Anda di halaman 1dari 79

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI INFORMASI

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS


Diajukan untuk melengkapi tugas mata kuliah Praktikum Teknologi Informasi

Disusun Oleh:

NAMA: NAILY SYAFIRA ZAIN


NIM: 21040118130065
KELAS: B

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta
inayah-Nya sehingga laporan praktikum ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Laporan ini berisikan tentang hasil pembelajaran praktikum mengenai Aplikasi Sistem
Informasi Geografis atau biasa disebut ArcGIS.

Tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai pemenuhan salah satu syarat dalam
pengambilan nilai semester satu pada mata kuliah Praktikum Teknologi Informasi. Penulis
berharap hasil laporan ini dapat bermanfaat karena menambah wacana dan wawasan
bagi pembaca. Penulis sangat bersyukur apabila laporan ini dapat dikembangkan sesuai
dengan kebutuhannya.

Penulis menyadari bahwa laporan ini memiliki banyak kelemahan dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu diharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca. Semoga
laporan ini bermanfaat dan mampu memenuhi syarat dalam tugas.

Semarang, 1 November 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................. i

Kata Pengantar ........................................................................................................... ii

Daftar Isi .................................................................................................................... iii

BAB I: PENDAHULUAN................................................................................................ 2

I.1 Latar Belakang ................................................................................................. 2

I.2 Tujuan ............................................................................................................... 2

I.3 Alat dan Bahan.................................................................................................. 2

I.4 Metode ............................................................................................................. 3

BAB II: KAJIAN TEORI ................................................................................................... 4

II.1 Sistem Informasi Geografis .............................................................................. 4

II.2 ArcGIS .............................................................................................................. 4

II.3 Overlay ............................................................................................................. 5

II.4 Skoring ............................................................................................................. 7

II.5 Poximity ........................................................................................................... 9

II.6 Layouting ......................................................................................................... 9

BAB III: LANGKAH KERJA ........................................................................................... 11

III.1 Mengaktifkan Aplikasi................................................................................... 11

III.2 Memeriksa Sistem Koordinat pada Layer ..................................................... 12

III.3 Menentukan Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan dengan Skoring............... 14

III.4 Analisis Spasial dengan Overlay .................................................................... 29

iii
III.5 Analisis Spasial dengan Proximity (Buffer) ................................................... 43

III.6 Menampilkan Layout pada Peta Wonosobo ................................................ 45

BAB IV: PEMBAHASAN .............................................................................................. 70

IV.1 Pembahasan ................................................................................................. 70

IV.2 Hasil Overlay dan Layouting ......................................................................... 72

BAB V: PENUTUP ....................................................................................................... 75

V.1 Kesimpulan .................................................................................................... 75

V.2 Saran .............................................................................................................. 75

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

iv
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dewasa ini penggunaan teknologi informasi semakin berkembang dengan pesat.


Dari berbagai aspek, teknologi sudah menjadi bagian dari perkembangan hidup manusia.
Indikasi ini menunjukkan bahwa teknologi adalah salah satu unsur penting yang
memegang peranan dalam kehidupan manusia. Selain itu, teknologi mencerminkan
modernisasi yang memicu pada persaingan untuk menjadi yang terbaik. Dalam
kemajuannya kita lebih dituntut untuk dapat menguasai berbagai ilmu di bidang
komputer salah satunya adalah Sistem Informasi Geografis (SIG) atau bisa disebut ArcGIS.

ArcGis merupakan software yang dikembangkan oleh ESRI. GIS (Geographical


Information System) atau dikenal pula dengan SIG (Sistem Informasi Geografis)
merupakan komputer yang berbasis pada sistem informasi yang digunakan untuk
memberikan bentuk digital dan analisis terhadap permukaan geografi bumi.

I.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan laopran ini adalah untuk mengetahui cara mengoperasikan
ArcGIS dan membuat overlay serta layout peta melalui aplikasi ArcGIS.

I.3 Alat dan Bahan

 Alat:

1. Laptop/Personal Computer

2. Mouse

3. Software (ArcGIS)

2
 Bahan:

1. Softcopy Peta Administrasi Kecamatan Wonosobo

2. File shp kelerengan, jenis tanah, curah hujan, dan waduk di Wonosobo

I.4 Metode

Metode yang dipakai dalam praktikum teknologi informasi kali ini adalah overlay
dan buffer. Dalam tahapannya yaitu penentuan variabel, skoring/matching dari variabel,
overlay peta dengan menggunakan sofware GIS.

Skoring/matching ditetapkan berdasarkan total nilai skor dari tiga faktor


(variable) yang dinilai yaitu kemiringan, jenis tanah, curah hujan. Penentuan pemanfaatan
lahan berdasarkan total nilai skor dapat dilihat dari tabel-tabel yang sudah tersedia.

Overlay yaitu menggabungkan beberapa unsur spasial menjadi unsur spasial yang
baru. Dengan kata lain, overlay dapat didefinisikan sebagai operasi spasial yang
menggabungkan layer geografik yang berbeda untuk mendapatkan informasi baru.

3
BAB II

KAJIAN TEORI

II.1 Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System disingkat GIS)


merupakan sistem informasi khusus untuk mengelola data yang memiliki informasi spasial
(keruangan). Dalam arti yang lebih sempit, SIG adalah sistem komputer yang memiliki
kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi
bereferensi geografis. Contohnya seperti data yang diidentifikasi menurut lokasi, dalam
sebuah database.

SIG dapat menggabungkan berbagai jenis data pada satu titik tertentu yang ada
di bumi, menghubungkannya, menganalisanya, dan memetakan hasilnya. Data yang
diolah oleh sistem ini adalah data spasial atau data yang berorientasi pada geografis.
Selain itu juga merupakan lokasi yang mempunyai koordinat tertentu.

Sistem Informasi Geografis dikenalkan di Indonesia pada tahun 1972 dengan


nama Data Banks for Development. Istilah Sistem Informasi Geografi atau Geographic
Information System baru muncul setelah dicetuskan oleh General Assembly dari
International Geographical Union di Ottawa, Kanada pada tahun 1967.

Awalnya, sistem ini adalah sebuah inisiatif untuk mengetahui kemampuan lahan
di wilayah pedesaan Kanada. Caranya yaitu dengan memetakan beberapa informasi
seperti tanah, pariwisata, alam bebas, pertanian, unggas, pada skala 1:250.000.

II.2 ArcGIS

ArcGIS adalah suatu sistem berbasis komputer yang memiliki kemampuan untuk
menangani data bereferensi geografis, yang meliputi pemasukan, pengelolaan, atau
manjemen data (penyimpanan dan pengaktifan kembali), manipulasi, dan analisis serta
keluaran data (Aronoff, 1989). Di dalam ArcGIS terdapat dua data, data grafis yaitu data
berupa gambar peta dan data atribut yang merupakan isi keterangan dari gambar peta itu

4
sendiri. Produk utama software ArcGIS adalah ArcGIS desktop yang dikelompokan
menjadi tiga komponen yaitu:

1. ArcView (penggunaan pada pengolahan data yang komperhensif, pemetaan, dan


analisis)

2. ArcEditor (penggunaan pada editing data spasial)

3. ArcInfo (menyajikan fungsi – fungsi GIS termasuk untuk keperluan geoprosesing)

Selain itu terdapat juga ArcMap. ArcMap adalah aplikasi utama untuk kebanyakan
proses GIS dan pemetaan dengan komputer.

Fungsi atau kemampuan utama ArcMap adalah untuk memvisualisasi, mengedit,


membangun database spasial yang baru, memilih (query), menciptakan desain-desain
peta, menganalisis dan membuat tampilan akhir dalam laporan-laporan kegiatan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dengan ArcMap diantaranya yaitu penjelajahan data
(exploring), analisa sig (analyzing), presenting result, customizing data dan programming.

II.3 Overlay

Overlay merupakan salah satu analisis yang mendasar dalam GIS dan merupakan
bagian penting dari analisis spasial. Overlay dapat dilakukan dengan menggabungkan
beberapa unsur spasial menjadi unsur spasial yang baru. Dengan kata lain, overlay dapat
didefinisikan sebagai operasi spasial yang menggabungkan layer geografik yang berbeda
untuk mendapatkan informasi baru. Overlay dapat dilakukan pada data vektor maupun
raster. Ada beberapa analisis overlay seperti erase, identity, intersect, dll.

Jenis-jenis Overlay:

1. Erase
Adalah proses menghapus sebagian dari layer dengan menggunakan layer
lain sebagai pembatas wilayah yang dihapus. Proses analisis ini misalnya
dilakukan untuk mengurangi luas kawasan hutan dengan menghapus bagian
danau.
 Input features = diiskan dengan layer akan akan dihapus sebagian isinya.

5
 Erase feature = disikan dengan layer yang menjadi batas polygon wilayah
terhapus.
 Output feature dengan nama file dan lokasi file akan disimpan.
 XY tolerance = diiskan dengan batas tolerasi kesalahan dari proses.
Biasanya diikan satuan jarak tertentu seperi meter, km, miles, dll
2. Identity
Adalah proses penggabungan satu layer utama dengan layer lain dengan
melalukan overlay dan akan menghasilkan layer utama dengan tambahan input
dari layer yang kana digabungkan.
 Input feature = diisikan dengan layer yang akan digabungkan.
 Identify features = diisikan layer yang akan digabungkan.
 Output feature = diisikan dengan nama dan lokasi folder dimana hasil
akan disimpan.
 Join attributes= adalah pilihan mengenai atribut / isi dari table yang akan
digabungkan.
 XY tolerance= diisikan dengan jarak toleransi yang digunakan dalam
analisis. Ini bisa diiisikan dengan hitungan meter atau kilometer atau
satuan jarak yang lain.
3. Intersect
 Input features= diisikan dengan beberapa layers yang akan diintersect
 Output feature class= diisikan dengan nama dan lokasi hasil
penggabungan akan disimpan.
 Join attribute (optional)= diiisi dengan pilihan semua atribut yang akan
disatukan.
 XY tolerance(optional)= diisi dengan tolerasi jarak untuk analisis.
 Output type (optional)= diiskan dengan jenis output… isikan dengan input
supaya hasilnya sama dengan file input.
4. Spatial Join
Adalah proses menggabungkan data tabular dengan fungsi join. Proses ini
menggabungkan data tabular target feature/layer yang akan ditambahkan
datanya dengan Join feature yang merupakan feature/table yang akan menjadi
tambahan. Proses ini akan menghasilkan data tabular baru yang merupakan hasil

6
gabungan 2 tabel tersebut dengan menggunakan pilihan proses penggabungan
(misalnya join_one_to_one).
 Target feature =adalah feature yang akan digabungkan
 Join feature = feature yang akan digabungkan
 Output feature = hasil dari penggabungan, diisikan dengan
 Join Operation (optional) = pilihan join, bisa one to many atau one to one
 Field map of join features =Field yang akan digabungkan.
 Match option (optional) =pilihan penggabungan, standar untuk
penggabungan dalah intersect
 Distance Field Name (optional) = Setelah diisikan klik OK
5. Union
Merupakan proses analisis untuk menggabungkan dua feature dan
keseluruhan layer dan data tabularnya akan disatukan.
 Input feature = diisikan dengan layer yang akan digabungkan
 Output feature = diisikan dengan feature kedua yang akan digabungkan
 Join attribute (optional) = diisikan dengan attribute apa yang akan
disatukan, dengan pilihan all atau FID (attribute dasar).
 XY tolerance (optional) diiskan dengan jarak yang digunakan sebagai
toleransi analisis.
 Gaps Allowed (optional) = defaultnya dicontreng saja.

II.4 Skoring

Penentuan arahan fungsi pemanfaatan lahan dapat dilakukan dengan


skoring/matching. Ditetapkan berdasarkan total nilai skor dari tiga faktor (variable) yang
dinilai yaitu kemiringan, jenis tanah, curah hujan. Penentuan pemanfaatan lahan
berdasarkan total nilai skor dapat dilihat dari tabel-tabel berikut ini.

7
Tabel Kelas Lereng dan Nilai Skor

No Kelas lereng Lereng (%) Diskripsi Skor


1 I 0 -8 Datar 20
2 II 8,01 -15 Landai 40
3 III 15,01-25 Agak curam 60
4 IV 25,01-45 Curam 80
5 V >45 Sangat curam 100

Tabel Kelas Tanah Menurut Kepekaan Erosi dan Nilai Skor

No Kelas Jenis tanah Diskripsi Nilai


tanah terhadap erosi skor
1 I Alluvial, Glei, Planasol, Tidak peka 15
hidromorf kelabu
2 II Latosol Kurang peka 30
3 III Brown forest soil, non Agak peka 45
calcic brown, mediteran
4 IV Andosol, laterit, Peka 60
grumosol,podsol, podsolid
5 V regosol, litosol, organosol, Sangat peka 75
renzina

Tabel Intensitas Hujan Harian Rata-Rata dan Nilai Skor

No Kelas Interval Diskripsi Nilai skor


(mm/hari)
1 I 0-13,6 Sangatt rendah 10
2 II 13,61-20,7 Rendah 20
3 III 20,71-27,7 Sedang 30
4 IV 27,71-34,8 Tinggi 40
5 V >34,81 Sangat tinggi 50

Tabel Kriteria Dan Tata Cara Penetapan Kawasan Lindung Dan Budidaya (Berdasarkan
Skor)

No Fungsi kawasan Total nilai skor


1 Kawasan lindung ≥ 175
2 Kawasan penyangga 125-174
3 Kawasan budidaya <125

8
II.5 Proximity (Buffer)

Untuk menjawab pertanyaan mengenai jarak biasanya digunakan analisis


proximity, misalnya pertanyaan “Berapa banyak rumah dari lokasi kantor kecamatan?”.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut digunakan analisis proximity dan biasanya
menggunakan analisis buffer. Analisis buffer diambil sebagai contoh karena analisis ini
banyak digunakan, buffer adalah proses analisis dengan membuat fitur berdasarkan jarak
tertentu dari fitur tertentu.

Buffer adalah proses analisis yang digunakan untuk membuat feature tambahan
di sekeliling feature asli dengan menentukan jarak tertentu. Buffer dapat digunakan untuk
feature titik, garis maupun polygon.

II.6 Layouting

Layout adalah tata letak dari suatu elemen desain. Layout berupa gambar dan
teks sehingga hasil menjadi lebih baik dan mudah untuk dipresentasikan. Terdapat
beberapa komponen layout pada peta yaitu:

1. Judul Peta (cerminan dan tipe dari peta tersebut). Penulisan judul biasanya
berada ditengah atas, atas kanan atau pada bagian bawah.
2. Skala Peta perbandingan jarak yang berada di peta dengan jarak yang sebenarnya
, contohnya 1 cm:50.000 km jadi dapat dilihat bahwa 1 cm secara horizontal
ataupun vertikal pada peta berjarak 50.000 km di keadaan sebenarnya.
3. Arah (letak orientasi arah ini berada ditempat yang sesuai jika ada garis lintang
dan bujur ataupun kordinat sebagai penunjuk arah). Penunjuk arah ini biasanya
disimbolkan dengan huruf U yang merupakan arah utara pada suatu peta
4. Koordinat/grid (yang biasa digunakan adalah system Universal Transverse
Mercator (UTM) dan sistem koordnat geografis yang menunjukan suatu titik
dibumi berdasarkan garis lintang dan bujur.
5. Legenda (keterangan dari simbol-simbol yang ada di peta).

Dalam pembuatan layout terdapat kesalahan yang sering dilakukan diantaranya:

1. Terlalu banyak jenis font

9
2. Terlalu banyak efek
3. Terlalu banyak hiasan
4. Terlalu padat
5. Terlalu banyak warna

10
BAB III

LANGKAH KERJA

III.1 Mengaktifkan Aplikasi

 Membuka lembar kerja baru pada aplikasi ArcGIS dengan cara meng-klik ikon
ArcMap pada desktop, lalu klik “Add Data”

Setelah itu, akan muncul tampilan seperti di bawah ini, pilih atau block semua file
shp (admkec_wonosoboCopy, ch_wsb, jns_tnh_wsb_UBAH, slope_wonosobo_UBAH,
dan waduk). Selanjutnya klik Add.

11
III.2 Memeriksa Sistem Koordinat pada Layer

 Untuk memeriksa apakah pada setiap layer sistem koordinatnya sudah terproyeksi,
klik kanan pada layer yang akan diperiksa → properties → source. Akan muncul
tampilan seperti di bawah ini

12
 Apabila ada layer yang belum terdapat sistem koordinat, klik Catalog → buka folder
tempat menyimpan file shp → klik kanan pada file shp yang belum memiliki sistem
koordinat → properties → pilih “WGS 1984 UTM Zone 49S” → OK

13
III.3 Menentukan Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan dengan Skoring

 Untuk menentukan pemanfaatan lahan dengan benar, dapat dilakukan dengan


skoring tiga faktor atau variable di antaranya kemiringan/kelerengan, jenis tanah,
dan curah hujan.

 Klik kanan pada layer slope_wonosobo_UBAH → Open Attribute Table → klik


Table Options pada pojok kiri atas → Add Field

14
 Setelah meng-klik Add Field, akan muncul tampilan seperti di bawah ini, isi Name
dengan “skor_ler”, Type dengam “Short Integer” dan Precisions dengan “4” lalu klik
OK

 Munculkan Toolbar Editor dengan cara klik kanan → Editor

 Klik pada Toolbar Editor → Start Editing

15
 Langkah selanjutnya yaitu mengisi kolom “skor_ler” sesuai dengan petunjuk yang
ada pada tabel kelas lereng dan nilai skor

 Apabila sudah mengisi tabel, maka pada Toolbar Editor pilih Stop Editing

16
 Untuk melihat tampilan dari hasil skoring, klik kanan pada layer
slope_wonosobo_UBAH → properties → symbology → categories → unique
values → ganti value filed dengan “skor_ler” → Add All Values → pilih color ramp
→ OK

17
 Klik kanan pada layer jns_tnh_wsb_UBAH → Open Attribute Table → klik Table
Options pada pojok kiri atas → Add Field

 Setelah meng-klik Add Field, akan muncul tampilan seperti di bawah ini, isi Name
dengan “skor_tnh”, Type dengam “Short Integer” dan Precisions dengan “4” lalu
klik OK

18
 Klik pada Toolbar Editor → Start Editing

 Langkah selanjutnya yaitu mengisi kolom “skor_tnh” sesuai dengan petunjuk yang
ada pada tabel kelas tanah menurut kepekaan erosi dan nilai skor

19
 Apabila sudah mengisi tabel, maka pada Toolbar Editor pilih Stop Editing

 Untuk melihat tampilan dari hasil skoring, klik kanan pada layer jns_tnh_wsb_UBAH
→ properties → symbology → categories → unique values → ganti value filed
dengan “skor_tnh” → Add All Values → pilih color ramp → OK

20
21
 Klik kanan pada layer ch_wsb → Open Attribute Table → klik Table Options pada
pojok kiri atas → Add Field

 Setelah meng-klik Add Field, akan muncul tampilan seperti di bawah ini, isi Name
dengan “skor_ch”, Type dengam “Short Integer” dan Precisions dengan “4” lalu klik
OK

22
 Dalam mengisi tabel dengan jumlah yang cukup banyak, ada alternatif yang dapat
memudahkan yaitu dengan cara klik pada Table Options → Select by Attributes

 Akan muncul tampilan seperti di bawah ini. Pada Field yang tersedia, double-click
pada “INTENS_HJN” → Get Unique Values → klik = → double-click “13,6-20,7” →
Apply

23
 Setelah meng-klik Apply, pada Table akan ter-select sesuai yang telah diatur. Klik
kanan pada nama kolom “skor_ch” → Field Calculator

24
 Akan muncul tampilan seperti di bawah ini. Isi Field “skor_ch” yang tersedia sesuai
dengan petunjuk yang ada pada tabel intensitas hujan harian rata-rata dan nilai
skor. Karena untuk intensitas hujan 13,6-20,7 adalah 20, maka isi dengan angka 20.
Klik OK.

 Ulangi langkah di atas untuk mengisi kelas yang lain yaitu dengan cara klik pada
Table Options → Select by Attributes

25
 Akan muncul tampilan seperti di bawah ini. Pada Field yang tersedia, double-click
pada “INTENS_HJN” → Get Unique Values → klik = → double-click “8-13,6” →
Apply

 Setelah meng-klik Apply, pada Table akan ter-select sesuai yang telah diatur. Klik
kanan pada nama kolom “skor_ch” → Field Calculator

26
 Akan muncul tampilan seperti di bawah ini. Isi Field “skor_ch” yang tersedia sesuai
dengan petunjuk yang ada pada tabel intensitas hujan harian rata-rata dan nilai
skor. Karena untuk intensitas hujan 8-13,6 adalah 10, maka isi dengan angka 10.
Klik OK.

27
 Apabila sudah selesai, klik ikon clear selection

 Untuk melihat tampilan dari hasil skoring, klik kanan pada layer ch_wsb →
properties → symbology → categories → unique values → ganti value filed dengan
“skor_ch” → Add All Values → pilih color ramp → OK

28
III.4 Analisis Spasial dengan Overlay

 Aktifkan ArcToolbox dengan cara meng-klik icon ArcToolbox seperti di bawah ini

29
 Pada ArcToolbox, klik Analysis → Overlay → Intersect

 Akan muncul tampilan seperti di bawah ini. Pada Input Features, drag seluruh file
shp yang akan di overlay. Pada Output Feature Class, save pada satu folder yang
sama dengan seluruh file shp. Setelah di save, klik OK.

30
 Apabila proses Intersect berhasil, maka akan muncul tampilan seperti ini di pojok
kanan bawah

 Langkah selanjutnya yaitu meng-klik kanan pada layer “intersect_ler_tnh_ch” yang


telah berhasil ditambahkan → Open Attribute Table

 Klik Table Options → Add Field. Isi Name dengan “total_skor”, Type dengan “Short
Integer”, dan Precision dengan “5” → OK

31
 Klik kanan pada nama kolom “total_skor” → Field Calculator

 Akan muncul tampilan seperti di bawah ini. Double-click pada “skor_ler” → klik + →
double-click pada “skor_tnh” → klik + → double-click pada “skor_ch” → klik OK.

32
 Klik Table Options → Add Field. Isi Name dengan “Kawasan”, Type dengan “Text”,
dan Precision dengan “30” → OK

 Langkah selanjutnya yaitu menentukan nama kawasan sesuai dengan nilai yang
sudah di skoring. Untuk memudahkan mengisi tabel yang banyak, dapat digunakan
cara yang sama seperti langkah sebelumnya yaitu klik pada Table Options → Select
by Attributes

33
 Yang pertama yaitu menentukan kawasan Budidaya (< 125). Double-click pada
“total_skor” → Get Unique Values → klik < → double-click 125 → Apply

 Setelah ter-select, klik kanan pada nama kolom “Kawasan” → Field Calculator

34
 Pada field yang tersedia, ketik “Budidaya” → OK

 Klik pada Table Options → Select by Attributes

 Yang kedua yaitu menentukan kawasan Penyangga (125 - 174). Double-click pada
“total_skor” → Get Unique Values → klik >= → double-click 125 → klik And →
Double-click pada “total_skor” → klik <= → ketik 174 → Apply

35
 Setelah ter-select, klik kanan pada nama kolom “Kawasan” → Field Calculator

36
 Pada field yang tersedia, ketik “Penyangga” → OK

 Klik pada Table Options → Select by Attributes

 Yang ketiga yaitu menentukan kawasan Lindung (>= 175). Double-click pada
“total_skor” → Get Unique Values → klik >= → ketik 175 → Apply

37
 Setelah ter-select, klik kanan pada nama kolom “Kawasan” → Field Calculator

38
 Pada field yang tersedia, ketik “Lindung” → OK

 Untuk melihat kawasan yang sudah ditetapkan berdasarkan skoring, klik kanan
pada layer “intersect_ler_tnh_ch” → properties

39
 Apabila sudah muncul Layer Properties, pilih symbology → categories → unique
values → ganti value field menjadi Kawasan → Add All Values → pilih color ramp
→ OK

40
 Langkah selanjutnya yaitu membuat field baru untuk Area. Klik Table Options →
Add Field

 Isi Name dengan “Area_1”, Type dengan “Double”, Precision dengan “30”, dan
Scale dengan “2” → OK

41
 Klik kanan pada nama kolom “Area_1” → Calculate Geometry

 Akan muncul tampilan seperti di bawah ini, pilih units yang diinginkan → OK

42
 Klik kanan pada nama kolom “Area_1” → Statistics

III.5 Analisis Spasial dengan Proximity (Buffer)

 Buffer yang akan dibuat adalah buffer waduk. Pada ArcToolbox, klik Analysis Tools
→ Proximity → Buffer

43
 Akan muncul tampilan seperti di bawah ini. Pada Input Features, drag file shp
waduk. Pada Output Feature Class, save pada satu folder yang sama dengan
seluruh file shp. Setelah di save, klik OK. Pada Distance [value or field] pilih Linear
Unit 50 Meters. Ganti Side Type menjadi OUTSIDE_ONLY.

44
 Apabila proses buffer berhasil, maka akan muncul notifikasi seperti ini di pojok
kanan bawah

III.6 Menampilkan Layout pada Peta Wonosobo

 Langkah pertama yaitu ntuk melihat kawasan yang sudah ditetapkan berdasarkan
skoring, klik kanan pada layer “intersect_ler_tnh_ch” → properties

45
 Apabila sudah muncul Layer Properties, pilih symbology → categories → unique
values → ganti value field menjadi Kawasan → Add All Values → pilih color ramp
→ OK

46
 Memastikan apakah sistem koordinat sudah terdefinisi dengan cara klik kanan pada
layers → properties. Pilih WGS 1984 UTM Zone 49S (biasanya sudah ada di favorite).
Jika belum, maka pilih Projected Coordinate System → UTM → WGS 1984 → Southern
Hemisphere → WGS 1984 UTM Zone 49S.

 Selanjutnya yaitu klik File → Page and Print Setup

47
 Setelahnya akan muncul tampilan seperti di bawah ini. Pilih Size A4 dan Orientation
Landscape, klik OK. Pemilihan Orientation bergantung pada bentuk peta yang akan
diberikan layout. Pada peta Wonosobo ini menggunakan landscape.

 Agar dapat bekerja dengan elemen layout peta selain dari data yang ada di dalamnya,
klik View → Layout View

48
 Pindahkan peta dengan select elements hingga fit pada layer layoutnya

 Menampilkan grid, mengaturnya melalui data frame properties dengan cara klik
kanan pada layers → properties → grids → new grid

49
 Akan muncul tampilan seperti di bawah ini. Pilih Graticule, membagi peta menjadi
garis lintang dan garis bujur → Next

 Setelahnya, pilih Graticule and Labels pada Appearance. Pada Interval, pilih Sec 150
untuk latitude dan 150 untuk longitude → Next

50
 Pada Axes, centang major maupun minor division ticks. Pada Labeling dapat mengganti
jenis font, jika ingin diganti silakan → Next → Finish

51
 Klik Apply atau OK

 Sebelum membuat legenda, munculkan terlebih dahulu Drawing Toolbar dengan cara
klik kanan → Draw

52
 Pada drawing toolbar, pilih Rectangle untuk membuat kotak dimana akan diletakkan
informasi seperti seperti North Arrow, Scale Bar, Legends, dll.

 Untuk mengganti warna fill pada rectangle, klik pada Fill Color, pilih No Color

53
 Setelah itu, klik pada Insert → Picture. Masukkan gambar atau foto logo dari instansi
yang mengeluarkan peta. Dalam hal ini foto logo yang di insert adalah logo Universitas
Diponegoro. Setelah gambar dipilih, klik Open

 Untuk memberi nama instansi pada peta dapat dengan cara klik Insert → Title → tulis
title → OK

54
 Untuk membuat garis-garis pembatas dapat dilakukan dengan memilih fitur “Line”.
Lalu gambarlah garis sesuai yang diinginkan, bila sudah selesai maka double-click.

55
 Untuk memberi judul pada peta dapat dengan cara klik Insert → Title → tulis title →
OK

56
 Memasukkan informasi mata angin ke dalam peta dengan cara Insert → North Arrow

 Memilih simbol mata angin yang diinginkan dalam peta, klik OK

57
 Langkah selanjutnya yaitu memasukkan informasi Scale Bar ke dalam peta. Dapat
dilakukan dengan cara klik Insert → Scale Bar

58
 Untuk memunculkan informasi Sistem Koordinat, dalam dilakukan dengan klik Insert
→ Dynamic Text → Coordinate System

 Tampilan dari memunculkan coordinate system

59
 Menambahkan legenda pada layout view dapat dilakukan dengan cara klik Insert →
Legend

 Setelah itu akan muncul tampilan Legend Wizard seperti di bawah in. Pilihlah layer
mana saja yang akan ditambahkan sebagai legenda ke dalam layout view. Misalnya
layer “intersect_ler_tnh_ch”

60
 Mengatur jarang atau spacing di antara bagian-bagian di dalam legenda → Finish

 Apabila ingin menghapus atau mengganti symbol/text/bagian tertentu dari legenda


yang telah ditambahkan, pertama-tama harus memisahkan bagian-bagian dari
legenda itu terlebih dahulu dengan cara klik kanan pada legenda yang telah
ditambahkan → convert to graphics → ungroup

 Apabila telah selesai mengubah bagian yang ingin diubah dan ingin kembali
menyatukan setiap bagian, tekan ctrl dan select bagian yang ingin disatukan → klik
kanan → group

61
 Jika ingin menambahkan lagi legenda pada layout view dapat dilakukan dengan cara
klik Insert → Legend

 Setelah itu akan muncul tampilan Legend Wizard seperti di bawah in. Pilihlah layer
mana saja yang akan ditambahkan sebagai legenda ke dalam layout view. Misalnya
layer “waduk” dan “waduk_buffer”

 Mengatur jarang atau spacing di antara bagian-bagian di dalam legenda → Finish

62
 Apabila ingin menghapus atau mengganti symbol/text/bagian tertentu dari legenda
yang telah ditambahkan, pertama-tama harus memisahkan bagian-bagian dari
legenda itu terlebih dahulu dengan cara klik kanan pada legenda yang telah
ditambahkan → convert to graphics → ungroup

 Apabila ingin mengganti text, double-click pada text lalu edit text sesuai yang
dibutuhkan

63
 Mengganti simbol terutama untuk waduk/danau yang simbolnya bukan persegi, maka
dapat diganti dengan menggambar freehand. Caranya dengan memilih freehand pada
toolbar drawing

 Apabila telah selesai mengubah bagian yang ingin diubah dan ingin kembali
menyatukan setiap bagian, tekan ctrl dan select bagian yang ingin disatukan → klik
kanan → group

64
 Selanjutnya yaitu membuat inset peta. Langkah pertama adalah klik Insert → Data
Frame

 Klik kanan pada Layer New Data Frame → Add Data → pilih PROVINSI_JAWA_TENGAH
→ Add

65
 Untuk memunculkan warna yang berbeda pada tiap kabupaten/kota, klik kanan pada
layer PROVINSI_JAWA_TENGAH → properties

 Akan muncul layer properties seperti di bawah ini. Pilih symbology → categories →
unique values → ganti value field dengan KABKOT → Add Value → WONOSOBO →
OK

66
 Pilihlah warna yang kontras antara WONOSOBO dan all other values. Terutama warna
yang lebih terang untuk WONOSOBO agar lebih terlihat

67
 Untuk menyimpan file, klik File → Save a Copy → ketik nama file, save as type
ArcMap 10.1 and 10.2 documents (agar dapat dilihat dari ArcMap 10.1) → Save

68
 Untuk menyimpan file ke dalam bentuk jpeg/png, klik File → Export Map → ketik nama
file, save as type jpeg/png, resolution 800 → Save

69
BAB IV

PEMBAHASAN

IV.1 Pembahasan

Praktikum Teknologi Informasi Sistem Informasi Geografis (SIG) khususnya


analisis spasial dengan overlay (intersect), proximity (buffer), dan layouting peta yang
telah dilaksanakan adalah dengan menggunakan software ArcGIS, lebih tepatnya ArcMap
versi 10.5. Tujuan dan fungsi pada overlay, buffer, dan layout berbeda-beda.

Proses dimulai dari tahapan memeriksa sistem koordinat pada setiap layer.
Selanjutnya yaitu melakukan tahap skoring berdasarkan data dan nilai yang telah tersedia.
Tahapan skoring akan berpengaruh kepada tahap selanjutnya yaitu penentuan arahan
fungsi pemanfaatan lahan. Dalam skoring, pemanfaatan lahan ditetapkan berdasarkan
total nilai skor yang diambil dari tiga variabel. Tiga variabel tersebut diantaranya adalah
kemiringan lahan, jenis tanah dan kepekaannya terhadap erosi, juga curah hujan harian
rata-rata.

Tahapan setelah melakukan skoring adalah melakukan proses overlay. Dalam


praktikum ini tool yang digunakan yaitu intersect. Intersect merupakan sebuah fungsi
pada analisis spasial untuk menghasilkan unsur spasial baru dari dua atau lebih unsur
spasial. Intersect menghasilkan unsur spasial baru dari irisan dua atau lebih unsur spasial
sebelumnya. Input yang dimasukkan yaitu kemiringan/kelerengan, jenis tanah, dan curah
hujan. Outputnya adalah berupa gabungan dari ketiga informasi di atas.

Setelah proses overlay dilakukan, selanjutnya yaitu menentukan fungsi kawasan


berdasarkan total skor yang telah calculate. Kawasan budidaya adalah kawasan dengan
total skor < 125. Kawasan ini merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumberdaya
manusia dan sumberdaya buatan. Kawasan penyangga yaitu kawasan yang memiliki total
skor 125 – 174. Kawasan ini adalah kawasan yang ditetapkan berfungsi menyangga antara
kawasan non budidaya (hutan lindung, cagar alam dll) dan kawasan budidaya dimana
diperkenankan adanya budidaya namun hendaknya menunjang fungsi lindung. Yang
terakhir yaitu kawasan lindung, atau kawasan yang memiliki total skor lebih dari atau

70
sama dengan 175. Kawasan ini merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumber
daya buatan.

Selanjutnya adalah tahapan membuat buffer pada waduk. Pembuatan buffer atau
area sempadan pada waduk ini dilakukan dengan tool proximity. Input Features yang
dimasukkan pada pembuatan buffer waduk ini adalah file shp waduk. Side type yang
dipilih adalah outside only Karena buffer yang ingin dibuat adalah pada bagian pinggiran
waduk saja. Jarak yang dipilih adalah 50 meter. Output yang dihasilkan adalah berupa area
sempadan waduk sejauh 50 meter.

Langkah terakhir dalam praktikum ini adalah melakukan layouting peta. Melalui
fasilitas layout dapat membuat dan mengatur data mana saja yang akan digunakan
sebagai output dari proses serta bagaimana data tersebut akan ditampilkan.

Manfaat layout adalah untuk memperindah secara tampilan serta sebagai


pelengkap yang mampu menjelaskan isi peta (informasi-informasi penting). Adapun
layout peta yaitu judul peta, skala peta, petunjuk arah, koordinat/grid, legenda, dan
indeks peta.

71
IV.2 Hasil Overlay dan Layouting

1. Intersect Kelerengan, Jenis Tanah, dan Curah Hujan

2. Kemiringan/Kelerengan

72
3. Jenis Tanah

4. Curah Hujan

73
5. Area Sempadan Waduk

6. Layout Peta Wonosobo

74
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan aplikasi geografis yang berhubungan


erat dengan lokasi dan pencitraan. Dengan SIG, dapat diperoleh data yang berkaitan
dengan bumi dan sumber daya alam. Aplikasinya dalam Perencanaan Wilayah dan Kota,
mahasiswa harus dapat mengetahui dan menguasai perihal peta, seperti mempelajari isi
peta, membaca peta, maupun membuat sebuah peta. SIG hadir sebagai teknologi yang
dapat mempermudah serta mempercepat proses pekerjaan pemetaan yang semula
sangat sulit untuk dilakukan. Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan, mahasiswa
diajarkan dan dituntut untuk menguasai langkah awal dalam merencanakan suatu wilayah
sehingga mampu menganalisis suatu wilayah tersebut dengan menggunakan software
ArcGIS dari mulai tahapan Overlay, Buffer, dan Layouting.

V.2 Saran

Harapan penulis adalah pembaca terutama mahasiswa Perencanaan Wilayah dan


Kota dapat memanfaatkan laporan praktikum ini untuk memahami lebih dalam mengenai
penggunaan ArcGIS sehingga kelak dapat mempermudah proses perencanaan.

75
DAFTAR PUSTAKA

Guntara.com. 25 Januari 2017. Pengertian dalam Sistem Informasi Geografi. Diakses


pada 2 November 2018. http://www.guntara.com/2013/01/pengertian-overlay-
dalam-sistem.html

Ilmu Geografi. 31 Maret 2018. Sistem Informasi Geografis: Jenis-Manfaat-Tujuan-


Sumber Data. Diakses pada 1 November 2018. https://ilmugeografi.com/geografi-
teknik/sistem-informasi-geografis

Musnanda Safar. 29 Oktober 2013. Analisis dengan Arcgis. Diakses pada 2 November
2018. https://musnanda.com/2013/10/29/analisis-dengan-arcgis/

Seputar Pengertian. 29 Agustus 2017. Pengertian Sistem Informasi Arcgis Serta Tugas
dan Contohnya. Diakses pada 1 November 2018.
http://seputarpengertian.blogspot.com/2017/08/pengertian-sistem-informasi-
geografis.html

Software Untuk Pemetaan. 10 Maret 2015. Komponen ArcGIS. Diakses pada 1


November 2018. http://sofware-pemetaan-
dwiaprilyawan.blogspot.com/2015/03/arcgis-dan-komponennya.html

Anda mungkin juga menyukai