Anda di halaman 1dari 150

LAPORAN PRAKTIKUM KOMPUTER

MATERI :

SHOFFYA AWALLIA MAHARANI


4220210028

LABORATORIUM KOMPUTER
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASILA
JL. SRENGSENG SAWAH – PS. MINGGU JAKARTA 12640
LEMBAR ASISTENSI LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Laboratorium Komputer Fakultas Teknik Universitas Pancasila

Nama : SHOFFYA AWALLIA MAHARANI


No. Pokok : 4220210028
Grup : DUA (2)
No. Komputer :-
Asisten : FULKI DWIYANDI, S.T., M.Si.
AKHMAD JARKASI M.

Judul :
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Program :
ArcGIS 10.3.
ACC Judul :
Tanggal Paraf Asisten
2021/12/17

Asistensi :

Asistensi Tanggal Materi Tanda Tangan


1 Georeferencing
2 Polygon, Polyline, Point
3 Layout
4 Slope
5 ACC PROGRAM SELESAI

i
LABORATORIUM KOMPUTER

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASILA


JAKARTA

LEMBAR PENGESAHAN

JENIS PRAKTIKUM : SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS


NAMA PRAKTIKAN : SHOFFYA AWALLIA MAHARANI
NO. POKOK : 4220210028
FAKULTAS/JURUSAN : TEKNIK SIPIL
SEMESTER/TAHUN AJARAN : GANJIL/2021-2022

No Keterangan Ada/Tidak*)
1 Kartu Praktikum Ada/Tidak
2 Fotocopy Kwitansi Pembayaran Ada/Tidak

PENERIMAAN PENERIMA PEMERIKSA NILAI


Tanggal

Jam

ii
LEMBAR PENGESAHAN PRAKTIKUM
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Akhmad Jarkasi Matondang Muhamad Reza Fahlevi


(Asisten) (Asisten)

Daral Suraedi Fulki Dwiyandi, S.T., M.Si.


(Asisten) (Asisten)

Dr. Prima Jiwa Osly, S.T., M,Si.


(KA. Lab)

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya,
sehingga praktikan dapat menyelesaikan Laporan Lengkap Praktikum Sistem Informasi
Geografis periode 2020/2021.

Laporan ini disusun agar praktikan dapat mengerti dengan baik dan benar terhadap
jalannya praktikum. Laporan ini pun berisikan data-data yang didapat dari percobaan
praktikum. Syarat yang harus dilengkapi untuk syarat kelulusan praktikum ini adalah
penyusunan laporan lengkap praktikum Sistem Informasi Geografis dan penilaian selama
praktikum. Penyusunan laporan ini berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh
Laboratorium Sistem Informasi Geografis.

Dalam penyusunan Laporan Lengkap Sistem Informasi Geografis ini masih terdapat
kekurangan, kritik dan saran yang membangun dari dari pembaca sangat praktikan harapkan
agar lebih menyempurnakan laporan ini.

Selama melaksanakan praktikum, praktikan mendapat bimbingan dari asisten


praktikum, saya mengucapkan terima kasih kepada Kepala Laboratorium Sistem Informasi
Geografis, Dr. Prima Jiwa Osly, ST, MSi serta asisten praktikum juga rekan-rekan yang telah
membimbing dan membantu praktikan dalam penyusunan Laporan Lengkap ini.

Semoga laporan lengkap ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya maupun
praktikan sendiri dan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Jakarta, 16 Desember 2021

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

Lembar Asistensi ......................................................................................................................... i

Lembar Pengesahan Laboratorium ............................................................................................. ii

Lembar Pengesahan Praktikum ................................................................................................. iii

Kata Pengantar........................................................................................................................... iv

Daftar Isi ..................................................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................

1.1. Maksud dan Tujuan ................................................................................................. 1


1.2. Dasar Teori .............................................................................................................. 1

BAB II GEOREFERENCING ......................................................................................................

2.1. Georeferencing Menggunakan Link Antar Layer .................................................... 4


2.2. Georeferencing Menggunakan Titik Koordinat .................................................... 11
2.3. Georeferencing Menggunakan DMS..................................................................... 19
BAB III POLYGON, POLYLINE, POINT ....................................................................................
3.1. Polygon .................................................................................................................. 24
3.2. Polyline .................................................................................................................. 32
3.3. Point....................................................................................................................... 41
3.4. Cut Polygon Dan Attribute Table .......................................................................... 50

BAB IV LAYOUT .........................................................................................................................

4.1. Layout .................................................................................................................... 68

BAB V SLOPE .............................................................................................................................

5.1. Slope ...................................................................................................................... 95

BAB VI PENUTUP ......................................................................................................................

6.1. Kesimpulan .......................................................................................................... 142


6.2. Saran .................................................................................................................... 142

Lampiran

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Memperkenalkan software Arcgis kepada para mahasiswa pada mata kuliah Sistem
Informasi Geografis.
2. Memperkenalkan bagaimana tahapan – tahapan di metode Geoprocessing berupa
Polygon, Polyline, dan Point.
3. Memperkenalkan bagaimana cara menggunakan metode Layout.
4. Memperkenalkan cara membuat metode Slope dan bagaimana membuat luasannya.
5. Setelah dipraktikan dan dipelajari, diharapkan pengenalan software Arcgis dapat
berguna di masa yang akan datang.

1.2 Dasar Teori


Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information System (GIS) adalah
sistem informasi pemetaan berbasis komputer yang digunakan untuk memasukkan,
menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data
bereferensi geografis atau data geospatial, untuk mendukung pengambilan keputusan
dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan,
transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya. Teknologi Sistem Informasi
Geografis juga dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan sumber daya,
perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute. Hasil akhir dari proses SIG
diwujudkan dalam peta atau grafik. Peta sangatlah efektif untuk menyimpan,
memvisualisasikan dan memberikan informasi geografis.

Sistem Informasi Geografis (SIG) bertugas untuk menyajikan, mengumpulkan suatu


data atau informasi terkait geografi. Data disini berisikan fakta dan permukaan bumi secara
lengkap, mulai dari topografi, jenis tanah, hidrologi, budaya, keadaan geologi, hingga ke
iklimnya. Wujud data ini kemudian disajikan dalam bentuk peta sehingga sistem informasi
geografi tidak terlepas dari peta yang berfungsi sebagai basis data.

1
Menurut beberapa pakar Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem yang
terdiri dari software atau perangkat lunak, perangkat keras,serta data manusia organisasi
dan lembaga yang digunakan untuk menyimpan, menganalisis, mengumpulkan serta
menyebarkan informasi-informasi terkait daerah-daerah di permukaan bumi.

Dengan adanya perkembangan teknologi, saat ini kita juga dapat menggunakan
Google Maps dan Mapbox Api untuk mendapatkan sistem informasi geografis.

Kemunculan Sistem Informasi Geografis (SIG) pada saat ini merupakan bentuk
pengaruh kemajuan teknologi informasi di ilmu geografi, terutama yang terkait dengan
bidang pemetaan.

Kajian SIG mulai berkembang sejak tahun 1700-an ditandai dengan diterapkannya
teknik survei modern untuk pemetaan topografis. Kemudian pada awal abad ke-20 muncul
pengembangan litografi foto. Hal ini berdampak pada pengembangan peta, yaitu mulai
dipisahkannya data dalam peta menjadi beberapa lapisan. Awal tahun 1960-an aplikasi
pemetaan menjadi lebih multifungsi akibat perkembangan perangkat keras komputer yang
disebabkan oleh penelitian senjata nuklir. Kehadiran SIG memang tidak bisa dilepaskan
dari perkembangan teknologi informasi.

Dilansir dari buku Ensiklopedia Geografi Sistem Informasi Geografis (2014) karya
Nur Fitriana Sari, dijelaskan bahwa SIG pertama kali diterapkan tahun 1967 di Kanada
dengan nama Canadian Geographic Information System (CGIS). Tokoh yang
mengembangkan CGIS adalah Roger Tomlison. CGIS digunakan untuk menyimpan,
menganalisis, dan mengolah data yang dikumpulkan untuk inventarisasi tanah di wilayah
Kanada.

CGIS merupakan sistem pertama di dunia sebagai hasil pengembangan aplikasi


pemetaan yang memiliki berbagai kemampuan. Sayangnya CGIS hanya bertahan sampai
tahun 1970. Hal tersebut disebabkan oleh ketidakmampuan CGIS bersaing dengan aplikasi
pemetaan komersil yang dikeluarkan oleh beberapa vendor, seperti ESRI, CARIS, dan
MapInfo. Perkembangan industri pada tahun 1980 dan 1990 membuat SIG semakin
berkembangan dengan merambah workstation UNIX dan personal computer (PC).

Akhir abad ke-20 pengguna SIG mulai mengekspor dan menampilkan data SIG
melalui internet sehingga SIG semakin dikenal oleh masyarakat. Indonesia sendiri mulai
menggunakan SIG sejak Pelita ke-2 sekitar tahun 1974. Tepat tahun 2016, kebijakan satu

2
peta untuk berbagai tampilan data sudah mulai diterapkan di Indonesia. Konsep dasar SIG
adalah data dikelola dan disimpan dalam sebuah layer. Setiap layer berisi data sejenis, baik
berupa informasi tematik atau objek bertipe poligon. Masing-masing objek dalam setiap
layer bisa dihubungkan dengan data atribut yang disimpan dan dikelola menggunakan Data
Base Management System (DBMS). Informasi berupa data pokok atau data teknis
operasional bisa dengan mudah dibuat menggunakan DBMS. Pengait antara data grafis dan
atribut itulah yang akhirnya membentuk sebuah SIG. Dalam SIG, komputer merupakan
komponen yang sangat penting. Sebab SIG berhubungan langsung dengan teknologi
informasi.

3
BAB II
GEOREFERENCING
2.1 Georeferencing Menggunakan Link Antar Layer
1. Membuka aplikasi ArcMap

2. Memasukkan data peta dengan mengklik opsi “add data”. Kemudian memasukkan shp pada
file yang kita simpan. Untuk memudahkan kita dalam mencari file, klik “Connect to Folder”

4
3. Setelah berhasil memasukkan data, tampilan akan seperti ini

4. selanjutnya kembali klik add data untuk memasukkan data petahardcopy.jpg. Untuk
memudahkan mencari peta hardcopy klik Connect to Folder.

5
5. Mengubah warna dengan mengklik Symbol Selector. Kemudian ubah menjadi Hollow,
outline width menjadi 1, dan outline color dengan merah (red). Setelah itu klik OK.

6. Menggunakan Tools Georeferencing dengan cara klik Customize > Toolbars >
Georeferencing lalu klik .Cara ini untuk mempresisikan “peta Hardcopy.jpg” dengan
“admin_jaksel shp”.

6
7. Klik Georeferencing lalu pilih fit to display, kemudian admin jaksel shp dengan peta
hardcopy.jpg akan saling menindih.

8. Mengklik Add Control Points untuk membuat kedua peta tersebut presisi.

7
9. Melakukan zoom in dan melihat bentuk outline admin_jaksel shp dan peta_hardcopy.jpg
yang sama dan gunakan untuk mempresisikan data peta. Kemudian mengklik titik 1 pada
outline peta_hardcopy.jpg dan klik lagi pada outline admin_jaksel shp yang memiliki bentuk
sama. Mengulangi langkah – langkah sampai kedua peta tersebut presisi.

10. Setelah berhasil mempresisikan dua peta tersebut, tampilan akan seperti ini. Setelah presisi
seperti ini, lakukan pengcekan apakah peta sudah benar – benar presisi dengan mengklik view
link table dan melihat nilai forward sudah 0 atau belum.

8
11. Kemudian save dengan mengklik georeferencing > recify > output location lalu nama file.

9
12. Berikut merupakan hasil akhir dari Link antar Layer.

10
2.2 Georeferencing Menggunakan Titik X dan Y
1. Membuka aplikasi ArcMap

2. Memasukkan data peta dengan mengklik opsi “add data”. Kemudian memasukkan shp pada
file yang kita simpan. Untuk memudahkan kita dalam mencari file, klik “Connect to Folder”

11
3. Setelah berhasil memasukkan data, tampilan akan seperti ini

4. selanjutnya kembali klik add data untuk memasukkan data petahardcopy.jpg. Untuk
memudahkan mencari peta hardcopy klik Connect to Folder.

12
5. Mengubah warna dengan mengklik Symbol Selector. Kemudian ubah menjadi Hollow,
outline width menjadi 1, dan outline color dengan merah (red). Setelah itu klik OK.

6. Menggunakan Tools Georeferencing dengan cara klik Customize > Toolbars >
Georeferencing lalu klik .Cara ini untuk mempresisikan “peta Hardcopy.jpg” dengan
“admin_Banjarbaru shp”.

13
7. Klik Georeferencing lalu pilih fit to display, kemudian admin Banjarbaru shp dengan peta
hardcopy.jpg akan saling menindih.

8. Mematikan layer peta kota Banjarbaru shp agar tidak menganggu pada saat menentukan titik
koordinat.

14
9. Mengklik Add Control Points untuk membantu membuat titik koordinat x dan y.

10. Zoom in pada titik koordinat kemudian klik kanan pada titik tersebut lalu pilih “input X and
Y”.

15
11. Setelah tampilan seperti ini, memasukkan nilai X dan Y sesuai yang tertera pada peta
hardcopy.jpg. Mengulangi langkah tersebut pada 3 titik koordinat selanjutnya.

12. Setelah 4 titik koordinat sudah ada nilainya, kembali mengaktifkan layer peta kota
Banjarbaru shp, sehingga menjadi seperti berikut ini.

16
13. Setelah menentukan titik koordinat X dan Y di 4 titik. Berikut adalah hasil akhirnya.

14. Kemudian save dengan mengklik georeferencing > recify > output location lalu nama file.

17
15. Berikut hasil akhir dari georeferencing menggunakan titik koordinat X dan Y. Sebelum itu
mengaktifkan kembali layers peta kota Banjarbaru shp.

18
2.3 Georeferencing Menggunakan DMS
1. Membuka aplikasi ArcMap

2. Memasukkan data peta dengan mengklik opsi “add data”. Kemudian memasukkan data peta
hardcopy.jpg pada file yang kita simpan. Untuk memudahkan kita dalam mencari file, klik
“Connect to Folder”.

19
3. Mengklik kanan pada peta yang sudah tersaji untuk mengubah settingan tools dengan cara
data frame properties > geographic coordinate systems > world > WGS 1984 kemudian
klik OK.

20
4. Klik add control points untuk membantu membuat titik DMS

5. Zoom in pada titik koordinat kemudian klik pada titik tersebut lalu klik kanan dan pilih “input
DMS of lon and lat” setelah itu memasukkan nilai DMS pada peta. Mengulangi langkah
tersebut pada 3 titik koordinat selanjutnya.

21
6. Memasukkan data – data DMS pada peta seperti pada gambar.

7. Setelah menentukan titik koordinat DMS di 4 titik, berikut adalah hasil akhirnya.

22
8. Untuk mengecek titik koordinat DMS sudah benar atau belum, letakan kursor add control
points di titik dimana saja dan lihat nilai pada decimal degrees dan peta sudah sama atau
belum. Kalua sudah sama artinya titik koordinat DMS sudah benar.

9. Kemudian save dengan mengklik georeferencing > recify

23
10. Setelah itu, output location > nama file lalu klik save.

11. Berikut merupakan hasil dari georeferencing menggunakan DMS.

24
BAB III
POLYGON POLYLINE POINT
3.1 Polygon
1. Membuka aplikasi ArcMap.

2. Memasukkan data peta dengan mengklik opsi “add data”. Kemudian memasukkan peta
hardcopy.jpg pada file yang kita simpan. Untuk memudahkan kita dalam mencari file, klik
“Connect to Folder”.

24
3. Setelah berhasil memasukkan data, tampilan akan seperti ini.

4. Klik kanan pada gambar peta hardcopy.jpg kemudian pilih data frame properties.

25
5. Setelah tampilan seperti ini, kemudian mencari zona UTM peta dari wilayah yang dipilih
dengan mengklik opsi Project Coordinate System > UTM > WGS 1984 > Southern
Hemisphere lalu pilih UTM sesuai dengan wilayah masing – masing (untuk Banjarbaru Zona
UTM 50S). Setelah itu klik OK.

6. Setelah berhasil memasukkan Zona UTM maka tampilan akan seperti ini.

26
7. Kemudian klik catalog untuk membuat file polygon.

8. Untuk menyimpan data polygon, kita dapat mengklik kanan pada folder yang kita inginkan
lalu klik new > folder lalu masukkan nama file yang diinginkan.

27
9. Kemudian klik kanan pada folder yang baru dibuat, lalu klik new > shapfile kemudian
masukkan nama yang diinginkan, ubah feature type menjadi “polygon”.

10. kemudian memasukkan koordinat dengan mengklik “edit” dan masukkan zona UTM
wilayah masing – masing kemudian klik OK.

28
11. Setelah tahapan ke – 10 berhasil dilakukan, tampilan akan seperti ini.

12. Pada tahapan editing, pertama kita harus mengklik kanan pada layers polygon_Bbaru
kemudian klik edit features > start editing. Kalau tampilan sudah seperti ini, pastikan
construction tools di opsi polygon.

29
13. Mengaktifkan straisght segment untuk membuat polygon.

14. Memberi titik – titik polygon mengikuti garis peta dan double click diakhir titik. Bila sudah
diberi titik di setiap garis, hasilnya sebagai berikut.

30
15. Setelah itu klik editor > save edits lalu kembali klik editor dan klik stop editing.

16. Berikut hasil akhir dari polygon.

31
3.2 Polyline
1. Menonaktifkan layers polygon yang baru dibuat.

2. Klik kanan pada gambar peta hardcopy.jpg kemudian pilih data frame properties.

32
3. Setelah tampilan seperti ini, kemudian mencari zona UTM peta dari wilayah yang dipilih
dengan mengklik opsi Project Coordinate System > UTM > WGS 1984 > Southern
Hemisphere lalu pilih UTM sesuai dengan wilayah masing – masing (untuk Banjarbaru Zona
UTM 50S). Setelah itu klik OK.

4. Setelah berhasil memasukkan Zona UTM maka tampilan akan seperti ini.

33
5. Kemudian klik catalog untuk membuat polyline.

6. Untuk menyimpan data polyline, kita dapat mengklik kanan pada folder yang kita inginkan
lalu klik new > folder lalu masukkan nama file yang diinginkan.

34
7. Klik kanan pada folder polyline yang sudah dibuat kemudian pilih new > shapefile.

8. Setelah tampilan seperti ini, ubah nama shapefile dan ganti feature type menjadi polyline.

35
9. Kemudian memasukkan koordinat dengan mengklik “edit” dan masukkan zona UTM
wilayah masing – masing kemudian klik OK.

10. Setelah tahapan ke – 9 selesai dilakukan, tampilan akan seperti ini.

36
11. Pada tahapan editing, pertama kita harus mengklik kanan pada layers polyline_banjarbaru
kemudian klik edit features > start editing. Kemudian klik creator feature dan pastikan
construction tools di opsi line.

12. Membuat garis jalinan jalan yang menghubungkan dari satu kota ke kota lain.

37
13. Jika sudah buat beberapa polyline untuk menghubungkan jalinan jalan, mengaktifkan layers
polygon agar polyline terlihat jelas.

14. Klik symbol selector kemudian pilih warna dan width sesuai keinginan kemudian klik OK.

38
15. Setelah berhasil mengubah warna dan ketebalan line maka tampilan akan seperti ini.

16. Setelah itu klik editor > save edits lalu kembali klik editor dan klik stop editing.

39
17. Berikut adalah hasil akhir dari polyline.

40
3.3 Point
1. Membuka aplikasi ArcMap

2. Memasukkan data peta dengan mengklik opsi “add data”. Kemudian memasukkan peta
hardcopy.jpg pada file yang kita simpan. Untuk memudahkan kita dalam mencari file, klik
“Connect to Folder”.

41
3. Setelah berhasil memasukkan data, tampilan akan seperti ini.

4. Klik kanan pada gambar peta hardcopy.jpg kemudian pilih data frame properties.

42
5. Setelah tampilan seperti ini, kemudian mencari zona UTM peta dari wilayah yang dipilih
dengan mengklik opsi Project Coordinate System > UTM > WGS 1984 > Southern
Hemisphere lalu pilih UTM sesuai dengan wilayah masing – masing (untuk Banjarbaru Zona
UTM 50S). Setelah itu klik OK.

6. Setelah berhasil memasukkan Zona UTM maka tampilan akan seperti ini.

43
7. Kemudian klik catalog untuk membuat file polygon.

8. Untuk menyimpan data point, kita dapat mengklik kanan pada folder yang kita inginkan lalu
klik new > folder lalu masukkan nama file yang diinginkan.

44
9. Klik kanan pada folder point yang sudah dibuat kemudian pilih new > shapefile.

10. Setelah tampilan seperti ini, ubah nama shapefile dan ganti feature type menjadi point.

45
11. Kemudian memasukkan koordinat dengan mengklik “edit” dan masukkan zona UTM
wilayah masing – masing kemudian klik OK.

12. Setelah tahapan ke – 11 selesai dilakukan, tampilan akan seperti ini.

46
13. Pada tahapan editing, pertama kita harus mengklik kanan pada layers point_banjarbaru
kemudian klik edit features > start editing. Kemudian klik creator feature dan pastikan
construction tools di opsi point.

14. Mengaktifkan point untuk membuat polygon.

47
15. Membuat beberapa titik di pusat kota

16. Klik symbol selector kemudian pilih warna dan width sesuai keinginan kemudian klik OK.

48
17. Setelah itu klik editor > save edits lalu kembali klik editor dan klik stop editing.

18. Berikut ini adalah hasil akhir dari point.

49
3.4 Cut Polygon dan Attribute Table
1. Membuka aplikasi ArcMap.

2. Memasukkan data peta dengan mengklik opsi “add data”. Kemudian memasukkan peta
hardcopy.jpg pada file yang kita simpan. Untuk memudahkan kita dalam mencari file, klik
“Connect to Folder”.

50
3. Setelah berhasil memasukkan data, tampilan akan seperti ini.

4. Klik kanan pada gambar peta hardcopy.jpg kemudian pilih data frame properties.

51
5. Setelah tampilan seperti ini, kemudian mencari zona UTM peta dari wilayah yang dipilih
dengan mengklik opsi Project Coordinate System > UTM > WGS 1984 > Southern
Hemisphere lalu pilih UTM sesuai dengan wilayah masing – masing (untuk Banjarbaru Zona
UTM 50S). Setelah itu klik OK.

6. Setelah berhasil memasukkan Zona UTM maka tampilan akan seperti ini.

52
7. Kemudian klik catalog untuk membuat file.

8. Untuk menyimpan data, kita dapat mengklik kanan pada folder yang kita inginkan lalu klik
new > folder lalu memasukkan nama file yang diinginkan.

53
9. Klik kanan pada folder point yang sudah dibuat kemudian pilih new > shapefile.

10. Setelah tampilan seperti ini, ubah nama shapefile dan ganti feature type menjadi polygon.

54
11. Kemudian memasukkan koordinat dengan mengklik “edit” dan masukkan zona UTM
wilayah masing – masing kemudian klik OK.

12. Setelah tahapan ke – 11 selesai dilakukan, tampilan akan seperti ini.

55
13. Pada tahapan editing, pertama kita harus mengklik kanan pada layers point_banjarbaru
kemudian klik edit features > start editing. Kemudian klik creator feature dan pastikan
construction tools di opsi polygon.

14. Mengaktifkan straisght segment untuk membuat polygon.

56
15. Memberi titik – titik polygon mengikuti garis peta dan double click diakhir titik. Bila sudah
diberi titik di setiap garis, hasilnya sebagai berikut.

16. Setelah itu klik editor > save edits lalu kembali klik editor dan klik stop editing.

57
17. Klik symbol selector kemudian klik hollow lalu mengubah warna outline width dan terakhir
klik OK. Sehingga hasilnya seperti berikut.

18. Setelah itu mengklik kanan pada layers cutpolygon kemudian pilih edit features > start
editing kemudian klik create features lalu klik layers terakhir klik cut polygon tool.

58
19. Memberi titik – titik di setiap kecamatan, setelah itu klik editor > save edits lalu kembali
klik editor dan klik stop editing.

20. Klik symbol selector dan mengubah warna dan outline width kemudian klik OK.

59
21. Setelah diubah warnanya, hasilnya menjadi seperti ini.

22. Saat memasuki attribute table, kita dapat mengklik kanan pada layers cut polygon kemudian
pilih open attribute table.

60
23. Setelah tampilan seperti ini, klik table option kemudian add field.

24. Setelah add field kita dapat mengubah nama dan type menjadi text kemudian klik OK.

61
25. Mengubah tampilan peta hardcopy.jpg menjadi hollow untuk memudahkan kita
memberikan nama pada setiap kecamatan. Caranya adalah dengan mengklik symbol
selector kemudian klik hollow lalu mengubah warna outline width dan terakhir klik OK.

26. Mengklik pinggiran table untuk memilih kecamatan mana yang mau diberi nama terlebih
dahulu. Kemudian mengklik kanan kolom “kecamatan” lalu pilih field calculator.

62
27. Setelah tampilan seperti ini, memasukkan nama kecamatan sesuai yang tertera pada peta
hardcopy.jpg dan jangan lupa menambahkan tanda kutip (“) sebelum dan sesudah nama
kecamatan kemudian klik OK.

28. Mengulangi langkah ke 26 – 27 pada setiap kecamatan.

63
29. Setelah kita berhasil memasukkan nama seluruh kecamatan, kita dapat menonaktifkan
layers peta administratif untuk melihat hasil penamaan kecamatan dan hasilnya sebagai
berikut.

30. Mengubah tampilan dari hollow menjadi warna yang diinginkan kemudian klik OK.

64
31. Untuk melihat nama kecamatan yang sudah dibuat, kita dapat mengklik kanan pada layers
cut polygon > properties > display. Pada display, mengubah field dengan “kecamatan”.
Kemudian klik labels dan mengubah labels field menjadi “kecamatan”, tipe font, ukuran font.

32. Kemudian klik symbology lalu mengubah value field menjadi “kecamatan” dan mengubah
color ramp. Jangan lupa untuk menonaktifkan symbol dengan mengklik add value. Setelah
melakukan langkah 31 kemudian klik apply dan OK.

65
33. Setelah itu, hasilnya menjadi seperti ini.

34. Mengklik kanan pada layers cut polygon kemudian mengklik labels features.

66
35. Berikut hasil akhir dari Cut Polygon dan Attribute Table.

67
BAB IV
LAYOUT
4.1 Layout
1. Membuka aplikasi ArcMap.

2. Memasukkan data peta dengan mengklik opsi “add data”. Kemudian memasukkan data cut
polygon pada file yang kita simpan. Untuk memudahkan kita dalam mencari file, klik
“Connect to Folder”.

68
3. Setelah berhasil memasukkan data, maka tampilan akan seperti ini.

4. Setelah itu, mengaktifkan cut polygon per kecamatan dengan mengklik kanan pada layers
cut polygon Banjarbaru. Kemudian mengklik properties lalu pilih menu Labels dan
mengubah label field dengan “kecamatan”, serta mengubah jenis dan ukuran font.

69
5. Kemudian mengklik menu symbology dan lalu klik categories. Setelah itu, mengubah value
field menjadi “kecamatan”, color ramp diubah menjadi warna yang mencolok, dan terakhir
mengklik add value lalu menonaktifkan symbol.

6. Setelah di menu symbology, kemudian mengklik menu display. Pada menu display mengubah
field menjadi “kecamatan”. Setelah langkah ke – 4, 5, dan 6 telah dilakukan, klik apply dan
klik OK.

70
7. Maka tampilan akan seperti ini.

8. Kemudian mengklik kanan pada layers cut polygon Banjarbaru dan pilih labels features.
Sehingga tampilan akan seperti berikut.

71
9. Untuk membuat layout kita dapat mengklik view kemudian pilih layout view.

10. Setelah layout view di klik, maka tampilan akan seperti ini.

72
11. Kemudian mengklik file dan mengklik page and print setup.

12. Setelah tampilan seperti ini, kita dapat mengubah size menjadi “A4”, width menjadi 21 cm,
dan height menjadi 29,7 cm. Kemudian klik OK.

73
13. Sehingga tampilan akan seperti ini.

14. Mengklik 1 kali pada ruler horizontal sehingga akan muncul garis bantu. Setelah itu
menggeser ruler horizontal yang ada di pojok kanan ke kanan kemudian geser kembali ke
kiri sebanyak 1 cm sampai di titik 28,7 cm. Lalu menggeser ruler yang ada di pojok kiri ke
kiri kemudian geser kembali ke kanan sebanyak 1 cm sampai di titik 1,00 cm. Maka
tampilan akan seperti ini.

74
15. Mengklik 1 kali pada ruler vertikal sehingga akan muncul garis bantu. Setelah itu
menggeser ruler vertikal yang ada di bagian atas ke atas kemudian geser kembali ke bawah
sebanyak 1 cm sampai di titik 20,00 cm. Lalu menggeser ruler yang ada di bagian bawah
ke bawah kemudian geser kembali ke atas sebanyak 1 cm sampai di titik 1,00 cm. Maka
tampilan akan seperti ini.

16. Kemudian mengklik menu insert dan mengklik neatline.

75
17. Kemudian mengubah placement menjadi place inside margins, pastikan gap dan rounding
0, ketebalan border sebesar 1,5 point, dan background serta drop shadow tetap non.
Kemudian klik OK.

18. Kemudian border dipaskan pada garis bantu. Sehingga hasilnya sepeti berikut.

76
19. Kemudian klik 1 kali pada ruler horizontal sehingga akan muncul garis bantu. Setelah itu
menggeser ruler horizontal yang ada di pojok kanan ke kanan kemudian geser kembali ke
kiri sebanyak 8 cm sampai di titik 20,7 cm. Kemudian klik kembali ruler kemudian geser
kembali ke kiri sebanyak 1 cm sampai di titik 19,7 cm.

20. Kemudian border dipaskan pada garis bantu yang dibuat sebelumnya di langkah ke – 19.
Sehingga hasilnya sepeti berikut.

77
21. Kemudian mengklik menu insert dan mengklik neatline. Setelah itu mengubah placement
menjadi place inside margins, pastikan gap dan rounding 0, ketebalan border sebesar 1,5
point, dan background serta drop shadow tetap non. Kemudian klik OK.

22. Kemudian border dipaskan pada garis bantu. Lalu kita dapat memasukkan peta dengan
mengklik peta sehingga muncul garis tepinya dan dipaskan pada garis bantu. Sehingga
hasilnya sepeti berikut.

78
23. Setelah itu, mengklik kanan pada peta dan pilih full extend agar peta berada di tengah –
tengah. Berikut hasilnya.

24. Untuk membuat keterangan, klik ruler vertikal kemudian geser ke bawah sampai di ukuran
17,5 cm. setelah itu geser ke bawah sampai di titik 13 cm. Lalu menggeser ruler sampai di
titik 8 cm, kemudian di geser ke bawah sampai di titik 3 cm. Maka akan menjadi seperti
ini.

79
25. Kemudian mengklik menu insert dan mengklik neatline. Setelah itu mengubah placement
menjadi place inside margins, pastikan gap dan rounding 0, ketebalan border sebesar 1,5
point, dan background serta drop shadow tetap non. Kemudian klik OK.

26. Kemudian border dipaskan di garis bantu di ukuran 17,5 cm. Sehingga tampilan akan
seperti ini.

80
27. Mengulangi langkah ke – 25 sampai 26 di garis bantu 13 cm, 8 cm, dan 3 cm. Maka tampilan
akan seperti ini.

28. Setelah itu, klik insert kemudian pilih picture. Pilih gambar yang ingin dimasukkan
kemudian dipaskan di tengah – tengah border.

81
29. Untuk membuat teks, klik insert dan klik text. Jika sudah muncul tampilan seperti ini, klik
properties.

30. Memasukkan teks yang ingin dibuat, kemudian klik change symbol untuk mengubah jenis
font.

82
31. Jika sudah mengubah jenis font, ukuran font dan menjadikan teks menjadi bold. Kemudian
klik OK.

32. Sehingga tampilan akan seperti ini.

83
33. Ulangi langkah 29 – 31 kemudian klik scale bar dan scale text. Sehingga akan menjadi
seperti ini.

34. Pada kolom broder yang ketiga, kita dapat mengklik insert kemudian klik data frame. Lalu
klik kanan pada tulisan data frame dan pilih add data.

84
35. Kemudian memasukkan data yang ingin dimasukkan dan klik add.

36. Setelah berhasil memasukkan data, maka tampilan akan seperti berikut.

85
37. Kemudian tandai kabupaten yang dipilih di peta yang telah dimasukkan sebelumnya dengan
cara mengklik zoom in dan sorot pada peta tersebut. Setelah menemukan wilayah
kabupaten, mengklik select features dan klik pada kabupaten tersebut.

38. Kemudian klik kanan pada layers ind_kab lalu klik data. Setelah itu klik export data untuk
menyimpan data. Lalu kita dapat mengubah warna pada layers indkab Banjarbaru untuk
menandai kabupaten Banjarbaru dan klik OK.

86
39. Setelah diubah warnanya, maka hasilnya akan seperti berikut ini.

40. Kemudian plot-kan peta indkab tersebut pada border ketiga dan rapihkan.

87
41. Selanjutnya memberikan titik koordinat pada peta indkab. Caranya adalah dengan mengklik
kanan pada peta tersebut kemudian klik properties > grid.

42. Kemudian klik new grid > measure grid > next > labels only > next. Kemudian klik text
style untuk mengubah jenis font.

88
43. Setelah itu klik next dan finish. Berikut tampilannya.

44. Mengulangi langkah ke – 43 untuk memberikan grid pada peta utama.

89
45. Pada border ke – 4 untuk memberi keterangan dari peta utama. Caranya adalah mengklik
layers > activate > insert > legend.

46. Setelah itu klik next kemudian mengubah legend title menjadi “kecamatan” dan mengubah
jenis font lalu klik next.

90
47. Setelah itu broder, background, dan drop shadow di ubah menjadi none kemudian klik next.

48. Kemudian klik next dan finish.

91
49. Kemudian rapikan dan plot-kan ke dalam border ke – 4.

50. Untuk border terakhir, klik insert > text > klik kanan > properties. Kemudian mengubah
teks menjadi nama, NPM dan sumber lalu ubah jenis dan ukuran font. Kemudian OK.

92
51. Kemudian plot-kan teks tersebut ke dalam border terakhir dan rapihkan.

52. mengklik file > export map kemudian mengubah tipe file menjadi JPEG lalu klik OK.

93
53. Mengklik file > save as kemudian mengubah tipe file menjadi dalam bentuk file arcmap
lalu klik OK.

54. Berikut hasil akhir dari Layout.

94
BAB V
SLOPE
5.1 Slope
1. Membuka aplikasi ArcMap.

2. Memasukkan data peta dengan mengklik opsi “add data”. Kemudian memasukkan data peta
kontur pada file yang kita simpan. Untuk memudahkan kita dalam mencari file, klik
“Connect to Folder”. Kemudian klik add.

95
3. Setelah berhasil memasukkan data, maka tampilan akan seperti ini.

4. Lalu memasukan data indkab dengan mengklik add data. Kemudian memasukkan data
indkab pada file yang kita simpan. Untuk memudahkan kita dalam mencari file, klik
“Connect to Folder”. Setelah itu klik add.

96
5. Setelah berhasil memasukkan data peta kontur indkab maka tampilan akan seperti berikut
ini.

6. Kemudian mengklik symbol selector pada layers ind_kab dan mengklik hollow, setelah itu
klik OK.

97
7. Setelah di hollow akan menjadi seperti ini.

8. Setelah itu, mengklik find untuk mencari daerah yang dipilih (Banjarbaru).

98
9. Pada menu features, di tabel find memasukkan nama daerah yang dipilih (Banjarbaru)
kemudian klik find.

10. Klik “KOTA BANJARBARU” pada Right – click a row to show context menu untuk
menemukan daerah yang dipilih.

99
11. Setelah itu klik identify untuk memastikan daerah tersebut sudah sesuai dengan daerah yang
dipilih atau belum.

12. Kemudian klik daerah yang sudah ditentukan sebelumnya di langkah ke – 10 dan melihat
data yang tertampil sudah sesuai atau belum. Jika sudah seperti ini artinya sudah sesuai
dengan daerah yang dipilih (Banjarbaru).

100
13. Close menu identify dan find kemudian klik select features

14. Kemudian klik daerah Banjarbaru pada peta ind_kab lalu tampilannya akan seperti ini.

101
15. Setelah itu mengklik kanan pada layers ind_kab kemudian klik data dan export data.

16. Setelah tampilan seperti ini, kita dapat mengubah nama file kemudian klik OK.

102
17. Kemudian mematikan layers peta kontur dan layers ind_kab.

18. Kemudian klik geoprocessing untuk melakukan clip.

103
19. Setelah tampilan menjadi seperti ini, klik clip.

20. Setelah itu, pada input features masukkan data peta kontur.

104
21. Kemudian pada clip features pilih data “Banjarbaru_slope”. Setelah itu klik output features
class untuk letak dimana kita menyimpan data dan terakhir klik OK.

22. Kita tunggu beberapa saat dan setelah tampilan menjadi seperti ini berarti clip yang kita
lakukan sebelumnya berhasil.

105
23. Mematikan layers peta shp dan klik arctoolbox.

24. Setelah di arctoolbox, klik 3D analyst tool > data management > TIN > create TIN.

106
25. Setelah di create TIN, pada input features class pilih data “buat_slope”.

26. Kemudian masukkan koordinat dengan mengklik coodinat system dan klik Project
Coordinate System > UTM > WGS 1984 > Southern Hemisphere lalu pilih UTM sesuai
dengan wilayah masing – masing (untuk Banjarbaru Zona UTM 50S). Setelah itu klik OK.

107
27. Setelah memasukan lokasi penyimpanan dan koordinat, klik OK.

28. Jika ceate TIN berhasil tampilan akan seperti ini.

108
29. Kemudian mematikan layers “buat_slope”.

30. Setelah itu, mengubah TIN menjadi raster dengan cara mengklik conversion > from TIN >
TIN to raster.

109
31. Setelah seperti ini, di input TIN pilih data create TIN yang sebelumnya sudah dibuat dan
masukkan lokasi penyimpanan pada output raster kemudian klik OK. Berikut hasil raster.

32. Setelah itu kita membuat slope. Caranya adalah klik raster surface dan pilih slope.

110
33. Setelah klik slope, maka tampilan akan menjadi seperti ini. Kemudian masukkan data
“createtin” di input raster dan memilih lokasi penyimpanan pada output raster.

34. Setelah memasukan data di input raster dan output raster, kita dapat mengklik OK.
Sehingga tampilan akan seperti ini.

111
35. Karena Banjarbaru memiliki kemiringan hanya sampai 28% maka kita dapat mengulang
lagi, dengan cara me-remove semua layers kecuali layers kontur Kalimantan Selatan dan
layers ind_kab.

36. Kemudian klik icon find, dan masukan kota yang ingin masukkan (Kotabaru) di kolom find
dan klik find.

112
37. Klik “TANAHBUMBU” pada Right – click a row to show context menu untuk menemukan
daerah yang dipilih.

38. Setelah itu klik identify untuk memastikan daerah tersebut sudah sesuai dengan daerah yang
dipilih atau belum.

113
39. Kemudian klik daerah yang sudah ditentukan sebelumnya dan melihat data yang tertampil
sudah sesuai atau belum. Jika sudah seperti ini artinya sudah sesuai dengan daerah yang
dipilih (Tanah Bumbu).

40. Close menu identify dan find kemudian klik select features

114
41. Kemudian klik daerah Tanah Bumbu pada peta ind_kab lalu tampilannya akan seperti ini

42. Setelah itu mengklik kanan pada layers ind_kab kemudian klik data dan export data.

115
43. Setelah tampilan seperti ini, kita dapat mengubah nama file kemudian klik OK.

44. Kemudian mematikan layers peta kontur dan layers ind_kab.

116
45. Kemudian klik geoprocessing untuk melakukan clip.

46. Setelah tampilan menjadi seperti ini, klik clip.

117
47. Setelah itu, pada input features masukkan data peta kontur dan pada clip features pilih data
“tanah_bumbu”. Setelah itu klik output features class untuk letak dimana kita menyimpan
data dan terakhir klik OK.

48. Kita tunggu beberapa saat dan setelah tampilan menjadi seperti ini berarti clip yang kita
lakukan sebelumnya berhasil.

118
50. Kemudian mematikan semua layers kecuali layers “Kalsel_clip1”.

51. Kemudian klik arctoolbox > klik 3D analyst tool > data management > TIN > create TIN.

119
52. Setelah di create TIN, pada input features class pilih data clip.

53. Kemudian masukkan koordinat dengan mengklik coodinat system dan klik Project
Coordinate System > UTM > WGS 1984 > Southern Hemisphere lalu pilih UTM sesuai
dengan wilayah masing – masing (untuk Sungaihulu Sealatan Zona UTM 50 N). Setelah
itu klik OK.

120
54. Setelah memasukan lokasi penyimpanan dan koordinat, klik OK.

55. Jika ceate TIN berhasil tampilan akan seperti ini.

121
56. Kemudian mematikan layers “Kalsel_clip4”.

57. Setelah itu, mengubah TIN menjadi raster dengan cara mengklik conversion > from TIN >
TIN to raster.

122
58. Setelah seperti ini, di input TIN pilih data create TIN yang sebelumnya sudah dibuat dan
masukkan lokasi penyimpanan pada output raster kemudian klik OK.

59. Berikut hasil raster.

123
60. Setelah itu kita membuat slope. Caranya adalah klik raster surface dan pilih slope.

61. Setelah klik slope, maka tampilan akan menjadi seperti ini. Kemudian masukkan data raster
di input raster dan memilih lokasi penyimpanan pada output raster.

124
62. Setelah memasukan data di input raster dan output raster, kita dapat mengklik OK.
Sehingga tampilan akan seperti ini.

63. Setelah ini kita klasifikasi letak kemiringan lereng terdiri dari 5 kelas dengan cara mengklik
raster reclass > reclassify.

125
64. Kemudian masukkan data slope pada input raster.

65. Kemudian klik classify dan mengubah classes menjadi 5.

126
66. Pada breaks values, mengubah presentase kemiringan lereng menjadi 8%, 15%, 25%, 40%,
dan terakhir >40%. Kemudian klik OK jika sudah mengubah semua persentase kemiringan
lereng.

67. Setelah itu, tampilan akan seperti ini.

127
68. Setelah seperti ini, kita dapat menyimpan data reclass dan klik OK.

69. Setelah reclass berhasil maka akan menjadi seperti berikut.

128
70. Mengklik kanan pada layers reclass_slop2 kemudian klik open attribute table.

71. Setelah seperti ini klik table option > add fields.

129
72. Mengubah nama, type menjadi “Text”, length menjadi 20 dan klik OK.

73. Mengklik kanan pada table dan pilih field calculator.

130
74. Kemudian mengubah nama dengan menambahkan tanda kutip dua (“) setelah itu klik OK.

75. Setelah mengubah nama, maka tampilan akan seperti ini. Mengulangi langkah ke – 74
sampai kolom terakhir.

131
76. Setelah mengubah nama pada semua table, maka tampilan akan seperti ini.

77. Kemudian double click pada layers reclass_slop2 dan pilih menu symbology dan unique
values.

132
78. Mengubah color scheme kemudian klik OK.

79. Setelah itu, tampilan akan seperti berikut.

133
80. Setelah itu mengklik conversion tools > from raster > raster to polygon.

81. Memasukan data reclass pada input raster dan pada field, pilih “slope” kemudian klik OK.
Setelah berhasil, tampilan akan seperti ini.

134
82. Kemudian klik geoprocessing > dissolve. Setelah itu, memasukan data raster to polygon
pada input features. Pada dissolve fields pilih slope dan pada output features class pilih
lokasi penyimpanan kemudian klik OK.

83. Setelah dissolve berhasil akan menjadi seperti ini.

135
84. Kemudian klik kanan pada layers dissolve, kemudian klik open attribute table.

85. Pada kolom shape length dan shape area dapat dihapus dengan dengan cara mengklik kanan
pada kolom tersebut lalu klik turn field off.

136
86. Setelah dihapus akan menjadi seperti ini.

87. Kemudian klik table option > add field setelah itu mengubah nama, type menjadi “text” dan
length menjadi 20 lalu klik OK.

137
88. Untuk memunculkan luas, klik pada kolom luas dan pilih calculate geometry.

89. Setelah seperti ini, pilih property menjadi area dan units menjadi hectare (ha). Lalu cek
kembali koordinatnya sudah sesuai atau belum, jika sudah klik OK.

138
90. Setelah memasukan luas, tampilan akan menjadi seperti ini.

91. Untuk melihat luasannya, kita dapat mengklik di sebelah kirim kolom. Berikut adalah
luasannya.
0 – 8%

139
8 – 15%

15 – 25%

140
25 – 40%

>40%

141
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Sistem Informasi Geografis adalah sebagai
berikut.

1. Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information System (GIS) adalah
sistem informasi pemetaan berbasis komputer yang mendukung pengambilan
keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam,
lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya.
2. Sistem Informasi Geografis memuat data yang berisikan fakta dan permukaan bumi
secara lengkap, mulai dari topografi, jenis tanah, hidrologi, budaya, keadaan geologi,
hingga ke iklimnya dan disajikan dalam bentuk peta.
3. Dengan adanya perkembangan teknologi, saat ini kita juga dapat menggunakan
Google Maps dan Mapbox Api untuk mendapatkan sistem informasi geografis.
4. Aplikasi pemetaan menjadi lebih berkembang pada awal tahun 1960 yang disebabkan
oleh penelitian senjata nuklir.
5. Akhir abad ke-20 pengguna SIG mulai mengekspor dan menampilkan data SIG
melalui internet sehingga SIG semakin dikenal oleh masyarakat. Indonesia sendiri
mulai menggunakan SIG sejak Pelita ke-2 sekitar tahun 1974.

6.2 Saran

1. Menggunakan kata – kata yang tepat untuk menjabarkan langkah – langkah di laporan
agar lebih mudah di mengerti, tidak bertele – tele, dan jelas.
2. Harus lebih teliti agar tidak ada yang salah dalam menentukan titik polygon, polyline,
maupun point.
3. Praktikan diharapkan lebih teliti dalam menentukan lokasi penyimpanan file agar
lebih mudah dan cepat dalam memasukkan data.
4. Sebelum mulai praktikum, lebih baik membaca teori dasar mengenai SIG dan
software.
5. Para praktikan perlu memperhatikan langkah-langkah modul praktikum dengan teliti
agar tidak terjadi kesalahan saat proses pengerjaan.

142
LAMPIRAN

Gambar 4. Layout Kabupaten Banjarbaru

Gambar 5. Slope Kabupaten Hulu Sungai Selatan

143

Anda mungkin juga menyukai