk
diingat bahwa proses koreksi geometrik sedapat mungkin didasarkan pada posisi
sebenarnya di lapangan atau peta lain dengan tingkat presisi yang tinggi (misalnya
peta topografi/rupa bumi). Untuk melakukan georeferensi, terlebih dahulu
dibutuhkan posisi geografis dari titik-titik pojok (Pribadi dkk., 2018).
Peta dasar merupakan peta yang menyajikan unsur-unsur alam dan atau
buatan manusia, yang berada di permukaan bumi, digambarakan pada suatu
bidang datar dengan skala, penomoran, proyeksi, dan georeferensi tertentu
digunakan sebagai acuan dalam pembuatan peta tematik yang digunakan dalam
penyusunan peta rencana tata ruang yang sesuai dengan ketelitian dan spesifikasi
teknis yang meliputi kerincian, kelengkapan data dan atau informasi georeferensi
dan tematik, skala, akurasi, format penyimpanan digital termasuk kode unsur,
penyajian
2

kartografis mencakup simbol, warna, arsiran dan notasi serta kelengkapan muatan
peta. Teknologi Penginderaan Jauh (Remote Sensing), telah merubah paradigma
visualisasi permukaan bumi kita dari impian menjadi kenyataan, dari fiksi ilmiah
menjadi bukti ilmiah. Lompatan teknologinya telah menghasilkan manfaat yang
sangat berguna bagi banyak bidang yang berkaitan dengan manajemen
pemanfaatan bumi dan permukaannya. Produk teknologi penginderaan jauh yang
sangat luar biasa adalah berupa citra satelit dengan resolusi spasial (Putranindya
dkk., 2014).
Ketersediaan data spasial saat ini relatif lebih mudah didapatkan karena
banyaknya jenis citra dengan berbagai macam resolusi spasial. Citra satelit sudah
banyak dipublikasikan oleh perusahaan yang bergerak di bidang spasial untuk
pembuatan program virtual bumi salah satunya yaitu Google Earth (GE). Dengan
semakin berkembangnya teknologi informasi, masyarakat banyak memanfaatkan
GE untuk kepentingan dalam bidang pemetaan khususnya dalam pembuatan peta
dasar. Namun, Citra yang diperoleh dari google earth memiliki beberapa
keterbatasan diantaranya adalah tidak ada informasi data mengenai perolehan citra
yang digunakan dan tidak diketahui seberapa besar akurasi citra yang diberikan.
Data spasial atau data keruangan adalah data yang berkaitan dengan lokasi atau
atribut suatu objek atau fenomena yang ada di permukaan bumi (Salsabila, 2017).
Dalam rangka penyediaan data spasial, penyimpanan data yang
terstruktur dalam sebuah sistem basisdata telah banyak digunakan dan dikenal
masyarakat. Baik data spasial maupun data non-spasial (data atribut) dapat
dikelola dalam satu lingkungan sistem manajemen basisdata yang disebut
GeoDBMS. Pembuatan peta dasar dengan memanfaatkan citra dari Google Earth
merupakan suatu peluang besar dalam penyediaan peta dibandingkan dengan
pembuatan cara konvensional yaitu terrestrial dan fotogrametri. Namun, citra yang
diperoleh dari Google Earth memiliki beberapa keterbatasan diantaranya tidak
ada informasi metadata mengenai perolehan citra yang digunakan dan tidak
diketahui seberapa besar akurasi citra yang diberikan (Badan Inormasi Geospasial,
2016).

Tujuan
Tujuan dari Praktikum Sistem Informasi Geografis yang berjudul
“Georeferencing” adalah menghilangkan distori saat pengambilan gambar pada
peta.
TINJAUAN

Georeferensi adalah suatu proses memberikan koordinat peta pada citra


yang sesungguhnya sudah planimetris. Sebagai contoh, pemberian sistem
koordinatsuatu peta hasil dijitasi peta atau hasil scanning citra. Hasil digitasi atau
hasil scanning tersebut sesungguhnya sudah datar (planimetri), hanya saja belum
mempunyai koordinat peta yang benar. Dalam hal ini, koreksi geometrik
sesungguhnya melibatkan proses georeferensi karena semua sistem proyeksi
sangat terkait dengan koordinat peta. Registrasi citra ke citra melibatkan proses
georeferensi apabila citra acuannya sudah di georeferensi. Oleh karena itu,
Georeferensi semata-mata merubah sistem koordinat peta dalam file citra,
sedangkan grid dalam citra tidak berubah. Terdapat sedikit perbedaan antara
georeferensi dan rektifikasi (Putranindya dkk., 2014).
Georeferensi adalah proses penyamaan sistem koordinat dari peta ke
citra, dari citra ke citra maupun dari peta ke peta, sedangkan rektifikasi adalah
proses transformasi dari suatu sistem grid ke dalam grid yang lain menggunakan
persamaan polinomial tertentu. Jadi proses rektifikasi citra dengan peta akan
meliputi proses georeferensi, karena sistem proyeksi berkaitan juga dengan sistem
koordinat. Georeferensi citra yang diperoleh dengan koreksi geometrik metode
Affine memiliki akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan metode Polinomial
Orde 1 dan georeferensi dari Google Earth. Citra yang ditampilkan pada Google
Earth untuk sebagian kota-kota besar di Indonesia tidak hanya citra Quickbird
tetapi terdapat citra Geoeye-1 dan citra Ikonos sehingga para pengguna Google
Earth perlu memastikan terlebih dahulu jenis citra yang didownload dari Google
Earth sebelum memanfaatkan citra tersebut (Pattiraja dkk., 2022).
Georeferensi citra ke citra tidak terektifikasi kalau citranya sama-sama
belum di rektifikasi, dan sebaliknya bila salah satu citra sudah di rektifikasi maka
georeferensi citra ke citra sama dengan rektifikasi. Kesalahan geometrik
dipengaruhi oleh distorsi (kesalahan) yang timbul pada saat perekaman. Hal ini
dipengaruhi perputaran bumi ataupun bentuk dari permukaan bumi. Beberapa
kesalahan ini terkadang sudah dikoreksi oleh supplier citra atau dapatdikoreksi
secara geometris oleh pengguna. Koreksi geometrik dapat dilakukan dengan:
4

Menggunakan titiik kontrol (Ground Control Point) yang dicari pada citra lain
yang sudah memiliki georeferensi. Menggunakan titik (Ground Control Point)
yang dicari pada peta yang sudah memiliki georeferensi. Memakai titik
pengukuran yang diambil menggunakan GPS (Global Positioning System) pada
lokasi-lokasi tertentu yang mudah untuk dikenali menggunakan citra satelit
(Putranindya dkk., 2014).
Sesuai dengan isu penataan ruang yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas Perencanaan Tata Ruang dengan mewujudkannya pembuatan peta)
Kabupatn/Kota dala skala 1:5000 atau 1:10000. Rencana Detil Tata Ruang
(RDTR) dalam pembutannya menggunakan peta RBI skala 1:5000, namun jika
belum tersedia, dapat menggunakan citra satelit resolusi tinggi atau foto udara
sebagai dasar update dan harus dilakukan koreksi secara geometris. Penting untuk
diingat bahwa proses koreksi geometrik sedapat mungkin didasarkan pada posisi
sebenarnya di lapangan atau peta lain dengan tingkat presisi yang tinggi (misalnya
peta topografi/rupa bumi). Untuk melakukan georeferensi, terlebih dahulu
dibutuhkan posisi geografis dari titik-titik pojok pada citra satelit. Ketelitian
planimetris peta rupa bumi (RBI) yang ditentukan dalam Badan Standarisasi
Nasional (BSN) adalah 0,3 mm RMSe yang merupakan nilai koordinat masing-
masing detail diskalakan terhadap garis grid terdekat (Pribadi dkk., 2018).
Data hasil rekaman sensor pada satelit maupun pesawat terbang
merupakan representasi dari bentuk permukaan bumi yang tidak beraturan.
Meskipun kelihatannya merupakan daerah yang datar, tetapi area yang direkam
sesungguhnya mengandung kesalahan (distorsi) yang diakibatkan oleh pengaruh
kelengkungan bumi atau sensor itu sendiri. Rektifikasi adalah suatu proses
melakukan tranformasi data dari suatu sistem grid menggunakan suatu
transformasi geometrik. Oleh karena posisi piksel pada citra output tidak sama
dengan posisi piksel input (aslinya) maka piksel-piksel yang digunakan untuk
mengisi citra yang baru harus di-resampling kembali. Resampling adalah suatu
proses melakukan ekstrapolasi nilai data untuk piksel-piksel pada sistem grid yang
baru dari nilai piksel citra aslinya. Citra yang diperoleh dari Google Earth dapat
digunakan untuk pemetaan detil walaupun lokasi pemetaan tergantung dengan
updating dari pihak Google Earth (Hayati dan Taufik, 2018).
5

Ada dua hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan koreksi


geometris antara lain adalah tingkat resolusi dan proyeksi yang digunakan data
itu. Dalam koreksi geometrik dikenal ada dua jenis metode koreksi, yaitu:
rektifikasi/ perbaikan adalah proses mengkoreksi citra sesuai dengan koordinat
peta, GPS (Global Potitioning System) atau citra lain yang sudah terkoreksi. Ortho
– Rektifikasi merupakan proses koreksi geometrik dengan memasukkan data
ketinggian permukaan dan informasi posisi platform satelit. Rektifikasi ortho
merupakan metode yang paling akurat akan tetapi prosesnya cukup rumit dan
memerlukan data yang lebih banyak. Cache data Google Earth (GE) terbagi
menjadi 19 folder dimana masing-masing folder mempunyai jenis citra yang
resolusi nya berbeda. Dan merupakan folder yang menyimpan data GE dengan
resolusi yang paling tinggi yaitu citra Quickbird, Geo-Eye, Digital-View atapun
citra yang diperoleh dari foto udara. Sebelum melakukan proyeksi geometrik,
analis harus memahami dahulu tentang sistem proyeksi (Hayati dan Taufik, 2018).
Google Earth (GE) adalah suatu perangkat lunak yang dapat melihat
permukaan bumi menggunakan citra beresolusi spasial tinggi pada daerah tertentu
khususnya perkotaan dan dapat diakses melalui internet. Dengan semakin
berkembangnya teknologi informasi, masyarakat banyak memanfaatkan Google
Earth untuk kepentingan dalam bidang pemetaan, penyajian informasi pada saat
perencanaan, sosial ekonomi sampai pariwisata. Di bidang pemetaan, fitur – fitur
Google Earth mampu melakukan pengukuran jarak, luas, digitasi on screen,
import data teks koordinat, dan melakukan perhitungan jarak dan luas antar titik
secara cepat. Agar hasil pemetaan menggunakan citra dari GE dapat optimal dan
mendekati pemetaan metode konvensional (Salsabila, 2017).
Diperlukan kajian yang lebih mendalam untuk mengetahui ketelitian
planimetris dengan membandingkan citra dari Google Earth hasil koreksi
geometrik menggunakan metode affine atau polinomial orde 1 dan citra Google
Earth yang sudah bergeoreferensi citra ke citra tidak terektifikasi kalau citranya
sama-sama belum direktifikasi, dan sebaliknya bila salah satu citra sudah di
rektifikasi maka georeferensi citra ke citra sama dengan rektifikasi, kesalahan
geometrik dipengaruhi oleh distorsi (kesalahan) yang timbul pada saat perekaman,
hal ini dipengaruhi perputaran bumi (Nagara dkk., 2021).
METODE PRAKTIKUM

Waktu Dan Tempat


Praktikum Sistem Informasi Geografis yang berjudul “Georeferencing” ini
dilakukan pada hari Selasa, 27 September 2022, pukul 11:30 WIB sampai dengan
selesai. Praktikum ini dilaksanakan secara daring melalui aplikasi Zoom Meeting.

Alat Dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum Sistem Informasi Geografis ini
adalah laptop dan alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah jaringan internet,
screenshot proses Georeferencing, Google earth, ArcMap dan Software ArcGis.

Prosedur Praktikum
1. Membuka aplikasi Google Earth Pro yang telah di download

Gambar 1. Gambar aplikasi Google Earth Pro yang telah di download


7

2. Mencari lokasi yang di inginkan untuk di analisis

Gambar 2. Lokasi yang di inginkan yakni perumahan River Valley.

3. Menentukan empat titik, kemudian diberi tanda, dan dicatat latitude serta
longitude di masing-masing titik.

Gambar 3. Latitude serta longitude di masing-masing.

4. Membuka software ArcMap 10.8, kemudian add gambar untuk di georeferencing.

Gambar 4. Software ArcMap 10.8


8

5. Membuka gambar dari Google Earth yang sudah ter add ke ArcGis 10.8.

Gambar 5. Tampilan gambar yang sudah ter add ke ArcGIS 10.8.

6. Melakukan zoom setiap titik yang sudah diberi tanda, klik add control points,
klik kanan kemudian dipilih input DMS kemudian dimasukkan koordinat
longitude (E) dan latitude (N). Dilakukan hal yang berulang di masing-masing
titik, kemudian klik zoom to layer.

Gambar 6. Input DMS koordinat longitude (E) dan latitude (N).

7. Mendapatkan tabel hasil RMS Error.

Gambar 7. RMS Error dibawah 1 pada Georeferencing.


9

8. Menyimpan hasil Georeferencing tersebut ke dalam folder yang diinginkan


dengan mengklik rectify dan dalam bentuk format TIFF dan gambar lokasi
telah selesai Georeferencing.

Gambar 8. Simpan hasil Georeferencing


HASIL DAN

Hasil
Adapun hasil dari Praktikum Sistem Informasi Geografis yang berjudul
“Georeferencing” ini adalah sebagai berikut:

Gambar 9. Citra Hasil Georeferencing Pada ArcMap (.tiff).

Link X Y X Map Y Map Residual Residual Residua


Source Source _x _y l
1 2092.98 - 459455.4 382890.6 0.599116 -0.275870 0.65952
2730 987.1350 8615 5739 9
90
2 4224.50 - 459610.1 382890.6 -0.600332 0.276430 0.66091
4332 979.7127 9364 7791 7
56
3 4243.27 - 459610.8 382730.2 0.586906 -0.270248 0.64613
6987 2850.221 2436 4264 7
923
4 2062.93 - 459450.1 382730.9 -0.585690 0.269688 0.64475
4504 2861.697 6989 9459 8
741
Tabel 1. RMS Error

Pembahasan
Pada Google Earth yang kita masukkan empat titik lokasi di sekitar
Perumahan River Valley, Jati Kesuma, Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deli
1

Serdang, Medan. Dari ke empat titik yang telah ditentukan melalui Google Earth
dengan prosedur yang telah ditentukan sebelumnya dan sesuai dengan metode dari
Google Earth maupun ArcGIS didapatkan hasil data total RMS Errornya sebesar
0,65. Sesuai dengan pernyataan Nagara dkk., (2021) bahwa koreksi geometrik ini
digunakan untuk mengkoreksi kesalahan atau error yang diakibatkan oleh
pergerakan satelit dan sensor sebagai sumber kesalahan utama yang ada pada
ArcGIS dengan dilakukannya prosedur diatas maka yang telah dikoreksi akan
mengahasilkan gambar dan posisi yang cocok dengan koordinat dunia sebenarnya
dengan kontras yang telah ditampilkan sehingga lebih mudah untuk
diimpresentasikan.
Sesuai dengan Pribadi dkk, (2018) yang menyatakan bahwa informasi
titik-titik pojok umumnya dihasilkan berdasarkan penghitungan posisi satelit pada
saat citra direkam. Penting untuk diingat bahwa proses koreksi geometrik sedapat
mungkin didasarkan pada posisi sebenarnya di lapangan atau peta lain dengan
tingkat presisi yang tinggi (misalnya peta topografi/rupa bumi), maka titik-titik
yang diperoleh dari Google Earth untuk lokasi Perumahan River Valley pada
empat titik longitude dan latitude setiap titik akan berbeda-beda karena adanya
perbedaan lokasi keempat titik lokasi yang dipin berbeda dan keempat titiknya
akan membentuk atau menyerupai bentuk persegi atau bangun empat sisi.
Menurut Hayati dan Taufik (2018) ada dua hal yang perlu
dipertimbangkan dalam melakukan koreksi geometris antara lain adalah tingkat
resolusi dan proyeksi yang digunakan data itu. Dalam koreksi geometrik dikenal
ada dua jenis metode koreksi, yaitu: rektifikasi/ perbaikan adalah proses
mengkoreksi citra sesuai dengan koordinat peta, GPS (Global Potitioning System)
atau citra lain yang sudah terkoreksi. Karena hal tersebut setelah kita memperoleh
informasi titik lokasi pada Google Earth yang kita masukkan, maka selanjutnya
informasi titik itu akan kita gunakan untuk proses georeferencing yang
selanjutnya pada aplikasi ArcGIS 10.8 dan memasukkan titik longitude dan
latitude yang diperoleh pada ArcMap. Setelah memasukkan titik longitude dan
pada ArcMap kita akan memperoleh data koordinat RMS Error. Seluruh kegiatan
dalam melakukan pendataan spasial tentunya sangat krusial bila tidak diperhatikan
dengan teliti dan benar.
KESIMPULAN DAN

1. Georeferencing merupakan proses pemberian reference geografi dari objek


berupa raster atau image yang belum mempunyai acuan sistem koordinat ke
dalam sistem koordinat dan proyeksi tertentu.
2. Hasil perhitungan RMSE ≤ 1. Hasil perhitungan RMSE terkecil maka
akurasinya semakin baik.
3. Nilai RMS error menunjukkan nilai kesalahan yang terjadi dalam proses
rektifikasi pada titik yang dijadikan sebagai tempat koreksi geometric tepatnya
di Apotik Cipta, Jalan Jamin Ginting, Medan Baru, Kota Medan, Sumatera
Utara, di dapatkan RMSnya yaitu 0.652901 dan perhitungan RMS dimaksud
kan untuk mengetahui akurasi koreksi Geometrik, hasil perhitungan RMSE ≤
1.
4. Terdapat beberapa fungsi dalam geoprocessing yaitu Dissolve, Merge, Clip,
Intersect, Union dan Assign Data. Fungsi-fungsi geoprocessing ini sering juga
digunakan sebagai pelengkap dari fungsi buffer Pada software ArcGIS 10.8
terdapat beberapa menu seperti file, edit, view, bookmark, insert, selection,
geoprocessing, customice, windows dan help.
5. Geoprocessing dapat dilakukan untuk menyatukan, memisah, dan
menyederhanakan data yang ada pada layer sehingga memudahkan
penggunanya dalam merangkum informasi yang terdapat pada peta.

Saran
Sebaiknya dalam melakukan Georeferencing ini, praktikan diharapkan
mengikuti prosedur yang telah diberikan agar perangkat tersebut dapat digunakan
dengan baik. Jika tidak dilakukan dengan teliti dalam melakukan tahapan
pengerjaan Georeferencing maka perangkat tersebut tidak dapat beroperasi dengan
baik sehingga memungkinkan terjadinya kegagalan dalam pembuatannya. Asisten
sebaiknya dapat menuntun peletakan titik koordinat dengan baik dan teliti serta
menguasai prosedur melakukan titik koordinat agar para praktikan dapat
mengikuti tata cara penginstalan dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Inormasi Geospasial. 2016. Digitas Unsur Peta Dasar Validasi Peta
Rencana Tata Ruang. Cibinong: Sekertariat BIG.

Hayati N, dan Taufik M. 2018. Kajian ketelitian planimetris citra resolusi tinggi
pada Google Earth untuk pembuatan peta dasar skala 1: 10000 kecamatan
Banjar Timur Kota Banjarmasin. Geoid, Vol 7(1), 52-57.

Muryamto R dan Mutiarasari W M. 2020. Penyediaan Data Spasial Bangunan Di


Sekolah Vokasi Ugm Dalam Sebuah Basisdata 3d. Geoid, Vol 15(2), 166-
171.

Pattiraja A H, Naikofi M I, Ndouk F D, dan Seran S L. 2022. Pelatihan Teori


Dasar dan Praktek Quantum Geographic Information System Kepada
Siswa Jurusan Geomatika Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kupang.
Jurnal Pendidikan dan Konseling, Vol 4(3), 2196-2204.

Pribadi C B, Hariyanto T, dan Puspita A I. 2018. Pembuatan Peta Dasar Skala 1:


5000 Menggunakan Citra Satelit Resolusi Tinggi (Csrt) Pleiades 1-A
Sebagai Acuan Pembuatan Peta Rdtr Pada Bagian Wilayah Perkotaan
(Bwp) Lumajang, Kabupaten Lumajang. Geoid, Vol 12(2), 153-157.

Putranindya E, Kahar S, Wijaya P, dan Hani’ah H A. 2014. Evaluasi Tata Letak


Bangunan Terhadap Garis Sempadan Jalan Di Kawasan Central Business
District Kota Semarang (Doctoral dissertation, Universitas Diponegoro).

Salsabila R. 2017. Perbandingan Perhitungan Volume Stockpile Batu Bara


Menggunakan Data Terrestrial Laser Scanner (TLS) dan Data Foto
Udara Unmanned Aerial Vehicle (UAV) (Doctoral dissertation, Universitas
Gadjah Mada).

Anda mungkin juga menyukai